Anda di halaman 1dari 147

JOB I

PENYAMBUNGAN KABEL COAXIAL

Tujuan :
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mengetahui struktur dan sifat kabel coaxial
2. Dapat memasang dan menyambung kabel coaxial RG-8
3. Dapat mengetahui sambungan kabel coaxial yang berfungsi dengan baik.
Peralatan yang dibutuhkan :

Kabel coaxial RG8


Connector
Osiloscope
Tang jepit
Tang potong
Cutter
Mistar
Solder
Timah
Jarum pentul
Kabel Power

Dasar Teori
Coaxial (Kabel Coaxial) Merupakan Kabel Tembaga yang diselimuti oleh
beberapa pelindung (Pelindung luar, Pelindung Anyaman Tembaga, Isolator
Pelasting), dimana pelindung-pelindung tersebut memiliki fungsi sebagai berikut :

Pelindung luar : merupakan bagian dari pelindung yang keras. Pelindung


luar ini digunakan untuk melindungi kabel coaxial daeri benturan phisik
yang keras

1
dan juga untuk melindungi
dari gangguan hewan-hewan

pengerat (sehingga bahannya biasanya dibuat dari bahan yang tidak


disukai oleh hewan pengerat seperti tikus).
1

Pelindung berupa anyaman serat tembaga : untuk melindungi kabel daei


EMI (Eletro Magnetic Interface) yang dihasilkan oleh kabel-kabel yang
berada disekitarnya, sehingga dapat menghasilkan kecepatan transmisis
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kabel twisted-pair (yang

rentan terhadap interfensi dari luar kabel)


Isolator pelastik : untuk membantu menfilter sinyal-sinyal interferensi dari
luar kabel sehingga inti kabel dapat dibuat bebas dari sinyal interferensi
dari luar.

Gambar 1.1. Contoh gambar ini menunjukkan gambar penampang


kabel coaxial secara umum.(Sumber : www. Hi-technews.net)
Beberapa jenis kabel Coaxial lebih besar dari pada yang lain. Makin besar
kabel, makin besar kapasitas datanya, lebih jauh jarak jangkauannya dan tidak
begitu sensitif terhadap interferensi listrik. Kabel coaxial digunakan pada Ethernet
10Base2 dan 10Base5 beberapa tahun yang lalu. 10Base5 mengacu pada thicknet
sementara 10Base2 mengacu pada thinnet sebab 10Base5 dulu menggunakan
kabel coaxial yang lebih tebal.
Penggunaan Kabel Coasial :

Kabel ini sering digunakan sebagai kabel antena TV, dan disebut juga
sebagai kabel BNC (Bayonet Naur Connector).

Kabel ini merupakan kabel yang paling banyak digunakan pada LAN,
karena memiliki perlindungan terhadap derau yang lebih tinggi, murah.

Dan mampu mengirimkan data dengan kecepatan standar.


Ada 2 jenis yaitu RG-58 (10Base2) dan RG-8 (10Base5) (termasuk

terminatornya).
Ada 3 jenis konektor pada kabel Coaxial, yaitu T konektor, I konektor
(socket) dan BNC konektor.

Kabel ini biasanya banyak digunakan untuk mentransmisikan sinyal


frekuensi tinggi mulai 300 kHz keatas. Karena kemampuannya dalam
menyalurkan frekuensi tinggi tersebut, maka system transmisi dengan
menggunakan kabel koaksial memiliki kapasitas kanal yang cukup besar.
Keuntungan dan Kekurangan menggunakan kabel koaksial :

Keuntungan menggunakan kabel koaksial adalah murah dan jarak


jangkauannya cukup jauh.

Kekurangannya adalah susah pada saat instalasi Untuk saat ini kabel
koaksial sudah tidak direkomendasikan lagi intuk instalasi jaringan.
Spesifikasi Penggunaan Koaksial Kabel :

Setiap segment sebaiknya dilengkapi dengan satu ground.

