Anda di halaman 1dari 15

JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415

Vol. 4 No. 1 Agustus 2011

AKTIVITAS VULKANISME EKSPLOSIF PENGHASIL FORMASI SEMILIR


BAGIAN BAWAH DI DAERAH JETIS IMOGIRI
1 2 3 4 5
S. Mulyaningsih , Y.T. Husadani , P.A. Umboro , S. Sanyoto , dan D.I. Purnamawati
1,2,3,4,5
Jurusan Teknik Geologi Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Masuk: 3 April 2011, revisi masuk : 2 Desember 2010, diterima: 24 Januari 2011

ABSTRACT
The widely exposed of volcanic rocks within western part of Central Java-DIY
Southern Mountain areas, indicates that volcanic activities had influenced geology of this
area. Volcanic-stratigraphic study finds pumiceus rocks, tuff and co-ignimbrite breccias
that can be described as primery volcanic rocks at study areas. Those volcanic rocks
were erupted explosively followed by collapsing strato cone and forming new caldera.
The associate of volcanic rocks with co-ignimbrite breccias, indicates that the central
eruption was not far from the outcropes. Shallow intrusive rocks of andecites bearing
hornblendes that exposed at the highest cone shape geomorphology of Gunung Gede,
south to southwest Sudimoro, might be as the central eruptions.

Keywords: stratigraphy, pumice rocks, volcanism, explosive.

INTISARI
Kemunculan batuan gunung api secara melimpah di bagian barat Pegunungan
Selatan Jawa Tengah-DIY mengindikasikan bahwa aktivitas vulkanisme telah berlang-
sung di daerah ini. Studi stratigrafi batuan gunung api di daerah penelitian menjumpai
singkapan breksi pumis, tuf dan breksi koignimbrit yang dapat diperikan sebagai batuan
vulkanik primer. Batuan vulkanik tersebut dierupsikan secara eksplosif disertai dengan
penghancuran tubuh kerucutnya, hingga membentuk kaldera baru. Asosiasi batuan
vulkanik tersebut dengan breksi koignimbrit, mengindikasikan bahwa pusat erupsnya
tidak terlalu jauh dari lokasi singkapan. Intrusi batuan beku dangkal, berupa andesit
horenblende yang tersingkap di Gunung Gede pada morfologi dengan bentukan kerucut
tertinggi, yang terletak di sebelah selatan-baratdaya Sudimoro, mungkin sebagai pusat
erupsi batuan gunung api tersebut.

Kata kunci: startigrafi, breksi pumis, vulkanisme, eksplosif

PENDAHULUAN breksi pumis dan tuf kasar, breksi dan


Gempabumi DIY-Jateng yang lava basal andesitis, lava basal berstruk-
berlangsung pada tanggal 27 Mei 2006 tur bantal dan beberapa batuan beku
lalu, telah menyingkapkan data geologi di intrusi dangkal. Secara fisik, singkapan-
permukaan yang signifikan. Gempabumi singkapan batuan tersebut lebih menye-
telah menimbulkan banyak berbagai ke- rupai anggota Formasi Kebo-Butak dari
jadian gerakan massa, seperti longsoran, pada Formasi Semilir. Namun, mengacu
jatuhan batuan dan rayapan, dan telah pada peta geologi lembar Yogyakarta
mengelupaskan beberapa geomorfologi (Rahardjo dkk., 1977), kelompok batuan
Pegunungan Selatan bagian barat, di wi- gunung api tersebut dimasukkan ke
layah provinsi Daerah Istimewa Jogja- dalam kelompok Formasi Semilir.
karta (Kabupaten Bantul dan Sleman). Pada awalnya, karena minimnya
Batuan penyusun tersebut sebelumnya data geologi di permukaan dan masih
tertutup oleh vegetasi dan budaya; kini, lemahnya pemahaman terhadap batuan
sangat baik tersingkap di permukaan. Di gunung api, banyak ahli geologi berbeda
antara singkapan-singkapan batuan ter- pendapat terhadap genesis batuan yang
sebut adalah batuan gunung api berumur menyusun Pegunungan Selatan tersebut.
Tersier, yang terdiri atas perselingan Kebanyakan ahli menganggap bahwa

1
sri_m@akprind.ac.id
64
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011

perselingan breksi pumis dan tuf adalah Penelitian ini dilakukan dengan di-
batuan sedimen yang diendapkan oleh dasarkan pada pemahaman stratigrafi,
arus turbid dalam lingkungan laut dalam. melalui konsep vulkanologi. Pemetaan
Para ahli geotektonik, struktur geologi geologi dengan didukung pengukuran
dan geomorfologi beranggapan bahwa, data stratigrafi dan struktur geologi, serta
geomorfologi gawir dengan litologi pe- pengamatan petrologi (mikro dan makro)
nyusun batuan gunung api di sepanjang telah dilakukan, dengan lokasi penelitian
Pegunungan Selatan tersebut, terbentuk terletak di daerah Gunung Gede dan se-
oleh proses pengangkatan (uplifting), kitarnya, Desa Trimulyo, Kec. Jetis dan
yang mengangkat dasar laut dalam men- Kec. Imogiri, Kab. Bantul, koordinat 110
jadi pegunungan, yang berlangsung pada 23-27 BT dan 754-55 LS diperlihatkan
Plio-Pleistosen. pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta situasi dan lokasi daerah penelitian


(sumber peta: Unosat, 2006).

METODE geomorfologi kerucut dengan tipe strato


Konsep geologi yang digunakan (komposit) dan aktivitasnya berlangsung
dalam menyusun makalah ini adalah the secara berulang-ulang (poligenetik). Akti-
present is the key to the past, yang vitasnya tersebut kadang-kadang secara
diajukan oleh James Hutton pada abad efusif dan pada waktu yang lain secara
ke 18, melalui pemahaman tentang uni- eksplosif. Itulah sebabnya, setiap aktivi-
formmitarianismnya. Konsep dasar ini tasnya dapat menghasilkan material
diaplikasikan untuk merekonstruksi aktivi- yang berbentuk fragmental, lava koheren
tas dari gunung api pada masa lampau, dan intrusi dangkal. Ke semua material
dengan didasarkan pada aktivitas gu- gunung api hasil erupsinya tersebut
nung api masa kini. menyusun tubuhnya hingga berbentuk
Ada beberapa tipe gunung api kerucut.
berdasarkan geomorfologi, material yang Erupsi eksplosif dapat berlang-
dihasilkannya, dan tatanan tektonik yang sung dengan intensitas yang besar hing-
membentuknya dan tipe aktivitasnya. ga sangat besar, yang diikuti dengan
Salah satunya adalah tipe gunung api penghancuran tubuh kerucutnya, dan da-
yang terbentuk oleh aktivitas magmatis- pat pula berintensitas lebih kecil yang
me pada busur magmatik (vulkanik). Tipe hanya menghancurkan sebagian tubuh
gunung api ini menghasilkan bentukan kerucutnya. Untuk mengenali tipe erupsi-

