Anda di halaman 1dari 7

PERKEMBANGAN PEMULIAAN PADI SAWAH

DI INDONESIA

U. Susanto, A.A. Daradjat, dan B. Suprihatno

Balai Penelitian Tanaman Padi, Jalan Raya 9, Sukamandi, Kotak Pos 11 Subang 41256

ABSTRAK
Varietas unggul padi sawah merupakan kunci keberhasilan peningkatan produksi padi di Indonesia. Perakitan
varietas padi sawah selain bertujuan untuk meningkatkan hasil, juga dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi
agroekosistem, sosial, budaya, dan preferensi masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, pemuliaan padi bersifat
dinamis. Varietas baru terbentuk sepanjang waktu, diikuti dengan peningkatan rata-rata produktivitas padi secara
nasional. Beberapa tipe varietas padi yang telah berkembang di Indonesia adalah tipe Bengawan, PB5, IRxx, IR64,
padi hibrida, dan padi tipe baru. Tipe-tipe tersebut muncul sesuai dengan kebutuhan, dimulai dengan perbaikan
varietas lokal (tipe Bengawan), pembuatan padi yang genjah dan hasil tinggi karena responsif terhadap pemupukan
(PB5), peningkatan ketahanan terhadap hama dan penyakit (IRxx), dan penambahan sifat unggul pada rasa nasi
yang enak (IR64). Varietas-varietas yang telah dilepas tersebut banyak yang saling berkerabat, sehingga keragamannya
kurang dan potensi hasilnya pun tidak berbeda. Upaya untuk meningkatkan potensi hasil padi yang selama ini
stagnan adalah melalui pemanfaatan fenomena heterosis (padi hibrida) dan arsitektur tanaman (padi tipe baru).
Kedua upaya tersebut diharapkan mampu menjawab tantangan perpadian di masa yang akan datang.
Kata kunci: Padi sawah, pemuliaan, Indonesia

ABSTRACT
Advance in lowland rice breeding in Indonesia

Improved rice variety is the key factor in increasing rice production in Indonesia. Development of lowland rice
varieties in Indonesia is not only to improve the yield, but also to make it appropriate to agroecosystem
conditions, social, culture, and consumer preference. Therefore, rice breeding became dinamic and resulted some
types of rice varieties between time to time, followed by increasing the national average yield of rice. Some types
of rice varieties developed in Indonesia are Bengawan, PB5, IRxx, IR64, hybrid rice, and new plant types. Those
types are appropriate with the need, started with improvement of local varieties (Bengawan type) for early
maturing with development of high yield because of responsiveness to fertilizers (PB5 type), utilization of pest
resistant genes (IRxx type), and improvement of rice quality (IR64 type). Among these varieties, there are some
varieties with high genetic relative among them, so they have poor variability and have no difference in the yield
potential. Efforts to overcome this problem include the use of heterotic phenomenon (hybrid rice) and plant
architecture (new plant type). The two efforts are expected to overcome the future world chalanges of rice.

Keywords: Lowland rice, breeding, Indonesia

L uas pertanaman padi di Indonesia


diperkirakan mencapai 1112 juta ha,
yang tersebar di berbagai tipologi lahan
produksi padi mencapai 56,10%, per-
luasan areal 26,30%, dan 17,60% oleh
interaksi antara keduanya. Sementara itu,
sesuai dengan kondisi ekosistem, sosial,
budaya, serta minat masyarakat. Sejalan
dengan berkembangnya kondisi sosial
seperti sawah (5,10 juta ha), lahan tadah peran varietas unggul bersama pupuk ekonomi masyarakat, permintaan akan
hujan (2,10 juta ha), ladang (1,20 juta ha), dan air terhadap peningkatan produk- tipe varietas yang dihasilkan juga ber-
dan lahan pasang surut. Lebih dari 90% tivitas mencapai 75%. Informasi tersebut beda-beda. Daradjat et al. (2001b)
produksi beras nasional dihasilkan dari menunjukkan bahwa varietas unggul menggolongkan varietas padi sawah ke
lahan sawah (Badan Pusat Statistik 2000), terutama padi sawah merupakan kunci dalam empat tipe, yaitu tipe Bengawan,
dan lebih dari 80% total areal pertanaman keberhasilan peningkatan produksi padi tipe PB5, tipe IRxx, serta tipe IR64
padi sawah telah ditanami varietas unggul di Indonesia. yang tahan hama dan penyakit utama
(Badan Pusat Statistik 2000). Menurut Upaya perakitan varietas padi di serta bermutu baik. Perkembangan tipe
Las (2002), peran peningkatan produk- Indonesia ditujukan untuk menciptakan varietas tersebut berpengaruh terhadap
tivitas (teknologi) dalam peningkatan varietas yang berdaya hasil tinggi dan produktivitas padi sawah nasional se-

