Anda di halaman 1dari 48

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat

penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) pada dasarnya mengacu kepada

intervensi strategis Empat Pilar Safe Motherhood. Dewasa ini, Program

Keluarga Berencana (KB) sebagai pilar pertama, telah dianggap berhasil

(Saifudin, 2002). Program Keluarga Berencana (KB) adalah bagian yang

terpadu (Integral) dalam program Pembangunan Nasional yang bertujuan

untuk turut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi, sprititual dan sosial

budaya penduduk Indonesia (Dep. Kes RI, 2004).

Keluarga Berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai

kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan

kemandulan dan penjarangan kelahiran (Dep. Kes RI, 2004). Metode KB

yang dapat digunakan terdiri dari 2 macam yaitu metode sederhana

(kondom, spermiside, koitus interuptus, pantang berkala) dan metode

efektif (hormonal, mekanis dan metode KB darurat) (Manuaba, 2002).

Keluarga Berencana (KB) adalah suatu tindakan untuk menghindari

atau mendapatkan kelahiran, mengatur interval kehamilan dan menentukan

jumlah anak dalam keluarga. KB merupakan suatu cara yang efektif untuk

mencegah mortalitas ibu dan anak karena dapat menolong pasangan suami

istri menghindari kehamilan resiko tinggi, dapat menyelamatkan jiwa dan

1
2

mengurangi angka kesakitan. Dengan KB ibu juga dapat terhindar dari 4

terlalu, too Young (terlalu muda), too old (terlalu tua), too many (terlalu

banyak) dan too cloose (terlalu dekat jaraknya) (Hartanto, 2003).

Program KB nasional mempunyai arti penting dalam pelaksanaan

pembangunan di bidang kependudukan dan keluarga kecil berkualitas

yang dilaksanakan secara berkesinambungan (BKKBN, 2005).

Menurut (Prawirohardjo, 2001) secara umum tujuan KB adalah

mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Dengan tidak

mengikuti gerakan KB akan menimbulkan masalah pada bidang

pendidikan, masalah gizi dan pangan, keamanan, lapangan kerja serta

masalah perumahan dan tempat tinggal. Efek samping yang dialami

akseptor KB suntik biasanya dikarenakan kurangnya KIE tentang efek

samping yang mungkin terjadi.

Salah satu jenis kontrasepsi efektif yang menjadi pilihan adalah KB

hormonal suntikan (injectables), dan merupakan salah satu alat kontrasepsi

yang berdaya kerja panjang (lama), yang tidak membutuhkan pemakaian

setiap hari. Kontrasepsi yang baik adalah aman, dapat diandalkan,

sederhana, murah, dapat diterima orang banyak, dan pemakaian jangka

lama. Cara ini mulai disukai masyarakat kita dan diperkirakan setengah

juta pasangan memakai kontrasepsi suntikan untuk mencegah kehamilan

(1983) (Muchtar. R, 2002). Namun demikian KB suntik juga mempunyai

banyak efek samping, seperti amenorea (30%), spoting (bercak darah) dan

menoragia, seperti halnya dengan kontrasepsi hormonal lainnya dan


3

dijumpai pula keluhan mual, sakit kepala (<1-17%) (pusing), galaktorea

(90%), perubahan berat badan (7-9%) (Hendarson Jones, 2005 ).

Berdasarkan Laporan Kegiatan Program Keluarga Berencana (KB)

Kabupaten Tanggamus Tahun 2010 diketahui bahwa jumlah akseptor KB

dengan efek samping yang paling banyak adalah akseptor KB suntik yaitu

sebanyak 717 orang dari 1470 akseptor KB dengan efek samping

(48,77%).

Hasil presurvey yang dilakukan pada bulan Februari 2011 didapatkan

data bahwa dari 10 akseptor KB suntik sebanyak 7 orang (70%)

mengalami peningkatan berat badan, 4 orang (40%) sering merasa pusing.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti

faktor-faktor yang berhubungan dengan efek samping KB suntik di BPS

Dalina Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus Tahun 2011.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk

mengetahui apakah:

1.2.1 Terjadi efek samping perubahan berat badan pada akseptor KB

suntik di BPS Dalina Kecamatan Talang Padang Kabupaten

Tanggamus Tahun 2011

1.2.2 Terjadi efek samping perubahan pola menstruasi pada akseptor KB

suntik di BPS Dalina Kecamatan Talang Padang Kabupaten

Tanggamus Tahun 2011


4

1.2.3 Terjadi efek samping hiperpigmentasi pada akseptor KB suntik di

BPS Dalina Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus

Tahun 2011

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan efek

samping KB suntik di BPS Dalina Kecamatan Talang Padang

Kabupaten Tanggamus Tahun 2011

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahui efek samping perubahan berat badan pada akseptor

KB suntik di BPS Dalina Kecamatan Talang Padang Kabupaten

Tanggamus Tahun 2011

2. Diketahui efek samping perubahan pola menstruasi pada

akseptor KB suntik di BPS Dalina Kecamatan Talang Padang

Kabupaten Tanggamus Tahun 2011

3. Diketahui efek samping hiperpigmentasi pada akseptor KB

suntik di BPS Dalina Kecamatan Talang Padang Kabupaten

Tanggamus Tahun 2011

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Objek Penelitian

Memberikan informasi dan masukan yang dapat digunakan sehingga

dapat membantu meningkatkan pengetahuan responden tentang metode

KB Suntik.
5

1.4.2 Bagi Institusi pendidikan

Hasil penelitian dapat dijadikan bahan untuk menambah kepustakaan

dan referensi untuk peneliti selanjutnya terutama yang berkaitan

dengan kontrasepsi suntik.

1.4.3 Bagi Peneliti

Untuk menambah pengalaman dalam penelitian dan dapat menjadi

tambahan ilmu pengetahuan serta mengaplikasikan berbagai teori dan

konsep dalam bentuk penelitian ilmiah.

1.4.4 Bagi Masyarakat

Sebagai informasi untuk meningkatkan pengetahuan tentang efek

samping KB suntik.

1.5 Ruang Lingkup

Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai

berikut:

1. Jenis penelitian : Survey analitik

2. Subjek Penelitian : Akseptor KB Suntik

3. Objek Penelitian : Efek Samping KB Suntik

4. Lokasi Penelitian : BPS Dalina Kecamatan Talang Padang

Kabupaten Tanggamus

5. Waktu Penelitian : April 2011


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Kontrasepsi Suntik

2.1.1.1 Pengertian Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi berasal dari kata kontra, berarti "mencegah"

atau "melawan" dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel

telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan

kehamilan. Jadi, kontrasepsi adalah menghindari terjadinya

kehamilan akibat pertemuan sel telur matang dengan sel sperma.

Jadi, kontrasepsi suntik adalah cara untuk mencegah terjadinya

kehamilan dengan melalui suntikan hormonal (BKKBN, 2005).