65
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011

nya, dapat diketahui dari sifat fisik dan (Sutawijaya, 2006) dan Gunung Batur
kimia materialnya. Erupsi gunung api (Sutawijaya, 1990), yang berlangsung
yang bersifat sangat esksplosif memfrag- sejak Pleistosen sampai sekarang. Seca-
mentasi materialnya dengan tingkat frag- ra stratigrafi, litologi Gunung Krakatau.
mentasi yang sangat tinggi, menghasil- Pada fasies proksimal dan sen-
kan pumis dan tuf. Umumnya, tipe mag- tral, yang tersingkap di sisi depan hog-
matiknya adalah asam, yaitu dasitik hing- back Gunung Rakata tersusun atas
ga riolitik dengan kandungan silika material ignimbrit fragmental kasar, frag-
55%. Sebaliknya, erupsi yang bersifat mental sedang sampai halus yang juga
efusif memiliki tipe magma lebih basa, berasosiasi dengan lava yang bersifat
yaitu basaltik-endesitik dengan kandung- koheren (Sutawijaya, 2006) begitu pula
an silika 55%. yang dijumpai di Gunung Batur, yaitu
Litologi yang menyusun daerah sekitar Danau Kintamani (Sutawidjaja,
penelitian adalah material klastika gu- 1990). Jadi, pada fasa konstruksi, aktivi-
nung api, berupa breksi pumis dan tuf tas dari gunung api semacam Gunung
(Formasi Semilir) dan breksi dan lava an- Krakatau, menghasilkan lava koheren
desit dan basalt (Formasi Nglanggeran). dan breksi yang bersusunan basalt an-
Keberadaan batuan dari gunung api ini desit, namun pada fasa destruksi akti-
dan tersebut di beberapa tempat sering vitasnya menghasilkan fragmental ignim-
berasosiasi dengan batuan karbonat, brit.
berupa napal, batupasir gampingan dan Menurut Cas & Wright (1987),
batu-gamping (Husadani, 2008; Irawan, material ignimbrit yang dihasilkan oleh
2008). Itulah sebabnya, para ahli geologi erupsi eksplosif gunung api, dapat tersu-
terdahulu menentukan batuan gunung sun atas batuan hasil penghancuran
api tersebut sebagai material turbidit laut tubuh kerucutnya (accidental), material
dalam (seperti Suyoto, 1997; dan Nugra- magmatik (juvenil) dan batuan dasar
heni, 1998). (asesoris). Lebih jauh lagi, Cas & Wright
Menurut Surono (1989), Surono (1987) membaginya ke dalam dua ke-
dkk.(1992), Rahardjo dkk. (1977/1995) lompok, berdasarkan komposisinya, yaitu
dan Suyoto (1992), dalam penelitiannya ignimbrit (rempah gunung api) dan koig-
menentukan hubungan stratigrafi antara nimbrit dari (material penyerta ignimbrit).
formasi Semilir dan Formasi Nglangge- Material koignimbrit tersusun atas frag-
ran adalah menjari. Di atas ke dua for- men batuan magmatik, asesoris dan
masi tersebut baru ditentukan secara accidental, yang dihasilkan dari erupsi
tegas selaras dengan batuan karbonatan eksplosif yang bersifat destruktif, sedang-
Formasi Sambipitu. Secara tidak selaras kan material gunung api asal magmatik,
di atas Formasi Sambipitu adalah For- seperti perselingan lava dan breksi
masi Oyo, yang tersusun atas napal, tuf (umumnya dengan fragmen andesit) ber-
gampingan dan batugamping klastik. Ke- asal dari erupsi gunungapi yang bersifat
mudian semua ahli sepakat bahwa, di konstruktif. Kedua material gunung api
atas Formasi Oyo adalah Formasi Wono- tersebut dapat hadir bersama-sama me-
sari yang menandai berubahnya ling- nyusun stratigrafi kompleks gunung api
kungan laut dalam menjadi lingkungan secara berselingan dari yang bertipe
laut dangkal dengan mengendapkan konstruktif ke tipe destruktif (letusan
batugamping terumbu hingga Plistosen. kaldera). Tipe konstruktif biasanya meng-
Tabel 1 adalah hubungan stratigrafi awali pembangunan kerucutnya. Saat
regional masing-masing formasi batuan tubuh kerucutnya telah sempurna, pipa
tersebut terhadap daerah penelitian me- kepundan dapat saja tertutup oleh hasil
nurut beberapa peneliti terdahulu. pembekuan magma yang tidak mampu
Secara konseptual, dengan dida- mengalir hingga ke permukaan. Akibat-
sarkan pada pemahaman kegunungapi- nya, tubuh magma tertahan dalam dapur
an, fasa konstruksi dan fasa destruksi magma, hingga terjadi perlapisan mag-
gunung api dapat saja berlangsung seca- ma. Magma yang berdensitas tinggi
ra berulang. Pada masa kini, kondisi ter- berada pada lapisan paling bawah, mag-
sebut dapat dijumpai di Gunung Krakatau ma yang lebih asam di atasnya dan

