Anda di halaman 1dari 15

1

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan

pembahasan mengenai pengaruh terapi aktivitas kelompok (TAK)

persepsi halusinasi sesi 1,2 dan 3 terhadap kemampuan klien

mengontrol halusinasi di ruang mawar RSJP NTB.

Penelitian dilaksanakan selama tiga hari terhitung dari

tanggal 15-17 Maret 2013.

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Bangunan Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB yang di

bangun pada tahun 1983 di atas tanah seluas 6000 m

terletak di jalan Ahmad Yani No.1 Selagalas Kota

Mataram. Letak geografis berbatasan dengan:

Sebelah barat : Jalan Akhmad Yani

Sebelah selatan : Rumah Sakit Harapan Keluarga

Sebelah timur : Sawah dan Kelurahan Selagalas

Sebelah utara : Jalan Gora

Gedung Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB memiliki luas

560m dengan konstruksi bangunan berlantai satu.

47
2

Jumlah Tenaga kerja Pegawai Negeri Sipil dan Tenaga

Pegawai Tidak Tetap. Sejak di berlakukan Otonomi

Daerah seperti yang tertuang dalam Undang-undang No.

22 tahun 1999, Struktur Organisasi pada Rumah Sakit

Jiwa Propinsi NTB mengalami perubahan sesuai

kebutuhan organisasi, dengan di tetapkannya Perda

No. 9 tahun 2008 tentang Pembentukan, Kedudukan,

Tugas, Fungsi, Fungsi Susunan Organisasi dan Tata

Kerja Sekretariat Daerah Propinsi NTB, sebagai

konsekuensinya status Rumah Sakit Jiwa menjadi Unit

Pelayanan Teknis Daerah Propinsi NTB. Jumlah Pegawai

Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB sebanyak 159 orang

yang menyebar di 1 Ketatausahaan dan 3 Seksi.

Gambaran Umum Ruang Perawatan Rawat Inap

a. Ruang Unit Gawat Darurat, kapasitas tempat tidur

sebanyak 6 buah.

b. Ruang Melati, kapasitas tempat tidur sebanyak 20

buah.

c. Ruang Mawar, kapasitas tempat tidur sebanyak 20

buah.

d. Ruang Dahlia, kapasitas tempat tidur sebanyak 20

buah.

e. Ruang Angsoka, kapasitas tempat tidur sebanyak 20

buah.
3

f. Ruang Flamboyan, kapasitas tempat tidur sebanyak

20 buah.

g. Ruang Anggrek (Narkoba), kapasitas tempat tidur

sebanyak 4 buah.

2. Gambaran Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruang Mawar Rumah

Sakit Jiwa Provinsi (RSJP) dari tanggal 15-17 Maret

2013.

Dalam penelitian ini didapatkan 10 responden

dengan teknik pengambilan sampel menggnakan teknik

total sampling. Penelitian ini menggunakan satu

kelompok sampel yaitu sampel yang di berikan

perlakuan terapi aktivitas kelompok tanpa ada

kelompok kontrol sebagai pembanding.

Hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikut:

a. Data Umum

1) Distribusi Responden berdasarkan Umur

Tabel berikut akan menguraikan mengenai

penyebaran responden berdasarkan kelompok umur

responden sebagai berikut:


4

Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan

umur di Ruang mawar RSJP NTB

No Umur (tahun) Jumlah (n) Persentase

(%)

1 15-24 2 20

2 25-34 4 40

3 35-44 2 20

4 45-54 2 20

Total 10 100

Sumber : Data sekunder 2013 buku status

pasien Ruang Mawar

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa

distribusi responden berdasarkan umur sebagian

besar berada pada rentang 25-34 tahun yaitu 4

orang responden (40%), umur 15-24 tahun

sebanyak 2 orang responden (20%), umur 35-44

tahun sebanyak 2 orang responden (20%) dan

umur 45-54 tahun sebanyak 2 orang responden

(20%).
5

b. Data Khusus

1) Identifikasi kemampuan klien mengontrol

halusinasi sebelum dilakukan terapi aktivitas

kelompok (TAK) persepsi halusinasi sesi 1,2

dan 3.

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan

Kemampuan Mengontrol Halusinasi Sebelum

Diberikan Perlakuan Terapi Aktivitas Kelompok

(TAK) persepsi Sensori Halusinasi Sessi 1,2

dan 3 Di Ruang Mawar RSJP NTB

No Kemampuan Mengontrol Jumlah %

Halusinasi (n)

1 Belum mampu 10 100

2 Mampu 0 0

Total 10 100

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa

distribusi responden berdasarkan kemampuan

mengontrol halusinasi sebelum diberikan terapi

aktivitas kelompok (TAK) persepsi sensori

halusinasi sessi 1,2 dan 3 yaitu semua

responden berada pada kategori belum mampu


6

yaitu 10 orang (100%) dan tidak ada responden

pada kategori mampu (0%).

