Skripsi
Diajukan untuk memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Ilmu Hukum
Program Kekhususan Hukum Pidana
Disusun Oleh:
Muh. Siddiq Sjarif
03.211.7563
Dosen Pembimbing
Faishol Azhari SH, M.Hum
NIK: 210.390.024
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
SEMARANG
2015
KEWENANGAN KOMISI PEMBERATASAN KORUPSI (KPK)
TERHADAP DUGAAN TINDAK PIDANA KORUPSI YANG
DILAKUKAN BERSAMA SAMA OLEH PEJABAT YANG TUNDUK
PADA PERADILAN UMUM DAN TUNDUK PADA PERADILAN
MILITER
(KORUPSI KONEKSITAS)
Diajukan Oleh:
Dosen Pembimbing,
ii
SKRIPSI
Ketua
Dr. Hj. Sri Endah Wahyuningsih, SH, M.Hum Faishol Azhari SH, M.Hum
NIK: 210.390.025 NIK: 210.390.024
Mengetahui
Dekan
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
bertindak cermat
PERSEMBAHAN
Tugas akhir ini kepersembahkan kepada:
terwujud.
Almamaterku tercinta.
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan
segala rahmat dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
Dugaan Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Bersama Sama Oleh Pejabat
Yang Tunduk Pada Peradilan Umum dan Tunduk Pada Peradilan Militer (Korupsi
Koneksitas).
Saw serta keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia dalam perjuangan, yang
telah memberikan petunjuk tentang yang baik dan buruk, benar dan salah, sambil
insan insan yang bertanggung jawab atas segala keputusan yang telah
diambilnya.
Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Dalam
kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak H. Anis Malik Toha, MA, PHd, selaku Rektor Universitas Islam
pendidikan.
v
2. Bapak Dr. H. Jawade Hafidz, SH, MH, selaku Dekan Fakultas Hukum
3. Bapak Drs. Munsyarif Abdul Chalim, SH, MH, selaku Wakil Dekan I
4. Bapak Faisol Azhari, SH, M. Hum, selaku dosen pembimbing yang dengan
5. Bapak Prof. Dr. H. Gunarto, SH, SE, Akt, M. Hum, selaku dosen wali yang
Semarang.
kepada penulis.
vi
9. Ayah dan Ibunda tercinta walaupun selama penulisan skripsi ini tidak berada
10. Kakakku Wa Ode Sitti Syuaida Sjarif, Wa Ode Sitti Hartati Syarif, Sertu
Muh. Jusman Syarif, Wa Ode Sitti Indra Sjarif SP, yang tak henti hentinya
11. Seseorang yang selalu menemani penulis dalam suka maupun duka yang tak
12. Bang Wahyu Azzaky, S.Psi, Bang Letda. CHK Sugiarto,SH, Bang Beny
Abukhaer Tatara S. Psi, Bang Mukhyidin S. Sy, Bang Arif Wibowo, S. Sy,
serta angota anggota alumni/IARMI yang tidak bisa kami sebut satu
13. Kang Abbas selaku pelatih di Tarung Derajat beserta teman - teman lain
Sudirman dan lain lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
16. Teman teman di Fakultas Hukum terutama angkatan tahun 2011 yang tidak
bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya selama ini.
17. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu baik secara
ini
vii
Kepada mereka yang tersebut diatas hanya doa yang dapat kami panjatkan,
semoga Allah Swt membalas dan memberi ridho Nya sehingga membawa
kesempurnaan hanya milik Allah, dan segala kesalahan adalah dari penulis
sebagai seorang manusia. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari
pembaca sangat penulis harapkan demi lebih baiknya penulisan skripsi ini.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ix
BAB IV PENUTUP ............................................................................................... 49
A. Kesimpulan .................................................................................................... 49
B. Saran ............................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
UUD 1945, yang menjunjung tinggi hak asasi manusia, dan menjamin semua
serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya. Hukum menetapkan apa yang harus dilakukan, apa yang boleh
Sasaran hukum yang hendak dituju bukan saja orang yang nyata nyata
berbuat melawan hukum, melainkan juga perbuatan melawan hukum yang
mungkin akan terjadi, dan kepada alat perlengkapan negara untuk
bertindak menurut hukum. 1
Salah satu dampak negatif tersebut yang dapat dikatakan cukup meresahkan
1
Evi Hartanti Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hal..1.
