Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk
mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik materil maupun
spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Di dalam pelaksanaan pembangunan nasional tersebut, tenaga kerja
mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan
pembangunan dan dituntut dapat berpartisipasi dan berperan aktif bersama pengusaha
dalam upaya menuju perbaikan dan peningkatan taraf hidup bangsa dengan jalan
meningkatkan produksi dan produktifitas kerja..
Peran serta tenaga kerja dalam pembangunan nasional semakin meningkat dengan
disertai berbagai tantangan dan resiko, seperti kondisi pekerja yang dihadapkan dengan
lingkunga kerja yang berbahaya dan salah satu ancaman besar bagi keselamatan pekerja
yaitu timbulnya kebakaran di tempat kerja.
Sehubungan dengan perkembangan sektor industri yang semakin kompleks,
terdapat banyak sumber yang berpotensi menimbulkan bahaya kebakaran. Bahaya
kebakaran adalah salah satu musuh utama pada setiap kegiatan produksi. Karena dari
semua elemen yang ada di suatu kegiatan produksi dapat mengakibatkan kebakaran,
seperti mesin-mesin, instalasi listrik, peralatan, bahan-bahan, dan juga faktor human
error. Tidak ada yang dapat mempengaruhi suatu industri sebanyak kerusakan dan
kesengsaraan yang ditimbulkan oleh kebakaran. (Erkin,John H.J.,1997).
Kebakaran dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Tidak ada tempat kerja yang
dapat dijamin bebas resiko dari bahaya kebakaran. Kebakaran di tempat kerja dapat
membawa konsekuensi yang berdampak merugikan banyak pihak baik bagi pengusaha,
tenaga kerja maupun masyarakat luas. Atas dasar hukum Undang-undang No. 1 tahun
1970 tentang keselamatan kerja bahwa dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-
syarat keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran,
perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan

1
bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat
menimbulkan bahaya kecelakaan.
Akibat yang ditimbulkan dari peristiwa kebakaran ditempat kerja dapat
mengakibatkan korban jiwa, kerugian material, hilangnya lapangan kerja dan kerugian
lain yang tidak langsung. Dengan demikian sudah saatnya di lingkungan kerja
menyediakan sarana keselamatan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan kerja para
pekerja terutama di bidang industri yang rentan dengan risiko kebakaran. Namun
kenyataan yang ada pada saat ini penggunaan berbagai macam material, mesin-mesin,
alat-alat kerja, energi, proses kerja yang buruk, kurang keterampilan dan latihan kerja,
serta tidak adanya pengetahuan tentang sumber bahaya dalam industrialisasi berpotensi
menimbulkan kebakaran. Dengan memperhatikan banyaknya dampak buruk yang
diakibatkan oleh bahaya kebakaran baik yang diderita oleh pekerja maupun pengusaha
maka perlu diadakan suatu program khusus untuk penanggulangan kebakaran yang
didalamnya terdapat organisasi penyelamat dan kelengkapan sarana keselamatan terhadap
bahaya kebakaran guna menghindari kerugian yang lebih buruk.

B. Rumusan Masalah
a. Pengertian kebakaran
b. Dasar Hukum penanggulangan kebakaran di tempat kerja
c. Faktor Penyebab kebakaran
d. Klasifikasi Kebakaran
e. Kerugian Kebakaran di tempat kerja
f. Pencegahan Kebakaran Secara Konsepsional
g. Pencegahan Kebakaran Secara Teknis
h. Sarana Pemadam Kebakaran
i. Klasifikasi Bahaya Kebakaran

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian kebakaran secara umum yang dihubungan dengan kebakaran
di tempat kerja.
2. Mengetahui dasar hukum penanggulangan kebakaran di tempat kerja.
3. Mengetahui Faktor penyebab kebakaran di tempat kerja
4. Mengetahui klasifikasi kebakaran
5. Mengetahui kerugian kebakaran di tempat kerja
6. Mengetahui pencegahan kebakaran di tempat kerja secara konsepsional dan secara
teknis.
7. Mengetahui sarana Pemadam kebakaran

2
8. Mengetahui klasifikasi bahaya kebakaran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kebakaran
Definisi umum kebakaran yaitu suatu peristiwa terjadinya nyala api yang tidak
dikehendaki, merugikan pada umumnya sukar dikendalikan (Perda DKI, 1992),

