Anda di halaman 1dari 9

Hamziah Jurnal Protein

Potensi Jenis Kekerangan Yang Berasosiasi Dengan Padang Lamun di Pulau


Pannikiang Kabupaten Barru
Hamsiah*
* Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UMI, Makasar

ABSTRACT

The Bivalve and Gastropods Potential that Associated with Sea Grass in Pannikiang Island, Barru

Background: The sea grass was one of a natural ecosystem in coastal area. Sea grass has high diversity spesies , and
bivalve was a dominant group organism. Recently, there were no bivalve and gastropod that associated with sea grass in
Pannikiang island, so the informatiaon was required especially for economics reason.
Methods : The evaluation were held in 3 stations, each consist 3 substation. The data of bivalve and sea grass was
taken with 1x1 m transect. The variabels for bivalve were composition, density, diversity index, uniformity index,and
dominant index, meanwhile for sea grass were composition and density.
Result : The composition of sea grass consist of 8 kinds, 4 from Potamogetonaceae, there were ( Cymodecea
rotundata,C serrulata, Halodule pinifolia dan Syringodium isotifolium) and 4 from Hydrocharitaceae (Enhalus
acoroides, Halophila minor, H. ovalis dan Thalassia hemprichii). The bivalve composition in sea grass composition
consist of 20 kinds gastropod dan 14 kinds bivalvia, meanwhile outside the station were found 9 kinds gastropod dan 2
bivalve.

Keywords : Bivalve, sea grass, association

ABSTRAK

Latar Belakang : Salah satu ekosistem alami yang ditemukan di wilayah pesisir adalah padang lamun. Padang lamun
memiliki keanekaragaman spesies yang cukup tinggi. Salah satu kelompok organisme yang banyak ditemukan di
padang lamun adalah kekerangan. Golongan molluska khususnya kekerangan (bivalvia dan gastropoda) yang
berasosiasi dengan padang lamun di pulau Pannikiang belum ada sehingga dibutuhkan informasi tentang hal tersebut
terutama yang bernilai ekonomis.
Metode : Pengamatan dilakukan pada 3 stasiun dan masing-masing stasiun terdiri atas 3 substasiun. Pengambilan data
kerang dan lamun dengan menggunakan transek kuadrat 1 x 1 m, jarak antara stasiun 250 m dan jarak antara substasiun
berkisar 50 m sedangkan jarak setiap titik sebagai ulangan pada setiap substasiun adalah 10 20 m (tergantung luas
area lamun yang diamati).Variabel pengamatan meliputi komposisi jenis, kepadatan, indeks keanekaragaman, indeks
keseragaman, indeks dominasi (kekerangan) sedangkan untuk lamun meliputi komposisi jenis dan kerapatan.
Kesimpulan : Komposisi jenis lamun yang ditemukan terdiri atas 8 jenis yaitu 4 jenis dari famili Potamogetonaceae
(Cymodecea rotundata,C serrulata, Halodule pinifolia dan Syringodium isotifolium) dan 4 jenis famili
Hydrocharitaceae (Enhalus acoroides, Halophila minor, H. ovalis dan Thalassia hemprichii). Komposisi jenis
kekerangan yang ditemukan pada ekosistem padang lamun adalah 20 jenis gastropoda dan 14 jenis bivalvia sedangkan
jenis yang ditemukan di luas stasiun pengamatan terdiri dari atas 9 jenis gastroposa dan 2 jenis bivalvia. Pola
penyebaran kekerangan sebagian besar bersifat acak yang artinya kondisi lingkungannya homogen.