Jurnal Litbang Pertanian, 22(3), 2003 125


perti dilaporkan Badan Pusat Statistik melandai pada tahun 19852000, yang dan Benong dari Indonesia (Hargrove et
(1978; 1981; 1986; 1991; 1996; 2000). menandakan semakin sempitnya ke- al. 1979). Karakteristik padi sawah tipe
Perkembangan rata-rata produktivitas ragaman genetik potensi hasil varietas Bengawan menurut Daradjat et al. (2001b)
padi sawah di Indonesia pada kurun yang telah dilepas. Untuk mengantisipasi adalah umur 140155 hari setelah sebar
waktu 19702000 ditampilkan pada melonjaknya kebutuhan beras di masa (HSS), tinggi tanaman 145165 cm, tidak
Gambar 1. sekarang dan yang akan datang, perbaik- responsif terhadap pemupukan, rasa nasi
Sampai dengan tahun 1970-an, an potensi hasil padi mutlak diperlukan. pada umumnya enak, dan daya hasil
program pengembangan varietas unggul Wujud nyata terobosan perakitan varietas menurut Musaddad et al. (1993) sekitar
padi sawah lebih ditekankan pada padi untuk masa yang akan datang adalah 3,504 t/ha. Contoh varietas tipe Benga-
perbaikan varietas lokal, terutama untuk pengembangan padi hibrida dan padi tipe wan menurut Harahap et al. (1972),
memperpendek umur tanaman, sehingga baru (Daradjat et al. 2001b). Djunainah et al. (1993), Musaddad et al.
dalam satu tahun dapat dilakukan panen (1993), dan Sunihardi et al. (1999), antara
dua sampai tiga kali. Menurut Suwarno lain adalah Bengawan (1943), Jelita (1955),
(2000), untuk memenuhi kecukupan Dara (1960), Sinta (1963), Bathara (1965),
pangan, mulai tahun 1970-an dikembang- PERIODE PEMULIAAN PADI dan Dewi Ratih (1969).
kan padi yang memiliki sifat potensi hasil Pembentukan varietas padi di-
SAWAH DI INDONESIA
tinggi (tipe PB5). Sejalan dengan hal lakukan dengan menyilangkan beberapa
tersebut, produktivitas padi sawah tetua, kemudian dari turunan persilangan
meningkat dari 3,55 t/ha pada tahun 1972 Pemuliaan Padi Sawah Tipe tersebut dipilih tanaman-tanaman yang
menjadi 3,75 t/ha pada tahun 1974 (Badan Bengawan (1943 1967) mempunyai sifat-sifat yang baik. Per-
Pusat Statistik 1978). Pada tahun 1977, silangan umumnya dilakukan dengan
produktivitas padi sawah menurun Menurut Harahap et al. (1972), per- silang tunggal (single cross), silang
kembali menjadi 3,03 t/ha (Badan Pusat silangan padi di Indonesia dimulai pada puncak (top cross), silang ganda (double
Statistik 1978) karena munculnya wabah tahun 1920-an dengan memanfaatkan gene cross), dan silang balik (back cross).
hama wereng coklat. Berkaitan dengan pool yang dibangun melalui introduksi Metode pemuliaan yang digunakan di
hal itu, pada tahun 19751985 di- tanaman. Sampai dengan tahun 1960-an, Indonesia sampai dengan tahun 1950-an
kembangkan varietas padi dengan sifat pemuliaan padi diarahkan pada lahan adalah metode bulk, kemudian beralih
produktivitas tinggi serta tahan terhadap dengan pemupukan yang rendah, atau kepada metode pedigree (Harahap dan
hama dan penyakit tanaman seperti IR36, tanaman kurang responsif terhadap Silitonga 1989).
dan IR42 (tipe IRxx). Selanjutnya, untuk pemupukan.
memenuhi kebutuhan domestik maupun Musaddad et al. (1993) melaporkan
ekspor, mulai tahun 1985 dikembangkan bahwa pelepasan varietas padi pertama
varietas padi yang memiliki rasa enak kali dilakukan pada tahun 1943, yaitu Pemuliaan Padi Sawah Tipe
(Suwarno 2000) seperti IR64. varietas Bengawan. Varietas tipe Benga- PB5 (1967 1985)
Laju peningkatan produktivitas padi wan memiliki latar belakang genetik yang
sawah melonjak tajam setelah tahun 1977. merupakan perbaikan dari varietas Cina Kebutuhan akan beras yang terus
Namun, peningkatan produktivitas mulai yang berasal dari Cina, Latisail dari India, meningkat menuntut peningkatan pro-
duktivitas padi dengan segera. Oleh
karena itu, dilakukan introduksi galur-
galur/varietas dari IRRI yang memiliki
potensi hasil tinggi. Pada tahun 1967
t/ha
dilepas dua varietas introduksi, yaitu
5 PB8 (1967) dan PB5 (1968) dengan potensi
4,50 hasil 4,505,50 t/ha. Selain dilepas
4 langsung sebagai varietas unggul baru,
varietas-varietas introduksi juga me-
3,50
rupakan sumber gen untuk memperbaiki
3 sifat-sifat varietas yang sudah ada.
2,50 Persilangan varietas PB5 dengan Sinta
2
menghasilkan Pelita I-1 dan Pelita I-2.
Dari dua varietas yang disebut terakhir
1,50 selanjutnya berkembang lagi sejumlah
1 varietas baru seperti Cisadane dan
0,50
Sintanur. Hubungan kekerabatan di
antara sejumlah varietas padi sawah
0 ditampilkan pada Gambar 2. Berdasar-
1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005
kan gambar tersebut dapat diketahui
bahwa pada dasarnya varietas-varietas
Gambar 1. Peningkatan rata-rata produktivitas padi sawah di Indonesia, 1972 yang ditanam petani saat ini memiliki ke-
1999 (Badan Pusat Statistik 1978; 1981; 1986; 1991; 1996; 2000). kerabatan yang erat.

