Anda di halaman 1dari 21

PENGERTIAN BEBAN KERJA

Beban kerja adalah frekuensi kegiatan rata-rata dari masing-masing


jenis pekerjaan dalam jangka waktu tertentu. (Moekijat, 1999).
B. METODE PENYUSUNAN KEBUTUHAN TENAGA KESEHATAN
BERDASARKAN BEBAN KERJA
Salah satu metode perhitungan tenaga kesehatan adalah metode
estimasi beban kerja yaitu suatu metode penyusunan kebutuhan
berdasarkan Indicator of Staff Needed (ISN). Metode ISN ini adalah
metode untuk menetapkan jumlah tenaga berdasarkan jenis kegiatan dan
volume pelayanan pada suatu unit atau institusi.
Dengan metode estimasi beban kerja setiap tenaga kesehatan
mempunyai beban kerja efektif sekitar 80% dari waktu kerja sebulan.
Waktu kerja normal perminggunya (6 hari kerja) adalah 37,5 jam
sehingga jumlah jam kerja rata-rata dalam satu hari adalah 6,25 jam.
Jadi jumlah jam kerja dalam satu bulan (24 hari kerja) adalah 6,25
jam x 24 hari = 150 jam perbulan.
Dimana waktu kerja waktu efektif adalah waktu yang sungguh-
sungguh digunakan secara efektif oleh tenaga kesehatan dalam
melaksanakan tugasnya yaitu 80% dari waktu kerja sebulan 150 jam (0,8 x
150 jam = 120 jam/bulan).
Berdasarkan uraian tersebut maka apabila beban kerja seorang
tenaga kesehatan dengan tugas dan fungsi tertentu berada pada ukuran
standar 120 sampai 150 jam perbulan berarti tidak diperlukan tambahan
tenaga pada tugas yang sama.
Tetapi apabila beban kerja tenaga kesehatan dengan tugas dan
fungsi-fungsi tertentu berada dibawah ukuran standar maka tenaga
kesehatan tersebut perlu diberikan tugas tambahan sehingga beban kerja
dapat maksimal.
Penambahan tenaga kesehatan hanya diperlukan jika beban
kerja melebihi standar dan tidak bisa lagi dibagi dengan tenaga lain
pada unit tersebut
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BEBAN KERJA
Terdapat 4 faktor utama yang mempengaruhi beban kerja setiap tenaga
kesehatan yaitu:
1. Tugas Pokok Tenaga Kesehatan
Tugas Pokok adalah tugas yang harus dikerjakan oleh seorang tenaga
kesehatan berdasarkan prosedur tetap yang ada pada puskesmas. Rincian
tugas pokok tenaga kesehatan di puskesmas sebagai berikut :
a. Tugas Pokok Tenaga Dokter
Melakukan pelayanan umum, melakukan tindakan medik dan UGD,
kunjungan pada pasien rawat inap, menerima dan melakukan rujukan,
melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, melakukan
catatan medik, dan membuat rencana kerja tahunan.
b. Tugas Pokok Tenaga Bidan
Melaksanakan pelayanan kesehatan Ibu dan Anak, melaksanakan
pelayanan KB, melaksanakan pertolongan persalinan normal perawatan
nifas (PNC), melaksanakan pelayanan kesehatan bayi dan anak.
c. Tugas Pokok Perawat
Melaksanakan asuhan keperawatan dan evaluasi keperawatan, dan
melakukan kunjungan pembinaan individu/ keluarga/ masyarakat.
d. Tugas Pokok Tenaga Dokter Gigi
Melakukan pelayanan/tindakan gigi dan mulut, melakukan penambalan
gigi, menerima dan melakukan rujukan, menerima konsultasi pasien dan
masyarakat, melaksanakan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada
masyarakat dan anak sekolah, membuat rencana kerja tahunan.
e. Tugas Pokok Perawat Gigi
Membantu dokter gigi dalam melakukan praktek, melakukan
sterilisasi/desinfeksi alat, membantu dokter gigi dalam melakukan
penyuluhan kesehatan gigi dan mulut, mencatat register kunjungan pasien.
f. Tugas Pokok Tenaga Kesehatan Masyarakat
Menyusun rencana program puskesmas, menyiapkan data/informasi
sebagai dasar pengambilan keputusan kepala puskesmas, pengelolaan
administrasi surat-menyurat, Menyusun rencana kebutuhan sarana
perlengkapan puskesmas, melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan
program puskesmas dan tata usaha, koordinasi pencatatan dan pelaporan
bulanan dan tahunan.
g. Tugas Pokok Tenaga Pelaksana Sanitasi
Melakukan pengamatan penyakit, melakukan penyuluhan epidemiologi dan
imunisasi, menentukan identifikasi KLB/wabah, melakukan pemberantasan
terhadap penyakit menular langsung. melakukan analisis dampak
lingkungan, penyuluhan kesehatan lingkungan.
h. Tugas Pokok Tenaga Pelaksana Farmasi
Menerima resep, meracik dan mempersiapkan obat sesuai kebutuhan,
Memberikan penjelasan kepada pasien tentang pemakaian obat,
Merencanakan kebutuhan obat dan vaksin, membuat daftar permintaan
obat kegudang farmasi, membuat pencatatan dan pelaporan.
i. Tugas Pokok Tenaga Pelaksana Gizi
Melaksanakan pelayanan gizi, melatih kader gizi, menyusun standar dietik
dan informasi gizi, pemberian vitamin, membuat pencatatan dan laporan,
menghitung stok Yodiol, membuat laporan posyandu, membuat jadwal
puskesmas keliling.

