Anda di halaman 1dari 21

Pendahuluan

Kabel merupakan infrastruktur jaringan yang pertama ada sebelum adanya teknologi
nirkabel. Banyak topologi jaringan menggunakan kabel untuk membangun jaringan lokal
area (LAN). Terdapat beberapa tipe (jenis) kabel yang banyak digunakan dan menjadi standar
dalam penggunaan untuk komunikasi data dalam jaringan komputer. Kabel-kabel ini
sebelumnya harus lulus uji kelayakan sebelum dipasarkan dan digunakan.
Perlu diingat bahwa hampir 85% kegagalan yang terjadi pada jaringan komputer
disebabkan karena adanya kesalahan pada media komunikasi yang digunakan termasuk kabel
dan konektor serta kualitas pemasangannya. Kegagalan lainnya bisa disebabkan faktor teknis
dan kondisi sekitar.
Setiap jenis kabel mempunyai kemampuan dan spesifikasinya yang berbeda, oleh
karena itu dibuatlah pengenalan tipe kabel. Ada dua jenis kabel yang dikenal secara umum
dan sering dipakai untuk LAN, yaitu coaxial dan twisted pair (UTP unshielded twisted pair
dan STP shielded twisted pair). Sedangkan untuk jaringan MAN atau WAN yang sering
digunakan sebagai backbound jaringan adalah kabel fiber optic.

1. Kabel Coaxial

Kabel coaxial terdiri dari dua konduktor, dibentuk untuk beroperasi pada pita
frekuensi yang besar. Terdiri dari konduktor inti dan dikelilingi oleh kawat-kawat kecil. Di
antara konduktor inti dengan konduktor di sekelilingnya dipisahkan dengan sebuah isolator
(jacket/shield) seperti ditunjukkan pada gambar 1. Kabel coaxial lebih kecil kemungkinan
untuk berinterferensi dikarenakan adanya shield. Coaxial dapat digunakan untuk jarak jauh
dan mendukung lebih banyak terminal dalam satu jalur bersama.

Gambar 1. Kabel koaksial

Keterangan gambar:
A = Outer plastic sheath
B = Woven copper shield
C = Inner dielectric insulator
D = Copper core

Kabel coaxial banyak digunakan untuk keperluan,


1. Antena televisi
2. Transmisi telepon jarak jauh
3. Link komputer
4. LAN

Tugas Standar dan Regulasi Telekomunikasi, DTE_FT_USU 1


T.A. 2014/2015
Kelompok 1
1.1 Jenis Coaxial

Kabel coaxial ini tebagi menjadi dua bagian, yaitu kabel coaxial baseband (kabel
50 ohm) yang digunakan untuk transmisi digital dan kabel coaxial broadband (kabel 75
ohm) yang digunakan untuk transmisi analog.
1. Kabel Coaxial Baseband: Kabel coaxial jenis ini terdiri dari kawat tembaga keras
sebagai intinya, dikelilingi suatu bahan isolasi (lihat gambar 2). Kabel ini dibungkus
oleh konduktor silindris yang seringkali berbentuk jalinan anyaman. Konduktor luar
tertutup dalam sarung plastik protektif. Konstruksi dan lapisan pelindung kabel
coaxial memberikan kombinasi yang baik antara bandwidth yang besar dan imunitas
noise yang istimewa. Bandwidth tergantung pada panjang kabel. Untuk kabel yang
panjangnya 1 km, laju data bisa mencapai 1 sampai 2 Gbps. Kabel yang lebih panjang
pun bisa digunakan, akan tetapi hanya akan mencapai laju data yang lebih rendah.
Kabel coaxial banyak digunakan pada sistem telepon. Untuk transmisi telepon jarak
jauh dapat membawa 10.000 panggilan suara simultan. Tetapi saat ini untuk jarak
yang lebih jauh digunakan jenis serat optik.
2. Kabel Coaxial Broadband: Sistem kabel coaxial lainnya menggunakan transmisi
analog dengan sistem pengkabelan pada televisi standard. Sistem seperti itu disebut
broadband. Karena jaringan broadband menggunakan teknologi televisi kabel
standard, kabel dapat digunakan sampai 300Mhz dan dapat beroperasi hampir 100km
sehubungan dengan pensinyalan analog, yang jauh lebih aman dari pensinyalan
digital. Untuk mentransmisikan sinyal digital pada jaringan analog, maka pada setiap
interface harus dipasang alat elektronik untuk mengubah aliran bit keluar menjadi
sinyal analog dan sinyal analog yang masuk menjadi aliran bit. Sebuah perbedaan
penting antara baseband dengan broadband adalah bahwa sistem broadband meliputi
wilayah yang luas dibandingkan dengan sistem baseband.