66
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011

lapisan paling atas berupa busa magma bentuk batuan polimik (aneka bahan),
dengan kandungan gas yang sangat ting- yang terdiri atas batuan magmatik, ase-
gi (Gambar 2). Tekanan gas yang sangat soris dan accidental. Makin jauh dari
tinggi, serta suplai magma yang terus- sumber erupsinya, makin sedikit kan-
menerus, menyebabkan dinding dapur dungan fragmen batuan asesoris dan
magma mengalami inflasi (pembeng- accidental, komposisinya berupa pumis
kakan). Saat inflasi magma tidak mampu dan/tuf murni. Susunan stratigrafi batu-an
ditahan lagi oleh dinding dapur magma, gunung api fasa dustruktif didominasi
terjadilah ledakan sehingga tubuh keru- oleh material hasil erupsi eksplosif pa-
cut gunung api ikut hancur. Ledakan aki- roksismal, yang secara lateral berupa co-
bat erupsi gunung api tersebut yang ignimbrite breccia sebagai endapan ja-
disebut dengan fasa destruktif gunung tuhan tipe plini; ignimbrite flow units
api. (sebagai endapan ground surge); very
Secara umum, mekanisme peng- pumice rich distal flow units sebagai
endapan material klastika (fragmental) endapan abu cendawan; dan laterally
hasil erupsi gunung api dapat terjadi very extensive co-ignimbrite ash fall
secara aliran, hembusan dan jatuhan. deposits dari endapan abu halus fasies
Secara diskriptif petrologi dan sediment- distal dari erupsi tipe Plini diperlihatkan
logi, batuan gunung api dapat berupa pada Gambar 5. Bentang alam breksi
batuan beku, breksi, konglomerat, batu- pumis dan tuf di gunung Plencing (G.
pasir dan batulanau-batulempung. Gede) dan tuf di daerah Sindet (Kec.
Namun karena komposisi dan Jetis). Breksi ko-ignimbrit tersusun atas
mekanisme dari pembentukannya tidak endapan kaya litik yang berukuran kasar,
mengikuti kaidah sedimentologi, maka dan dibentuk oleh runtuhnya kolom
pemeriannya harus dilakukan secara erupsi (Gambar 2). Material fragmental
deskriptif mengikuti kaidah vulkanologi. tersebut biasanya berkembang secara
Penamaan berdasarkan deskripsi vulka- menerus di dekat runtuhan kolom erupsi,
nologi yaitu batuan beku intrusi/lava, dan penyusun utamanya adalah piroklas
breksi, aglomerat, batulapili dan tuf; yang terlalu berat dan terlalu besar untuk
tergantung dari komponen penyusunnya, dapat ditransportasikan oleh kolom eru-
yaitu dengan fragmen blok (breksi), psi; disebut lag fall karena merupakan
fragmen bom (aglomerat), fragmen lapili akumulasi fragmen litik yang tertinggal
(batulapili: pumis atau skoria) dan tuf oleh aliran pumis dari kolom erupsi
(abu gunung api yang terbatukan). Se- tersebut.
dangkan secara genesis, yaitu intrusi, Sebagian besar peneliti terdahu-
lava, ignimbrit atau piroklastika (aliran, lu (Bothe, 1929; van Bemmelen, 1949;
seruakan dan jatuhan) dan aglomerat. Sumarso & Ismoyowati, 1975; Surono,
Dengan demikian, nama batuannya pun 1992; dan Samodra, 1997) menyebutkan
berupa lava andesit, breksi pumis, breksi bahwa urut-urutan batuan di Pegunung-
ko-ignimbrit, aglomerat, tuf dan lain-lain. an Selatan Jawa Timur dari tua ke muda
Secara umum, material fragmen- adalah batuan metamorf (PraTersier);
tal gunung api diendapkan dengan media batugamping, batulempung dan napal
gas bersuhu tinggi, yang kadang-kadang Formasi Gamping-Wungkal (Eosen);
miskin partikel, sehingga sering berstruk- perselingan batupasir dan lava basalt
tur massif, gradasi, antidune dan / ripple Formasi Kebo-Butak (Oligosen); tuf dan
convolute, dan berlapis. Tekstur peng- breksi pumis Formasi Semilir (Miosen
endapan batuan gunung api dicirikan Awal-Atas); breksi andesit, aglomerat
oleh sortasi buruk (aliran piroklastika dan lava andesit Formasi Nglanggeran
berdensitas) hingga baik (piroklastika (Miosen Tengah-Atas); breksi, batupasir
jatuhan), kemas terbuka hingga tertutup, dan konglomerat
bentuk butir sangat menyudut (blok) Formasi Sambipitu (Miosen Te-
hingga sangat membulat (bom), dan ngah-Atas); tuf dan napal Formasi Oyo
berdiameter butir dari mikrometer hingga (Miosen Atas-Pliosen) dan batugamping
beberapa meter. Komposisi batuan gu- Formasi Wonosari (Miosen Tengah-Plio-
nung api dapat sangat bervariasi mem- sen), seperti pada Tabel 1.

67
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011

Formasi Semilir menindih secara


selaras di atas Formasi Kebo-Butak (Ra- endapan laut dangkal di bagian bawah
hardjo dkk., 1997), namun secara lokal sampai tengah dan laut dalam di bagian
tidak selaras (van Bemmelen, 1949, dan atas. Sebaran lateral Formasi, Semilir ini
menjari dengan Formasi Nglanggeran sangat luas dan memanjang dari ujung
dan Sambipitu (Surono dkk., 1992). Pa- barat Pegunungan Selatan, yaitu dari
da umumnya Formasi Semilir tidak ber- Pleret-Imogiri Kab. Bantul, Pegunungan
sifat karbonatan dan miskin fosil. Menu- Baturagung, dan ke arah timur hingga
rut Surono dkk. (1992), Formasi Semilir Gunung Panggung dan Gajahmungkur di
terdiri atas Semilir bawah (breksi pumis) Kab. Wonogiri (Surono, dkk., 1992; Ra-
dan Semilir atas (tuf halus). hardjo dkk., 1995; dan Suyoto, 2007).
Komposisi tuf dan pumis Formasi Dengan melimpahnya tuf dan
Semilir bervariasi dari andesit hingga batuapung pada Formasi Semilir, secara
dasit, dengan total ketebalan lebih dari vulkanologi Bronto dkk. (2009) menen-
460 m (Surono dkk., 1992). Berdasarkan tukan batuan ini di Parangjoho (Wonogiri)
penemuan fosil foraminifera kecil d da- dihasilkan oleh letusan gunung api yang
lamnya, Sumarso dan Ismoyowati (1975) sangat eksplosif, yang menurut Cas dan
menentukan umur Formasi Semilir awal Wright (1987), dapat berasosiasi dengan
Miosen Bawah sampai awal Miosen Te- pembentukan kaldera.
ngah (N5-N9), dengan lingkungan peng-

Gambar 2. Model erupsi eksplosif gunung api (atas) yang menghasilkan material
fragmental dengan penyebaran dari fasies proksimal breksi koignimbrit, fasies
medial endapan piroklastika kaya pumis dan fasies distal abu gunung api fraksi
halus (bawah).

68
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011

Tabel 1. Kompilasi data stratigrafi daerah pegunungan selatan menurut Bothe


(1929), Van Bemmelen (1949), Sumarso dan Ismoyowati (1975), Surono (1992),
Samodro (1997) dan Suyoto (2007).