j. Tugas Pokok Tenaga Pekarya Kesehatan


Membantu perawat dalam pelayanan kesehatan, mencatat registrasi
kunjungan pasien, menyelenggarakan perawatan kesehatan masyarakat
dengan kunjungan rumah, membina peran serta masyarakat melalui dasa
wisma, penyuluhan (di posyandu), pencatatan dan pelaporan.
k. Tugas Pokok Tenaga Administrasi Umum
Mengagendakan surat masuk dan surat keluar, mengetik surat, mengirim
surat, pencatatan inventarisasi barang, melakukan peremajaan data
pegawai, barang dan perlengkapan lain, melakukan kegiatan kearsipan,
membuat laporan puskesmas.
l. Tugas Pokok Petugas Loket
Mempersiapkan peralatan di loket, pelayanan pendaftaran/mengisi kartu
status pasien, menerima pembayaran retribusi/karcis, menyusun kartu
berobat kedalam kotak/rak, merekap kunjungan pasien, menyetor hasil
penerimaan pembayaran retribusi, membuat laporan kunjungan pasien.
m. Tugas Pokok Petugas SP2TP
Melakukan kordinasi pengumpulan data laporan hasil kegiatan bulanan
puskesmas, melakukan validasi data hasil laporan bulanan kegiatan
program, melakukan pengumpulan dan analisa data stratifikasi puskesmas,
merekap dan mendokumentasikan laporan hasil kegiatan bulanan
puskesmas, melakukan visualisasi data hasil laporan bulanan kegiatan
program, mendokumentasikan semua rencana dan hasil kegiatan
puskesmas secara sistematis.
2. Tugas Tambahan
Tugas tambahan merupakan bagian dari pekerjaan dan dikerjakan seperti
halnya tugas utama. Namun akan menjadikan beban kerja meningkat jika
tugas tambahan lebih banyak sehingga menjadikan tanggungan pekerjaan
yang harus dikerjakan menjadi lebih besar. Dapat juga terjadi sebaliknya
yakni dengan tugas tambahan beban kerja meningkat tetapi tetap sesuai
dengan standar karena tingkat produktivitas menjadi lebih optimal. Tugas
tambahan tenaga kesehatan pada puskesmas sebagai berikut :
a. Tugas Tambahan Tenaga Dokter
Membuat Laporan kegiatan bulanan, menghadiri pertemuan, melakukan
monitoring dan evaluasi pelaksanaan manajemen puskesmas, melakukan
kordinasi lintas program, melakukan supervisi program.
b. Tugas Tambahan Tenaga Bidan
Membuat laporan kegiatan bulanan, melakukan bimbingan teknis pada
Bidan di desa , menghadiri pertemuan.
c. Tugas Tambahan Perawat
Membuat Laporan kegiatan bulanan, menghadiri pertemuan, membimbing
siswa perawat.
d. Tugas Tambahan Dokter Gigi
Membuat laporan kegiatan bulanan, menghadiri pertemuan, melakukan
monitoring dan evaluasi pelaksanaan manajemen puskesmas, melakukan
supervisi program.
e. Tugas Tambahan Perawat Gigi
Membuat laporan bulanan, menghadiri pertemuan, membuat pencatatan
dan pelaporan perawatan gigi pasien.
f. Tugas Pokok Tenaga Pelaksana Gizi
Membuat laporan kegiatan bulanan, menghadiri pertemuan (rapat,
seminar, pelatihan), penyuluhan
g. Tugas Tambahan Tenaga Pelaksana Farmasi
Membuat laporan kegiatan bulanan, menghadiri pertemuan,
h. Tugas Tambahan Tenaga Pelaksanan Sanitasi
Membuat laporan kegiatan bulanan, menghadiri pertemuan, melakukan
koordinasi lintas program/sektor, melakukan supervisi program.
i. Tugas Tambahan Tenaga Kesehatan Masyarakat
Melakukan penyuluhan, menghadiri pertemuan, melaksanakan tugas
pendelegasian manajerial dari kepala puskesmas, koordinasi pelaksanaan
JPKM, koordinasi pelaksanaan supervisi kegiatan program.
j. Tugas Tambahan Tenaga Administrasi Umum
Membuat laporan kegiatan bulanan, menyelenggarakan kegiatan sosial
dalam lingkungan wilayah puskesmas, rapat.
k. Tugas Tambahan Petugas Pengelola SP2TP
Melakukan pencatatan dan dokumentasi arus barang inventaris
puskesmas, melakukan peremajaan data inventaris barang untuk
keperluan perencanaan, membuat perencanaan pengadaan, perbaikan
dan penghapusan barang inventaris, membuat laporan bulanan,membuat
laporan harian.
3. Waktu Kerja
Waktu kerja adalah lamanya seseorang bekerja dalam seharinya. Setiap
tenaga kesehatan mempunyai waktu kerja normal tiap minggunya 37,5 - 40
jam, sehingga jumlah jam kerja rata-ratanya dalam satu hari adalah
6,25 6,67. Jadi dalam satu bulan jumlah jam kerja adalah 150 160 jam
(24 hari kerja). Dimana waktu kerja efektif adalah waktu yang sungguh-
sungguh digunakan untuk bekerja secara efektif oleh tenaga kesehatan
yaitu 80% dari waktu kerja sebulan (150 jam) atau sama dengan 0,8 x 150
jam =120 jam perbulan. ( Depkes RI, 1999). Jumlah waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan adalah sama dengan
jumlah keempat waktu berikut :
a. Waktu yang sungguh-sungguh dipergunakan untuk bekerja, yakni waktu
yang di pergunakan dalam kegiatan-kegiatan yang langsung berhubungan
dengan produksi yang disebut waktu lingkaran (cycle time atau cyclical
time) atau waktu baku /dasar.
b. Waktu yang digunakan dalam kegiatan-kegiatan yang tidak langsung
berhubungan dengan produksi yang disebut waktu bukan lingkaran (Non
Cyclical Time).
c. Waktu untuk menghilangkan kelelahan (Fatique Time).
d. Waktu untuk keperluan pribadi (Personal Time).
4. Jumlah Kunjungan Pasien
Jumlah kunjungan adalah banyaknya kunjungan pasien yang
menggunakan jasa pelayanan kesehatan. Kunjungan pasien setiap harinya
di waktu kerja akan mempengaruhi beban kerja dari tenaga kesehatan.
Sebaiknya terdapat kesesuaian antara jumlah tenaga kesehatan dan
pasien atau klien yang dilayani di unit pelayanan kesehatan.