1.2 Tipe Kabel Coaxial

Coaxial mempunyai dua jenis tipe yang dipergunakan untuk jaringan komputer,
yaitu:
thick coax (mempunyai diameter lumayan besar) dan
thin coax (mempunyai diameter lebih kecil).

1.2.1 Thick Coaxial Cable (Kabel Koaksial Gemuk)

Gambar 2. Thick coaxial cable

Tugas Standar dan Regulasi Telekomunikasi, DTE_FT_USU 2


T.A. 2014/2015
Kelompok 1
Kabel coaxial jenis ini dispesifikasikan berdasarkan standar IEEE 802.3-
10BASE5, dimana kabel ini mempunyai diameter rata-rata 12mm. Kabel jenis ini
biasa disebut sebagai standard ethernet atau thick ethernet, atau hanya disingkat
ThickNet, atau bahkan cuma disebut sebagai yellow cable karena warnanya yang
kuning.
Kabel Coaxial ini jika digunakan dalam jaringan mempunyai spesifikasi
dan aturan sebagai berikut:
Setiap ujung harus diterminasi dengan terminator 50-ohm (dianjurkan
menggunakan terminator yang sudah dirakit, bukan menggunakan satu buah
resistor 50 ohm 1 watt, sebab resistor mempunyai disipasi tegangan yang
lumayan lebar).
Maksimum 3 segment dengan tambahan peralatan (attached devices, seperti
repeater) atau berupa populated segments (seperti bridge).
Setiap kartu jaringan mempunyai kemampuan penguat sinyal (external
transceiver).
Setiap segment maksimum berisi 100 perangkat jaringan, termasuk dalam hal
ini repeaters.
Maksimum panjang kabel per segment adalah 1.640 feet (sekitar 500m).
Maksimum jarak antar segment adalah 4.920 feet (atau sekitar 1500 meter)
dan setiap segment harus diberi ground.
Jarak maksimum antara tap atau pencabang dari kabel utama ke perangkat
(device) adalah 16 feet (sekitar 5 meter).
Jarak minimum antar tap adalah 8 feet (sekitar 2,5 meter).

1.2.2 Thin Coaxial Cable (Kabel Koaksial Kurus)

Gambar 3. Thin coaxial cable

Kabel coaxial jenis ini banyak dipergunakan di kalangan radio amatir,


terutama untuk transceiver yang tidak memerlukan output daya yang besar. Jenis
yang banyak digunakan RG-8 atau RG-59 dengan impedansi 75 ohm. Jenis kabel
untuk televisi juga termasuk jenis coaxial dengan impedansi 75 ohm.
Namun untuk perangkat jaringan, kabel jenis coaxial yang dipergunakan
adalah (RG-58) yang telah memenuhi standar IEEE 802.3 - 10BASE2, di mana
diameter rata-rata berkisar 5 mm dan biasanya berwarna hitam. Setiap perangkat
(device) dihubungkan dengan BNC T-connector. Kabel jenis ini juga dikenal
sebagai thin Ethernet atau ThinNet.

Tugas Standar dan Regulasi Telekomunikasi, DTE_FT_USU 3


T.A. 2014/2015
Kelompok 1
Kabel coaxial jenis ini, misalnya jenis RG-58 A/U atau C/U, jika di-
implementasikan dengan T-connector dan terminator dalam sebuah jaringan, harus
mengikuti aturan sebagai berikut:
Pada topologi bus, setiap ujung kabel diberi terminator 50-ohm.
Panjang maksimal kabel adalah 606.8 feet (185 meter) per segment.
Setiap segment maksimum terkoneksi sebanyak 30 perangkat jaringan
(devices)
Kartu jaringan sudah menggunakan transceiver yang onboard, tidak perlu
tambahan transceiver, kecuali untuk repeater.
Maksimum ada 3 segment terhubung satu sama lain (populated segment)
dengan pengubung repeater 185 x 3 = 555 meter.
Setiap segment sebaiknya dilengkapi 1 ground.
Panjang minimum antar T-Connector adalah 1,5 feet (0.5 meter).