Panjang minimum antar T-Connector adalah 1,5 feet (0.5 meter).

Maksimum panjang kabel dalam satu segment adalah 1,818 feet (555
meter).

Setiap segment maksimum mempunyai 30 perangkat terkoneksi.

Awalnya Ethernet mendasakan jaringannya pada Kabel coaxial yang mana


bisa membentang sampai 500 meter dalam satu segmen. Kabel coaxial ini mahal,
dan maksimum hanya sampai kecepatan 10Mbps saja. Kabel coaxial ini sekarang
sudah tidak popular.Untuk coaxial cable, dikenal dua jenis, yaitu thick coaxial
cable (mempunyai diameter lumayan besar) dan thin coaxial cable (mempunyai
diameter lebih kecil).
Jenis-Jenis Kabel Coaxial
Ada beberapa jenis kabel coaxial, yaitu :
1. Kabel Coaxial Thinnet (Kabel RG-58)
2. Kabel Coaxial Thicket (Kabel RG-8)

1. Kabel Coaxial Thinnet (Kabel RG-58)


Kabel Coaxial thinnet atau Kabel RG-58 biasa disebut dengan kabel BNC,
singkatan dari British Naval Connector. Sebenarnya BNC adalah nama konektor
yang dipakai, bukan nama kabelnya.

Gambar1.2.Thinnet coaxial cable (Kabel Coaxial Lurus)


(Sumber : www. Hi-technews.net)

Kabel coaxial jenis ini banyak dipergunakan di kalangan radio amatir,


terutama untuk transceiver yang tidak memerlukan output daya yang besar. Untuk
digunakan sebagai perangkat jaringan, kabel coaxial jenis ini harus memenuhi
standar IEEE 802.3 10BASE2, dimana diameter rata-rata berkisar 5mm dan
biasanya berwarna hitam atau warna gelap lainnya. Setiap perangkat (device)
dihubungkan dengan BNC T-connector. Kabel jenis ini juga dikenal sebagai thin
Ethernet atau ThinNet. Kabel coaxial jenis ini, misalnya jenis RG-58 A/U atau
C/U, jika diimplementasikan dengan T-connector dan terminator dalam sebuah
jaringan, harus mengikuti aturan sebagai berikut:

Setiap ujung kabel diberi terminator 50-ohm.

Panjang maksimal kabel adalah 1,000 feet (185 meter) per segment.

Maksimum ada 3 segment terhubung satu sama lain (populated segment).

Setiap segment sebaiknya dilengkapi dengan satu ground.

Panjang minimum antar T-Connector adalah 1,5 feet (0.5 meter).

Maksimum panjang kabel dalam satu segment adalah 1,818 feet (555
meter).

Setiap segment maksimum mempunyai 30 perangkat terkoneksi.

Kelebihan menggunakan kabel RG-58 adalah :


1. Fleksibel, mudah dipakai untuk instalasi dalam ruangan
2. Dapat langsung dihubungkan ke komputer menggunakan konektor BNC.
Spesifikasi teknis dari kabel ini adalah :
1. Mampu menjangkau bentangan maksimum 185 meter.

2. Impedansi Terminator 50 Ohm.

2. Kabel Coaxial Thicknet (Kabel RG-8)


Kabel Coaxial Thicknet atau Kabel RG-8 adalah kabel coaxial yang dipakai
untuk instalasi antar gedung. Spesifikasi kabel ini sama dengan dengan Kabel
Coaxial Thinnet, hanya bentuk fisiknya lebih besar. Karena lebih besar, kabel ini
dapat menampung data yang lebih banyak sehingga cocok untuk instalasi sebagai
backbone jaringan.

Gambar 1.3. Thicknet coaxial cable RG-8 (Kabel Coaxial Gemuk RG-8)
(Sumber : www. Hi-technews.net)

Spesifikasi Teknis dari kabel ini adalah :


1. Mampu menjangkau bentangan maksimum 500 meter.
2. Impedansi terminator 50 Ohm.
3. Membutuhkan Transceiver sebelum dihubungkan dengan komputer.

