Anda di halaman 1dari 125

PROSES PERANCANGAN PANORAMA RESORT DI

ULUWATU, BALI

UBUDIYAH
A34203045

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
PROSES PERANCANGAN PANORAMA RESORT DI
ULUWATU, BALI
UBUDIYAH
A34203045

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

RINGKASAN
UBUDIYAH. Proses Perancangan Panorama Resort di Uluwatu, Bali.
(Dibimbing oleh BAMBANG SULISTYANTARA).

Indonesia merupakan negara yang memiliki garis pantai yang panjang,


karena terdiri dari beberapa pulau. Kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia
sangat besar, dari kekayaan akan flora dan fauna maupun keindahan alam yang
memukau mata dari keindahan gunung hingga keindahan pantainya. Bali menjadi
salah satu daerah pariwisata yang dituju baik dari wisatawan dalam negeri
maupun wisatawan mancanegara.
Sheils Flynn Asia (SFA) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
di bidang konsultan lanskap. Sheils Flynn Asia merupakan cabang dari Sheils
Flynn Landscape Architect Ltd UK. Proyek pekerjaan lanskap yang dikerjakan
melingkupi proyek yang berskala lokal maupun internasional, dengan melihat
pengalaman dan kinerja SFA, maka kegiatan magang diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan pada proses perancangan dan menjadi bahan
perbandingan dengan ilmu yang didapat di perkuliahan dengan penerapannya di
lapangan kerja yang sesungguhnya. Perancangan Panorama Resort ini merupakan
salah satu proyek desain lanskap yang dikerjakan oleh SFA.
Metode magang yang digunakan adalah berpartisipasi aktif dalam kegiatan
proses perancangan lanskap panorama resort dan apartemen pada lingkup kegiatan
studio di PT Sheils Flynn Asia. Dalam pelaksanaannya mengikuti jadwal dari
proses perancangan PT Sheils Flynn Asia. Kegiatan magang yang dilakukan
meliputi partisipasi aktif dalam kegiatan studio yang ada di perusahaan tersebut
mengikuti dengan jadwal kegiatan perancangan proyek yang sedang dilaksanakan,
mengenal sistem kerja dan alur kerja yang ada di PT. Sheis Flynn Asia, dan
mengenal struktur kelembagaan dan kegiatan PT. Sheis Flynn Asia.
Proses perancangan yang ada di SFA dibagi menjadi lima tahap, yang
terdiri dari persiapan, riset dan analisis (Research & Appraisal), konsep desain
(Concept Design), pengembangan desain (Design Development), dan pembuatan
gambar kerja (Production Documentation). Masing-masing tahap memiliki
gambar output yang berbeda sesuai dengan tahapan yang telah dilalui sesuai
dengan tujuan yang ada. Proses perancangan Panorama Resort melalui kelima
tahapan tersebut sesuai dengan jadwal yang telah disusun. Tahapan pertama
adalah tahap persiapan, dimana pada tahap ini SFA mengajukan sebuah proposal
yang berisi tentang profil perusahaan, lingkup pekerjaan proyeknya, peluang dan
isu kendala proyek, tim kerja, pendekatan-pendekatan pada proses desain,
tahapan/program kerja proyek, dan penawaran harga.
Tahap kedua adalah riset dan analisis (Research & Appraisal), dimana
pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data dan melihat potensi serta kendala
yang ada ditapak, serta melakukan analisis dari berbagai pendekatan. Dari hasil
analisis tersebut akan diketahui daerah mana yang menjadi potensi untuk
dikembangkan dan menjadi ciri khas dari daerah tersebut dan berusaha
meminimalkan kendala yang ada ditapak.
Tahap ketiga adalah konsep desain (Concept Design) merupakan tahap
dilakukannya pengembangan dari ciri khas tapak yang akan menjadi konsep
desain lanskap dan sebagai sesuatu yang unik dan menarik. Hasil yang didapat
berupa konsep lanskap, konsep sirkulasi, dan konsep vegetasi. Konsep lanskap
pada Panorama resort ini dibagi menjadi lima bagian yaitu area penerimaan
(Welcome Area) yang meliputi jalur kendaraan, area parkir kendaraan dan bagian
area kedatangan (welcome area), termasuk pemandangan pertama yang mengarah
ke laut dari teras bagian selatan pada gedung reception. Kemudian area Gully,
yang merupakan area transisi antara area penerimaan dengan area lembah berupa
jalur sirkulasi yang memaksimalkan kemiringan lahan dan pemandangan yang
menghadap ke laut. Jalur sirkulasi tersebut merupakan jalur buggy car dan jalur
pejalan kaki. Pada area ini kendala yang sangat berpengaruh dalam konsep desain
adalah topografi dan batas bangunan arsitektural, untuk itu dibuat jalur sirkulasi
dengan model liner zig-zag untuk memaksimalkan dan efisiensi lahan dan view ke
arah laut.
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : PROSES PERANCANGAN PANORAMA RESORT DI


ULUWATU, BALI
Nama : Ubudiyah
NRP : A34203045

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr.Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr


NIP : 131 578 797

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr


NIP. 131 124 019

Tanggal lulus :
RIWAYAT HIDUP

Ubudiyah, dilahirkan di Jakarta, tanggal 26 Oktober 1985 merupakan


anak dari pasangan Muhammad Saleh Aljaidi (ayah) dan Latifah Abubakar
Basalammah (ibu). Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara, dengan
tiga adik perempuan Afifah, Amaliyah, Ulayya, dan seorang adik laki-laki Dzaky.
Penulis mengawali studi pada tahun 1990 pada tingkat TK di
Muhammadiyah Bustanul Atfhal, pada tahun 1991 penulis melanjutkan
pendidikan di SDN Bekasi Timur III. Kemudian pada tahun 1997 melanjutkan
pada tingkat SLTP di SLTP Islam Al-Azhar 6 Jakapermai dan pada tahun 2000
melanjutkan pendidikan pada SMU Negeri 1 Bekasi. Pada tahun 2003 penulis
melanjutkan studi pada tingkat perguruan tinggi di Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor dengan jalur seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB),
dengan mengambil program studi Arsitektur Lanskap.
Selama menempuh studi di IPB, penulis menjadi pengurus Himpunan
Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) sebagai anggota divisi Humas
periode 2005-2006. selain itu penulis juga aktif dalam mengikuti kegiatan yang
ada dalam lingkungan kampus dan menjadi anggota kepanitiaan dalam acara yang
diselenggarakan oleh HIMASKAP serta mengikuti Design Ideas Competition for
Marina South Residential District yang diselenggarakan oleh The Urban
Redevelopment Authority (URA) dan The Singapore Institute of Architects (SIA).
Penulis juga dipercaya menjadi asisten dosen mata kuliah Perancangan
Percobaan/Penelitian (STK 332) dan Teknik Studio (ARL 210) pada tahun 2007.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Proses Perancangan Panorama Resort Di
Uluwatu, Bali, sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Kedua orang tuaku Muhammad Saleh Aljaidi (abi) dan Latifah Abubakar
Basalammah (mama) yang selalu membimbing dan memberikan
pengarahan serta semangat selama penulis melanjutkan studi dan
menyelesaikan skripsi.
2. Adik-adikku yang tersayang, Afifah, Amaliyah, Ulayya, dan Dzaky yang
senantiasa memberi dorongan dan semangat serta kehangatan yang selalu
ada setiap harinya.
3. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Prof. Dr. Ir. Nurhayati A Matjik, M.Sc selaku dosen pembimbing
akademik yang memberikan pengarahan selama penulis melanjutkan studi
di IPB.
5. Ir. Marietje M Wungkar, M.Si dan Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Sc selaku
dosen penguji yang telah memberikan masukan.
6. PT. Sheils Flynn Asia, yang memberikan banyak pengalaman dan ilmu
yang didapat oleh penulis selama magang (Eoghan Sheils, Stephen Flynn,
Kate Collins, Yannes Pasaribu, Iman P. Septadarma, Rahman Andra
Wijaya, Made Dwi Astuti, Rosa Yulita W, Dedy Guswandi, Hendrianto
(Bob), Gunang, Arif Hidayat, Ferdy Kusnadi, Arif Suwita, dan Pa Hoer)
7. Sahabat-sahabatku, yang selalu menemani selama masa kuliah: Dwi,
Annisa (Icha), Titi, Keni, Putri makasi atas persahabatan yang tak
terlupakan, cerita-cerita indah, dan waktu-waktu yang menyenangkan,
Endry (komti), Taufan (pepeng), Topani (tope), Fisqa (shasa), Rangga,
Indra, Tigor, dan Rezky makasi atas bantuan dan ilmu yang telah
diberikan, maaf ya kalau selalu merepotkan.
8. Teman-temanku lanskap 40: Ali, Suci, Euis, Novie, Muti, Indah, Icut,
Wira, Wita, Meidi, Ayu, Evita, Ribka, Alindani, Sinta, Tari, Retno, Septa,
Rahmi, Arin, Febby, Anggie, Deni, Marna, Hendry, Iwan, Gregorio, Ariev
Budiman, Yudi, Dani, Ario, Sarmada, Miftah.
9. Seluruh mahasiswa lanskap IPB angkatan 38, 39, 41, 42, dan 43.
10. Staf Departemen Arsitektur Lanskap IPB
11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu yang telah
telah membantu kelancaran studi.
Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini, namun berharap dapat tetap memberikan kontribusi yang positif bagi
semua pihak yang membacanya.

Bogor, Januari 2008

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
KATAPENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................ 1
Tujuan Magang ....................................................................................... 2
Kegunaan Magang .................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA
Lanskap ................................................................................................... 3
Resort dan Rekreasi ................................................................................ 3
Perencanaan dan Perancangan ................................................................ 4
Konsultan Lanskap.................................................................................. 7
METODOLOGI
Tempat dan Waktu .................................................................................. 9
Metode .................................................................................................... 9
KONDISI UMUM
Profil PT Sheils Flynn Asia .................................................................... 13
Kondisi Umum Bali ................................................................................ 17
Kondisi Umum Proyek............................................................................ 17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem Kerja PT SFA ............................................................................ 19
Sistem Penyimpanan Data ............................................................... 19
Sistem Penamaan dan Layout Gambar ............................................ 20
Standar Gambar Kerja PT SFA ....................................................... 21
Perancangan Panorama Resort .............................................................. 22
Tahap Persiapan .................................................................................... 22
Tahap Riset dan Analisis ....................................................................... 23
Hasil Analisis dan Riset................................................................... 23
Analisis Tapak ........................................................................... 24
Konteks Tapak dan Regional ............................................... 25
Kondisi Tapak Eksisting...................................................... 25
Analisis Topografi ............................................................... 25
Analisis Tanah ..................................................................... 34
Analisis Vegetasi ................................................................. 34
Analisis Views ..................................................................... 36
Analisis Konteks Budaya..................................................... 36
Analisis Karakter Lanskap .................................................... 37
Analisis Masterplan Bangunan Arsitektural .............................. 44
Dampak terhadap Karakter Fisik Lanskap........................... 44
Dampak terhadap Vegetasi .................................................. 45
Dampak terhadap Persepsi Lanskap .................................... 45
Peluang ............................................................................................ 46
Kendala............................................................................................ 46
Tahap Konsep dan Desain ..................................................................... 55
Prinsip Desain.................................................................................. 56
Hasil Konsep dan Desain................................................................. 57
Site Plan ................................................................................................ 62
Konsep Ruang ................................................................................ 62
Konsep Sirkulasi.............................................................................. 66
Konsep Vegetasi ............................................................................. 67
Tahap Pengembangan Desain................................................................ 72
Tahap Pembuatan Gambar Kerja........................................................... 72
Masalah dan Kendala Saat Magang....................................................... 76
Tahap Analisis dan Riset ........................................................... 77
Tahap Konsep Desain ................................................................ 77
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 82
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

No Halaman
1. Jadwal Kegiatan Magang........................................................................ 9
2. Jenis, Bentuk, dan Sumber Data ............................................................. 10
3. Aplikasi Komputer yang digunakan Oleh SFA dan Kegunaannya.......... 16
4. Rangkaian Tugas dan Hasil dari Tahap Riset dan Analisis ..................... 24
5. Jenis Tanaman Eksisting ........................................................................ 35
6. Rangkaian Tugas dan Hasil dari Tahap Konsep Desain.......................... 55
7. Daftar Vegetasi yang Sesuai dengan Kondisi Tapak ............................. 59
8. Rangkaian Tugas dan Hasil dari Tahap Awal Pengembangan Desain .... 73
9. Rangkaian Tugas dan Hasil dari Tahap Akhir Pengembangan Desain ... 74
10. Rangkaian Tugas dan Hasil dari Tahap Pembuatan Gambar Kerja......... 74
DAFTAR GAMBAR

No Halaman
1. Proses Perancangan Lanskap di PT Sheils Flynn Asia, Bogor................ 12
2. Struktur Organisasi PT Sheils Flynn Asia ............................................... 15
3. Lokasi Panorama Resort......................................................................... 26
4. Kondisi Tapak Eksisting ........................................................................ 27
5. Topografi Eksisting ................................................................................ 28
6. Vegetasi Eksisting.................................................................................. 29
7. Bentukan Alam Eksisting....................................................................... 30
8. Peninggalan Budaya ................................................................................ 31
9. Pemandangan Eksisting.......................................................................... 32
10. Analisis Topografi.................................................................................. 38
11. Analisis Tanah.......................................................................................... 39
12. Analisis Vegetasi...................................................................................... 40
13. Analisis Views ....................................................................................... 41
14. Analisis Konteks Budaya ....................................................................... 42
15. Analisis Karakter Lanskap ..................................................................... 43
16. Dampak Bangunan terhadap Area Lanskap Publik ................................ 48
17. Dampak Bangunan terhadap Topografi.................................................. 49
18. Dampak Bangunan terhadap Cut dan Fill ............................................... 50
19. Dampak Bangunan terhadap Vegetasi.................................................... 51
20. Dampak Bangunan terhadap Views ........................................................ 52
21. Dampak Bangunan terhadap Karakter Lanskap ...................................... 53
22. Dampak Bangunan terhadap Budaya ...................................................... 54
23. Ilustrasi Area Gully................................................................................. 63
24. Ilustrasi Area Lembah ............................................................................ 65
25. Site Plan ................................................................................................. 69
26. Ilustratif Potongan Tampak A ................................................................ 70
27. Ilustratif Potongan Tampak B dan C ...................................................... 71
DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman
1. Standar Penggunaan Layer di PT Sheils Flynn Asia ............................... 83
2. Peluang yang ada di Tapak ...................................................................... 86
3. Kendala yang ada di Tapak .................................................................... 87
4. Sketsa Desain Awal................................................................................ 88
5. Sketsa Layout Daerah Gully dan Lembah................................................ 89
6. Sketsa Potongan A ................................................................................... 90
7. Sketsa Potongan B.................................................................................. 91
8. Ilustrasi Site Plan.................................................................................... 92
9. Ilustrasi Detail Plan Area Gully dan Lembah.......................................... 93
10. Detail Site Plan 1 .................................................................................... 94
11. Detail Site Plan 2 .................................................................................... 95
12. Detail Site Plan 3 .................................................................................... 96
13. Detail Site Plan 4 .................................................................................... 97
14. Potongan Tampak A ............................................................................... 98
15. Potongan Tampak A.............................................................................. 99
16. Potongan Tampak B dan C ..................................................................... 100
17. Potongan Tampak D ............................................................................... 101
18. Planting Plan.......................................................................................... 102
19. Plant Schedule........................................................................................ 103
20. Softwork Photos...................................................................................... 104
21. Gambar Detail 1 ..................................................................................... 105
22. Gambar Detail 2 ..................................................................................... 106
23. Gambar Detail 3 ..................................................................................... 107
24. Gambar Detail 4 ..................................................................................... 108
25. Gambar Detail 5 ..................................................................................... 109
26. Gambar Detail 6 ..................................................................................... 110
27. Gambar Detail 7 ..................................................................................... 111
PENDAHULUAN