3
sedangkan defenisi khususnya adalah suatu peristiwa oksidasi antara tiga unsur
penyebab kebakaran.
Api adalah suatu massa zat gas yang timbul karena adanya reaksi eksotermis dan
dapat menghasilkan panas, nyala, cahaya, asap dan bara. Suatu reaksi kimia yang diikuti
radiasi cahaya dan panas. Reaksi kimia disini mengandung pengertian adanya proses
yang sedang berlangsung secara kimiawi ( Dinas Kebakaran DKI Jakarta, 1994).
Api adalah suatu reaksi kimia yang diikuti oleh evolusi/pengeluaran cahaya dan
panas. Reaksi kimia mengandung pengertian adanya proses yang berlangsung secara
kimia. Terjadinya api/kebakaran disebabkan bergabungnya tiga unsur seperti bahan bakar,
panas dan oksigen.
Bahan bakar adalah suatu bahan yang mudah terbakar, berdasarkan bentuknya
secara fisik benda yang dapat terbakar terbagi atas :
1. Bahan bakar gas : asetilen, metana, hidrokarbon, dll.
2. Bahan bakar cair : kerosin, minyak tanah, bensin, dll.
3. Bahan bakar padat : kayu, kertas, batu bara, logam, karet, dll
Panas yang dibutuhkan untuk pembakaran tersebut haruslah cukup mencapai
temperatur minimum dari bahan-bahan tersebut. Sumber-sumber panas dapat berasal dari
: gesekan, bunga api listrik, petir, sinar matahari, tekanan dan lain-lain. Oksigen adalah
salah satu unsur yang terdapat di udara atau dihasilkan melalui proses kimia yang
memiliki kandungan sebesar 21%. Untuk terjadinya api diperlukan kandungan oksigen
antara 16%-21%. Jika ketiga unsur tersebut di atas bergabung dengan kondisi dan
komposisi yang tepat, maka akan terjadi kebakaran/api. Proses inilah yang dikenal
sebagai proses Segitiga Api.
Karena dampak yang ditimbulkan sangat merugikan baik itu bagi pekerja ataupun
pihak perusahaan maka harus dilakukan penanggulangan. Penanggulangan kebakaran
sendiri adalah semua tindakan yang berhubungan dengan pengamatan dan pemadaman
kebakaran serta meliputi perlindungan jiwa dan keselamatan manusia serta perlindungan
harta kekayaan (Gatot Soedharto : 1984).
B. Dasar Hukum

4
Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I No.Kep.186/Men/1999 Tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran Di tempat Kerja. Dalam peraturan ini yang dimaksud
dengan:
a. Tempat kerja ialah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.
b. Tenaga kerja ialah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam
maupun diluar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
c. Penanggulangan kebakaran ialah segala upaya untuk mencegah timbulnya
kebakaran dengan berbagai upaya pengendalian setiap perwujudan energi,
pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta pembentukan
organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran.
d. Unit penanggulangan kebakaran ialah unit kerja yang dibentuk dan ditugasi untuk
menangani masalah penganggulangan kebakaran di tempat kerja yang meliputi
kegiatan administrasi, identifikasi sumber-sumber bahaya, pemeriksaaan,
pemeliharaan dan perbaikan sistem proteksi kebakaran.
e. Petugas peran penanggulangan kebakaran ialah petugas yang ditunjuk dan
diserahi tugas tambahan untuk mengidentifikasi sumber-sumber bahaya dan
melaksanakan upaya-upaya penanggulangan kebakaran.
f. Regu penanggulangan kebakaran ialah Satuan tugas yang mempunyai tugas
khusus fungsional di bidang penanggulangan kebakaran.
g. Ahli Keselamatan Kerja ialah tenaga teknis yang berkeahlian khusus di bidang
penanggulangan kebakaran dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh
Menteri Tenaga Kerja.
h. Pegawai pengawas ialah pegawai teknis berkehalian khusus dari Departemen
Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
i. Pengurus ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu tempat
kerja atau bagiannnya yang berdiri sendiri.
j. Pengusaha ialah:
1. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milik sendiri
2. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milik sendiri

5
3. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia
mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam angka (1) dan angka (2)
yang berkedudukan diluar wilayah Indonesia.
Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
a. Pasal 3 ayat (1).
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :
Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran
Mencegah, mengurangi peledakan
Memberikan kesempatan jalan menyelamatkan diri dalam bahaya kebakaran
Pengendalian penyebaran asap, gas dan suhu
b. Pasal 9 ayat (3).
Pengurus wajib membina K3 penanggulangan Kebakaran

BAB III
PEMBAHASAN

A. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kebakaran


Berdasarkan pengamatan, pengalaman, penyelidikan dan analisa dari setiap
peristiwa kebakaran dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya
kebakaran dan peledakan bersumber pada 3 (tiga) faktor, yaitu :
1. Faktor manusia
a. Kurangnya pengertian terhadap penanggulagan bahaya kebakaran.