Gambar 4. Perbandingan thick dan thin coaxial cable

Gambar 5. Kabel coaxial yang telah dipasang konektor, terminator dan BNC T

Gambar 6. Model jaringan Ethernet BUS

Tugas Standar dan Regulasi Telekomunikasi, DTE_FT_USU 4


T.A. 2014/2015
Kelompok 1
1.3 Kelebihan dan Kekurangan Kabel Coaxial
Kelebihan kabel Coaxial dalam sistem jaringan adalah
Kabel coaxial menyediakan perlindungan cukup baik dari cross talk (disebabkan
medan listrik dan fase signal) dan electical inteference (berasal dari petir, motor dan
sistem radio) karena terdapat semacam pelindung logam/metal dalam kabel tersebut.
Sehingga dapat digunakan dalam jangkauan yang lebih panjang Memiliki jangkauan
yang panjang mencapai 300 m dalam satu jaringan.
Lebih panjang (up to 500m)
Lebih cocok sebagai backbone
Lebih murah daripada backbone fiber
Lebih tahan terhadap gangguan elektromagnetik
Kelemahan kabel Coaxial adalah signal melewati 2 arah dengan satu kabel
kemungkinan terjadi collision (tabrakan data atau tercampurnya data) besar.

2. Twisted Pair Cable

Selain kabel koaksial, Ethernet juga dapat menggunakan jenis kabel lain yakni
UTP (Unshielded Twisted Pair) dan Shielded Twisted Pair (STP). Kabel UTP atau STP
yang biasa digunakan adalah kabel yang terdiri dari 4 pasang kabel yang terpilin. Dari 8
buah kabel yang ada pada kabel ini, hanya digunakan 4 buah saja yang digunakan untuk
dapat mengirim dan menerima data (ethernet dan fast ethernet).
Perangkat-perangkat lain yang berkenaan dengan penggunaan jenis kabel ini
adalah konektor RJ-45 dan HUB.

Gambar 7. Kabel UTP (kategori 5) & konektor RJ-45

2.1. Jenis Twisted Pair Cable

2.1.1 Straight Through Cable

Untuk pemasangan jenis ini, biasanya digunakan untuk menghubungkan


beberapa unit komputer melalui perantara HUB / Switch yang berfungsi sebagai
konsentrator maupun repeater.

Tugas Standar dan Regulasi Telekomunikasi, DTE_FT_USU 5


T.A. 2014/2015
Kelompok 1
Gambar 8. Straight Through Cable T568B

Penggunaan kabel UTP model straight through pada jaringan lokal


biasanya akan membentuk topologi star (bintang) atau tree (pohon) dengan
HUB/switch sebagai pusatnya. Jika sebuah HUB/switch tidak berfungsi, maka
seluruh komputer yang terhubung dengan HUB tersebut tidak dapat saling
berhubungan.
Penggunaan HUB harus sesuai dengan kecepatan dari Ethernet card yang
digunakan pada masing-masing komputer. Karena perbedaan kecepatan pada NIC
dan HUB berarti kedua perangkat tersebut tidak dapat saling berkomunikasi secara
maksimal.

Gambar 9. Pemasangan Straight Through Cable dengan HUB

Penggunaan Straight Through Cable adalah sebagai berikut:


PC Hub
PC Switch
Hub Hub
Switch Router

2.1.2 Cross Over Cable

Berbeda dengan pemasangan kabel lurus (straight through), penggunaan


kabel ini digunakan untuk komunikasi antar komputer (langsung tanpa HUB), atau
dapat juga digunakan untuk meng-cascade HUB jika diperlukan. Sekarang ini ada
beberapa jenis HUB yang dapat di-cascade tanpa harus menggunakan kabel cross
over, tetapi juga dapat menggunakan kabel straight thru.

Tugas Standar dan Regulasi Telekomunikasi, DTE_FT_USU 6


T.A. 2014/2015
Kelompok 1
Gambar 10. Pemasangan Cross Over Cable

Penggunaan Cross Over Cable adalah sebagai berikut:


PC PC
Switch Swicth
Switch Hub

2.1.3 Roll-Over Cable

Pemasangan kabel UTP model rollover digunakan untuk menghubungkan


sebuah terminal (PC) dan modem ke console Cisco Router atau console switch
managible. Kabel Roll-Over tersebut sebelumnya terkoneksi dengan port USB atau
DB-25 atau DB-9 Adapter sebelum ke terminal (PC).
Anda dapat mengenali sebuah kabel roll-over dengan melihat ke dua ujung
kabel. Dimana warna kabel dari sisi yang satu akan berbalik pada sisi kabel di
ujung yang lain. Misalnya kabel putih orange yang berada pada pin 1 ujung kabel
A, akan berada pada pin 8 ujung kabel B.