Latar belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki garis pantai yang panjang,
karena terdiri dari beberapa pulau. Kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia
sangat besar, dari kekayaan akan flora dan fauna maupun keindahan alam yang
memukau mata dari keindahan gunung hingga keindahan pantainya. Oleh
karenanya Indonesia memiliki daya tarik pariwiasata yang cukup tinggi. Salah
satu pulau yang memiliki daya tarik pariwisata yang tinggi adalah pulau Bali.
Bali menjadi salah satu daerah pariwisata yang dituju baik dari wisatawan
dalam negeri maupun wisatawan mancanegara. Selain pantainya yang indah,
kondisi alamnya yang masih tetap dipertahankan dengan hamparan sawah yang
menjadi salah satu mata pencaharian bagi masyarakat Bali, dan kebudayaan Bali
dan Hindu yang sangat melekat menjadi daya tarik pariwisata.
Sheils Flynn Asia (SFA) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
di bidang konsultan lanskap yang berdiri sejak tahun 2001. Sheils Flynn Asia
merupakan cabang dari Sheils Flynn Landscape Architect Ltd UK. Menurut Hill
(1995) konsultan dapat menasehati klien dan memberikan saran melalui proses
interaksi konsultasi dua arah, dimana seiring dengan berjalannya proses
perancangan, proses konsultasi dapat dijadikan sebagai kebutuhan bagi diri klien
itu sendiri.
Perancangan Panorama Resort ini merupakan salah satu proyek desain
lanskap yang dikerjakan oleh SFA. Panorama resort merupakan apartement yang
akan dibangun dengan memanfaatkan keindahan pulau Bali, melalui penataan
lanskap yang tetap mempertahankan keadaan alam dan menjadikannya sebagai
nilai lebih dan point interest.
Proses perancangan yang terdapat di SFA dilakukan dalam beberapa tahap
dan revisi yang dilakukan dalam upaya untuk memenuhi standar dan kualitas
internasional dan merupakan salah satu kegiatan dalam bidang lanskap yang
sangat penting untuk dipelajari. Proses tersebut merupakan kesempatan untuk
meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang proses dan perancangan suatu
proyek pekerjaan lanskap. Proyek pekerjaan lanskap yang dikerjakan oleh SFA
2

melingkupi proyek yang berskala lokal maupun internasional, beberapa proyek


yang ditangani oleh SFA yang terdapat di Indonesia antara lain Garuda Wisnu
Kencana Bali, Vajra Villas Bali, Kebun Raya Liwa Lampung, Sculpture Park
Bandung dan beberapa contoh lainnya. Sedangkan yang terdapat di luar negeri,
SFA menangani proyek yang diantaranya Market Town centre regeneration ,
Riverside Regeneratio, Laurel Farm Strategic, Shepherds Bush, dan Omagh
Memorial.
Dengan melihat pengalaman dan kinerja SFA, maka magang diperusahaan
tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pada proses perancangan
dan menjadi bahan perbandingan dengan ilmu yang didapat di perkuliahan dengan
penerapannya di lapangan kerja yang sesungguhnya.

Tujuan Magang
Secara umum magang ini bertujuan untuk meningkatkan dan memperluas
wawasan, keterampilan serta pengalaman di bidang Arsitektur Lanskap dengan
belajar dan berperan aktif dalam kegiatan di studio. Secara khusus kegiatan
magang ini bertujuan untuk :
1. Memahami proses kegiatan perancangan lanskap dan sistem kerja di studio
sebuah proyek pada sebuah konsultan lanskap, khususnya pada proyek
Panorama Resort.
2. Memahami permasalahan yang terjadi pada proses perancangan yang ada di
tapak dan memahami alternatif pemecahannya.

Manfaat Magang
Manfaat dari magang ini yaitu mengembangkan sikap profesionalisme
mahasiswa dalam menghadapi kondisi lapangan kerja yang sesungguhnya dan
sebagai media pertukaran ilmu pengetahuan dan informasi yang berkaitan dengan
bidang perancangan lanskap serta menjalin kerjasama dan hubungan yang baik
antara Departemen Arsitektur Lanskap Institut Pertanian Bogor dengan Sheils
Flynn Asia.
TINJAUAN PUSTAKA

Lanskap
Menurut Eckbo (1964), lanskap adalah keseluruhan elemen fisik secara
kompleks di suatu area atau daerah. Lebih lanjut dikemukakan bahwa lanskap
secara fisik merupakan hasil interaksi antara manusia dengan alam, baik sebagai
individu ataupun makhluk sosial, sebagai satu kesatuan proses. Setiap unit lanskap
yang berupa fisik dan ekologi memberikan pengorganisasian informasi yang dapat
digunakan untuk perencanaan, perancangan, dan manajemen.

Resort dan Rekreasi


Resort merupakan suatu tempat yang digunakan sebagai tempat relaksasi
atau rekreasi. Tempat tersebut harus dapat menarik perhatian para pengunjung di
untuk menghabiskan hari libur atau sengaja berlibur disana. Resort dapat berupa
sebuah kota atau wilayah regional. Sebuah resort tidak hanya sebagai tempat
komersial saja, namun harus menjadi sebuah tempat yang menyediakan fasilitas
yang dibutuhkan oleh para pengunjung. Resort merupakan tempat peristirahatan
yang mempunyai suasana dan pemandangan yang berbeda yang diperuntukkan
bagi para wisatawan (http://id.wikipedia.org/wiki/resort,. 05 Mei 2007).
Resort dapat dibedakan menjadi beberapa bagian berdasarkan fungsinya,
yaitu:
1. Resort di tempat tujuan wisata (Resort at a destination)
Sebuah resort yang merupakan sarana fasilitas komersial pada daerah tujuan
wisata seperti daerah rekreasi, situs bersejarah, taman bertema, tempat atraksi
turis di tempat tujuan wisata tersebut.
2. Resort sebagai tempat tujuan wisata (Destination resort)
Sebuah resort yang menjadi tujuan dari wisata itu sendiri. Resort dengan tipe
ini memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh para wisatawan tanpa harus
berada di dekat tempat tujuan wisata. Untuk itu resort dengan tipe ini harus
menyediakan seluruh fasilitas sehingga para pengunjung dapat terus tinggal.
4

3. Resort yang mencakup semuanya (All inclusive resort)


Sebuah resort yang menyediakan seluruh fasilitas umum yang dibutuhkan,
selain itu juga menetapkan sebuah harga dasar untuk keseluruhan fasilitas
yang ada pada resort tersebut. Fasilitas yang dijadikan sebagai harga dasar
adalah makanan dan minuman yang tak terbatas, fasilitas olahraga dan
kebugaran, dan hiburan (http://id.wikipedia.org/wiki/resort, 05 Mei 2007).
Rekreasi adalah penggunaan waktu yang ada untuk mengistirahatkan
tubuh dan pikiran dari kegiatan rutin yang telah dijalani. Rekreasi ini sendiri dapat
dikatakan sebagai penyegaran diri sendiri melalui kesenangan
(http://id.wikipedia.org/wiki/resort, 05 Mei 2007).
Menurut Gold (1980) rekreasi adalah kegiatan yang dilakukan pada waktu
luang untuk memanjakan diri sendiri atau sebuah penyegaran dari aktivitas rutin.
Rekreasi dengan waktu luang saling berhubungan, namun pada dasarnya
merupakan dua hal yang berbeda. Waktu luang merupakan periode waktu yang
berada disela-sela kegiatan rutin, sedangkan rekreasi merupakan aktivitas pada
suatu tempat.

Perencanaan dan Perancangan


Menurut Lynch (1981) perencanaan tapak adalah seni menciptakan
lingkungan fisik luar yang menyokong tindakan manusia, dimana proses
perencanaan dimulai dengan memahami orang-orang yang akan menggunakan
tapak tersebut dan kebijakan-kebijakan yang ada. Tapak tidak hanya kumpulan
dari bangunan dan jalan saja, tetapi juga merupakan suatu sistem dari struktur,
permukaan, ruang, makhluk hidup, iklim, dan lainnya.
Perencanaan merupakan suatu pendekatan ke masa depan terhadap lahan
dan perencanaan tersebut disertai dengan imajinasi dan kepekaan terhadap analisis
tapak (Laurie, 1984). Selanjutnya diungkapkan bahwa pendekatan yang baik
dalam perencanaan lanskap pada hakekatnya berdasarkan lima komponen utama
yaitu, faktor alam, sosial, teknologi, metodologi, dan nilai-nilai.
Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1990) merencana merupakan suatu
kegiatan memecahkan masalah dan proses pengambilan keputusan. Secara singkat
dikatakan bahwa perencanaan adalah proses pemikiran dari suatu ide ke arah
5

bentuk yang nyata. Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam bidang arsitektur lanskap,
merencana merupakan suatu tindakan menata dan menyatukan berbagai
penggunaan lahan berdasarkan pengetahuan teknis lahan dan kualitas estetikanya
guna mendukung fungsi yang akan dikembangkan pada lahan tersebut.
Perancangan lanskap merupakan perluasan dari perencanaan tapak dan
termasuk dalam proses perencanaan tapak. Perancangan menekankan pada seleksi
komponen-komponen rancangan, bahan-bahan, tumbuh-tumbuhan, dan
kombinasi-kombinasinya sebagai pemecahan masalah terhadap kendala-kendala
di dalam tapak. Di samping itu perancangan pertamanan juga berkenaan dengan
perkembangan-pekembangan visual (Laurie, 1984).
Dalam perancangan lanskap prinsip dasar perancangan merupakan hal
yang mendasar. Menurut Vandyke (1990) prinsip perancangan terdiri dari:
1. Unity, yaitu kesatuan seluruh elemen (harmonis): repetation, module, grid,
dan theme.
2. Balance, yaitu keseimbangan dalam skala dan proporsi untuk menyusun
elemen lanskap: symmetry, asymmetry, dan radial.
3. Emphasis/Dominance, yaitu menciptakan kontras/aksen: directionality,
placement, dan contrast, size,dan number.
Menurut Simonds (1983), dalam merancang sebuah lanskap terdapat
sebuah prinsip, yaitu dengan mengeliminasi elemen-elemen yang buruk dan
menonjolkan elemen-elemen yang baik. Dalam lanskap, karakter tapak yang
menarik harus diciptakan atau dipertahankan sehingga semua elemen yang banyak
variasinya akan menjadi kesatuan yang harmonis. Dalam perancangan terdapat
proses yang memiliki beberapa tahapan. Menurut Simonds (1983), proses
perencanaan/perancangan terdiri dari empat tahapan, yaitu:
1. Commision, merupakan tahap pemberian tugas dan persiapan, yang
berhubungan dengan persetujuan kontrak dengan klien dalam bentuk tertulis
sebagai dasar pegangan pelaksanaan tugas.
2. Research, merupakan tahap pengumpulan data berbagai informasi yang
didapat dari kegiatan dari inventarisasi.
3. Analysis, pada tahap ini dilakukan analisis terhadap data yang ada dan
penentuan kendala serta potensi.
6

4. Synthesis, merupakan tahap pemecahan kendala dan pemanfaatan potensi


sebagai bentuk persiapan dalam menentukan alternatif perencanaan.
Sedangkan menurut Booth (1983), pada proses perancangan harus
memberikan pemikiran yang logikal dan kerja tim yang baik dalam menciptakan
sebuah desain, dapat memberikan informasi yang jelas tentang desain,
memberikan solusi alternatif yang terbaik, serta menjelaskan solusi tersebut
kepada klien. Secara umum proses perancangan terdiri dari :
1. Project acceptance
2. Studi dan analisa
a Persiapan peta dasar
b Inventarisasi dan analisis
c Wawancara dengan klien
d Pengembangan program
3. Design
a Diagram fungsi
b Diagram hubungan tapak
c Concept plan
d Studi bentuk perancangan
e Preliminary design
f Schematic plan
g Master plan
h Design development
4. Gambar Kerja (Construction drawings)
a Layout plan
b Grading plan
c Planting plan
d Construction details
5. Pelaksanaan (Implementation)
6. Post-construction evaluation
7. Pemeliharaan (Maintenance)
7

Menurut Gold (1980), perencanaan rekreasi secara umum terdiri dari:


1. Inventory, merupakan tahap melihat karakteristik dari tapak yang mencakup
kondisi eksisting, iklim, topografi, hidrologi, kemiringan lahan, tanah,
vegetasi, dan view.
2. Analysis, merupakan tahap melihat peluang dan kendala yang ada di tapak
sehingga dapat menentukan area potensial yang dapat dikembangkan dan daya
dukung dari tapak tersebut.
3. Synthesis, pada tahap ini menghasilkan konsep-konsep sebagai alternatif dari
desain.
4. Master plan, merupakan konsep alternatif yang dipilih.

Konsultan Lanskap

Menurut Gold (1980), konsultan lanskap adalah pengembang swasta yang


memiliki tanggung jawab moral dalam hal penyediaan ruang dan fasilitas rekreasi
dalam kota. Perencana kota dan arsitek lanskap berperan penting dalam kegiatan
preservasi, perancangan ruang terbuka, pembangunan fasilitas rekreasi, dan
program sosial sebagai pelayanan kebutuhan rekreasi bagi manusia.
Konsultan memiliki beberapa kelebihan di antaranya :
1. Kemampuan profesional, yaitu memiliki kompetensi secara teknis berupa
kemampuan dari segi perancangan yang dapat dilihat dari proyek desain yang
telah dikerjakan.
2. Penyediaan pelayanan, dimana kualitas pelayanan jasa yang telah dikerjakan
dapat dievaluasi dari referensi klien sebelumnya.
3. Kemampuan untuk menyediakan staf tim perencanaan dengan latar belakang
pengalaman dan pengetahuan yang cukup baik untuk mengerjakan suatu
proyek dan menyelesaikannya tepat waktu dalam jangka waktu yang telah
ditentukan.
4. Kemampuan untuk menyewa staf ahli tambahan yang dibutuhkan sesuai beban
kerja yang dibutuhkan.
5. Memiliki latar belakang pengalaman, alat-alat dan pengetahuan langsung yang
berkaitan dengan situasi dan proyek yang beragam.
6. Hasil kerja yang objektif dan profesional.
8

7. Sistem kerja berdasarkan pada jadwal kerja yang telah dibuat.


Dalam memilih konsultan yang profesional, hal-hal yang harus
diperhatikan adalah: (1) Pengalaman dan reputasi, (2) Latar belakang dari setiap
staf yang ada, (3) Kemampuan tingkat muatan dan beban kerja, (4) Ketersediaan
pakar dan ahli dalam setiap bidang disiplin ilmu, (5) Tanggung jawab secara
profesional, (6) Tanggung jawab sosial.
METODOLOGI

Tempat dan Waktu Magang


Kegiatan magang pada proses perancangan Panorama Resort ini
dilaksanakan di PT Sheils Flynn Asia yang beralamat Jl. Ir. H. Juanda No. 13,
Bogor, Jawa Barat. Kegiatan magang berlangsung selama empat bulan dari 23
April hingga 23 Agustus 2007 (Tabel 1).