6
Dalam hal ini, orang yang bersangkutan sama sekali belum mengerti atau hanya
sedikit mengetahui tentang cara-cara penanggulangan bahaya kebakaran,
misalnya :
1) Mendekat-dekatkan benda-benda yang mudah terbakar ke sumber api/panas,
seperti : meletakkan alat produksi yang sedang menyala di dekat dinding yang
mudah terbakar.
2) Memadamkan api (kebakaran) yang sedang terjadi dengan menggunakan
peralatan pemadaman/media pemadaman yang bukan pada
tempatnya/fungsinya, seperti : memadamkan api yang berasal dari kebakaran
benda cair (bensin, solar, minyak tanah, dll) dengan menggunakan air.
b. Kelalaian
Dalam hal ini yang bersangkutan termasuk kepada orang-orang yang sudah
memahami/mengerti tentang cara-cara penanggulangan kebakaran. Hanya saja ia
malas/lalai untuk menjalaninya, misalnya :
1) Tidak pernah mau memperhatikan/meneliti atau mengadakan
pengontrolan/pemeriksaan secara rutin terhadap alat-alat yang akan dan
sedang dipakai (kompor, generator, instalasi listrik, alat-alat listrik, dll).
2) Tidak pernah mengadakan pengamatan terhadap lingkungan situasi setempat
sewaktu akan meninggalkan ruang kerja atau ruang produksi.
3) Tidak pernah mengadakan pengontrolan terhadap perlengkapan alat pemadam
kebakaran.
4) Tidak mematuhi larangan-larangan di suatu tempat.
c. Disengaja
Yakni suatu kebakaran yang benar-benar sengaja dilakukan oleh seseorang
dengan tujuan untuk maksud-maksud tertentu, misalnya saja mencari keuntungan
pribadi dan untuk balas dendam.
2. Faktor teknis
a. Melalui proses mekanis, dimana 2 (dua) faktor penting yang menjadi peranan
dalam proses ini ialah timbulnya panas akibat kenaikan suhu atau timbulnya
bunga api akibat dari pengetesan benda-benda maupun adanya api terbuka.
b. Melalui proses kimia, yaitu terjadi sewaktu pengangkutan bahan-bahan kimia
berbahaya, penyimpanan dan penanganan (handling) tanpa memperhatikan
petunjuk-petunjuk yang ada.

7
c. Melalui tenaga listrik, pada umumnya terjadi karena hubungan pendek sehingga
menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau membakar
komponen yang lain.
3. Faktor alam
a. Petir adalah salah satu penyebab adanya kebakaran dan peledakan akibat dari
faktor alam.

b. Gunung meletus, bisa menyebabkan kebakaran hutan yang luas, juga . lokasi-
lokasi yang dilalui oleh lahar panas.

B. Klasifikasi Kebakaran
Menurut NFPA, kebakaran dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas :
1. Kelas A : kebakaran pada bahan padat bukan logam yang mudah terbakar
misalnya kayu, batu bara, kain, karet dan lain-lain.
2. Kelas B : kebakaran pada bahan cair dan gas seperti : bensin, tinner, cat, dan lain-
lain.
3. Kelas C : kebakaran yang disebabkan oleh listrik yang bertegangan untuk
mengatasinya yaitu dengan menggunakan bahan pemadaman kebakaran non kondusif
agar terhindar dari sengatan listrik.
4. Kelas D : kebakaran pada logam-logam yang mudah terbakar seperti magnesium,
natrium, titanium, aluminium, kalium dan lain-lain.
C. Kerugian akibat kebakaran
Kerugian akibat kebakaran menurut Depnaker ILO, 1980 secara umum meliputi
timbulnya :
a. Asap
b. Gas Beracun
c. Kekurangan oksigen
d. Panas
e. Terbakar
Menurut Depnaker UNDP ILO, (1987) menyebutkan kerugian akibat kebakaran dan
segala akibat yang ditimbulkan disebabkan adanya ketimpangan sebagai berikut :
b. Tidak adanya sarana deteksi / alarm
c. Sistim deteksi / alarm tidak berfungsi
d. Alat Pemadam api tidak sesuai / tidak memadai
e. Alat pemadam api tidak berfungsi
f. Sarana evakuasi tidak tersedia
g. Dan banyak faktor lain seperti manajemen K3, program Infeksi dan pemeliharaan