Gambar 11. RollOver Cable dari console switch ke PC

Tugas Standar dan Regulasi Telekomunikasi, DTE_FT_USU 7


T.A. 2014/2015
Kelompok 1
Gambar 12. Cara melihat Roll-Over Cable

Gambar 13. Koneksi Console Terminal

Gambar 14. Koneksi Auxiliry port router cisco ke modem

Tugas Standar dan Regulasi Telekomunikasi, DTE_FT_USU 8


T.A. 2014/2015
Kelompok 1
Gambar 15. RJ-45 to DB-25 Adapter

Tabel 1. Hubungan antar Pin RJ-45 untuk Pemasangan Kabel Roll-Over

Penggunaan kabel rolover


PC console router
PC console switch managible
Router modem

2.2 Tipe Kabel UTP


Standar EIA/TIA 568 menjelaskan spesifikasi kabel UTP sebagai aturan dalam
instalasi jaringan komputer. EIA/TIA menggunakan istilah kategori untuk membedakan
beberapa tipe kabel UTP. Kategori untuk twisted pair (hingga saat ini, Mei 2005), yaitu:

Tugas Standar dan Regulasi Telekomunikasi, DTE_FT_USU 9


T.A. 2014/2015
Kelompok 1
Tabel 2. Tipe kabel UTP

Gambar 16. Konektor RJ-45 dan cara membedakannya

Tugas Standar dan Regulasi Telekomunikasi, DTE_FT_USU 10


T.A. 2014/2015
Kelompok 1
2.3 Konektor RJ45

Konektor RJ45 dipasang dikedua ujung kabel UTP. Sesuai dengan jumlah kabel
UTP kategori 5 dan 6, konekator RJ-45 memiliki 8 pin. Urutan nomor pin RJ45 male
yang dipasang di ujung kabel dapat dilihat pada Gambar 17 dan Gambar 18 berikut ini.
Urutan ini akan disesuaikan dengan urutan pin RJ45 female yang ada di card Ethernet
ataupun yang terpasang di hub.

Gambar 17. Urutan pin RJ45 male

Gambar 18. Urutan pin RJ45 female

2.3.1 Pin Signal RJ45 Female


Prinsip komunikasi adalah menghubungkan sinyal Tx pengirim dengan
sinyal Rx pada penerima dan sebaliknya. Untuk itu, agar jenis kabel yang
diperlukan dapat diketahui cross atau straight, bagian ini akan menjelaskan urutan
pin signal dari RJ45 female yang ada di Ethernet Card dan Hub.
Urutan pin signal RJ45 female yang terletak di Ethernet Card berkebalikan
dengan urutan pin signal RJ45 female yang terletak pada hub. Sehingga untuk
menghubungkan hub dengan hub atau Etherner Card ke Ethernet Card
menggunakan kabel cross, sedangkan untuk menghubungkan Hub dengan Ethernet
Card menggunakan kabel straight seperti yang dijelaskan dalam Gambar.
Sedangkan untuk urutan nomor pin RJ45 female baik yang ada di Ethernet Card
dan Hub adalah sebagai berikut:
Berdasarkan urutan pin tersebut, signal RJ-45 female yang ada di Ethernet
Card masing-masing adalah sebagai berikut :

Gambar 19. Urutan pin RJ45 female

Pin Signal RJ45 Female pada Ethernet Card


Pin No.Description.
1 TX +
2 TX -
3 RX +

Tugas Standar dan Regulasi Telekomunikasi, DTE_FT_USU 11


T.A. 2014/2015
Kelompok 1
4
5
6 RX -
7
8

Sedangkan urutan pin signal RJ45 female yang ada di Hub adalah sebagai
berikut:

Pin Signal RJ45 Female pada Hub


Pin No.Description.
1 RX +
2 RX -
3 TX +
4
5
6 TX -
7
8

2.3.2 Standar EIA/TIA 568A dan 568B

Standar EIA/TIA 568A dan 568B digunakan untuk menentukan urutan


warna kabel UTP terhadap pemasangan konektor RJ45 male. Standar EIA/TIA
568A memiliki urutan warna berkebalikan dengan standar EIA/TIA 568B
khususnya untuk pin 1, 2, 3 dan 6. Dengan adanya standar ini, maka kabel cross
maupun straight akan mudah dibuat. Kabel cross dapat diperoleh dengan cara
memasang Standar EIA/TIA 568A pada salah satu ujung dan EIA/TIA 568B pada
ujung lainnya. Sedangkan untuk kabel straight dapat diperoleh dengan memasang
konektor dengan standar urutan warna yang sama pada kedua ujungnya (sama-
sama EIA/TIA 568A atau sama-sama EIA/TIA 568B). Adapun urutan warna
standar EIA/TIA 568A dan EIA/TIA 568B adalah sebagai berikut:

2.3.3 Pemasangan Konektor RJ45 Kabel UTP


Dalam memasang konektor RJ45 male pada kabel UTP, suatu hal yang
selalu diingat bahwa konektor hanya bisa dipakai sekali. Artinya, setelah dilakukan
crimping, apabila terjadi kesalahan maka konektor tersebut harus diganti yang baru
karena tidak bisa dibuka kembali. Untuk itu, sebelum melakukan crimping, perlu

Tugas Standar dan Regulasi Telekomunikasi, DTE_FT_USU 12


T.A. 2014/2015
Kelompok 1
diyakinkan bahwa urutan warna dan posisi masing-masing kabel benar-benar sudah
memenuhi kriteria yang diinginkan.
Adapun langkah-langkah dan alat yang digunakan dapat dilihat pada
gambar berikut ini.

Gambar 20. Pemasangan konektor RJ45 male dan perlengkapan yang digunakan

Gambar 21. Contoh langkah pemasangan RJ45 male EIA/TIA 568B

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Twisted Pair Cable

Kelebihan twisted pair, antara lain:


Harga relatif paling murah di antara kabel jaringan lainnya
Mudah dalam membangun instalasi

Kelemahan twisted pair, antara lain:


Jarak jangkau hanya 100 m dan kecepatan transmisi relatif terbatas (1 Gbps)
Mudah terpengaruh noise (gangguan), hal ini dikarenakan terjadinya interferensi
listrik yang terdapat dari dua, empat atau lebih pasang (umumnya yang dipakai dalam
jaringan adalah 4 pasang / 8 kabel).

3. Fiber Optic Cable

Tugas Standar dan Regulasi Telekomunikasi, DTE_FT_USU 13


T.A. 2014/2015
Kelompok 1
Kabel yang memiliki inti serat kaca sebagai saluran untuk menyalurkan sinyal antar
terminal, sering dipakai sebagai saluran BACKBONE karena kehandalannya yang tinggi
dibandingkan dengan coaxial cable atau kabel UTP. Karakteristik dari kabel ini tidak
terpengaruh oleh adanya cuaca dan panas.

Gambar 22. Konektor dan kabel fiber optic

Gambar 23. Lapisan kabel fiber optic

3.1 Jenis Serat Optik

Ditinjau dari profil indeks bias dan mode gelombang yang terjadi pada perambatan
cahayanya, maka jenis fiber optik dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :

3.1.1. Serat Optik Multimode Step-Index

Serat Optik Multimode Step-Index memiliki core besar (50m) dan dilapisi
cladding yang sangat tipis dapat dilihat pada Gambar. Penyambungan kabel lebih
mudah karena memiliki core yang besar terjadi dispersi. Hanya digunakan untuk
jarak pendek dan transmisi data bit rate rendah.

Gambar 24. Multimode Step-Index

Tugas Standar dan Regulasi Telekomunikasi, DTE_FT_USU 14


T.A. 2014/2015
Kelompok 1
3.1.2. Serat Optik Graded Index Multimode

Cahaya merambat karena difraksi yang terjadi pada core sehingga rambatan
cahaya sejajar dengan sumbu serat. Core terdiri dari sejumlah lapisan gelas yang
memiliki indeks bias yang berbeda, indeks bias tertinggi terdapat pada pusat core
dan berangsur-angsur turun sampai ke batas core-cladding dapat dilihat pada
Gambar 25.

Gambar 25. Graded Index Multimode

3.1.3. Serat Optik Single Mode Step-Index

Serat single mode mempunyai ukuran diameter core yang sangat kecil dan
diameter cladding sebesar 125 m dapat dilihat pada Gambar. Cahaya nya
merambat dalam satu mode saja yaitu sejajar dengan sumbu serat optik. Serat optik
Single Mode Step-Index digunakan dengan bit rate tinggi.