2.1.1.2 Macam-macam kontrasepsi suntik:

1) Kontrasepsi suntik Progestin

a) Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya

mengandung progestin, yaitu:

(1) Depoprovera, mengandung 150 mg DMPA (Depo

Medroxi Progesteron Asetat), yang diberikan setiap

3 bulan dengan cara disuntik intramuskular

(2) Depo Noristerat, mengandung 200 mg Noretindron

Enantat, yang diberikan setiap 2 bulan dengan cara

disuntik intramuskular (Saifuddin,2006)

6
7

b) Cara kerja:

(1)Mencegah ovulasi

(2)Mengentalkan lendir servik sehingga menurunkan kemampuan

penetrasi sperma

(3)Perubahan pada endometrium sehingga implantasi terganggu

(4)Menghambat transportasi garnet oleh tuba

(Saifuddin, 2006)

c) Efektivitas

Kontrasepsi suntik progestin memiliki efektivitas tinggi yaitu 0,3

kehamilan per 100 perempuan pertahun, asal penyuntikannya

dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan

(Saifuddin, 2006).

d) Keuntungan

(1) Sangat efektif

(2) Pencegahan kehamilan jangka panjang

(3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

(4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius

terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah

(5) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI

(6) Klien tidak perlu menyimpan pil

(7) Dapat digunakan oleh perempuan > 35 tahun sampai

perimenopause
8

(8) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan

ektopik

(9) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara

(10) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul

(11) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)

e) Keterbatasan

(1) Sering ditemukan gangguan haid

(2) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan

(harus kembali untuk suntikan)

(3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan

berikutnya

(4) Permasalahan kenaikan berat badan merupakan efek samping

tersering

(5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi

menular seksual, hepatitis B maupun HIV

(6) Terlambatnya kesuburan setelah penghentian pemakaian

(7) Terlambat kembalinya kesuburan bukan karena terjadinya

kerusakan/kelainan pada organ melainkan karena belum habisnya

pelepasan obat suntikan

(8) Terjadinya perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka

panjang
9

(9) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan

pada vagina, menurunkan libido, sakit kepala, nervositas, dan

jerawat

f) Indikasi

(1) Usia reproduksi

(2) Setelah melahirkan dan tidak menyusui

(3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang

(4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai

(5) Perokok (kontraindikasi pada suntik kombinasi)

(6) Setelah abortus atau keguguran

(7) Telah banyak anak tetapi belum menghendaki tubektomi

(8) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi

(9) Tidak dapat menggunakan kontrasepsi ber-estrogen

g) Kontraindikasi

(1) Hamil atau dicurigai hamil

(2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

(3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama

amenorea

(4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara dan

diabetes dengan komplikasi

h) Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntik progestin

(1) Setiap saat selama siklus haid selama akseptor tidak hamil

(2) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid


10

(3) Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap

saat, asalkan ibu tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak

boleh melakukan hubungan seksual

(4) Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin

mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu tidak hamil,

suntikan pertama dapat segera diberikan atau tidak perlu

menunggu sampai haid berikutnya datang

(5) Bila ibu sedang menggunakan kontrasepsi suntikan jenis lain dan

ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan yang lain lagi,

kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat

jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya

i) Cara penggunaan

Kontrasepsi suntik progestin DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan

cara di suntik intramuskular dalam didaerah pantat. Apabila suntikan

diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan

lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Pemberian kontrasepsi

suntik progestin Noristerat untuk 3 injeksi berikutnya diberikan setiap

8 minggu. Mulai dengan injeksi kelima diberikan setiap 12 minggu.

2) Kontrasepsi suntik kombinasi

a) Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang mengandung kombinasi

antara progestin dan estrogen, yaitu:

(1) Cyclofem berisi 25 mg DMPA dan 5 mg Estradiol sipionat yang

diberikan setiap bulan dengan cara di suntik intramuskular


11

(2) Kombinasi 50 mg Noretindrone Enantat dan 5 mg Estradiol

Valerat yang diberikan setiap bulan dengan cara intramuskular

(Saifuddin, 2006).

b) Cara kerja:

(1) Menekan ovulasi

(2) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi

sperma terganggu

(3) Perubahan pada endometrium sehingga implantasi terganggu

(4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba

(Saifuddin, 2006)

c) Efektivitas

Sangat efektif yaitu 0, 1 - 0, 4 kehamilan per 100 perempuan pertahun.

d) Keuntungan kontraseptif

(1) Resiko terhadap kesehatan kecil

(2) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

(3) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam

(4) Klien tidak perlu menyimpan pil kontrasepsi

(5) Efek samping kecil

e) Keuntungan nonkontraseptif

(1) Mengurangi kejadian amenorea

(2) Mengurangi nyeri haid

(3) Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker

endometrium
12

(4) Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium

(5) Mencegah kehamilan ektopik

(6) Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia

perimenopause

f) Keterbatasan

(1) Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur,

perdarahan bercak/spotting, atau perdarahan sela sampai 10 hari

(2) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini

akan hilang setetah suntikan kedua atau ketiga

(3) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan. Klien harus

kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan

(4) Efektivitasnya berkurang jika digunakan bersamaan dengan obat

- obat epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis

(rifampisin)

(5) Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung,

stroke, bekuan darah pada paru atau otak, dan kemungkinan

timbulnya tumor hati

(6) Penambahan berat badan

(7) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi

menular seksual, hepatitis B dan HIV

(8) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah

penghentian pemakaian
13

g) Indikasi

(1) Usia reproduksi

(2) Telah memiliki anak maupun yang belum memiliki anak

(3) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi

(4) Pasca persalinan dan tidak menyusui

(5) Nyeri haid hebat

(6) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi

h) Kontraindikasi

(1) Hamil atau diduga hamil

(2) Menyusui

(3) Perdarahan pervaginaam yang belum jelas penyebabnya

(4) Penyakit hati akut (virus hepatitis)

(5) Usia > 35 tahun yang merokok

(6) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah

tinggi > 180/110 mmHg

(7) Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis > 20

tahun

(8) Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau

migrain

(9) Keganasan pada payudara

i) Waktu mulai menggunakan suntikan kombinasi

(1) Suntikan pertama dapat diberikan datam waktu 7 hari siklus haid

dan tidak diperlukan kontrasepsi tambahan


14

(2) Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid,

klien tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau

menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari

(3) Bila klien tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap

saat asal saja dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil. Klien

tidak boleh melakukan hubungan seksual untuk 7 hari lamanya

atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain selama masa

waktu 7 hari

(4) Bila klien menyusui, jangan diberi suntikan kombinasi

(5) Pasca keguguran, kontrasepsi kombinasi dapat segera diberikan

atau dalam waktu 7 hari

(6) Ibu yang sedang menggunakan metode kontrasepsi hormonal

yang lain dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi suntik

kombinasi, selama ibu tersebut menggunakan kontrasepsi

sebelumnya secara benar, suntikan kombinasi dapat segera

diberikan tanpa perlu menunggu haid. Bila ragu-ragu, perlu

dilakukan uji kehamilan terlebih dahulu

(7) Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan ibu

tersebut ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi tersebut

dapat diberikan sesuai jadwal kontrasepsi lain

(8) Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi non hormonal dan

ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan

pertama dapat segera diberikan asal saja diyakini ibu tersebut


15

tidak hamil, dan pemberiannya tanpa perlu menunggu datangnya

haid. Bila diberikan pada hari 1-7 siklus haid, metode kontrasepsi

lain tidak diperlukan. Bila sebelumnya menggunakan AKDR

(alat kontrasepsi dalam rahim) maka suntikan pertama diberikan

hari 1 -7 siklus haid dan segera cabut AKDR.

j) Cara penggunaan

Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan

intramuskular. Klien diminta datang setiap 4 minggu. Suntikan ulang

dapat diberikan 7 hari lebih awal, dengan kemungkinan terjadi

gangguan perdarahan. Dapat juga diberikan setelah 7 hari dan jadwal

yang telah ditentukan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil. Tidak

dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau

menggunakan metode kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja

(Saifuddin, 2006)

2.1.2 Menstruasi

2.1.2.1 Pengertian Menstruasi

Menstruasi adalah pelepasan lapisan endometrium dalam bentuk

serpihan dan perdarahan (Manuaba, 2003). Lamanya siklus

menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklus haid klasik

adalah 28 hari ditambah atau dikurangi 2-3 hari (Prawiroharjo,

2007).
16

2.1.2.2 Fase Menstruasi

1) Stadium menstruasi

Lepasnya lapisan endometrium dalam bentuk serpihan dan perdarahan

yang berlangsung sekitar 3-5 hari. Jumlah perdarahan sekitar 50 cc,

tanpa terjadi bekuan, bila terdapat gumpalan darah menunjukkan

perdarahan menstruasi cukup banyak

2) Stadium regenerasi

Luka bekas deskuamasi endometrium ditutup kembali oleh epitel

selaput lendir endometrium. Kelenjar endometrium mulai tumbuh

kembali. Stadium ini dimulai pada hari keempat menstruasi

3) Stadium Proliferasi

Pertumbuhan kelenjar endometriumnya semakin cepat dan terus

menebal. Stadium proliferasi berlangsung sejak hari ke 5-14

4) Stadium Pramenstruasi (sekresi)

Dalam stadium sekresi, tebal endometrium tetap, hanya kelenjamya

lebih berkelok-kelok dan mengeluarkan sekret. Disamping itu sel

endometrium mengandung banyak glikogen, protein, air, dan mineral

sehingga siap untuk menerima implantasi dan memberikan nutrisi pada

zigot.

(Manuaba, 2003)

2.1.2.3 Proses terjadinya menstruasi

Pada tiap siklus haid FSH (follicle stimulating hormone)

dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis yang menimbulkan beberapa


17

folikel primer yang dapat berkembang dalam ovarium. Umumnya satu

folikel, kadang-kadang juga lebih dari satu,berkembang menjadi folikel de

Graff yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH,

sehingga lobus anterior hipofisis dapat mengeluarkan hormone

gonadotropin yang kedua, yakni LH (luteinizing hormone). Produksi

kedua hormon gonadotropin (FSH dan LH) adalah dibawah pengaruh

releasing hormones (RH) yang disalurkan dari hipotalamus ke

hipofisis. Penyaluran RH ini sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan

balik estrogen terhadap hipotalamus. Pula oleh pengaruh dari luar, seperti

cahaya,bau-bauan melalui bulbus olfaktorius, dan hal-hal psikologik

(Wiknjosastro, 2007).

Bila penyaluran releasing hormones normal berjalan baik, maka

produksi lama makin menjadi matang dan makin banyak berisi liquor

folikuli yang mengandung estrogen. Estrogen mempunyai pengaruh

terhadap endometrium menyebabkan endometrium tumbuh atau

proliferasi. Waktu ketika proses berproliferasi terjadi disebut masa

proliferasi (Wiknjosastro, 2007).

Dibawah pengaruh LH, folikel de Graff menjadi lebih matang,

mendekati permukaan ovarium, dan kemudian terjadilah ovulasi (ovum

dilepas oleh ovarium). Pada ovulasi ini kadang-kadang terdapat

perdarahan sedikit yang akan merangsang peritoneum di pelvis, sehingga

timbul rasa sakit yang disebut intermenstrual pain (Mittelschmerz).

Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus luteum (wamanya menjadi


18

kuning) dibawah pengaruh hormon-hormon LH dan LTH (luteotrophic

hormones), suatu hormon gonadotropin juga. Korpus luteum

menghasilkan hormon progesteron. Progesteron ini mempunyai pengaruh

terhadap endometrium yang telah berproliferasi dan menyebabkan

kelenjar-kelenjarnya berkeluk-keluk dan bersekresi (fase sekresi)

(Wiknjosastro, 2007).

Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi dan ini

mengakibatkan bahwa kadar estrogen dan progesteron menurun.

Menurunnya kadar estrogen dan progesteron menimbulkan efek pada

arteri yang berkeluk-keluk di endometrium. Tampak dilatasi dan statis

dengan hyperemia yang diikuti oleh spasme dan iskemia. Sesudah itu

terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang

nekrotik. Proses ini disebut haid atau mensis (Wiknjosastro, 2007)

2.1.2.4 Pola Menstruasi

1) Pola menstruasi normal yaitu siklusnya berlangsung selama 21-35 hari,

lamanya adalah 2-8 hari dan jumlah darah yang dikeluarkan kira-kira

20-80 ml per hari

2) Pola menstruasi yang tidak normal atau disebut juga gangguan

menstruasi yaitu apabila menstruasi yang siklus, lama, dan jumlah

darahnya kurang atau lebih dari yang diuraikan diatas (Anonim, 2009)

2.1.2.5 Faktor yang berpengaruh terhadap pola menstruasi

1) Penyakit ginekologi
19

Penyakit ginekologi juga sangat mempengaruhi pola menstruasi

misalnya endometriosis dan mioma (Manuaba, 2003)

2) Usia

Usia juga sangat mempengaruhi menstruasi terutama umur antara

menarche yaitu < 20 tahun dan masa menopause yaitu pada usia

sekitar 45 tahun keatas (Jones dan Liewillyn Derk, 2002)

3) Hormon

Hormon pada kondisi tubuh remaja yang belum stabil menyebabkan

menstruasi kadang datang kadang tidak. Pada kelainan hormonal

terjadi gangguan proses hipotalamus-hipofisis, ovarium, dan

rangsangan estrogen-progesteron sehingga memungkinkan terjadinya

gangguan pola menstruasi. Faktor hormon juga dikarenakan adanya

penambahan zat seperti pada penyuntikan DMPA ataupun Cyclofem

(Manuaba, 2003)

4) Kelainan organ reproduksi

Dalam masa pembentukan alat - alat kelamin dapat mengalami

beberapa gangguan. Kegagalan dalam pertumbuhan dan

perkembangan organ genitalia dapat menimbulkan berbagai kelainan

kongenital diantaranya tidak terbentuk bibir kemaluan (labia

mayora dan labia minora menyatu), hymen imperforate

(selaput dara tidak beriubang), tidak terbentuk vagina, septum vagina,


20

dan kelainan - kelainan lainnya. Sehingga seorang gadis terdiagnosa

amenore primer.

5) Gangguan psikologi

Keadaan psikologi ada hubungannya dengan sistem metabolisme

tubuh. Masing masing wanita mengalami reaksi yang berbeda - beda,

ada yang jumlah darah menstruasinya banyak ketika mengalami

tekanan (stres), tetapi ada juga yang sebaliknya atau sampai

mengalami amenore.

6) Status gizi

Wanita yang mengalami gangguan gizi, terutama mengalami gangguan

makan bisa menyebabkan kegagalan hipotesis dalam melepaskan

gonadotropin releasing hormone dalam jumlah yang memadai

untuk merangsang pelepasan gonadotropin oleh kelenjar hipofisis,

sehingga mengakibatkan jumlah estrogen yang diekskresi ovarium

sedikit. Bila wanita mengalami gizi baik, maka sebaliknya bisa

mempengaruhi menstruasi datang lebih awal.

7) Kondisi fisik

Aktifitas fisik yang berlebihan bisa menyebabkan siklus menstruasi

terganggu. Karena kelelahan fisik juga bisa menjadi salah satu faktor

penyebab hormon gagal mematangkan sel telur.

8) Pembuangan Uterus

Pembuangan uterus secara bedah maupun radiasi dapat menyebabkan

seseorang tidak dapat menstruasi.


21

2.1.2.6 Macam - macam gangguan pola menstruasi

1) Polimenorea

Polimenorea adalah panjang siklus menstruasi yang memendek dari

panjang siklus menstruasi klasik, yaitu kurang dari 21 hari per

siklusnya, sementara volume perdarahannya kurang lebih sama atau

lebih banyak dari volume perdarahan menstruasi biasanya.

Polimenorea yang disertai dengan pengeluaran darah menstruasi yang

lebih banyak dari biasanya disebut polimenoragia

(epimenoragia) (Hendrik, 2006).

2) Oligomenorea

Oligomenorea adalah panjang siklus menstruasi yang memanjang

dari panjang siklus menstruasi klasik, yaitu lebih dari 35 hari per

siklusnya. Volume perdarahannya umumnya lebih sedikit dari volume

perdarahan menstruasi biasanya (Hendrik, 2006).

3) Hipermenorea

Hipermenorea adalah terjadinya perdarahan menstruasi yang

terlalu banyak dari normalnya dan lamanya lebih dari 8 hari (Manuaba,

2003).

4) Hipomenorea

Hipomenorea adalah terjadinya perdarahan menstruasi yang lebih

sedikit dari biasanya dan lamanya kurang dari 3 hari (Manuaba, 2003).

5) Amenorea
22

Amenorea adalah keadaan tidak datangnya menstruasi selama 3

bulan berturut-turut (Manuaba, 2003).

6) Metroragia

Metroragia merupakan perdarahan yang terjadi diluar siklus

menstruasi (Manuaba, 2003).

7) Perdarahan bukan haid

Perdarahan bukan haid terdiri alas perdarahan uterus abnormal (PUA)

dan perdarahan uterus disfungsional (PUD). Perdarahan uterus

abnormal (PUA) adalah perdarahan yang terjadi pada masa diantara

dua (waktu terjadinya proses) perdarahan haid. Perdarahan uterus

disfungsional (PUD) adalah PUA yang terjadi didalam dan diluar

siklus haid (Hendrik, 2006).

2.1.2.7 Hubungan KB suntik dengan pola menstruasi

1) Pengaruh KB suntik terhadap siklus haid

Pemberian KB suntik Cyclofem dapat terjadi perdarahan. Perdarahan

yang terjadi ini tidak dapat dianggap sebagai darah haid dalam arti

yang sebenarnya, yaitu yang terjadi dari suatu endometrium yang

normal (fase sekretorik). Pada pemberian KB suntik Cyclofem terjadi

perdarahan lucut, tetapi perdarahan yang terjadi bukan berasal dari

suatu endometrium yang normal karena gestagen sudah ada sejak awal

proliferasi. Seperti diketahui, bahwa haid yang normal terjadi akibat


23

kadar progesteron yang turun, sedangkan pada penggunaan KB suntik

Cyclofem haid yang terjadi akibat turunnya kadar estrogen dan

progesteron atau akibat turunnya kadar hormon sintetik. Haid yang

terjadi setelah penggunaan kontrasepsi hormonal kombinasi lebih tepat

dikatakan sebagai pseudo haid (Baziad, 2002).

2) Pengaruh KB suntik terhadap jumlah darah haid

Jumlah darah haid yang keluar selama penggunaan KB suntik DMPA

akan berkurang hingga 50-70% terutama pada penggunaan awal.

Setelah penggunaan jangka lama, jumlah darah yang keluar juga makin

sedikit dan bahkan sampai terjadi amenorea (Baziad, 2002).

Penyebab pasti spotting atau perdarahan bercak selama ini belum jelas,

namun diduga penyebabnya adalah dengan adanya penambahan

progesteron. Penambahan progesteron menyebabkan terjadinya

pelebaran pembuluh darah vena di endometrium dan vena tersebut

akhirnya rapuh, sehingga terjadi perdarahan lokal (Baziad, 2002) atau

juga, tidak terjadinya haid disebabkan oleh kurang adekuatnya

pengaruh estrogen terhadap endometrium sehingga proliferasi

endometrium kurang sempuma. Akibatnya gestagen yang terdapat

dalam KB suntik tersebut tidak memiliki kemampuan yang cukup

untuk melepas jaringan endometrium (Baziad, 2002).

3) Pengaruh KB suntik terhadap lamanya perdarahan


24

Dengan berkurangnya jumlah darah yang keluar, biasanya lamanya

perdarahan juga akan berubah. Perubahan terhadap lamanya

perdarahan umumnya disebabkan oleh komponen gestagen dalam

sediaan kontrasepsi hormonal tersebut (Baziad, 2002).

4) Pengaruh KB suntik terhadap terjadinya perdarahan sela

Dari beberapa pengamatan terdahulu membuktikan bahwa komponen

gestagen berperan terhadap terjadinya perdarahan sela. Bukti bahwa

gestagen sangat berperan terjadinya perdarahan dapat dilihat pada

proses haid yang normal. Pada suatu siklus haid yang normal, estrogen

menyebabkan degenerasi pembuluh darah kapiler endometrium,

dinding kapiler menipis, dan pembentukan endotel tidak merata.

