Anda di halaman 1dari 11

BAGIAN B

PEKERJAAN BETON I

PASAL 1
SEMEN

1.1. Tipe Semen

 Jenis semen yang dipakai untuk beton dan adukan dalam pekerjaan ini adalah sebagai
berikut :

a. Bangunan Laut (Dermaga, Trestle dll) : menggunakan portland semen type I yang
memenuhi ketentuan dan syarat-syarat dalam SKSNI S-04-1989 atau ASTM C150-
94 dengan ketentuan kadar tricalcium aluminate (C3A) minimum adalah 5% dan
maksimum 10%. Jenis semen yang mempunyai sifat cepat mengeras, juga yang
mempunyai kadar calcium chloride TIDAK BOLEH DIGUNAKAN.

 Semen yang dipakai untuk beton harus dari merek/pabrik yang telah disetujui oleh
Pemberi Tugas/Pengawas yang ditunjuk.

1.2. Sertifikat Pengujian dan Lain-lain

Rencana pengiriman semen harus disertai dengan sertifikat dari pabrik yang menunjukkan bahwa
semen tersebut telah diuji dan dianalisa mengenai komposisi kimianya dan bahwa uji coba serta
analisa tersebut dalam semua hal sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang relevan dengan
JIS,BS atau NI.

Jika dirasa perlu, Pemberi Tugas/Pengawas dapat memerintahkan kepada Kontraktor untuk
melakukan pengujian tambahan oleh Pihak Ketiga yang disetujui Pemberi Tugas/Pengawas yang
ditunjuk, dengan biaya pengujian ditanggung oleh Kontraktor dan ongkos pengujian ini harus sudah
tercakup dalam penawaran Kontraktor.

Pengawas dapat menolak semen yang didatangkan/ yang ada berdasarkan hasil pengujian yang
telah dilakukan (jika dari hasil pengujian ternyata tidak memenuhi syarat), meskipun semen itu telah
mendapat sertifikat pabrik dan semen tersebut harus segera dikeluarkan dari site atas biaya
Kontraktor, setelah diperintahkan oleh Pengawas.

1.3. Pengangkutan dan Penyimpanan Semen

Umur semen pada saat dikirim ke lapangan tidak boleh lebih dari 2 bulan dan semen harus dipakai
paling lama dlam waktu 2 bulan setelah datang di site.

Semen tersebut harus diangkut ke site dalam kendaraan yang tertutup, terlindung dengan baik
terhadap cuaca dan harus disimpan dengan baik dlam gudang-gudang yang cukup mempunyai
ventilasi, tahan terhadap cuaca dan tahan air untuk mencegah kerusakan karena lembab.

Spesifikasi Teknis B-I- 1 Pelabuhan PLTU Amurang


Lantai gudang semen harus terbuat dari kayu setinggi minimal 20 cm di atas tanah dan diberi
ventilasi.

Setiap pengiriman semen harus dipisah-pisahkan agar dapat dengan mudah diidentifikasi, diperiksa,
ditest dan dicatat tanggal pengeluarannya. Semen yang disimpan dalam kantong/zak tidak boleh
ditumpuk lebih tinggi dari 13 zak.

Semen yang didatangkan di site harus segera ditempatkan dalam gudang tersebut dan dipakai
dalam pelaksanaan sesuai dengan urutan kedatangannya. Bagaimanapun juga, pengangkutan,
penyimpanan dan penggunaan semen harus mendapat persetujuan Pengawas terlebih dahulu.

PASAL 2
AGREGAT BETON

Agregat untuk beton harus diambil dari sumber-sumber yang disetujui dan memenuhi syarat dalam
SKSNI atau BS 882-1201, part 2, PBI 1871 atau standar lain yang disetujui Pengawas.

Apabila agregat dari sumber yang telah disetujui ternyata menyimpang dari contoh-contoh yang
telah disetujui dan tidak memenuhi syarat tersebut di atas, maka untuk seterusnya sumber ini dapat
ditolak.

Suatu jumlah stok agregat yang telah disetujui Pengawas harus selalu ada di lapangan untuk
memungkinkan pembuatan beton secara kontinu untuk suatu jangka waktu 2 minggu tanpa henti.