1
bangsa Indonesia.Secara khusus korupsi hanya menguntungkan segelintir
orang kaya, penguasa dan kroninya, tetapi akibatnya harus dipikul oleh
suap.Jelaslah bahwa korupsi selalu bermula dari sektor publik dengan bukti
bukti yang nyata bahwa dengan kekuasaan itulah pejabat publik dapat
menekan atau memeras para pencari keadilan atau mereka yang memerlukan
balances yang lemah diantara ketiga kekuasaan itulah maka korupsi sudah
2
Zainudin Ali, Sosiologi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hal.. 78
2
tidak terawasi secara baik karena landasan hukum yang dipergunakan juga
mengandung banyak kelemahan kelemahan dalam implementasinya3
untuk di muat dalam teks pidato para pejabat negara. Bicara seolah ia bersih,
anti korupsi. Masyarakat melalui LSM dan Ormas pun tidak mau kalah
media elektronik.
Prt/PM/011/1957
Pidana Korupsi.
3
Romli Atmasasmita,Sekitar Masalah Korupsi, Aspek Nasional dan Internasional, Mandar Maju,
Bandung, 2004, hal, 1
3
4. Ketetapan MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara
Pidana Korupsi.
Pidana Korupsi.
Korupsi.
10. Keputusan Presiden Nomor 155 Tahun 1999 tentang Tim Pengkajian
Nasional.
14. Peraturan Pemerintah Nomor 274 Tahun 2001 tentang Tata Cara
4
Menjelang akhir tahun 2004, dalam program 100 hari pemerintahan
terdiri dari instruksi umum dan instruksi khusus yang ditujukan kepada para
Mukantardjo bahwa secara garis besar, isi dari instruksi umum tersebut antara
lain:
4
Rudy Satriyo Mukantardjo dan Tim, Penelitian Hukum tentang Aspek Hukum Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, BPHN, Jakarta, 2008, hal. 20 - 21
5
Ibid
5
dilaksanakan dengan cepat dan melalui upaya upaya luar biasa, maka KPK
oleh masyarakat apapun, baik sipil yang harus diadili dalam lingkungan
militer (TNI) bersama sama dengan sipil, yang secara yuridis formal harus
umum maupun tindak pidana khusus seperti korupsi. Akan tetapi apakah
sama dilakukan oleh mereka yang tunduk pada peradilan umum dan tunduk
6
B. Perumusan Masalah
koneksitas?
2. Apa kendala yang dihadapi KPK dalam memeriksa dugaan tindak pidana
korupsi koneksitas?
Tujuan Penelitian:
Manfaat Penelitian
hukum pidana.
sejauh mana wewenang dan yurisdiksi KPK dalam dugaan perkara tindak
7
D. Metode Penelitian
berikut:
1. Jenis Penelitian
2. Spesifikasi Penelitian
penelitian ini adalah berdasarkan data sekunder yaitu data yang diperoleh
yaitu:
a) UUD 1945,
8
d) Undang Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan
Militer,
Nepotisme,
Pemberantasan Korupsi,
Kehakiman,
9
E. Sistematika Penulisan
sistematika penulisan.
Korupsi (KPK), tinjauan tentang pejabat pegawai negeri, dan tinjauan tentang
saran.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
segala macam perbuatan yang tidak baik. Seperti dikatakan Andi Hamzah
6
Adami Chazawi, Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia,cetakan kelima,
Bayumedia Publishing, Malang, 2014, hal.. 2
11
diketahui atau patut disangka oleh si pembuat bahwa merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara7.
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) adalah dalam satu napas karena
ketiganya melanggar kaidah kejujuran dan norma hukum. Adapun
faktor faktor sosial pendukung KKN adalah sebagai berikut:
1) Desintegrasi (anomie) sosial karena perubahan sosial terlalu cepat
sejak revolusi nasional, dan melemahnya batas milik negara dan
milik pribadi,
2) Fokus budaya bergeser, nilai utama orientasi sosial beralih menjadi
orientasi harta,
3) Pembangunan ekonomi menjadi panglima pembangunan bukan
pembangunan sosial atau budaya,
4) Penyalahgunaan kekuasaan negara sebagai short
cutmengumpulkan harta,
7
Evi Hartanti,Op.cit., hal. 18
8
Ibid, hal. 19
12
5) Paternalisme, korupsi tingkat tinggi, menurun, menyebar, meresap
dalam kehidupan masyarakat,
6) Pranata pranata sosial kontrol tidak efektif lagi.9
Suhandi Cahaya, bahwa ada 7 macam delik korupsi dan unsur unsurnya,
yaitu:10
9
Ibid, hal. 19 - 20
10
Surachmin dan Suhandi Cahaya, Strategi & Tekhnik Korupsi (Mengetahui Untuk Mencegah),
Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hal. 16 - 30
13
perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
Unsur unsurnya:
- Pelaku (manusia dan korporasi)
- Menguntungkan diri sendiri, orang lain, pelaku, atau korporasi.
- Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan.
- Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
2) Tindak Pidana Korupsi Penyuapan
Pasal 5 ayat (1) huruf a dan b UU No. 20 Tahun 2001
a. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau
penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu
dalam jabatannya, yang bertentantangan dengan kewajibannya;
atau
b. Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentantangan
dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam
jabatannya.
Unsur unsur untuk Pasal 5 ayat (1) huruf a:
- Setiap orang.
- Memberi atau menjanjikan sesuatu.
- Pegawai negeri atau penyelenggara negara.
- Dengan maksud pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut
berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang
bertentantangan dengan kewajibannya.
Unsur unsur untuk Pasal 5 ayat (1) huruf b:
- Setiap orang.
- Memberi sesuatu.
- Pegawai negeri atau penyelenggara negara.
- Karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan
dengan kewajibannya, dilakukan atau tidak dilakukan dalam
jabatannya.
Pasal 5 ayat (2) UU No. 20 Tahun 2001:
Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a
atau b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud
dalam ayat 1.
Unsur unsurnya:
- Pegawai negeri atau penyelenggara negara.
- Menerima pemberian atau janji.
14
- Berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang
bertentangan dengan kewajibannya atau berhubungan dengan
sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban dilakukan atau tidak
dilakukan dalam jabatannya.
15
- Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a dan b.
16
- Dengan sengaja.
- Membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 ayat (1) huruf c.
17
jabatan umum secara terus menerus atau unutk sementara waktu,
dengan sengaja memalsukan buku buku atau daftar daftar yang
khusus untuk pemeriksaan administrasi.
Unsur unsurnya:
- Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau
unutk sementara waktu.
- Dengan sengaja.
- Memalsu buku buku atau daftar daftar yang khusus untuk
pemeriksaan administrasi.
18
Pasal 11 UU No. 20 Tahun 2001:
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun, dan/atau pidana denda palin sedikit Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal
diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan
karena kekuasaan atau kesewenangan yang berhubungan dengan
jabatannya, atau menurut pikiran orang yang memberikan hadiahatau
janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya.
Unsur unsurnya:
- Pegawai negeri atau penyelenggara negara.
- Menerima hadiah atau janji.
- Padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji
berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang
yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungannya
dengan jabatannya.
19
- Padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji
tersebutdiberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya yang berhubungan dengan
kewajibannya.
Unsur unsur untuk Pasal 12 huruf b:
- Pegawai negeri atau penyelenggara negara.
- Menerima hadiah.
- Padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut
diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan
atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang berhubungan
dengan kewajibannya.
Unsur unsur untuk Pasal 12 huruf c:
- Hakim.
- Menerima hadiah atau janji.
- Padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji
tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang
diserahkan kepadanya untuk diadili.
Unsur unsur untuk Pasal 12 huruf d:
- Seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang
undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri siding
pengadilan.
- Menerima hadiah atau janji.
- Padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah janji atau janji
tersebut untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan
diberikan, berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada
pengadialn untuk diadili.
20
h. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas, telah menggunakan tanah negara yang
diatasnya terdapat hak pakai, seolah olah sesuai dengan peraturan
perundang undangan, telah merugikan orang yang berhak,
padahal diketahuinya bahwa perbuatan tersebut bertentantangan
dengan peraturan perundang undangan; atau
i. pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun
tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan,
pengadaan, persewaan, yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk
seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau
mengawasinya.
Unsur unsur untuk Pasal 12 huruf e:
- Pegawai negeri atau penyelenggara negara.
- Dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum.
- Dengam menyalahgunakan kekuasaanya.
- Memaksa seseorang untuk memberikan sesuatu, membayar atau
menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan
sesuatu bagi dirinya sendiri.
Unsur unsur untuk Pasal 12 huruf f:
- Pegawai negeri atau penyelenggara negara.
- Pada waktu menjalankan tugas meminta, menerima, atau
memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara yang lain atau kepada kas umum.
- Seolah olah pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain
atau kas umumtersebut mempunyai utang kepadanya, padahal
diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang.
Unsur unsur untuk Pasal 12 huruf g:
- Pegawai negeri atau penyelenggara negara.
- Pada waktu menjalankan tugas, meminta, menerima pekerjaan, atau
penyerahan barang.
- Seolah olah merupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui
bahwa hal tersebut bukan merupakan utang.
Unsur unsur untuk Pasal 12 huruf h:
- Pegawai negeri atau penyelenggara negara.
- Pada waktu menjalankan tugas, tealh menggunakan tanah negara
yang diatasnya terdapat hak pakai, seolah sesuai dengan peraturan
perundang undangan.
- Telah merugikan orang yang berhak.
- Padahal diketahui bahwa perbuatan tersebut bertentangan dengan
peraturan perundang undangan.
Unsur unsur untuk Pasal 12 huruf i:
- Pegawai negeri atau penyelenggara negara.
- Dengan sengaja
- Secara langsung maupun tidak langsung turut serta dalam
pemborongan, pengadaan, atau persewaan.
21
- Yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagain
ditugaskan untuk mengurusatau mengawasinya.
Pasal 12C ayat (1), (2) dan ayat (3) UU No. 20 Tahun 2001:
(1) ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B ayat (1) tidak
berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya
kepada Komis Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
(2) penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
wajib dilakukan oleh penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga
puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut
diterima.
(3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam waktu
paling lambat 30 (tiga puluh) harikerja sejak tanggal menerima
laporan wajib menetapkan gratifikasi dapat menjadi milik
penerima atau milik negara.
Unsur unsurnya:
Untuk terpenuhinya tindak pidana cukup dipenuhi satu unsur, yaitu
apabila si Penerima tidak melaporkan gratifikasi yang ia terima.
22
7) Tindak Pidana Korupsi Pemberian Hadiah
Pasal 13 UU No. 20 Tahun 1999:
Setiap orang yang member hadiah atau janji kepada pegawai negeri
dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada
jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji
dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut, dipidana
dengan pidana penjarapaling lama 3 (tiga) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
Unsur unsurnya:
- Setiap orang.
- Memberi hadiah atau janji.
- Kepada pegawai negeri.
- Dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada
jabatan atau kedudukan pegawai negeri yang bersangkutan; atau
oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau
kedudukan pegawai negeri tersebut.
23
Dengan undang undang ini dibentuk Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh
miliar rupiah)
24
2) Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan
pidana korupsi.
pidana korupsi
pidana korupsi
25
4) Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang
korupsi
azaz proporsionalitas.
berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam
sesuatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan
26
1) Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah
1) Ayat (1) : yang disebut pejabat, termasuk juga orang orang yang
2) Ayat (2) :yang disebut pejabat dan hakim termasuk juga hakim wasit;
agama.
Pejabat.
27
e. Orang yang menerima gaji/upah dari korporasi yang menggunakan
modal/fasilitas negara/masyarakat.
secara khusus sehingga secara empiris jarimah ini tidak dikenal pada masa
Korupsi atau memakan harta orang lain secara tidak halal dalam Islam
suatu kepentingan.
28
Allah SWT telah menyinggung praktik korupsi pada sejumlah ayat
Artinya :Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. (Q.S. An
Nisa(4):29)
Artinya: dan janganlah sebagian kamu memakan harta dari sebagian
yang lain diantara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu
membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan
sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)
29
RasulullahSAW pun telah memberikan peringatan tegas untuk
Allah melaknat orang yang memberi suap, penerima suap, sekaligus yang
saja yang bersekutu dalam praktik ini. Sebab akan membawa dampak negatif
yang sangat tidak baik, misalkan akan menyebabkan kerusakan moral dan
30
BAB III
bersama sama dengan oknum masyarakat sipil (bukan TNI) yang berupa
kerugian negara demi keuntungan pribadi atau kelompok serta badan hukum
tertentu. Apabila terjadi tindak pidana korupsi yang demikian, maka perkara
tindak pidana korupsi tersebut harus diadili dalam ruang lingkup lingkungan
peradilan koneksitas.