Kata kunci : Kekerangan, asosiasi dan padang lamun

172
Hamziah Jurnal Protein

PENDAHULUAN Indonesia memiliki potensi yang sangat besar


untuk diteliti terutama fauna yang berasosiasi
Dalam upaya pembangunan di Kawasan dengan padang lamun tersebut. Salah satu
Timur Indonesia, maka peranan pengembangan kelompok fauna yang banyak ditemukan di
perikanan penting artinya karena wilayah inimluas padang lamun adalah molluska (kekerangan). 2
lautanya lebih besar dibandingkan luas daratan. Pemanfaatan sumberdaya kekerangan di
Upaya peningkatan produksi perikanan adalah Pulau Pannikiang banyak dilakukan oleh
pemanfaatan secara optimal segala sumber daya masyarakat, baik yang berdomisili du pulau
perikanan sehingga dapat meningkatkan tersebur maupun masyarakat di luar pulau, dengan
kesejahteraaan masyarakat luas. adanya pemanfaatan tersebut diduga bahwa jenis
Usaha peningkatan produksi perikanan kekerangan yang ada cukup besar sehingga
dilakukan melalui usaha penangkapan dan diperlukan informasi mengenai potensi jenis
budidaya. Usaha penangkapan dilakukan di laut kekerangan yang ada khususnya di daerah padang
dan perairan umum sedangkan usaha budidaya lamun serta penyebarannya. Kepadatan organisme
dilakukan dalam bentuk budidaya air payau, air juga perlu diketahui sehingga dapat memberikan
tawar dan laut. Komoditas perikanan yang gambaran lengkap mengenai keadaan suatu
diandalkan untuk dikembangkan antara lain : oraganisme penting diketahui agar dapat
udang, tuna, rumput laut, cumi-cumi, telur ikan memberikan gambaran lengkap mengenai
terbang kakap/kerapu, kekerangan, sirip ikan hiu, keadaan suatu organisme yang terdapat dalam
kepiting dan teripang. suatu habitat. Sedangkan pola penyebaran suatu
Salah satu komoditi perikanan yang banyak oraganisme penting diketahui agar dapat kita
ditemukan di daerah pantai khususnya di daerah mengambil suatu kesimpulan kasar mengenai
padang lamun adalah kekerangan. Kekerangan ini kondisi lingkungan yang menjadi habitat
mempunyai nilai komersial yang cukup penting, organisme. Pengetahuan yang dapat memberikan
karena dagingnya merupakan sumber protein dan dampak terhadap populasi dari rata-rata per unit
cangkangnya mempunyai nilai estetika yang area.
tinggi, misalnya kerang mutiara, lola, batu laga
dan lain-lain. MATERI DAN METODE PENELITIAN
Pemanfaatan sumberdaya kekerangan baik
sebagai sumber protein hewani maupun sebagai Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April
sumber komoditas ekspor perlu digalakkan sampai Oktober 2004 di perairan Pantai Pulau
mengingat Indonesia memiliki perairan pantai Pannikiang Kecamatan Balusu Kabupaten Barru.
yang terpanjang di daerah tropis dimana habitat Alat dan bahan yang di gunakan dalam
kekerangan pada umumnya di daerah pantai dan penelitian ini adalah traksek kuadrat, sieve net,
terumbu karang. Selama ini pemanfaatan meteran, kompas, thermometer, hand
kekernagan hanya mengandalkan penangkapan refraktometer, layangan arus, tongkat berskala,
dari alam tanpa usaha untuk budidaya sehingga buku identifikasi dan formalin.
dikhawatirkan pada suatu saat populasinya akan Pengamatan dilakukan pada 3 stasiun dan
punah. Di samping sebagai komoditas ekspor, masing-masing stasiun terdiri atas 3 substasiun.
kekerangan juga sebagai bahan baku industri dan Pengambilan data kerang dan lamun dengan
dalam jumlah kecil dikonsumsi secara local. menggunakan transek kuadrat 1 x 1 m, jarak
Topografi perairan Pantai Kabupaten Barru antara stasiun 250 m dan jarak antara substasiun
memiliki potensi kekernagan yang cukup besar berkisar 50 m sedangkan jarak setiap titik sebagai
dan sebagian telah dimanfaatkan oleh masyarakat ulangan pada setiap substasiun adalah 1020 m
nelayan. Diperkirakan luas daerah penyebaran (tergantung luas area lamun yang diamati).
kekerangan di Kabupaten Barru mencapai nilai Variabel pengamatan meliputi komposisi
sekitar 30% dari luas perarian pantai yang telah jenis, kepadatan, indeks keanekaragaman, indeks
ditetapkan yang kurang lebih 405 km 2, dan keseragaman, indeks dominasi (kekerangan)
wilayah ini dominant berada di kecamatan sedangkan untuk lamun meliputi komposisi jenis
Mallusetasi (termasuk Pulau Pannikiang tempat dan kerapatan. Identifikasi kekerangan
oengamatan).1 menggunakan buku Siput dan Kerang Indonesia
Diperkirakan area yang luasnya 30.000 km 2 serta The Shallow Water Marine Molluscs of
dari padang lamun yang tersebar di seluruh North West Java.