8
D. Pencegahan Kebakaran Secara Konsepsional
a. Dalam perencanaan bangunan, instalasi, pabrik telah dipikirkan bahaya-bahaya

kebakaran dan penempatan atau pemasangan alat-alat pemadam kebakaran baik yang
telah terpasang ataupun yang ditempatkan (portable).
b. Memberi pengetahuan dan melatih semua karyawan, anggota keluarga, masyarakat

mengenai bahaya, pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran dengan


mengadakan latihan-latihan.
c. Menata, memelihara dan menginspeksi ruang, tempat kerja, bangunan atau instalasi
tempat kerja.
d. Denah/peta situasi dan posisi Alat Pemadam Kebakaran ada dan orang yang
kompeten dalam menggunakan alat tersebut.
e. Memahami teori dasar api, akan terjadi kebakaran jika pertemuan antara bahan, panas
pada titik nyala api dan oksigen. Sehingga untuk memadamkannya meniadakn salah
satu dari ketiga unsur tersebut
f. Ada lokasi aman untuk jalur evakuasi dan tempat berkumpul jika terjadi kebakaran.
g. Petunjuk peringatan bahaya kebakaran, cara-cara komunikasi internal dan eksternal
yang melibatkan Dinas kebakaran dan RS.
h. Keadaan alat pemadam kebakaran selalu siap digunakan dan petugas yang kompeten
selalu siap bekerja lewat pelatihan keadaan darurat kebakaran dan pemeriksaan
berkala
i. Gantikan bahan kimia yang berbahaya dengan bahan yang lebih selamat jika boleh.

j. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) sebagai pemadam awal kebakaran harus
dipahami dan dapat digunakan setiap orang. Caranya : setiap tabung yang akan habis
masa berlakunya digunakan untuk latihan kebakaran.

9
Pemadaman dilakukan searah mata angin penggunaan kain basah untuk kebakaran skala kecil

E. Pencegahan Kebakaran Secara Teknis


Pada prinsipnya mencegah tiga unsur kebakaran bersatu membentuk suatu proses
kebakaran seperti dalam definisi, sehingga kebakaran tidak terjadi. Sumber panas adalah
faktor utama sebagai penyebab kebakaran, yaitu bahan; jangan didekatkan dengan bahan-
bahan yang mudah terbakar pada sumber panas, kemudian oksigen; pada umumnya tidak
dapat dipisahkan dari bahan-bahan panas dan juga sumber panas, lalu panas; dijauhkan
dari tempat penyimpanan bahan-bahan.
Pencegahan kebakaran di tempat kerja secara teknis dapat dilakukan sebagai
berikut :

10
1. Menempatkan / memasang alat pemadam yang cocok sesuai dengan jenis / bahan
serta aktifitas kerja dan bangunan yang ada, dan pastikan selalu diperiksa untuk
menjamin keutuhan alat.
2. Tandakan tempat berkumpul semasa kecemasan di saat terjadi kebakaran.
F. Sarana Pemadam Kebakaran
1. Alarm Kebakaran
a. Alarm kebakaran adalah suatu komponen dari sistem yang memberikan isyarat
atau tanda adanya suatu kebakaran (Permenaker No. Per 02/Men/1983).
b. Alarm kebakaran yang memberikan tanda/isyarat yang tertangkap oleh
pandangan mata secara jelas (visible alarm) yakni lampu indikator.
2. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
APAR ialah alat yang ringan serta mudah digunakan oleh satu orang untuk
memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. Berikut ini beberapa media yang
pemadam api yang umum dipakai sebagai APAR :
a. Tepung kimia kering
b. Air
c. Busa (foam)
d. Halon (cairan mudah menguap)
e. CO
Indikator keberhasilan APAR dalam memadamkan api (ILO : 1989) sangat
tergantung dari 4 faktor, yaitu:
a. Pemilihan jenis APAR yang tepat sesuai dengan klasifikasi kebakaran
b. Pengetahuan yang benar mengenai teknik penggunaan APAR
c. Kecukupan jumlah isi bahan pemadam yang ada dalam APAR
d. Berfungsinya APAR dengan baik
APAR merupakan pertahanan pertama terhadap kebakaran, dan sangat efektif
bila digunakan saat kebakaran masih berada pada tahap awal. Oleh karena itu APAR
harus disediakan di semua tempat yang mudah dijangkau.
Penggunaan APAR yang memenuhi syarat Permennaker No. Per.
04/Men/1980, sebagai berikut :
a. Setiap jarak 15 meter
b. Di tempat yang mudah dilihat atau dijangkau
c. Pada jalur keluar arah refleks pelarian