126 Jurnal Litbang Pertanian, 22(3), 2003


tanam rapat yang ternyata lebih praktis,
Serayu
mudah, dan murah (Harahap dan Silitonga
Citarum Way Seputih 1989).
Cisadane Atometa 4


Lariang
Cimandiri Pemuliaan Padi Sawah Tipe
Dara Ayung
Cipunagara
IRxx (Multiple Resistance)
Krueng Aceh (1977 ...)
Atometa I
Pelita I-1 Atometa II Peningkatan produksi padi dapat di-
Cisokan
Progo
tempuh melalui dua jalur, yaitu pe-
Cisanggarung ningkatan potensi hasil dan peningkatan
Ciliwung stabilitas hasil (Daradjat et al. 2001b).
Bengawan Sinta Walanai Potensi hasil yang tinggi tidak akan
Lusi Sintanur teraktualisasi jika terjadi gangguan berupa


Adil
Makmur
cekaman biotik maupun abiotik. Oleh
Cina Cilamaya Muncul karena itu, stabilitas hasil juga perlu
Pelita 1-2 Cikapundung ditingkatkan, dalam arti varietas tertentu

Dewi Tara tetap berproduksi tinggi meskipun ter-


Arimbi
Remaja Bathara
jadi cekaman biotik berupa hama dan
Jelita Dewi Ratih penyakit tanaman, atau abiotik berupa
kondisi cuaca yang tidak menguntungkan
atau tanah keracunan besi, aluminium, dan
Gambar 2. Hubungan kekerabatan beberapa varietas padi, 1943 2001. sebagainya. Berbagai varietas yang me-
miliki gen ketahanan terhadap cekaman
biotik atau abiotik tertentu dapat menjadi
sumber gen.
Eratnya kekerabatan antarvarietas umur sedang (135145 HSS), postur Berkaitan dengan hal tersebut,
tersebut terjadi akibat suatu varietas tanaman pendek-sedang (100130 cm), upaya mengoleksi dan mengintroduksi
disilangkan dengan sisterline-nya atau bentuk tanaman tegak, posisi daun tegak, gen harus terus dilakukan. Kerja sama
dengan varietas yang merupakan ke- jumlah anakan sedang (1520), panjang dengan IRRI telah dilakukan, antara lain
turunannya. Sebagai contoh adalah malai sedang (75125 butir/malai), melalui program international network
perakitan varietas Cisadane dan Pelita I-1 responsif terhadap pemupukan, tahan on genetic evaluation of rice (INGER)
(Gambar 3). Terlihat bahwa Cisadane rebah, daya hasil rata-rata sedang (45 t/ yang mengoleksi dan menyebarluaskan
berasal dari Pelita I-1 yang disilangkan ha), serta rasa nasi antara pera sampai materi genetik dari seluruh dunia untuk
dengan keturunan Pelita I-1. Sementara pulen. Contoh varietas tipe PB5 adalah dievaluasi di negara-negara terkait
itu Pelita I-1 merupakan hasil persilangan Pelita I-1 (1971), Pelita I-2 (1971), Cisadane (Daradjat et al. 2001a). Berbagai jenis
Sinta dengan PB5 yang keduanya merupa- (1980), Cimandiri (1980), Ayung (1980), pertanaman yang ada dalam program
kan keturunan persilangan Cina dengan dan Krueng Aceh (1981). INGER untuk mengevaluasi ketahanan
Latisail (McLaren et al. 2002). Metode pemuliaan yang digunakan terhadap cekaman biotik adalah inter-
Menurut Daradjat et al. (2001b), adalah metode pedigree. Namun, sejak national rice tungro nursery (IRTN),
varietas tipe PB5 memiliki karakteristik tahun 1976 diterapkan juga metode bulk international rice blast nursery (IRBN),
international rice brown planthopper
nursery (IRBPHN), dan international rice
bacterial blight nursery (IRBBN ). Jenis-
jenis pertanaman INGER yang lain dalam
Cina
Peta rangka mengevaluasi sifat-sifat yang

Latisail IR5 berkaitan dengan spesifik lingkungan


Tangkai rotan
Cina tumbuh maupun keunggulan spesifik
Bengawan Pelita 1-1

Latisail adalah international irrigated rice


Sinta observational nursery (IIRON), inter-

Bluebonnet
Sigadis

Cisadane national upland rice observational


Benong

IR969-98-2-3 nursery (IURON), international hybrid


PTB21/PTB18
CR94-13 rice observational nursery (IHRON),

B2388

IR8
IR2157-3 international finegrain aromatic rice

IR5 observational nursery (IRFAON),


Pelita 1-1

Sinta international irrigated rice yield


nursery-early (IIRYN-E), dan internation-
al deepwater rice observational nursery
Gambar 3. Pedigree varietas Cisadane. (IDRON). Materi-materi tersebut me-