173
Vol.13.No.2.Th.2006 Potensi Jenis Kekerangan Yang Berasosiasi

H=Indeks Keanekaragaman
Analisis Data H Max= Logz S = 3,3219log S
S = Jumlah Spesies /jenis
A. Kekerangan
a. Kepadatan Nilai indeks keseragaman ini
Kepadatan adalah jumlah individu berkisar antara 0-1. Jika indeks
per satuan luas dengan formulasi sebagai keseragaman mendekati nilai 0, maka
berikut (Brower, J.E. and J.H. Zar, 1977): dalam ekosistem ada kecenderungan
ni D = Kepadatan (individu/m2) teIjadi dominansi spesies yang
ni= Jumlah total individujenis disebabkan oleh adanya ketidakstabilan
D=
ke-i yang diperoleh faktor-faktor lingkungan dan populasi.
A Bila indeks keseragaman mendekati 1,
A = Luas total habitat yang
disampling (m2) maka hal ini menunjukkan bahwa
ekosistem tersebut dalam kondisi yang
b. Keragaman (keanekaragaman) relatif mantap/stabil yaitu jumlah individu
Keanekaragaman spesies dapat tiap spesies relatif saran (Brower, J.E.
dikatakan sebagai keheterogenan spesies and J.H. Zar, 1977).
dan merupakan ciri khas struktur
komunitas. Rumus yang digunakan untuk d. Dominansi
menghitung keanekaragaman adalah Untuk mengetahui ada tidaknya
rumus Shannon-Wiener (Krebs, C.J., dominansi dari spesies tertentu
1972) yaitu: digunakan Indeks Dominansi Simpson
s (Brower, J.E. and J.H. Zar, 1977). yaitu
H= - pi log, pi I
i=1 :3
Dimana: s s
H' = lndeks Keanekaragaman D = (pi) = (ni / N)2
2

pi = Proporsi jumlah individu spesies ke-i i=1 i=1

terhadap jumlah individu total (ni/N) Dimana :


N = Jumlah total individu semua spesies D = Indeks Dominasi
S = Jumlah taksalspesies ni = Jumlah individu spesies ke-i
Ni = Jumlah total individu dari semua
Kisaran nilai indeks keanekaragaman spesies
Shannon ditentukan berdasarkan kriteria S = Jumlah Spesies
sebagai (Hadijah, 2000) :
H' < 3,322 : keanekaragaman spesies Nilai Indeks Dominansi berkisar
rendah, tekanan ekologi antara 0 - 1. Jika indeks dominansi
sangat kuat
mendekati 0 berarti hampir tidak ada
3,322::;; H' < 9,966: keanekaragaman
individu yang mendominasi dan biasanya
spesies sedang
(moderat) diikuti indeks keragaman yang tinggi.
H' ~ 9,966 : keanekaragaman spesies Apabila indeks dominansi mendekati 1
tinggi, tetjadi keseimbangan berarti ada salah satu genera yang
ekosistem mendominasi dan nilai indeks keragaman
semakin keci. Jadi indeks dominansi ini
c. Keseragaman berhubungan terbalik dengan keragaman
Keseragaman dapat dikatakan dan keseragaman sedangkan keragaman
sebagai keseimbangan yaitu komposisi dan keseragaman mempunyai hubungan
individu tiap spesies yang terdapat dalam positif.
suatu komunitas. Indeks Keseragaman
(regularitas) dihitung dengan rumus e. Pola Sebaran Jenis
sebagai berikut (Krebs, C.J., 1972):
H E = lndeks Keseragaman Untuk mengetahui pola sebaran
E=
H Max

174
Hamziah Jurnal Protein

jenis suatu organisme pada habitat antara lamun dengan jumlah jenis
digunakan metode pola sebaran Morisita kekerangan digunakan analisa regresi linear
(Elliott, J. M., 1977). Rumus untuk sederhana. Dari hasil tersebut dapat diketahui
menghitung Indeks Penyebaran Morisita korelasi masing-masing parameter terhadap
adalah sebagai berikut : kepadatan dan jumlah jenis kekerangan.
n Rumus yang digunakan
{x (x-I) }
i=l Y = a + bX
1 = n Dimana:
n n
X (x-l) Y = Kepadatan kekerangan (peubah tidak
i=1 ;=1 bebas)
X = Kerapatan lamun (peubah bebas)
Dimana : A = Konstanta
b = Koefisien peubah bebas
1 = Indeks sebaran Morisita
n =Jumlah petak pengambilan contoh Identifikasi jenis lamun dengan
x =Jumlah individu pada petak menggunakan buku (Den Hartog, C., 1970;
pengambilan contoh ke -1 Philips, R. C. dan E. G. Menez. 1988).

