A. DEFINISI
Karsinoma serviks adalah tumor ganas paling sering ditemukan pada
system reproduksi wanita.1
B. EPIDEMIOLOGI
Seluruh dunia, kanker serviks merupakan terbanyak ketiga kanker dan
merupakan
factor
penting
dalam
perkembangan kanker serviks dan lebih besar dari 99% dari mengandung
DNA HPV. HPV tipe 16 dan 18 terhitung 70% berkaitan dengan kanker
serviks. Efek onkogenik dari subtype HPV yang risiko tinggi muncul
untuk memediasi protein E6 dan E7, yang memperlihatkan inaktivasi gen
suppressor tumor p53 dan pRb. Kehilangan diatas dalam mekanisme
regulasi siklus sel menyebabkan transformasi keganasan.2 Banyak factor
risiko yang merupakan refleksi pemaparan dari HPV:3
Kehamilan pertama pada umur belia
Pada kehamilan pertama sel-sel dibawah sel epithelial columnar dan
sel-sel peralihan pada SCJ, akan mengalami metaplasia yang
mengakibatkan terdorongnya SCJ (skuamous-columnar junction)
yang awalnya berada didalam ostium external serviks ke luar dari
ostium external serviks. Sel-sel yang telah mengalami metaplasia ini
akan membentuk suatu batasan yang disebut transformational zone,
sel-sel pada TZ ini mewakili sebagai sel-sel baru dan sedikit matur
yang sangat berperan dengan perubahan onkogenik dalam hal ini
onkogenik yang diinisasi oleh HPV.5
Multiparitas
(Sumber: Beckman, Charles RB, dkk. Obstetrics and Gynecology Sixth Edition.
Philadelphia: Wolters Kluwer Health. 2010. p.375
D. GEJALA DAN TANDA
Kiranya, gejala pertama pada kanker serviks stadium awal adalah
secret vagina yang tipis, cair, dan kemerahan yang sering tidak dikenali oleh
pasien. Gejala klasik intermitten, tidak nyeri, metroragi atau spotting hanya
pada postcoitus atau setelah mandi, walaupun bukan gejala yang sering.
Keganasan yang membesar, episode perdarahan menjadi lebih berat dan lebih
sering, dan makin panjang. Pasien bisa juga mendiskripsikan sebagai
peningkatan dari jumlah dan durasi dari mestruasi biasanya.6
Gejala belakangan atau indicator dari penyakit lanjut termasuk
perkembangan nyeri yang menjalar ke panggul, kaki, dan biasanya
keterlibatan sekunder dari ureter, dinding pelvis atau rute nervus sciatic.
Banyak pasien mengeluhkan dysuria, hematuria, perdarahan rectal, atau
obstipasi hasil dari invasi kandung kemih atau rektal. Metastasis jauh dan
persisten edema pada satu atauu kedua ektremitas bawah sebagai hasil dari
blok limfatik dan vena oleh karena penyakit pelvis ekstensif merupakan
E. Patomekanisme6
Factor2
reproduk
Infeksi
HPV
Immunocompr
o-mised
Persisten
transkripsi &
ProtoonkogeDiterjemahkan
Infeksi
HPV
sebagai
replikasi
virus
Komp.
Fase
dgn
CIN
E6
Resisten
dan
Onkoge
atau
Fase
Ca
E7
Meroko
n (region
Komp. dgn
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG7
Stadium klinik seharusnya tidak berubah setelah beberapa kali
pemeriksaan. Apabila ada keraguan pada stadiumnya maka stadium yang lebih
dini dianjurkan. Pemeriksaan berikut dianjurkan untuk membantu penegakkan
diagnosis seperti palpasi, inspeksi, kolposkopi, kuretase endoserviks,
histeroskopi, sistoskopi, proktoskopi, intravenous urography, dan pemeriksaan
Xray untuk paru-paru dan tulang. Kecurigaan infiltrasi pada kandung kemih
dan saluran pencernaan sebaiknya dipastikan dengan biopsi. Konisasi dan
amputasi serviks dapat dilakukan untuk pemeriksaan klinis. Interpretasi dari
Biopsi
dilakukan
jika
pada
pemeriksaan
panggul
tampak
suatu
pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap smear
menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker. Biopsi ini dilakukan untuk
melengkapi hasil pap smear. Teknik yang biasa dilakukan adalah punch
biopsy yang tidak memerlukan anestesi dan teknik cone biopsy yang
menggunakan anestesi. Biopsi dilakukan untuk mengetahui kelainan yang
ada pada serviks. Jaringan yang diambil dari daerah bawah kanal servikal.
Hasil biopsi akan memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasif atau
hanya tumor saja
4. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses
metaplasia. Pemeriksaan ini kurang efisien dibandingkan dengan pap
smear, karena kolposkopi memerlukan keterampilan dan kemampuan
kolposkopis dalam mengetes darah yang abnormal
5. Tes Schiller
Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada serviks
normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel serviks
karena adanya glikogen. Sedangkan pada sel epitel serviks yang
mengandung kanker akan menunjukkan warna yang tidak berubah karena
tidak ada glikogen
6. Radiologi
a) Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada
saluran pelvik atau peroartik limfe.
b) Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan pada kanker serviks
tahap lanjut, yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter
terminal. Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk mengevaluasi
kandung kemih dan rektum yang meliputi sitoskopi, pielogram intravena
(IVP), enema barium, dan sigmoidoskopi. Magnetic Resonance Imaging
(MRI) atau scan CT abdomen / pelvis digunakan untuk menilai penyebaran
lokal dari tumor dan / atau terkenanya nodus limpa regional.
G. PEN
ATAL
AKS
ANA
AN8
DAFTAR
PUSTAKA
1. Desen,
Wan.
Buku
Ajar
Onkologi Klinis Edisi 2. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2013. p.492, 493
2. Fitzgerald, S Romano, dll. The Bathesda Handbook of Clinical Oncology 4th
Edition, Chapter Cervical Cancer. Philadelphia: Lippincont Williams & Wilkins,
a Wolters Kluwer Business. 2014.
3. Hanna, Louise, dkk. Practical Clincal Oncology. New York: Cambrige University
Press. 2008. p.278, 280
4. Hacker, N F, dkk. Gynecologic Oncology 6th Edition. Philadelphia: Wolters
Kluwer. 2015. p. 326, 327
5. Beckman, Charles RB, dkk. Obstetrics and Gynecology Sixth Edition.
Philadelphia: Wolters Kluwer Health. 2010. p.375-77
6. Di Saia, Phillip J, dkk. Clinical Gynecologic Oncology Eighth Edition.
Philadelphia: Elzevier Saunders. 2012. p. 5-7, 60
7. Jurnal
Universitas
Sumatera
Utara.
Tersedia
di
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21557/4/Chapter%20II.pdf.
[diakses: 7 April 2016]
8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.. Panduan Pelayanan Klinis Kanker
Serviks. 2015. Tersedia di http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKServiks.pdff
[diakses: 7 April 2016]