Anda di halaman 1dari 5

ASTM C 94/C 94M 00

STANDARD SPECIFICATION FOR READY-MIXED


CONCRETE

1. Scope
1.1. Spesifikasi ini mencakup perusahaan ready mixed concrete dan pengiriman ke pembeli
dalam bentuk beton basah.

2. Referensi
2.1. ASTM C31/C31M, C33 dll

3. Dasar dari pembelian


3.1. Pembelian beton siap pakai harus meter kubic beton basah dan bukan beton keras yang
dikeluarkan dari mixer.
3.2. Volume beton basah yang ditimbang harus dihitung dari total berat penimbangan dibagi
berat per unit volume beton.
3.3. Berat per unit volume dihitung sesuai dengan ASTM C138 dari rata-rata sedikitnya tiga
kali pengukuran, masing-masing dengan sample yang berbeda menggunakan wadah 14
liter. Masing-masing sample diambil dari tengah-tengah isi truk.

4. Informasi pemesanan
4.1. Pembeli harus menentukan sebagai berikut :
4.1.1. Ukuran agregat
4.1.2. Slump
4.1.3. Jika air content ditentukan, air content diambil pada waktu penuangan.
4.1.4. Pilihan A, B, atau C yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan proporsi
beton untuk menghasilkan mutu yang dipersyaratkan.

4.2. Pilihan A :
4.2.1. Ketika pembeli mempersyarakan pihak ready mixed bertanggung jawab penuh
dalam penentuan proporsi campuran beton, maka pembeli juga harus
menentukan :
4.2.1.1. Persyaratan kuat tekan beton. Jika tidak ditentukan lain maka umur tes
adalah 28 hari.
4.2.2. Pihak ready mixed mampu menunjukkan mix design dan membuktikan bahwa
material yang akan dipakai serta proporsi beton akan menghasilkan beton yang
dipersyaratkan.
4.3. Pilihan B :
4.3.1. Ketika pembeli bertanggung jawab dalam penentuan proporsi campuran beton,
maka pembeli juga harus menentukan :
4.3.1.1. Jumlah semen dalam beton per m3.
4.3.1.2. Maksimum pemakaian air dalam satu kubic beton.
4.3.1.3. Jika menggunakan admixture, maka type, nama, serta dosis penggunaan.
4.3.2. Jika diminta, maka pihak ready mixed harus memberikan data-data material serta
mix design beton yang akan diproduksi.
4.4. Pilihan C :
4.4.1. Ketika pembeli mempersyarakan pihak ready mixed bertanggung jawab terhadap
proporsi campuran dengan minimum pemakaian semen, maka pembeli juga harus
menentukan:
4.4.1.1. Persyaratan kuat tekan beton. Jika tidak ditentukan lain maka umur tes
adalah 28 hari.
4.4.1.2. Minimum jumlah semen dalam satu kubic beton.
4.4.1.3. Jika menggunakan admixture, maka type, nama, serta dosis penggunaan.
4.4.2. Jika diminta, maka pihak ready mixed harus memberikan data-data material serta
mix design beton yang akan diproduksi. Jumlah semen yang digunakan tidak
boleh lebih kecil dari minimum yang ditentukan.

4.5. Sertifikat proporsi campuran harus di file di bath plant.


4.6. Pembeli harus memastikan bahwa ready mixed telah menyimpan copy semua laporan
tes beton untuk dihitung terhadap kesesuaian dengan spesifikasi. Laporan disajikan
berdasarkan waktu.

5. Material
5.1. Persyaratan mutu material adalah sebagai berikut :
5.1.1. Semen. Semen harus sesuai dengan spesifikasi C150, C595, C1157. Pembeli
harus menetukan type dari semen, jika tidak maka semen type I yang akan
dipakai.
5.1.2. Aggregate. Harus sesuai dengan spesifikasi C33 atau C330 untuk beton ringan.
5.1.3. Air.
5.1.3.1. Air harus bersih. Jika mengandung bahan-bahan yang menyebabkan air
berwana, berbau, berasa tidak biasa, atau menyebabkan keraguan, sebaiknya
tidak digunakan, kecuali ada data-data bahwa air tersebut tidak membahayakan
mutu beton. Air yang meragukan harus ditest keberterimaannya yaitu : kuat
tekan (min. % control 7 hari ASTM C109) yaitu 90; Deviasi waktu setting
(ASTM C191) yaitu 1 jam lebih awal dan 1:30 jam lebih lama.
5.1.3.2. Air cucian mixer dapat dipakai dalam campuran beton apabila memenuhi
test keberterimaan.
5.1.4. Mineral admixture: fly ash dan pozzolan alam harus sesuai dengan C618.
5.1.5. Ground granulated blast furnace slag (GGBF-slag) sesuai C989.
5.1.6. Air-entraining admixture, sesuai C260
5.1.7. Chemical admixtures, sesuai dengan C494 atau C1017.

6. Toleransi Slump.

6.1. Jika tidak ada toleransi slump dalam spesifikasi proyek, maka toleransi dibawah ni
dipakai :
6.1.1. Jika spesifikasi proyek untuk slump tertulis maksimum atau tidak lebih dari
maka toleransinya :
Jika 75mm atau kurang (plus toleransi 0, minus toleransi 40 mm); jika lebih besar
dari 75 mm (plus toleransi 0, minus toleransi 65 mm).
6.1.2. Jika spesifikasi proyek untuk slump tidak tertulis maksimum atau tidak lebih
dari maka toleransinya : untuk 50 mm dan lebih kecil, toleransinya +15 mm; 50
100 mm, toleransinya +25 mm; diatas 100 mm, toleransinya + 40 mm.

6.2. Beton harus dalam range slump yang diijinkan selama 30 menit sejak kedatangan mixer
di lapangan. Jika pelanggan tidak siap untuk menuang beton, maka produsen tidak
bertanggung jawab terhadap slump beton.

7. Air Entarined Concrete


7.1. Jika kandungan udara beton dipersyaratkan, maka table 1 bisa untuk dijadikan
rekomendasi.
7.2. Kandungan udara beton yang diambil saat penuangan harus dalam toleransi + 1.5 dari
nilai yang ditentukan.
7.3. Penambahan air entraining admixture untuk mencapai nilai yang ditentukan, harus
diikuti dengan kecepatan campura (mixing) min. 30 menit.

8. Penimbangan Material.
8.1. Semen harus ditimbang berdasarkan berat. Jika mineral admixture lainnya digunakan,
kumulatif berat diijinkan dijadikan satu dengan semen. Semen harus ditimbang lebih
dulu sebelum mineral admixture. Jika jumlah semen melebihi 30% dari full kapasitas
timbangan, maka jumlah semen ataupun semen+mineral admixture tidak boleh lebih +
1% dari berat yang dipersyaratkan. Jika menimbang 1 m3 beton, maka tidak boleh
kurang berat yang dipersyaratkan atau lebih dari 4%.
8.2. Aggregat harus ditimbang berdasarkan berat. Jika berat aggregate lebih dari 30%
kapasitas timbangan, maka oleransi penimbangan masing-masing aggregate + 2% dan
untuk kumulatif aggregate + 1%. Jika berat aggregate kurang dari 30 % kapasitas
timbangan maka toleransinya + 3% dari cumulative berat yang disyaratkan.
8.3. Toleransi penimbangan air + 1 % dari berat yang disyaratkan. Apabila dalam truk mixer
masih terdapat sisa air dan tidak dapa dikeluarkan, maka sisa sir dalam molen harus
mampu diukur seakurat mungkin. Toleransi total air termasuk air sisa dalam molen + 3%
dari total jumlah yang dipersyaratkan.
8.4. Admixture dalam bentuk bubuk diukur dalam berat, sedangkan untuk yang cair diukur
dalam berat atau volume. Toleransi pemakaian admixture + 3% dari persyaratan.

9. Batching Plant
9.1. Bin material mampu memisahkan setiap aggregat, didesign agar mampu mengeluarkan
aggregate secara bebas dan efisien dengan seminim mungkin segregasi ke hooper
timbangan. Gate bin dapat menutup secara presisi.
9.2. Alat-alat indicator harus dapat dilihat dengan jelas dan dekat dengan operator sehingga
dapat dibaca secara tepat. Operato harus leluasa terhadap alat-alat control.
9.3. Kalibrasi timbangan batching plant.
10. Mixer & Agitators
10.1. Mixer dapat berupa mixer tetap (stasionary mixer) atau truck mixer. Agitator dapat
berupa agitator tetap (stasionary mixer) atau truck agitators.
10.1.1. Stationary mixer dibuat dari plat logam, dengan tambahan alat pengukur waktu
yang digunakan untuk mengukur waktu berapa lama campuran harus diaduk
sebelum dituang.
10.1.2. Jika menggunakan truck mixed atau shrink mixed maka volume campuran beton
tidak bole lebih dari 63% terhadap total volume drum. Jika menggunakan central
mixed, maka volume beton di truck mixer atau truck agitator tidak boleh lebih
dari 80% total volume drum.
10.2. Stationary mixer dan truck mixer harus mampu mengaduk seluruh campuran sehingga
sama (uniform) dan dapat menuang beton secara uniform pula.
10.3. Agitator harus mampu mempertahankan campuran beton agar tetap sama (uniform) dan
dapat menuang beton secara uniform.
10.4. Tes slump untuk uji keseragaman campuran (uniformity) dilakukan dengan mengambil
sample beton setelah penuangan 15% dan 85% dari jumlah muatan.
10.5.
10.6. Mixer dan agitator harus ditimbang sesering mungkin untuk mendeteksi perubahan
kondisi akibat akumulasi beton keras. Juga perlu dicek kondisi pisau (blade) molen.
Jika terjadi perubahan kondisi maka harus dilakukan tes keseragaman (uniformity).

11. Mixing & Delivery.


11.1. Ready mixed concrete harus dicampur dan dikirim ke lokasi pembeli, dengan salah
satu atau perpaduan dari proses : Central mixed concrete, Shrink mixed concrete, Truck
mixed concrete.
11.2. Mixer dan agitator harus dioperasikan pada batas kapasitas dan kecepatan rotasi sesuai
design dari pabrik alat.
11.3. Central mixed concrete. Beton dicampur sempurna di mixer tetap (stationary mixer)
kemudian dikirim ke lokasi dengan truck agitator atau truck mixer dengan putaran
agitating. Waktu pencampuran dihitung mulai semua material telah masuk ke molen.
11.4. Shrink-Mixed concrete. Beton yang awalnya diaduk di stationary mixer, kemudian
diaduk dengan sempurna di truk mixer.
11.5. Truck-mixer concrete. Beton diaduk sempurna di truck mixer, 70 s/d 100 putaran pada
kecepatan mixing sebagaimana didesign oleh oleh pabrikan untuk menghasilkan beton
yang homogen.

12. Informasi Tiket Penimbangan atau Surat Jalan.


12.1. Informasi yang diperlukan :
Nama perusahaan ready mixed, batching plant atau nomor batching plant.
Nomor serial tiket / SA
Tanggal, no truck
Nama pembeli
Nama proyek dan lokasi.
Volume beton
Waktu loading.
13. Sample dan pengetesan beton basah.
13.1. Informasi yang diperlukan :

Anda mungkin juga menyukai