Di atas formasi Semilir adalah Di atas formasi Nglanggeran


formasi Nglanggeran; yang tersusun atas adalah Formasi Sambipitu. Sebaran late-
breksi, aglomerat dan lava andesit basalt- ral formasi Sambipitu sejajar di sebelah
andesit, berstruktur masif. Batuan ini selatan formasi Nglanggeran, di kaki
tersebar luas dan memanjang dari selatan gunung Baturagung, yang me-
Parangtritis di sebelah barat hingga G. nyempit dan menghilang di sebelah
Panggung di sebelah timur (Surono, dkk., timur. Ketebalan formasi Sambipitu men-
1992; Rahardjo dkk., 1995; dan Suyoto, capai 230 m di utara Nglipar dan menipis
2007). Secara stratigrafi, formasi pada ke timur (Surono dkk., 1992). litologi
Nglanggeran menjemari dengan formasi penyusunnya di bagian bawah adalah
Semilir dan Sambipitu (Rahardjo dkk., batupasir kasar yang makin ke atas
1995). Meskipun jarang, di beberapa tem- berangsur akan menghalus berselingan
pat sering dijumpai fragmen koral dalam dengan serpih, lanau dan batulempung;
breksi. Secara lokal dan tidak menerus, di bagian bawah tidak karbonatan dan
breksi ini bersisipan dengan tuf kasar dan makin ke atas bersifat karbonatan. For-
tuf halus berwarna coklat susu yang masi Sambipitu berkedudukan menjari di
dijumpai berlapis dengan lava. Formasi atas formasi Nglanggeran. Secara lokal
Nglanggeran juga miskin fosil; kandungan dalam formasi Sambipitu terdapat lensa-
fosil foraminifera pada sisipan batupasir lensa breksi andesit, batulempung dan
dan batulempung yang berbatasan deng- fragmen karbon. Struktur dari sedimen
an formasi Semilir (di bawahnya) diketa- berupa perlapisan sangat baik dengan
hui berumur N5-N9 atau Miosen awal tebal bervariasi dari 5-30 cm. Struktur
sampai Miosen tengah bagian bawah sedimen perlapisan bersusun, ukuran
(Husadani,2008). Analisis umur K/Ar pa- butir lempung sampai pasir, diendapkan
da batuan beku di Parangtritis memberi- dalam arus laminer dan gelembur
kan umur 26,551,07 jtl (retas) dan gelombang dengan fosil jejak ditemukan
26,400,83 jtl (retas) atau Oligosen Akhir di bagian atas. Kandungan dari fosil
(Soeria-Atmadja dkk., 1994); serta lava di foraminifera kecil, formasi Sambipitu
kali Ngalang berumur 58,58 3,24 jtl atau berumur Miosen bawah sampai awal
Paleosen akhir (Hartono, 2000). Miosen tengah (N7-N9); dan dari fosil

69
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011

bentos diketahui adanya percampuran beberapa baratlaut-tenggara, dan ber-


antara endapan laut dangkal dan laut asosiasi dengan sesar naik diperlihatkan
dalam. Sisipan batupasir tuf dan bahan pada Gambar 3. Sesar yang berkem-
karbonatan dalam Formasi Sambipitu, bang umumnya berupa sesar turun
menunjukkan kemungkinan telah terjadi dengan arah utama timur-laut-baratdaya
fase penurunan kegiatan gunung api. dan baratlaut-tenggara, dan sesar men-
Struktur geologi di Pegunungan datar, yang membentuk morfologi me-
Selatan berupa lipatan dan sesar. Lipatan lingkar (tapal kuda; Rahardjo dkk.,
terdiri atas antiklin dan sinklin dengan 1977).
arah umum timurlaut-baratdaya dan

Gambar 3.Peta geologi daerah Siluk-Imogiri-Pleret mengacu pada peta geologi


regional lembar Jogjakarta (Rahardjo dkk., 1977).

PEMBAHASAN wah), gawir Cegokan-Senthong (tengah)


Hasil pengamatan geomorfologi dan gawir Semilir-Nglanggeran (paling
dari citra SRTM, menjumpai morfologi timur dan paling atas) (Gambar 4). Ra-
dengan tiga gawir terpisah yang letaknya hardjo dkk. (1977) mendeskripsi bahwa
satu sama lain berundak. Gawir-gawir gawir-gawir tersebut sebagai sesar-sesar
tersebut memanjang berarah baratdaya- mendatar berarah barat daya-timurlaut
timurlaut sebagaimana yang terlihat pada untuk (di bagian selatan), sesar men-
Gambar 4. Maka para ahli geologi secara datar barat-timur (tengah) dan sesar
informal sering menyebutnya sebagai normal berarah barat-timur sampai barat
step fault (sesar berundak). Sedangkan laut-tenggara (di bagian utara). Gambar
dari pengamatan dari pola pengaliran 3. Melalui analisis geologi struktur seca-
menunjukkan bahwa pada gawir-gawir ra menyeluruh dengan didukung oleh
tersebut terlihat terpisah satu sama lain. data geologi bawah permukaan dan stra-
Di sebelah barat gawir paling bawah ter- tigrafi, dapat diinterpretasi secara lebih
lihat gundukan bukit-bukit kecil terisolir detail ketiga gawir tersebut.
yang terlihat lebih muda dari gawir yang Daerah penelitian terletak pada
melingkupinya diperlihatkan Gambar 4. morfologi gawir Sindet-Bawuran. Dari
Gawir berundak ini memanjang pengamatan citra SRTM, juga dapat di-
yang berarah baratdaya-timurlaut terse- interpretasi adanya 4 bentukan gawir me-
but dari barat ke timur adalah gawir Sin- lingkar dan setengah melingkar yang
det-Bawuran (paling barat dan paling ba- membuka ke arah baratdaya hingga ba-