D. CARA PERHITUNGAN BEBAN KERJA


1. Latihan menghitung beban kerja
Setiap hari Puskesmas Antah Berantah melayani 60 orang pasien. Dari
60 orang pasien tsb 60% diperiksa dan diberi rujukan dan resep. Setiap
pasien membutuhkan waktu 10 menit untuk dilayani. Sedangkan 40% dari
total pasien harus diperiksa di laboratorium dan setiap pemeriksaan
membutuhkan waktu 15 menit/pasien.
Pertanyaan:
Hitung beban kerja dari Puskesmas tersebut sebagai dasar untuk
menentukan jumlah perawat dan laboran yang dibutuhkan?
Jawab:
Pasien rujukan dan resep (60% x 60) = 36 pasien
Jam kerja/hari = 6 jam x 60 menit = 360 menit
Rujukan dan resep dibutuhkan waktu 10 menit = 360/10 = 36 pasien.
Kesimpulan:
Dengan demikian beban kerja untuk pemeriksaan, pemberian rujukan dan
resep pasien perhari adalah 36 pasien/hari.
Laboratorium 40% x 60 = 24 pasien
Waktu yang dibutuhkan 15 menit
360 menit/15 menit= 24 pasien.
Kesimpulan:
Dengan demikian beban kerja untuk pemeriksaan laboratorium adalah 24
pasien/hari