dilakukan bersama sama oleh mereka yang tunduk pada peradilan umum
dan oleh mereka yang tunduk pada peradilan militer. Artinya para pihak atau
pelaku tindak pidana berasal dari lingkungan peradilan yang berbeda. Sebab
31
Berkaitan dengan tindak pidana korupsi koneksitas,pada awalnya
penuntutan tindak pidana korupsi yang dilakukan bersama sama oleh orang
korupsi yang dilakukan bersama sama oleh orang yang tunduk pada
Kejaksaan RI, Kepolisian Negara RI, dan Pengawas Keuangan dalam suatu
32
Tim untuk melaksanakan tugas pemberantasan tindak pidana korupsi
koneksitas.
tersebut tumpang tindih dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 89 ayat
menentukan bahwa :
Indonesia dan Oditur Militer atau Oditur Militer Tinggi sesuai dengan
denganPasal 89 ayat (2) KUHAP, maka jika diberlakukan asas lex posterior
derogate legi priori, artinya undang undang baru atau undang undang
Nomor 30 Tahun 2002. Tetapi selama ketentuan yang terdapat dalam Pasal
33
1) Tindak pidana yang dilakukan bersama sama oleh mereka yang
dilaksanakan oleh suatu tim tetap yang terdiri dari penyidik sebagaimana
Republik Indonesia dan Oditur Militer dan Oditur Militer Tinggi sesuai
Kehakiman.
Tindak pidana yang dilakukan bersama sama oleh mereka yang termasuk
kecuali jika menurut Keputusan Ketua Mahkamah Agung perkara itu harus
34
Dengan adanya ketentuan Pasal 16 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009,
ialah kerugian. Apabila besarnya kerugian dari tindak pidana ada pada
kepentingan hukum militer, maka perkara itu akan diperiksa dan diadili dalam
lebih banyak pada kepentingan hukum sipil, maka perkara tersebut diperiksa
korupsi koneksitas lebih lanjut telah diatur dalam Pasal 90 dan 91 KUHAP
yaitu:
Pasal 90:
(1), dibacakan penelitian bersama oleh jaksa atau jaksa tinggi dan oditur
militer atau oditur militer tinggi atau dasar hasil penyidikan tim tersebut
(1)
35
3) Jika dalam penelitian bersama itu terdapat persesuaian pendapat tentang
dilaporkan oleh jaksa atau jaksa tinggi kepada Jaksa Agung dan oleh
oditur militer atau Oditur Militer Tinggi kepada oditur Jenderal Angkatan
Pasal 91:
titik berat kerugian yang ditimbulkan oleh tindak pidana tersebut terletak
pada kepentingan umum dan karenanya perkara pidana itu harus diadili
yang diserahkan melalui oditur militer atau oditur militer tinggi kepada
2) Apabila pendapat itu titik berat kerugian yang ditimbulkan oleh tindak
36
3) Surat keputusan terbut pada ayat (2) dijadikan dasar bagi perwira
penyerah perkara dan jaksa atau jaksa tinggi untuk menyerahkan perkara
dituangkan dalam berita acara dan masing masing dilaporkan oleh jaksa
atau jaksa tinggi ke Jaksa Agung; dan oleh oditur militer atau oditur
militer tinggi ke oditur Jenderal TNI. Dalam hal ini ada 2 kemungkinan:
yang diserahkan melalui oditur militer atau oditur militer tinggi kepada
alasan:
37
a) Laporan masyarakat mengenai tindak pidana korupsi tidak ditindak
lanjuti;
dipertanggungjawabkan;
korupsi;
dapat dipertanggungjawabkan.
38
b) Mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat;
diatas.
39
2. Sebaliknya apabila kerugian itu terletak kepada kepentingan hukum
militer sehingga perkara itu harus diadili oleh pengadilan militer, maka
pendapat dari penelitian bersama itu akan dijadikan dasar bagi oditur
perkara dan jaksa atau jaksa tinggi untuk menyerahkan perkara tersebut
bahwa:
dalam Pasal 123 ayat (1) huruf g Undang - Undang Nomor 31 Tahun
baik dari segi formil (misalnya jika berita acara pemeriksaan tersangka
40
tersangka atau saksi atau berita acara penyitaan yang asli) maupun dari
hakim.
Pasal 123 ayat (1) huruf g Undang Undang nomor 31 Tahun 1997
seperti yang ditentukan dalam Pasal 123 ayat (1) huruf h Undang
militer atau oditur militer tinggi, maka menurut ketentuan Pasal 93 ayat (1)
KUHAP dan Pasal 202 ayat (1) Undang Undang Peradilan Militer,
masing masing pada Jaksa Agung dan Oditur Jenderal TNI yang
41
Apabila setelah musyawarah tetap ada perbedaan pendapat, maka pendapat
pada hukum acara yang berlaku, yaitu Pasal 90, 91, 92, dan Pasal 93
KUHAP.
pemgadilan negeri.
militer.