2.1. Agregat Kasar

Agregat kasar terdiri dari kerikil/gravel yang telah disetujui atau pecahan batuan yang terdiri dari
butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya
dapat dipakai apabila jumlah butir pipih tersebut tidak melebihi 20 % dari berat agregat seluruhnya.
Butir-butir agregat kasar ini harus tahan terhadap perubahan cuaca (terik matahari, hujan, dll.)

Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % (ditentukan terhadap berat kering).
Yang diartikan dengan lumpur disini adlah bagian-bagian yang dapat melalui saringan/ayakan 0.063
mm. Apabila lumpur melalui lebih dari 1 %, maka agregat kasar tersebut harus dicuci.

Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti zat-zat yang
reaktif alkali.

Kekasaran dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari Rudeloff dengan
beban penguji 20 t, yang mana harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

 tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 - 19 mm lebih dari 24 % berat


 tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19 - 30 mm lebih dari 22 % berat

Atau dengan mesin pengaus Los Angeles, yang mana tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih dari
50 %.
Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila disaring harus
memenuhi syarat sebagai berikut :

Spesifikasi Teknis B-I- 2 Pelabuhan PLTU Amurang


 sisa di atas saringan 31,5 mm, harus 0 % berat
 sisa di atas saringan 4 mm, harus berkisar antara 90 % dan 98 % berat
 selisih antara sisa komulatif di atas dua saringan yang berurutan, adalah maksimum 60 % dan
minimum 10 % berat.

Pengujian agregat dilakukan oleh Pihak Ketiga yang telah disetujui oleh Pemberi Tugas/Pengawas
yang ditunjuk dan pengujian agregat kasar ini sepenuhnya ditanggung oleh Kontraktor, yang harus
sudah diperhitungkan dan dimasukkan dalam penawaran Kontraktor.

Apabila dari analisa gradasi menunjukkan kekurangan ukuran agregat tertentu yang dapat
mempengaruhi kerapatan beton, Pengawas dapat memerintahkan kepada Kontraktor untuk
menambah kekurangan ukuran agregat tertentu tersebut.

2.2. Agregat Halus

Pasir untuk beton harus bersih dan bebas dari lempung atau zat-zat organik, dan harus mempunyai
gradasi sedemikian rupa sehingga bila dicampur dengan agregat kasar akan menghasilkan beton
dengan kerapatan maksimum.
Gradasi dari agregat halus harus masuk dalam batasan yang ditentukan BS 1198 - 1200, dalam
SKSNI atau dalam PBI 1971.

Agregat halus harus terdiri dari butir-butir tajam dan keras, yang tahan terhadap perubahan cuaca
(terik matahari dan hujan).

Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan terhadap berat kering).
Yang diartikan dengan lumpur di sini adalah bagian-bagian yang dapat melalui saringan/ayakan
0.063 mm. Apabila lumpur melalui lebih dari 5 %, maka agregat halus tersebut harus dicuci.

Agregat halus/pasir tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak, yang harus
dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Harder (dengan larutan NaOH). Agregat halus
yang tidak memenuhi percobaan warna ini dapat juga dipakai, asal kekuatan tekan adukan agregat
tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95 % dari kekuatan agregat yang sama tetapi
dicuci dalam larutan 3 % NaOH yang kemudian dicuci hingga bersih dengan air, pada umur yang
sama.

Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila disaring harus
memenuhi syarat sebagai berikut :

- sisa di atas saringan 4 mm, harus minimum 2 % berat


- sisa di atas saringan 1 mm, harus minimum 10 % berat
- sisa di atas saringan 0.25 mm,harus berkisar antara 80 % dan 95 % berat.

Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk bahan penyusun beton.

Pasir dari pecahan batu dapat ditambahkan pada pasir alami untuk memperoleh pasir dengan
gradasi yang memenuhi syarat dengan petunuk dan persetujuan Pengawas.
Pengujian agregat dilakukan oleh Pihak Ketiga yang telah disetujui oleh Pemberi Tugas/Pengawas
yang ditunjuk dan pengujian agregat kasar ini sepenuhnya ditanggung oleh Kontraktor, yang harus
sudah diperhitungkan dan dimasukkan dalam penawaran Kontraktor.

Spesifikasi Teknis B-I- 3 Pelabuhan PLTU Amurang


2.3. Pengambilan Contoh dan Testing untuk Agregat

Pengawas dapat memerintahkan kepada Kontraktor pada setiap saat untuk mengambil contoh dari
agregat dari lapangan atau sumber agregat untuk dapat dilakukan testing menurut cara yang
diuraikan dalam BS 812, JIS A 1102 atau NI.

Agregat yang tidak memenuhi syarat dalam test, harus diganti atau dicuci sampai test lebih lanjut
untuk membuktikan bahwa dapat memenuhi persyaratan untuk dipakai. Semua biaya yang
dikeluarkan untuk memenuhi persyaratan ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.

2.4. Penyimpanan Agregat

Pasir dan agregat kasar untuk beton harus disimpan dalam bak atau lantai papan yang
direncanakan khusus untuk mencegah terpisahnya suatu komposisi agregat tertentu atau
tercampurnya agregat dari ukuran yang berbeda-beda, dan menghindarkan tercampurnya agregat
dengan debu, zat-zat organik atau bahan-bahan pencemar lainnya. Agregat dengan ukuran tertentu
harus disimpan secara terpisah kecuali disetujui lain oleh Pengawas.

PASAL 3
AIR

Air yang akan digunakan untuk adukan beton harus bersih, tawar dan bebas dari bahan-bahan
organik atau inorganik yang larut atau mengambang dalam suatu jumlah yang dapat mengurangi
kekuatan atau keawetan beton.

Bila akan dipakai air bukan berasal dari air minum dan mutunya meragukan, maka Pengawas dapat
meminta kepada Kontraktor untuk mengadakan penyelidikan air secara laboratoris oleh Pihak Ketiga
yang disetujui oleh Pengawas dengan biaya penyelidikan tersebut atas tanggungan Kontraktor.
Pengujian dilakukan sesuai dengan standard PDAM setempat dan/atau PBI 1971.

Hanya air dengan kualitas yang telah disetujui dapat digunakan untuk pembuatan beton,
penyemprotan dan membasahi bekisting (form work) atau pengeringan beton.

Kontraktor harus melakukan pengaturan untuk memperoleh atau menyimpan yang cukup di
lapangan untuk mengaduk, mengeringkan beton, menyemprot dan membasahi bekisting.

PASAL 4
BEKISTING

Untuk mendapatkan bentuk penampang, ukuran dari beton seperti dalam gambar konstruksi,
bekisting harus dikerjakan dengan baik, teliti dan kokoh.

4.1. Bekisting untuk pekerjaan beton pada pelat, dinding dan balok , dapat dipakai kayu dan atau
besi.

4.2. Bila dipakai bekisting multiplek maka permukaan harus cukup rata dan tebal multiplek yang
dipakai minimal adalah 9 mm dengan perkuatan balok kayu 5/7 cm dengan jarak maksimal 40
cm dan pemakaiannya maksimum 2 kali.

Spesifikasi Teknis B-I- 4 Pelabuhan PLTU Amurang


4.3. Kayu yang dipakai adalah kayu kelas II yang sesuai dengan persyaratan PPKI 1970 atau kayu
lokal yang setaraf.

4.4. Pengerjaan bekisting harus sedemikian rupa sehingga hubungan papan bekisting terjamin
rapat dan tidak akan menimbulkan kebocoran.

4.5. Konstruksi dari bekisting, seperti sokongan sokongan perancah dan lain lain yang
memerlukan perhitungan harus diajukan kepada Pengawas untuk disetujui.

4.6. Sebelum pengecoran dimulai, bagian dalam dari bekisting harus bersih dan kering dari air.

4.7. Pembersihan dan pengeringan harus sedemikian rupa hingga terjamin mutu beton yang
diharapkan dan untuk jaminan bahwa bagian dalam bekisting betul betul kering harus
digunakan kompresor. Finishing beton bertulang sejauh mungkin dihindari dan perataan
permukaan beton harus dilakukan sesuai petunjuk Pengawas.

4.8. Pembongkaran bekisting beton tidak boleh dilakukan sebelum waktu pengerasan menurut PBI
1971 dipenuhi dan pembongkarannya dilakukan hati hati dan tidak merusak beton yang sudah
mengeras, dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan Pengawas.

4.9. Bekisting balok tidak boleh dibuka, sampai balok secara struktural dapat menahan berat
sendirinya dan beban hidup di atasnya atau sesuai dengan peraturan yang tercantum dalam
PBI 1971 mengenai jangka waktu pembongkaran bekisting.

4.10. Bekisting harus dipasang dengan baik agar lurus dan rata. Selain itu juga harus bebas
terhadap kotoran.

4.11. Bila diperkirakan akan terendam air laut, Kontraktor harus membuat bekisting kedap air
dengan melapisinya menggunakan bahan yang tidak tembus air sesuai petunjuk Pengawas.

4.12. Pada waktu pembongkaran bekisting apabila masih terdapat sisa-sisa stek tulangan yang
menonjol diluar permukaan beton, maka stek-stek tersebut harus dipotong sampai sedalam
minimal 5 cm dari permukaan beton jadi dan kemudian ditambal dengan menggunakan mortar
semen dengan mutu yang sama seperti mutu beton yang ditambal tersebut.

PASAL 5
TULANGAN BAJA

5.1. Mutu baja yang dugunakan untuk tulangan beton adalah sebagai berikut :

 diameter < 13 mm, mutu baja : BJTP 24 (polos)


 diameter >= 13 mm, mutu baja : BJTD 39 (ulir)

5.2. Gambar rencana kerja untuk baja tulangan, meliputi rencana pemotongan, pembengkokan,
sambungan dan penghentian harus dibuat dan disampaikan oleh Kontraktor kepada
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan.

5.3. Semua detail harus memenuhi persyaratan seperti yang dicantumkan dalam gambar kerja
dan syarat-syarat yang harus diikuti menurut PBI 1971, NI.2.

Spesifikasi Teknis B-I- 5 Pelabuhan PLTU Amurang


5.4. Diameter-diameter pengenal harus sama seperti persyaratan dalam gambar kerja dan
bilamana diameter tersebut akan diganti maka jumlah luas penampang persatuan lebar beton
minimal harus sama dengan luas penampang rencana. Sebelum melakukan perubahan-
perubahan Kontraktor harus meminta persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas.

5.5. Tidak diperkenankan membengkok tulangan bila sudah ditempatkan, kecualai apabila hal itu
terpaksa dan sudah mendapat persetujuan dari Pengawas.

5.6. Tulangan harus ditempatkan dengan teliti pada posisi sesuai rencana, dan harus dijaga agar
jarak antara tulangan dengan bekisting untuk mendapatkan tebal selimut beton (beton deking)
minimal 8 cm.

5.7. Untuk itu Kontraktor harus mempergunakan penyekat (spacer), dudukan (chairs) dari blok-
blok beton yang mempunyai mutu beton minimal sama dengan beton yang bersangkutan.

5.8. Semua tulangan harus diikat dengan baik dan kokoh sehingga dijamin tidak bergeser pada
waktu pengecoran.

5.9. Sebelum melakukan pengecoran, semua tulangan harus terlebih dahulu diperiksa untuk
memastikan penelitian penempatannya, kebersihan dan untuk mendapatkan perbaikan
bilamana perlu.

5.10. Tulangan yang berkarat harus segera dibersihkan atau diganti bilamana dianggap Pengawas
akan melemahkan konstruksi.

5.11. Pengecoran tidak diperkenankan apabila belum diperiksa dan disetujui oleh Pengawas.

5.12. Khusus untuk tebal selimut beton, dudukan harus cukup kuat dan jaraknya sedemikian
sehingga tulangan tidak melengkung dan beton penutup tidak kurang dari yang disyaratkan.

5.13. Toleransi yang diperkenankan untuk penyimpangan terhadap bidang horizontalnya adalah ±
4 mm.

PASAL 6
PENGECORAN BETON

6.1. Pekerjaan pengecoran beton harus dilaksanakan sekaligus dan harus dihindarkan
penghentian pengecoran kecuali bila sudah diperhitungkan pada tempat-tempat yang aman
dan sebelumnya sudah mendapat persetujuan Pengawas. Kontraktor harus sudah
mempersiapkan segala sesuatunya untuk pengamanan, pelindung dan lain-lain yang dapat
menjamin kontinuitas pengecoran.

6.2. Pengaduk beton/concrete mixer.


Untuk mendapatkan campuran beton yang baik dan merata Kontraktor harus memakai mesin
pengaduk.
Mesin pengaduk harus cukup untuk melayani volume pekerjaan yang direncanakan.

Spesifikasi Teknis B-I- 6 Pelabuhan PLTU Amurang


Mesin pengaduk harus dibersihkan dengan air dan dihindarkan dari pengotoran minyak,
sebelum dipakai. Setiap campuran beton harus diaduk dalam pengaduk sehingga merata /
homogen dan waktu pengadukan minimum adalah 2 menit untuk setiap kali mencampur.

