PENYAKIT TROFOBLASTIK
Disusun Oleh:
Annastasia E. Ohoiulun
2010-83-022
Pembimbing:
dr. Janne Pattiasina, Sp.OG
spektrum proliferasi seluler yang terjadi akibat perbedaan jenis trofoblas meliputi lima
bentuk klinik utama yakni: mola hidatidosa (lengkap dan parsial), mola invasif (IM),
koriokarsinoma (CC), tumor trofoblastik situs plasenta (PSTT) dan tumor trofoblastik
epithelioid. Penyakit ini banyak ditemukan pada wanita usia subur pada semua
kelompok etnis dan bersifat invasif serta berpotensi metastasis hingga terkadang
umum berhubungan dengan prognosis yang menguntungkan. Oleh karena itu, pilihan
Peneliti dari 29 negara yang bekerja di bidang GTD di Eropa. Negara-negara Eropa
yang termasuk dalam EOTTD memiliki banyak kesamaan, dalam insidensi kejadian
fatal. Berbeda dengan keadaan saat ini dimana sebagian besar pasien justru sembuh
1
perubahan dramatis ini ialah diagnosis dini dan kemampuan untuk mengukur kadar
dokter yang berpengalaman dalam menatalaksana spectrum penyakit ini, dimana angka
kesembuhan dapat mencapai lebih dari 90% bahkan dengan adanya metastasis luas.2
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
trofoblas plasenta yang secara klinis terlihat sebagai empat bentuk klinikopatologis
yakni: Mola hidatidiformis (komplet dan parsial), mola invasif, koriokarsinoma, dan
Selain itu, ada pula referensi yang menyebutkan bahwa penyakit trofoblastik
gestasional adalah kedua spectrum tumor gestasional baik yang ganas maupun yang
jinak termasuk mola hidatidiform (komplit dan parsial), mola invasif, koriokarsinoma
B. KLASIFIKASI
sebagai mola hidatidiform premalignant komplit dan parsial dan keganasan yang
terdiri atas mola invasive, koriokarsinoma, tumor trofoblastik tempat plasenta serta
tumor trofoblastik epitelioid.5,6 Klasifikasi yang sama juga dipakai oleh Federasi
3
C. FAKTOR RISIKO
Beberapa faktor risiko yang berpotensi sebagai etiologi mola hidatidosa parsial
dan komplit telah dievaluasi. Dua faktor risiko yang telah ditetapkan adalah usia
maternal yang ekstrim dan kehamilan mola sebelumnya. Usia maternal yang lanjut atau
Dibandingkan dengan wanita usia 21-35 tahun, risiko mola komplit 1,9 kali lebih tinggi
pada wanita usia >35 tahun dan <21 tahun serta 7,5 kali lebih tinggi pada wanita usia
satu kali mola adalah 1%, atau sekitar 10-20 kali pada populasi umum.3
Trofoblast adalah sel yang pertama kali berdiferensiasi dari ovum yang sudah
dibuahi yang kemudian membentuk lapisan terluar dari blastosit, menyediakan nutrient
bagi embrio dan kemudian membentuk bagian fetal dari plasenta. Trofoblast plasental
(TTTP) dan Tumor Trofoblastik Epiteloid (TTE) berasal dari trofoblast intermediet.3,6
Dalam 90% kasus, mola hidatidiform komplet terbentuk saat suatu ovum yang
kosong yang mana kehilangan kromosom maternalnya dibuahi oleh suatu sperma, yang
4
lengkap. 46 diploid XX karyotip androgenetik kemudian berkembang, dengan semua
kromosom berasal dari paternal. Sekitar 10% mola hidatidiform komplet terdiri atas 46
XY yang mana merupakan hasil dari pembuahan satu sel ovum kosong oleh dua sperma
yang berbeda. Mola hidatidoform parsial selalu triploidsebagai hasil pembuahan dari
satu sel ovum sehat oleh dua sel sperma atau oleh satu sel sperma yang mereduplikasi