Jurnal Litbang Pertanian, 22(3), 2003 127


rupakan sumber plasma nutfah untuk pemupukan, tahan rebah, daya hasil agak pemulih kesuburan (restorer), dan galur
pembentukan varietas yang memiliki tinggi (56 t/ha), tahan hama dan penyakit pelestari (maintainer), sehingga biasa
ketahanan ganda (tipe IRxx). utama, mutu giling baik, dan rasa nasi disebut dengan teknik tiga galur. Selanjut-
Varietas tipe IRxx menurut Daradjat enak. Contoh varietas tipe IR64 adalah nya berkembang teknik hibrida dua galur
et al. (2001b) memiliki karakteristik umur Way Apo Buru (1988), Widas (1999), yang memanfaatkan galur environment
sedang (115125 HSS), postur tanaman Ciherang (2000), Tukad Unda (2000), dan genic male sterility (EGMS). Galur EGMS
pendek sampai sedang (95115 cm), Konawe (2001). dapat menjadi steril pada kondisi tertentu
bentuk tanaman tegak, posisi daun tegak, Latar belakang genetik tetua varietas sehingga dapat digunakan sebagai
jumlah anakan sedang (1520), panjang IR64 relatif lebih luas daripada varietas mandul jantan, tetapi dapat menjadi fertil
malai sedang (75125 butir/malai), PB5, tetapi masih banyak menggunakan pada kondisi yang lain sehingga diguna-
responsif terhadap pemupukan, daya varietas-varietas sebelumnya sebagai kan untuk memperbanyak galur EGMS
hasil sedang (45 t/ha), tahan hama dan tetua sumber gen ketahanan terhadap tersebut. Satu galur yang lain adalah tetua
penyakit utama serta cekaman abiotik, hama dan penyakit serta keistimewaan jantan.
serta rasa nasi antara pera sampai pulen. tertentu. Pemanfaatan gen dari spesies Menurut Virmani et al. (1997), teknik
Contoh varietas/galur tipe IRxx untuk Oryza nivara telah dilakukan pada tiga galur memerlukan dukungan kom-
tahan wereng coklat biotipe 1 adalah varietas PB28, PB30, PB32, dan PB36. ponen-komponen sebagai berikut:
IR26, IR28, IR29, IR30, IR34; tahan Kekerabatan dari sejumlah varietas yang 1) Galur mandul jantan (CMS = galur A)
wereng coklat biotipe 2 adalah IR32, IR36, dikembangkan pada periode ini dapat yang 100% mandul dan stabil ke-
IR42, Kencana Bali, Kelara, Babawee, PTb dilihat pada Gambar 4. mandulannya.
33; dan tahan wereng coklat biotipe 3 Metode pemuliaan yang digunakan 2) Galur pemulih kesuburan (restorer =
yaitu IR70, IR68, Bahbutong, Barumun, terus berkembang dan dilakukan modi- galur R) dengan daya pemulihan
dan Memberamo (Baehaki dan Rifki 1998; fikasi, misalnya digunakan metode bulk kesuburan yang tinggi serta daya
Soewito et al. 2000). pada generasi awal. Setelah mengalami gabung khususnya, sehingga nilai
Latar belakang genetik tetua varietas fiksasi dan seleksi individu selama heterosisnya tinggi.
tipe IRxx adalah varietas lokal yang beberapa generasi, kemudian dilanjutkan 3) Galur pelestari kemandulan tepung
berasal dari berbagai negara Asia, Afrika, dengan metode pedigree. sari (galur B) yang murni.
dan Amerika. Metode pemuliaan yang di- Negara yang pertama meneliti padi
gunakan terus berkembang, dan mungkin hibrida adalah Cina. Pada tahun 1960
pula diterapkan metode pemuliaan modern Pemuliaan Padi Hibrida telah ditemukan CMS yang pertama dan
seperti quantitative trait loci (QTL) dan pada tahun 1973 diperoleh hibrida padi
marker assisted selection (MAS) untuk Padi hibrida merupakan salah satu yang pertama. Pada tahun 1976 padi
menyeleksi genotipe yang diharapkan. terobosan untuk mengatasi terjadinya hibrida disebarluaskan kepada petani dan
stagnasi peningkatan potensi hasil memberikan nilai standar heterosis 20
varietas-varietas tipe sebelumnya. Kunci 30%. Padi hibrida terus berkembang
kemampuan padi hibrida untuk me- pesat dan pada tahun 1994 lebih dari 50%
Pemuliaan Padi Sawah Tipe mecahkan kemandekan peningkatan hasil areal pertanaman padi di Cina telah
IR64 (1986 ...) adalah potensi heterosisnya (hybrid ditanami padi hibrida (Yuan 1994).
vigor), yaitu superioritas F1 hibrida atas Selanjutnya, IRRI mulai meneliti
Varietas IR64 diintroduksi dan dilepas tetuanya (Virmani et al. 1997). kembali padi hibrida pada tahun 1979
sebagai varietas unggul di Indonesia Pengembangan padi hibrida diawali yang diikuti oleh 17 negara seperti India,
pada tahun 1986. Varietas ini sangat dengan penemuan cytoplasmic male Korea, Jepang, Amerika Serikat, Brasil,
digemari oleh petani dan konsumen, sterile (CMS) dan paket teknologi Vietnam, dan beberapa perusahaan
terutama karena rasa nasi yang enak, umur produksi benih padi hibrida. Teknologi swasta internasional. Pada tahun 1986
genjah, dan hasil relatif tinggi. Menurut padi hibrida dalam hal ini memerlukan IRRI meneliti TGMS dan memanfaatkan
Direktorat Bina Perbenihan (2000), IR64 pemanfaatan tiga galur, yaitu CMS, galur bioteknologi dalam perakitan varietas
merupakan varietas yang paling luas
ditanam di Indonesia (2.118.000 ha),
disusul varietas lokal (355.336 ha),
Memberamo (271.557 ha), Way Apo Buru
(285.985 ha), IR66 (216.020 ha), dan Baruhun Memberamo Cimelati