x = Jumlah total individu yang HASIL DAN PEMBAHASAN


diperoleh
1. Kekerangan
B. Kepadatan a. Komposisi Jenis dan Kepadatan
Kerapatan jenis lamun dihitung dengan Kekerangan yang ditemukan pada
menggunakan rumus: ekosistem padang lamun selama penelitian
berlangsung pada ketiga stasiun
ni pengamatan seluruhnya ada sekitar 34
D= Dimana
D = Kerapatan jenis (jumlah jenis yang terdiri dari: 20 jenis gastropoda
A dan 14 jenis bivalvia (Tabel 2), namun ada
tegakan jenis lamun/m2
ni = Jumlah tegakan jenis lamun beberapa jenis kekerangan yang
ke -i ditemukan di luar stasiun pengamatan
A = Luas area pengamatan (m2) yaitu 9 jenis gastropoda dan 2 jenis
bivalvia. Adapun komposisi jenis
Untuk melihat hubungan antara lamun kekerangan yang ditemukan pada ketiga
dengan kepadatan kekerangan dan hubungan stasiun pengamatan dapat dilihat pada
Tabel Gambar 1.

1 2 3

Stasiun

Gambar 1. Komposisi Jenis Kekerangan pada setiap Stasiun Pengamatan berdasarkan kelas .

175
Vol.13.No.2.Th.2006 Potensi Jenis Kekerangan Yang Berasosiasi

Tabel 1. Komposisi Jenis Kekerangan pada Setiap Stasiun Pengamatan Berdasarkan


Kelas
Stasiun
No. Jenis Kekerangan A % B % C %
1. Gastropoda 5 50 6 33,33 16 61,54
Bivalvia 5 50 12 66,67 10 38,46
Jumlah 10 100 18 100 2 100

Tabel 2. Jenis dan Kepadatan Rata-rata Kekerangan (ind/m2) pada Habitat lamun
A B C
No Jenis Molluska
I II III I II III I II III
GASTROPODA
1. Trochus stellatus* - - - - - - 5 - 2
2. Cymbiola vespertilio - - - - - - 1 - 1
3. Columbella scripta* - - - - - - - 2 3
4. Cypreae boivinii - 1 1 2 - 2 2 3 4
5. Cypreae moneta - 2
6. Cypreae annulus - 1 2
7. Cypreae tigris - 1
8. Cypreae pallidula - 1
9. Cypreae pyriformis - 2
10. Strombus labiatus - 2 1 1 2 3 11 7 15
11. Strombus mutabilis - - 2 1 1
12. Clanculus atropurpureus - - 2 1 4
13. Bulla vernicosa - - 2 1
14. Rhinoclavis vertagus - - 1 1
15. Rhinoclavis aspera - - 1
16. Nodilittorina pyramidalis* - - 4 3 1
17. Clypeomorus corallium 2 1 2
18. Polinices melanostomus - - 1
19. Angaria delphinus - - 2
20. Vexillum plicarium - - 1
BIVALVIA
1. Anadara antiquate - 1 1 5 2 2 4 3 2
2. Tellina remies - - 2 1 1 1
3. Mytilus edulis - - 2 1
4. Atrina vexillum - - 2
5. Gafrarium pectinatum - 1 1 1 1 1
6. Grafrarium tumidum - - 1 1 1
7. Trachycardium rugosum 1 - 1 2 1 1 2 4
8. Septifer bilocularis - - 1 3 1 2
9. Isognomon isognomum - - 1 1 1
10. Pinna muricata 2 - 1 2 1
11. Pitar manillae - 2 2 2 1 2 2 2
12. Fragum unedo - - 2 1
13. Codakia tigerina - - 1 1 1
14. Paphia undulate - - 1 1
Jumlah Individu 5 6 8 20 15 22 39 33 51
Jumlah Jenis 3 8 7 12 12 12 15 14 21
Catatan :
1. * Jenis gastropoda yang menempel pada tumbuhan lamun
2. Jenis kekerangan yang ditemukan diluar stasiun pengamatan adalah :
a. Gastropoda : Nerita insculpta, Strombus variabilis, Lambis lambis, Chicoreus ramosus, C. capucinus, Vasum tubinellus,
Conus connectens, C. marmoreus dan Mitra proscissa.
Bivalvia : Pteria penguin dan hoppopus hippopus