70
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011

rat-baratlaut. Didasarkan atas morfo- nya diperlihatkan pada Gambar 5. Hal itu
loginya yang lebih cenderung berbentuk menjadi dasar bahwa bagian dalam dari
lingkaran tersebut, dapat diinterpretasi gawir tersebut sebagai pusat erupsi dari
bahwa pembangunannya lebih meng- beberapa fasa aktivitas gunung api pada
indikasikan tidak berhubungan dengan masa lampau. Hal itu juga didukung oleh
tektonik aktif yang dapat mengangkat susunan litologinya, yang didominasi
Pegunungan Selatan pada Plio-Pleisto- oleh material gunung api. Bahkan di dae-
sen. Sebab Pembentukan geomorfologi rah Sindet dan Gunung Gede, menjum-
setengah lingkaran (tapal kuda) akibat pai litologi asal gunung api berupa ba-
adanya aktivitas vulkanisme pada masa tuan beku intrusi dangkal dan breksi
lampau. Sedangkan kemunculannya di koignimbrit. Sedang di daerah Pucung ke
darat, serta gawir memanjang berarah utara hingga pada Segoroyoso dijumpai
baratdaya-timurlaut dapat diinterpretasi- beberapa runtunan material gunung api
kan dapat terbentuk akibat pengangkatan berupa lava basal, lava andesit, breksi
Pegunungan Selatan yang berlangsung piroklastika (dengan fragmen andesit dan
secara bertahap. Menginterpretasi peng- basal) dan tuf/pumis. Secara umum, lito-
angkatan tersebut berlangsung sejak logi ini yang menyusun daerah penelitian
Miosen akhir hingga Pleistosen, bahkan adalah perlapisan breksi pumis dan tuf
hingga saat ini. Hal itu ditunjukkan oleh yang sifatnya non gampingan. Batuan
masih sering dijumpai gempabumi ber- tersebut dijumpai di daerah Sindet-Jetis,
sekala besar sebagaimana yang terjadi Sentong-Pagergunung dan Banyakan-
pada 27 Mei 2006 yang lalu. Kerusakan Bawuran.
terbesar dari gempabumi tersebut ter- Ketebalan dari kelompok batuan
letak di kecamatan Jetis, Imogiri dan tersebut bervariasi; di beberapa lokasi
Pleret . da-pat mencapai beberapa ratus meter
seperti yang tersingkap di Tlukan dan
Bawuran, dan di beberapa daerah yang
lain hanya belasan meter, seperti di
Dengkeng dan Sentong. Batuan tersebut
menumpang secara selaras di atas per-
lapisan batupasir dan batulempung yang
sebagian bersifat gampingan.Gambar 6.
Namun, di beberapa lokasi yang lain,
seperti di daerah Pagergunung, batuan
tersebut juga menumpang secara selaras
di atas breksi basal dan perlapisan lava
basal dan batupasir hitam-kecoklatan.
Kebanyakan peneliti terdahulu mema-
sukkan litologi ini yang menyusun daerah
penelitian ke dalam formasi Semilir ba-
gian bawah (Surono dkk., 1992 dan Ra-
hardjo dkk,1977).Secara fisik, ada yang
membedakan antara penyusun bagian
bawah Formasi Semilir dengan bagian
Gambar 4. Hasil analisis citra srtm di atasnya. Batuan penyusun formasi Se-
daerah pegunungan selatan bagian barat milir bagian atas tersingkap di bagian ti-
Parangtritis-Prambanan menjumpai tiga mur daerah penelitian. Menjumpai bagian
gawir terpisah dan empat gawir bentukan atas Formasi Semilir tersebut lebih dici-
melingkar yang diinterpretasi sebagai rikan oleh komposisinya yang relatif dasi-
pusat erupsi gunung api masa lalu tik dan berwarna lebih terang (abu-abu
agak kekuningan). Sedangkan litologi
Hasil pengamatan di lapangan yang menyusun daerah-daerah peneli-
juga menjumpai bahwa, gawir terbawah tian berkomposisi basaltik-andesitik.
berbentuk tapal kuda tersebut terlihat- dengan warna abu-abu gelap agak
terpisah dari morfologi di sebelah timur- kehijauan.

71
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011

Gambar 5. Bentang alam breksi pumis dan tuf di gunung Plencing (G. Gede) dan
tuf di daerah Sindet (Kec. Jetis) dan posisi breksi dan lava andesit di daerah
Wonolelo (Kec. Pleret) dilihat dari arah selatan (utara Goa Cerme Kec. Imogiri)

Bawuran, dan di beberapa dae- dalam 3 zona berdasarkan ciri fisiknya,


rah yang lain hanya belasan meter, yaitu zona pusat (selatan), zona tengah-
seperti di Dengkeng dan Sentong. Ba- timur dan zona utara-timurlaut. Zona
tuan tersebut menumpang secara sela- pusat (selatan) meliputi daerah Pucung,
ras di atas perlapisan batupasir dan Plencing dan Gunung Gede. Zona te-
batulempung yang sebagian bersifat ngah-timur meliputi daerah Segoroyoso-
gampingan lihat seperti pada Gambar 6. Dengkeng. Zona utara-timurlaut meliputi
Namun, di beberapa lokasi yang lain, daerah Sindet-Trimulyo ke arah timur
seperti di daerah Pagergunung, batuan hingga Karangduwet-Dahromo.
tersebut juga menumpang secara selaras Di bagian pusat (selatan), yaitu
di atas breksi basal dan perlapisan lava di daerah Plencing, dijumpai singkapan
basal dan batupasir hitam-kecoklatan. breksi vulkanik setebal lebih dari 5m.
Kebanyakan peneliti terdahulu Batuan tersebut dicirikan oleh struktur
memasukkan litologi yang menyusun massif, sortasi jelek sampai sedang,
daerah penelitian ke dalam Formasi Se- kemas terbuka dan yang mengandung
milir bagian bawah (Surono dkk., 1992 fragmen blok berdiameter 50-450cm dan
dan Rahardjo dkk., 1977). Secara fisik pumis padat berdiameter 20-60cm, serta
dapat dilihat ada yang membedakan beberapa fragmen basaltik berwarna
antara penyusun bagian bawah Formasi abu-abu kehijauan pada Gambar 7.
Semilir dengan bagian atasnya. Batuan Karena dalam breksi tersebut
penyusun Formasi Semilir bagian atas mengandung berbagai jenis fragmen,
tersingkap di bagian timur daerah maka secara deskriptif dapat ditentukan
penelitian. Menjumpai bagian atas sebagai breksi polimik. Namun, karena
Formasi Semilir tersebut lebih dicirikan secara keseluruhan batuan tersebut se-
oleh komposi-sinya yang relatif dasitik cara genetis berasal aktivitas vulkanis-
dan berwarna lebih terang (abu-abu agak me, maka disebut breksi koignimbrit.
kekuningan). Sedangkan litologi yang Breksi koignimbrit tersebut makin ke
menyusun dae-rah-daerah penelitian utara semakin menghilang dan beberapa
berkomposisi basa-tik-andesitik dengan fragmen lapilli andesit berbentuk
warna abu-abu ge-lap agak kehijauan. butir menyudut masih dijumpai dalam
Detail dari litologi yang menyu- breksi pumis di daerah Tlukan (sekitar
sun daerah penelitian dapat dibagi ke 3km ke arah timurlaut dari Plencing).