Gambar 26. Single Mode Step-Index

3.2 Tipe Serat Optik

Ada empat macam tipe yang sering digunakan berdasarkan ITU-T (International
Telekommunication Union Telecommunication Standardization Sector) yang dahulu
dikenal dengan CCITT yaitu :
1. G.652 - Standar Single Mode Fiber
2. G.653 Dispersion-shifted single mode fiber
3. G.653 Characteristics of cut-off shifted mode fiber cable
4. G.655 Dispertion-shifted non zero Dispertion fiber.

Untuk mendukung sistem yang mentransmisikan informasi dengan kapasitas


tinggi, pemilihan serat optik yang tepat sebagai media transmisi juga diperhatikan. Ada
dua tipe serat optik yang digunakan pada sistem DWDM, yaitu:

Tugas Standar dan Regulasi Telekomunikasi, DTE_FT_USU 15


T.A. 2014/2015
Kelompok 1
1. Non Dispersion Shifted Fiber (NDSF)
2. Non Zero Dispersion Shifted Fiber (NZDSF)

3.2.1 Non Dispersion Shifted Fiber (NDSF)

Serat optik Non Dispersion Shifted Fiber (NDSF) merupakan rekomendasi


ITU-T seri G.652. NDSF memiliki nilai koefisien dispersi kromatik mendekati nol
di daerah panjang gelombang 1310 nm.

3.2.2. Non Zero Dispersion Shifted Fiber (NZDSF)

Non Zero Dispersion Shifted Fiber (NZDSF) merupakan jenis fiber yang
sesuai dengan rekomendasi ITU-T seri G.655. NZDSF memiliki perlakukan
dispersi tidak nol namun juga tidak lebar di daerah panjang gelombang 1550 nm.

3.3 Kondisi dan Tempat Pemasangan Kabel Fiber Optic

Di wilayah kota, terdapat banyak lekukan dan saluran yang biasanya dipenuhi oleh
kabel lain, sehingga pemasangan infrastruktur baru selalu dibuat dalam jumlah kecil,
sehingga radius belokan fiber dan kabel diusahakan tetap kecil.
Kabel terpasang dalam bermacam-macam kondisi, seperti: di luar, dibawah tanah, di
udara, dalam ruangan. Konsekuensinya banyak kondisi termal, mekanikal dan tekanan
lain yang harus diterima.
Hindari kondisi banyaknya penyambungan, sehingga tidak memerlukan teknisi yang
terlatih dan persiapan yang mudah.
Jangan sampai terjadi banyak tekukan & kebocoran jacket pelindung yang bisa
menyebabkan kebocoran cahaya
Biaya jalur koneksi global harus menjadi lebih rendah.

Gambar 27. Contoh kebocoran cahaya akibat kesalahan pemasangan dan penyambungan
kabel Fiber Optic

Tugas Standar dan Regulasi Telekomunikasi, DTE_FT_USU 16


T.A. 2014/2015
Kelompok 1
3.4 Keuntungan dan Kelemahan Fiber Optic

Berikut beberapa keuntungan fiber optic, antara lain:


Berkemampuan membawa lebih banyak informasi dan mengantarkan informasi
dengan lebih akurat dibandingkan dengan kabel tembaga dan kabel coaxial.
Kabel fiber optic mendukung data rate yang lebih besar, jarak yang lebih jauh
dibandingkan kabel coaxial, sehingga menjadikannya ideal untuk transmisi serial data
digital.
Kebal terhadap segala jenis interferensi, termasuk kilat, dan tidak bersifat
mengantarkan listrik. Sehingga tidak berpengaruh terhadap tegangan listrik, tidak
seperti kabel tembaga yang bisa lossing data karena pengaruh tegangan listrik.
Sebagai dasarnya seratnya dibuat dari kaca, tidak dipengaruhi oleh korosi dan tidak
berpengaruh pada zat kimia, sehingga tidak tidak akan rusak kecuali kimia pada
konsentrasi tertentu.
Karena yang dikirim adalah signal cahaya, maka tidak ada kemungkinan ada percikan
api bila serat atau kabel tersebut putus. Selain itu juga tidak menyebabkan tegangan
listrik dalam proses perbaikannya bila ada kerusakan.
Kabel fiber optic tidak terpengaruh oleh cuaca.
Kabel fiber optic walaupun memiliki banyak serat pada satu kabel namun bila
dibandingkan terhadap kabel coaxial dan kabel tembaga akan lebih kecil dan lebih
bercahaya bila diisi dengan muatan informasi yang sama. Lebih mudah dalam
penanganan dan pemasangannya.
Kabel fiber optic lebih aman digunakan dalam sistem komunikasi, sebab lebih susah
disadap namun mudah di-monitor. Bila ada gangguan pada kabel ada yang
menyadap sistem maka muatan informasi yang dikirim akan jauh berkurang
sehingga bisa cepat diketahui dan bisa cepat ditangani.

