Anda di halaman 1dari 5

Penegakkan Diagnosis

1.1 Erisipelas
a. Anamnesis
Pada proses anamnesis, biasanya pasien datang dengan keluhan
utama adanya bercak-bercak merah pada wajah serta kaki dengan rasa
nyeri. Keuhan yang menyertai adalah bercak awalnya unilateral yang
menjadi bilateral. Bercak eritema terlihat pertama kali di tungkai bawah
dan disertai nyeri di lipatan paha. Gejala sistemik yang dapat menyertai
adalah demam, malaise, sakit kepala, menggigil, flu, muntah dan artralgia.
Pasien juga perlu di anamnesis apakah ada riwayat penyakit atau kelainan
seperti faringitis, ulkus kaki, vena statis dan limfedema. (Saveedra et al,
2008)

b. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, dapat diinspeksi adanya bercak kemerahan


yang bilateral pada pipi dan kaki, bekas garukan, abrasi, bekas luka, dan
limfadenopati femoralis. Eritema terlihat berwarna merah, batasnya tegas,
udem, terdapat vesikel dan bula berisi seropurulen. (Burns&Cox,2007)

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah biopsi kulit


dan kultur yang spesimennya dapat diambil dari swab tenggorokan, darah
serta seropurulen pada lesi, pemeriksaan darah rutin, LED, dan C-reaktif
protein. (James et al,2011)

1.2 Selulitis
a. Anamnesis
Pada anamnesis, pasien mengeluhkan adanya bercak merah.
Keluhan tersebut dapat disertai nyeri sendi, malaise, demam dan
menggigil. Kemerahan yang diderita pasien biasanya di daerah predileksi
dari selulitis yaitu ekstremitas superior dan inferior, wajah, badan serta
genitalia. (Fitzpatrick,2008)

b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, dapat diinspeksi eritema pasien cerah,
batas tidak tegas, tidak terlalu menonjol, disertai vesikel atau bula, tidak
terlalu hangat, dan disertai fluktuasi. Keluhan juga dapat disertai
limfangitis dan limfadenitis. Bila disebabkan H. influenza atau S.
pneumonia maka lesi berwarna merah keabuan, kebiruan atau keunguan.
(Fitzpatrick, 2008)

c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang disarankan adalah pemeriksaan darah
tepi. Pada selulitis, hasil pemeriksaan darah tepi yang didapatkan adalah
leukositosis dengan hitung jenis shift to the left. (James et al, 2011)

1.3 Eritrasma
a. Anamnesis
Pada anamnesis, pasien umumnya mengeluhkan adanya lesi
eritema dan skuama halus di sekitar ketiak dan paha serta gatal dan rasa
terbakar bila terjadi di daerah lipat paha. (Djuanda et al, 2008)

b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya lesi kulit hingga
berbentuk plakat di daerah jari kaki, lipat paha, aksila, intergluteal dan
inframammaria. (Djuanda et al, 2008)

c. Pmeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu
penegakkan diagnosis adalah woodlamp dan sediaan langsung. Woodlamp
dilakukan untuk melihat lesi berfluorosens merah karena porfirin. Sediaan
langsung adalah dengan menggunakan skalpel kemudian dikerok dibagian
lesi kemudian ditetes eter dan menguap. Ketika lemaknya sudah dilarutkan
dan kering maka ditambahkan biru metilen. Organisme kemudian dapat
diidentifikasi dibawah mikroskop. (James et al, 2011)

Tatalaksana

2. 1 Erisipelas

Penatalaksanaan erisipelas disesuaikan dengan kondisi infeksinya. Pada


infeksi sedang, 50diberikan penicilin G 600,000 IU 1-2x sehari IM atau penicilin
V 250 mg 4-6xsehari peroral. Bila alergi terhadap penisilin dapat diberikan
eritromisin 500 mg p.o atau clindamycin 150-300 mg p.o. Bila infeksi disebabkan
oleh staphylococcus , maka diberikan dicloxacillin 500-1000 mg p.o.
(Gawkrodger, 2002)

Pada infeksi berat, pasien dirawat inap, diberikan penicilin G 10,000,000


IU secara iv. Bila alergi dapat diberikan vancomycin 1 1,5 g i.v. bila infeksi
staphylococcus , maka diberikan nafcillin 500-1000mg i.v. (Gawkrodger, 2002)

Secara topikal, dapat diberikan antibiotik salep seperti gentamycin. Daerah


kemerahan juga dapat dikompres dengan menggunakan NaCl 0,9%. Pasien
diedukasi untuk istirahat total, daerah yang sakit ditinggikan, vesikula atau bula
dikompres rivanol 1%. (Moschella, 1997)

Umumnya akan terjadi perbaikan dalam 1-2 hari namun lesi kulit sembuh
dalam waktu yang lebih lama. Pengobatan diberikan minimal 10 hari sebagai
terapi yang adekuat. (Fitzpatrick, 2008)

2.2 Selulitis
Tatalaksana yang diberikan untuk selulitis adalah antibiotik. Pada selulitis
dengan etiologi streptokokus maka diberikan penisilin prokain G dengan dosis
600.000-2.000.000 IU secara IM atau penisilin V 500mg 4x sehari secara oral.
Pada pasien dengan etiologi SAPP maka dapat diberikan eritromisin, klindamisin
atau diklosasilin 500mg/hari selama 1 minggu hingga 10 hari. Bila sudah terjadi
supurasi maka sebaiknya dilakukan insisi atau drainase. (Arnold et al, 1990)

Tabel 1. Tatalaksana antibiotic pada erysipelas dan selulitis (Fitzpatrick, 2008)

2.3 Eritrasma

Penatalaksanaan eritrasma adalah eritromisin 4x250 mg dua sampai tiga


minggu, klaritromisin, asam fusidic2% krim, miconazole topikal, asam salisilat
3%, klindamisin, dan tetrasiklin. Untuk antibiotik, pilihan utamanya adalah
eritromisin. (Holdiness, 2002)
DAFTAR PUSTAKA

Arnold HL, Odom RB, James WD. 1990. Andrew's Diseases of the Skin,
Clinical Dermatology 8th. Philadelphia, London, Toronto: WB Saunders
Co.

Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. 2007. Rooks Textbook of


Dermatology. 8th Ed. United Kingdom.: Wiley Blackwell.

Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. 2008. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin,
ed. Ke-5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Fitzpatrick, Thomas B. 2008. Dermatology in General Medicine, Seventh


Edition. New York: McGrawHill

Gawkrodger D. 2002. Dermatology An Illustrated Colour Text. 3rd Ed. China :


Churchill Livingstone.

Holdinesss MR. Management of cunateneous erythrasma. Drugs: 2002. Vol. 62


(8); p 1131-41

James WD, Berger TG, Elston DM. Bacterial Infections, in Elston DM,
Domonkos AN. 2011. Andrews Diseases of the Skin Clinical
Dermatology. Eleven Edition. United State : Elsevier;

Moschella SL, Hurley HJ. 1997 Dermatology, Vol. 1, 2nd ed. Philadelphia:
Saunders Co, 1985 : 61819. Cermin Dunia Kedokteran No. 117

Saavedra A,Weinberg AN, Swartz MN, Johnson RA. 2008. Chapter 179 Soft
Tissue Infections : Erysipelas, Cellulitis, Gangrenous Cellulitis, and
Myonecrosis. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatricks
Dermatology in General Medicine. 7th Ed. United State of America:
McGraw Hill Medical.

Anda mungkin juga menyukai