11
d. Memperhatikan suhu sekitarnya
e. Tidak terkunci
f. Memperhatikan jenis dan sifat bahan yang dapat terbakar
g. Intensitas kebakaran yang mungkin terjadi seperti jumlah bahan bakar, ukurannya,
dan kecepatan menjalarnya.
h. Orang yang akan menggunakannya
i. Kemungkinan terjadinya reaksi kimia
j. Efek terhadap keselamatan dan kesehatan orang yang menggunakan APAR

3. Hidran
Hidran adalah rangkaian yang digunakan untuk pemadaman kebakaran
dengan bahan utama air. Ada hydrant yang dipasang di luar ataupun di dalam
gedung. Hydrant biasanya dilengkapi dengan selang (fire house) yang disambung
dengan kepala selang (nozzle) yang tersimpan rapi di dalam suatu kotak hidran baja
dengan warna cat merah mencolok. Pemasangan hidran kebakaran dalam
mengamankan bangunan gedung akan menjadi suatu keharusan. Pengujian dan
pengawasan instalasi hidran kebakaran untuk menjamin terpeliharanya instalasi
tersebut agar dapat tetap berfungsi dengan baik harus mendapat perhatian
sebagaimana mestinya.

G. Klasifikasi Bahaya Kebakaran


Klasifikasi Bahaya kebakaran menurut Perda DKI Jakarta (2008) terdiri dari
1. Bahaya Kebakaran ringan
Bahaya kebakaran ringan adalah ancaman bahaya kebakaran mempunyai nilai.
Misalnya kebakaran ruang makan, tempat ibadah, dll.
2. Bahaya Kebakaran Sedang
Bahaya kebakaran sedang terbagi menjadi tiga yakni
a. Kebakaran sedang tingkat I
Ancaman bahaya kebakaran dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 meter. Misalnya
restoran, pabrik gelas/ kaca, pabrik perhiasan dll.
b. Kebakaran sedang tingkat II
Ancaman bahaya kebakaran dengan tinggi tidak lebih dari 4 meter. Misalnya :
pabrik baterai, pabrik bir, tempat parkir mobil dan motor, bengkel mobil dll.
c. Kebakaran sedang tingkat III

12
Misalnya : Pabrik yang membuat barang dari karet, pabrik yang membuat barang
dari plastik, pabrik karung, pabrik pesawat terbang, pabrik pakaian, pabrik karpet,
pabrik sepatu dll.
3. Bahaya Kebakaran Berat
Ancaman bahaya kebakaran berat adalah ancaman kebakaran yang mempunyai
jumlah dan kemudahan terbakar yang sangat tinggi, atau tempat yang menyimpan
bahan-bahan berbahaya yang mudah terbakar.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kebakaran di tempat kerja adalah suatu peristiwa timbulnya nyala api di tempat kerja
yang tidak dikehendaki adanya dan dapat menimbulkan kerugian, baik secara fisik
maupun ekonomi.
2. Akibat yang ditimbulkan dari peristiwa kebakaran ditempat kerja dapat mengakibatkan
korban jiwa, kerugian material, hilangnya lapangan kerja dan kerugian lain yang tidak
langsung

B. Saran

13
1. Sebelum terjadi kebakaran di tempat kerja perlu dilakukan pencegahan, dengan
mengontrol alat-alat di tempat kerja secara rutin dan teratur sehingga kecil kemungkinan
peluang terjadinya kabakaran.
2. Perlu adanya kesadaran orang-orang di tempat kerja untuk sadar akan ketelitian dalam
bekerja demi terhindarnya kemungkinana terjadinya kecelakaan yang bisa menyebabkan
kebakaran di tempat kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ridley, John. 2008. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta

Jurnal

Muhadi. 2008. Tesis Pencegahan kebakaran gedung: peran dan tindakan pusat layanan kebakaran
dan pertolongan departement rhone. Program pascasarjana megister teknik pembangunan
wilayah dan kota.Universitas Diponegoro.

Hidayat, Muhammad Taufik. 2010. Efektivitas pemasangan rambu-rambu jalur evakuasi


terhadap waktu tanggap darurat bahaya kebakaran di perusahaan X Semarang.

14
Amalia, Ommi. 2009. Gambaran Program Penanggulangan Kebakaran di Areal PT. Perkebunan
Nusantara VII (Persero) Perkebunan Goalpara Sukabumi. UIN syarif Hidayahtullah Jakarta

http://scholar.google.co.id/scholar?
q=journals+industrial+fire&btnG=&hl=id&as_sdt=0

15

Anda mungkin juga menyukai