72
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011

Gambar 6. Singkapan perselingan breksi pumis massif dan tuf berlapis yang
bersifat nongampingan dan perlapisan batupasir dan batulempung, yang sebagi-
an bersifat gampingan di daerah Dahromo.

Breksi koignimbrit ini tersingkap ung fragmen pumis basaltik yang ter-
hingga sejauh 1-2km dari Plencing, maka singkap di Dahromo-Tlukan.
hal ini dapat diinterpretasi bahwa batuan Artinya, lava basaltik tersebut
tersebut dihasilkan oleh aktivitas gunung telah membentuk tubuh kerucut gunung
api secara eksplosif dengan pusat erupsi api, ketika terjadi erupsi eksplosif, basalt
yang tidak jauh dari daerah Plencing. ikut terlontarkan bersama-sama dengan
Sekitar 500m ke arah selatan dari material erupsi yang lain dan
singkapan breksi koignimbrit tersebut di diendapkan sebagai breksi pumis di
Plencing, dijumpai Gunung Gede de- Dahromo dan sekitarnya.
ngan morfologi tertinggi dan berbentuk
kerucut. Litologi yang menyusun Gunung
Gede adalah batuan beku intrusi dangkal
andesit horenblende berwarna abu-abu
terang agak kehijauan. Keberadaan Gu-
nung Gede tersebut diinterpretasi seba-
gai leher vulkanik yang muncul setelah
aktivitas eksplosif berlangsung.
Di bagian tengah dari daerah
penelitian tersingkap batuan beku lava
andesit dan basal berstruktur bantal di
Dengkeng (400m ke utara dari Pucung).
Kelompok batuan tersebut secara posisi-
onal berada di atas kelompok batuan tuf
dan breksi pumis. Namun, secara stra-
tigrafi dengan pendekatan kegunung-api- Gambar 7. Singkapan breksi koignim-
an, litologi tersebut dierupsikan lebih brit mengandung fragmen blok bongkah
dahulu dari satuan tuf dan breksi pumis. andesit dan pumis berdiameter besar,
Hal itu didukung dengan adanya yang tersingkap di daerah Plencing,
singkapan breksi pumis yang mengan- 1,5Km ke selatan Sindet.

73
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011

Di daerah Sindet ke utara hingga Di daerah Sindet ini, dari bawah


Dahromo dan ke arah timur di Srumbung ke atas litologinya tersusun atas breksi
dan Dengkeng, tersingkap perlapisan pumis massif setebal lebih dari 8m, per-
breksi pumis dan tuf dengan fragmen selingan antara breksi pumis tebal 40-
lempung/abu yang pada waktu proses 60cm dan tuf tebal 10-20cm, dan lami-
pengendapan breksi pumis belum meng- nasi-slump tuf dengan fragmen arang
alami pembatuan. serta beberapa lapisan dengan kompo-
Ketebalan singkapan breksi sisi tuf yang bercampur dengan arang
pumis ini mencapai lebih dari 15 m warna abu-abu bintik hitam sampai
dengan lebar singkapan yang sangat luas hitam tebal 10-20cm. Di atas perlapisan
2
lebih dari 25km . Breksi pumis dicirikan tersebut, ke arah barat ditumpangi oleh
oleh warna abu-abu gelap, struktur dari perselingan breksi dan lava andesit
berlapis, dune/antidune, slump, tekstur dengan tingkat oksidasi tinggi. Secara
sortasi jelek, kemas terbuka, bentuk butir setempat, di dalam breksi andesit ter-
menyudut dan terkomposisi oleh fragmen sebut juga kadang-kadang diselingi
pumis, litik dan gelas basalt, yang terta- dengan adanya breksi pumis sedimen-
nam dalam matriks abu diperlihatkan pa- ter dengan bentuk fragmen agak mem-
da Gambar 8. bundar. Kontak antara satuan breksi
pumis dengan batuan di atasnya, di
daerah Pucung berupa bidang erosi dan
bidang sesar, sedangkan di daerah Sin-
det berupa bidang kemenerusan. Di
daerah Srumbung dan Dengkeng, di
atas breksi pumis adalah perlapisan
batupasir warna coklat, dengan hubung-
an gradasional. Di kedua daerah terse-
but, kontak ini jelasnya juga dijumpai
berupa sesar oblik. Di daerah Watu
Kelir, breksi pumis dan batuan diatas-
nya berupa breksi andesit berhubungan
gradual ini berupa perlapisan breksi
dengan fragmen pumis dan kerikil (litik)
Gambar 8. Singkapan pada breksi pumis yang makin ke atas pumisnya makin
dengan fragmen lempung abu-abu gelap menghilang. Bentuk fragmen pumisnya
dan pumis di Sindet-Trimulyo (Kec. Jetis). agak membundar dan litiknya sangat
meruncing. Di daerah Pucung, litologi-
Urut-urutan stratigrafi batuan gu- nya tersusun atas perselingan tuf dan
nung api di daerah Sindet dan sekitarnya, breksi pumis berukuran butir lebih halus.
di daerah Plencing tersusun atas breksi Jadi, bagian atas satuan tuf dan
koignimbrit yang diintrusi oleh batuan breksi pumis adalah batupasir hitam dan
beku andesit horenblende di Gunung batulempung hitam tebal 40cm dan
Gede. Kea rah utara, breksi koignimbrit breksi andesit yang mengandung frag-
secara gradual makin berubah menjadi men koral, yang tersingkap di daerah
breksi pumis yang berselingan dengan Pucung lihat Gambar 9, di sebelah
tuf. Tebal keseluruhan breksi koignimbrit baratdaya Sindet berupa perselingan tuf
ini adalah lebih dari 5m. Di perbatasan pumis dan breksi andesit, serta di
antara Dengkeng dan Plencing tersusun Watukelir berupa gradasional tuf-pumis
atas dari breksi koignimbrit yang secara epiklastika dan batupasir coklat. Hasil
gradual ke atas berubah menjadi breksi analisis fosil foram yang terkandung
purmis dengan fragmen litik dan gelas dalam batulempung di Pucung diketahui
basalt, dan beberapa fragmen batulem- berumur N 5-6 (Miosen Awal). Batuan
pung. Batuan tersebut selanjutnya ditum- tersebut membatasi dengan bagian di
pangi oleh lava basalt berstruktur bantal atasnya, yaitu runtunan satuan batuan
dan beberapa ditumpangi breksi andesit vulkanik lava dan breksi andesit. Batuan
dengan sedikit fragmen koral. karbonatan tersebut diinterpetasi meng-