2. Latihan kaitan antara prioritas masalah dan beban kerja


Puskesmas Antah Berantah mempunyai beberapa masalah yang perlu
mendapatkan pemecahan masalah sbb:
a. Angka kejadian penyakit diare tinggi
b. Angka penyakit kusta, TBC, malaria dan DHF tinggi
c. Angka Gizi buruk tinggi
Setelah dilakukan perumusan masalah, maka yang dianggap mampu untuk
memberikan jawaban terhadap permasalahan tersebut adalah kualifikasi
tenaga dokter.
Analisis beban kerja sebagai contoh kemudian dirumuskan untuk
mengukur kegiatan dokter di Puskesmas Antah Berantah dalam upaya
mengatasi permasalahan yang muncul diwilayah kerja Puskesmas tsb sbb:
a. Beban kerja tugas Poliklinik:
Terdapat 17.901 kunjungan X 4 menit pemeriksaan = 71.604
menit/tahun 71.604 menit/tahun = 1193.4 jam/tahun = 99,45 jam/bulan
b. Beban kerja tugas tambahan:
o Pertemuan lintas sektoral:
1 x perbulan X 3 jam = 3 jam
o Rapat koordinasi
1 x perbulan x 5 jam = 5 jam
o Rapat program
1 x perbulan x 3 jam = 3 jam
Total = 11 Jam/bulan
c. Beban kerja tugas Penyuluhan :
84 x 3 jam = 252 jam/tahun
252/jam/tahun
12 = 21 jam/bulan

4. Beban kerja tugas Pembinaan UKS:


Jumlah sekolah = 26 SD
Kunjungan dokter = 98 x/tahun
Dalam satu tahun untuk 1 SD jumlah kunjungan adalah :
98/ 26 SD x 4 x/SD/tahun
waktu kunjungan untuk 1 SD adalah 2 jam.
Sehingga, jumlah kunjungan dokter ke 26 SD adalah = 26 X 4 kunjungan X
2 jam = 208 jam/ tahun
208 jam/tahun
12 bulan = 17 jam/bulan
Total beban kerja dokter puskesmas Antah Berantah adalah :
Poliklinik = 99,45 jam/bulan
Manajerial tambahan = 11 jam/bulan
Pembinaan UKS&Penyuluhan = 38 jam/bulan
Total 148,45 jam/bulan

