Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi, karena
pengolahannya telah berjalan secara alami dalam tubuh si ibu. Sebelum anak lahir,
makanannya telah disiapkan lebih dahulu, sehingga begitu anak itu lahir, air susu
ibu telah siap untuk dimanfaatkan. Demikian kasih sayang Allah terhadap
makhluk-Nya. Namun demikian ada banyak kaum ibu pada saat ini yang tidak
dapat memberikan ASI kepada anaknya dengan berbagai alasan seperti ASI-nya
tidak keluar, alasan kesehatan serta karena waktunya tersita untuk bekerja, maka
muncullah gagasan untuk mendirikan Bank ASI untuk memenuhi kebutuhan ASI
balita yang ibunya tidak bisa menyusui anaknya secara langsung.

Gagasan untuk mendirikan bank ASI ini sebenarnya telah berkembang di


Eropa kira-kira lima puluh tahun yang lalu. Gagasan itu muncul setelah adanya
bank darah. Mereka melakukannya dengan mengumpulkan ASI dari wanita dan
membelinya kemudian ASI tersebut dicampur di dalam satu tempat untuk
menunggu orang yang membeli ASI tersebut dari mereka.

Hooker dalam buku Islam Madzhab Indonesia : Fatwa-fatwa dan


Perubahan Sosial (2003: 254) menyatakan bahwa pada awal 1970-an rumah sakit
Jakarta mendirikan bank air susu manusia dimana ibu-ibu yang mempunyai
kelebihan air susu dapat memberikan kelebihan itu dan menyimpannya untuk
bayi-bayi yang ibunya kekurangan air susu. Sejumlah ulama mempertanyakan
perbuatan itu atas dasar bahwa perbuatan tersebut sama dengan rada'ah, yakni
menyusui dengan tujuan membantu perkembangan jiwa anak. Anak yang
memperoleh air susu semacam itu, dalam pandangan hukum disebut saudara
sesusu, yakni anak yang menyusui dari wanita yang sama sebagai pendonor untuk
anak tersebut. Kedua anak tersebut tidak dapat menikah. Lebih jauh lagi, jika
pendonor itu tidak diketahui maka kemungkinan terjadinya pergaulan yang
melanggar susila atau hubungan seksual sesama saudara pasti ada.

Selanjutnya perlu diketahui bahwa tujuan perkawinan, diantaranya adalah


untuk melanjutkan keturunan dan menentramkan jiwa. Namun demikian kadang-
kadang keturunan tidak diperoleh karena adakalanya si suami mandul (tidak
subur), sedang suami istri menginginkan anak, sehingga tidak tercipta suasana
jiwa keluarga yang tenang dan tenteram, karena tidak ada anak sebagai penghibur
hati. Berdasarkan keadaan tersebut ada orang yang berupaya untuk mendapatkan
2

anak dengan jalan mengangkat atau memungut anak, melakukan inseminasi


sperma, dan adakalanya dengan jalan menerima sperma dari donor yang telah
tersimpan pada Bank Sperma.

Daniel Rumondor memberikan isyarat bahwa inseminani buatan agaknya


di ilhami oleh keberhasilan syaikh-syaikh Arab memperanakkan kuda sejak tahun
1322. Begitu juga karena Rusia sangat mencemaskan akibat dari perang atom,
maka Stalin menyetujui pendapat yang dilontarkan oleh Prof. Dr. I. I. Kuperin
untuk mendirikan Bank Ayah atau Bank Sperma. Bahkan pada tahun 1968
Khruschov, dengan adanya Bank Sperma itu, ingin mengumpulkan sperma orang-
orang yang jenius dalam lapangan ilmu pengetahuan, peperangan, sastra dan lain-
lain yang akan dikembangbiakkan kepada gadis-gadis yang sehat, cantik, serta
ber-IQ tinggi agar nantinya terbentuk generasi yang jenius. Bank sperma didirikan
untuk memenuhi keperluan orang yang menginginkan anak, tetapi dengan
berbagai sebab, sperma suami tidak mungkin dibuahkan dengan sel telur (ovum)
si isteri. Dengan demikian, atas kesepakatan suami isteri, dicarikan donor sperma.

Berdasarkan hal di atas maka makalah ini akan membahas tentang hukum
bank ASI dan bank sperma dalam pandangan Islam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan


masalah sebagai berkut:
1. Apa pengertian dari bank sperma?
2. Apa latar belakang dari bank sperma?
3. Bagaiman hubungan bank sperma dan pernikahan?
4. Bagaimana hukum bank sperma dan pendapat para ulama?
5. Apa pengertian bank asi?
6. Bagaimana bank asi menurut ulama?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan


penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari bank sperma
2. Untuk mengetahui latar belakang bank sperma
3. Untuk mengetahui hubungan bank sperma dan pernikahan
3

4. Untuk mengetahui hukum bank sperma dan pendapat para ulama


5. Untuk mengetahui pengertian bank asi
6. Untuk mengetahui bank asi menurut ulama
7. Untuk mengetahui regulasi kerja dari bank asi dan sperma
4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank Sperma

Bank sperma adalah pengambilan sperma dari donor sperma lalu di


bekukan dan disimpan ke dalam larutan nitrogen cair untuk mempertahankan
fertilitas sperma. Dalam bahasa medis bisa disebut juga Cryiobanking.
Cryiobanking adalah suatu teknik penyimpanan sel cryopreserved untuk
digunakan di kemudian hari. Pada dasarnya, semua sel dalam tubuh manusia dapat
disimpan dengan menggunakan teknik dan alat tertentu sehingga dapat bertahan
hidup untuk jangka waktu tertentu.

Hal ini dapat dilakukan pada suhu yang relatif rendah. Teknik yang paling
sering digunakan dan terbukti berhasil saat ini adalah metode Controlled Rate
Freezing, dengan menggunakan gliserol dan egg yolk sebagai cryoprotectant
untuk mempertahankan integritas membran sel selama proses pendinginan dan
pencairan. Teknik cryobanking terhadap sperma manusia telah memungkinkan
adanya keberadaan donor semen, terutama untuk pasangan-pasangan infertil.
Tentu saja, semen-semen yang akan didonorkan perlu menjalani serangkaian
pemeriksaan, baik dari segi kualitas sperma maupun dari segi pendonor seperti
adanya kelainan-kelainan genetik.

Dengan adanya cryobanking ini, semen dapat disimpan dalam jangka


waktu lama, bahkan lebih dari 6 bulan (dengan tes berkala terhadap HIV dan
penyakit menular seksual lainnya selama penyimpanan). Kualitas sperma yang
telah disimpan dalam bank sperma juga sama dengan sperma yang baru, sehingga
memungkinkan untuk proses ovulasi.

Selain digunakan untuk sperma-sperma yang berasal dari donor, bank


sperma juga dapat dipergunakan oleh para suami yang produksi spermanya sedikit
atau bahkan akan terganggu. Hal ini dimungkinkan karena derajat cryosurvival
dari sperma yang disimpan tidak ditentukan oleh kualitas sperma melainkan lebih
pada proses penyimpanannya.

Telah disebutkan diatas, bank sperma dapat dipergunakan oleh mereka


yang produksi spermanya akan terganggu. Maksudnya adalah pada mereka yang
akan menjalani vasektomi atau tindakan medis lain yang dapat menurunkan fungsi
reproduksi seseorang. Dengan bank sperma, semen dapat dibekukan dan disimpan
sebelum vasektomi untuk mempertahankan fertilitas sperma.
5

Bank sperma sebenarnya telah berdiri beberapa tahun yang lalu, pada
tahun 1980 di Escondido California yang didirikan oleh Robert Graham, si kakek
berumur 73 tahun, juga di Eropa, Dan di Guangdong Selatan China, yang
merupakan satu di antara lima bank sperma besar di China, Sementara itu, Bank
pusat sel embrio di Shanghai, bank besar lain dari lima bank besar di China,
meluncurkan layanan baru yang mendorong kaum lelaki untuk menabung
spermanya, demikian laporan kantor berita Xinhua. Bank tersebut menawarkan
layanan penyimpanan sperma bagi kaum lelaki muda yang tidak berencana untuk
punya keturunan, namun mereka takut kalau nanti mereka tidak akan
menghasilkan semen yang cukup secara jumlah dan kualitas, ketika mereka
berencana untuk memiliki keluarga.

B. Latar Belakang Munculnya Bank Sperma

Latar belakang munculnya bank sperma antara lain adalah sebagai berikut:

1. Keinginan memperoleh atau menolong pasangan suami istri yang tidak


mempunyai anak untuk memperoleh keturunan
2. Memperoleh generasi jenius atau orang super
3. Memilih suatu jenis kelamin
4. Mengembangkan kemajuan teknologi terutama dalam bidang kedokteran.

Menurut Werner (2008), Beberapa alasan seseorang akhirnya memutuskan untuk


menyimpan spermanya pada cryobanking, antara lain:

1. Seseorang akan menjalani beberapa pengobatan terus menerus yang dapat


mengurangi produksi dan kualitas sperma. Beberapa contoh obat tersebut
adalah sulfasalazine, methotrexate.
2. Seseorang memiliki kondisi medis yang dapat mempengaruhi kemampuan
orang tersebut untuk ejakulasi (misal: sklerosis multipel, diabetes).
3. Seseorang akan menjalani perawatan penyakit kanker yang mungkin akan
mengurangi atau merusak produksi dan kualitas sperma (misal: kemoterapi,
radiasi).
4. Seseorang akan memasuki daerah kerja yang berbahaya yang memungkinkan
orang tersebut terpapar racun reproduktif.
5. Seseorang akan menjalani beberapa prosedur yang dapat mempengaruhi
kondisi testis, prostat, atau kemampuan ejakulasinya (misal: operasi usus
besar, pembedahan nodus limpha, operasi prostat).
6. Seseorang akan menjalani vasektomi.

Adapun salah satu tujuan diadakan bank sperma adalah semata-mata untuk
membantu pasangan suami isteri yang sulit memperoleh keturunan dan
6

menghindarkan dari kepunahan sama halnya dengan latarbelakang munculnya


bank sperma seperti yang telah dijelaskan diatas.

Tentang proses pelaksanaan sperma yang akan di ambil atau di beli dari bank
sperma untuk dimasukkan ke dalam alat kelamin perempun (ovum) agar bisa
hamil disebut dengan inseminasi buatan yaitu suatu cara atau teknik memperoleh
kehamilan tanpa melalui persetubuhan. Pertama setelah sel telur dan sperma di
dapat atau telah di beli dari bank sperma yang telah dilakukan pencucian sperma
dengan tujuan memisahkan sperma yang motil dengan sperma yang tidak
motil/mati. Sesudah itu antara sel telur dan sperma dipertemukan. Jika dengan
teknik in vitro, kedua calon bibit tersebut dipertemukan dalam cawan petri, tetapi
teknik TAGIT sperma langsung disemprotkan kedalam rahim. Untuk menghindari
kemungkinan kegagalan, penenaman bibit biasanya lebih dari satu. Embrio yang
tersisa kemudian disimpan beku atau dibuang

C. Hubungan Bank Sperma dan Pernikahan

Pernikahan di dalam Islam merupakan suatu institusi yang mulia. Ia adalah


ikatan yang menghubungkan seorang lelaki dengan seorang perempuan sebagai
suami isteri. Hasil dari akad yang berlaku, kedua-dua suami dan isteri mempunyai
hubungan yang sah dan kemaluan keduanya adalah halal untuk satu sama lain.
Sebab itulah akad pernikahan ini dikatakan sebagai satu akad untuk menghalalkan
persetubuhan diantara seorang lelaki dengan wanita, yang sebelumnya
diharamkan. Q.S. Al Hujuraat : 13 :



13 :

Artinya:

Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal

Q.S Al Qiyaamah : 39:



Artinya:
7

Lalu Allah menjadikan dari padanya sepasang : laki-laki dan perempuan.

Namun, hubungan pernikahan yang wujud ini bukanlah semata-mata


untuk mendapatkan kepuasan seks, tetapi merupakan satu kedudukan untuk
melestarikan keturunan manusia secara sah.

Agar terciptanya rumah tangga yang bahagia dan sejahtera, Allah SWT
dan Rasul-Nya memberikan pentunjuk agar sebelum pernikahan, hendaklah
memilih calon yang baik. Diantara kebahagiaan dan kesejahteraan rumah tangga
adalah hadirnya anak seperti yang didambakan sebagai generasi penerus dari
keluarganya.

Oleh sebab itu, anak yang dilahirkan hasil dari pernikahan yang sah adalah
anak sah baik menurut syara` atau hukum positif di indonesia. Anak tersebut
dikatakan mempunyai nasab yang sah dari segi hukum syara, berbeda dengan
anak dari hasil perbuatan zina yang tidak boleh dihubungkan dengan nasab
manapun. Islam memandang penting akan hubungan pernikahan atau
persetubuhan sah ini karena ia melibatkan banyak lagi hukum lain yang muncul
darinya seperti nasab, waris, harta pusaka, dan sebagainya.

Kehadiran bank sperma menjadikan pengaruh yang sangat besar terhadap


seorang suami isteri atau juga pada seorang gadis yang tidak mau menikah tapi
ingin memiliki anak. Hal itu tidak asing lagi, sebab bisa saja terjadi dengan
kemajuan teknologi sekarang ini.

Tapi tidak semudah itu untuk melakukannya islam sendiri telah memberi
peraturan dan penjelasan yang tegas seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa
antara kaum laki-laki dan perempaun dijadikan berbeda-beda untuk saling
berpasang-pasangan, oleh karena itu dianjurkan adanya hubungan pernikahan.

Dalam sebuah pernikahan seseorang yang telah lama berumah tangga


bahkan berpuluh-puluh tahun lamanya tetapi tidak mempunyai buah hati rasanya
pernikahan tidak ada artinya dan hampa rasanya sekaligus tidak punya generasi
penerus dan keturunanya, karena pernikahan tersebut selain untuk memenuhi
kepuasan sex dan kehalalan untuk behubungan badan antara seorang laki-laki dan
wanita juga untuk berkembang biak yakni mempunyai keturunan. Oleh karenanya
banyak alternatif yang akan dipilih seperti : (1). menyerah kepada nasib; (2).
adopsi; (3). Cerai; (4). Poligami; dan (5). inseminasi buatan dengan membeli
spema di bank sperma. Alternatif yang terakhir ini merupakan permasalahan yang
sangat besar bagi penentuan hukum islam terutama dalam hal pernikahan dan
harus di tanggapi serius mengingat pesatnya kemajuan teknologi dalam bidang
kedokteran.
8

Selanjutnya ditegaskan bahwa perkembangan teknologi biologi dewasa ini


pelaksanaannya tidak terkendali dan teknik-teknik semacam ini dapat menuju ke
konsekuensi merusak yang tidak terbayangkan bagi masyarakat. Lebih jauh lagi
dikatakan, Apa yang secara teknik mungkin, bukan berarti secara moral
dibolehkan. Seperti halnya inseminasi buatan dengan donor yang dibeli dari bank
sperma pada hakikatnya merendahkan hakikat manusia sejajar dengan hewan
yang diinseminasi, padahal manusia itu tidak sama dengan makhluk lainnya
seperti yang dijelaskan dalam Q.S. At-Tin Ayat 4 :




Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya

Jadi kita telah diciptakan berbeda dengan makhluk lainnya tidak seperti
binatang dan lain sebagainya, oleh karena itu untuk memperoleh keturunan juga
telah di wajibkan dengan jalan pernikahan yang menghalalkan persetubuhan tidak
sama halnya dengan binatang yang selalu melalakukan persetubuhan dimana saja
dan kapanpun tanpa adanya ikatan pernikahan yang mengikat.