74
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011

akhiri runtunan batuan vulkanik hasil hasilkan material aktivitas gunung api
erupsi eksplosif di daerah penelitian, dan baru, berupa breksi andesit dan lava
sebagai jeda waktu pengendapan dengan yang selanjutnya diikuti pula dengan
batuan fasa konstruksi gunung api di pembentukan pipa-pipa kepundan baru
atasnya. Jadi, aktivitas gunung api eks- yang lain, seperti di selatan Dengkeng,
plosif di daerah penelitian, yang meng- Watukelir dan sebelah utara Pucung.
hasilkan tuf dan breksi pumis Formasi
Semilir bagian bawah, berlangsung sebe-
lum Miosen Awal. Sedangkan setelahnya
dilanjutkan dengan adanya pembangun-
an gunung api menghasilkan runtunan
breksi dan lava andesitis bagian dari
Formasi Nglanggeran.
Gambar 10 adalah hasil korelasi
stratigrafi daerah penelitian dari zona
pusat hingga zona terluar (bagian utara).
Dari hasil korelasi pada stratigrafi dapat
diketahui bahwa ada kemenerusan anta-
ra batuan breksi koignimbrit dan breksi
pumis, yang makin ke utara dan makin ke
timur makin berukuran halus. Di daerah
Dengkeng, justru litologinya lebih didomi-
nasi oleh tuf epiklastika yang berselingan
dengan breksi pumis dan tuf piroklastika.
Hal itu mengindikasikan bahwa sumber
erupsi berada di sekitar bagian baratdaya
daerah penelitian. Jika dikompilasikan
dengan bentukan morfologi tapal kuda,
terlihat bahwa adanya batuan gunung api
kaya pumis dan tuf di daerah penelitian,
mengindikasikan pernah berlangsung ak- Gambar 9.Singkapan bagian atas litolo-
tivitas eksplosif gunung api di wilayah ini. gi daerah penelitian di Pucung, yang
Breksi koignimbrit dengan fragmen blok membatasinya dengan batuan di atas-
andesit berukuran maksimum 4,5m di nya (breksi andesit).
Plencing, menunjukkan bahwa daerah ini
sangat dekat dengan pusat erupsinya. Hasil korelasi stratigrafi di
Hal itu dengan alasan bahwa material daerah penelitian menunjukkan bahwa
dengan berat jenis dan berat massa yang makin ke arah utara ukuran butir breksi
besar tidak dapat terbawa oleh angin koignimbrit makin kecil dengan fragmen
maupun lontaran balistik dalam jangka- litik yang bercampur dengan fragmen
uan yang sangat jauh (puluhan kilome- pumis dengan diameter 4-6cm. Frag-
ter). sebaran tuf/pumis lebih dominan men litik tersebut makin ke utara (Mun-
mengarah ke baratlaututara. tuk-Tangkil) berselingan dengan breksi
Sedangkan material yang ber- pumis. Ke arah utara-baratlaut, fragmen
ukuran lebih halus, seperti pumis dan tuf litik telah menghilang sepenuh-nya dan
dapat terbawa angin, sehingga dapat didominasi oleh fargmen pumis dengan
tertransport sangat jauh, dalam radius diameter yang cukup besar yaitu 4-6cm
puluhan kilometer. Gunung Gede yang dan gelas basalt, sehingga warnanya
memiliki morfologi kerucut dengan relief menjadi gelap. Di daerah Kedungpring,
tertinggi dengan litologi paling resisten breksi pumis tersebut juga mengandung
diinterpretasi sebagai pusat kerucut gu- fragmen batulempung dengan diameter
nung api pasca eruspi eksplosif. Gunung 5-15cm, yang bentuk butirnya memipih.
Gede yang dilingkupi oleh perkampung- Hal itu mengindikasikan bahwa, saat
an Plencing yang secara umum mem- sedimentasi berlangsung, lempung ter-
bentuk morfologi tapal kuda telah meng- sebut belum terlitifikasi dan langsung

75
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011

terseret oleh material aliran gunung api sedimentasi) dengan pumis; hal itu
yang masuk ke dalam air. Warna abu-abu hanya dapat terjadi di dalam air.
gelap dalam breksi pumis dan tuf, dengan Makin ke arah timur, yaitu di
kandungan serbuk dan fragmen arang di daerah Dengkeng, aktivitas epiklastika
dalamnya, serta strukturnya yang massif, yang berselingan dengan aktivitas piro-
mengindikasikan bahwa energi alirannya klastika berlangsung. Material-material
sangat besar. Hal itu memperkuat duga- yang diendapkan dalam waktu yang ti-
an bahwa material gunung api tersebut dak terlalu lama, yang belum mengalami
adalah endapan aliran piroklastika. Per- pembatuan, tererosi dan tertransportasi
selingan beksi pumis dan batupasir war- kembali oleh bahan aliran dan seruakan
na kecoklatan di Dahromo adalah indikasi piroklastika. Itulah sebabnya, struktur
bahwa ada proses settling yang memi- sedimen yang berkembang di dalamnya
sahkan antara material kaya lumpur (saat adalah slump hingga ripple.

Gambar 10. Korelasi stratigrafi batuan gunung api di daerah Sindet dan
sekitarnya

Pasca aktivitas eksplosif berlang- dan berlangsung di daerah fasies


sung, yaitu pada Miosen Awal, di daerah medialdistal telah menghasilkan perla-
Dengkeng ke selatan hingga Pucung pisan batupasir coklat. Itulah sebabnya,
berlangsung aktivitas laut dangkal. Akti- di atas satuan breksi pumis Sindet
vitasnya ini mengendapkan batupasir dan langsung ditumpangi oleh satuan batu-
batulempung/napal warna hitam yang pasir warna coklat di daerah Dengkeng;
mengandung fosil foram plangtonik. Di sedangkan di daerah Pucung langsung
lokasi lain, aktivitas vulkanisme yang ditumpangi oleh breksi dan lava.
menghasilkan batuan-batuan lava kohe-
ren dan breksi andesit/basaltic berlang- KESIMPULAN
sung. Namun, secara local aktivitas laut Breksi aneka bahan yang ter-
juga berlangsung mengendapkan batu singkap di daerah Plencing adalah
gamping koral pada kaki-kaki dan lereng breksi coignimbrite. Proses pembentu-
gunung api. Hal itu ditunjukan oleh sing- kan satuan batuan tersebut berasosiasi
kapan breksi andesit dengan fragmen dengan erupsi eksplosif gunung api tipe
koral di Pucung dan Siluk. Selama akti- Plini pada fasies gunung api, yang di-
vitas gunung api berlangsung pada fasies hasilkan oleh runtuhan kolom erupsi,
pusat, aktivitas pengendapan sedimen-ter diduga diinterpretasi sangat dekat deng-