6.3. Bilamana perlu Kontraktor diperkenankan untuk menggunakan concrete pump, gerobak-
gerobak dorong untuk mengangkut adukan ketempat yang akan dicor. Pengangkutan beton
tidak diperkenankan dengan ember-ember.

6.4. Sebelum pengecoran dimulai, semua peralatan, material serta tenaga yang diperlukan sudah
harus siap dan cukup untuk suatu tahap pengecoran sesuai dengan rencana yang
sebelumnya disetujui Pengawas.

6.5. Tulangan, jarak, bekesting dan lain-lain, harus dijaga dengan baik sebelum dan selama
pelaksanaan pengecoran.

6.6. Segera setelah beton dituangkan kedalam bekisting, adukan harus dipadatkan dengan
concrete vibrator yang jumlahnya harus mencukupi. Penggetaran dengan concrete vibrator
dapat dibantu dengan perojokan, apabila dengan concrete vibrator tidak mungkin dilakukan
dan hal ini harus mendapatkan persetujuan dari Pengawas terlebih dahulu.

6.7. Pengecoran harus menerus dan hanya boleh berhenti ditempat tempat yang diperhitungkan
aman dan telah direncanakan terlebih dahulu dan sebelumnya mendapatkan persetujuan dari
Pengawas. Penghentian maksimum 2 jam. Untuk menyambung suatu pengecoran,
pengecoran sebelumnya harus dibersihkan permukaannya dan dibuat kasar dengan sikat
baja agar sempurna sambungannya dan sebelum adukan beton dituangkan, permukaan yang
akan disambung harus disiram dengan air semen dengan campuran 1PC : 0.5 air.

6.8. Selama waktu pengerasan , beton harus dilindungi dengan air bersih atau ditutup dengan
karung karung yang senantiasa dibasahi dengan air, terus menerus selama paling tidak 10
hari setelah pengecoran.

6.9. Apabila cuaca meragukan, sedangkan Pengawas tetap menghendaki agar pengecoran tetap
harus berlangsung, maka pihak Kontraktor harus menyediakan alat pelindung/terpal yang
cukup untuk melindungi tempat yang sudah / akan dicor.
Pengecoran tidak diijinkan selama hujan lebat atau ketika suhu udara naik diatas 32 derajat
Celcius.

6.10. Untuk setiap jumlah 5 m3 pengecoran, Kontraktor diwajibkan membuat minimal 1 (satu) buah
contoh (sample) kubus/silinder untuk pemeriksaan kekuatan tekan beton, pemeriksaan slump
test, dengan prosedur sebagaimana ditentukan dalam PBI 1971/PB 89.

6.11. Khusus beton untuk penggunaan pada bangunan air (laut) slump yang diperkenankan dalam
pelaksananan adalah antara 7 cm dan faktor air semen maksimum 0.40.

6.12. Pengambilan-pengambilan contoh diatas dilakukan atas petunjuk Pengawas, kubus-


kubus/silinder yang telah diambil harus dijaga agar dapat mengeras dengan baik. Demikian
pula kubus/silinder beton yang diambil selama pengecoran harus diuji kuat tekannya di
laboratorium yang telah disetujui Pengawas dan hasilnya dilaporkan secara tertulis kepada
Pengawas untuk dievaluasi. Bilamana hasil pengujian menunjukkan mutu beton kurang dari
yang disyaratkan untuk bagian struktur yang direncanakan, Kontraktor diwajibkan untuk

Spesifikasi Teknis B-I- 7 Pelabuhan PLTU Amurang


mengajukan rencana perbaikan/penanggulangan kepada Pengawas dan mengadakan
perkuatan/penyempurnaan konstruksi dengan biaya Kontraktor apabila hal tersebut
dipandang perlu oleh Pengawas.

6.13. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa mutu beton kurang dari nilai K (kuat tekan
karakteristik) yang disyaratkan, Kontraktor harus mengambil core-sample dari bagian-bagian
konstruski yang diragukan.
Jumlah sampel coring untuk tiap pemeriksaan adalah 3 buah, dan selanjutnya akan diperiksa
di laboratorium dengan petunjuk Pengawas.
Hasilnya akan dievaluasi Pengawas dan apabila ternyata nilai yang diperoleh
membahayakan konstruksi, Kontraktor harus melakukan perbaikan bagian konstruksi tersebut
atas biaya Kontraktor.