D. Hukum Bank Sperma dan Pendapat Para Ulama

Mengenai masalah hukum onani (masturbasi) bagi para pendonor sperma,


fuqaha berbeda pendapat. Ada yang mengharamkan secara mutlak dan ada yang
mengharamkan pada suatu hal-hal tertentu, ada yang mewajibkan juga pada hal-
hal tertentu, dan ada pula yang menghukumi makruh. Sayyid Sabiq mengatakan
bahwa Malikiyah, Syafi`iyah, dan Zaidiyah menghukumi haram. Alasan yang
dikemukakan adalah bahwa Allah SWT memerintahkan menjaga kemaluan dalam
segala keadaan kecuali kepada isteri dan budak yang dimilikinya. Hanabilah
berpendapat bahwa onani memang haram, tetapi kalau karena takut zina, maka
hukumnya menjadi wajib, berdasarkan kaidah usul mengambil yang lebih ringan
dari suatu kemudharatan adalah wajib.

Kalau tidak ada alasan yang senada dengan itu maka onani hukumnya
haram. Ibnu hazim berpendapat bahwa onani hukumnya makruh, tidak berdosa
tetapi tidak etis. Diantara yang memakruhkan onani itu juga Ibnu Umar dan Atha`
bertolak belakang dengan pendapat Ibnu Abbas, hasan dan sebagian besar Tabi`in
menghukumi Mubah. Al-Hasan justru mengatakan bahwa orang-orang islam
dahulu melakukan onani pada masa peperangan. Mujahid juga mengatakan bahwa
orang islam dahulu memberikan toleransi kepada para pemudanya melakukan
onani. Hukumnya adalah mubah, baik buat laki-laki maupun perempuan. Ali
Ahmad Al-Jurjawy dalam kitabnya Hikmat Al-Tasyri` Wa Falsafatuhu. Telah
9

menjelaskan kemadharatan onani mengharamkan perbuatan ini, kecuali kalau


karena kuatnya syahwat dan tidak sampai menimbulkan zina. Agaknya Yusuf Al-
Qardhawy juga sependapat dengan Hanabilah mengenai hal ini, Al-Imam
Taqiyuddin Abi Bakar Ibnu Muhammad Al-Husainy juga mengemukakan
kebolehan onani yang dilakukan oleh isteri karena itu memang tempat
kesenangannya:

Seorang laki-laki dibolehkan mencari kenikmatan melalui tangan isteri atau


hamba sahayanya karena di sanalah (salah satu) dari tempat kesenangannya.

Tahapan yang kedua setelah bank sperma mengumpulkan sperma dari


beberapa pendonor maka bank sperma akan menjualnya kepada pembeli dengan
harga tergantung kualitas spermanya setelah itu agar pembeli sperma dapat
mempunyai anak maka harus melalui proses yang dinamakan enseminasi buatan
yang telah dijelaskan diatas. Hukum dan penadapat inseminasi buatan menurut
pendapat ulama` apabila sperma dari suami sendiri dan ovum dari istri sendiri
kemudian disuntikkan ke dalam vagina (uterus) istri, asal keadaan kondisi suami
isteri yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk
memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami, suami isteri tidak
berhasil memperoleh anak. Hal ini sesuai dengan kaidah hukum fiqhi islam :

Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlakukan seperti dalam keadaan
terpaksa (emergency). Padahal keadaan darurat/terpaksa itu membolehkan
melakukkan hal-hal yang terlarang.

Diantara fuqaha yang memperbolehkan/menghalalkan inseminasi buatan


yang bibitnya berasal dari suami-isteri ialah Syaikh Mahmud Saltut, Syaikh Yusuf
al-Qardhawy, Ahmad al-Ribashy, dan Zakaria Ahmad al-Barry. Secara organisasi,
yang menghalalkan inseminasi buatan jenis ini yaitu Majelis Pertimbangan
Kesehatan dan Syara Depertemen Kesehatan RI, Mejelis Ulama` DKI Jakarta,
dan Lembaga Fiqih Islam OKI yang berpusat di Jeddah.

Dalam masalah munculnya bank sperma ada juga yang berpendapat ,


Terdapat dua hukum yang perlu dipahami di sini. Pertama, hukum kewujudan
bank sperma itu sendiri dan kedua, hukum menggunakan khidmat bank tersebut
yakni mendapatkan sperma lelaki untuk disenyawakan dengan sel telur
perempuan bagi mewujudkan satu kehamilan dengan cara enseminasi buatan.
Pertama dari segi hukum kewujudan bank sperma itu sendiri, maka hal ini
tidaklah dengan sendirinya menjadi satu keharaman, selama bank tersebut
mematuhi Hukum Syara dari segi operasinya.
10

Ini berdasarkan segi hukum, boleh saja suami menyimpan air mani mereka
di dalam bank sperma hanya untuk isterinya apabila keadaan memerlukan. Namun
begitu, sperma itu mestilah dihapuskan apabila si suami telah meninggal. Sperma
tersebut juga mesti dihapuskan jika telah berlaku perceraian (talaq bain) di antara
suami isteri. tetapi jika (mantan) isteri tetap melakukan proses memasukkan sel
yang telah disimpan itu ke dalam rahimnya, maka dia (termasuk dokter yang
mengetahui dan membantu) telah melakukan keharaman dan wajib dikenakan
tazir. kedua menggunakan khidmat bank sperma tersebut yakni mendapatkan
sperma lelaki untuk disenyawakan dengan sel telur perempuan untuk mewujudkan
kehamilan dengan cara enseminasi buatan hal ini juga sama seperti pendapat yang
tela dijelaskan diatas yang dibolehkan hanya percampuran antara sperma
suaminya sendiri dengan ovum isterinya sendiri.