76
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011

an sumbernya. Walaupun kenampa-kan Bronto , S. dan Mulyaningsih, S., Fosil


fisiknya mirip dengan anggota formasi gunung api Watuadeg, di wila-
Nglanggeran, namun secara stratigrafi yah kecamatan Berbah, kabu-
merupakan bagian dari satuan breksi paten Sleman, Provinsi Daerah
pumis formasi Semilir bagian bawah, dan Istimewa Jogjakarta (in press)
berhubungan menjari dengan breksi batu- Bronto, S. dan Mulyaningsih, S., 2001,
apung dan tuf. Pusat erupsi berada di Volcanostratigraphic
daerah Plencing (Gunung Gede). Letusan development from Tertiary to
eksplosif tersebut diawali dengan fasa Quaternary: A case study at
pembentukan kerucut gunung api, yang Opak River, Watuadeg-Berbah,
th
menghasilkan basalt berstruktur bantal, Jogjakarta, Abstr., 30 Ann.
th
yang singkapannya tidak jauh dari breksi Conv. IAGI & 10 Geosea Reg.
koignimbrit. Penelitian lebih lanjut, yang Cong., Sept. 10-12 Jogjakarta,
bertujuan untuk mengetahui pusat erupsi 158.
yang merupa-kan volcanic conduit fasa Bronto, S., Hartono, G., dan Astuti, B.,
komposit gunung api ini perlu dilakukan. 2004, Hubungan genesis antra
batuan beku intrusi dan batuan
UCAPAN TERIMAKASIH beku ekstrusi di Perbukitan Jwo,
Ucapan terimakasih diberikan Kec. Bayat, Klaten Jawa Tngah,
kepada DP2M Dikti yang telah menye- Majalah Geologi Indonesia, v.
diakan dana penelitian melalui penelitian 19, no. 3, Des. 2004, 147-163.
fundamental dan Institut Sains & Tekno- Husadani, Y.T., 2008, Geologi dan stra-
logi AKPRIND Jogjakarta, sehingga pe- tigrafi batuan gunung api Derah
nulis mendapatkan kesempatan untuk Sindet Kec. Imogiri, Kab. Bantul,
mendapatkan dana penelitian tersebut. Daerah Istimewa Jogjakarta,
Skripsi S1 di Jurusan Teknik
DAFTAR PUSTAKA Geologi, Fakultas Teknologi Mi-
Asikin, (1947) Evolusi Geologi Jateng neral, Institut Sains & Teknologi
dan Sekitarnya Ditinjau dari Segi AKPRIND Jogjakarta, 130 hal,
Tektonik Dunia yang Baru, De- tidak dipublikasikan.
sertasi ITB, Bandung. Tidak Dipu- Rahardjo, W., Sukandarrumidi dan H.M.
blikasi Rosidi, 1977, Peta Geologi Lem-
Asikin, S., Kartanegara, L., & Uniputty, bar Yogyakarta, Jawa, skala 1 :
H., (1987), Tatanan Stratigrafi 100.000, Dir. Geologi, Bandung.
dan Posisi Tektonik Cekungan Samodra, H. dan Sutisna, 1997, Peta
Jawa Tengah Utara Selama Ja- geologi lembar Klaten, Jawa Te-
man Tersier, PIT IAGI ke XVI, ngah, skala 1:50.000,Puslitbang
Bandung. Geologi, Bandung.
Bothe, A. Ch. D., 1929, Djiwo Hills and Soeria-Atmadja, R., Maury, R.C. Bellon,
Southern Ranges, Excursion H., Pringgoprawiro, H., dan Pri-
th
Guide, 4 Pacific Sci.Cong., Ban- adi, B., 1994, Tertiary magmatic
dung, 23 p. belts in Java, Journ. SE Asian
Bronto, S., 1983, The Nature of the Kra- Earth Sci., 9.
katau Ash Flow Deposits, Symp. Srijono dan Husein, S., 2007, Tinjauan
th
100 Krakatau 1883-1983, Jakar- geomorfologi Pegungan Selatan
ta, 23-27 August, 1983. DIY/Jateng:Telaah peran faktor
Bronto, S., Hartono, G., dan Purwanto, endogenik dan eksogenik da-
D, 1998, Batuan longsoran gu- lam proses pembentukan pegu-
nung api Tersier di Pegunungan nungan, Abstrak, Seminar dan
Selatan, studi kasus di Kali Workshop: Potensi Geologi Pe-
Ngalang, Kali Putat, dan Jentir, gunungan Selatan dalam Pe-
Kab. Gunungkidul, Jogjakarta, ngembangan Wilayah,
Prosid. PIT 27 IAGI, 8-9 Des., Jogjakar-ta, 27-29 November.
Jogjakarta, 3.44 3.49. Sumarso & T. Ismoyowati, 1975, A con-
tribution to the sratigraphy of the

77
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011

Jiwo and their southern surround- Indonesia Barat, abstrak, Semi-


ings, IVth IPA conv., Jakarta. nar dan Workshop Potensi
Surono, B. Toha dan I. Sudarno, 1992, Geologi Pegunungan Selatan
Peta geologi lembar Surakarta dalam Pengembangan Wila-
Giritontro, Jawa, skala 1:100.000, yah, Jogjakarta, 27-29 Nov.
Puslitbang Geologi, Bandung. 2007.
Sutawidjaja, I.S., 1990, Evolution of Ba- Umboro, P.A., 2009, Geologi dan analis-
tur Caldera, Bali, Indonesia. A is geokimia batuan vulkanik
thesis of MSc., Victoria Univ. of Daerah Pucung dan sekitarnya,
Wellington, New Zealand. Kecamatan Pleret, Kabupaten
Sutawidjaja, I.S., 2006, Proses terjadi-nya Bantul
Gunung api Krakatau dan ren- Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geo-
cana mitigasinya, PVMBG, Ban- logy of Indonesia, Vol. IA, Mar-
dung, 11 h, laporan tidak terbit. tinus Nijhoff, the Hague, 732 p.
Suyoto, 2007, Status Cekungan Wono-
sari dalam kerangka tektonik

78

Anda mungkin juga menyukai