176
Hamziah Jurnal Protein

b. Keanekaragaman, Keseragaman dan didapatkan, sehingga makin kecil jumlah


Dominasi spesies dan variasi jumlah individu tiap
Indeks keanekaragaman kekerangan spesies , maka keanekaragaman suatu
pada suatu kawasan menggambarkan ekosistem akan semakin kecil, demikian
adanya kekayaan jenis-jenis kekerangan juga sebaliknya. Indeks keanekaragaman,
di kawasan tersebut. Nilai indeks keseragaman dan dominasi dari
keanekaragaman tergantung variasi kekerangan disajikan pada Tabel 3 berikut
jumlah individu tiap spesies yang

Tabel 3. Nilai Indeks Keanekaragaman (H), Keseragaman (E) dan Dominasi (D) pada
setiap stasiun pengamatan
indeks
Stasiun
Keanekaragaman Keseragaman Dominasi Jumlah jenis
Pengamatan
(H) (E) (D)
A 3,1360 0,9440 0,1295 10
B 3,8479 0,9228 0,0716 18
C 4,0309 0,8576 0,1045 26

Dari Tabel tersebut memperlihatkan lingkungan masih stabil, tidak terjadi


bahwa kisaran indeks keanekaragman kompetisi antar individu. Penyebaran
yang diperoleh tertinggi pada stasiun C organisme secara acak terjadi apabila
yang didapatkan sekitar 26 spesies lingkungan homogen/seragam (Heddy, S
kemudian stasiun B dengan jumlah dan M. Kurniati, 1996).
spesies 18 dan terendah pada stasiun A Jenis kekerangan seperti Trochus
dengan spesies 10. Pada stasiun A nilai Stellatus, Columbella Sripta, Clanculus
indeks keanekaragaman 3,1360 termasuk Atropurpureus dan Nodilittorina
kategori rendah sedangkan pada stasiun B Pyramidalis ditemukan menempel kuat
(3,8479) dan C (4,0309) termasuk pada tumbuhan lamun terutama pada jenis
kategori sedang. lamun Enhalus Acoroides. Jenis-jenis ini
Indeks keseragaman yang diperoleh bergerak secara menegak sesuai dengan
berkisar antara 0,85760,9440 yang naik turunnya air pasang. Pada saat air
berarti kondisi ekosistem dalam kondisi pasang jenis ini bergerak keatas (bagian
stabil. Jika indeks keseragaman yang daun) sedangkan bila surut mereka akan
diperoleh mendekati 1, maka ekosistem turun kebagian akar.
tersebut dalam kondisi relatif stabil yaitu
jumlah individu tiap spesies relatif sama. 3 2. Lamun
Indeks dominasi berkisar antara a. Komposisi jenis dan Distribusi
0,07160,1295 yang berarti nilai relatif Lamun
rendah mendekati 0 yang menunjukan Berdasarkan hasil penelitian yang
pada lokasi tersebut tidak ada individu dilakukan diperairan Pulau Pannkiang,
yang mendominasi (Odum, E. P., 1971). ditemukan 8 jenis lamun terdiri dari 4
Hal ini memperlihatkan bahwa habitat spesies dari family potamogetonaceae
lamun tidak ada salah satu jenis yaitu Cymodocea Serrulatta, C.
kekerangan yang dominant terhadap jenis
rotundata, Haludule finifolia dan
lainnya.
Syringodium isoetifolium serta 4 spesies
c. Penyebaran Kekerangan Pada Lamun dari famili Hydrocharitaceae yaitu
Pola penyebaran kekerangan yang Enhalus acoroides, Thalassia
diperoleh bervariasi yaitu acak, hemprichii, Halophila ovalis dan H
mengelompok dan seragam, namun pada minor. Hal ini berbeda dengan penelitian
umumnya menyebar secara acak. Hal ini sebelumnya di pulau ini yang
kemungkinan disebabkan kondisi menemukan 9 jenis lamun dan jenis yang