Supaya komputer dapat terhubung ke jaringan thicknet, diperlukan


transceiver. Koneksi antara Network Adapter Card dengan transceiver dibuat
dengan menggunakan drop cable untuk menghubungkan Transceiver dengan
Attachment Unit Interface ( AUI ) pada Network Adapter Card. Interface dari AUI
berbentuk DB-15.Bila dibandingkan antara Thicknet dengan thinnet, instalasi
kabel thicknet jauh lebih sulit karena sifatnya lebih kaku dan tidak fleksibel.
Tetapi melihat kapasitas data dan jarak yang bisa dijangkau, jenis kabel ini masih
menjadi favorit sebagai penghubung antar gedung.
Kabel coaxial jenis ini dispesifikasikan berdasarkan standar IEEE 802.3
10BASE5, dimana kabel ini mempunyai diameter rata-rata 12mm, dan biasanya
diberi warna kuning; kabel jenis ini biasa disebut sebagai standard ethernet atau
thick Ethernet atau hanya disingkat ThickNet atau disebut sebagai yellow cable.
Kabel Coaxial ini (RG-8) jika digunakan dalam jaringan mempunyai
spesifikasi dan aturan sebagai berikut:

Setiap ujung harus diterminasi dengan terminator 50-ohm (dianjurkan


menggunakan terminator yang sudah dirakit, bukan menggunakan satu
buah resistor 50-ohm 1 watt, sebab resistor mempunyai disipasi tegangan
yang lumayan lebar).

Maksimum 3 segment dengan peralatan terhubung (attached devices) atau


berupa populated segments.

Setiap

kartu

jaringan

mempunyai

pemancar

tambahan

(external

transceiver).

Setiap segment maksimum berisi 100 perangkat jaringan, termasuk dalam


hal ini repeaters.

Maksimum panjang kabel per segment adalah 1.640 feet (atau sekitar 500
meter).

Maksimum jarak antar segment adalah 4.920 feet (atau sekitar 1500
meter).

Setiap segment harus diberi ground.

Jarak maksimum antara tap atau pencabang dari kabel utama ke perangkat
(device) adalah 16 feet (sekitar 5 meter).

Jarang minimum antar tap adalah 8 feet (sekitar 2,5 meter).

Percobaan
Langkah percobaan :
1.
2.
3.
4.

Ambil kabel coaxial RG-8 sepanjang 20 cm, 30 cm, dan 40 cm.


Kupas isolasi kabel lapisan terluar RG-8 sepanjang 2.5 cm
Kupas isolasi plastik sepanjang 1.5 cm.
Sisir pelindung berupa anyaman tembaga dengan jarum pentul

samapai tidak adayang berlipat lagi.


5. Kemudian pelindung berupa anyaman tembaga tadi dilipat/ditekuk
ke belakang sampai rata (tidak ada lagi kabel yang menumpuk).
6. Ambil connector dan masukan kabel RG-8 ke male connector,
putar terus sampai kabel tersebut masuk.
7. Solder ujung penghantar tembaga tersebut.
8. Hubungkan ujung penghantar tembaga dan massa coneector
dengan osciloscope dalam setting kalibrasi.

Gambar 1.4. Kabel Coaxial Setelah Di Sisir

Gambar 1.5. Kabel Coaxial Setelah Di Rapikan

Gambar 1.6. Kabel Coaxial Setelah Di Solder

JOB II
PENGUKURAN SINYAL RF

Tujuan
1. Mengamati dan mengukur frekuensi, tegangan, daya, pada Spectrum
Analyzer dan Oscilloscope
2. Mengamati perubahan tegangan dan daya terhadap perubahan frekuansi

Daftar Alat dan Komponen


RF Signal Generator
Digital Phospor Oscilloscope
Spectrum Analyzer
Power Splitter

10

Kabel kabel Konektor


Frequency Counter

Teori Dasar
Gelombang radio merupakan jenis radiasi elektromagnetik dengan panjang
gelombang yang lebih besar (dan lebih jarang) dibandingkan radiasi inframerah.
Seperti semua gelombang elektromagnetik lainnya bergerak dengan kecepatan
cahaya dalam ruang hampa. Gelombang tersebut dapat dihasilkan secara alami
oleh petir atau oleh benda-benda astronomi lainnya.
Frekuensi radio (RF) atau gelombang radio adalah tingkat osilasi dalam
kisaran sekitar 3 KHz sampai 300 GHz, yang sesuai dengan frekuensi gelombang
radio dan arus bolak-balik yang membawa sinyal radio. RF merupakan unit
pengukuran frekuensi gelombang, dan sesuai dengan satu siklus per detik.
Gelombang elektromagnetik di daerah spektrum, dapat ditransmisikan dengan
menggunakan generator arus bolak-balik
yang disebabkan oleh satelit.
10
Gelombang radio dapat dihasilkan untuk radio amatir, penyiaran (radio
dan televisi), telepon selular, radar dan sistem navigasi lainnya, komunikasi
satelit, jaringan komputer dan aplikasi lain yang tak terhitung lainnya.
Gelombang elektromagnetik juga disebut gelombang radio dan dikenal
sebagai frekuensi radio atau gelombang radio sederhana. Gelombang radio dapat
dihasilkan arus listrik yang bervariasi dengan cepat (yaitu frekuensi tinggi arus
listrik) dalam konduktor (seperti antena).
Dari sudut pandang fisika, kurang dari panjang gelombang dan frekuensi,
gelombang radio berbagi sifat yang sama dari gelombang elektromagnetik
lainnya, seperti cahaya, radiasi infra merah, sinar-X dan lain-lain yang juga
dikenal dengan frekuensi radio.
RF juga mengacu pada frekuensi radio yaitu modus komunikasi untuk
teknologi nirkabel dari semua jenis perangkat, termasuk telepon nirkabel, radar,

11

GPS, dan siaran radio dan televisi. teknologi RF begitu banyak dalam kehidupan
manusia, kita hampir tidak menyadarinya karena banyaknya penggunaannya dari
segala bidang.
Mulai dari bluetooth, mainan remote control dan lain sebagainya.
Gelombang RF adalah gelombang elektromagnetik yang merambat dengan
kecepatan cahaya, atau 186.000 mil per detik (300.000 km/s). Frekuensi
gelombang RF, lebih lambat dibandingkan dengan cahaya tampak, membuat
gelombang RF tak terlihat oleh mata manusia.
Frekuensi gelombang ditentukan oleh osilasi atau siklus per detik. Satu
siklus adalah salah satu hertz (Hz), 1.000 siklus adalah 1 kilohertz (KHz), 1 juta
siklus adalah 1 megahertz (MHz), dan 1 milyar siklus adalah 1 gigahertz (GHz).
Sebuah stasiun radio pada dial/saluran AM pada 980, misalnya, siaran tersebut
menggunakan sinyal yang berosilasi 980.000 kali per detik, atau memiliki
frekuensi 980 KHz.
Sedangkan sebuah stasiun radio dengan dibawah dial pada 710 maka
siaran tersebut menggunakan sinyal yang berosilasi 710.000 kali per detik, atau
memiliki frekuensi 710 KHz. Frekuensi sangat rendah (ELF) radio menempati
salah satu ujung yaitu sekitar 3-30 Hz, dan frekuensi sangat tinggi (EHF) di
lainnya, mewakili 30-300 GHz. Band RF dapat ditemui dengan saluran televisi
VHF (frekuensi sangat tinggi), yang digunakan oleh stasiun radio dan televisi 213, dan UHF (Ultra High Frequency), yang digunakan oleh stasiun televisi
lainnya, ponsel dan radio dua arah.
Bahkan oven microwave menggunakan gelombang RF untuk memasak
makanan, tapi gelombang ini berada di pita frekuensi super tinggi atau SHF.
Setelah spektrum elektromagnetik dalam frekuensi yang lebih tinggi, orang
menemukan gelombang inframerah, dan cahaya tampak.
Sinyal RF merupakan gelombang elektromagnetik yang digunakan oleh
sistem komunikasi untuk mengirim informasi melalui udara dari satu titik ke titik
lain. Sinyal RF telah digunakan selama beberapa tahun. Sinyal tersebut
memberikan cara untuk mengirimkan musik pada radio FM dan video pada