Dengan adanya pengaruh gestagen akan terbentuk kembali pembuluh

darah kapiler yang normal dengan sel-sel endotel intak serta sel-sel

yang mengandung kadar glikoprotein yang cukup, sehingga sel-sel

endotel terlindung dari kerusakan (Baziad, 2002).

2.1.3 Perubahan Berat Badan

2.1.3.1 Pengertian

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan

gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangar sensitif terhadap

perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena serangan

infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan

yang dikonsumsi (Supariasa, 2002).


25

Pada pemakaian KB jenis suntik DMPA terdapat salah satu efek

samping yang mengakibatkan perubahan berat badan. Kenaikan

berat badan yang berlebihan merupakan salah satu efek samping dari

penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan (jenis depoprovera). Namun

tidak semua akseptor akan mengalami kenaikan berat badan, karena

efek dari obat tersebut tidak selalu sama pada masing-masing

individu (Hartanto, 2004).

2.1.3.2 Gejala dan keluhan

1) Berat badan bertambah atau naik

Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi

antara kurang dari 1 kg 5 kg pada tahun pertama. Meskipun begitu,

tidak semua akseptor mengalami kenailan berat badan secara

berlebihan, tergantung reaksi tubuh akseptor tersebut terhadap

metabolisme progesteron. Kenaikan berat badan rata-rata untuk setiap

2,3 2,9 kg

2) Berat badan kurang atau turun

Setiap tahun rata-rata penurunan berat badan antara 1,6-1,9 kg.

2.1.3.3 Penyebab

Terjadinya kenaikan berat badan, kemungkinan disebabkan karena hormon

progesteron mempermudah karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga

lemak dibawah kulit bertambah, selain itu hormon progesteron juga


26

menyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunkan aktivitas fisik,

akibatnya pemakaian suntikan dapat mneyebakan berat badan bertambah.

2.1.4 Hiperpigmentasi

2.1.4.1 Pengertian

Hiperpigmentasi merupakan gangguan pigmentasi kulit dimana

warna kulit berubah menjadi lebih gelap (kecoklatan, keabuan,

kebiruan, atau kehitaman). Kelainan ini dapat mengubah penampilan

dan menimbulkan keluhan estetika bahkan gangguan psikososial

(Sulistia, 2005).

Melasma/Chloasma/hiperpigmentasi adalah bercak berwarna coklat

kehitaman di kulit muka yang sangat khas, terdapat di daerah pipi dan

dahi, kadang-kadang bibir atas. Melasma sering timbul selama kehamilan,

akibat kontrasepsi suntik, akibat pemakaian kosmetika dan sinar matahari.

Melasma salah satu dari tiga jenis bercak yang biasa hinggap di kulit

wajah (Wanda, 2008).

Dua lainnya yaitu keratosis seboroik yang permukaannya menonjol

dan freckles yang permukaannya datar. Keratosis seboroik terjadi akibat

pengaruh usia, dan biasanya menyerang kulit wajah wanita berusia 35

tahun ke atas. Pemicunya faktor keturunan dan paparan sinar matahari

(Nada, 2009).

Ephilide/Freckle adalah bercak-bercak hiperpigmentasi dengan ukuran

sebesar jarum pentul sampai sebesar kacang polong atau lebih besar lagi

dengan warna kecoklatan, coklat tua, dan umumnya terdapat di daerah


27

yang terkena sinar matahari : muka, leher, lengan dan tangan bagian luar,

tungkai. Kelainan ini sering bergerombol simetris kiri dan kanan. Karena

sinar matahari, kelainan ini bertambah hitam dan banyak. Pada orang tua

disebut Ephelide senilis atau Liver Spot atau Lentigo Senilis Sifat kelainan

ini diturunkan. Timbul pada usia dewasa dan Tua. Penyebabnya juga

faktor keturunan dan bahkan bisa muncul sejak masih kanak-kanak.

Warnanya bervariasi mulai dari merah, kuning, cokelat muda, sampai

hitam. Yang jelas, bercak ini selalu lebih gelap dibandingkan dengan

warna kulit akibat dari timbunan pigmen gelap yang disebut melanin.

Seiring bertambahnya usia, freckles akan memudar jika tidak terpapar

sinar matahari (Nada, 2009).

2.1.4.2 Penyebab :

1) Faktor keturunan

2) Sinar matahari. Hal ini tergantung pada kuatnya sinar matahari

(terutama jam 09.00 15.00 ) dan lamanya terkena sinar matahari.

3) Kehamilan, akibat peningkatan hormon yang memacu produksi

pigmen kulit.

4) Obat-obat hormonal untuk Kontrasepsi (tablet, suntikan, susuk)

5) Kosmetik dengan bahan tertentu.

2.1.4.3 Bagian yang diserang

1) Hyperpigmentasi umumnya menyerang bagian pipi, dahi, bibir bagian

atas, hidung, dan dagu. Meski bisa pula menyerang lelaki, flek ini

lebih suka hinggap di kulit wajah mulus perempuan. Ia muncul ketika


28

kulit dirangsang untuk memproduksi pigmen melanin (zat pewarna

tubuh) akibat kulit terpapar sinar ultraviolet (UV) dari Matahari. Oleh

sebab itu, mereka yang tinggal di daerah tropis berpeluang lebih besar

terkena melasma ketimbang mereka yang tinggal di daerah subtropis

(Sulistia, 2005).

2) Melanin yang diproduksi di melanosit atau sel kulit ini berfungsi

melindungi lapisan kulit bagian dalam dari sinar jahat UV itu. Jika

kulit terus-menerus terpapar sinar Matahari, otomatis melanosit terus

memproduksi melanin yang akhirnya menumpuk dan menimbulkan

noda-noda hitam di wajah. Jika tidak ditangani, noda ini akan semakin

melebar. Selain bisa menimbulkan melasma, paparan sinar matahari

yang terus-menerus pada kulit yang tidak terlindung bisa membuat

kulit menjadi tua sebelum waktunya (Narendra, 2008).

2.1.4.4 Macam Hyperpigmentasi

Secara umum, hiperpigmentasi dapat dibedakan atas:

1) Hiperpigmentasi dangkal / epidermal. Terletak di lapisan epidermis

kulit. Paling sering berupa bercak kecil kecoklatan di daerah terpapar

sinar matahari (Efelid/freckles)

2) Hiperpigmentasi dalam/dermal. Terletak di lapisan dermis kulit.

Misalnya Nevus Ota

3) Hiperpigmentasi bawaan
29

4) Hiperpigmentasi campuran. Dapat terletak di lapisan epidermis, dermis

maupun keduanya, seperti pada melasma ( bentuk lebar pada dahi,

pipi, hidung, dan diatas bibir)

5) Hiperpigmentasi pasca radang. Menyertai semua proses inflamasi kulit

seperti trauma, infeksi, gigitan serangga, jerawat, dll. (Sheila, 2008)

2.1.4.5 Cara Mencegah Hyperpigmentasi

1) Menghindari pemicu flek, yakni paparan sinar matahari, terutama pada

pukul 12.00 15.00. Jika terpaksa tidak bisa menghindari aktivitas di

luar ruangan pada siang hari, gunakanlah tabir surya atau sunblock.

2) Memperhatikan asupan makanan. Jangan memanjakan mulut, tapi

melupakan kulit. Maksudnya, konsumsi buah-buahan dan sayuran

yang mengandung antioksidan.

3) Berolahraga secara teratur

4) Istirahat cukup

5) Menghindari stres dengan melakukan yoga atau meditasi misalnya,

serta menggunakan perawatan dari dalam.

6) Dapat menggunakan krim yang berfungsi mengontrol penggandaan

jumlah sel kulit dan melanin berlebih (Narendra, 2008).

2.1.4.6 Dampak

Dampak dari hyperpigmentasi adalah wanita merasa tidak pede (percaya

diri) dengan penampilan wajahnya yang dihinggapi bintik-bintik hitam

sehingga banyak wanita yang berusaha untuk menghilangkan noda hitam

dengan menggunakan kosmetik yang sangat berbahaya. Kebanyakan


30

wanita setelah menggunakan kosmetik tidak menjadi putih terkadang

bertambah hitam (Suhaemi, 2009).

2.1.4.7 Penatalaksanaan

Pengobatan yang terbaik adalah pengobatan kausal, sehingga penting

dicari faktor penyebabnya. Selain itu penatalaksanaannya meliputi aspek

kuratif dan preventif. Dan perlu diingat, makin dalam letak pigmen dalam

kulit, akan makin sulit pengobatannya.

Secara umum penatalaksanaan hiperpigmentasi meliputi:

1) Pemakaian sun block / sun screen spektrum luas.

2) Terapi topikal, dengan menggunakan zat-zat pemutih seperti

hidrokuinon 2-5 % atau kombinasi dengan zat lain seperti tretinoin,

steroid, dll.

3) Chemical peeling.

4) Mikrodermabrasi.

5) Laser ( Q-Switched Ruby, Q-Switch-Nd ).

6) Pemakaian tabir surya yang benar:

a) Dioleskan jam sebelum terkena matahari, sehingga diperoleh

perlindungan yang optimal.

b) Oleskan tabir surya agak tebal terutama bila akan beraktifitas di

bawah sinar matahari.

c) Kemampuan krim tabir surya melindungi wajah sekitar 4-5 jam

sehingga pemakaiannya perlu diulang.


31

d) Bila melakukan olah raga berat atau berenang, pemakaian tabir

surya perlu diulang tiap 2 jam.(Maramis, 2006)

2.1.4.8 Hubungan Lama Kontrasepsi Suntik Dengan Hyperpigmentasi

1) Metode suntik 3 bulan membuat hyperpigmentasi pada wajah yang

merupakan hal dilematis pada penggunaannya. Hal ini dikarenakan

pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan yang lama yaitu lebih dari 2

tahun, mengakibatkan penumpukan hormon progesteron di dalam

tubuh sehingga mempengaruhi timbulnya hyperpigmentasi pada wajah

(Varneys, 2006).

2) Sementara itu melasma yang lebih dikenal awam sebagai flek itu

sering menimpa wanita. Bisa dimengerti sebab salah satu pemicunya

adalah faktor hormonal, selain keturunan dan pajanan sinar matahari.

Faktor hormon ini yang menjelaskan mengapa wanita pengguna

kontrasepsi suntik atau sedang melakukan sulih hormon terkadang

dihinggapi flek pada wajahnya (Jesica, 2008).

2.2 Kerangka Teori

Berdasarkan telaah pustaka diatas maka dapat disusun kerangka teori sebagai

berikut:

Gambar 2.1
Kerangka Teori

1. Perdarahan tidak teratur


Efek Samping KB 2. Jerawat
Suntik 3. Keterlambatan kembali
kesuburan
4. Peningkatan berat badan
5. Hiperpigmentasi
32

Sumber: Saifuddin (2006)

2.3 Kerangka Konsep

Gambar 3.1
Kerangka Konsep

1. Perdarahan tidak teratur


Efek Samping KB 2. Peningkatan berat badan
Suntik 3. Hiperpigmentasi

2.4 Pertanyaan Penelitian

2.4.1 Bagaimanakah efek samping perubahan berat badan pada akseptor KB

suntik di BPS Dalina Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus

Tahun 2011?

2.4.2 Bagaimanakah efek samping perubahan pola menstruasi pada akseptor KB

suntik di BPS Dalina Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus

Tahun 2011?

2.4.3 Bagaimanakah efek samping hiperpigmentasi pada akseptor KB suntik di

BPS Dalina Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus Tahun

2011?
33

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain analitik dengan

pendekatan cross sectional yaitu penelusuran dilakukan sesaat, artinya subjek

diamati hanya satu kali dan tidak ada perlakuan terhadap responden

(Notoatmodjo, 2005).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan April 2011 di BPS Dalina Kecamatan Talang

Padang Kabupaten Tanggamus.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi
34

Populasi penelitian adalah akseptor KB suntik yang mengalami efek

samping yang datang BPS Dalina Kecamatan Talang Padang Kabupaten

Tanggamus. Pada bulan April tahun 2011 sebanyak 50 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah keseluruhan obyek yang akan diteliti atau dianggap

mewakili seluruh populasi dengan kriteria inklusi sebagai Karakteristik

yang dapat dimasukkan dan layak diteliti (Aziz, 2003). Menurut

Arikunto (2006) apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil

semuanya sehingga penelitiannya adalah penelitian populasi, jika

subjeknya besar dapat diambil 10-15 % atau 20-25% atau lebih.

Kriteria sampel: 33

1. Akseptor KB suntik

2. Bisa membaca dan menulis

3. Bersedia menjadi responden

3.4 Definisi Operasional

Untuk lebih memahami dan menyamakan pengertian maka pada penelitian ini

perlu disusun beberapa definisi operasional seperti berikut:

Alat Cara Ukur Kategori/ Skala


No Variabel Definisi Operasional
Ukur Hasil Ukur Ukur
1 Perubahan Peningkatan berat Kuesion Wawancara 0 : Tidak Ordinal
berat badan badan yang diukur er dan dan Normal (> 5
dari sebelum timbang pengukuran Kg/tahun)
menggunakan KB an berat BB 1 : Normal (1-
suntik hingga saat badan 5 Kg/tahun)
penelitian
2 Perubahan Perubahan pola Kuesion Wawancara 0 : Ada Ordinal
pola menstrusi baik dari er perubahan
menstruasi segi waktu maupun 1 : Tidak ada
jumlah dari sebelum perubahan
hingga saat penelitian
35

3 Hiperpigmenta Adanya bercak Kuesion Wawancara 0 : Ada Ordinal


si kecoklatan pada er 1 : Tidak ada
wajah setelah
mengguankan KB
suntik

3.5 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara dengan

responden dengan menggunakan kuesioner meliputi variabel perubahan berat

badan, perubahan pola menstruasi dan hiperpigmentasi.