Dengan asumsi beban kerja normal seorang dokter adalah 75 jam/bulan,


sehingga jumlah dokter yang dibutuhkan adalah 148,45/75 =2 tenaga
dokter.
Puskesmas Antah Berantah memiliki 2 orang tenaga dokter ternyata sudah
cukup dari segi kuantitas dan tidak perlu penambahan lagi sehingga
alternatif pemecahan masalah tsb diatas adalah bukan dengan jalan
penambahan tenaga dokter, akan tetapi diharapkan:
o Kualitas tenaga dokter perlu ditingkatkan.
o Cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat bisa diperbaiki
o Adanya penurunan prevalensi dan insidensi kejadian penyakit di
masyarakat melalui peningkatan program baik lintas program dan lintas
sektoral.
BEBAN KERJA PERAWAT UNIT GAWAT
DARURAT DI RUMAH SAKIT UMUM
LASINRANG KABUPATEN PINRANG TAHUN
2010
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk
melakukan upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan upaya kesehatan
penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya diharapkan senantiasa
memperhatikan fungsi sosial dalam memberikan pelayanan kesehatan pada
masyarakat. Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan fungsinya di tandai
dengan adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu pelayanan rumah sakit
sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang paling dominan
adalah sumber daya manusia, (Depkes RI (2002) dalam Haryani (2008)).
Rumah Sakit khususnya di Unit Gawat Darurat (UGD) memiliki peran
sebagai gerbang utama jalan masuknya penderita gawat darurat. Kemampuan
suatu fasilitas kesehatan secara keseluruhan dalam kualitas dan kesiapan dalam
perannya sebagai pusat rujukan penderita dari pra rumah sakit tercermin dari
kemampuan unit gawat darurat. Bekerja di UGD membutuhkan kecekatan,
keterampilan, dan kesiagaan setiap saat,(Hardianti, 2008).
Perawat merupakan tenaga penting dalam pelayanan kesehatan di rumah
sakit, mengingat pelayanan keperawatan diberikan selama 24 jam terus
menerus. Pelayanan keperawatan yang bermutu, efektif dan efisien dapat
tercapai bila didukung dengan jumlah perawat yang tepat sesuai dengan
kebutuhan. Oleh karena itu, perencanaan tenaga perawat terutama dalam
menentukan jumlah kebutuhan tenaga perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya
agar dapat diperoleh ketenagaan yang efektif dan efisien, (Sukardi, 2005).
Menurut Gani, Beban kerja berkaitan erat dengan produktifitas tenaga
kesehatan, dimana 53,2% waktu yang benar-benar produktif yang digunakan
pelayanan kesehatan langsung dan sisanya 39,9% digunakan untuk kegiatan
penunjang, (Ilyas, 2004).
Menurut Yaslis Ilyas (2000), Tenaga kesehatan khususnya perawat,
dimana analisa beban kerjanya dapat dilihat dari aspek-aspek seperti tugas-
tugas yang dijalankan berdasarkan fungsi utamanya, begitupun tugas tambahan
yang dikerjakan, jumlah pasien yang harus dirawat, kapasitas kerjanya sesuai
dengan pendidikan yang ia peroleh, waktu kerja yang digunakan untuk
mengerjakan tugasnya sesuai dengan jam kerja yang berlangsung setiap hari,
serta kelengkapan fasilitas yang dapat membantu perawat menyelesaikan
kerjanya dengan baik, (Irwandy, 2007).
Menurut Munandar (2001), menyatakan bahwa fluktuasi beban kerja
terjadi pada jangka waktu tertentu, sehingga terkadang bebannya sangat ringan
dan saat-saat lain bebannya bisa berlebihan. Situasi tersebut dapat kita jumpai
pada tenaga kerja yang bekerja pada rumah sakit khususnya perawat. Keadaan
yang tidak tepat tersebut dapat menimbulkan kecemasan, ketidakpuasan kerja
dan kecenderungan meninggalkan kerja. Menurut Kusmiati (2003), bahwa yang
mempengaruhi beban kerja perawat adalah kondisi pasien yang selalu berubah,
jumlah rata-rata jam perawatan yang di butuhkan untuk memberikan pelayanan
langsung pada pasien dan dokumentasi asuhan keperawatan serta banyaknya
tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang perawat sehingga dapat
menganggu penampilan kerja dari perawat tersebut. Akibat negatif dari
permasalahan ini, kemungkinan timbul emosi perawat yang tidak sesuai yang
diharapkan. Beban kerja yang berlebihan ini sangat berpengaruh terhadap
produktifitas tenaga kesehatan dan tentu saja berpengaruh terhadap produktifitas
rumah sakit itu sendiri, (Haryani, 2008).
Disamping tugas tambahan beban kerja seorang perawat juga sangat
dipengaruhi oleh waktu kerjanya. Apabila waktu kerja yang harus ditanggung
oleh perawat melebihi dari kapasitasnya maka akan berdampak buruk bagi
produktifitas perawat tersebut. Lonjakan pasien akibat DBD membuat
manajemen RS Budhi Asih Jakarta melakukan sistem double shift kepada para
perawatnya, sehingga banyak dari mereka yang bekerja melebihi dari beban
kerja yang seharusnya ditanggung oleh perawat tersebut, (Kompas Cyber
Media.Com, dalam Irwandy (2007), diakses 9 juni 2010).