12

televisi. Pada kenyataannya, sinyal RF juga merupakan sarana umum untuk


mengirim data melalui jaringan wireless.
Sifat-sifat sinyal RF :
Sinyal RF merambat di antara antena pemancar pengirim dan penerima.
Sinyal yang dipasok pada antena memiliki amplitudo, frekuensi, dan interval.
Sifat-sifat tersebut berubah-ubah setiap saat untuk merepresentasikan informasi.
Amplitudo mengindikasikan kekuatan sinyal. Ukuran untuk amplitudo
biasanya berupa energi yang dianalogikan dengan jumlah usaha yang digunakan
seseorang pada waktu mengendarai sepeda untuk mencapai jarak tertentu. Energi,
dalam konteks sinyal elektromagnetik, menggambarkan jumlah energi yang
diperlukan untuk mendorong sinyal pada jarak tertentu. Saat energi meningkat,
jaraknya pun juga bertambah.Saat sinyal radio merambat melalui udara, sinyal
tersebut kehilangan amplitudo. Jika jarak antara pengirim dan penerima
bertambah, amplitudo sinyal menurun secara eksponensial. Pada lingkungan yang
terbuka, di mana tidak ada rintangan, sinyal RF mengalamai apa yang disebut para
engineer sebagai free-space loss yang merupakan bentuk dari pelemahan. Kondisi
tersebut menyebabkan sinyal yang telah dimodulasi melemah secara eksponensial
saat sinyal merambat semakin jauh dari antena. Oleh karena itu, sinyal harus
memiliki cukup energi untuk mencapai jarak di mana tingkat sinyal bisa diterima
sesuai yang dibutuhkan receiver. Kemampuan receiver dalam menerima sinyal
tergantung pada kehadiran sinyal-sinyal RF lain yang berada di dekatnya.
Frekuensi menyatakan beberapa kali sinyal berulang setiap detiknya. Satuan
frekuensi adalah Hertz (Hz) yang merupakan jumlah siklus yang muncul setiap
detik. Sebagai contoh, LAN nirkabel 802.11 beroperasi pada frekuensi 2,4 GHz
yang berarti mencakup 2.400.000.000 siklus per detik. Interval berkaitan dengan
seberapa jauh suatu sinyal tetap konstan pada titik acuan.(Y.-C. Chiou, 129-144, 2011)
Redamanatau attenuasi adalahbesaranpelemahan energi sinyal informasi
dari

fiber

optik

yang

dinyatakandalamdB.Redaman/attenuasiseratoptikmerupakankarakteristikpenting

13

yang

harusdiperhatikanmengingatkaitannyadalammenentukanjarakpengulang

(repeater), jenispemancardanpenerimaoptik yang harusdigunakan.


Redamanseratbiasanya

disebabkan

oleh

karena

absorpsi, hamburan (scattering) dan mikrobending.Semakinbesar attenuasiberarti


semakin

sedikit

cahaya

yang

dapatmencapaidetektordandengandemikiansemakinpendekkemungkinanjarak span
antarpengulang.Attenuasi adalah menurunnya level daya sinyal akibat pengaruh
jarak transmisi. Untuk menghindari hal ini, jarak media transmisi dibatasi
sehingga pengaruh attenuasi tidak banyak mengganggu kualitas sinyal. Pengaruh
atenuasi terhadap sinyal berbeda-beda antar satu media transmisi dengan lainnya.
Untuk mengatasi attenuasi, bisa juga digunakan perangkat seperti amplifier atau
repeater, yang berfungsi meningkatkan kembali level daya sinyal.Attenuasi adalah
fungsi yang lebih kompleks dari jarak dan pada umumnya mengikuti fungsi
logaritma. Sehingga biasanya dinyatakan sebagai jumlah desibel konstan per unit
jarak. Attenuasi membawakan tiga pertimbangan untuk membangun transmisi :
a. Sinyal yang diterima harus cukup kuat sehingga arus elektronik pada
receiver bisa mendeteksi sinyal.
b. Sinyal harus mempertahankan level yang lebih tinggi dibanding derau
yang diterima tanpa error.
c. Attenuasi merupakan fungsi frekuensi yang meningkat.
Masalah pertama dan kedua dapat diatasi dengan menggunakan sinyal dengan
kekuatan yang mencukupi dan amplifier-amplifier atau repeater-repeater. Masalah
ketiga, digunakan teknik untuk meratakan attenuasi melalui suatu band frekuensi
dan amplifier yang memperkuat frekuensi tinggi daripada frekuesi rendah. Selain
jarak, attenuasi sinyal juga merupakan fungsi dari frekuensi. Karena sinyal data
biasanya memiliki beberapa komponen frekuensi, maka amplifier biasanya
didesain berbeda-beda menyesuaikan dengan frekuensi sinyal. Alat seperti ini
disebut dengan equalizer. (A. Miguez-Olivares. September 1996.)

14

15

Prosedur Pengukuran
1. Siapkan semua peralatan yang dibutuhkan.
2. Buat rangkaian seperti gambar :

RF Signal

Power
Splitter

Osilloscope
Spectrum

3. Hidupkan semua alat ukur.


4. Setting signal generator pada RF output 1 dBm mulai dari frekuensi 10
KHz sampai 450 MHz.
5. Amati dan catat hasilnya pada tabel 2.
6. Dengan tabel yang sama, buat untuk output Signal Generator, 2, 3, 4, 5,
dan 6 dBm dan gambarkan gelombang pada Spectrum Analyzer dan
Oscilloskop.
7. Ulangi juga untuk output Signal Generator dari -1 dBm sampai -20 dBm

15

Data Percobaan
Tabel 2.1. Data Percobaan Untuk Sinyal Generator 1dBm

Signal Generator

Spectrum Analyzer

Oscilloscope

Frekuensi

Output

Frekuensi

Amplitudo

Vpp

(Hz)

(dBm)

(Watt)

(Volt)

(Hz)

(V)

(V)

10 K
50 K
100 K
200 K
300 K
400 K
500 K
600 K

16

700 K
800 K
1M
100 M
200 M
300 M
400 M
450 M

Tabel 2.2. Data Percobaan Untuk Sinyal Generator2 dBm

Signal Generator

Spectrum Analyzer

Oscilloscope

Frekuensi

Output

Frekuensi

Amplitudo

Vpp

(Hz)

(dBm)

(Watt)

(Volt)

(Hz)

(V)

(V)

10 K
50 K
100 K
200 K
300 K
400 K
500 K

17

600 K
700 K
800 K
1M
100 M
200 M
300 M
400 M
450 M

Tabel 2.3. Data Percobaan Untuk Sinyal Generator3 dBm

Signal Generator

Spectrum Analyzer

Oscilloscope

Frekuensi

Output

Frekuensi

Amplitudo

Vpp

(Hz)

(dBm)

(Watt)

(Volt)

(Hz)

(V)

(V)

10 K
50 K
100 K
200 K

18

300 K
400 K
500 K
600 K
700 K
800 K
1M
100 M
200 M
300 M
400 M
450 M

Tabel 2.4. Data Percobaan Untuk Sinyal Generator4 dBm

Signal Generator

Spectrum Analyzer

Oscilloscope

Frekuensi

Output

Frekuensi

Amplitudo

Vpp

(Hz)