Kadang-kadang mola hidatidiform parsial dapat tetraploid dengan genotip 92, XXXY.6
hidatidiform komplet (MHK) terjadi pada 15-20% kasus dan mola hidatidiform parsial
(MHP) terjadi pada kurang dari 5% kasus. Mola invasif adalah bentuk penyakit
trofoblast persisten yang paling banyak. Kasus ini hampir selalu sembuh setelah MHK
dan biasanya memiliki kariotip diploid yang seluruhnya berasal dari paternal. 6
setelah mola hidatidiform, suatu kehamilan, atau suatu abortus. Dari kesemuanya ini,
mola hidatidosa merupakan prekusor paling sering dimana merupakan prekusor pada
5
50% kasus. Koriokarsinoma merpakan tumor ganas yang memproduksi -Human
sitotrofoblast yang miskin akan vili korionik. Tumor ini berpotensi menginvasi struktur
TTTP dan TTE berkembang dari daerah implantasi plasenta dan jarang
trofoblast intermediet. TTTP dan TTE merupakan dua tumor yang berbeda tipe yang
(kehamilan yang cukup bulan, abortus maupun hamil mola) dan mengenai wanita pada
usia reproduktif. Tumor ini biasanya muncul sete;ah gestasi non mola dan mungkin
dapat bermanifestasi setelah suatu persalinan normal. Tumor ini biasanya berkembang
lambat , dan biasanya menyebar secara local melalui uterus dan lebih cenderung
E. MANIFESTASI KLINIS
atau abnormalitas fetus/embrio. Dua sindrom dari mola hidatidosa telah diuraikan
6
Mola hidatidosa komplit terutama menunjukkan gejala perdarahan pervaginam,
80-90% kasus terjadi pada 6-16 minggu gestasi. Gejala dan tanda klinis klasik lain
seperti pembesaran uterus lebih dari usia gestasi yang diperkirakan (28%), hiperemesis
(8%), dan hipertensi yang diinduksi kehamilan pada trimester pertama dan kedua (1%),
jarang terjadi pada beberapa tahun belakangan karena dapat didiagnosis lebih awal
sebagai akibat dari meluasnya penggunaan ultrasonografi dan tes hCG yang akurat.
Pembesaran kista teka lutein ovarium bilateral terjadi pada sekitar 15% kasus, kadar
hCG sering > 100.000 mIU/mL, dan detak jantung fetus tidak ada. Selain itu tanda dan
gejala dari hipertiroidisme dapat muncul akibat stimulasi kelenjar tiroid oleh kadar
sirkulasi hCG atau oleh substansi penstimulasi tiroid (seperti, tirotropin) yang tinggi
Manifestasi klinis mola parsial tidak sama dengan mola komplit. Lebih dari 90%
pasien dengan mola parsial mempunyai gejala seperti abortus inkomplit atau missed
abortion, dan diagnosis dibuat setelah pemeriksaan histologi post kuretase. Gejala
utama mola parsial adalah perdarahan pervaginam, yang terjadi pada sekitar 75%
kehamilan, hipertiroidisme, dan yang jarang adalah adanya kista teka lutein. Kadar
hCG peevakuasi mola >100.000mIU/mL pada <10% pasien dengan mola parsial.3,8
7
pembesaran ovarium bilateral persisten. Lesi metastasis ke vagina dapat terlihat saat
evakuasi, kerusakan lesi tersebut dapat menyebabkan perdarahan yang tak terkontrol.3,9
karakteristik gejala dan tanda, dimana hal ini berhubungan dengan invasi tumor ke
uterus atau tempat metastasis. Pada pasien dengan perdarahan uterus pospartum dan
lainnya, seperti retensi hasil-hasil konsepsi atau endomyometritis, tumor primer atau
metastase ke sistem organ atau kehamilan lainnya yang terjadi sesaat setelah yang
pertama. Perdarahan karena perforasi uterus atau lesi metastasis dapat menyebabkan
nyeri abdomen, hemoptisis, melena, atau adanya peningkatan tekanan intracranial dari