Metode Magang
Metode magang yang digunakan adalah berpartisipasi aktif dalam kegiatan
proses perancangan lanskap panorama resort dan apartemen pada lingkup kegiatan
studio di PT Sheils Flynn Asia. Dalam pelaksanaannya mengikuti jadwal dari
proses perancangan PT Sheils Flynn Asia.
Data yang diambil merupakan hasil survai, wawancara, dan studi pustaka
berupa buku, laporan, dan sumber lainnya tentang proses kegiatan perancangan
yang dapat dijadikan sebagai acuan. Jenis, bentuk, dan sumber data yang diambil
dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 01. Jadwal Kegiatan Magang


APR MEI JUN JUL AGUST
Jenis Kegiatan 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
PROSES
PERANCANGAN
1. Persiapan

2. Tahap 1
Riset dan Analisa
- Survey

- Riset dan Analisa

3. Tahap 2
Desain Konsep
KEGIATAN
ADMINISTRASI
1. Pengenalan profil dan
kelembagaan PT
Sheils Flynn Asia
2. Pengenalan proses
kerja lanskap PT
Sheils Flynn Asia
10

Tabel 02. Jenis, Bentuk, dan Sumber Data

Jenis Data Bentuk Data Sumber Data


Data fisik dan Biofisik
- Orientasi, Letak dan Derajat LS dan PT Sheils Flynn Asia
Luas derajat BT, Ha
- Aksesibilitas Km PT Sheils Flynn Asia
- Tata Guna Lahan Ha PT Sheils Flynn Asia
- Hidrologi Jumlah PT Sheils Flynn Asia
- Vegetasi dan Satwa Jumlah PT Sheils Flynn Asia
- View Titik PT Sheils Flynn Asia
- Topografi Persen kemiringan PT Sheils Flynn Asia
lahan, dpl
- Jenis Tanah Jenis tanah PT Sheils Flynn Asia

Data sosial
- Sosial Ekonomi Deskripsi PT Sheils Flynn Asia
- Sosial Budaya Deskripsi PT Sheils Flynn Asia
Profil Perusahaan
Sejarah Perusahaan Deskripsi Wawancara dan PT Sheils
Flynn Asia
Struktur Organisasi Bagan dan diagram Wawancara dan PT Sheils
Flynn Asia
Sistem Kerja Deskripsi Wawancara dan PT Sheils
Flynn Asia
Proses Perancangan
Lanskap
- Tahap inventarisasi Deskripsi PT Sheils Flynn Asia
- Tahap riset dan analisa Deskripsi PT Sheils Flynn Asia
- Tahap konsep disain Deskripsi PT Sheils Flynn Asia

Kegiatan magang yang dilakukan meliputi:


1. Mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan studio yang ada di
perusahaan tersebut mengikuti dengan jadwal kegiatan perancangan
proyek yang sedang dilaksanakan. Kegiatan tersebut meliputi tahap-
tahap yang ada, terdiri dari tahap riset dan analisa, tahap konsep
desain, tahap pengembangan konsep, dan tahap pembuatan gambar
kerja.
2. Mengenal sistem kerja dan alur kerja yang ada di PT. Sheils Flynn
Asia.
3. Mengenal struktur kelembagaan dan kegiatan PT. Sheils Flynn Asia.
11

Metode atau proses perancangan pada PT. Sheils Flynn Asia, khususnya
Panorama Resort akan dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan, tahap pembuatan proposal yang berisi tentang
perumusan tujuan, program dan informasi lain yang mendukung.
2. Tahap 1, Riset dan Analisa, tahap pengumpulan data-data survey, analisa
kondisi fisik dan sosial serta potensi dan kendala pada tapak.
3. Tahap 2, Konsep Desain, pembuatan Masterplan dan sketsa pada area-
area utama.
4. Tahap 3, Pengembangan Desain, dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap
awal dan tahap akhir. Pada tahap awal pembuatan Siteplan, sketsa, dan
ilustrasi. Sedangkan pada tahap akhir penyempurnaan gambar Siteplan,
detail siteplan pada tiap zona, gambar potongan, dan panel foto.
5. Tahap 4, Pembuatan Gambar Kerja, mempersiapkan gambar kerja
berupa gambar detail pada masing-masing zona, gambar detail konstruksi,
pemilihan material, dan denah penanaman.
12

Persiapan Proposal

Tahap 1 1. Data-data survey


Riset dan Analisa 2. Gambar-gambar analisa
3. Gambar-gambar potensi dan kendala

Tahap 2 1. Masterplan konsep skala 1 : 1000


Konsep Desain 2. Masterplan konsep pada area utama skala 1 : 500
3. Sketsa 3D untuk area utama

Pengembangan Desain Tahap awal


1. Siteplan keseluruhan skala 1:1000
2. Siteplan pada area utama, skala 1:500
3. Sketsa dan ilustrasi
Tahap 3
Pengembangan Desain Pengembangan Desain Tahap Akhir:
1. Siteplan keseluruhan yang berwarna 1:1000
2. Siteplan hitam putih, skala 1:200 untuk setiap zona
3. Gambar potongan, skala 1:200
4. Panel foto

1. Siteplan keseluruhan yang dipecah menjadi beberapa


lembar (layoutplan), skala 1:200.
Tahap 4 2. Gambar potongan, skala 1:200.
Pembuatan Gambar 3. Gambar Detail Kontruksi
Kerja 4. Spesifikasi material
5. Denah Penanaman (Planting Plan)

Gambar 01. Proses Perancangan Lanskap di PT Sheils Flynn Asia, Bogor


KONDISI UMUM

Profil PT Sheils Flynn Asia


Sheils Flynn Asia (SFA) adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam
bidang konsultasi dan desain lanskap. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 2001 dan
termasuk dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT). Berikut profil singkat PT Sheils
Flynn Asia:
Kantor Pusat : SHEILS FLYNN LANDSCAPE ARCHITECTS LTD.
East of England in the village of Docking, Norfolk
Nomor Registrasi : 339475
Alamat : London Studio
9 Leinster Avenue
London, United Kingdom
SW14 7JW
Telp. +44 (0)208 8765024
Fax. +44 (0)208 8766627
e-mail : london@sheilsflynn.com
web site : www.sheilsflynn.com
Norfolk Studio
Bank House High Street Docking
Norfolk PE 31 8 PN ENGLAND
Telp. +44 1485 518304
Fax. +44 1485 518303
e-mail : Norfolk@sheilsflynn.com
web site : www.sheilsflynn.com
Direktur Utama : Eoghan Sheils BA (Hons) Dip LA
Kate Collins MA MLA MLAUD
Stephen Flynn BLArch (Hons)
Kantor Asia : PT SHEILS FLYNN ASIA
Kota Bogor, Jawa Barat Indonesia
Alamat : Kebun Raya Bogor
Jl. Ir. H. Juanda No. 13
14

Bogor 16122 Jawa Barat Indonesia


Telp. +62 251 310945
Fax. +62 251 306016
e-mail : asia@sheilsflynn.com
web site : www.sheilsflynnasia.com
Direktur : Ir. Yannes A. Pasaribu

Sheils Flynn dipimpin oleh tiga direktur utama, yaitu Eoghan Sheils,
Stephen Flynn, dan Kate Collins. Sedangkan untuk Sheils Flynn Asia ditambah
seorang direktur cabang asia, yaitu Yannes Pasaribu. Pada setiap pelaksanaan
proyek yang dikerjakan harus diketahui dan disetujui oleh salah satu direktur
utama. Proyek-proyek SFA meliputi pekerjaan-pekerjaan kebijakan dan
konservasi, studi kelayakan, skema restorasi lanskap, serta desain dan
implementasinya. Beberapa penghargaan atas desain yang telah dihasilkan oleh
SFA. Penghargaan-penghargaan tersebut antara lain:
1. Tahun 1999, memperoleh penghargaan Civic Trust Awards untuk desain
Wainfleet Market Place.
2. Tahun 2000, meraih juara Runner up untuk International Design
Competition for Garden of Hope, Love Peace and Harmony.
3. Tahun 2001, memperoleh penghargaan Civic Trust Awards untuk desain
Louth Bus Station UK.
4. Tahun 2001, memperoleh penghargaan Civic Trust Awards untuk Urban
Design Scheme for Horncastle, Lincolnshire.
Dalam pelaksanan proyek yang ada di SFA, direktur cabang dibantu oleh
direktur desain dan direktur proyek. Direktur desain memantau pekerjaan yang
berhubungan dengan konsep desain, sedangkan direktur projek mengatur jumlah
tenaga kerja yang ada dalam satu proyek dan memantau kinerjanya setiap hari.
Dalam satu proyek akan terdapat project leader yang memimpin sebuah proyek
dan membagi pekerjaan kepada timnya setiap harinya. Selain itu terdapat CAD
manajer yang memantau pekerjaan gambar CAD.
Direktur UK

Eoghan Sheils
Kate Collins
Stephen Flynn

Direktur Asia

Yannes Pasaribu
Sekretaris

Made Dwi Astuti


Direktur Desain Direktur Proyek

Iman P. Septadarma Rahman Andra W.

Arsitek Senior

Arsitek Lanskap Arsitek Manajer CAD

Rosa Yulita W. Gunang Arif Hidayat


Dedy Guswandi
Hendrianto
Drafter

Ferdy Kusnadi

15
Gambar 02. Struktur Organisasi PT Sheils Flynn Asia
16

Pada pelaksanaan proyek dari gambar analisis, desain hingga gambar kerja
dikerjakan dalam satu tim yang dipimpin oleh project leader. Setiap hasil gambar
yang telah dikerjakan dilaporkan kembali, untuk gambar desain dikonfirmasikan
pada direktur desain dan gambar CAD pada manajer CAD. Setelah dilakukan
pengecekan dan perbaikan, hasil terakhir baru dilaporkan ke direktur utama Sheils
Flynn untuk mendapatkan persetujuan dan perbaikan kembali jika masih
diperlukan. Setelah gambar mendapatkan persetujuan, gambar tersebut akan
dikirim kembali ke klien.
Dalam pengerjaan proyek, terdapat beberapa aplikasi komputer yang
digunakan sehingga hasil gambar yang dihasilkan dapat memberikan penjelasan
yang detail dan klien dapat memahami gambar dengan lebih mudah dan sebagai
media komunikasi baik dengan klien maupun dengan staff yang ada di UK.
Aplikasi komputer yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 03.

Tabel 03. Aplikasi komputer yang digunakan oleh SFA dan kegunaannya
Nama aplikasi komputer Kegunaan
AUTOCAD LT 2006, AUTOCAD CAD drawing
R14
AUTOVIZ 3D Rendering
3D Studio Max 3D Rendering/Animasi
Adobe Potoshop 7.0, 3D Rendering
Adobe Potoshop CS2
Adobe Illustrator Layout dan Edit Foto
Adobe Acrobat Dokumen dan Publishing
Adobe Pagemaker Presentasi
Adobe Image Ready CS2 Layout dan Edit Foto
Microsoft Office Dokumen
Microsoft Office Outlook E-mail
Skype Komunikasi internal dan rapat dengan
UK staff
17

Kondisi Umum Bali


Bali merupakan salah satu pulau dan provinsi yang ada di Indonesia yang
paling sering dikunjungi oleh para wisatawan baik dalam maupun mancanegara.
Bali terletak di sebelah timur Pulau Jawa atau disebelah barat gugusan kepulauan
Nusa Tenggara. Disebelah utara Pulau Bali berbatasan dengan Laut Bali,
disebelah selatan dengan Samudera Hindia, ditimur dengan Selat lombok, dan
dibarat bersebelahan dengan Selat Bali. Secara geografisnya terletak di 82523
LS dan 1151455 LT dan memiliki luas area 5,632.86 km2 dan kepadatan
penduduk 559.2 orang/km.
Secara administratif, Propinsi daerah Tingkat I Bali terdiri dari delapan
kabupaten daerah tingkat II, yaitu Kabupaten Badung, Kabupaten Bangli,
Kabupaten Buleleng, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Jembrana, Kabupaten
Karangasem, Kabupaten Klungkung, dan Kabupaten Tabanan dan satu kotamadya
daerah Tingkat II yang juga merupakan ibukota propinsi yaitu Kotamadya
Denpasar. Kelurahan/Desa Pecatu yang merupakan letak proyek Panorama Resort
berada di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung.
Secara umum kondisi Bali merupakan wilayah yang berbukit dan
pegunungan, dataran, daerah pantai, dan pulau-pulau kecil yang mengelilingi Bali.
Iklimnya termasuk pada iklim tropis dengan curah hujan antara 890 mm 2.700
mm per tahunnya, suhu udara antara 24oC 31oC, kelembaban 77%, dan jarak
pandang sekitar 15 km. Mata pencaharian masyarakat Bali pada umumnya adalah
pada bidang pertanian dan perkebunan, selain itu bidang pariwisata juga menjadi
salah satu usaha untuk mendapatkan penghasilan bagi masyarakat Bali.

Kondisi Umum Panorama Resort


Salah satu proyek yang sedang dilaksanakan oleh SFA adalah Panorama
Resort. SFA dipercaya oleh MC2 Tropical Property sebagai klien (Client Project
Management and Project Marketing) untuk mengembangkan bagian lanskap dari
Panorama Resort tersebut. Pengembang lainnya yang ikut dalam proyek ini
diantaranya adalah Original Vision (Architecture Consultant), Plum Design
(Interior), United Engineers (Main Contractor), Outrigger Enterprises Group
(Resort Operator), AAA Group (Financial Adviser), TTW Indonesia (Structural
18

Engineers), BEAC Services Indonesia (Mechanical, Engineering, Plumbing), dan


Golder Associates (Geotechnical Engineers). Tapak pada proyek ini berada
dibagian selatan pulau Bali dan akan menjadi rangkaian resort yang berada di
tebing dengan panorama Samudra Hindia.
Panorama Resort akan menjadi kawasan resort yang menyediakan
beberapa fasilitas berupa hotel, apartemen, dan spa serta menyajikan panorama
Samudra Hindia yang sangat memukau dan fasilitas yang menunjang. Panorama
Resort berada pada tebing bagian selatan Bali tepatnya pada Kabupaten Badung,
Kecamatan Kuta Selatan, Desa Pecatu sekitar 30 menit dari bandara Denpasar (I
Ngurah Rai Airport), sedangkan letak geografisnya berada pada 8 50 45,11 LS
dan 115 07 55,59 BT. Tapak merupakan bagian dari ekologi hutan kapur yang
telah mengalami penghijauan kembali sehingga masyarakat sekitar dapat terus
memanfaatkannya.
19

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Kerja PT SFA


Sebuah perusahaan memiliki alur atau proses sendiri dalam setiap sistem
kerjanya yang berfungsi untuk mengatur kegiatan yang ada menjadi lebih efisien
dan jelas. Sistem kerja yang dimiliki oleh PT SFA diantaranya adalah sistem
penyimpanan data dan sistem penamaan gambar.

Sistem Penyimpanan Data


Semua data yang ada di PT SFA disimpan pada komputer server yang
telah dibagi menjadi beberapa bagian atau folder dengan nama-nama sebagai
berikut:
1. Financial, yang menyimpan data yang berkaitan dengan keuangan
perusahaan,
2. Sage, berupa software komputer yang berhubungan dengan keuangan
perusahaan dan masih berkaitan dengan data penyimpanan pada folder
finance,
3. Marketing, menyimpan data yang berhubungan dengan pemasaran pihak
SFA,
4. Library, untuk menyimpan file gambar CAD vegetasi dan material yang
biasa digunakan, selain itu terdapat pula file gambar CAD standar yang
digunakan oleh SFA,
5. Photography, menyimpang hasil foto setiap proyek dari proses inventarisasi
hingga pelaksanaan dari proyek tersebut, selain itu juga menyimpan foto-foto
kegiatan yang dilakukan oleh SFA,
6. Work, menyimpan data dalam masing-masing folder tentang administrasi
perusahaan dan profil staf. Kemudian terdapat folder project yang berisi
proyek yang sedang dikerjakan maupun yang akan dikerjakan dan juga
potensial proyek yang disimpan pada masing-masing folder. Selain itu juga
menyimpan file yang keluar atau masuk dari setiap proyek pada folder
internet. Masing-masing folder proyek menyimpan data pada setiap tahap
20

pekerjaan dan data yang berkaitan dengan proyek atau data dari pihak
konsultan lainnya pada masing-masing folder,
7. Archive, untuk menyimpan semua proyek yang telah dikerjakan oleh SFA,
8. References, menyimpan data tentang site furniture, material, dan vegetasi
yang digunakan pada setiap proyek.
9. Outlook, untuk menyimpan semua email yang telah masuk ke SFA, baik
email dari Sheils Flynn UK maupun email dari pihak konsultan lainnya.
Proyek yang dikerjakan oleh SFA berupa proyek internasional maupun
nasional, untuk membedakannya pada proyek internasional penamaannya
menggunakan tiga digit angka, seperti Laurel Farm Strategic diberi kode 208,
BBP Brook Farm diberi kode 220, Omagh Memorial diberi kode 221, dan
seterusnya. Sedangkan untuk proyek yang nasional, penamaannya juga memakai
tiga digit angka, namun didepannya menggunakan abjad huruf A untuk
membedakan dengan proyek internasional seperti Villa Vajra Bali diberi kode
A130, Pradha Jimbaran diberi kode A109, Panorama Resort diberi kode A114,
dan seterusnya.