Cisadane (195.768 ha). Maros


IR5

Karakteristik varietas tipe IR64 Tuntang Towuti


Dodokan Ciherang
menurut Daradjat et al. (2001b) antara lain Way Seputih Tukad Petanu
adalah umur sedang (100125 HSS), IR36 Lariang dan Peta IR8 IR64 Tukad Unda

postur tanaman pendek sampai sedang Batang Sumani Singkil


(95115 cm), bentuk tanaman tegak, IR65 Konawe
posisi daun tegak, jumlah anakan sedang Cilosari Widas
Way Apo Buru
(2025 anakan/rumpun, dengan anakan
produktif 1516 anakan/rumpun), pan-
jang malai sedang, responsif terhadap Gambar 4. Hubungan kekerabatan beberapa varietas tipe IR64.

128 Jurnal Litbang Pertanian, 22(3), 2003


padi hibrida (Rothschild 1998). Di Berbagai penelitian dan percobaan terus rendah, berumur genjah (100130 hari),
Indonesia, penelitian padi hibrida dimulai dilakukan dengan melibatkan para peneliti beradaptasi tinggi pada kondisi musim
pada tahun 1983 (Suprihatno dan Satoto dari berbagai disiplin ilmu, sehingga yang berbeda, IP mencapai 0,60, efektif
1998) setelah diintroduksikan padi diharapkan kendala-kendala tersebut dalam translokasi fotosintat dari source
hibrida dari Cina pada tahun 1979 dapat teratasi. ke sink (biji), responsif terhadap pe-
(Danakusuma 1985). mupukan berat, dan tahan terhadap hama
Varietas padi hibrida diharapkan dan penyakit.
memiliki daya hasil lebih tinggi daripada Pemuliaan Padi Tipe Baru Kendala dalam program padi tipe
varietas yang umum ditanam petani saat baru adalah produksi biomassa yang
ini. Selain keunggulan potensi hasil, padi Sejak varietas IR8 yang sangat responsif rendah serta tingkat sterilitas yang tinggi
hibrida juga harus mempunyai berbagai terhadap pemupukan tersebar luas di (Peng et al. 1998). Hal ini diduga karena
sifat unggul yang terdapat pada varietas berbagai negara, Revolusi Hijau dimulai populasi awalnya dibuat dengan me-
yang saat ini banyak ditanam petani. dan produksi padi meningkat luar biasa. nyilangkan padi yang berbeda subspesies
Virmani (1994) melaporkan bahwa ber- Namun, sejak tahun 1980-an produktivitas (indica x japonica tropic), sehingga terjadi
dasarkan penelitian pada MK 1986MH padi sawah relatif tidak meningkat karena ketidakteraturan meiosis dan tidak
1992, padi hibrida dapat meningkatkan keragaman genetik yang sempit. Upaya samanya distribusi kromosom pada
hasil 1520% daripada varietas non- terobosan dilakukan untuk membentuk keturunannya (Abdullah et al. 2001).
hibrida (inbrida). arsitektur tanaman yang memungkinkan Upaya pemecahan dilakukan dengan
Padi hibrida yang dihasilkan banyak peningkatan produktivitas tanaman. Padi persilangan sebanyak-banyaknya untuk
memiliki latar belakang genetik galur- yang dihasilkan kemudian dikenal dengan membentuk populasi dengan memanfaat-
galur yang berasal dari IRRI. Namun padi tipe baru. IRRI mulai mengembangkan kan tetua japonica tropik yang memiliki
demikian, pemanfaatan galur-galur yang padi tipe baru pada tahun 1989 dan pada sterilitas malai yang rendah (Daradjat
beradaptasi baik di Indonesia mulai tahun 2000 hasilnya telah didistribusikan 2001). Untuk persilangan yang sulit
dilaksanakan, sehingga pada masa ke berbagai negara untuk dikembangkan menghasilkan benih dilakukan dengan
mendatang diharapkan hibrida yang lebih lanjut. kultur embrio (Abdullah et al. 2001).
dihasilkan sudah beradaptasi terhadap Menurut Khush (1996), landasan Populasi dasar padi tipe baru banyak
kondisi agroekosistem di Indonesia. pemikiran dalam pembentukan padi tipe dibentuk dengan memanfaatkan tetua