mungkin juga dapat menunjukkan gejala pulmonal seperti dipsnea, batuk, dan nyeri
PSST dan ETT hampir selalu menyebabkan perdarahan uterus ireguler yang
krentan waktu kejadiannya sering jauh dari kehamilan mola sebelumnya. Jarang terjadi
virilisasi dan sindrom nefrotik. Uterus biasanya membesar secara simetris, dan kadar
F. DIAGNOSIS
8
wanita dengan penyakit trofoblastik biasanya mengalami amenore yang kemudian
berlanjut dengan adanya perdarahan per vaginam yang ireguler, muntah berlebuhan,
keluarnya vesikel yang tampak seperti anggur dari jalan lahir, pembesaran uterus
secara abnormal dan adanya gejala klinis yang menyerupai preeklamsia, anemia, atau
hipertiroidisme.3,5,10
hCG merupakan penanda spesifik tumor yang diproduksi oleh mola hidatidosa
dan neoplasma trofoblastik gestasional. Hal ini secara mudah diukur secara kuantitatif
di urin dan darah, dan kadar hCG menunjukkan korelasi dengan berat penyakit. hCG
adalah glikoprotein yang terdiri dari 2 subunit yang tidak sama, subunit yang mirip
dengan hormon pituitari dan subunit yang khas diproduksi plasenta. Beberapa bentuk
hCG yang ada, termasuk setidaknya 6 variasi mayor yang dapat dideteksi di serum:
bebas, dan subunit bebas. Molekul hCG pada penyakit trofoblas gestasional lebih
mendeteksi bentuk hCG dan fragmen-fragmen gandanya harus di pantau pada pasien
antibodi monoclonal yang otomatis, cepat, dan radiolabeled yang dapat mengukur
kehamilan normal. Sekitar 50% pasien dengan mola komplit mempunyai kadar hCG
9
atau kehamilan dengan komplikasi penyakit seperti eritroblastosis fetalis atau infeksi
intrauterin yang berhubungan dengan pembesaran plasenta, karena kadar hCG yang
paling tinggi terdapat pada akhir trimester pertama kehamilan, disaat bersamaan
diagnosis mola biasanya ditegakkan. Mola parsial, di lain pihak, sering sulit dibedakan
apabila terjadi peningkatan kadar hCG >100.000 mIU/mL pada <10% pasien mola
parsial.3,5
adanya peningkatan atau plateau kadar hCG setelah evakuasi mola hidatidosa.
bersamaan dengan adanya metastasis setelah ada kehamilan sebelumnya. PSTT dan
Meskipun akurasi pengukuran kadar hCG tinggi pada diagnosis dan pemantauan
hasil positif palsu. Hal tersebut disebut hasil hCG palsu, dengan kadar yang dilaporkan
kemoterapi yang tidak berguna. Penyebab hasil positif palsu ini adalah enzim
(human antimouse). Antibodi ini ditemukan ada 3-4% orang sehat dan dapat
IgG. 3,5
Terdapat 3 cara untuk menentukan apakah hasil hCG positif palsu, yaitu : (1)
Menentukan kadar hCG urin, yang harus negarif karena substansi terkait tidak
10
tidak menunjukkan penurunan paralel dengan pengenceran; (3) kirim serum dan urin
kadar hCG yang rendah. Pengukuran LH untuk mengidentifikasi kemungkinan ini dan
untuk suatu bentuk neoplasia trofoblastik gestasional yang tidak aktif sebelumnya yang
dikarakteristikkan dengan kadar rendah hCG yang persisten (<200mIU/mL) dari hCG
yang sebenarnya untuk paling tidak 3 bulan yang berhubungan dengan riwayat
penyakit trofoblas gestasional atau abortus spontan, tapi tanpa terdapat manifestasi
klinis. Kadar hCG tidak berubah dengan kemoterapi atau pembedahan. Subanalisis
Internasional tahun 2001 untuk menatalaksana kondisi ini, positif palsu hCG sebagai
hasil dari antibodi heterofil atau percampuran LH harus disingkirkan, pasien harus