Sistem Penamaan dan Layout Gambar


Untuk mempermudah dalam pemeriksaan dan revisi, setiap gambar akan
diberi penamaan sesuai dengan tahap yang sedang berlangsung. Kode yang
digunakan pada masing-masing tahap pada panorama resort adalah sebagai
berikut:

Riset dan Analisa (Research and Appraisal) RA

Desain Konsep (Concept Design) CD

Pengembangan Desain (Design Development) DD

Pembuatan Gambar Kerja (Production Documentation) PD

contoh penamaan gambar untuk tahap Research and Appraisal pada proyek
Panorama Resort, nomer gambar pada tahap ini adalah A114 RA kemudian
diikuti dengan nomor urut gambar pada tahap tersebut.

Hasil gambar khususnya gambar CAD, PT SFA memiliki layout sendiri


yang dibagi menjadi dua bagian. Layout pada tahap riset dan analisa serta desain
21

konsep hanya terdapat logo perusahaan, judul proyek dan gambar, nomer gambar,
dan arah utara serta skala garis. Sedangkan pada tahap pengembangan desain dan
pembuatan gambar kerja layout gambar terdiri dari :

1. Arah utara dan skala garis, untuk mengetahui orientasi gambar dan skala
gambar untu memberikan informasi yang jelas tentang arah dan jarak,
2. Kolom pernyataan, berisi poin pernyataan dari pihak SFA,
3. Kolom perusahaan, memberikan informasi perusahaan-perusahaan yang
terlibat dalam proyek dan bertanggung jawab terhadap gambar,
4. Judul proyek, memberikan informasi nama proyek yang sedang dikerjakan oleh
PT SFA,
5. Keterangan gambar proyek, memberikan informasi nama-nama yang
merancang, mengecek, digambar oleh, dan skala gambar,
6. Judul dan nomor gambar, memberikan informasi judul dan nomor gambar.

Standar Gambar Kerja PT SFA


SFA mempunyai standar gambar kerja sendiri, khususnya pada gambar
CAD. Setiap gambar kerja memiliki standar berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan pada setiap gambar agar dapat memberikan informasi selengkap-
lengkapnya. Salah satunya adalah penggunaan layers, dimana setiap layer
menggunakan warna yang berbeda sesuai dengan ketebalan garis yang
dibutuhkan, karena warna mewakili ketebalan garis yang berbeda-beda seperti
contoh warna cyan memiliki ketebalan garis yang paling tebal yaitu 0.5 mm,
warna red dengan ketebalan garis 0.3 mm, warna yellow dengan ketebalan garis
0.2 mm dan seterusnya, dan warna yang memiliki ketebalan paling tipis adalah
warna dengan kode 08 dan yang terakhir adalah warna dengan kode 09. Setiap
garis mewakilkan bentukan-bentukan yang berbeda-beda, sehingga dalam
penamaan layersnya pun berbeda-beda sesuai dengan fungsinya. Dalam satu nama
layers yang sama akan terdapat beberapa pilihan sesuai dengan skala yang dipakai
dalam masing-masing gambar. Standar penggunaan layers SFA dapat dilihat pada
Lampiran 01. Standar gambar ini disesuaikan dengan standar gambar yang dipakai
oleh Sheils Flynn Landscape Architect U.K sehingga mempermudah dalam proses
revisi dan diskusi dengan direktur utama.
22

Perancangan Panorama Resort

Proses perancangan yang ada di SFA dibagi menjadi lima tahap, yang
terdiri dari persiapan, riset dan analisis (Research & Appraisal), konsep desain
(Concept Design), pengembangan desain (Design Development), dan pembuatan
gambar kerja (Production Documentation). Masing-masing dari setiap tahap akan
mengeluarkan hasil output sesuai dengan tujuannya. Perancangan Panorama
Resort meliputi kelima tahap tersebut, dalam proses konsep desain melibatkan
banyak rangkaian-rangkaian pekerjaan sehingga tidak selalu berjalan sesuai
dengan alur/urutan yag telah ditetapkan bahkan beberapa pekerjaan akan
dilakukan dalam waktu yang bersamaan atau berulang-ulang.

Proyek yang dikerjakan oleh SFA didapat biasanya melalui sistem tender,
untuk proyek Panorama Resort ini, SFA mendapatkannya melalui sistem tender
dengan cara mengajukan proposal yang masuk pada tahap persiapan. Namun ada
beberapa proyek yang didapatkan dengan cara penunjukan langsung seperti A130
Vajra Villa Ubud di Bali. Setelah mendapatkan surat perintah kerja maka
dilakukan inventarisasi dan melakukan analisa tentang kondisi tapak dan
dilakukan sintesis, SFA melakukan sintesis dengan langsung mengeluarkan
gambar konsep yang akan menjawab semua peluang dan kendala yang ada ditapak
sehingga tidak ada tahap tersendiri untuk bagian sintesis melainkan masuk pada
tahap konsep desain yang nantinya akan dilakukan pengembangan seiring dengan
isu yang muncul pada tapak dan keinginan dari klien. Setelah dilakukan
pengembangan desain baru melangkah ke tahap selanjutnya yaitu membuat
gambar kerja yang memberikan informasi tentang spesifikasi dan penggunaan
material pada setiap site furniture yang dibuat.

Tahap Persiapan

Tahap persiapan adalah tahap dilakukannya perumusan tujuan, program


dan informasi lain yang mendukung. Pada tahap ini pihak SFA membuat proposal
pembuatan desain lanskap resort yang berisi tentang profil perusahaan, lingkup
pekerjaan proyeknya, peluang dan isu kendala proyek, tim kerja, pendekatan-
pendekatan pada proses desain, tahapan/program kerja proyek, dan penawaran
23

harga. Pada saat SFA membuat proposal, pihak arsitek berada satu tahap lebih
maju dimana telah membuat layout dan konsep dari disain bangunannya dengan
bentuk apartement susun yang dapat memaksimalkan pemandangan ke arah laut.

Tahap Riset dan Analisis (Research & Appraisal)

Tahap riset dan analisis adalah tahap akan dilakukan pengumpulan data
survey yang diperlukan termasuk kendala dan potensi yang ada ditapak. Data yang
dikumpulkan meliputi data fisik, sosial dan budaya, serta data yang dapat
mendukung. Untuk dapat lebih memahami kondisi tapak akan dilakukan
pengamatan langsung untuk melihat karakter lanskap, physiography, ekologi,
orientasi, dan iklim mikro pada tapak.

Setelah data didapat akan dilakukan analisis berupa analisis topografi,


drainase, orientasi, vegetasi, tata guna lahan, views, serta komponen lanskapnya.
Dari hasil analisis tersebut akan memberikan informasi tentang peluang dan
kendala yang ada ditapak dan akan dijadikan sebagai acuan dalam konsep desain
dan ciri khas tapak yang dapat dipertahankan sehingga menjadi identitas dari
desain resort nantinya. Pelaksanaan dalam tahap ini dapat dilihat dalam Tabel 04,
dan hasil yang dikeluarkan berupa gambar analisis tentang site analysis dan
review of current masterplan.

Hasil Analisis dan Riset

Pada tahap ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu analisis tapak (Site
Analysis) dari data survey atau data primer dan data sekunder dari pustaka-pustaka
yang berhubungan dengan tapak. Kemudian dilakukan analisis terhadap
masterplan bangunan arsitektural (Review of Current Masterplan). Setelah
analisis maka langkah selanjutnya adalah menentukan peluang dan kendala. Pada
pelaksanaannya SFA mengalami keterlambatan dalam proses mendesain, karena
bagian arsitektural bangunannya terlebih dahulu harus menyelesaikan layout agar
dalam mendesain bagian lanskapnya akan mengikuti dan mengimbangi layout
bangunan sehingga dapat tercipta keserasian yang harmonis.
24

Tabel 04. Rangkaian Tugas dan Hasil dari Tahap Riset dan Analisis

Rangkaian Tugas Hasil

Mengunjungi tapak dan melihat Diagram-diagram yang


daerah sekelilingnya untuk lebih menggambarkan peluang dan kendala
mengenal karakter lanskap, budaya, di tapak, termasuk aksesibilitas, tata
dan kondisi lingkungan guna lahan sekitar tapak, pencahayaan

Konsultasi dengan klien dalam hubungan dengan lingkungan sekitar,

pengembangan selanjutnya serta bentukan lahan, vegetasi, bentukan

memahami karakter dan kualitas natural alam, arah sinar matahari,

desain. bayangan, dan arah angin.

Analisis secara menyeluruh terhadap Database tentang referensi material,

semua aspek lanskap yang meliputi tanaman yang diusulkan dan

analisis landform, hidrologi, tanah, habitatnya.

orientasi, tata guna lahan, vegetasi Gambar peluang dan kendala pada
(spesies tanaman dan ekologinya), tapak yang menjadi kunci dan acuan
karakter lanskap, views, dan dalam pngembangan desain.
komponen lanskapnya.

Menganalisis semua data yang


diperlukan dalam pembangunan
utilitas.

Menganalisis data survey tanah dan


data yang telah diambil pada
inventarisasi pertama.

Menghadiri meeting pertama di


Jakarta.

Analisis Tapak (Site Analysis)

Analisis tapak merupakan analisis mengenai keadaan tapak dengan segala


peluang dan kendala yang ada. Pada analisis ini dibagi menjadi 8 bagian yang
meliputi semua karakter lanskap, yaitu konteks tapak dan regional, kondisi tapak
eksisting, analisis topografi, analisis tanah, analisis vegetasi, analisis view,
analisis konteks budaya, dan analisis karakter lanskap.
25

Konteks Tapak dan Regional

Panorama Resort berada pada tebing bagian selatan Bali, secara


administratif terletak di Kabupaten Badung, Kecamatan Kuta Selatan, Desa
Pecatu. Sedangkan letak geografisnya berada pada 8 50 45,11 LS dan 115 07
55,59 BT (Gambar 03). Total luas tapak Panorama Resort sebesar 3.5 Ha, yang
akan dikembangkan menjadi kawasan resort dengan bangunan berupa apartement.
Panorama terletak di deretan/barisan resort yang berada di tebing selatan Bali
yang memanfaatkan keindahan pemandangan Samudra Hindia sehingga
berdasarkan letaknya yang strategis Panorama Resort memiliki nilai lebih.
Akses untuk menuju tapak sangat mudah dicapai. Melalui jalur darat dari
bandara I Ngurah Rai dapat ditempuh sekitar 30 menit, tetapi jalan yang menuju
ke dalam tapak itu sendiri belum ada sehingga akan dibuat akses masuk menuju
tapak dengan dua jalur kendaraan sehingga mempermudah pengguna dengan
deretan pepohonan yang menjadi penunjuk dan penerangan yang memadai.

Kondisi Tapak Eksisting

Berdasarkan hasil data survey, dapat dilihat topografi lahan dengan


interval kontur 1 meter, letak pepohonan, dan ciri khas tapak seperti batu karang.
Melalui foto udara dapat dilihat sisa-sisa bangunan pada tapak yang dipergunakan
oleh masyarakat sekitar seperti bangunan penampungan air, dinding-dinding
penahan pada area ladang. Selain untuk memenuhi kebutuhan hidup tapak juga
dipergunakan untuk tempat beribadatan, hal tersebut terlihat bahwa pada tapak
terdapat kuil yang terletak ditebing bagian selatan tapak (Gambar 04). Dari foto
hasil inventarisasi dapat dilihat kondisi tapak dari topografi, vegetasi, budaya, dan
views (Gambar 05-09).

Analisis Topografi

Pada tapak terdapat perubahan level yang drastis pada sisi tapak, berkisar
antara 158 m 113 m pada batas tapak bagian utara dan titik terendah terdapat
pada bagian tebing mencapai titik 45 m. Pada muka tapak bagian selatan yang
menghadap ke samudra berada pada ketinggian tertinggi dari tebing yang berkisar
26

Gambar 03. Lokasi Panorama Resort (Sumber PT. Sheils Flynn Asia)
27

Gambar 04. Kondisi Tapak Eksisting (Sumber PT. Sheils Flynn Asia)
28

Gambar 05. Topografi Eksisting (Sumber PT. Sheils Flynn Asia)


29

Gambar 06. Vegetasi Eksisting (Sumber PT. Sheils Flynn Asia)


30

Gambar 07. Bentukan Alam Eksisting (Sumber PT. Sheils Flynn Asia)
31

Gambar 08. Peninggalan Budaya (Sumber PT. Sheils Flynn Asia)


32

Gambar 09. Pemandangan Eksisting (Sumber PT. Sheils Flynn Asia)


33

110 m 120 m di atas permukaan laut, sedangkan secara keseluruhan tapak


berada pada ketinggian 200 m diatas permukaan laut.

Pada tapak terdapat dua bukit dan lembah dengan kemiringan lahan yang
bergelombang sehingga terbentuk suatu gully yang cukup curam diantara kedua
bukit tersebut dari bagian utara tapak ke arah selatan tapak. Pada daerah gully
banyak terdapat batu-batu gamping yang menyerupai batu karang (limestone
outcrops) dan tersebar di seluruh tapak. Pola tersebut terus berulang hingga
bagian selatan tapak (Gambar 10). Dengan kondisi topografi yang berstep, pada
desain lanskapnya lebih dikembangkan pada bagian yang relatif datar. Sedangkan
pada bagian yang relatif curam perlu adanya cut and fill untuk mempermudah
jalur sirkulasi dan ketahanan bangunan.
Berdasarkan kemiringan lahan, dalam pengembangannya dapat dibeda-
bedakan untuk menentukan standar dan kriteria desainnya. Menurut Booth (1983)
dibagi menjadi lima bagian, yaitu:
1. Kemiringan 0 1%
Kondisi seperi ini paling baik dijadikan ruang terbuka atau area konservasi,
karena pada kemiringan seperti ini sangat kurang mengalirkan air,
2. Kemiringan 1 5%
Kondisi kemiringan yang sangat ideal dan dapat mengakmdasikan elemen
tapak yang masif berupa gedung-gedung, tempat parkir, lapangan tennis, dan
lain-lain. Kemiringan 1% merupakan kemiringan minimum untuk area berupa
lawn atau berumput, sedangkan kemiringan 2% dianjurkan untuk lapangan
berumput, teras, dan perkerasan,
3. Kemiringan 5 10%
Kondisi kemiringan yang hampir dapat digunakan untuk semua tipe
penggunaan lahan dengan tetap memperhatikan arah dan rientasi kemiringan.
Kemudian dengan kemiringan seperti ini dapat memungkinkan memainkan
level dengan penggunaan dinding dan tangga, walaupun demikian harus tetap
memperhatikan kondisi drainasenya karena mudah terkena erosi,
4. Kemiringan 10 15%
Kondisi kemiringan yang terlalu curam sehingga banyak melakukan proses
cut dan fill untuk menyesuaikan level, namun memiliki potensial terhadap
34

pemandangan lanskap karena berada pada titik-titik pengamatan yang lebih


tinggi,
5. Kemiringan >15%
Kondisi kemiringan yang terlalu curam bagi banyak penggunaan lahan,
namun dengan sedikit adaptasi dengan kemiringan akan menciptakan
arsitektural yang mengagumkan dan pemandangan yang luar biasa.
Kemiringan pada tapak berkisar antara 1:5 hingga 1:2, dengan kondisi
yang seperti itu seharusnya penggunaan yang tepat adalah untuk konservasi lahan
berupa ruang terbuka hijau. Namun, dengan melihat tata guna lahan dari
Kabupaten Badung lokasi tapak diperuntukan akomodasi wisata karena dapat
meningkatkan pendapatan daerah, sehingga perlu adanya proses adaptasi atau
penyesuaian level pada bangunan apartemen agar dapat menghasilkan bangunan
yang kuat dan stabil namun tetap memaksimalkan pemandangan ke arah alut yang
merupakan kunci utama didirikannya Panorama Resort ini.

