Laporan Praktikum Gizi Ikani Ke-4
Laporan Praktikum Gizi Ikani Ke-4
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2016
Abstrak
Kerupuk adalah suatu jenis makanan kering yang terbuat dari
bahan-bahan yang mengandung pati cukup tinggi. Pembuatan
kerupuk diperlukan bahan yang mengandung pati sebagai bahan
pengikat agar bahan satu sama lain saling terikat dalam satu
adonan yang berguna untuk memperbaiki tekstur. Bahan pengikat
yang sering digunakan dalam pembuatan kerupuk adalah bahan
yang mengandung karbohidrat. Rumput laut jenis Kappaphycus
alvarezii merupakan sumber daya pangan yang cukup banyak
diproduksi oleh masyarakat yang mendorong penulis untuk
melakukan usaha pengembangan produk kerupuk rumput laut
tersebut. Praktikum tentang pembuatan kerupuk rumput laut
(Kappaphycus alvarezii). Dilakukan di Laboratorium TPHP Jurusan
Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Pada tanggal 18 Maret 2016 pukul 13.00-15.00 WIB dengan tujuan
untuk menentukan pengaruh penambahan kosentrasi baking
powder dan soda kue yang terbaik dalam pembuatan kerupuk
rumput laut Kappaphycus alvarezii. Penambahan kosentrasi baking
powder dan soda kue sangat berpengaruh dalam pembuatan
kerupuk rumput laut Kappaphycus alvarezii terhadap untuk semua
parameter.
Kata Kunci : Baking powder, Kappaphycus alvarezii, Kerupuk, Soda
kue
PENDAHULUAN
Rumput laut merupakan komoditi hasil laut yang sangat
penting. Komoditi ini paling banyak dibudidayakan di Indonesia
yaitu genus Eucheuma yang tersebar hampir diseluruh wilayah
Indonesia. Selain memiliki banyak kegunaan juga akan bernilai
ekonomis setelah mendapatkan penanganan lebih lanjut. Pada
umumnya penanganan pasca panen rumput laut oleh petani hanya
sampai pengeringan saja. Makanan ringan, jajanan atau cemilan
tidak dapat lagi dipisahkan dari kebutuhan masyarakat. Namun
sering kali cemilan yang dikonsumsi kurang baik, karena tidak
memberi kontribusi zat gizi yang beragam dan tentunya juga bisa
diterima secara organoleptik. Rumput laut jenis Kappaphycus
alvarezii digunakan dalam pembuatan berbagai macam produk
makanan dan minuman karena memiliki sifat kental dan gel yang
tidak mengurangi kelezatan makanan (Anggadiredja et al, 2006).
Saat ini potensi rumput laut di Indonesia mempunyai prospek
yang cukup cerah, karena diperkirakan terdapat 555 spesies rumput
laut yang tersebar di perairan Indonesia dengan total luas lahan
perairan yang dapat dimanfaatkan sebesar 1,2 juta hektar,
sehingga Indonesia berpotensi besar untuk menimba untung dari
bisnis ini. Rumput laut akan bernilai ekonomis setelah mendapat
penanganan lebih lanjut. Pada umumnya penanganan pascapanen
rumput laut oleh petani hanya sampai pada pengeringan saja.
Rumput laut kering masih merupakan bahan baku yang harus diolah
lagi. Pengolahan rumput laut kering di antaranya dapat
menghasilkan makanan ringan seperti kerupuk.
Kerupuk adalah suatu jenis makanan kering yang terbuat dari
bahan-bahan yang mengandung pati cukup tinggi. Pengertian
lainnya, kerupuk merupakan jenis makanan kecil yang mengalami
pengembangan volume membentuk produk yang porus dan
mempunyai densitas rendah selama proses penggorengan
(Koswara, 2009). Menurut Muliyawan (1991), dalam pembuatan
kerupuk diperlukan bahan yang mengandung pati sebagai bahan
pengikat agar bahan satu sama lain saling terikat dalam satu
adonan yang berguna untuk memperbaiki tekstur. Bahan pengikat
yang sering digunakan dalam pembuatan kerupuk adalah bahan
yang mengandung karbohidrat seperti tepung terigu, tepung beras,
tepung ketan, tepung jagung, tepung tapioka, tepung ubi jalar atau
tepung sagu. Rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii merupakan
sumber daya pangan yang cukup banyak diproduksi oleh
masyarakat yang mendorong penulis untuk melakukan usaha
pengembangan produk kerupuk rumput laut tersebut.
Adapun tujuan dari praktikum Gizi Ikani ini, yaitu untuk menentukan pengaruh
penambahan kosentrasi baking powder dan soda kue yang terbaik dalam pembuatan
kerupuk rumput laut Kappaphycus alvarezii.