diperika secara lanjut, kemoterapi atau pembedahan segera harus dihindari dan pasien
harus dipantau dalam jangka waktu yang lama dengan tes hCG secara periodik dan
11
menghindari kehamilan. Pengobatan harus diberikan bila ada peningkatan hCG
Ultrasonografi juga memegang peran penting dalam diagnosis mola komplit dan
parsial. Karena vili korion dari mola komplit menunjukkan pembengkakan hidropik
difusa, karakteristik vesicular pola ultrasonografi dapat diamati, terdiri dari multiple
echo (lubang) di dalam massa plasenta dan biasanya tidak ada fetus. Tampakan ini
yang disertai adanya fetus atau setidaknya jaringan fetal. Mola parsial biasanya
12
Fetus atau jaringan fetal biasanya tidak tampak pada mola komplit terkecuali pada 1-
masa fokal nonspesifik dengan pusat myometrium dan biasanya sulit dibedakan satu
kompleks ataupun multi kistik. Dan mungkin tampak ruang anekhoik yang
Gambar 4. Tampakan masa kompleks kistik solid dengan pusat myometrium (panah) pada
trans vaginal sonografi. Struktur dengan tepi bergelombang pada myometrium di sampingnya
13
menunjukkan peningkatan vaskularitas
dilihat secara lebih baik jika dilakukan pemeriksaan transvaginal ultrasonografi ke
Diagnosis patologi mola komplit dan parsial dibuat dengan pemeriksaan spesimen
immunostaining mola komplit dengan mola parsial, dan sitometri alir dapat
membedakan mola komplit diploid dari mola parsial triploid. Sebagai tambahan,
diagnosis patologi mola invasif, khoriokarsinoma, PSTT, ETT kadang dapat dibuat
dengan kuretase, biopsi lesi metastase, atau pemeriksaan spesimen histerektomi atau
dari vili dengan tidak adanya fetus atau embrio yang pasti, trofoblas secara konsisten
hiperplastik dengan berbagai tingkat atipia, dan vili kapiler tidak ada. Hampir 90% dari
mola hidatidosa komplit adalah 46, XX, berasal dari duplikasi kromosom dari sperma
haploid setelah fertilisasi telur dimana kromosom maternal inaktif atau absen.5
10% dari mola hidatidosa adalah 46, XY, atau 46, XX, sebagai hasil dari
fertilisasi ovum kosong oleh 2 sperma (dispermi). Neoplasia trofoblastik (mola invasif
atau koriokarsinoma) mengikuti mola hidatidosa komplit pada 15-20% kasus. Mola
hidatidosa parsial menunjukkan jaringan fetal atau embrionik yang teridentifikasi, vili
korion dengan edema fokal yang bervariasi dalam bentuk dan ukuran, scalloping dan
14
inklusi stroma trofoblastik yang menonjol, sirkulasi vili yang berfungsi, sebagaimana
Gambar 5. Mola hidatidosa komplit dengan hydropic villi, tidak adanya pembuluh darah villi,
dan proliferasi dari hiperplastik sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas.
Sebagian mola parsial memiliki kariotipe triplet (biasanya 69, XXY), sebagai
hasil dari fertilisasi ovum normal oleh 2 sperma. Kurang dari 5% mola parsial akan
berkembang menjadi postmola GTN; metastasis jarang terjadi dan diagnosis
histopatologi dari koriokarsinoma belum pernah dikonfirmasi setelah mola parsial.3
Gambar 6. Mola hidatidosa parsial dengan vili korionik dengan ukuran bervariasi dari
ukuran dan bentuk dengan edema fokal dan scalloping, stroma trofoblastik
15
Mola invasif adalah tumor jinak yang timbul dari invasi myometrial terhadap
mola hidatidosa melalui perluasan langsung menembus jaringan atau saluran vena.
Sekitar 10-17% dari mola hidatidosa akan menyebabkan mola invasif, dan sekitar 15%
dari jumlah ini akan bermetastasis ke paru atau vagina. Mola invasif lebih sering
didiagnosis secara klinis daripada patologi berdasarkan kenaikan hCG yang menetap
setelah evakuasi mola dan lebih sering diobati dengan kemoterapi tanpa diagnosis
histopatologi.3
Gambar 7. Mola invasive dengan ekstensi langsung jaringan mola, termasuk hydropic
vili, dan hiperplastik trofoblas yang meliputi myometrium.
16
Gambar 8. Koriokarsinoma terdiri dari sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas abnormal, dengan
hyperplasia dan anaplasia, tidak ada vili korionik, pendarahan, dan necrosis.
PSTT adalah suatu penyakit yang sangat jarang yang timbul dari tempat
implantasi plasenta dan terutama terdiri dari trofoblas mononuklear intermediet tanpa
infiltrasi vili korion di dalam lembaran-lembaran atau tali-tali antara serat-serat
myometrial. PSTT berhubungan dengan invasi vaskular yang kurang, nekrosis, dan
perdarahan yang lebih dari koriokarsinoma, dan memiliki kecenderungan untuk
bermetastase ke sistem limfatik. Pewarnaan imunohistokimia memperlihatkan adanya
sitokeratin yang difus dan laktogen plasenta manusia, dimana hCG hanyalah fokal.
Studi sitogenik telah memperlihatkan bahwa PSTT lebih sering diploid daripada
aneuploid . Sebagian besar PSTT mengikuti kehamilan nonmola.5
17
Epithelioid trophoblastic tumor (ETT) adalah varian jarang dari PSTT yang
fisik, kadar hCG, dan temuan ultrasonografi, pasien harus dievaluasi terhadap adanya
vital dan laboratorium, seperti hitung sel darah lengkap, kimia dasar, fungsi tiroid dan
hepar, urinalisa, dan Rontgen. Evaluasi preoperatif harus juga termasuk tipe darah dan
uji silang, kadar hCG serum, dan elektrokardiogram apabila sesuai. Setelah diagnosis
dikonfirmasi dan hemodinamik pasien stabil, metode yang tepat untuk mengevakuasi
G. TATALAKSANA
Evakuasi hisap dan kuretase adalah metode terpilih untuk mengevakuasi mola
hidatidosa, tidak tergantung ukuran uterus, bagi pasien yang masih mengharapkan
kanul hisap ukuran 12-14 mm untuk mencapai segmen bawah rahim. Kanula diputar
saat onset kuretase hisap dan dilanjutkan sampai beberapa jam post operasi untuk
meningkatkan kontraktilitas uterus. Evakuasi hisap harus diikuti dengan kuretase tajam
18
secara lembut. Karena risiko perdarahan meningkat seiring meningkatnya ukuran
uterus, sedikitnya 2 kantong darah harus tersedia segera ketika uterus >16 minggu
akses terhadap produk darah, pemantauan intraoperatif yang hati-hati, dan antisipasi
awal terhadap komplikasi. Pasien yang Rh negatif harus mendapat globulin imun Rh
Histerektomi adalah alternatif dari kuretase bila sudah tidak mau mempunyai
anak. Adneksa dapat ditinggalkan lengkap walau terdapat kista teka lutein. Untuk
Masih terdapat potensi untuk metastasis walaupun telah dilakukan histerektomi pada
persalinan cesaria pada kehamilan selanjutnya. Hal ini juga meningkatkan penyebaran
kemoterapi.3
Kehamilan ganda yang terdiri dari mola komplit dan fetus normal, diperkirakan
terjadi 1 dari 22.000-100.000 kehamilan. Hal ini harus dibedakan dari mola parsial.
19
tapi sitogenetik dapat digunakan untuk membedakan antara kromosom normal fetus
yang berpotensi dapat hidup dan fetus triploid yang tidak dapat hidup. Pasien dengan
fetus normal kembar atau kehamilan mola komplit harus diperhatikan kemungkinan
Bagaimanapun hingga 40% dari kehamilan ini akan menghasilkan fetus normal yang
kemoterapi profilaksis harus dibatasi, kecuali pada situasi khusus seperti risiko
neoplasia trofoblas gestasional postmola lebih besar dari normal atau pemantauan
kadar hCG yang adekuat tidak dapat dilakukan, yang terpenting adalah semua pasien
yang dipantau kadar hCG serial setelah evakuassi mola dan ditemukan neoplasia
onkologis. Kemoterapi biasanya merupakan terapi primer, dan evakuasi berulang tidak
disarankan karena adanya risiko perforasi uterus, perdarahan, infeksi atau terbentuknya
atau adanya jaringan mola yang tertahan. Dalam tatalaksana kemoterapi pasien harus
risiko.3,11
20
Tabel 1. Staging dan sistem skoring untuk Neoplasia Trofoblastik Gestasional oleh FIGO
neoplasie dengan resiko metastase rendah. Sedangkan bagi kelompok resiko tinggi
1 tahun setelah -hCG tidak terdeteksi lagi. Selama masa pengobatan ini, sangat
selama terapi yang mana dapat mengakibatkan munculnya efek teratogenik terhadap
fetus dan juga untuk menghindari adanya peningkatan -hCG akibat kehamilan.
Sedangkan untuk pasien dengan PSTT dan ETT histerektomi dengan reseksi nodus
limfatikus merupakan rekomendasi terapi karena tumor ini cenderung resisten terhadap
21
Tabel 2. Kemoterapi terhadap Neoplasma Trofoblastik Gestational risiko rendah
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling umum terjadi yakni adanya metastase baik ke jaringan
sekitar maupun metastase jauh seperti ke otak, paru-paru, hati, limfe dan traktus
gastrointestinal. Selain itu akibat kayanya vaskularisasi tumor trofoblastik maka risiko
22
metastase, oleh karena itu pengawasan yang ketat diperlukan bagi pasien dengan
molekul hCG yang berikatan dengan reseptor TSH namun akan menghilang seiring
pengobatan.4
I. PROGNOSIS
Prognosis pasien dengan mola hidatidiform pada umumnya baik namun dpat
hidatidiform komplet dan pada <5% kasus mola hidatidiform parsial. Sedangkan pada
kasus Neoplasia Trofoblast Gestasional dengan pengobatan yang tepat maka angka
memiliki prognosis yang buruk namun dengan tatalaksana yang sesuai dengan
23
BAB III
KESIMPULAN
Penyakit trofoblastik gestasional (PTG) adalah suatu spektrum dari dua kondisi
premaligna yaitu; partial mola hidatidosa dan complete mola hidatidosa, hingga tiga
kondisi tumor ganas yaitu; invasive mola, koriokarsinoma gestasional, dan placental
site hrophoblastic tumor (PSTT) yang nantinya ketiga keadaan ini lebih dikenal dengan
hari setelah konsepsi. Jaringan tersebut dibagi menjadi 2 lapisan yaitu; lapisan luar
sinsitiotrofoblas yang dibentuk oleh sel-sel besar multinucleated dan lapisan dalam dari
endometrium secara agresif membentuk suatu hubungan antara fetus dan ibu yang
dikenal sebagai plasenta. Normalnya pertumbuhan trofoblas diatur secara ketat oleh
pengontrol ini gagal, menghasilkan invasi dari jaringan trofoblas yang mencapai
emboli tumor.
kadar hCG, dan diagnosis patologi. Penatalaksanaan dari penyakit trofoblas gestasional
24
DAFTAR PUSTAKA
Gynecology; 2010
Journal; 2015
25
8. Moore E Lisa, dkk. Hydatidiform Mole. [Online] Medscape; 2016 [Access on
http://emedicine.medscape.com/article/254657-overview
http://emedicine.medscape.com/article/279116-overview
26