Analisis Tanah

Data informasi tentang tanah didapat dari Geotechnical Engineer,


didapatkan bahwa pada umumnya kerapatan tanah pada tapak < 1.0 m dan pada
topografi yang datar kerapatan tanahnya > 1.0 m. Pada lahan terbuka dan dengan
kemiringan tertentu mudah terkena erosi, karena pada tapak memiliki iklim yang
relatif kering dan kondisi tanah yang didominasi oleh batu gamping/kapur
(Gambar 11). Untuk upaya pencegahannya pada lahan yang mudah terkena erosi
akan diberikan retaining wall dan penanaman pepohonan dan penutup tanah.

Analisis Vegetasi

Pada daerah lembah dan gully terdapat groundcover seperti rumput-


rumput, sementara pada kemiringan yang curam tertutup oleh semak-semak.
Pohon-pohon yang ada menyebar dikeseluruhan tapak (Gambar 12), jenis
tanaman eksisting dapat dilihat pada Tabel 05. Namun terdapat beberapa
kumpulan tanaman yang cukup padat pada daerah lembah dan lahan yang
kemiringannya tidak terlalu curam.
35

Penyebaran yang cukup merata dikarenakan pada beberapa tahun terakhir


masyarakat melakukan penanaman kembali yang merupakan salah satu program
pemerintah daerah yang bertujuan menempatkan kembali tanaman penutup tanah
dan menopang kebutuhan desa-desa sekitar.
Jumlah spesies yang terdapat pada tapak dapat memperlihatkan ciri khas
dan tipe lanskapnya dan menjadi acuan yang sangat penting dalam menentukan
tipe tanaman yang akan dipakai dalam desain sehingga tetap sesuai dengan
ekologi yang ada yaitu yang didominasi oleh batu kapur dan tetap memberikan
kesan alami dan menjadi satu kesatuan dengan kondisi keseluruhan. Tanaman
yang ada ditapak yang merupakan ciri khas pada tapak tetap dipertahankan, selain
itu juga diperlukan penambahan tanaman yang sesuai dengan konsep desain
namun tetap yang sesuai dengan ekologi agar lebih bervariasi.

Tabel 05. Jenis Tanaman Eksisting

Nama Latin Nama Lokal

Artocarpus altilis Nangka

Casia fistula Trengguli

Ceiba pentandra Kapuk

Cocos nucifera Kelapa

Calophyllum inophyllum Nyamplung

Delonix regia Flamboyan

Dysoxylum parasiticum -

Ficus callosa Ilat-ilatan

Ficus elastica Beringin karet

Ficus glabela Bunut

Gliricidia sepium Gamal

Mangifera indica Mangga

Syzygium cumini Juwet

Tectona grandis Jati

Zanthoxylum rhetsa Ki tanah/kayu lemah


36

Analisis Views

Pemandangan yang paling menonjol pada tapak yaitu pemandangan yang


menghadap ke laut ditunjang dengan topografi tapak yang kemiringan lahannya
dari arah utara menuju ke selatan. Selain pemandangan yang menghadap ke laut,
terdapat pula pemandangan yang menuju ke vegetasi eksisting yang berada sekitar
tapak dan bentukan alamnya. Namun ada beberapa area ditapak yang tidak
mendapatkan pemandangan menuju kearah laut, yaitu pada bagian entrance pada
jalur masuk dan pada area bagian timur tapak.
Dari hasil analisis, view yang ada ditapak dibagi menjadi empat yaitu
pemandangan menuju laut (panoramic oceans views), pemandangan menuju laut
yang terhalangi oleh vegetasi (Oceans view substantially contained by
vegetation), pemandangan lokal pada tapak (Local views contained by vegetation
and landform), dan pemandangan ke arah tapak dari daerah sekitar (Views into the
site from surrounding hills).
Pada gambar analisis view dapat terlihat bahwa dengan kemiringan tapak
dan daerah sekitarnya akan menimbulkan kesan hutan belantara, sehingga menjadi
pemandangan dan latar belakang yang sangat baik sekali dan menjadi titik yang
penting pada keseluruhan karakter resort nantinya (Gambar 13).

Analisis Konteks Budaya

Pada gambar konteks budaya, yang menjadi poin utamanya adalah batu-
batu gamping yang menyerupai batu karang (limestone outcrops). Serta adanya
kuil yang terletak dimulut tebing dan dipercaya oleh masyarakat Bali sebagai
tanah yang suci. Karena letaknya yang dianggap suci maka bangunan kuil yang
ada ditapak akan dipertahankan, sebagai salah satu ciri khas dan daya tarik dari
Panorama Resort nantinya.
Melihat kondisinya saat ini, tapak sudah tidak digunakan lagi secara
intensif, namun ada beberapa bagian telah digunakan dan berdasarkan sejarah
lahan tersebut telah dimanfaatkan untuk industri dan pakan ternak. Walaupun
demikian, pada area lembah terdapat bekas aktivitas kegiatan pertanian dimana
terdapat rangkaian batu gamping yang digunakan sebagai dinding penahan serta
terdapat beberapa bangunan agrikultur pada bagian utara tapak.
37

Pada tapak terdapat lokasi bangunan tangki air, yang dibangun dengan
sangat cermat dan melihat aliran air (run-off) yang berada disekeliling dinding
penahan batu gamping. Selain itu terdapat juga penampungan air lainnya yang
telah dibangun lebih dulu dengan batu pahatan di dalamnya dan pada bagian
sekelilingnya merupakan struktur beton baru (Gambar 14).

Analisis Karakter Lanskap

Pada gambar karakter lanskap memperlihatkan hasil analisis lanskap.


Tapak dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan lokal area dengan karakter
penyatu khusus pada setiap area (Gambar 15):
Lembah batu gamping (Shallow limestone valley)
Sebuah lembah dimana terdapat sisa-sisa bangunan agrikultur. Pada daerah ini
relatif terbuka dengan hamparan padang rumput dan pohon-pohon besar.
Bukit batu gamping (Exposed limestone hill-top)
Sebuah area yang terbuka dengan barisan batu gamping (limestone) dan
panorama pemandangan ke arah laut.
Daerah gully (Step Rock Gully)
Daerah gully pada bagian lembah yang banyak terdapat batu-batu gamping
yang menyerupai batu karang (limestone outcrops) dan pemandangan yang
mengarah ke lautnya terhalang oleh vegetasi. Terdapat kombinasi yang baik
antara pohon dengan semak di bawahnya.
Daerah berstep dengan vegetasi (Steep, densely vegetated slopes)
Daerah gully dengan kemiringan lahan yang berstep yang tertutup rapat oleh
semak. Beberapa kelompok pohon terdapat pada kemiringan lahan yang
bergelombang.
Lembah yang datar (Flat enclosed valley floor)
Area yang relatif datar, pada daerah lembahnya terdapat sisa-sisa bangunan
agrikultur. Sedangkan pada bagian lanskapnya didominasi dengan pohon-
pohon yang tinggi.
Tebing pantai (Coastal Cliftfs)
Daerah pinggir atau mulut tebing dengan semak sebagai tanaman penutup dan
pemandangan ke arah laut yang dramatis.
38

Gambar 10. Analisis Topografi (Sumber PT. Sheils Flynn Asia)


39

Gambar 11. Analisis Tanah (Sumber PT. Sheils Flynn Asia)


40

Gambar 12. Analisis Vegetasi (Sumber PT. Sheils Flynn Asia)


41

Gambar 13. Analisis Views (Sumber PT. Sheils Flynn Asia)


42

Gambar 14 Analisis Konteks Budaya (Sumber PT. Sheils Flynn Asia)


43

Gambar 15. Analisis Karakter Lanskap (Sumber PT. Sheils Flynn Asia)
44

Analisis Masterplan Bangunan Arsitektural (Review of Current Masterplan)

Setelah memahami analisis detail tentang karakter dari eksisting tapak,


langkah selanjutnya adalah meninjau ulang dampak yang akan ditimbulkan dari
layout bangunan arsitektur terhadap kondisi lanskapnya. Tujuannya adalah
mengindikasi peluang, kendala, dan prinsip desain yang akan memberikan
informasi tentang pengembangan konsep desain lanskap. Analisis terhadap
masterplan ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu dampak terhadap karakter fisik
lanskap, dampak terhadap vegetasi, dan dampak terhadap persepsi lanskap.

Dampak terhadap Karakter Fisik Lanskap


Layout bangunan yang didesain lebih memanfaatkan pemandangan ke
arah laut. Villa-villa berada pada kemiringan kontur yang berstep menurun kearah
tebing. Pada tapak ini memerlukan pengembangan yang cukup rumit dengan
melihat lahan yang relatif datarnya sedikit. Oleh karena itu area lanskap yang
menjadi area publik akan memberikan suasana lanskap yang menarik, sirkulasi
yang cukup dan area rekreasi (Gambar 16).
Pada umumnya keseluruhan area lanskap pada daerah lembah, gully,
hingga area yang relatif datar yang berada didekat tebing merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Maka dengan keadaan topografi yang ada
dan layout dari bangunan yang telah kembangkan tantangan lanskapnya adalah
bagaimana menciptakan desain pola sirkulasi yang dapat berfungsi dengan baik
diantara bangunan-bangunan (Gambar 17).
Melihat kondisi topografi maka akan diperlukan proses cut dan fill yang
lebih banyak dilakukan pada lahan yang akan didirikan bangunan. Sedangkan
bagian yang dipertahankan keberadaannya adalah pada lahan yang menjadi batas
tapak dan bagian gully yang banyak terdapat batu gamping yang menyerupai batu
karang (limestone outcrops). Sedangkan lahan yang tidak terkena bangunan akan
menyesuaikan dengan level bangunan dan kebutuhan desain nantinya (Gambar
18).
45

Dampak terhadap Vegetasi


Mayoritas tanaman eksisting yang berada ditapak merupakan hasil
penanaman kembali setelah dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan oleh
masyarakat sekitar. Mayoritas pohon dan vegetasi eksisting pada tapak akan
ditiadakan sesuai dengan proses pembangunan. Oleh karena lanskap nantinya
merupakan sebuah tatanan lanskap yang baru, namun yang perlu ditekankan
bahwa desain lanskap yang dikembangkan mencerminkan dan menguatkan
karakter eksisting tapak (Gambar 19).

Dampak terhadap Persepsi Lanskap


Pemandangan yang mengarah ke laut merupakan salah satu yang menjadi
acuan dalam pembangunan bangunan apartement. Tetapi tidak semua bangunan
akan mendapatkan pemandangan ke laut, namun tetap akan mendapatkan
kesempatan untuk melihat pemandangan tersebut di area yang berada diantara dua
bangunan yang menurun kearah selatan tapak (Gambar 20). Daerah yang
sebelumnya mendapatkan pemandangan yang mengarah ke laut, setelah melihat
letak bangunan maka pemandangan itu sekarang terhalangi. Oleh karena itu pada
bagian gully akan dipertahankan kondisinya sehingga panorama tersebut tetap
dapat dinikmati oleh pengunjung. Selain itu akan memaksimalkan daerah yang
dapat tetap melihat pemandangan ke laut dengan pola desain dan sirkulasi yang
baik.
Dengan melihat layout bangunan yang lebih banyak berada pada area
lanskap yang berstep dan bervegetasi, maka yang akan dikembangkan pada desain
lanskapnya adalah pada bagian lembah yang datar dan daerah gully dan berusaha
mempertahankan kondisinya agar tetap mencerminkan karakter tapak pada desain
lanskap resort (Gambar 21).
Yang menjadi perselisihan antara layout bangunan dengan budaya yang
ada ditapak adalah posisi kuil yang berada di mulut tebing dan konflik dengan
letak batu gamping yang menyerupai batu karang (limestone outcrops). Oleh
karena itu pada desain lanskap harus bisa mengakomodasi agar letak kuil tersebut
dapat tetap dipertahankan dengan membuat pola sirkulasi, karena dengan adanya
kuil tersebut akan menjadi daya tarik dan landmark bagi Panorama Resort
46

nantinya. Sedangkan dengan letak batu gamping, bagian yang mengenai


bangunan akan dihilangkan namun bagian yang dapat dipertahankan akan tetap
dipertahankan sebagai ciri khas lanskap dari resort nantinya (Gambar 22).

Peluang
Tata ruang dari resort mempunyai peluang yang sangat bagus terhadap
pemandangan dan kondisi lanskap yang menarik. Sebagai contoh, sangat
memungkinkan mengatur level pada pola sirkulasi yang berada di daerah gully
sehingga para pengunjung dapat merasakan mereka berada di tepi jurang setelah
mereka keluar dari gedung reception, namun tidak merasakan dengan sangat jelas
akan kemiringan saat menuju ke bawah karena level kemiringan yang diatur tetap
memperhatikan keamanan dan kenyamanan pengunjung.
Selain itu juga terdapat beberapa peluang yang bervariasi untuk
menampilkan karakter yang berbeda-beda dari luar tapak untuk memberikan
pemandangan desain lanskap yang baru, mendesain dengan melihat kondisi
eksisting vegetasi yang ada dan batu outcrops yang menjadi poin utama dan
kontras bagi lanskap sekitarnya, sebagai contoh memberikan kesan yang berbeda
antara daerah lanskap gully yang memiliki kemiringan dan permainan level yang
memberikan kesan di hutan dengan daerah lembah yang relatif datar dan
memberikan kesan pantai.
Kekayaan alam eksisting yang ada seperti batu outcrops, kelompok
pepohonan, kuil, dan lanskap gully yang menarik memberikan inspirasi desain
lanskap yang sesuai dan berbeda-beda, dan beberapa kekayaan alam yang ada
akan dipertahankan dan menyatu dengan konsep dan tema desain nantinya
(Lampiran 02).

Kendala
Kendala yang utama pada tapak ini adalah pembuatan jalur sirkulasi
dengan kemiringan yang cukup dan sirkulasi yang nyaman untuk perputaran
buggy car dan jalur pedestrian dimana pada umumnya kemiringan maksimum
yang dapat dicapai oleh buggy car dan pejalan kaki adalah 1:5 pada jarak yang
pendek. Namun tetap membutuhkan sebuah akomodasi berupa tempat menunggu,
47

tempat untuk dapat menaiki buggy car dan tempat istirahat pada titik tertentu
sepanjang jalur sirkulasi tersebut. Pada beberapa keadaan perlu adanya pemisahan
jalur bagi buggy car dengan jalur bagi pejalan kaki dan menjadi sebuah peluang
bagi para pengguna untuk dapat lebih menikmati suasana lanskap.
Kondisi iklim pada tapak relatif kering dan sebagian umum pada iklim
bali. Curah hujan yang relatif rendah (dimana pada beberapa waktu akan terjadi
musim kering sepanjang waktu) dan pori-pori batu gamping (limestone) yang ikut
berperan menciptakan tipe vegetasi pada padang rumput bali. Pemilihan
tanaman yang akan digunakan pada resort nantinya harus memperhatikan
kondisi-kondisi pada tapak yang relatif ekstrim.
Kendala lain yang perlu diperhatikan adalah batas dari bangunan yang
sudah ditetapkan terlebih dahulu oleh arsitek. Sehingga pada bagian tersebut akan
memperhatikan level bangunan agar tetap sesuai dengan level desain lanskap
sehingga dapat menjadi perpaduan yang baik dan seimbang (Lampiran 03).
48

Gambar 16. Dampak Bangunan terhadap Area Lanskap Publik (Sumber PT. Sheils Flynn Asia)
49

Gambar 17. Dampak Bangunan terhadap Topografi (Sumber PT. Sheils Flynn Asia)
50

Gambar 18. Dampak Bangunan terhadap Cut dan Fill (Sumber PT. Sheils Flynn Asia)
51

Gambar 19. Dampak Bangunan terhadap Vegetasi (Sumber PT. Sheils Flynn Asia)
52

Gambar 20. Dampak Bangunan terhadap Views (Sumber PT. Sheils Flynn Asia)
53

Gambar 21. Dampak Bangunan terhadap Karakter Lanskap (Sumber PT. Sheils Flynn Asia)
54

Gambar 22. Dampak Bangunan terhadap Budayan (Sumber PT. Sheils Flynn Asia)
55

Tahap Konsep Desain (Concept Design)

Tahap konsep desain adalah tahap dimana akan dilakukan pengembangan


dari ciri khas tapak yang akan menjadi konsep desain lanskap dan sebagai sesuatu
yang unik dan menarik. Hasil yang akan dihasilkan pada tahap ini adalah sketsa
dan gambar-gambar pendukung yang dapat memberikan penjelasan serta
informasi, rangkaian tugas dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 06. Pada tahap
ini memfokuskan pada mencari ide-ide kreatif dari referensi maupun lingkungan
sekitar yang dapat menjadi inspirasi dan mengimplementasikannya ke tapak dan
pola desain lanskap.