6.14. Untuk mengurangi kadar air beton, Kontraktor dapat menambahkan bahan-bahan kimia
sebagai additive. Penggunaan bahan additive tersebut harus persetujuan terlebih dahulu dari
Pengawas.

6.15. Sebelum pelaksanaan, Kontraktor harus mengajukan terlebih dahulu kepada Pengawas buku
petunjuk pemakaiannya dari pabrik pembuat. Additive lain dapat pula dipergunakan
sepanjang tidak menyebabkan kelainan-kelainan pada beton dan untuk itu harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas.

6.16. Untuk menambah ketahanan beton terhadap kelelahan akibat beban berulang dan
meningkatkan ketahan beton terhadap abrasi, Kontraktor harus menambahkan bahan-bahan
tambahan seperti fibremesh / harbourite yang dibutuhkan sebanyak 900 gr untuk setiap 1 m3
beton. Sebelum pelaksanaan Kontraktor harus mengajukan terlebih dahulu kepada Pengawas
buku petunjuk pemakaian bahan tambahan dari pabrik pembuat. Bahan tambahan lain dapat
juga dipergunakan sepanjang tidak menyebabkan kelainan-kelainan pada beton dan untuk itu
harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas.

6.17. Pada bagian struktur yang akan terkena air laut pada saat muka air laut tingi (HWS), maka
pengecoran bagian tersebut harus dilakukan pada saat muka air laut rendah (LWS)

PASAL 7
PEKERJAAN BETON BERTULANG

Pekerjaan beton dalam pelaksanaan harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang termuat dalam
PBI 1971 NI.-2/PB.89 baik mengenai material koral, pasir, semen dan baja maupun pelaksanaanya.

7.1. Mutu Beton.

Untuk beton bertulang, kekuatan yang disyaratkan dalam pekerjaan ini adalah berdasarkan
kekuatan tekan karakteristik (yang dinyatakan dalam f’c atau K).

*) Mutu beton

Spesifikasi Teknis B-I- 8 Pelabuhan PLTU Amurang


Bangunan Air : Kuat tekan silinder beton f’c = 25 MPa atau setara dengan kekuatan
karakteristik K300 dengan pemakaian PC minimum 375 Kg untuk tiap 1 M3 beton, untuk ini
Kontraktor harus membuat mixed design dengan persetujuan Pengawas.

Dalam menentukan atau untuk mendapatkan mutu beton sesuai dengan karakteristik yang
sudah ditentukan, harus dilakukan dengan menggunakan ukuran yang sudah tertentu, baik
untuk material betonnya maupun ukuran penggunaan airnya (ember tertentu) yang mana
ukuran tersebut nantinya akan digunakan selama pelaksanaan konstruksi. Adapun dalam
mendapatkan mutu beton sesuai dengan kuat tekan karakteristik yang sudah ditentukan
misalnya sebagai berikut :

- Semen = (s) takaran.

- Kerikil = (k ) takaran

- Pasir = (p) takaran

- Air = (a) takaran

Percobaan ini dilakukan sampai mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan karakteristik
yang sudah ditentukan yaitu :

f’c > f’c Syarat

Pekerjaan konstruksi pengecoran/beton boleh dilaksanakan, tetapi kalau :

f’c < f’c Syarat

maka percobaan ini harus terus dilakukan dengan komposisi lain, sampai mendapatkan
mutu beton yang sesuai dengan syarat.

7.2. Percobaan Campuran (Mixed Design).

Sebelum pelaksanaan pembetonan, Kontraktor terlebih dahulu harus mengadakan


percobaan campuran (Mixed Design) untuk mendapatkan mutu karakteristik beton yang
direncanakan.
Jika hasilnya dibawah dari yang disyaratkan, Kontraktor harus mengadakan percobaan
kembali dengan memilih agregat pasir dan batu pecah yang lebih baik mutunya.
Bilamana kekuatan karakteristik telah dicapai dengan agregat tersebut, untuk selanjutnya
pemakaiannya dapat disetujui Pengawas. Segala perubahan dalam masa pelaksanaan
terhadap agregat yang telah disetujui harus mendapat persetujuan Pengawas.
Jumlah sample yang harus disediakan oleh Kontraktor untuk tiap seri pengetesan atau
percobaan adalah 20 (dua puluh) buah dan laboratorium tempat percobaan akan ditentukan
Pengawas atau dengan persetujuan Pemberi Tugas.