E. Pengertian Bank ASI

Bank ASI, yaitu suatu sarana yang dibuat untuk menolong bayi-bayi yang
tidak terpenuhi kebutuhannya akan ASI. Di tempat ini, para ibu dapat
menyumbangkan air susunya untuk diberikan pada bayi-bayi yang membutuhkan.

F. Bank ASI Menurut Para Ulama

Para ulama kontemporer melihat dari beberapa sudut pandang yang


berlainan, sehingga yang kita temui dari fatwa mereka pun saling berbeda.
Sebagian mendukung adanya bank ASI dan sebagian lainnya tidak setuju.

1. Pendapat yang Membolehkan

Ulama besar seperti Dr. Yusuf Al-Qaradawi tidak menjumpai alasan


untuk melarang diadakannya semacam bank ASI. Asalkan bertujuan untuk
mewujudkan maslahat syariyah yang kuat dan untuk memenuhi keperluan
yang wajib dipenuhi.

Beliau cenderung mengatakan bahwa bank ASI bertujuan baik dan


mulia, didukung oleh Islam untuk memberikan pertolongan kepada semua
yang lemah, apa pun sebab kelemahannya. Lebih-lebih bila yang bersangkutan
adalah bayi yang baru dilahirkan yang tidak mempunyai daya dan kekuatan.

Beliau juga mengatakan bahwa para wanita yang menyumbangkan


sebagian air susunya untuk makanan golongan anak-anak lemah ini akan
mendapatkan pahala dari Allah, dan terpuji di sisi manusia. Bahkan
sebenarnya wanita itu boleh menjual air susunya, bukan sekedar
menyumbangkannya. Sebab di masa nabi, para wanita yang menyusui bayi
11

melakukannya karena faktor mata pencaharian. Sehingga hukumnya memang


diperbolehkan untuk menjual air susu.

Bahkan Al-Qaradawi memandang bahwa institusi yang bergerak dalam


bidang pengumpulan air susu itu yang mensterilkan serta memeliharanya
agar dapat dinikmati oleh bayi-bayi atau anak-anak patut mendapatkan ucapan
terima kasih dan mudah-mudahan memperoleh pahala.

Selain Al-Qaradawi, yang menghalalkan bank ASI adalah Al-Ustadz


Asy-Syeikh Ahmad Ash-Shirbasi ulama besar Al-Azhar Mesir. Beliau
menyatakan bahwa hubungan mahram yang diakibatkan karena penyusuan itu
harus melibatkan saksi dua orang laki-laki. Atau satu orang laki-laki dan dua
orang saksi wanita sebagai ganti dari satu saksi laki-laki.Bila tidak ada saksi
atas penyusuan tersebut, maka penyusuan itu tidak mengakibatkan hubungan
kemahraman antara ibu yang menyusui dengan anak bayi tersebut.

2. Tidak Membenarkan Bank ASI

Di antara ulama kontemporer yang tidak membenarkan adanya bank


air susu adalah Dr. Wahbah Az-Zuhayli dan juga Majma Fiqih Islami. Dalam
kitab Fatawa Mua`sirah, beliau menyebutkan bahwa mewujudkan institusi
bank susu tidak dibolehkan dari segi syariah.

Demikian juga dengan Majma Fiqih Al-Islami melalui Badan


Muktamar Islam yang diadakan di Jeddah pada tanggal 22 28 Disember
1985/ 10 16 Rabiul Akhir 1406. Lembaga ini dalam keputusannya (qarar)
menentang keberadaan bank ASI di seluruh negara Islam serta mengharamkan
pengambilan susu dari bank tersebut.

3. Perdebatan dari Segi Dalil

Ternyata perbedaan pendapat dari dua kelompok ulama ini terjadi di


seputar syarat dari penyusuan yang mengakibatkan kemahraman. Setidaknya
ada dua syarat penyusuan yang diperdebatkan. Pertama, apakah disyaratkan
terjadinya penghisapan atas puting susu ibu? Kedua, apakah harus ada saksi
penyusuan? Haruskah Lewat Menghisap Puting Susu?

Kalangan yang membolehkan bank susu mengatakan bahwa bayi yang


diberi minum air susu dari bank susu, tidak akan menjadi mahram bagi para
wanita yang air susunya ada di bank itu. Sebab kalau sekedar hanya minum air
susu, tidak terjadi penyusuan. Sebab yang namanya penyusuan harus lewat
penghisapan puting susu ibu.
12

Mereka berdalil dengan fatwa Ibnu Hazm, di mana beliau mengatakan


bahwa sifat penyusuan haruslah dengan cara menghisap puting susu wanita
yang menyusui dengan mulutnya.

Dalam fatwanya, Ibnu Hazm mengatakan bahwa bayi yang diberi


minum susu seorang wanita dengan menggunakan botol atau dituangkan ke
dalam mulutnya lantas ditelannya, atau dimakan bersama roti atau dicampur
dengan makanan lain, dituangkan ke dalam mulut, hidung, atau telinganya,
atau dengan suntikan, maka yang demikian itu sama sekali tidak
mengakibatkan kemahraman

Dalilnya adalah firman Allah SWT:

...

Artinya:

Dan ibu-ibumu yang menyusui kamu dan saudara perempuanmu


sepersusuan (QS An-Nisa:23)

Menurut Ibnu Hazim, proses memasukkan puting susu wanita di


dalam mulut bayi harus terjadi sebagai syarat dari penyusuan.