Tabel 06. Rangkaian Tugas dan Hasil dari Tahap Konsep Desain

Rangkaian Tugas Hasil

Memfasilitasi workshop dengan klien Gambar konsep desain, diagram atau


dan arsitek di Jakarta/Bogor untuk sketsa 3D untuk menggambarkan
memperjelas analisa pada tahap alternatif-alternatif konsep.
sebelumnya menjadi sebuah skematik Masterplan konsep (keseluruhan)
desain. tahap awal, dengan skala 1:1000.
Mengembangkan desain konsep untuk Masterplan konsep (untuk area
dipresentasikan dengan tim desain dan utama) dengan skala 1:250.
memberikan beberapa alternatif
Gambar 3D sketsa untuk area-area
pilihan.
utama.
Memberi penjelasan kepada Quantity
Presentasi formal dengan klien, yang
Surveyor untuk Rancangan Anggaran
dipresentasikan menggunakan Power
Biaya (RAB) awal yang menjadi
point.
patokan pertama dalam proses desain.
Biaya-biaya tersebut akan terus
diperbaharui dan penjelasan sesuai
dengan kemajuan proses desainnya.

Mempersiapkan gambar final konsep


desain.

Menghadiri 2 pertemuan di Jakarta dan


1 kali presentasi terhadap klien di Bali.
56

Prinsip Desain

Pada perancangan Panorama Resort ini, SFA memakai standar yang tinggi
dalam menentukan desain lanskap yang sesuai dengan ketahanan tapak. Tahap-
tahap yang harus diperhatikan adalah:

1. Menciptakan desain yang kreatif dan berbeda, pada desain harus


memperlihatkan perpaduan antara bangunan arsitektur dan keadaan lanskap
lokal yang unik.
2. Menciptakan kondisi yang dapat bertahan dan berkelanjutan, desain yang
dihasilkan tidak hanya berfungsi dengan baik dan menyatu dengan keadaan
lanskap yanga ada. Tetapi juga harus memperhatikan apakah desain dapat
berkelanjutan atau tidak, sehingga perlu memperhatikan pemilihan dan
penggunaan softscape dan hardscape, pengaturan air/water management
(termasuk pada pola run-off dan air yang jatuh dari atap bangunan), iklim
mikro dan biodiversity. Tanaman yang dipilih berdasarkan faktor
pemeliharaannya selain dari faktor keindahan, sehingga lanskap yang tercipta
nantinya harus dengan intensitas pemeliharaan yang rendah dan juga harus
saling melengkapi dengan kondisi bangunan arsitekturnya dan menciptakan
suasana yang attractive pada bagian publik.
3. Penggunaan material dengan kualitas yang terbaik, pada desain bagian lanskap
akan menjadi bagian yang tingkat penggunaan yang tinggi sehingga perlu
adanya pemilihan material yang sesuai dengan desain dengan kualitas terbaik
dan tingkat pemeliharaan yang tidak insensif yang dapat bertahan bertahun-
tahun.
4. Menggunakan pendekatan dari para pengunjung pada proses desain,
bagaimana mengaktualisasikan pandangan pengunjung pada rangkaian rute
dan tempat, apa yang mereka inginkan, dan bagaimana pengalaman yang
dibayangkan.
57

Hasil Konsep dan Desain


Pada bagian lanskap yang difokuskan adalah pada bagian area publik yang
intensitas penggunaannya setiap harinya. Lanskap ini akan menjadi bagian yang
yang sangat luar biasa dan dramatik. Dengan proses pembangunan konsep ini
akan mengubah semua keadaannya, namun desain yang tawarkan tetap akan
melihat keunikan topograpi dan karakter dari tapak, bagian utamanya adalah
pemandangan yang mengarah ke laut, vegetasi yang sesuai, ekologi batu gamping
(limestone), batu karang yang unik dan menarik, bagian tapak yang dianggap suci
dan kuil.
Pada presentasi tahap pertama tentang konsep desain kepada klien gambar
yang dikeluarkan baru berupa sketsa ilustratif tentang peluang, kendala, pola
desain, sketsa site plan pada area yang diutamakan yaitu pada area gully dan
gambar potongan sketsa ilustratif. Setelah presentasi pertama, tahap selanjutnya
adalah menuangkan hasil gambar sebelumnya dalam gambar CAD dan gambar
ilustratif.
Konsep yang dituangkan pada Panorama Resort ini yaitu menciptakan
sebuah resort yang menyatu dengan alam dan tetap mempertahankan nilai-nilai
budaya yang ada. Untuk bentuk bangunan merupakan hasil konsep yang telah
diberikan oleh pihak konsultan arsitek, sehingga pihak SFA hanya mengikuti
peletakan atau layout bangunan yang sudah diberikan. Konsep dibagi menjadi tiga
bagian yaitu konsep ruang, konsep sirkulasi, dan konsep vegetasi. Konsep ruang
yang dimaksud disini adalah konsep lanskap yang dibagi menjadi beberapa ruang,
pada pengembagannya, konsep ruang dibagi menjadi lima ruang yaitu area masuk
(Entrance area), Gully, area lembah (Valley floor), area sungai (River Area), dan
area hutan (Forest Area).
Konsep sirkulasi pada tapak dibedakan menjadi dua, yaitu sirkulasi primer
dan sekunder. Selain itu terdapat jalur akses masuk ke dalam tapak yang dibuat
dua jalur kendaraan menuju jalan raya utama. Sedangkan untuk konsep vegetasi,
berupa konsep indigenous (tanaman asli asia) yang akan dibedakan menjadi
pohon eksisting, pohon peneduh, pohon estetika, tanaman pantai, dan semak.
Daftar-daftar vegetasi yang dapat digunakan termasuk vegetasi eksisting yang ada
pada tapak dapat dilihat pada Tabel 07.
58

Desain Panorama Resort ini tidak melepaskan nilai-nilai budaya yang


sangat lekat bagi masyarakat Bali. Hal ini dituangkan pada bentuk atap dari
gedung reception, restoran, dan spa dengan bentukan atap tradisional Bali yang
menggunakan bahan ijuk. Sedangkan untuk bangunan apartemennya sendiri yang
mencirikan nilai budaya Bali adalah dari penggunaan warna pada bagian interior
bangunan tersebut, karena dari pihak interior designnya sendiri melihat potensi
yang sangat besar dari budaya Bali itu sendiri yang dapat memikat para
pengunjung yang ingin menikmati kebudayaan Bali.
Dalam interiornya Plum Design membaginya menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Apartemen studio, menggunakan warna dan material alami yang menjadi ciri
khas bali seperti warna merah yang dominan di setiap hasil kerajinan budaya
Bali salah satunya pada kain Bali, warna dari batuan yang ada di kuil.
2. Apartemen satu kamar, menggunakan dominan warna biru yang
menggambarkan keindahan laut Bali, karena Bali memiliki garis pantai yang
panjang dan pantai yang indah. Material yang digunakan berupa batuan-
batuan alami yang ada di Bali.
3. Apartemen dua kamar, menggunakan dominan warna hijau yang
menggambarkan hamparan sawah Bali yang masih banyak dijumpai
disepanjang jalan, salah satunya hamparan sawah yang berada di Ubud.
Nilai budaya Bali juga diaplikasikan pada penggunaan vegetasinya, yaitu
dengan banyak menggunakan tanaman berbunga salah satunya adalah Plumeria
rubra karena masyarakat Bali tidak lepas dari penggunaan bunga-bunga untuk
peribadatannya. Oleh karena itu penggunaan tanaman berbunga menjadi salah
satu aplikasi desain berdasarkan nilai budaya Bali.
Material yang digunakan diusahakan dapat menyatu dengan alam, yang
dimaksudkan disini adalah dalam pemilihan material yaitu yang menggunakan
batuan-batuan alami yang ada di Bali dan yang ada ditapak salah satunya adalah
penggunaan batu kapur pada dinding pembatas, batu kapur sebagai paving atau
menggunakan batu cobbles sebagai paving. Selain itu dalam pemilihan warna juga
diperhatikan dengan cara memilih warna-warna yang ada di alam seperti warna
hitam, putih, cokelat, hijau, merah, biru, dan lain-lainya
1

Tabel. 07 Daftar Vegetasi yang Sesuai dengan Kondisi Tapak


Klasifikasi
Nama Latin Nama Lokal Tinggi Keterangan
habitat
Vegetasi eksisting
Pohon tropis, daerah pantai, toleran terhadap garam, kelembaban
Ceiba pentandra kapok eksotik > 20 m
sedang
duwet/
Syzygium cumini endemik > 20 m Hutan hujan tropis
jamblang
Delonix regia flamboyan eksotik > 10 m Pohon besar, hutan tropis, toleran terhadap garam

Acacia mangium akasia endemik > 30 m Pohon besar, hutan hujan tropis

Mangifera indica mangga endemik >3m Hutan hujan tropis, dapat toleran terhadap garam

Cocos nucifera kelapa endemik >30 m Pohon besar, dataran rendah, tahan terhadap garam
Pohon besar, dataran rendah, daerah kering, hutan basah, dapat
Artocarpus altilis nangka endemik > 20 m
toleran terhadap garam
Tectona grandis jati endemik > 40 m Hutan basah, toleran terhadap kadar garam rendah, hutan kapur
pace/ Dataran rendah, toleran terhadap garam, tahan terhadap kondisi
Morinda citrifolia endemik >7m
mengkudu curah hujan sedikit dan daerah berkapur, hutan basah
Calophyllum Hutan tropis, pohon besar, mangrove, sangat toleran terhadap kadar
nyamplung endemik > 20 m
inophyllum garam tinggi
Gliricidia sepium gamal eksotik > 10 m Cukup toleran terhadap garam, daerah kering

59
2

Tabel. 07 Lanjutan

Klasifikasi
Nama Latin Nama Lokal Tinggi Keterangan
habitat
Jenis vegetasi yang
diajukan
Pohon besar, daerah kering/basah, pantai, cukup toleran terhadap
Adenanthera pavonina saga endemik > 17 m
garam
Annona muricata sirsak endemik > 20 m Daerah pantai berkapur, cukup toleran terhadap garam
Pohon asli tropis asia, dataran rendah, daerah pantai berpasir, sangat
Baringtonia asiatica keben endemik > 17 m
toleran terhadap kadar garam tinggi
Hutan basah dan daerah bantaran sungai, cukup toleran terhadap
Bischofia javanica mindi endemik > 20 m
garam
Cordia subcordata jati mas endemik > 16 m Daerah kering atau pantai berkapur

Coccoloba uvifera cocoloba eksotik >8m Daerah pantai dan kapur, toleran terhadap kadar garam tinggi
Daerah pantai dan berkapur, padang rumput, toleran terhadap kadar
Dodonea viscosa dodonea eksotik >10 m
garam tinggi
Dataran rendah dan tinggi, daerah terbuka, toleran terhadap kadar
Erythrina sp. dadap endemik > 20 m
garam tinggi
Fragraea fragrans tembusu endemik > 30 m Daerah payau dan hutan pada dataran rendah
Hutan pada dataran rendah,toleran terhadap kadar garam tinggi
Kopsia arborea penang sloe endemik > 20 m
Lagerstroemia
bungur endemik > 20 m Hutan dan pada deerah bukit kapur
floribunda

60
3

Tabel. 07 Lanjutan

Klasifikasi
Nama Latin Nama Lokal Tinggi
habitat Keterangan

Macaranga tanarius mara putih endemik > 10 m daerah pantai dan toleran terhadap kadar garam tinggi

Melia azedarach nam-nam endemik > 10 m Hutan, daerah terbuka, dan daerah tinggi
seashore Daerah lembah pantai dan pada daerah pinggiran sungai, toreran
Millettia pinnata endemik > 15 m
mempari terhadap kadar garam sedang hingga tinggi.
golden Hutan subtropis, daerah pantai, lahan terbuka, dan toleran terhadap
Moringa oleifera endemik > 10 m
shower tree garam
flamboyan
Peltophorum
kuning/kayu endemik > 15 m Hutan tropis, toleran terhadap kadar garam sedang
ptrerocarpum
soga
Phyllanthus acidus ceremai endemik >8m Daerah pantai, toleran terhadap kadar garam sedang
Pithecellobium asam
endemik >7m Daerah tebing, daerah kering, toleran terhadap kadar garam
arboreum belanda
Plumeria rubra kamboja endemik >7m Daerah terbuka, toleran terhadap daerah kering

Podocarpus neriifolius kiputri endemik > 20 m Daerah pantai, daerah lembab, toleran terhadap kadar garam sedang
Hutan tropis, daerah kering, toleran terhadap kadar garam tinggi
Ziziphus mauritiana bidara endemik > 10 m

61
62

Site Plan

Konsep Ruang
Area masuk (Entrance area)
Pada bagian ini, desain yang dihadirkan menawarkan pengalaman dan
kesan pertama saat memasuki resort. Pada area ini terdiri dari jalur kendaraan,
area parkir kendaraan dan area kedatangan (welcome area) berupa gedung
reception, termasuk pula pemandangan pertama yang mengarah ke laut dari teras
bagian selatan pada gedung reception. Jembatan pada bagian gully didesain
sedemikian serupa sehingga dapat merasakan garis pandangan dengan cepat.
Pengunjung akan merasakan kesan pertama yang ditangkap dari Panorama Resort
ini, namun mereka tetap akan mendapatkan kejutan lebih lagi dari villa mereka.
Jalur kendaraan dari jalur utama merupakan jalur dua arah dengan deretan
vegetasi yang cukup rimbun, sehingga pada jalur ini para pengemudi akan merasa
nyaman dan dapat lebih santai dan menikmati pemandangan yang ditawarkan
pada sisi-sisi jalan. Memasuki area kedatangan (welcome area), jalur yang
ditawarkan berupa jalur yang melingkar sehingga dapat memudahkan dalam
penerimaan para pengunjung. Area parkir pada Panorama Resort ini terletak
sebelah timur dari gedung reception, area parkir ini diusahakan semaksimal
mungkin dengan luas area yang tidak cukup besar oleh karena itu pola yang
dihadirkan adalah pola linier.
Pada gedung reception selain sebagai tempat pemesanan villa, terdapat
pula buggy car center dimana para pengunjung akan dihantarkan ke villa yang
dituju dengan menggunakan buggy car namun dapat ditempuh juga dengan
berjalan kaki. Saat keluar dari gedung reception diharapkan para pengunjung akan
mendapatkan pemandangan yang mengarah ke laut dan merasakan ketinggian dari
sebuah jurang saat akan memasuki area gully. Kemiringan lahan dan level yang
digunakan tetap memperhatikan keamanan dari para pengguna dan kemampuan
buggy car.
63

Gully
Area gully merupakan area display yaitu dengan menikmati pemandangan
yang sudah disediakan. Saat memasuki area ini akan mendapatkan jalur jalan
yang dibangun dengan kemiringan 1:5, sesuai dengan kebutuhan untuk
memanfaatkan area yang terdapat diantara bangunan dengan maksimal. Rute dari
jalur buggy car ini sendiri merupakan kombinasi antara jalur landai (ramps) dan
jembatan (ramping bridges), termasuk jalur kecil yang berdekatan dengan kolom
kolom bangunan. Pada desain area gully tetap memanfaatkan kolom besar pada
bagian tepi dari bangunan, serta membuat desain batu karang menyerupai dari
batu karang yang sudah ada ditapak untuk menciptakan kesan yang dramatik pada
area ini.
Pada jalur ini akan terdapat tempat tunggu pada masing-masing jalur
landai (ramps) agar mempermudah para pengunjung untuk menunggu. Luas area
pada jalur landai (ramps) disesuaikan dengan kebutuhan buggy car untuk
memutar dan disetiap jalur landai (ramps) akan terdapat dinding penahan untuk

Gambar 23. Ilustrasi Area Gully (Sumber PT. Sheils Flynn Asia)
64

keamanan dan pada jembatan terdapat railing. Selain jalur untuk buggy car
terdapat pula jalur pedestrian yang level ketinggiannya berada dibawah jalur
buggy car, dimana pada jalur pedestrian para pengunjung dapat lebih menikmati
pemandangan yang lebih disajikan. Pola yang diberikan pada jalur ini adalah pola
linier yang zig-zag untuk mengefisienkan lahan yang ada namun tetap
memanfaatkan pemandangan dan kondisi topografinya.
Terdapat tiga batu karang alami pada area gully yang dipertahankan dan
menciptakan rangkaian yang dramatik dengan adanya air terjun yang menjadi titik
fokus pada rute tersebut yang mengalir menuju kolam dibawahnya. Air terjun
tersebut terlihat alami namun pada kenyataannya akan dioperasikan dengan
sebuah water jet. Sebagian besar dari pedestrian dan air terjun kanal berada pada
bagian lembah tepat dibawah jembatan.
Pemandangan terbuka tetap mempertahankan kondisi dari lembah, dengan
kumpulan pepohonan pada bagian sisinya yang menciptakan frame pemandangan
dan meningkatkan kualitas dan karakter lanskap pada area gully. Vegetasi yang
dipilih disesuaikan dengan ekologi pada daerah tersebut yaitu vegetasi yang dapat
bertahan pada daerah berkapur dan daerah tebing, selain itu pohon yang dipilih
diusahakan memiliki ketinggian lebih dari 2.5 meter agar tidak mengganggu para
penggunjung yang melintas.