42
c. Hakim anggota diambil secar berimbang, yaitu 1 orang dari
umum.
yang bersangkutan agar dapat berjalan dengan lancar, terarah, berdaya guna,
dan batas batas wewenang yang sudah ada pada masing masing unsur tim.
Korupsi, maka jika sampai keputusan bersama yang dimaksud diatas belum
dilakukan oleh Tim Tetap seperti yang dimaksud oleh Pasal 89 ayat (2)
43
Berkaitan dengan tugas koordinasi dalam Pasal 7 Undang - Undang
pidana korupsi;
pidana korupsi;
korupsi.
KPK belum sepenuhnya menjalankan apa yang menjadi amanat dari pasal 42
Undang Undang Nomor 30 Tahun 2002. KPK selama ini hanya berfungsi
44
B. Kendala Yang Dihadapi KPK Dalam Memeriksa Dugaan Tindak Pidana
Korupsi Koneksitas
Denpasar, Bali,
berikut:
11
Rudy Satriyo Mukantardjo dan tim, Penelitian Hukum tentang Aspek Hukum Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, BPHN, Jakarta, 2008, hal. 48 - 49
45
tersebut tentu saja melebihi kebenaran pernyataan dari pakar atau ahli yang
dilakukan bersama sama oleh mereka yang tunduk pada peradilan umum
bermasalah adalah anggota polisi militer dan proses hukumnya pun secara
2002 Tentang TNI dan Undang Undang Nomor 31 Tahun 1997 Tentang
peradilan militer. Hal ini membuat TNI masih memiliki imunitas dalam
bersama sama dengan pejabat sipil, karena peradilan sipil atau peradilan
46
2. Pelaku (subjek hukum) dilindungi korps, atasan atau teman temannya
Pada umumnya kasus yang terindikasi menjadi suatu tindak pidana korupsi
dengan tujuan untuk menjaga nama baik organisasi atau untuk melindungi
kerjasama antara atasan dengan pelaku atau antara pelaku dengan teman
teman seorganisasi.
tindih dengan berbagai peraturan lain. Misalnya dalam hal pengadaan Alat
Utama Sistem Senjata (Alutsista) TNI, KPK tidak bisa serta merta untuk
berkaitan dengan rahasia negara atas kepentingan militer yang tidak bisa
diketahui umum.
beli dari luar negeri. Hal ini menyulitkan KPK untuk menemukan bukti
47
5. Perkara koneksitas memakan waktu yang lama
sebab itu, suatu perkara koneksitas hanya bisa disidangkan sebagai perkara
koneksitas jika ada keputusan dari Menteri Pertahanan dan telah disetujui
oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Belum lagi menunggu hasil
militer.
6. Adanya terror baik secara psikis maupun fisik, yang berupa ancaman
hukum.
Tidak jarang para penegak hukum khususnya KPK atau yang memeriksa
pemberantasan korupsi.
48
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
disimpulkan bahwa:
oleh mereka yang tunduk pada peradilan umum dan tunduk pada
oleh Tim Tetap tentang adanya perisitiwa yang patut diduga sebagai
mengadili perkara koneksitas oleh Jaksa atau Jaksa Tinggi atau oleh
Oditur Militer atau Oditur Militer Tinggi (Pasal 90 KUHAP), lalu masuk
diadili dalam peradilan umum atau diadili dalam peradilan militer (Pasal
49
penuntutan perkara koneksitas, dikoordinasikan dan dilaporkan
korupsi koneksitas.
secara militer.
temannya
temannya.
Sistem Senjata (Alutsista) TNI, KPK tidak bisa serta merta meminta
50
informasi mengenai pengadaan alutsista tersebut karena berkaitan
telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Belum
f. Adanya terror baik secara psikis maupun fisik, yang berupa ancaman
hukum.
B. Saran
51
koneksitas perlu ditinjau kembali khususnya dalam pembentukan tim
sudah diganti dengan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM)
organisasi/lembaga tertentu.
52
DAFTAR PUSTAKA
Syahatah, Husain, Husain, 2008, Suap dan Korupsi Dalam Perspektif Syariah,
Amzah, Jakarta.