Standar beban kerja tenaga kesehatan berdasarkan standar nasional
yaitu jumlah jam kerja perawat dalam 1 minggu = 40 jam, kalau hari kerja efektif
5 hari per minggu, maka 40/5 = 8 jam per hari, kalau hari kerja efektif 6 hari per
minggu, maka 40/6 = 6,6 jam per hari, (Depkes RI (2006) dalam Sadariah
(2008)).
Adapun standar beban kerja yang digunakan di provinsi Sulawesi Selatan
adalah setiap tenaga kesehatan mempunyai beban kerja efektif kira-kira 80%
dari waktu kerja dalam sebulan. Waktu kerja normal per hari adalah 8 jam,
waktu efektif untuk setiap tenaga kesehatan adalah 5 jam per hari. Jadi total
waktu kerja normal per bulan adalah 5 jam x 24 hari = 120 jam per bulan. Dari
perhitungan tersebut dapat di simpulkan bahwa beban kerja standar setiap
tenaga adalah 80% sampai 100% dari waktu kerja normal atau 120 jam sampai
150 jam per bulan, (kanwil Depkes Sul-Sel (1999) dalam Sadariah(2008)).
Fenomena yang terjadi di UGD RSU Lasinrang Pinrang, sejak
dijalankannya program pelayanan kesehatan gratis yang di mulai pada bulan
juli tahun 2008 sehingga jumlah kunjungan meningkat tanpa adanya
penambahan tenaga dan dengan adanya tugas delegasi atau limpahan
wewenang yang dilaksanakan perawat yang terlalu banyaksehingga beban
kerja perawat akan bertambah yang berdampak pada menurunnya kinerja
perawat tersebut. Hal ini menyebabkan pasien mengeluh karena pasien merasa
tidak langsung diberikan tindakan atau merasa tidak dihiraukan oleh perawat.
Berdasarkan hal tersebut juga, selain perawat melaksanakan tugas
pokoknya juga melakukan tugas lain seperti tugas administrasi (mengimput dan
mengolah data pasien, membuat laporan visum, dan lain-lain). Untuk
menjalankan tugas dan fungsi yang bukan tugas dan fungsi perawat di atas
akan menyita waktu perawat dalam menjalankan tugasnya. Ini akan
berpengaruh atau menambah waktu kerja perawat dalam bertugas. Oleh karena
selain waktu untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya ditambah dengan
waktu untuk melakukan tugas dan fungsi lain.
Sebagai ujung tombak dalam pelayanan keperawatan rumah sakit, IGD
harus melayani semua kasus yang masuk ke rumah sakit. Dengan kompleksitas
kerja yang sedemikian rupa, maka perawat yang bertugas di ruangan ini dituntut
untuk memiliki kemampuan lebih di banding dengan perawat yang melayani
pasien di ruang yang lain. Setiap perawat yang bertugas di ruang IGD wajib
membekali diri dengan ilmu pengetahuan, keterampilan, bahkan dianggap perlu
mengikuti pelatihan-pelatihan yang menunjang kemampuan perawat dalam
menangani pasien secara cepat dan tepat sesuai dengan kasus yang masuk ke
IGD. Perawat juga dituntut untuk mampu bekerjasama dengan tim kesehatan lain
serta dapat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga pasien yang berkaitan
dengan kondisi kegawatan kasus di ruang tersebut.
Perhitungan kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan indikator
Indonesia sehat 2010 dan pedoman penetapan indikator provinsi sehat dan
kabupaten/kota sehat serta perkiraan kebutuhan penambahan tenaga
kesehatan untuk mencapai Indonesia sehat 2010 berdasarkan indikator sumber
daya kesehatan tahun 2010 dalam kepmenkes no.
1202/MENKES/SK/VIII/2003. Adapun kebutuhan jumlah tenaga perawat dan
dokter tahun 2010 berdasarkan indikator indonesia sehat 2010 dengan rasio
perawat 117 per 100.000 penduduk dan kebutuhan jumlah perawat tahun 2010
sebanyak 276.049 orang sehingga perkiraan kebutuhan penambahan perawat
tahun 2010 sebanyak 6.495 orang. Sedangkan rasio dokter umum 40 per
100.000 penduduk dan kebutuhan jumlah dokter umum tahun 2010 sebanyak
94.376 orang sehingga perkiraan kebutuhan penambahan dokter umum tahun
2010 sebanyak 8.749 orang.
Unit Gawat Darurat RSU Lasinrang dalam menjalankan fungsinya
didukung dengan ketenagaan sebagai berikut: tenaga medis 9 (sembilan) orang
dan tenaga perawat 20 (dua puluh) orang dengan jumlah kunjungan UGD dari
tahun ke tahun terus meningkat, (Data UGD RSU Lasinrang, 2010).
Berdasarkan data kunjungan tahun 2007 sebanyak 5.982 orang dengan
rata-rata jumlah pasien tiap hari sebanyak 16 orang, tahun 2008 sebanyak
10.177 orang dengan rata-rata jumlah pasien tiap hari sebanyak 28
orang, tahun 2009 sebanyak 11.139 orang dengan rata-rata jumlah pasien tiap
hari sebanyak 31 orang sedangkan pada tahun 2010 mulai dari bulan januari-
oktober sebanyak 9.477 orang dengan rata jumlah pasien perhari sebanyak 32
orang, (Laporan pasien UGD, Rekam Medik RSU Lasinrang, 2010). Dengan
peningkatan jumlah pasien tersebut membuat petugas UGD sempat kewalahan
untuk memberikan pelayanan. Karena di UGD terdapat 20 orang dan
setiap shift (regu) hanya terdapat 4 orang perawat dan 1 orang dokter umum,
(Data registrasi pasien UGD RSU Lasinrang Pinrang, 2010).
= ( 31 x 4 ) + loss day ( 78 x 18 )
7 286