7.3. Tulangan yang direncanakan untuk pekerjaan ini adalah besi beton BJTD 39 (tulangan
utama) dan BJTP 24 (tulangan geser/sengkang).
Bilamana Kontraktor hendak memakai baja tulangan lebih tinggi dari yang disyaratkan,
Kontraktor harus mengajukan kepada Pengawas untuk persetujuan.

Spesifikasi Teknis B-I- 9 Pelabuhan PLTU Amurang


Konstruksi bekesting harus cukup kokoh agar tidak terjadi perubahan-perubahan bentuk
pada waktu pengecoran maupun masa pengerasan.
Kontraktor harus mengajukan rencana konstruksi bekisting kepada Pengawas untuk
diperiksa dan disetujui.
Ukuran penampang jadi dari beton tidak boleh kurang dari apa yang disyaratkan dalam
gambar kerja dan penyimpangan tidak boleh lebih 1 % dari ukuran yang bersangkutan.
Selimut beton yang disyaratkan khususnya untuk pekerjaan di air (dermaga, turap, dll)
adalah setebal 8 cm untu bagian bawah dan samping balok, pelat dan pile cap. Sedangkan
untuk bagian atasnya disyaratkan tebal selimut beton minimal 5 cm.
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini Kontraktor harus mengikuti persyaratan-persyaratan
sesuai pekerjaan beton bertulang dan ketentuan-ketentuan lain dalam PBI 71 NI-2/PB 89.

PASAL 8
SIAR DILATASI DAN SIAR PELAKSANAAN

8.1. Siar dilatasi adalah siar yang direncanakan untuk memisahkan beton yang bidang
permukaannya bertemu atau dua buah blok konstruksi beton. Material finishing untuk
pelindung tepi siar dilatasi tersebut harus sesuai dengan Gambar Rencana Konstruksi.

8.2. Siar pelaksanaan adalah permukaan pertemuan bidang beton karena penghentian
pengecoran. Siar pelaksanaan harus ditempatkan pada posisi dimana tidak akan terjadi
pengurangan kekuatan konstruksi (harus disesuaikan dengan standar dan peraturan yang
berlaku). Apabila tempat siar pelaksanaan tidak ditunjukkan dlam gambar rencana,
Kontraktor harus mengajukan rencana penempatan siar-siar pelaksanaan tersebut dan
harus meminta persetujuan dari Pengawas untuk pelaksanaannya.

PASAL 9
BETON PRACETAK L-SHAPE

9.1. Konstruksi beton pracetak L-shape berfungsi sebagai konstruksi penahan tanah atau urugan
dengan penempatan dan ukuran sesuai dengan gambar konstruksi.

9.2. Mutu beton yang disyaratkan untuk konstruksi L-shape ini adalah K 300 dengan persyaratan
yang sama dengan ketentuan yang berlaku pada pekerjaan beton pada Spesifikasi teknis ini.

9.3. Ukuran panjang per unit L-shape apabila tidak ditentukan secara khusus dalam gambar
rencana maksimal adalah 4 meter. Ukuran panjang L-shaped lainnya akan ditentukan secara
khusus sesuai dengan kondisi di lapangan.

9.4. Penempatan L-shape hanya diijinkan apabila pasangan batu dibawah L-shape tersebut betul-
betul rata dan padat dan telah mendapat persetujuan dari Pengawas. Untuk menjamin
dudukan yang rata maka dibagian bawah L-shape dipasang lantai kerja campuran 1PC :
3PS : 5KR dengan ketebalan minimal 7.5 cm.

9.5. Pada L-shape harus dipasang lubang-lubang untuk drainase dengan menggunakan pipa
PVC diameter minimal 4”. Lobang-lobang drainase tersebut harus ditutup dengan
saringan/filter dari bahan sintetis atau ijuk supaya dapat menjamin material urugan tidak
bocor.

Spesifikasi Teknis B - I - 10 Pelabuhan PLTU Amurang


9.6. Pada bagian belakang L-shape diberi urugan sirtu sesuai dengan persyaratan pekerjaaan
urugan yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis ini.

Spesifikasi Teknis B - I - 11 Pelabuhan PLTU Amurang

Anda mungkin juga menyukai