TINJAUAN PUSTAKA
Rumput laut tumbuh dengan melekatkan dirinya pada karang,
lumpur, pasir, batu dan benda keras lainnya. Selain benda mati,
rumput laut pun dapat melekat pada tumbuhan lain secara epifitik
(Anggadiredja, 2010). Rumput laut yang sudah banyak
dibudidayakan yakni rumput laut jenis Echeuma cottonii. Eucheuma
cottonii mengandung hidrokoloid karaginan dan merupakan salah
satu jenis rumput laut merah (Rhodophyceae) yang berubah nama
menjadi Kappaphycus alvarezii karena karaginan yang dihasilkan
termasuk fraksi kappa-karaginan. Kappaphycus alvarezii selain
mengandung karaginan, juga mengandung zat organik lainnya
seperti protein, lemak, serabut kasar, abu dan air (Asla, 1998).
Rumput laut mempunyai kandungan nutrisi cukup lengkap.
Secara kimia rumput laut terdiri dari air (27,8%), protein (5,4%),
karbohidrat (33,3%), lemak (8,6%) serat kasar (3%) dan abu
(22,25%). Selain karbohidrat, protein, lemak dan serat, rumput laut
juga mengandung enzim, asam nukleat, asam amino, vitamin
(A,B,C,D, E dan K) dan makro mineral seperti nitrogen, oksigen,
kalsium dan selenium serta mikro mineral seperti zat besi,
magnesium dan natrium.
Kerupuk adalah salah satu produk makanan kering yang
populer yang telah lama dikenal masyarakat luas. Kerupuk juga
salah satu jenis makanan kecil yang mengalami pengembangan
volume dan membentuk produk yang porus serta mempunyai
densitas rendah selama penggorengan. Kerupuk didefinisikan
sebagai jenis makanan kering yang terbuat dari bahan-bahan yang
mengandung pati cukup tinggi.
METODOLOGI
Praktikum tentang pembuatan kerupuk rumput laut
(Kappaphycus alvarezii). Dilakukan di Laboratorium TPHP Jurusan
Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Pada tanggal 18 Maret 2016 pukul 13.00-15.00 WIB.
Alat yang digunakan pada praktikum yaitu penggorengan,
sodet, loyang, sendok, panci, tampah, kompor gas, pisau, nampan,
plastik, saringan, baskom dan serbet. Sedang untuk bahan
menggunakan bubur rumput laut (Kappaphycus alvarezii) dengan
penambahan tepung tapioka (1:2), bawang merah 2,5%, bawang putih 2,5%, merica
0,5%, gula 2%, garam 1,5%, penyedap rasa 0,5%, telur 30%, terasi 0,5% dan air
85%.
Dengan penambahan bahan sebagai perlakuan yaitu baking powder
(0%, 0,5%, 1%) dan soda kue (0,5%, 0,75%, 1%).
Untuk prosedur kerja praktikum ini, pertama siapkan alat dan
bahan yang akan digunakan, bubur rumput laut yang telah
dicampur dengan tepung tapioka dan bahan-bahan lainnya secara
bertahap, diaduk sampai homogen, lalu masukkan air sedikit demi
sedikt, aduk sampai rata 3 menit, setelah menjadi adonan
kemudian dicetak dalam loyang dan kukusa selama 20 menit.
Setelah matang, adonan diangkat dan dinginkan, lalu potong
dengan ukuran 2 x 1 cm, letakkan potongan adonan tersebut di
atas tampah dan dilakukan penjemuran 3 hari, goreng kerupuk
hingga mengembang, tiriskan dan kerupuk rumput laut siap untuk
di uji organoleptik.
Masukkan air
Penjemuran 3 hari
Penggorengan
Pengemasan
Uji Organoleptik
5
4 3.34 3.58
3.27 3.24 3.06
2.93
3
2
1
5
3.68 3.89
4 3.24 3.37
2.96 3
3
2
1
5
3.96 3.96
4 3.48 3.58
3.17 3.06
3
2
1
5
3.72 3.93
4 3.24 3.51
3 3.21
3
2
1
DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja, J.T, Achmad Zatnika, Heri Purwoto, Sri Istini. 2006. Rumput Laut.
Jakarta : Penebar Swadaya.
LAMPIRAN
Alat dan bahan Proses penyatuan bahan
ANOVA
Aroma
Kerupuk N 1 2
Kerupuk N 1 2
Tekstur
Subset for alpha = 0.05
Kerupuk N 1 2
rasa
minggu 1 kf 30 2,1667
minggu 1 ks 30 2,2333
minggu 1 ks 30 2,4333
minggu 1 kf 30 2,4333
minggu 1 ks 30 2,4667
minggu 1 kf 30 2,4667
Sig. ,215