= 18 orang + 5 orang

= 23 orang
Berdasarkan pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat di rumah
sakit menurut direktorat pelayanan keperawatan Dirjen Yan-Med Depkes RI
(2001), dengan memperhatikan unit kerja yang ada pada masing-masing rumah
sakit khususnya di unit gawat darurat. Dengan dasar perhitungan jumlah tenaga
di Instalasi gawat darurat adalah rata-rata jumlah pasien per hari tahun 2010
sebanyak 32 orang, jumlah jam perawatan per hari sebanyak 4 jam, dan jam
efektif yang digunakan per hari sebanyak 7 jam. Jadi kebutuhan tenaga perawat
di UGD di RSU Lasinrang Pinrang adalah:
= ( 32 x 4 ) + los day ( 78 x 18 )
7 286

= 18 orang + 5 orang
= 23 orang

Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa tenaga perawat di UGD RSU


Lasinrang Pinrang masih diperlukan tambahan tenaga perawat.
Waktu kerja di UGD dibagi dalam 3 (tiga) shift yaitu shift pagi (jam 08.00-
14.00), shift sore (jam 14.00-21.00) dan shift malam (jam 21.00-08.00). Pada
waktu pagi dan sore jumlah kunjungannya banyak dibandingkan jumlah
kunjungan pada waktu malam. Namun jumlah tenaga perawat pada waktu pagi
sudah mencukupi dalam hal penanganan terhadap pasien yaitu 8 orang
perawat yang terdiri dari perawat jaga dan perawat yang bekerja sesuai dengan
hari kerja pada umumnya. Sedangkan pada waktu sore dengan jumlah
kunjungan yang juga banyak akan tetapi jumlah tenaga perawat hanya 4
orang.
Dengan pembagian jumlah perawat yang tidak proporsional tersebut
sehingga perawat merasa beban kerjanya tinggi karena waktu kerjanya
terkadang berlebih, hal ini diakibatkan oleh karena banyaknya pasien yang
masuk, belum lagi jika ada kejadian luar biasa seperti keracunan massal
sehingga dalam penanganannya memerlukan waktu ekstra. Dengan kondisi
yang seperti itu menyebabkan beban kerja perawat yang masuk shift pagi
bertambah, meskipun perawat shift sore sudah datang namun masih kewalahan
dalam menjalankan tugasnya sehingga perawat shift pagi yang waktu kerjanya
08.00-14.00 namun masih tetap bekerja hingga pukul 15.00-16.00.
Menurut hasil survay pendahuluan yang dilakukan pada perawat UGD
RSU Lasinrang Pinrang yang berjumlah 14 orang. Dari 14 orang tersebut yang
telah diwawancarai rata-rata mengalami kelebihan beban kerja, adapun hal-hal
yang dirasakan perawat yaitu selalu dihadapkan pada pengambilan keputusan
yang tepat, melakukan tindakan untuk selalu menyelamatkan pasien, seringnya
melaksanakan tugas delegasi dari dokter (memberikan obat-obatan secara
intensif), dan kadang-kadang kurangnya tenaga perawat dibanding jumlah
pasien, (Hasil jawaban perawat dapat dilihat matriks hasil jawaban pada
lampiran).
Dampak beban kerja yang dirasakan perawat adalah sering merasa lelah,
tidak dapat rileks, otot tengkuk dan punggung tegang. Kadang-kadang mereka
mudah marah, sulit tidur, dan sulit berkonsentrasi, (Hasil jawaban perawat dapat
dilihat matriks hasil jawaban pada lampiran). Dari hasil wawancara yang
dilakukan Hardianti (2008), di UGD RSU Lasinrang Pinrang tentang intensif, 11
orang perawat UGD mengatakan bahwa intensif yang mereka terima tidak
seimbang dengan apa yang mereka kerjakan. Disamping itu mereka jarang
menerima penghargaan dan pengakuan jika hasil kerja mereka baik.
Berdasarkan masalah di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian
tentang beban kerja perawat Unit Gawat Darurat (UGD) di Rumah Sakit Umum
(RSU) Lasinrang Pinrang.
B. Batasan Masalah
Banyak aspek-aspek yang dilihat untuk menganalisa beban kerja tenaga
kesehatan khususnya perawat yang dikemukakan oleh Yaslis Ilyas (2000).
Namun karena keterbatasan waktu, tenaga dan demi efektifitas dan efisiensi
pelaksanaan penelitian maka penelitian ini dibatasi pada aspek tugas pokok,
tugas tambahan, waktu kerja, dan jumlah kunjungan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah tersebut diatas maka dalam
penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah beban kerja
perawat Unit Gawat Darurat di Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang Tahun
2010?.
D. D.Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi tentang beban kerja perawat Unit Gawat Darurat
di Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang Tahun 2010.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh informasi tentang beban kerja perawat berdasarkan tugas
pokok.
b. Untuk memperoleh informasi tentang beban kerja perawat berdasarkan tugas
tambahan.
c. Untuk memperoleh informasi tentang beban kerja perawat berdasarkan waktu
kerja.
d. Untuk memperoleh informasi tentang beban kerja perawat berdasarkan jumlah
kunjungan.
E. E.Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Diharapkan dapat menambah memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan
dapat dijadikan sebagai referensi ilmiah bagi peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Institusi
Diharapkan dapat menjadi masukan bagi instansi terkait untuk dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan terhadap
perencanaan ketenagaan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.
3. Manfaat Praktis
Untuk memperkaya pengetahuan peneliti dalam pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan beban kerja perawat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Beban KerjaB. Tinjauan Umum Tentang Perawat
C. Tinjauan Umum Tentang Unit Gawat Darurat
D. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit
E. Tinjauan Umum Tentang Variabel Yang Diteliti