Area Lembah (Valley floor)


Berbeda dengan kondisi gully yang berstep, pada bagian lembah lebih
berupa area pelayanan yang menyediakan fasilitas berupa kolam dan pantai yang
menjadi tempat peristirahatan dan tempat yang santai, selain itu terdapat restoran
yang berada ditepi kolam dan menghadap ke arah laut. Pada bagian ini
topografinya relatif datar, dengan sebaran pohon kelapa dan pemandangan yang
luas menuju laut. Jalur pedestriannya mengarah ke dasar dari lembah itu sendiri
untuk mengarahkan kepada pemandangan menuju kolam dan laut, dimana akan
menghadapkannya pada titik paling dekat dengan tebing untuk melihat-lihat ke
arah pemandangan yang menakjubkan.
Terdapat kesempatan yang lebih banyak untuk memvariasikan kondisi
lanskap pada area lembah ini sehingga dapat menciptakan kondisi alam yang
65

alami (naturaly landscape) dan terdapat hamparan pasir pada sisi kolam/pantai
setelah jalur pedestrian yang menuju ke kolam/laut. Singkatnya akan terdapat
pantai dan kolam utama dan juga terdapat area untuk pasir dan bangku pantai.

Gambar 24. Ilustrasi Area Lembah (Sumber PT. Sheils Flynn Asia)

Rute dari area pantai ini, mengikuti dari jalur lembah yang terdapat pada
area gully menuju ke arah spa dan menyajikannya dalam karakter dan nuansa
yang berbeda kembali. Batu gamping dengan ukuran yang lebih besar sebagai
stepping stones dan akses pada rangkaian jalur yang lebih kecil dan lebih
mendekati kolam dan permainan air pada kolam yang letaknya agak tersembunyi
bersamaan dengan vegetasi yang cukup rapat. Pada bagian ini memiliki karakter
yang berbeda, berawal dari batas tapak pada bagian selatan tapak dan dapat
mendukung desain tanaman sehingga pagar pembatas yang berfungsi sebagai
pengaman akan tertutup oleh semak-semak yang lebat.

Area Sungai (River Area)


Pada area ini merupakan kelanjutan dari daerah lembah atau pantai, masih
terdapatnya pantai namun dengan ukuran yang lebih kecil dan deretan pohon
kelapa dan bangku pantai. Kolamnya yang terdapat pada area ini lebih kecil
sehingga terdapat permainan level antar kolam untuk memberikan kesan yang
66

berbeda dari area lembah yaitu water fall pada setiap titik pertemuan kolam. Pada
area ini juga terdapat faslilitas pelayanan yaitu berupa gedung spa yang
dilengkapi dengan kolam spa, untuk menuju spa dapat dilalui dengan jalur buggy
car yang melintas dari area gully, lembah/pantai, sungai, hingga area penerimaan
kembali.
Pada bagian tepi area ini masih terdapat batu gamping sebagai dinding
pembatas tapak, pemakaian batu gamping tersebut dimaksudkan untuk
menyeimbangkan kondisi di sekitar tapak yang didominasi oleh vegetasi yang
cukup lebat. Selain itu penggunaan batu gamping ini merupakan suatu ulangan
komponen desain yang ada pada daerah gully, sehingga karakteristik dari tapak
tersebut tidak hilang atau hanya berada didaerah gully saja.
Vegetasi yang dominan pada area ini adalah semak-semak, karena dengan
kondisi area yang tidak luas maka penggunaan semak ini diharapkan tidak
menutupi pada bagian kolam dimana terdapat permainan air berupa air terjun.
Selain itu dengan penggunaan semak, vegetasi yang berada disekitar tapak dapat
menjadi latar belakang yang sangat baik.

Area Hutan (Forest Area)


Area hutan terdapat pada daerah sebelah barat dan timur tapak yang
berdekatan dengan batas tapak. Konsep yang dituangkan pada area ini adalah
sebagai pembatas atau barier antara bagian tapak dengan lahan sekitarnya
sehingga timbul suatu kesatuan antara kondisi diluar tapak yang dipenuhi oleh
vegetasi dengan dinding batas tapak yang digunakan adalah dinding dari batu
kapur sehingga dapat terlihat lebih menyatu dengan kondisi sekitar tanpa merasa
dibatasi dengan bangunan pembatas.

Konsep Sirkulasi
Jalur sirkulasi yang ada pada tapak dibedakan menjadi dua jalur yaitu jalur
primer dan sekunder, jalur primer merupakan jalur yang melintas dari area
entrance menuju area lembah sedangkan jalur sekundernya merupakan jalur yang
melintas dari area lembah/pantai mengelilingi bangunan baik dari sisi barat atau
timur yang menuju kembali area entrance. Pada jalur primer antara jalur buggy
67

car dengan jalur pedestrian dibedakan letak levelnya, karena pada jalur ini
diharapkan para pengguna dapat lebih menikmati pemandangan yang ditawarkan
baik pada area gully itu sendiri maupun pemandangan yang menuju ke laut.
Pada jalur sekunder, jalur buggy car dengan jalur pedestrian tidak
dibedakan levelnya karena pada area yang dilintasi tidak banyak permainan level
yang memungkinkan, hanya ada beberapa titik yang pada bagian timur tapak yang
dibedakan untuk memudahkan para pengguna untuk melintas dari jalur subway.
Selain itu terdapat jalur subway yang mengelilingi bangunan untuk
mempermudah pengunjung untuk menuju bangunan lainnya. Akses masuk
menuju tapak akan dibuat dua jalur kendaraan untuk lebih memudahkan arah
sirkulasi keluar dan kedalam tapak dengan vegetasi pengarah.

Konsep Vegetasi
Pemilihan vegetasi diusahakan sesuai dengan ekologi pada tapak sehingga
tanaman yang dipilih dapat bertahan. Pemakaian vegetasi eksisting atau yang
menjadi ciri khas pada tapak dapat menjadi kunci utama dalam pemilihan
vegetasi. Pada akses masuk menuju tapak, vegetasi yang digunakan merupakan
vegatasi peneduh yang juga berfungsi sebagai vegetasi pengarah dan jenis yang
digunakan adalah Cassia fistula dan Delonix regia. Pada area penerimaan,
vegetasi yang dipilih adalah Ceiba pentandra, Podocarpus Macrophyllus
Borrasus flabellifer, Oncosperma tigillaria, Delonix regia, Cassia fistula, dan
Tamarindus indicus, untuk semak yang digunakan adalah Canna indica dan
Pennisetum sp.
Vegetasi yang dipilih pada area hutan, lebih kepada pohon yang evergreen
agar menyatu dengan kondisi diluar tapak yang rimbun akan pepohonan, jenis
yang dipakai adalah Podocarpus Macrophyllus, Ceiba pentandra, Mangifera
indica, Phyllanthus acidus, Milletia pinnata, Ficus religiosa, Artocarpus altilis.
Selain pohon evergreen, pada area hutan juga terdapat pohon eksotik sebagai
kontras dengan kumpulan-kumpulan pohon lainnya seperti Erythrina cristagalli.
Pada area transisi antara area penerimaan dengan area forest akan terdapat
penggabungan unsur vegetasi dari masing-masing area. Begitu pula yang terjadi
dengan area-area lainnya yang berdekatan seperti pada area penerimaan dengan
68

gully, gully dengan area lembah, area lembah dengan area hutan, area lembah
dengan area sungai dan area sungai dengan area hutan. Sehingga antar area tidak
langsung terasa perbedaannya, namun secara perlahan-lahan terlihat perbedaan
dalam penggunaan vegetasinya dan menciptakan keharmonisan dan kesatuan
antar ruang.
Vegetasi yang digunakan pada area gully, lebih banyak pada semak-semak
dikarenakan kondisi topografi lahan yang cukup miring untuk mencegah erosi,
yaitu Murraya paniculata, Alpinia zerumbet, Calathea loesnerii, Pennisetum sp,
Ophiopogon japonicus, Liriope muscari. Namun ada beberapa jenis pohon yang
digunakan diantaranya Ceiba pentandra, Ficus religiosa, Delonix regia,
Tamarindus indicus, Borrasus flabellifer, Cycas siamensis, Plumeria rubra
acuminata. Jenis palem-paleman lebih banyak digunakan pada area koridor hutan
yaitu Livistonia rotundifolia dan Areca vestiaria, untuk groundcovernya
menggunakan Adiantum tenerum dan Liriope muscari.
Pemilihan vegetasi pada area lembah/pantai lebih memilih tanaman pantai
yaitu Cocos nucifera, Calophyllum inophyllum, dan Coccoloba uvifera sedangkan
untuk semaknya menggunakan Crinum asiaticum, Pennisetum sp, Spatoglotis
plicata, dan Clerodendron buchananii, sedangkan untuk semak menggunakan
Zingiber zerumbet, Clerodendron buchananii, Carex marowii, dan Cymbopogon.
Pada bagian yang dekat dengan tebing, pohon yang digunakan adalah Terminalia
cattapa, Pandanus tectorius, Caiotropis gigantea, Scaevola taccada, Calophyllum
inophyllum, dan Cocos nucifera. Sedangkan pada area sungai pohon yang
digunakan adalah Coccoloba uvifera, Calophyllum inophyllum, Ceiba pentandra,
Borrasus flabellifer, dan Cochospermum religiosum. Untuk semak yang
digunakan adalah Calathea sp, Medinilla magnifica, Belamcanda chinensis,
Hedychium coronarium, Zingiber zerumbet, Clerodendron buchananii, Carex
marowii, dan Cymbopogon, sedangkan untuk tanaman air menggunakan Nelumbo
nucifera dan Typha angustifolia.
Gambar 26. Ilustrasi Potongan Tampak A
70
Gambar 27. Ilustrasi Potongan Tampak B dan C
71
72

Tahap Pengembangan Desain (Design Development)

Tahap pengembangan desain adalah tahap dimana merupakan tahap


kelanjutan dari tahap sebelumnya. Setelah konsep desain disepakati dan disetujui,
maka dilakukan pengembangan yang lebih detail dari konsep yang sudah
ditawarkan. Pada tahap ini dibagi lagi menjadi dua tahap yaitu tahap awal
pengembangan desain (draft design development) dan tahap akhir pengembangan
desain (final design development).

Pada tahap awal pengembangan desain (draft design development)


rangkaian tugas dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 08. Hasil yang akan
dikeluarkan akan lebih dominan sketsa yang sederhana namun tetap dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh Quantity Surveyor untuk dapat
menetukan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan melaporkannya kepada klien.

Pada tahap akhir pengembangan desain (final design development),


material yang telah dipilih pada tahap awal akan diaplikasikan pada gambar serta
pemilihan warna dan potongan materialnya sehingga semua tim pada proyek dapat
memahaminya. Pada umumnya gambar yang dihasilkan berupa gambar CAD,
rangkaian tugas dan hasil pada tahap ini dapat dilihat pada Tabel 09. Seperti pada
tahap sebelumnya, pada tahap ini juga memberikan informasi yang diperlukan
bagi Quantity Surveyor untuk membuat RAB.

Tahap Pembuatan Gambar Kerja (Construction Documentation)

Tahap pembuatan gambar kerja adalah tahap dimana SFA akan


mengeluarkan gambar teknis untuk kontraktor. Informasi yang ada pada gambar
termasuk pemilihan material (hardscape dan softscape), level dan setting out line
pemasangan material, rangkaian tugas dan hasil pada tahap ini dapat dilihat pada
Tabel 10. Pada tahap ini memberikan spesifikasi teknis tentang ukuran dan
kualitas material yang diharapkan dapat memberikan informasi yang lengkap
untuk Quantity Surveyor untuk memperkirakan RAB dan perkiraan biaya per
tendernya.
73

Tabel 08. Rangkaian Tugas dan Hasil dari Tahap Awal Pengembangan Desain

Rangkaian Tugas Hasil

Menbuat desain dari hasil revisi pada Site Plan keseluruhan dalam skala
tahap konsep desain. 1:1000.

Membuat gambar siteplan yang Site Plan per area yang


dilengkapi dengan gambar-gambar dikembangkan, dalam skala 1:250.
potongan untuk memperbaiki dan Sketsa untuk mengilustrasikan area
mengembangkan konsep desain. utama yang dibuat dalam skala yang
Membuat daftar material hardscape beragam.
yang digunakan sebagai referensi Presentasi dengan klien, dengan
gambar denah. menggunakan Power Point.
Membuat rencana penanaman Membuat photograph panels untuk
(planting plan) dan ilustrasi softwork dan hardwork materials.
vegetasinya.

Diskusi dengan arsitek dan kontraktor


untuk menginformasikan segala
perubahan yang terjadi, sehingga
semua kendala yang ditemui dapat
ditangani dengan koordinasi yang baik
(level permukaan, lighting, drainase,
dan sebagainya).

Menghadiri dua kali rapat proyek di


Jakarta.

Memberikan informasi yang akurat


kepada QS untuk pembuatan revisi
RAB.

Melakukan revisi-revisi untuk tahap


berikutnya.
74

Tabel 09. Rangkaian Tugas dan Hasil dari Tahap Akhir Pengembangan Desain

Rangkaian Tugas Hasil

Membuat gambar final Gambar Site Plan secara

Tetap berkomunikasi dengan arsitek keseluruhan dengan skala 1:1000

tentang tata letak (layout) bangunan. Gambar Site Plan yang

Melengkapi informasi final tentang dikembangkan tiap area yang telah

desain dan bekerjasama dengan direvisi dengan skala 1:250.

konsultan lain mengenai grading, Gambar potongan dan tampak yang


lighting, drainase dan sebagainya. telah direvisi dengan skala 1:250

Membuat desain final mengenai Gambar sketsa 3D yang telah


tanaman dan spesifikasinya. direvisi

Bekerjasama dengan klien dan Presentasi tentang ilustrasi material


menghadiri dua kali rapat proyek di yang telah dipilih (softscape dan
Jakarta. hardscape).

Konsultasi dengan pemerintah setempat. Membuat gambar detail pada area

Menyiapkan informasi yang dibutuhkan utama dengan skala yang beragam.

oleh Quantity Surveyor untuk Presentasi ke klien


pembuatan RAB.

Melakukan perbaikan-perbaikan
terhadap paket sebelumnya untuk tahap
berikutnya.