Sedangkan bagi mereka yang mengharamkan bank susu, tidak ada


kriteria menyusu harus dengan proses bayi menghisap puting susu. Justru
yang menjadi kriteria adalah meminumnya, bukan cara meminumnya.

Dalil yang mereka kemukakan juga tidak kalah kuatnya, yaitu hadits
yang menyebutkan bahwa kemahraman itu terjadi ketika bayi merasa
kenyang.

Dari Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,


Perhatikan saudara laki-laki kalian, karena saudara persusuan itu akibat
kenyangnya menyusu. (HR Bukhari dan Muslim).

Haruskah Ada Saksi?

Hal lain yang menyebabkan perbedaan pendapat adalah masalah saksi.


Sebagian ulama mengatakan bahwa untuk terjadinya persusuan yang
mengakibatkan kemahraman, maka harus ada saksi. Seperti pendapat Ash-
Sharabshi, ulama Azhar. Namun ulama lainnya mengatakan tidak perlu ada
saksi. Cukup keterangan dari wanita yang menyusui saja.
13

Bagi kalangan yang mewajibkan ada saksi, hubungan mahram yang


diakibatkan karena penyusuan itu harus melibatkan saksi dua orang laki-laki.
Atau satu orang laki-laki dan dua orang saksi wanita sebagai ganti dari satu
saksi laki-laki.

Bila tidak ada saksi atas penyusuan tersebut, maka penyusuan itu tidak
mengakibatkan hubungan kemahraman antara ibu yang menyusui dengan
anak bayi tersebut.Sehingga tidak perlu ada yang dikhawatirkan dari bank
susu ibu. Karena susu yang diminum oleh para bayi menjadi tidak jelas susu
siapa dari ibu yang mana. Dan ketidak-jelasan itu malah membuat tidak akan
terjadi hubungan kemahraman.

Dalilnya adalah bahwa sesuatu yang bersifat syak (tidak jelas, ragu-
ragu, tidak ada saksi), maka tidak mungkin ditetapkan di atasnya suatu
hukum. Pendeknya, bila tidak ada saksinya, maka tidak akan mengakibatkan
kemahraman.

Sedangkan menurut ulama lainnnya, tidak perlu ada saksi dalam


masalah penyusuan. Yang penting cukuplah wanita yang menyusui bayi
mengatakannya. Maka siapa pun bayi yang minum susu dari bank susu, maka
bayi itu menjadi mahram buat semua wanita yang menyumbangkan air
susunya. Dan ini akan mengacaukan hubungan kemahraman dalam tingkat
yang sangat luas.

Agar tidak terjadi kekacauan, maka para ulama lainnya memfatwakan


bahwa bank air susu menjadi haram hukumnya.

Sehingga masalah ini tetap menjadi titik perbedaan pendapat dari dua
kalangan yang berbeda pandangan. Wajar terjadi perbedaan ini, karena
ketiadaan nash yang secara langsung membolehkan atau mengharamkan bank
susu. Nash yang ada hanya bicara tentang hukum penyusuan, sedangkan
syarat-syaratnya masih berbeda. Dan karena berbeda dalam menetapkan
syarat itulah makanya para ulama berbeda dalam menetapkan hukumnya.

G. Regulasi Bank ASI & Sperma


Segala kegiatan yang berlangsung di dalam Bank ASI oleh orang-orang
yang memiliki peranan masing-masing termasuk didalamnya yaitu pediatrik,
bagian laktasi, mikrobiologi, nutrisi, kesehatan masyarakat dan ahli teknologi,
juga termasuk seorang direktur (yang bertugas menrencanakan, implementasi dan
evaluasi pelayanan), petugas Bank ASI dalam hal ini selalu diduduki oleh dokter,
perawat manajemen laktasi (yang bertugas memberikan konseling ke ibu calon
14

donor dan membantu untuk pengeluaran ASI selanjutnya), teknisis Bank ASI
(bertugas untuk proses pasturisasi ASI dan skrining mikrobiologi), penjaga Bank
ASI (bertugas untuk pengumpulan, sterilisasi tempat penyimpanan dan menjaga
kebersihan/hygine), resepsionist, dan seorang mikrobiologist (bertugas untuk
pengetesan mikrobiologi dan penetepan wewenang atas kontrol infeksi. Setelah
mengetahui orang-orang yang terlibat dalam Bank ASI ini, berikut pelaksanaan
kegiatan Bank ASI mulai dari datangnya sang ibu pendonor sampai
pendistribusian ASI:
1) Perekrutan pendonor dan juga pemberian konseling yang sesuai
Dalam hal ini, pendonor seyogyanya merupakan ibu-ibu sehat yang sedang
dalam masa laktasi dengan bayi sehat yang dengan sukarela memberikan ASI
lebihnya untuk bayi lain tanpa mengurangi atau menganggu kebutuhan nutrisi
dari bayinya sendiri.
2) Inform Consent (Persetujuan tertulis)
Hal ini dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan
dikemudian hari.