177
Vol.13.No.2.Th.2006 Potensi Jenis Kekerangan Yang Berasosiasi

tidak ditemukan pada saat pengamatan berbeda. Adapun komposisi jenis lamun
adalah Halodule uninervis. Adanya berdasarkan famili dapat dilihat pada
perbedaan ini kemungkinan disebabkan Tabel 4 dan Gambar 2.
lokasi pengamatan yang dilakukan

Gambar 2. Komposisi Jenis Lamun pada Setiap Stasiun Pengamatan Berdasarkan Famili

Tabel 4. Komposisi Jenis Lamun pada Setiap Stasiun Pengamatan Berdasarkan Famili
Stasiun
No. Jenis Lamun I Famili
A % B % C %
l. Potamogetonaceae 4 57,14 4 66,67 2 33,3
2. Hydrocharitaceae 3 42,86 2 33,33 4 66,6
Jumlah 7 100 6 100 6 100

Campuran beberapa spesies lamun mempunyai penyebaran yang cukup luas


dalam suatu lokasi sering didapatkan di dan dapat hidup pada berbagai jenis
padang lamun Indonesia (Tomasick, T., substrat, mulai dari jenis substrat halus
A.J. Mah., A. Nontji and M.K. Moosa, sampai kasar (pecahan karang yang
1997). Selanjutnya dikatakan bahwa ada kasar). Sedangkan Cymodocea serrulata
delapan spesies lamun yang saling dan Cymodocea rotundata dominan
berasosiasi di perairan Laut Flores, di ditemukan pada daerah intertidal (pasang
Teluk Kuta dan Teluk Gerupuk Lombok surut) yang berbatasan dengan hutan
Selatan dijumpai 11 spesies lamun yang mangrove.11 Kerapatan lamun tertinggi
saling berasosiasi. pada jenis Cymodocea serrulata yaitu
200,55 ind/m2, jenis ini dapat hidup pada
b. Kerapatan Lamun berbagai jenis substrat, mulai dari kisaran
Kerapatan lamun yang diperoleh liat berlumpur hingga pecahan karang
dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini. yang kasar,2 sedangkan terendah pada
Pada Tabel 5 memperlihatkan bahwa jenis Syringodium isoetifolium yaitu 3,22
jenis Enhalus acoroides, Thalassia ind/m2, rendahnya jenis ini karena
hemprichii, Cymodocea serrulata dan dominan substrat pada stasiun B adalah
Cymodocea rotundata ditemukan pada pasir sedangkan jenis ini tumbuh baik
setiap stasiun. Jenis lamun Enhalus pada habitat yang bersubstrat lumpur.
acoroides dan Thalassia hemprichii ini

178
Hamziah Jurnal Protein

Tabel5. Rata~rata Kerapatan Lamun (ind/m2) pada setiap Stasiun.


Stasiun Pengamatan
No. Jenis Lamun
A B C
1. Enhalus acoroides 26,11 52,78 41,11
2. Thalassia hemprichii 107,22 105 56,11
3. Halophila ova!is 0 0 12,78
4. Halophila minor 11,67 0 5,55
5. Cymodocea serrulata 7,78 48,33 200,55
6. Cymodocea rotundata 55,11 25,56 66,67
7. Halodule pinifo!ia 2,78 8,89 0
8. Syringodium isoetifo!ium 45,00 3,22 0
Jumlah 255,67 243,78 382,77
.:. Hubungan antara Kekerangan dan Lamun