Tabel 10. Rangkaian Tugas dan Hasil dari Tahap Pembuatan Gambar Kerja.

Rangkaian Tugas Hasil

Mengunjungi tapak. Gambar denah dengan skala 1:200

Persiapan pembuatan gambar detail yang memberikan informasi layout,

konstruksi, potongan, dan tampak yang paving/penutup permukaan,

disajikan dalam skala yang beragam. dimensi-dimensi, informasi level.


Di dalamnya juga menunjukkan
Persiapan gambar detail konstruksi
lokasi dari dinding, tangga (steps),
tipikal pada setiap komponen lanskap
paving, ramp,
dan titik
75

Tabel 10. Lanjutan.

temu pada pemasangan material. kerb/kanstein, pembatas (edging),

Mempersiapkan gambar level dan kolam dan air mancur, furniture,

kemiringan yang telah disepakati oleh sculpture, struktur-struktur,

pihak arsitek dan teknik sipil. dinding penahan dan lighting,


pagar dan perlengkapan lainnya.
Memberikan masukan konsultan lain pada
gambar drainase yang telah dibuat tentang Gambar potongan dengan skala

ukuran drainase, pipa, dan titik inlet. 1:200.

Menyiapkan gambar konstruksi Gambar detail dengan skala

keseluruhan untuk elemen air, kolam, dan 1:10/1:20.

irigasi tetapi untuk desain hidrolik, mesin Spesifikasi teknis.


dan pemasangan dilakukan oleh konsultan Gambar planting plan dengan
lain/spesialis. skala 1:200/1:100 dengan
Menyiapkan gambar detail penanaman spesifikasi daftar tanaman.
dan letak keseluruhan tanaman.

Menyiapkan seluruh spesifikasi teknik


dengan menggunakan standar
internasional.

Menyiapkan seluruh rencana penanaman


(planting plans) beserta jadwalnya.

Menyiapkan informasi yang dibutuhkan


oleh Quantity Surveyor untuk pembuatan
RAB dan perkiraan jumlah biaya per
tender.

Menyiapkan gambar dan spesifikasi untuk


kompilasi kontrak dengan konsultan
lainnya.

Menghadiri empat pertemuan rapat proyek


di Jakarta

Bekerjasama dengan klien dan koordinasi


dengan konsultan lainnya.
76

Masalah dan Kendala Saat Magang

Panorama Resort dimulai pada bulan April tahun 2007, pada proses
keseluruhannya berjalan sesuai dengan jadwal namun pada bagian lanskapnya
mengalami penundaan dikarenakan menunggu hasil layout dari pihak arsitek
bangunan. Pada suatu pekerjaan proyek, jadwal kerja dan pembagian kerja sangat
diperlukan sebagai panduan dalam menyelesaikan tahapan pekerjaan secara
efektitif dan efisien. Mahasiswa selama magang ikut terlibat dalam proyek
Panorama Resort mulai dari tahap riset dan analisis (Research and Appraisal)
hingga konsep desain (Concept Design), dikarenakan proyek ini memiliki waktu
yang masih panjang hingga akhir 2007 sehingga pada tahap pengembangan desain
(Design Development), dan pembuatan gambar kerja (Production Documentation)
mahasiswa tidak terlibat lagi dikarenakan batas waktu magang mahasiswa telah
usai.
Kendala secara umum yang dialami oleh mahasiswa magang mengenai
teknik penggambaran dalam CAD, karena pihak SFA telah memiliki standar
sendiri dalam gambar CAD seperti penggunaan layer, ketebalan garis berdasarkan
warna yang digunakan, sistem overlay dalam setiap gambar. Selain itu masalah
komunikasi dan proses adaptasi dengan lingkungan kerja yang berbeda dengan
suasana yang ada di kampus juga menjadi kendala pertama saat mahasiswa
memulai kegiatan magang.
Secara umum proses atau metode perancangan yang dilakukan oleh pihak
SFA sesuai dengan teori yang didapat oleh mahasiswa di bangku kuliah, yang
secara umum terdiri dari tahap persiapan, inventarisasi, analisis dan sintesis,
desain, dan gambar kerja sehingga dalam proses perancangan mahasiswa tidak
memerlukan waktu yang lama dalam memahami metode perancangannya.
Metode perancangan SFA mendekati dengan metode perancangan yang
diungkapkan oleh Booth (1983), yang terdiri dari tahap project acceptance, studi
dan analisa, design, gambar kerja (Construction drawings), pelaksanaan
(Implementation), post-construction evaluation, dan pemeliharaan (Maintenance),
merupakan proses perancangan keseluruhan dari sebuah proyek yang melibatkan
konsultan lanskap, kontaktor pengembang dan kontraktor pemeliharaan. Oleh
karena itu metode yang digunakan oleh pihak SFA dapat dikatakan sama dengan
77

metode yang diungkapkan oleh Booth (1983), karena SFA sebagai pihak
konsultan lanskap hanya sampai pada tahap pembuatan gambar kerja, sedangkan
pada tahap berikutnya akan dilanjutkan oleh engineer lain yang terlibat dalam
proyek Panorama Resort dan SFA hanya sebagai pengawas yang memperhatikan
pada bagian implementasi gambar desain pada tapak, dan apabila terjadi kendala
saat proses implementasi desain dapat diselesaikan dengan cepat.
Namun, antara tahap desain dengan gambar kerja pihak SFA
menambahkan satu tahap yang yaitu tahap pengembangan desain, dimana pada
tahap ini merupakan perbaikan dari tahap desain setelah berdiskusi dengan pihak
klien dan pengembangan gambar desain yang lebih detail dan informatif lagi.

Tahap Riset dan Analisis (Research and Appraisal)


Pada tahap ini mahasiswa magang tidak melakukan survey lapang dan
inventarisasi ke tapak, hanya mengetahui kondisi dan keadaan tapak dari hasil
pengamatan dan inventarisasi dari pihak SFA berupa foto-foto kondisi tapak. Pada
tahap ini mahasiswa ikut terlibat dalam proses pembuatan awal dari layout gambar
riset dan analisis yang masih dalam tahap diskusi dengan direktur utama Sheils
Flynn UK.
Pada tahap ini mahasiswa tidak dilibatkan dalam proses analisis karena
masih termasuk pekerjaan internal antara direktur utama UK yaitu Eoghan Sheils
dengan direktur cabang Yannes Pasaribu dan direktur desain Iman P. Septadarma,
sehingga mahasiswa hanya terlibat dalam proses penggambarannya saja dan
mendapatkan penjelasan tentang hasil dari tahap riset dan analisis tersebut.

Tahap Konsep Desain (Concept Design)


Pada tahap ini mahasiswa terlibat dalam pembuatan gambar tampak
potongan dalam bentuk CAD dan gambar working section. Working section ini
merupakan gambar potongan yang diambil untuk memperlihatkan level yang ada
ditapak dan sebagai bahan diskusi internal tentang konsep yang diberikan dan
informasi bagi klien dan konsultan lainnya. Selain itu mahasiswa juga terlibat
dalam pembuatan gambar ilustrasi potongan tampak dan site plan.
78

Dalam pembuatan gambar tampak potongan mahasiswa mengalami


kendala tentang penggunaan layer dan ketebalan dari garis gambar yang
digunakan, sehingga pada proses penggambarannya membutuhkan banyak
perbaikan. Selain dari perbaikan akibat ketebalan garis, perubahan desain yang
ada juga menyebabkan terjadinya perbaikan yang terus menerus, khususnya
setelah dilakukannya meeting dengan klien dan konsultan lainnya yang diadakan
di Bali ataupun setelah dilakukan diskusi internal dengan direktur utama UK.
Dalam pengerjaannya pun mahasiswa membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan personil lainnya karena masih belum terbiasa dengan
standar gambar kerja yang digunakan. Pada gambar ilustrasi mahasiswa tidak
terlalu banyak mengalami kendala, khususnya dalam library yang digunakan
karena pada proyek sebelumnya sudah memakai konsep gambar ilustrasi yang
digunakan pada Panorama Resort.
Pemilihan konsep yang menyatu dengan alam sudah sesuai dengan kondisi
tapak, dimana memanfaatkan pemandangan yang sudah ada pada tapak dan
mengemasnya dalam ruang-ruang lanskap yang sangat menarik sehingga para
pengunjung tetap merasakan kondisi awal dari tapak tersebut yang berundak-
undak dengan permainan level yang dilakukan pada jalur sirkulasi. Nilai-nilai dari
budaya juga tidak dilepaskan dalam desain Panorama Resort ini, yaitu dengan
tetap mempertahankan kuil yang ada di tepi tebing sehingga para pengunjung
tetap dapat merasakan nilai budaya Bali.
Pada proses desainnya itu sendiri mengalami permasalahan dengan
kemiringan dari jalur sirkulasi buggy car yaitu dengan kemiringan 5:1, dimana
pada kemiringan tersebut merupakan kemiringan maksimum yang dapat dilalui
oleh buggy car dan beban yang dapat ditampung akan berkurang, sehingga
memerlukan jumlah unit yang lebih banyak untuk mengakomodasi kebutuhan
para pengunjung. Untuk area perputaran yang dibutuhkan oleh sebuah buggy car,
desain yang ditawarkan sudah cukup memadai dimana area yang dibutuhkan oleh
sebuah buggy car roda 4 untuk memutar adalah radius 35,56 cm (Harris dan
Dines, 1988) sedangkan pada desain area yang diberikan adalah radius 43 cm.
Sedangkan jalur sirkulasi lainnya, level dan kemiringan disesuaikan dengan
kebutuhan desain dan menyamakan dengan level bangunan yang sudah ada.
79

Dengan kondisi togografi tapak yang berbukit-bukit dan ada beberapa


bagian yang mudah terkena erosi, maka pemilihan vegetasi sangat penting yaitu
sesuai dengan kondisi dari tapak tersebut yang lebih didominasi oleh batu kapur
sehingga dalam pemilihan tanaman yang sangat diperhatikan adalah ketahanan
tanaman dan habitat dari tanaman tersebut yaitu habitat hutan berbatu kapur dan
kering, agar tanaman yang digunakan nantinya dapat bertahan dan konsep dari
desain yang ditawarkan tidak hilang.
80

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kegiatan magang memberikan manfaat tentang kondisi lapangan kerja
yang sesungguhnya, dalam hal ini adalah pekerjaan arsitektur lanskap. Manfaat
yang didapat berupa pengalaman, pengembangan teori ,dan pengetahuan yang
lebih luas tentang pekerjaan arsitektur lanskap. Dalam kegiatan magang,
mahasiswa belajar dan mendapatkan pengetahuan tentang proses perancangan dan
kegiatan studio dalam penanganan suatu proyek. Pada kegiatan studio mahasiswa
mendapatkan pengalaman tentang teknik penggambaran dan presentasi melalui
aplikasi komputer dan teknologi lainnya yang digunakan oleh PT. Sheils Flynn
Asia pada proses kegiatan perancangan.
Pada proses perancangan, mahasiswa belajar tentang cara menganalisa
kendala dan mencari potensi yang ada di tapak untuk dijadikan sebuah konsep
yang menarik dan sesuai. Konsep yang diambil merupakan hasil pertimbangan
dari keseluruhan elemen lanskap serta kendala yang ada di tapak dan mencari
solusi dari setiap permasalahan yang kemudian dituangkan dalam gambar desain.
Kemudian dalam mengatasi segala permasalahan yang ada dari masing-masing
tahap tetap memerlukan kerjasama dengan pihak pengembang lainnya yang
terlibat dalam satu proyek.
Proses perancangan yang digunakan oleh SFA mendekati dengan teori
yang dikemukakan oleh Booth (1983), karena SFA sebagai pihak konsultan
lanskap hanya sampai pada tahap pembuatan gambar kerja, sedangkan pada tahap
berikutnya akan dilanjutkan oleh engineer lain yang terlibat dalam proyek
Panorama Resort. Proses perancangan Panorama Resort dibagi menjadi lima
tahap, yang terdiri dari persiapan, riset dan analisis (Research & Appraisal),
konsep desain (Concept Design), pengembangan desain (Design Development),
dan pembuatan gambar kerja (Production Documentation). Masing-masing tahap
memiliki gambar output yang berbeda sesuai dengan tahapan yang telah dilalui
sesuai dengan tujuan yang ada. Tahap riset dan analisis merupakan tahapan
pengumpulan data dan melihat potensi serta kendala yang ada ditapak, serta
melakukan analisis dari berbagai pendekatan yang menjadi dasar pemikiran yang
ada di SFA. Tahap konsep desain merupakan tahap dilakukannya pengembangan
81

dari ciri khas tapak yang akan menjadi konsep desain lanskap dan sebagai sesuatu
yang unik dan menarik. Keseluruhan hasil perancangan dituangkan dalam bentuk
tampilan grafis yang menarik namun tetap memberikan informasi yang lengkap.

Saran
Saran yang dapat diberikan dalam proses kerja di pihak SFA adalah perlu
adanya pembagian kerja yang sesuai antara beban kerja dalam suatu proyek
dengan jumlah tenaga kerja yang ada, kemudian komunikasi yang baik dalam satu
tim kerja agar tidak terjadi kesalahan yang dilakukan berulang-ulang, dan
membina hubungan yang baik antara Departemen Arsitektur Lanskap IPB dengan
pihak Sheils Flynn Asia sebagai media pertukaran ilmu pengetahuan dan
informasi yang berkaitan dengan bidang perencanaan dan perancangan lanskap.
82

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. http//en.wikipedia.org/wiki/Resort [5 Mei 2007]


Anonim. 2007. http//en.wikipedia.org/wiki/Recreation [5 Mei 2007]
Booth, N.K. 1983. Basic Element of Landscape Architectural Design. Waveland
press Inc. Illiois. 315p.
Eckbo, G., 1964. Urban Landscape Design. McGraw-Hill Book Co., Inc. New
York. 248p.
Gold, S.M. 1980. Recreation Planning and Design. McGraw-Hill Book Co., Inc.
New York. 316p.
Harris, C. W. And N. T. Dines. 1988. Time-Saver Standards for Landscape
Architecture. McGraw-Hill Book Co. 960-3p
Hill, W. F. 1995. Landscape Handbooks For The Tropics. Garden Art
Press.Suffolk. 409p
Lynch, K. 1981. Site Planning. The Mit Press Cambridge. London.
Laurie, M. 1984. An Introduction to Landscape Architecture (terjemahan).
American Elsevier Publishing Comp, Inc. New York. 133p
Nurisjah, S. Dan Q. Pramukanto. 1990. Perencanaan Lanskap. Program Studi
Arsitektur Pertamanan, Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 55 hal.
Sheils Flynn Asia. 2007. Panorama Resort Bali. Bogor. Tidak dipublikasikan.
Simonds, J. O. 1983. Landscape Architecture: A manual site planning dan design.
McGraw-Hill Book Co., Inc. New York. 330p.
VanDyke, S. 1990. From Line To Design. Van Nostrand Reindhold. New York.
198p.
83

LAMPIRAN
84
83

Lampiran 01. Standar Penggunaan Layer di PT Sheils Flynn Asia


84
85

Lampiran 01. Lanjutan


85
86

Lampiran 01. Lanjutan


M
86
87

Lampiran 02. Gambar Peluang yang Ada di Tapak (Sumber PT. Sheils Flynn Asia)
M
87
88

Lampiran 03. Gambar Kendala yang ada di tapak (Sumber PT. Sheils Flynn Asia)
88
89

Lampiran 04. Gambar Sketsa Desain Awal (Sumber PT. Sheils Flynn Asia)
89
90

Lampiran 05. Gambar Sketsa Layout Daerah Gully dan Lembah (Sumber PT. Sheils Flynn Asia)
Lampiran 06. Gambar Sketsa Potongan A (Sumber PT. Sheils Flynn Asia)
90
91
91
92

Lampiran 07. Gambar Sketsa Potongan B (Sumber PT. Sheils Flynn Asia)
93
92

Lampiran 08. Gambar Ilustrasi Site Plan


93
94

Lampiran 09. Gambar Ilustrasi Detail Plan Area Gully dan Lembah
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112

Anda mungkin juga menyukai