3) Cek kepantasan untuk menjadi donor (anamnesis, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan laboratorium)
1. Anamnesis: pada saat anamnesis, segala hal ditanyakan kepada ibu calon
donor mulai dari sesuatu yang umum (nama, alamat, umur, pekerjaan,
dll) sampai sesuatu yang khusus (riwayat keluarga, riwayat pengobatan,
riwayat penyakit, dll). Hal ini selain untuk medical record dan juga untuk
tahap awal penyaringan donor
2. Pemeriksaan fisik: hal ini dilakukan sekedar untuk mengetahui apakah
terdapat kontraindikasi dilakukannya pengeluaran ASI
3. Pemeriksaan laboratorium: hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah
calon donor memiliki penyakit-penyakit menular sehingga langkah
selanjutnya dapat tidak dilanjutkan dan juga untuk keamanan ASI yang
akan di distribusikan.

4) Proses pengumpulan ASI


Setelah dilakukan penyaringan, ibu (pendonor) diarahkan ke area
pengumpulan ASI dimana akan dilakukan pengumpulan ASI oleh tenaga
terlatih dengan metode pengeluaran ASI yang dipilih sendiri oleh sang donor.
ASI dikumpul dalam wadah yang terlabel steril.

5) Transpor ASI
ASI dibawa sampai ke tempat akan dilakukan pemeriksaan dan pasturisasi
lebih lanjut dari ASI dalam tempat penyimpanan dengan kondisi dingin.
15

6) Pasturisasi ASI

7) Skrining mikrobiologi dari ASI yang telah di pasturisasi


Hal ini dilakukan agar ASI yang telah di sterilkan benar dalam keadaan steril
sehinga dapat diberikan kepada bayi lain.

8) Penyimpanan ASI yang telah dipasturisasi


ASI disimpan pada suhu -200C dan dapat bertahan untuk 3-6 bulan. Pastikan
bahwa wadah yang menyimpan terdapat identitas dari pendonor sehingga
memudahkan dalam proses distribusi ke recipien nantinya.

9) Pendistribusian kepada penerima donor


Dalam pelaksanaan ini, pihak bank ASI memiliki SOP tersendiri untuk
melacak penuh dapat tidaknya ASI donor diberikan kepada penerima donor.
Yang mana intinya seluruh kegiatan dari nomor 2-8 yang telah dicatat
dilampirkan saat memberikan kertas persetujuan kepada pihak penerima
donor sehingga pihak penerima donor dapat melihat apakah ada atau tidaknya
keganjalan ataupun hal-hal yang membuat pihak penerima donor ingin
melanjutkan proses penggunaan ASI dari bank ASI atau bahkan
membatalkan.

Untuk regulasi bank sperma, pada dasarnya hampir sama dengan regulasi yang
terjadi di bank ASI, tetapi hanya saja di Indonesia bank sperma sama sekali
diharamkan beda dengan bank ASI yang mana masih terdapat pro & kontra.
16

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perbedaan pandangan ulama terhadap beberapa masalah penyusuan


mengakibatkan mereka berbeda pendapat di dalam menyikapi munculnya Bank
ASI, sebagaimana berikut :

Pendapat Pertama menyatakan bahwa mendirikan bank ASI hukumnya


boleh. Salah satu alasannya: Bayi tidak bisa menjadi mahram bagi ibu yang
disimpan ASI-nya di bank ASI. Karena susuan yang mengharamkan adalah jika
dia menyusu langsung. Sedangkan dalam kasus ini, sang bayi hanya mengambil
ASI yang sudah dikemas.

Pendapat Kedua menyatakan hukumnya haram. Menimbang dampak


buruknya menyebabkan tercampurnya nasab. Dan mengikuti pendapat jumhur
yang tidak membedakan antara menyusu langsung atau lewat alat. Majma' al Fiqh
al Islami (OKI) dalam Muktamar yang diselenggarakan di Jeddah pada tanggal1-6
Rabi'u at Tsani 1406 H memutuskan bahwa pendirian Bank ASI di negara-negara
Islam tidak dibolehkan, dan seorang bayi muslim tidak boleh mengambil ASI
darinya.

Pendapat Ketiga menyatakan bahwa pendirian Bank ASI dibolehkan jika


telah memenuhi beberapa syarat yang sangat ketat, diantaranya: setiap ASI yang
dikumpulkan di Bank ASI, harus disimpan di tempat khusus dengan meregistrasi
nama pemiliknya dan dipisahkan dari ASI-ASI yang lain. Setiap bayi yang
mengkonsumsi ASI tersebut harus dicatat detail dan diberitahukan kepada pemilik
ASI, supaya jelas nasabnya. Dengan demikian, percampuran nasab yang
dikhawatirkan oleh para ulama yang melarang bisa dihindari.

Adapun hukum pendirian bank sperma tergantung dari dua hal, yaitu cara
pengambilan sperma dari donor dan proses inseminasi. Pengambilan sperma
dilakukan melalui masturbasi dan para ulama beda pendapat dalam menanggapi
masturbasi ada yang membolehkan dan ada yang mengharamkan. Sedang masalah
inseminasi, jika inseminasi yang halal (sperma suami diinseminasikan kepada
rahim isteri) maka hukumnya boleh, sedang jika inseminasi yang haram maka
hukumnya haram.
17