Berdasarkan hasil kerapatan lamun sehingga pada stasiun B dan C ditemukan


yang diperoleh tertinggi pada stasiun C kepadatan kekerangan yang cukup tinggi
kemudian A dan terendah B sedangkan dibandingkan stasiun A.
kepadatan kekerangan tertinggi pada
stasiun C kemudian B dan terendah A. KESIMPULAN DAN SARAN
Tingginya kerapatan lamun pada stasiun A
disebabkan tingginya kerapatan lamun Kesimpulan
Syringodium isoetifolium (lamunjarum) Jumlah jenis kekerangan yang ditemukan di
padang lamun yaitu 34 jeni (20 jenis gastropoda
yaitu jenis lamun berukuran kedL
dan 14 jenis bivalvia) sedangkan yang ditemukan
Berdasarkan hasil regresi hubungan di luar stasiun pengamatan terditi dati 9 jenis
antara kepadatan kekerangan dengan gastropoda dan 2 jenis bivalvia, jenis lamun yang
kerapatan lamun menunjukkan korelasi ditemukan ada sekitar 8 jenis yaitu 4 jenis dari
yang positif, yaitu kepadatan kekerangan famili Potamogetonaceae dan 4 jenis dari famili
(Y) :;:: - 15,022 + 0,27 X (keraparan Hydrocharitaceae. Ada hubungan antara kerapatan
lamun) dengan nilai korelasi (r) keduanya lamun dengan kepadatan kekerangan, yang mana
sebesar 0,67. Dati uji F yang dilakukan jika kerapatan lamun tinggi khususnya pada jenis
terhadap model regresi diperoleh F hitung lamun yang berukuran besar maka kepadatan
> F tabel (Fhit. :;:: 5,731 dan Ftab kekerangan juga cenderung tinggi.
(0,05) :;:: 4,49), hal ini menunjukkan
bahwa hasil yang diperoleh berbeda nyata DAFTAR PUSTAKA
dan mempunyai keeratan hubungan antara
Atjo, H., 1992. Potensi Jenis Kekerangan
kepadatan kekerangan dan kerapatan
Kabupaten Barru dalam Prosiding Temu Karya
lamun. Berdasarkan hasil yang diperoleh Ilmiah, No. 7:8 10. Badan Penelitian Perikanan
ada kecenderungan semakin tinggi Budidaya Pantai. Maros.
kerapatan lamun maka semakin tinggi
kepadatan kekerangan, walaupun hasil Arifin, 2001. Ekosistem Padang Lamun. Bahan
yang diperoleh di lapangan ada perbedaan Ajar Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Kelautan
yang disebabkan adanya jenis lamun yang dan Perikanan, UNHAS. Makassar. 114 h.
berdaun kecil (lamun jarum) yang
mendominasi pada stasiun A. Ada beberapa Brower, J.E. and J.H. Zar., 1977. Field and
jenis kekerangan yang menempel pada Laboratory Methods for General Ecology. WM. J.
daun lamun khususnya jenis lamun yang Brown Company Publ. Dubuque. Iowa. 94 p.
berukuran besar seperti Enhalus acoroides

179
Vol.13.No.2.Th.2006 Potensi Jenis Kekerangan Yang Berasosiasi

Den Hartog, C., 1970. The Sea-Grasses of the Krebs, C. J., 1972. Ecology, the Experimental
World. North-Holland Publishing Company- Analisys of Distribution and Abudance Haper
Amsterdam London. 275 p. anda Row Publ. New York. 496 p.

Elliott, J. M., 1977. Statistical Analisis of Samples Odum, E. P. 1971. Fundamental of Ecology.
of Benthic Invertebrate. Freshwater Biological Thirth Edition WB Saunders Co. Philadelphia and
Association Scientific Publication. No. 25 Second London. 546 p.
Edition. 157 p.
Philips, R. C. and E. G. Menez, 1988. Seagrasses.
Hadijah, 2000. Sebaran Spasial Komunitas Smithsonian Institution Press. Washington, D. C.
Gastropoda dan Asosiasinya dengan Lamun di 104 p.
Perairan Pulau Kodingareng Kotamadya
Makassar. Tesis. Program Pascasarjana Institut Tomasick, T., A.J. Mah., A. Nontji and M.K.
Pertanian Bogor, Bogor. Moosa, 1997. The Ecology of The Indonesian
Seas. Part Two. Published by Periplus Edition
Heddy, S dan M. Kurniati, 1996. Prinsip-prinsip (HK) Ltd. Singapore.
Ekologi, Suatu Bahasan tentang Kaidah Ekologi
dan Penerapannya. P.T. Raja Grafindo Persada. Wahyuddin, M., 2003. Distribusi Jenis Lamun
Jakarta. 271 h. Kaitannya dengan Sediman Dasar Perairan di
Pulau Pannikiang Kabupaten Barru. Skripsi.
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS.
Makasar. 51 h.

180

Anda mungkin juga menyukai