Kelemahan dari fiber optic, antara lain:


Biaya yang mahal untuk peralatannya.
Perlu konversi data listrik ke cahaya dan sebaliknya yang rumit.
Perlu peralatan khusus dalam prosedur pemakaian dan pemasangannya.
Untuk perbaikan yang kompleks perlu tenaga yang ahli di bidang ini.
Selain merupakan keuntungan, sifatnya yang tidak menghantarkan listrik juga
merupakan kelemahannya, karena musti memerlukan alat pembangkit listrik
eksternal.
Bisa menyerap hidrogen yang bisa menyebabkan loss data.

Fiber optik menunjukkan kualitas tinggi untuk berbagai macam aplikasi, hal ini di
sebabkan:
Dapat mentransmisi bit rate yang tinggi
Tidak sensitif pada gangguan elektromagnetik
Memiliki bit error rate (kesalahan) kecil
Reliabilitas lebih baik dari kabel koaksial

Tugas Standar dan Regulasi Telekomunikasi, DTE_FT_USU 17


T.A. 2014/2015
Kelompok 1
Berikut ini merupakan tabel standarisasi kabel dari IEEE untuk kabel jenis coaxial,
UTP/STP maupun Fiber Optic

Tabel 3. Tipe Standarisasi Kabel

Tipe Kabel Keterangan


10Base2 10 Mbps baseband Ethernet dari IEEE 802.3, menggunakan kabel thin coaxial
50 ohm, jarak maksimal 606,8 feet 185 meter per segmen. Mampu
menghubungkan 5 segmen, sehingga panjang keseluruhan mencapai 925 m.
Sebuah segmen hanya mampu menampung max. 30 komputer saja.
10Base5 10 Mbps baseband 500 m, bekerja dilapisan phisical, menggunakan kabel
thick coaxial 50 ohm berdiameter 0,5 inch (10 mm), jarak maksimal 1640 feet
500 meter per segmen. jika dipasang penghubung (repeater) sebuah
jaringan bisa mencapai panjang maksimum 2,5 km.
10BaseF Merujuk ke 10BaseFB, 10BaseFL, dan 10BaseFP, yang merupakan standar
untuk kabel fiber optic. 10BaseF merupakan standar IEEE 802.3. Bentuk
jaringan 10BaseF sama dengan 10BaseT yakni berbentuk star. Karena
menggunakan serat optik (fiber optic) untuk media transmisinya, maka
panjang jarak antara NIC dan konsentratornya menjadi lebih panjang sampai
20 x (2000 m). Demikian pula dengan panjang total jaringannya. Pada
10BaseF, untuk transmisi output (TX) dan input (RX) menggunakan
kabel/media yang berbeda.
10BaseFB Tidak digunakan untuk koneksi antar workstation (client), melainkan untuk
jalur backbone, penambahan segmen dan repeater yang berhubungan ke
jaringan.
10BaseFL Dirancang untuk mengganti spesifikasi FOIRL, namun tetap mampu
beroperasi dilingkungan FOIRL. Jangkauan segmen 10BaseFL dapat
ditingkatkan hingga mencapai 3280 feet 1000m jika digunakan dengan
FOIRL. jarak dapat ditingkatkan hingga 1.24 mil (2000m) jika digunakan
secara exclusive.
10BaseFP 10 Mbps fiber passive baseband Ethernet, menggunakan kabel fiber optic.
10BaseFL mengatur penomoran komputer di dan ke dalam topologi bintang
tanpa penggunaan repeater. Jangkauan segmen 10BaseFL dapat ditingkatkan
hingga 1640 feet 500 m.
10BaseT Menggunakan kabel UTP category 3, 4 atau 5. Satu pasang kabel digunakan
untuk transmit data, satu pasang lainnya untuk receive data. Jangkauan
maksimal 328 feet 100 meter per segmen. Menggunakan hub/switch sebagai
pengganti konsentrator dan repeater pada topologi Star. Setiap hub bisa
dihubungkan untuk memperpanjang jaringan sampai 4 unit sehingga
maksimal komputer tersambung mencapai 1024 unit.
100BaseT Merupakan standar IEEE 802.3. 100 Mbps baseband Fast Ethernet,
menggunakan kabel UTP seperti 10BaseT. 100BaseT mengirimkan link pulse
ke segmen jaringan lain ketika tidak ada traffic. Seri 100Base mempunyai
beragam jenis berdasarkan metode akses datanya diantaranya adalah:
100Base-T, 100Base-TX, dan 100Base-FX. Kecepatan transmisi seri 100Base
bisa melebihi kecepatan chip pendahulunya (seri 10Base) antara 2-20 kali
(20-200 Mbps). Ini dibuat untuk menyaingi jenis LAN berkecepatan tinggi
lainnya seperti: FDDI, 100VG-AnyLAN dan lain sebagainya.