BAB III

KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti
Menurut Ilyas (2004), beban kerja merupakan perbandingan antara jumlah
tenaga kesehatan khususnya tenaga perawat dengan volume kerja yang harus
diselesaikan pada suatu unit dalam jangka waktu tertentu. Dimana beban kerja
tenaga perawat yaitu melaksanakan pelayanan kesehatan keperawatan di suatu
rumah sakit yang seharusnya berorientasi kepada tugas dan fungsinya. Namun
dalam kenyataannya seorang perawat yang ditempatkan di pelayanan kesehatan
dasar Rumah Sakit tidak sesuai dengan jumlah kunjungan, waktu kerja yang
terkadang lebih, dan tidak hanya melakukan fungsi sebagai perawat tetapi juga
melakukan tugas administrasi dan bertindak sebagai petugas keamanan dan
bertindak pula sebagai supir.Sebagai konsekuensinya terjadi overload atau
kelebihan beban yang akan mengakibatkan menurunnya kinerja perawat
tersebut.

A. Definisi Konseptual
1. Perawat Unit Gawat Darurat
Perawat yang ditempatkan di Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Umum
Lasinrang Pinrang dan menjalankan tugasnya sebagai perawat.
2. Tugas Pokok
Tugas yang harus dikerjakan secara bertanggung jawab oleh perawat
UGD dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
3. Tugas Tambahan
Tugas yang dikerjakan oleh perawat UGD diluar dari tugas dan fungsinya seperti
melakukan tugas administrasi (mengimput data, mengolah data, membuat
laporan kecelakaan dan visum), menjalankan tugas P3K, masuk dalam tim 118,
bertindak sebagai keamanan dan supir.
4. Waktu Kerja
Banyaknya waktu yang digunakan oleh perawat UGD dalam 1 shift untuk
melakukan tugas dan fungsinya.

5. Jumlah Kunjungan
Banyaknya jumlah pasien dalam 1 shift pada unit gawat darurat di rumah sakit
dalam hal ini yang mendapat pelayanan kesehatan sehingga dapat
mempengaruhi beban kerja perawat.
6. Beban Kerja
Sejumlah tanggung jawab yang seharusnya dilaksanakan oleh setiap tenaga
kerja atau sejumlah kegiatan yang dikerjakan oleh perawat baik, tugas pokok
maupun tugas-tugas lain dalam jangka waktu tertentu.

BAB IV

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif yang betujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap,
mendalam dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit


Umum Lasinrang Pinrang pada bulan september 2010 dengan pertimbangan
bahwa Unit ini beroperasi selama 24 jam. UGD merupakan pintu masuknya
pasien ke rumah sakit. Pada unit ini perawat harus memiliki kecekatan,
keterampilan dan kesiagaan setiap saat sehingga memungkinkan perawat yang
kerja disana memiliki beban kerja yang lebih berat. Adapun jumlah perawat yang
bekerja di UGD berjumlah 20 orang, namun yang berstatus PNS berjumlah 10
orang.
C. Informan Penelitian

1. Informan Kunci

Informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Instalasi Gawat Darurat
RSU Lasinrang Pinrang dan Kepala Seksi Keperawatan RSU Lasinrang Pinrang.
Mereka merupakan orang-orang yang banyak tahu tentang kondisi perawat
UGD.
2. Informan Biasa

Informan biasa dalam penelitian ini adalah perawat yang ditempatkan di


UGD dan menjalankan tugasnya sebagai perawat yang melayani pasien di UGD
RSU Lasinrang Pinrang. Adapun tekhnik pengambilan sampel pada penelitian ini
yaitu dengan tekhnik Purposive Sampling. Dengan Kriteria Informan yang dipilih
adalah:
a. Perawat UGD yang mempunyai waktu yang memadai dan bersedia memberikan
informasi.
b. Perawat yang berstatus PNS (Pegawai Negeri Sipil)
D. Sumber Data
1. Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari informan melalui wawancara
mendalam, dengan menggunakan pedoman wawancara serta alat (Tape Record,
Buku Catatan, Kamera).
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari rekam medik RSU Lasinrang Pinrang, Kepala
Ruangan Unit Gawat Darurat (UGD) RSU Lasinrang Pinrang, dan Kepala Sub
Bagian Umum dan Kepegawaian RSU Lasinrang Pinrang.

Anda mungkin juga menyukai