Peluang untuk memperoleh padi hibrida baru adalah peningkatan indeks panen dari subspesies indica dan japonica
yang demikian cukup besar, karena (IP) dan produksi biomassa tanaman. IP tropik sehingga latar belakang genetik-
Virmani et al. (1997) melaporkan bahwa adalah perbandingan bobot kering gabah nya cukup luas. Dengan demikian,
persilangan indica/japonica tropik dengan total biomassa tanaman. IP stagnasi pada varietas-varietas yang
prospektif menghasilkan hibrida yang varietas padi sebelumnya (semidwarft) sudah ada diharapkan dapat dipecahkan.
unggul. yang berkisar antara 0,450,50 di- Hidayat (2001) melaporkan bahwa IRRI
Perakitan dan pengujian padi hibrida upayakan untuk ditingkatkan menjadi telah banyak memanfaatkan varietas lokal
di Indonesia telah menghasilkan tiga 0,60. Cara yang ditempuh adalah dengan Indonesia sebagai tetua dalam pem-
kombinasi hibrida harapan dan telah diuji meningkatkan proporsi distribusi foto- bentukan padi tipe baru. Varietas yang
multilokasi (Adijono et al. 2000). Pada sintat ke sink daripada ke source. Caranya dijadikan donor untuk sifat anakan sedikit
tahun 2002, dua varietas hibrida telah adalah dengan meningkatkan sink size, antara lain adalah Gaok, Genjah Gempol,
dilepas, yaitu Maro dan Rokan. Pe- yang meliputi peningkatan jumlah gabah dan Genjah Wangkal. Varietas-varietas
ngembangan padi hibrida menghadapi per malai dan translokasi asimilat ke yang dapat membentuk sifat malai lebat
beberapa kendala antara lain: gabah, serta meningkatkan masa pe- antara lain adalah Djawa, Ketan Gubat,
1) Standar heterosis tidak stabil pada ngisian gabah antara lain dengan dan Pare Bogor. Sumber gen sifat batang
lingkungan yang berbeda (Adijono et penundaan senescence kanopi, mem- kuat berasal dari Putih Dayen, Gunang,
al. 2000; Yuniati et al. 2000). perpanjang masa pengisian biji, dan dan Sirah Bareh dan untuk tahan tungro
2) Produksi benih hibrida masih rendah, meningkatkan ketahanan terhadap dari Bali Ontjer, Gundil Kuning, Jimbrug,
karena tidak sinkronnya pembungaan rebah. Biomassa tanaman ditingkatkan dan Umbuk Putih. Pada awalnya,
galur CMS dengan restorer (R) dan dengan memodifikasi kanopi sehingga pembentukan populasi tanaman padi
maintainer (B) (Suprihatno dan pembentukan kanopi dan penyerapan tipe baru di Indonesia menggunakan
Satoto 1989). Namun, Sutaryo et al. hara berlangsung cepat serta konsumsi varietas IRBB5, Weshang II, Memberamo,
(2000) melaporkan bahwa sinkronisasi karbon berkurang. Maros, TB154, BP68, dan IR65600 sebagai
pembungaan antara galur CMS dan Karakteristik padi tipe baru menurut tetua persilangan. Kegiatan tersebut telah
restorer cukup baik dan tidak ada Peng et al. (1994) dan Khush (1996) adalah menghasilkan galur-galur yang sedang
interaksi yang nyata antara galur dan potensi hasil tinggi, malai lebat ( 250 diuji daya hasilnya seperti BP138E-KN-
lingkungan. butir gabah/malai), jumlah anakan pro- 36-2-2, BP364B-MR-33-2-PN-5-1, dan
3) Galur-galur CMS sangat peka ter- duktif lebih dari 10 dengan pertumbuhan IR66160-121-4-5-3-MR-3-PN-1-2-1-1
hadap hama dan penyakit daerah yang serempak, tanaman pendek ( 90 (Balai Penelitian Tanaman Padi 2001).
tropis (Suprihatno et al. 1986). Namun, cm), bentuk daun lebih efisien, hijau tua, Diharapkan dalam beberapa tahun ke
dengan pemanfaatan restorer yang senescence lambat, tahan rebah, perakaran depan, salah satu dari galur tersebut
tahan, kelemahan tersebut diharap- kuat, batang lurus, tegak, besar, dan dapat dilepas sebagai varietas padi tipe
kan dapat tertutupi. berwarna hijau gelap, sterilitas gabah baru.