2) Identifikasi Kemampuan Mengontrol Halusinasi

Sesudah Diberikan Perlakuan Terapi Aktivitas

Kelompok (TAK) Persepsi Sensori Halusinasi

Sessi 1,2 dan 3.

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan

kemampuan Mengontrol Halusinasi Sesudah

Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

Persepsi Sensori Halusinasi Sessi 1,2 dan 3 di

Ruang Mawar RSJP NTB

No Kemampuan Mengontrol Jumlah %

Halusinasi (n)

1 Belum mampu 2 20

2 Mampu 8 80

Total 10 100

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa

distribusi responden berdasarkan kemampuan

mengontrol halusinasi sesudah diberikan terapi

aktivitas kelompok (TAK) persepsi sensori

halusinasi sessi 1,2 dan 3 yaitu pada kategori


7

mampu yaitu sebanyak 8 orang (80%) dan pada

katagori belum mampu sebanyak 2 orang (20%).

3) Analisis Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

persepsi sensori Halusinasi Sessi 1,2 dan 3

Terhadap Kem ampuan Mengontrol Halusinasi


8

Tabel 4.5 Hasil uji hipotesis menggunakan SPSS

Paired Samples Test

Sig.

(2-

d tailed

Paired Differences t f )

95%

Confidence

Std. Interval of

Std. Error the

Mean Deviation Mean Difference

Lower Upper

Pair sebelum -4.4 1.07 0.33 -5.16 -3.63 -13.33 9 .000

sesudah

Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa nilai

p=0,000 < 0,05 dengan nilai df=9, karena nilai p lebih

kecil dari 0,05 ini berarti ada pengaruh terapi

aktivitas kelompok (TAK) persepsi halusinasi sesi 1,2

dan 3 terhadap kemampuan klien mengontrol halusinasi

diruang mawar RSJP NTB.


9

B. Pembahasan

1. Data Umum

Adapun yang menjadi data umum adalah umur,yang akan

dibahas sebagai berikut: Berdasarkan tabel 4.1

menunjukkan distribusi responden berdasarkan umur

sebagian besar berada pada rentang 25-35 tahun. Sesuai

dengan pernyataan yang di ungkapkan Mario (2010) bahwa

gangguan jiwa bisa dialami orang tanpa mengenal batas

usia, termasuk anak-anak. Penderita terbanyak, berada

di usia dewasa muda dengan kisaran usianya antara 20-40

tahun. Menurut Chandra (2010) gangguan jiwa merupakan

penyebab utama disabilitas (ketidakmampuan, cacat) pada

kelompok usia paling produktif yakni antara 15-44

tahun.

2. Data Khusus

a. kemampuan pasien mengontrol halusinasi sebelum

dilakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) persepsi

halusinasi sesi 1,2 dan 3.

Berdasarkan hasil penelitian seperti yang terlihat

pada tabel 4.2, didapatkan data bahwa sebelum

dilakukan TAK persepsi halusinasi semua responden

yang berjumlah 10 orang (100%) berada dalam kategori


10

belum mampu , ini terlihat dari hasil penelitian pre

test yang dilakukan sebelum diberikan TAK Sesi

1,2,3,persentase seluruh responden kurang dari 55%

itu berarti (tidak mampu mengontrol halusinasi) .

Hal ini disebabkan karena tidak adanya tindakan atau

stimulus yang dilakukan yang dapat mengubah pola

perilaku yang maladaptif serta lingkungan yang

kurang terapeutik. Sesuai dengan teori bahwa pada

klien isolasi sosial perlu adanya aktivitas yang

dapat memberi stimulus secara konsisten serta

lingkungan yang terapeutik untuk mencegah pasien

larut dalam kesendiriannya sehingga pasien tidak

akan terus menarik diri (Copel, 2007).

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi

adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai

stimulus terkait dengan pengalaman dan atau

kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok (Keliat,

2004).

Salah satu intervensi keperawatan terhadap pasien

dengan masalah halusinasi adalah Terapi Aktivitas

Kelompok Stimulasi persepsi. Melalui proses TAK

stimulasi persepsi dapat membantu pasien yang

mengalami kemunduran orientasi.


