Anda di halaman 1dari 3

Hepatitis C

Hepatitis C adalah infeksi pada hepar yang disebabkan oleh virus hepatitis
C. Virus hepatitis C ini merupakan virus RNA dari golongan flaviridae. Virologi
molekuler dapat dijelaskan sebagai berikut:

Virus

Sirkulasi darah

Sitoplasma sel hati

ribosom hati

Translasi protein
VHC

Replikasi

Salinan RNA virus tanpa


mekanisme proof reading

Perbedaan nukleotida

Masalah pengenalan oleh


sistem immunologi penderita
(IPD, 2014)

Virus hepatitis C masuk ke dalam sirkulasi darah melalui berbagai cara


seperti jarum suntik dari penderita hepatitis C atau terkena cairan derivat darah
maupun cairan tubuh. Kemudian masuk ke sitoplasma sel hati yang kemudian
oleh ribosom sel hati akan terjadi proses translasi protein VHC. Kemudian VHC
melakukan replikasi yang dengan bantuan RNA dependent RNA polymerase akan
menghasilkan salinan RNA virus tanpa mekanisme proof reading yang kemudia
menyebabkan adanya perbedaan nukleotida. Perbedaan ini akan menyebabkan
masalah pengenalan virus oleh sistem immunologi penderita.

Patogenesis HVC ini berhubungan dengan beberapa hal salah satunya


protein core. Protein core berperan dalam pelepasan radikal oksigen pada
mitokondria dan signaling terkait penekanan regulasi imunologi dan apoptosis.
Mekanisme patogenesis yang terjadi hingga dapat terjadi sirosis hepatis adalah
sebagai berikut:

aktivasi &
Reaksi Sitokin pro-
proliferasi sel-
inflamasi inflamasi
sel stelata

sel-sel
fibrosis matrix collagen
miofibroblas

kerusakan hati
menekan
lanjut & sirosis
jumlah sel hati
hepatis
(IPD, 2014)

Ketika virus hepatitis C menyerang, maka akan terjadi reaksi inflamasi.


Reaksi ini merangsang sitokin pro-inflamasi dan mengaktivasi serta proliferasi
sel-sel stelata. Aktivasi dan proliferasi tersebut merangsang sel-sel miofibroblas
menghasilkan matrix collagen sehingga terjadi fibrosis. Fibrosis yang terjadi terus
menerus dan berkepanjangan kemudian akan menekan jumlah sel hati. Hal ini
dapat menyebabkan kerusakan hati lanjut dan sirosis hepatis.

Manifestasi klinis hepatitis C adalah adanya tanda hepatitis akut selama 7-


8 minggu seperti malaise, mual, hepatomegali, ikterik. Adapun manifestasi ekstra
hepatik yang dapat terjadi pada hepatitis C. Manifestasi ekstra hepatik tersebut
adalah krioglobulinemia, prophyria cutanea tarda, sicca syndrome dan lichen
planus.

Untuk dapat menegakkan diagnosis, selain diperlukan anamnesis dan


pemeriksaan fisik maka diperlukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan untuk menunjang penegakkan diagnosis hepatitis
C adalah Enzime immuno assay, PCR, transcription mediated amplification dan
RNA HVC.

Tatalaksana yang dapat diberikan adalah interferon alfa konvensional


dengan dosis 3 juta unit subkutan 3x seminggu atau PEG-IFN 1,5 ug/kgBB/kali
setiap minggu. Pemberian interferon ini dibarengi dengan ribavirin dengan dosis
sesuai berat badan. Pasien dengan bb<50 kg diberikan 800mg/hari. Pasien dengan
bb 50-70 kg diberikan 1000 mg / hari. Pasien dengan bb 70 kg diberikan 1200 mg
dibagi menjadi 2 dosis sehari. Kontraindikasi dari pemberian obat tersebut adalah
usia pasien >60 th, Hb<10 g/dl, leukosit <2500 /uL, trombosit <100.000/ uL,
hipertiroid dan adanya gangguan ginjal. (IPD, 2014)(atau siapapun pengarang IPD
nya disamakan aja)

(SUMBER: IPD)

Hubungan istirahat dan keluhan

Hepar merupakan organ abdomen terbesar yang berperan penting terutama


dalam metabolisme. Beberapa fungsi hepar adalah untuk metabolisme
karbohidrat, lemak, protein, penyimpanan cadangan makanan, besi, menghasilkan
faktor koagulasi darah, metabolisme obat-obatan dan hormon. Karena kerjanya
yang sangat berat, maka hepar perlu diistirahatkan. Pasien menyampaijan ia
kelelahan dan kurang tidur. Jika hepar dipaksa kerja terus menerus dengan
istirahat yang minimal sedangkan kerjanya sangat berat, maka akan
memungkinkan adanya kerusakan pada sel hepar. Hal tersebut juga dapat
mempengaruhi dari total SGOT dan SGPT pasien. Selain itu, kelelahan dapat
meningkatkan faktor risiko tertularnya penyakit karena berhubungan langsung
dengan penurunan sistem imun. (Guyton & Hall, 2008)

(Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi
11. Jakarta: EGC)

Anda mungkin juga menyukai