Jurnal Litbang Pertanian, 22(3), 2003 129


TANTANGAN KE DEPAN betul dipacu agar dapat mencapai panjang memprogramkan pengembangan
tingkatan yang diperlukan untuk me- padi tipe baru dengan potensi hasil 12
Padi merupakan sumber makanan pokok menuhi kebutuhan beras yang terus 15 t/ha. Keunggulan padi tipe baru ini
bagi hampir seluruh rakyat Indonesia. meningkat. Berkaitan dengan hal ter- dapat dimanfaatkan dalam perakitan
Oleh karena itu, padi menjadi komoditas sebut, perakitan varietas yang memiliki varietas padi hibrida, yang diharapkan
strategis yang dapat memberikan dampak produktivitas nyata lebih tinggi dari memiliki produktivitas 15% lebih tinggi
yang serius pada bidang sosial, ekonomi, yang sudah dilepas mutlak diperlukan. dari padi tipe baru asalnya. Keunggulan
maupun politik. Sejalan dengan hal Varietas hibrida yang dapat mem- tersebut memberi harapan bahwa pe-
tersebut, pengadaan beras nasional harus berikan lonjakan peningkatan produk- landaian peningkatan produktivitas padi
diperhatikan agar tidak terjadi gejolak tivitas memberikan harapan terpenuhinya nasional dewasa ini dapat diatasi.
yang tidak diinginkan. kebutuhan padi di masa yang akan
Kebutuhan beras secara nasional datang. Balai Penelitian Tanaman Padi
terus meningkat seiring dengan mening- (2001) melaporkan bahwa padi hibrida KESIMPULAN
katnya jumlah penduduk. Produksi padi memberikan hasil 78 t/ha, atau 15% lebih
di Indonesia pada tahun 2000 sekitar tinggi dari IR64 pada lokasi-lokasi yang Pemuliaan padi di Indonesia terus ber-
51,20 juta ton (Badan Pusat Statistik dicoba. IRRI (2001) melaporkan bahwa kembang sesuai dengan semakin kom-
2001), sedangkan kebutuhan padi pada teknologi padi hibrida potensial untuk pleksnya kebutuhan, sehingga tipe
tahun 2025 diperkirakan sebesar 70 juta memenuhi kebutuhan pangan di Asia varietas yang dihasilkan pun mengalami
ton (IRRI 2001). Kebutuhan tersebut Selatan dan Asia Tenggara pada tahun perkembangan. Kekerabatan yang tinggi
dapat dipenuhi dengan luas pertanaman 2020 sebesar 800 juta ton. atau latar belakang genetik yang sempit
dan intensitas tanam seperti saat ini, Padi tipe baru juga diharapkan dapat menyebabkan tidak diperolehnya pe-
dengan produktivitas sebesar 6 t/ha, atau memacu peningkatan produksi padi di ningkatan potensi hasil yang nyata,
1,60 t/ha lebih tinggi dari produktivitas Indonesia. Peng et al. (1994) melaporkan sehingga terjadi kemandegan peningkat-
tahun 2000 sebesar 4,40 t/ha. Padahal, bahwa pada kondisi lingkungan yang an potensi hasil padi di Indonesia. Padi
pada tahun 1982 produktivitas sebesar ideal, potensi hasil padi tipe baru hibrida dan padi tipe baru memberikan
4,04 t/ha, sehingga selama 18 tahun mencapai 3050% lebih tinggi dari harapan untuk mengatasi pelandaian
produktivitas hanya meningkat 0,36 t/ha. varietas unggul yang telah ada. Balai peningkatan potensi hasil varietas padi
Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan Penelitian Tanaman Padi, dalam jangka yang dihasilkan.
produktivitas padi nasional harus betul-

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, B., D.S. Brar, and A.L. Carpena. 2001. Badan Pusat Statistik. 1996. Statistik Indonesia Daradjat, A.A., Suwarno, B. Abdullah, Tj.
Introgression of biotic resistance genes from 1995. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Soewito, B.P. Ismail, dan Z.A. Simanullang.
Oryza minuta J.S. Presl. Ex C.B. Presl. into 2001b. Status penelitian pemuliaan padi
Badan Pusat Statistik. 2000. Statistik Indonesia
new plant type of rice (O. sativa L). Seminar untuk memenuhi kebutuhan pangan masa
1999. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ta- depan. Balai Penelitian Tanaman Padi, Suka-
naman Pangan, Bogor. Badan Pusat Statistik. 2001. Statistik Indonesia mandi.
2000. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Adijono, Suwarno, P. Yuniati, E. Lubis, Sudibyo, Direktorat Bina Perbenihan. 2000. Inventarisasi
dan B. Sutaryo. 2000. Pengujian beberapa Balai Penelitian Tanaman Padi. 2001. Laporan Penyebaran Varietas Padi (ha) MT 2000
padi hibrida harapan di berbagai lingkungan Tahunan 1999/2000 Balai Penelitian Ta- Seluruh Indonesia. Ditjen Tanaman Pangan
pengujian dalam upaya pengembangan naman Padi. Balai Penelitian Tanaman Padi, dan Hortikultura, Jakarta.
varietas padi hibrida. Kumpulan Makalah Sukamandi.
Djunainah, Tw. Susanto, dan H. Kasim. 1993.
Hasil Penelitian 1999/2000 Buku II. Balai
Danakusuma, T. 1985. Hasil pendahuluan Deskripsi Varietas Unggul Padi 19431992.
Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi.
pengujian dua varietas padi hibrida. Media Pusat Penelitian dan Pengembangan Ta-
Baehaki, S.E. dan A. Rifki. 1998. Skrining galur- Penelitian Sukamandi Vol. 1. hlm. 58. naman Pangan, Bogor.
galur harapan terhadap wereng coklat
Biotipe 1, 2, dan 3. Kumpulan Makalah Daradjat, A.A. 2001. Laporan Perjalanan Dinas Harahap, Z., H. Siregar, and B.H. Siwi. 1972.
Hasil Penelitian 1997/98 seri B. Balai ke Luar Negeri on Job Training on the Breeding rice varieties for Indonesia. p. 141
Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi. Breeding High Yielding New Plant Type for 146. In Rice Breeding. IRRI, Philippines.
Enhanching Productivity and Sustainability
Badan Pusat Statistik. 1978. Statistik Indonesia in Indonesia. Seminar Ilmiah Rutin Balai Harahap, Z. dan T.S. Silitonga. 1989. Perbaikan
1977. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi. varietas padi. Dalam M. Ismunadji, M. Syam,
dan Yuswadi (Ed) Padi Buku 2. Pusat
Badan Pusat Statistik. 1981. Statistik Indonesia Daradjat, A.A., Tj. Soewito, B.P. Ismail, D. Penelitian dan Pengembangan Tanaman
1980. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Murdani, P. Adijono, and A. Mukelar. 2001a. Pangan Bogor. hlm. 335362.
INGER network activities in Indonesia.
Badan Pusat Statistik. 1986. Statistik Indonesia
Paper presented at INGER Workshop on Hargrove, T.R., W.R. Coffman, and V.L.
1985. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Intellectual Property Right, Contracts and Cabanilla. 1979. Genetic interrelationship
Badan Pusat Statistik. 1991. Statistik Indonesia Germplasm Exchange, Bangkok, Thailand, of improved rice varieties in Asia. IRRI
1990. Badan Pusat Statistik. Jakarta. 1718 July 2001. Research Paper Series No. 23.