11

b. kemampuan pasien mengontrol halusinasi setelah

dilakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) persepsi

halusinasi sesi 1,2 dan 3.

a. kemampuan pasien mengontrol halusinasi mengalami

peningkatan setelah diberikan terapi aktivitas

kelompok sesi 1,2, dan 3 selama 30 menit di

masing-masing sessi, terlihat pada tabel 4.3 pada

katagori mampu responden berjumlah 8 orang (80%)

dan pada kategori belum mampu responden berjumlah

2 orang (20%), ini terlihat dari hasil penelitian

post test yang dilakukan setelah diberikan TAK

sesi 1,2 dan 3. Hal tersebut disebabkan karena

pasien telah mampu melewati tahapan dari sesi 1

sampai tingga yaitu pada Sesi pertama pasien

Mengenal Halusinasi, Sesi kedua pasien Mengontrol

Halusinasi dengan Menghardik, setelah itu pada

sesi tiga dengan melakukan kegiatan dan bercakap-

cakap.
12

c. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok persepsi halusinasi

sesi 1,2 dan 3 Terhadap Kemampuan Mengontrol

Halusinasi

Berdasarkan hasil analisa menggunakan uji t-test dengan

membandingkan hasil pre-test dan post-test didapatkan

Hasil uji menggunakan SPSS menunjukkan hasil p=0,000 <

0,05. Karena nilai p lebih kecil dari 0,05 maka hal ini

menunjukkan ada pengaruh yang signifikan terapi

aktivitas kelompok persepsi halusinasi sesi 1,2 dan 3

yang berarti Ho ditolak.

Hal ini sesuai dengan teori bahwa keuntungan dari

terapi aktivitas kelompok persepsi halusinasi yaitu

pasien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah

yang diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya serta

pasien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan

kepadanya dengan tepat dan menyelesaikan masalah yang

timbul dari stimulus yang dialami (Darsana, 2007)

Dalam proses TAK persepsi halusinasi sesi 1,2 dan

3 klien mendapat kesempatan untuk belajar Mengenal

Halusinasi, Menghardik, dan melakukan kegiatan serta

bercakap-cakap.Dengan melakukan kegiatan-kegiatan

tersebut klien dilatih untuk mempersepsikan stimulus

yang dipaparkan kepadanya dengan tepat dan


13

menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang

dialami (Darsana, 2007).


14

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa data dan pembahasan hasil penelitian,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebelum diberikan perlakuan terapi aktivitas kelompok

(TAK)persepsi halusinasi sessi 1,2, dan 3 semua responden

berada pada katagori belum mampu sebanyak 10 orang, hal

ini disebabkan karena tidak adanya tindakan atau stimulus

yang dilakukan yang dapat mengubah pola perilaku yang

maladaptif serta lingkungan yang kurang terapeutik.

2. Sesudah diberikan perlakuan terapi aktivitas kelompok

(TAK) sessi 1,2 dan 3 responden mengalami peningkatan

yaitu pada katagori mampu sebanyak 8 orang dan pada

katagori belum mampu 2 orang, hal tersebut disebabkan

oleh adanya keinginan pasien untuk mengontrol halusinasi

yang datang sehingga halusinasi yang timbul semakin

berkurang.

3. Terdapat pengaruh terhadap responden yang tidak mampu

menjadi mampu mengontrol halusinasi yang diuji dengan uji

t-test, dimana hasil t-hitung = 13,333 > t-tabel = 1,833

yang bermakna ha diterima dan ho ditolak artinya ada

pengaruh yang signifikan terapi aktivitas kelompok


15

(TAK)persepsi halusinasi sessi 1,2 dan 3 terhadap

kemampuan mengontrol halusinasi di Ruang Mawar RSJP NTB.

B. Saran

a. Bagi Profesi Keperawatan

1) Meningkatkan kualitas dalam terapi aktivitas kelompok

sehingga manfaat dari TAK tersebut dapat dirasakan

oleh klien.

2) Meningkatkan kuantitas dalam pemberian terapi

aktivitas kelompok, karena dengan semakin banyaknya

jumlah pertemuan pada saat TAK, dapat melatih klien

untuk membantu mengontrol halusinasinya.

b. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan untuk

selalu menerapkan terapi aktivitas kelompok (TAK) pada

pasien yang mengalami gangguan halusinasi.

c. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam aplikasi riset

keperawatan tentang pengaruh terapi aktivitas kelompok

terhadap kemampuan pasien mengontrol halusinasi.

d. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat memberi informasi atau

gambaran untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai