PENDAHULUAN
Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil. Sebagian besar
kehamilan ini berlangsung aman, namun sekitar 15% menderita komplikasi berat
ibu atau kematian maternal. Kematian ibu atau kematian maternal ini sendiri
merupakan kematian seorang ibu dalam waktu hamil atau selama 42 hari sesudah
berakhirnya masa kehamilan. Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan
tidak langsung. Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan,
persalinan atau masa nifas, dan segala intervensi atau penanganan tidak tepat dari
komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari penyakit yang
sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap
Secara global 80% kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung. Pola
penyebab dari kematian ibu langsung tersebut sama di semua tempat yakni perdarahan
dalam kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi abortus tidak aman (13%) dan
ibu pada hari ketiga hingga hari ketujuh postpartum. Dimana keadaan ini juka tidak
segera ditangani maka dapat pula mengakibatkan komplikasi jangka panjang baik
akibat penanganan yang terlambat ataupun kejadian yang tidak tertangani. Komplikasi
jangka panjang tersebut dapat berupa peradangan kronis rongga pelvis ataupun oklusi
tuba bilateral yang dapat berakibat pada fertilitas sang ibu tersebut.2
Terkait penjelasan di atas maka dalam referat ini akan dibahas mengenai kejadian
infeksi post persalinan atau yang sering dikenal dengan infeksi masa nifas, atau infeksi
puerperalis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Puerperium berasal dari bahasa latin yakni Puer yang artinya anak dan parus
yang artinya melahirkan yang kemudian diartikan sebagai waktu setelah persalinan
dimana anatomi dan fisiologi ibu kembali ke keadaan non-gravid. Masa ini dapat
bervariasi namun umumnya terjadi antara 4-6 minggu. Pada masa ini perlu
hingga 6-12 minggu setelah persalinan. Puerperium merupakan masa dimana organ-
organ di dalam rongga pelvis kembali ke keadaan non-gravid. Pada masa ini, keadaan
fisiologis ibu yang semulanya berada pada keadaan fisiologis kehamilan akan mulai
demam nifas atau morbiditas puerperalis adalah kenaikan suhu tubuh 38oC yang
terjadi selama 2 hari pada 10 hari pertama pascapersalinan, kecuali pada 24 jam
akan tetapi keadaan ini merupakan suatu gejala klinis yang memerlukan investigasi
Terdapat dua kejadian fisiologis yang terjadi selama puerperium yakni yang
pertama terjadinya keadaan fisiologis pembentukan laktasi dan yang kedua adalah
kembalinya keadaan fisiologis ibu dari fisiologi gravid ke non-gravid. Selama dua
minggu pertama setelah persalinan, perubahan organ akan terjadi secara cepat namun
beberapa wanita membutuhkan waktu lebih lama hingga mencapai 6-12 minggu untuk
Jalan lahir kembali ke keadaan non-gravid segera setelah persalinan. Vagina dan
struktur anatomi bagian luar secara bertahap makin kecil namun jarang kembali
mencapai ukuran nulipara. Rugae mulai muncul kembali pada minggu ketiga akan
tetapi lebih jarang dari sebelumnya. Hymen kembali terlihat sebagai beberapa
jaringan halus, yang menjadi skar dan membentuk myrtiform caruncles. Epitel
vagina mulai berploriferasi pada minggu ke-4 hingga minggu ke-6, biasanya
menjadi lebih renggang. Beberapa kerusakan pada dasar pelvis dapat berakibat
2. Perubahan Uterus
Peningkatan aliran darah uterus yang hebat selama kehamilan yang bertujuan
darah pelvis yang signifikan. Setelah persalinan, diameter pembuluh darah tersebut
perlahan mulai berkurang ke ukuran normal sebagaimana pada masa pre-gravid.
Selama puerperal, pembuluh darah uterus yang lebih besar mengalami obliterasi
oleh perubahan hyaline dan perlahan diserap kembali kemudian digantikan dengan
pembuluh darah yang lebih kecil. Sebagian kecil pembuluh darah besar mungkin
beberapa hari setelah persalinan akan menutup hingga diameternya berukuran dua
jari. Pada akhir minggu pertama mulut rahim makin mengecil, serviks menjadi
makin tebal, dan kanalis endoserviks mulai terbentuk kembali. Tampakan bagian
luar kanal tidak akan kembali seperti tampakan awal, karena akan tetap agak lebih
lebar dan khas akibat depresi ektoservikal. Keadaan ini akan menjadi permanen
saat masa laktasi. Perubahan ini dikenal sebagai parous cervix . 3,4
Gambar 1. Perbedaan maksoskopik serviks antara A. Serviks Nullipara dan B. Parous cervix
Sekmen bawah rahim yang merupakan bagian terlemah dari rahim berkontraksi
dan berretraksi namun tidak sekuat korpus uteri. Selama beberapa minggu
kemudian, segmen bawah rahim berkonversi dari suatu substruktur yang jelas
berbeda dan cukup besar untuk menampung kepala janin menjadi isthmus uteri
Setelah persalinan, fundus dari uterus yang berkontraksi teraba pada area di bawah
umbilikus. Daerah ini yang mengandung myometrium paling banyak yang ditutupi
oleh lapisan serosa dan bagian dalam dilingkupi oleh desidua basalis. Dinding
anterior dan posterior masing-masing memiliki ketebalan 4-5 cm. pada keadaan
ini, berat uterus dapat mencapai 1000 gram. Karena pembuluh darah ditekan oleh
myometrium yang berkontraksi maka segmen uterus akan tampak lebih iskemik
hiperemis.3,4
involusi myometrium merupakan suatu proses yang luar biasa dimana destruksi
tour de force atau deskonstruksi dimulai salam dua hari setelah persalinan. Dalam
satu minggu berat uterus akan menjadi sekitar 500 gram; dalam 2 minggu menjadi
sekitar 300 gram dan dalam 4 minggu involusi lengkap dan berat uterus menjadi
Pada 3 hari pertama setelah persalinan, sisi plasenta diinfiltrasi oleh granulosit dan
myometrium yang kemudian bertindak sebagai barrier anti bakteri. Dalam tujuh
hari kemudian akan terjadi regenerasi kelenjar endometrial dan dalam 16 hari
Hemostasis segera setelah persalinan terjadi akibat kontraksi otot polos arteri dan
kompresi pembuluh darah oleh myometrium. Pembuluh darah pada sisi plasenta
8 hari. Segera setelah persalinan, perdarahan akan terjadi selama beberapa jam dan
kemudian secara perlahan berkurang menjadi secret merah kecoklatan dalam tiga
sampai empat hari setelah persalinan. Secret vaginal inilah yang dikenal sebagai
lokia yang kemudian setelah tiga sampai empat hari menjadi mukopurulen dan
kadang malodorous yang dikenal sebagai lokia serosa yang akan berlangsung
selama 22-27 hari. Namun ada pula sebagian kecil wanita yang mengalami lokia
Pada kehamilan normal akan terjadi hiperfiltrasi glomerulus yang akan bertahan
hingga hari pertama setelah persalinan namun akan kembali dalam 2 minggu
pertama setelah persalinan. Ureter dan pelvis renalis yang berdilatasi juga akan
pengumpul ditambah dengan urine residual dan bakteriurine pada trauma buli-buli
puerperalis.3,4
Inkontinensia urine dan tanda cidera dasar pelvis lainnya jarang muncul pada masa
puerperalis untuk itu pemantauan akan gejala cidera dasar pelvis ini harus tetap
waktu untuk kembali pulih. Sebagai akibat dari distensi selama kehamilan dan
rupturnyaserat elastin pada kulit maka dinding perut akan menjadi lembek dan
5. Parameter hematologi
Peningkatan leukosit dan trombosit dapat terjadi selama persalinan dan setelahnya.
merupakan cairan berwarna kekuningan seperti jus lemon. Biasanya dapat keluar
dari putting susu pada hari kedua setelah persalinan. Jika dibandingkan dengan
ASI yang matang, kolostrum lebih kaya akan komponen imunologis dan lebih
kaya akan mineral dan asam amino. Kolostrum juga lebih kaya protein yakni
globulin dan lebih sedikit mengandung gula dan lemak. Sekresinya bertahan dalam
5 hari sampai 2 minggu, dan perlahan dikonversi menjadi ASI matang dalam 4
pertahanan tubuh lainnya yang ditemukan dalam kolostrum dan ASI termasuk
ASI matang merupakan cairan biologis yang dinamik dan kompleks yang mana
hormone dan banyak produk seluler. Asam amino esensial didapatkan dari dalam
darah dan asam amino non esensial sebagian didapatkan dari darah dan sebagian
lagi didintesis dalam kelenjar mamilare. Sebagian besar protein ASI merupakan
protein yang unik dan termasuk -lactalbumin, -laktoglobulin, dan kasein. Asam
lemak disintesis pada alveoli dari glukosa dan disekresi melalui proses yang sama
seperti sekresi kelenjar apokrin. Sebagian besar vitamin ditemukan dalam ASI
kecuali vit.K sehingga pada bayi baru lahir diberikan vit.K intramuskular.3
C. ETIOLOGI
Kebanyakan infeksi nifas disebabkan oleh bakteri yang aslinya memang ada di
jalan lahir. Beberapa decade yang lalu pernah dilaporkan epidemic yang disebabkan
grup A -Streptokokus hemolitikus yang berakibat fatal. Pada laporan lain dilaporkan
bahwa adanya infeksi nifas yang disebabkan oleh infeksi streptokokus dan factor
utamanya adalah ketuban pecah dini. Bila dilakukan isolasi bakteri penyebab infeksi
nifas maka akan ditemukan berbagai macam bakteri. Meskipun bakteri tersebut
sebenarnya memiliki virulensi yang rendah, jika ia hidup pada hematoma tau jaringan
yang rusak maka akn menjadi pathogen. Bakteri yang sering mengakibatkan infeksi
nifas adalah: 5
Tabel 1. Bakteri yang sering menyebabkan Infeksi Nifas
Aerob Anaerob Lain-lain
Streptokokus grup A,B dan D Peptokokus sp Mikoplasma sp
Enterokokus Peptostreptokokus sp Klamidia trakomatis
Bakteri gram negatif-Eskerisia Bakteroidis fragilis grup Neiseria gonorrhea
koli, Klebsiella dan Proteus sp Prevotella sp
Stafilokokus epidermidis Klostridium sp
Gardenerella vaginalis Fusobakterium sp
Mobilunkus sp
Selain infeksi traktus genitalis, demam puerperalis juga dapat disebabkan oleh
D. PATOGENESIS
Pathogenesis infeksi uterus setelah persalinan Caesar disebabkan karena daerah insisi
yang terinfeksi. Bakteri yang berkoloni di serviks dan vagina dapat memiliki akses ke
dalam cairan amnion selama proses persalinan. Setelah proses persalina, bakteri
tersebut akan menginvasi jaringan uterus yang sedang melakukan devitalisasi. Selulitis
dan parametrium, namun dapat berlanjut ke jaringan yang lebih dalam di rongga pelvis.
3,5
jumlah kenaikan suhu sebanding dengan luasnya infeksi atau sindrom sepsis. Suhu
pada umumnya ialah 38oC hingga 39oC. menggigil yang menyertai demam
nyeri perut, dan nyeri tekan parametrium yang muncul pada pemeriksaan abdomen dan
bimanual. Leukositosis dapat terjadi antara 15.000 sampai 30.000 sel/ L, namun
akibat dari Caesar itu sendiripun dapat mengakibatkan peningkatan leukosit. Namun
adanya bau tidak sedap dapat meningkat pada infeksi, sekalipun banyak wanita juga
yang mengalami lokia dengan bau tidak sedap tanpa adanya bukti infeksi. Beberapa
Pada keadaan lain seperti bendungan air susu, gejala klinis terjadi akibat adanya
bendungan ASI pada payudara yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti pengeluaran
air susu yang tidak lancar, bayi tidak sering menyusu, terlambat menyusu, hubungan
ibu dan bayi kurang baik, atau adanya pembatasan waktu menyusui. Jika keadaan ini
terus berlangsung atau jika pada sat menyusui ibu melakukan tekhnik menyusu yang
kurang tepat maka dapat mengakibatkan peradangan atau yang dikenal dengan mastitis
dimana kelanjutan dari proses ini ialah dapat terbentuknya abses bahkan sepsis.5
E. DIAGNOSIS
puerperalis jika terjadi peningkatan suhu tubuh 38oC berdasarkan pengukuran suhu
oral selama dua hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan kecuali demam terjadi
dalam 24 jam pasca persalinan dengan pengukuran minimal 4x dalam sehari. Jika
seseorang telah diperkirakan mengalami infeksi puerperalis maka yang harus dilakukan
kemudian ialah mencari penyebab terjadinya demam tersebut. Pada keadaan bendungan
air susu, ibi dapat mengalami peningkatan suhu tubuh dengan disertai bengkak dan nyeri
pada kedua payudara namun tanpa disertai tanda-tanda peradangan. Pada keadaan
mastitis, ibu akan mengalami demam, disertai mengigil, myalgia, nyeri, dan takikardia.
kemerahan berbatas tegas dan disertai rasa nyeri hebat.diagnosis abses dapat ditegakkan
dengan adanya tanda fluktuasi dengan nyeri pada palpasi disertai eritema di sekitarnya.
terpenting dimana peningkatan suhu tubuh bisa melebihi 38oC- 39oC. demam yang
terjadi juga sering disertai mengigil, yang harus diwaspadai sebagai tanda adanya
bacteremia yang biasanya terjadi pada 10-20% kasus. Demam biasanya timbul pada hari
Penderita juga biasa mengeluhkan adanya nyeri abdomen yang pada pemeriksaan
bimanual teraba agak membesar, nyeri dan lembek. Lokia yang berbau enyengat sering
menyertai timbulnya metritis, tetapi bukan merupakan tanda pasti. Pada infeksi grup A
-hemolitik sering disertai dengan lokia yang bening dan tidak berbau.5
Pada infeksi perineum, vagina dan serviks, gejala yang muncul ialah berupa nyeri
pada daerah yang terinfeksi dengan dysuria yang dapat disertai ataupun tanpa retensio
urin. Gejalaklinis yang paling sering ditemui ialah nyeri, fluor yang purulent dan
demam. Pada kasus yang berat seluruh vulva mengalami edema, ulserasi dan tertutup
eksudat. Laserasi vagina dapat mengalami infeksi secara langsung atau terkontaminasi
dari perineum. Seluruh mukosa vagina menjadi merah, bengkak, dan bias mengalami
nekrosis dan terkelupas. Laserasi serviks lebih sering terjadi dan normalnya serviks
memang merupakan tempat koloni kuman yang bias menjadi pathogen. Bila serviks
mengalami infeksi dan laserasi cukup dalam maka infeksi dapat langsung menyebar ke
rutin, kultur darah, urinalisa, kultur urine, kultur drainase abses, maupun kultur jaringan
endometrium dan swab vaginal. Pada pemeriksaan darah rutin dapat dilihat ada
ridaknya peningkatan leukosit yang bermakna. Sedangkan kultur darah, urinalisa dan
infeksi. Selain itu dengan melakukan kultur dapatberguna untuk melakukan uji
yang tepat.7
F. TATALAKSANA
antibiotic oral biasanya memberikan hasil yang baik. Namun pada penderita metritis
sedang dan berat termasuk penderita pasca section caesaria perlu diberikan antibiotic
spectrum luas melalui jalur intravena, dan biasanya akan membaik dalam waktu 48-72
jam. Bila setelah 72 jam demam tidak membaik maka perlu dicari dengan lebih teliti
penyebab demamnya. Pada kasus metritis berat perlu dipertimbangkan intervensi bedah
Pada infeksi vulva dan perineum tatalaksana tetap pada prinsip drainase dan
pemberian antibiotic yang adekuat. Pada sebagian besar kasus biaanya dilakukan
pelepasn benang jahitan dan membuka luka yang terinfeksi. Bila permukaan luka telah
bebas dari eksudat dan infeksi dengan ditandai adanya granulasi berwarna merah muda
disarankan menyusui lebih sering. Disamping itu dilakukan perawatan payudara, air
susu dipompa, masase payudara dan kompres hangat. Bila perlu dapat diberikan supresi
laktansi selam 2-3hari untuk mengurangi bendungan. Pada umumnya akan membaik
Pada mastitis terapi ditujukan untuk menghindari komplikasi lebih lanjut yakni
abses dan sepsis. Laktasi tetap dianjurkan, disertai pemberian cairan yang cukup, anti
nyeri dan antiinflamasi. Pemberian antibiotic secara ideal dilakukan berdasarkan hasil
kultur kuman dari air susu namun karena kultur tidak selalu dapat dilakukan maka
pemberian antibiotic empiris ditujukan pada stafilokokus aureus dan streptokokus yakni
Untuk ibu yang memiliki alergi terhadap penisilin dapat diberikan eritromisin atau
sulfametoksasil. Pada umumnya dengan pengobatan segera dan adekuat gjala akan
hilang dalam 24-48 jam dan jarang terjadi komplikasi. Jika sudah terbentuk abses maka
G. KOMPLIKASI
menimbulkan komplikasi. Akan tetapi dengan penanganan yang terlambat atau tidak
adekuat maka koplikasi yang dapat muncul bias berupa abses pada lokasi infeksi baik
pada rongga pelfis, payudara maupun are vulvovaginalis, sepsis dan bahkan komplikasi
berlanjut dapat mengakibatkan radang rongga panggul kronis dan oklusi tuba yang
H. PROGNOSIS
Dengan penanganan yang cepat dan adekuat pada umumnya penderita infeksi
puerperalis memiliki prognosis yang baik. Prognosis yang buruk dapat terjadi pada
pasien yang dating terlambat ataupun ditangani secara tidak adekuat. Angka mortalitas
KESIMPULAN
Infeksi puerperalis atau morbiditas puerperalis atau infeksi masa nifas atau
infeksi pasca persalinan adalah keadaan yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh
38oC yang terjadi selama 2 hari pada 10 hari pertama pascapersalinan, kecuali pada 24
jam pertama pascapersalinan, dan diukur dari mulut sekurang-kurangnya 4 kali sehari.
Infeksi puerperalis dapat terjadi akibat banyak penyebab yakni bisa berupa infeksi pada
jalan lahir, yakni vulva, perineum maupun serviks, infeksi pada uterus atau mertitis,
bakteri aerob, anaerob maupun kelompok bakteri lainnya seperti mikoplasma, klamidia
dan Neisseria gonnorhea. Pada umumnya kuman penyebab infeksi ini ialah kuman yang
memang pada dasarnya ada pada tempat tersebut akan tetapi karena adanya suatu
pathogen.
minimal 4x sehari selama dua hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan kecuali
demam terjadi dalam 24 jam pertama pasca persalinan. Setelah itu penyebab demam
perlu dicari dengan anamnesis menyeluruh tentang keluhan yang dirasakan oleh ibu dan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah rutin, urinalisa dan kultur urine,
adekuat. Jika diperlukan maka dapat dilakukan interfensi operatif baik untuk
dengan tatalaksana yang cepat dan tepat maka prognosis pasien dengan infeksi
puerperalis adalah baik. Angka kematian di seluruh dunia akibat infeksi puerperalis
1. Saifuddin Abdul Bahri. Kematian Ibu dan Perinatal dalam Ilmu Kebidanan
Jakarta. 2010.
journal.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12978-016-0124
http://emedicine.medscape.com/article/796892-overview#a4
https://reproductive-health-
journal.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12978-016-0121-4
a Uganda referral hospital. [Online] Plos; 2017 [access April 2017]. Available
from URL:
http://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0175456
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN APRIL 2017
UNIVERSITAS PATTIMURA
INFEKSI PUERPERALIS
Disusun Oleh:
Annastasia E. Ohoiulun
2010-83-022
Pembimbing:
dr. Novy Riyanti, Sp.OG, M.Kes