130 Jurnal Litbang Pertanian, 22(3), 2003


Hidayat, Y.R. 2001. Strategi pengembangan grain yield by breeding a new plant type. In Sutaryo, B., Suwarno, dan Adijono. 2000.
"New Plant Type" varietas-varietas padi. IRRI Program Report for 1998. IRRI, Interaksi genotipe x lingkungan pada
Seminar Ilmiah Rutin Balai Penelitian Philippines. sinkronisasi pembungaan varietas tetua
Tanaman Padi, Sukamandi. padi hibrida. Kumpulan Makalah Hasil
Rothschild, G.H.L. 1998. IRRIs role an vision
Penelitian 1999/2000 Buku II. Balai Pe-
IRRI. 2001. Sekilas Kerja Sama Indonesia-IRRI, for hybrid rice. In. S.S. Virmani, E.A. Siddiq,
nelitian Tanaman Padi, Sukamandi.
Dampak dan Tantangan ke Depan. IRRI, and K. Muralidharan (Eds). Advances in
Filipina. Hybrid Rice Technology. IRRI, Philippines. Suwarno. 2000. Orientasi penelitian plasma
nutfah dan pemuliaan untuk menyongsong
Khush, G.S. 1996. Prospects of and approaches Soewito, T., P. Adijono, E. Suparman, Supartopo,
tantangan perpadian masa depan. Apresiasi
to increasing the genetic yield potential of dan P.H. Siwi. 2000. Peningkatan ketahanan
Seminar Hasil Penelitian Tanaman Padi.
rice. In R.I. Everson, R.W. Herdt, and M. varietas padi unggul tahan terhadap wereng
Balai Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi,
Hossain (Eds). Rice Research in Asia: coklat. Kumpulan Makalah Hasil Penelitian
1011 November 2000.
Progress and Priorities. IRRI, Philippines. 1999/2000. Balai Penelitian Tanaman Padi,
Sukamandi. Virmani, S.S., B.C. Viraktamath, C.L. Casal, R.S.
Las, I. 2002. Alternatif inovasi teknologi
Toledo, M.T. Lopez, and J.O. Manalo. 1997.
peningkatan produktivitas dan daya saing Sunihardi, Yusanti, dan Sri K. 1999. Deskripsi
Hybrid Rice Breeding Manual. IRRI,
padi. Power Point PPN 2002. Balai Pe- Varietas Unggul Padi dan Palawija 1993
Philippines.
nelitian Tanaman Padi. 2002. 1998. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan, Bogor. Virmani, S.S. 1994. Prospects of hybrid rice in
McLaren, C.G., L. Ramos, C. Lopez, and W.
the tropics and subtropics. In S.S. Virmani
Eusebio. 2002. Ref. ICIS05M. Application Suprihatno, B. dan Satoto. 1989. Rasio barisan
(Ed). Hybrid Rice Technology, New
of the Genealogy Management System (as dan pengguntingan daun pada perbanyakan
Development and Future Prospects. Selected
CDROM programe of JCIS ver 0.5 M revised) benih galur mandul jantan V41A dan
Papers from the International Rice Research
IRRI Philippines. MR365A. Media Penelitian Sukamandi Vol.
Conference, IRRI, Philippines.
7. hlm. 3134.
Musaddad, A., H. Kasim, dan Sunihardi. 1993.
Yuan, L.P. 1994. Increasing yield potential in
Varietas Unggul Tanaman Pangan (High Suprihatno, B. and Satoto. 1998. Research and
rice by exploitation of heterosis. p. 16. In
Yielding Varieties of Food Crops) 1918 development for hybrid rice technology in
S.S. Virmani (Ed). Hybrid Rice Technology,
1993. Pusat Penelitian dan Pengembangan Indonesia. In S.S. Virmani, E.A. Siddiq, and
New Development and Future Prospects.
Tanaman Pangan, Bogor. K. Muralidharan (Eds). Advances in Hybrid
Selected Papers from the International Rice
Rice Technology. IRRI. Philippines.
Peng, S., G.S. Khush, and K.G. Cassman. 1994. Research Conference, IRRI, Philippines.
Evolution of the New Plant Idiotype for Suprihatno, B., B. Sutaryo, dan P.M. Yuniati.
Yuniati, P.M., O. Syahromi, dan Suwarno. 2000.
increased yield potential. In K.G. Cassman 1986. Identifikasi galur-galur pelestari
Respons padi hibrida terhadap pemupukan.
(Ed). Breaking the Yield Barrier. Proceedings (maintainer) dan pemulih kesuburan (res-
Kumpulan Makalah Hasil Penelitian 1999/
of a Workshop on Rice Yield Potential in torer) pada usaha pembuatan galur mandul
2000 Buku II. Balai Penelitian Tanaman
Favourable Environment. IRRI, Philippines. jantan baru. Media Penelitian Sukamandi Vol
Padi, Sukamandi.
2. hlm. 15.
Peng, S., G.S. Khush, R. Visperas, and A.
Evangelista. 1998. Progress in increasing

Jurnal Litbang Pertanian, 22(3), 2003 131

Anda mungkin juga menyukai