Tugas Standar dan Regulasi Telekomunikasi, DTE_FT_USU 18


T.A. 2014/2015
Kelompok 1
100BaseTX 100 Mbps baseband Fast Ethernet, menggunakan kabel UTP atau STP. Satu
pasang kabel digunakan untuk transmit data, satu pasang lainnya untuk
receive data. Bergaransi sesuai Time Signal. Sebuah segmen 100BaseTX
Jangkauannya melebihi jarak 328 feet 100 meter per segmen.
100BaseFX Menggunakan 2 untai multimode kabel fiber optic per link. Bergaransi sesuai
Time Signal. Sebuah 100BaseFX jangkauannya bisa melebihi jarak 1312 feet
400 meter per segmen.
100BaseX Standar untuk Fast Ethernet kabel Fiber Optic. Seperti 100BaseTX dan
100BaseFX. Berbasis standar IEEE 802.3

Tabel 4. Tipe Standarisasi Kabel

Tugas Standar dan Regulasi Telekomunikasi, DTE_FT_USU 19


T.A. 2014/2015
Kelompok 1
Tabel 5. Karakteristik Titik-Ke-Titik Media Terpandu

Rentang Atenuasi Khusus Delay Khusus Jarak Repeater


Frekuensi
Twisted pair 0 3,5 kHz 0,2 dB/km @ 50 s/Km 2 km
(dengan loading) 1kHz
Twisted pair 0 1 MHz 3 dB/km @ 1kHz 5 s/Km 2 km
(kabel multipair)
Coaxial 0 500 MHz 7 dB/km @ 10kHz 4 s/Km 1 9 km
Fiber Optic 180 370 THz 0,2 0,5 dB/km 5 s/Km 40 km

Tabel 6. Perbandingan Jenis kabel

Karakteristik Thinnet Thicknet Twisted Pair Fiber Optic


Biaya/harga Lebih mahal Lebih mahal dari Paling murah Paling mahal
dari twisted thinnet
Jangkauan 185 meter 500 meter 100 meter 2000 meter
Transmisi 10 Mbps 10 Mbps 1 Gbps > 1 Gbps
Fleksibilitas Cukup fleksibel Kurang fleksibel Paling fleksibel Tidak fleksibel
Kemudahan instalasi Mudah Mudah Sangat mudah Sulit
Resistensi terhadap Baik Baik Rentan Tidak
inferensi terpengaruh

Tugas Standar dan Regulasi Telekomunikasi, DTE_FT_USU 20


T.A. 2014/2015
Kelompok 1
Daftar Pustaka

Lukas Tanutama, Jaringan Komputer, Elexmedia komputindo 2000.

Moechammad SAROSA. Sigit Anggoro, Jaringan Komputer, Data Link, Network & Issue
2000 - http://www.bogor.net/idkf/idkf-2/buku-jaringan-komputer-data-link-network-
dan-issue-12-2000.doc.

William Stallings, Data and Computer Communications , Prentice Hall, 2004.

http://budi.insan.co.id/presentations/NICE-Domreg.ppt, Budi Raharjo - Jakarta 2004.

http://faculty.petra.ac.id/resmana/jarkom/tugas/lan.htm.

http://faculty.petra.ac.id/resmana/jarkom/atm1.htm.

http://www.jasakom.com/Artikel.asp?ID=235 , phayzer@linuxmail.org.

Tugas Standar dan Regulasi Telekomunikasi, DTE_FT_USU 21


T.A. 2014/2015
Kelompok 1

Anda mungkin juga menyukai