3.6 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan:

1. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau

kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah:

a. Lengkap: semua pertanyaan sudah terisi jawabannya

b. Jelas: jawaban pertanyaan apakah tulisannya sudah cukup jelas terbaca

c. Relevan: Jawaban yang tertulis apakah relevan dengan pertanyaannya

d. Konsisten: apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi

jawabannya konsisten.

2. Coding

Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka/bilangan. Untuk mempermudah pada saat analisis data

dan juga mempercepat pada saat entry data.

3. Proccessing
36

Pemprosesan data dilakukan dengan cara meng-Entry data dari kuesioner

ke paket program komputer.

4. Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah diEntry

apakah ada kesalahan atau tidak.

3.7 Analisa Data

Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis secara univariat yang

dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dengan menggunakan rumus

presentase (Arikunto, 2006):

F
P x 100%
N
Keterangan:

P : Prosentase

f : Jumlah Kategori

N : Jumlah responden

Hasil dari presentase dan pemberian skor penelitian untuk variabel

diinterprestasikan dengan menggunakan kriteria kualitatif.


37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

1. Sejarah Singkat BPS Dalina Kecamatan Talang Padang Kabupaten

Tanggamus

BPS Dalina Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus berdiri

sejak tahun 2001 dengan membuka perawatan di rumah dengan kapasitas

tempat tidur 2 buah.

2. Gambaran Wilayah BPS Dalina Kecamatan Talang Padang

BPS Dalina Kecamatan Talang Padang didirikan di atas tanah seluas 440

M2 dan disyahkan sesuai dengan SIPB: No.890/453/III.10.4/VII/2003

dengan lokasi.
38

3. Struktur Kepegawaian BPS Dalina Kecamatan Talang Padang

Struktur kepegawaian:

a. Dokter penanggung jawab : Dr. Marlina

b. Kepala BPS Dalina : Bidan Dalina

c. Bidan : Dalina

d. Perawat : Bella, Amd.Kep.

e. Asisten perawat : Titin

4. Sarana dan prasarana

Untuk menunjang kegiatan BPS Dalina Kecamatan Talang Padang

mempunyai sarana dan prasarana yaitu:

a. BPS Dalina Kecamatan Talang Padang mempunyai beberapa


37
ruang:

1) Ruang tunggu

2) Ruang periksa

3) Ruang bersalin

4) Ruang rawat inap

5) Ruang bayi

6) Ruang asrama dan

7) Ruang dapur

b. Pelayanan.

Di BPS Dalina Kecamatan Talang Padang memberikan pelayanan

sebagai berikut:

1) Pelayanan KB
39

2) Menolong persalinan dan pemeriksaan kehamilan

3) Merawat ibu hamil yang patologis (hiperemesis

gravidarum)

4) Imunisasi bayi ; BCG, DPT, dan Polio, Hepatitis B,

Campak.

5) Imunisasi Bumil dan Catin

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Karakteristik Responden

4.2.1.1 Umur

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Ibu di BPS Dalina
Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus Tahun 2011

Umur Jumlah Persentase


Tidak Produktif 17 34.0
Produktif 33 66.0
Jumlah 50 100

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa responden berusia tidak

produktif sebanyak 17 responden (34,0%). Sedangkan responden

berusia produktif sebanyak 33 responden (66,0%).


40

4.2.1.2 Pendidikan

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di BPS
Dalina Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus Tahun 2011

Pendidikan Jumlah Persentase


Tamat SD 9 18.0
Tamat SMP 23 46.0
Tamat SMA 12 24.0
Tamat PT 6 12.0
Jumlah 50 100

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar responden

adalah tamatan SMP sebanyak 23 responden (46,0%). Sedangkan yang

berpendidikan SD sebanyak 9 responden (18,0%), Tamat SMA 12

responden (24,0%) dan Perguruan Tinggi sebanyak 6 responden

(12,0%).

4.2.1.3 Pekerjaan

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
di BPS Dalina Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus Tahun 2011

Pekerjaan Jumlah Persentase


Ibu Rumah Tangga 42 84.0
Swasta 1 2.0
PNS 3 6.0
Dagang 4 8.0
Jumlah 32 100

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar responden

yang merupakan ibu rumah tangga sebanyak 42 responden (84,0%),

sedangkan responden yang bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 1

responden (2.0%), PNS sebanyak 3 responden (6,0%) dan pedagang

sebanyak 4 responden (8,0%).


41

4.2.2 Analisa Univariat

4.2.2.1 Berat Badan

Tabel 4.4
Distribusi Responden berdasarkan Berat Badan di BPS Dalina
Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus Tahun 2011

Peningkatan Berat Badan Jumlah Persentase


Tidak Normal 16 32.0
Normal 34 68.0
Jumlah 50 100

Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa responden yang mengalami

peningkatan berat badan normal (1-5 kg/tahun) sebanyak 34 responden

(68,0%), sedangkan yang mengalami peningkatan berat badan tidak

normal (> 5 kg/tahun) sebanyak 16 responden (32.0%).

4.2.2.2 Perubahan Pola Menstruasi

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi berdasarkan Perubahan Pola Menstruasi
di BPS Dalina Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus
Tahun 2011

Perubahan Haid Jumlah Persentase


Ya 31 62.0
Tidak 19 38.0
Jumlah 50 100

Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa sebagian besar responden

mengalamai perubahan haid yaitu sebanyak 31 responden (62,0%),

sedangkan responden yang tidak mengalami perubahan haid sebanyak

19 responden (38,0%).
42

4.2.2.3 Hiperpigmentasi

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi berdasarkan Hiperpigmentasi di BPS Dalina
Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus Tahun 2011

Hiperpigmentasi Jumlah Persentase


Tidak 27 54.0
Ya 23 46.0
Jumlah 50 100

Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa responden yang terdapat

Hiperpigmentasi sebanyak 23 responden (54,0%), sedangkan yang

tidak terdapat Hiperpigmentasi sebanyak 27 responden (54.0%).

4.3 Pembahasan

4.3.1 Efek Samping KB Suntik terhadap Perubahan Berat Badan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa responden yang mengalami

peningkatan berat badan normal (1-5 kg/tahun) sebanyak 34 responden

(68,0%), sedangkan yang mengalami peningkatan berat badan tidak

normal (> 5 kg/tahun) sebanyak 16 responden (32.0%).

Pada pemakaian KB jenis suntik DMPA terdapat salah satu efek samping

yang mengakibatkan perubahan berat badan. Kenaikan berat badan yang

berlebihan merupakan salah satu efek samping dari penggunaan

kontrasepsi suntik 3 bulan (jenis depoprovera). Namun tidak semua


43

akseptor akan mengalami kenaikan berat badan, karena efek dari obat

tersebut tidak selalu sama pada masing-masing individu (Hartanto, 2004).

Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara

kurang dari 1 kg 5 kg pada tahun pertama. Meskipun begitu, tidak semua

akseptor mengalami kenailan berat badan secara berlebihan, tergantung

reaksi tubuh akseptor tersebut terhadap metabolisme progesteron.

Kenaikan berat badan rata-rata untuk setiap 2,3 2,9 kg

Terjadinya kenaikan berat badan, kemungkinan disebabkan karena hormon

progesteron mempermudah karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga

lemak dibawah kulit bertambah, selain itu hormon progesteron juga

menyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunkan aktivitas fisik,

akibatnya pemakaian suntikan dapat mneyebakan berat badan bertambah.

4.3.2 Efek Samping KB Suntik terhadap Perubahan Haid

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

mengalamai perubahan haid yaitu sebanyak 31 responden (62,0%),

sedangkan responden yang tidak mengalami perubahan haid sebanyak

19 responden (38,0%).

Pemberian KB suntik Cyclofem dapat terjadi perdarahan. Perdarahan

yang terjadi ini tidak dapat dianggap sebagai darah haid dalam arti yang

sebenarnya, yaitu yang terjadi dari suatu endometrium yang normal (fase

sekretorik). Pada pemberian KB suntik Cyclofem terjadi perdarahan

lucut, tetapi perdarahan yang terjadi bukan berasal dari suatu


44

endometrium yang normal karena gestagen sudah ada sejak awal

proliferasi. Seperti diketahui, bahwa haid yang normal terjadi akibat

kadar progesteron yang turun, sedangkan pada penggunaan KB suntik

Cyclofem haid yang terjadi akibat turunnya kadar estrogen dan

progesteron atau akibat turunnya kadar hormon sintetik. Haid yang

terjadi setelah penggunaan kontrasepsi hormonal kombinasi lebih tepat

dikatakan sebagai pseudo haid (Baziad, 2002).

Jumlah darah haid yang keluar selama penggunaan KB suntik DMPA

akan berkurang hingga 50-70% terutama pada penggunaan awal. Setelah

penggunaan jangka lama, jumlah darah yang keluar juga makin sedikit

dan bahkan sampai terjadi amenorea (Baziad, 2002). Penyebab pasti

spotting atau perdarahan bercak selama ini belum jelas, namun diduga

penyebabnya adalah dengan adanya penambahan progesteron.

Penambahan progesteron menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh

darah vena di endometrium dan vena tersebut akhirnya rapuh, sehingga

terjadi perdarahan lokal (Baziad, 2002) atau juga, tidak terjadinya haid

disebabkan oleh kurang adekuatnya pengaruh estrogen terhadap

endometrium sehingga proliferasi endometrium kurang sempuma.

Akibatnya gestagen yang terdapat dalam KB suntik tersebut tidak

memiliki kemampuan yang cukup untuk melepas jaringan endometrium

(Baziad, 2002).

Dengan berkurangnya jumlah darah yang keluar, biasanya lamanya

perdarahan juga akan berubah. Perubahan terhadap lamanya perdarahan


45

umumnya disebabkan oleh komponen gestagen dalam sediaan

kontrasepsi hormonal tersebut (Baziad, 2002).

Dari beberapa pengamatan terdahulu membuktikan bahwa komponen

gestagen berperan terhadap terjadinya perdarahan sela. Bukti bahwa

gestagen sangat berperan terjadinya perdarahan dapat dilihat pada proses

haid yang normal. Pada suatu siklus haid yang normal, estrogen

menyebabkan degenerasi pembuluh darah kapiler endometrium, dinding

kapiler menipis, dan pembentukan endotel tidak merata. Dengan adanya

pengaruh gestagen akan terbentuk kembali pembuluh darah kapiler yang

normal dengan sel-sel endotel intak serta sel-sel yang mengandung kadar

glikoprotein yang cukup, sehingga sel-sel endotel terlindung dari

kerusakan (Baziad, 2002).

4.3.3 Efek Samping KB Suntik terhadap Hiperpigmentasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang terdapat

Hiperpigmentasi sebanyak 23 responden (54,0%), sedangkan yang tidak

terdapat Hiperpigmentasi sebanyak 27 responden (54.0%).

Hiperpigmentasi merupakan gangguan pigmentasi kulit dimana warna

kulit berubah menjadi lebih gelap (kecoklatan, keabuan, kebiruan, atau

kehitaman). Kelainan ini dapat mengubah penampilan dan menimbulkan

keluhan estetika bahkan gangguan psikososial (Sulistia, 2005).

Melasma/Chloasma/hiperpigmentasi adalah bercak berwarna coklat

kehitaman di kulit muka yang sangat khas, terdapat di daerah pipi dan
46

dahi, kadang-kadang bibir atas. Melasma sering timbul selama kehamilan,

akibat kontrasepsi suntik, akibat pemakaian kosmetika dan sinar matahari.

Melasma salah satu dari tiga jenis bercak yang biasa hinggap di kulit

wajah (Wanda, 2008).

Dua lainnya yaitu keratosis seboroik yang permukaannya menonjol

dan freckles yang permukaannya datar. Keratosis seboroik terjadi akibat

pengaruh usia, dan biasanya menyerang kulit wajah wanita berusia 35

tahun ke atas. Pemicunya faktor keturunan dan paparan sinar matahari

(Nada, 2009).

Metode suntik 3 bulan membuat hyperpigmentasi pada wajah yang

merupakan hal dilematis pada penggunaannya. Hal ini dikarenakan

pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan yang lama yaitu lebih dari 2 tahun,

mengakibatkan penumpukan hormon progesteron di dalam tubuh sehingga

mempengaruhi timbulnya hyperpigmentasi pada wajah (Varneys, 2006).

Sementara itu melasma yang lebih dikenal awam sebagai flek itu

sering menimpa wanita. Bisa dimengerti sebab salah satu pemicunya

adalah faktor hormonal, selain keturunan dan pajanan sinar matahari.

Faktor hormon ini yang menjelaskan mengapa wanita pengguna

kontrasepsi suntik atau sedang melakukan sulih hormon terkadang

dihinggapi flek pada wajahnya.


47

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

mengalamai perubahan haid yaitu sebanyak 31 responden (62,0%).

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang terdapat flek hitam

sebanyak 23 responden (54,0%).

3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami

peningkatan berat badan tidak normal (> 5 kg/tahun) sebanyak 16

responden (32.0%).
48

5.2 Saran

1. Bagi Ibu

Agar menggunakan alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan dan

meningkatkan pengetahuan tentang kontrasepsi suntik sehingga dapat

menegtahui sejak awal tentang resiko efek samping yang dapat dialami.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Meningkatkan pemberian informasi melalui penyuluhan tentang alat

kontrasepsi suntik agar efek samping yang dialami oleh akseptor tidak

menimbulkan kecemasan pada ibu.

3. Bagi Peneliti Lain

Melakukan penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan efek

samping KB dianataranya lama ber KB.

47

Anda mungkin juga menyukai