DAFTAR PUSTAKA

1. Al Baghdadi, Abdurrahman. 1998. Emansipasi Adakah Dalam Islam. Jakarta:


Gema Insani Press
2. Al Bahuti, Syarhu Muntaha al Iradat : 4/ 1424)
3. Bharadva, Ketan, dll. 2014. Human Milk Banking Guidelines. Indian: Indian
Pediatrics, Volume 51-June 15, 2014. Tersedia di:
[http://medind.nic.in/ibv/t14/i6/ibvt14i6p469.pdf]
4. Hakim, Abdul Hamid. 1927. Mabadi` Awaliyah fi Ushul Al Fiqh wa Al
Qawa'id Al Fiqhiyah. Jakarta: Sa'adiyah Putera
5. Hasan, M. Ali. 1995. Masail Fiqhiyah Al Haditsah Pada Masalah-Masalah
Kontemporer Hukum Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen9 halaman
    Bab Iv
    Ahmad Syafaat Sp
    Belum ada peringkat
  • BAB 1.docx Pelayanan
    BAB 1.docx Pelayanan
    Dokumen48 halaman
    BAB 1.docx Pelayanan
    Ahmad Syafaat Sp
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Print
    Daftar Isi Print
    Dokumen7 halaman
    Daftar Isi Print
    Ahmad Syafaat Sp
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen6 halaman
    Bab Iii
    Ahmad Syafaat Sp
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen21 halaman
    Bab Ii
    Ahmad Syafaat Sp
    Belum ada peringkat
  • Surat
    Surat
    Dokumen1 halaman
    Surat
    Ahmad Syafaat Sp
    Belum ada peringkat
  • Daftar Is1
    Daftar Is1
    Dokumen2 halaman
    Daftar Is1
    Ahmad Syafaat Sp
    Belum ada peringkat
  • Teknik Penyuluhan
    Teknik Penyuluhan
    Dokumen3 halaman
    Teknik Penyuluhan
    Ahmad Syafaat Sp
    Belum ada peringkat
  • Asistensi Endokrin 2015
    Asistensi Endokrin 2015
    Dokumen18 halaman
    Asistensi Endokrin 2015
    Ahmad Syafaat Sp
    Belum ada peringkat
  • International Standard Tuberculosis Care
    International Standard Tuberculosis Care
    Dokumen3 halaman
    International Standard Tuberculosis Care
    Ahmad Syafaat Sp
    Belum ada peringkat
  • Soal Biomedik 2
    Soal Biomedik 2
    Dokumen6 halaman
    Soal Biomedik 2
    Ahmad Syafaat Sp
    Belum ada peringkat
  • Jurnal 2
    Jurnal 2
    Dokumen9 halaman
    Jurnal 2
    Ahmad Syafaat Sp
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 5
    Kelompok 5
    Dokumen31 halaman
    Kelompok 5
    Ahmad Syafaat Sp
    Belum ada peringkat
  • Tutor Modul 2-1
    Tutor Modul 2-1
    Dokumen10 halaman
    Tutor Modul 2-1
    Ahmad Syafaat Sp
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Interna Hepatoma
    Lapsus Interna Hepatoma
    Dokumen14 halaman
    Lapsus Interna Hepatoma
    Ahmad Syafaat Sp
    Belum ada peringkat
  • 49,50,51 Faat
    49,50,51 Faat
    Dokumen3 halaman
    49,50,51 Faat
    Ahmad Syafaat Sp
    Belum ada peringkat
  • Haha
    Haha
    Dokumen5 halaman
    Haha
    Ahmad Syafaat Sp
    Belum ada peringkat
  • Referat Faat
    Referat Faat
    Dokumen10 halaman
    Referat Faat
    Ahmad Syafaat Sp
    Belum ada peringkat
  • JATUH LANJUT
    JATUH LANJUT
    Dokumen13 halaman
    JATUH LANJUT
    Ahmad Syafaat Sp
    Belum ada peringkat
  • Kisisoal
    Kisisoal
    Dokumen2 halaman
    Kisisoal
    Ahmad Syafaat Sp
    Belum ada peringkat
  • Hemophilia
    Hemophilia
    Dokumen3 halaman
    Hemophilia
    Ahmad Syafaat Sp
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Interna Hepatoma
    Lapsus Interna Hepatoma
    Dokumen13 halaman
    Lapsus Interna Hepatoma
    Ahmad Syafaat Sp
    Belum ada peringkat
  • Wisuda
    Wisuda
    Dokumen2 halaman
    Wisuda
    Ahmad Syafaat Sp
    Belum ada peringkat
  • Kanker Serviks
    Kanker Serviks
    Dokumen9 halaman
    Kanker Serviks
    Ahmad Syafaat Sp
    Belum ada peringkat
  • ANCALYSTOMIASIS Atau NECATORIASIS
    ANCALYSTOMIASIS Atau NECATORIASIS
    Dokumen6 halaman
    ANCALYSTOMIASIS Atau NECATORIASIS
    Ahmad Syafaat Sp
    Belum ada peringkat
  • Osteosarcoma
    Osteosarcoma
    Dokumen9 halaman
    Osteosarcoma
    Ahmad Syafaat Sp
    Belum ada peringkat
  • Format Laporan Observasi Lapangan
    Format Laporan Observasi Lapangan
    Dokumen3 halaman
    Format Laporan Observasi Lapangan
    Ahmad Syafaat Sp
    Belum ada peringkat
  • DAFTAR PUSTAKA Osteosarkoma
    DAFTAR PUSTAKA Osteosarkoma
    Dokumen1 halaman
    DAFTAR PUSTAKA Osteosarkoma
    Ahmad Syafaat Sp
    Belum ada peringkat
  • Faat
    Faat
    Dokumen3 halaman
    Faat
    Ahmad Syafaat Sp
    Belum ada peringkat