(dBm)

(Watt)

(Volt)

(Hz)

(V)

(V)

10 K

19

50 K
100 K
200 K
300 K
400 K
500 K
600 K
700 K
800 K
1M
100 M
200 M
300 M
400 M
450 M

Tabel 2.5. Data Percobaan Untuk Sinyal Generator5 dBm

Signal Generator

Spectrum Analyzer

Oscilloscope

20

Frekuensi

Output

Frekuensi

Amplitudo

Vpp

(Hz)

(dBm)

(Watt)

(Volt)

(Hz)

(V)

(V)

10 K
50 K
100 K
200 K
300 K
400 K
500 K
600 K
700 K
800 K
1M
100 M
200 M
300 M
400 M
450 M

21

Tabel 2.6. Data Percobaan Untuk Sinyal Generator6 dBm

Signal Generator

Spectrum Analyzer

Oscilloscope

Frekuensi

Output

Frekuensi

Amplitudo

Vpp

(Hz)

(dBm)

(Watt)

(Volt)

(Hz)

(V)

(V)

10 K
50 K
100 K
200 K
300 K
400 K
500 K
600 K
700 K
800 K
1M
100 M
200 M
300 M
400 M
450 M

22

JOB III
PEREDAMAN SINYAL RF

Tujuan
1. Mengamati dan mengukur sinyal attenuasi pada Spektrum Analyzer dan
2.
3.
4.
5.

Osiloskop.
Menghitung sinyal output yang telah di attenuasi.
Mengukur parameter-paramater sinyal HF.
Mengamati parameter-parameter sinyal VHF.
Mengamati karakteristik output RF sinyal generator.

Alat-alat Yang Dibutuhkan

RF Signal Generator
Digital Phospor Oscilloscope
Frequency counter
Spectrum Analyzer
Attenuator 3 dB, 6 dB, 10 dB
Power Splitter
Kabel-kabel dan konektor

Teori Dasar
Frekuensi radio (RF) atau gelombang radio adalah tingkat osilasi dalam
kisaran sekitar 3 KHz sampai 300 GHz, yang sesuai dengan frekuensi gelombang
radio dan arus bolak-balik yang membawa sinyal radio. RF merupakan unit
pengukuran frekuensi gelombang, dan sesuai dengan satu siklus per detik.
Gelombang elektromagnetik di daerah spektrum, dapat ditransmisikan dengan
menggunakan generator arus bolak-balik yang disebabkan oleh satelit.
Sinyal RF merupakan gelombang elektromagnetik yang digunakan oleh
22
sistem komunikasi untuk mengirim informasi
melalui udara dari satu titik ke titik
lain. Sinyal RF telah digunakan selama beberapa tahun. Sinyal tersebut

23

memberikan cara untuk mengirimkan musik pada radio FM dan video pada
televisi. Pada kenyataannya, sinyal RF juga merupakan sarana umum untuk
mengirim data melalui jaringan wireless.
Sinyal RF merambat di antara antena pemancar pengirim dan penerima.
Sinyal yang dipasok pada antena memiliki
amplitudo, frekuensi, dan interval.
22
Sifat-sifat tersebut berubah-ubah setiap saat untuk merepresentasikan informasi.
Amplitudo mengindikasikan kekuatan sinyal. Ukuran untuk amplitudo biasanya
berupa energi yang dianalogikan dengan jumlah usaha yang digunakan seseorang
pada waktu mengendarai sepeda untuk mencapai jarak tertentu. Energi, dalam
konteks sinyal elektromagnetik, menggambarkan jumlah energi yang diperlukan
untuk mendorong sinyal pada jarak tertentu. Saat energi meningkat, jaraknya pun
juga bertambah.
Redaman atau attenuasi adalah besaran pelemahan energi sinyal informasi
dari fiber optik yang dinyatakan dalam dB. Redaman/attenuasi serat optik
merupakan karakteristik penting yang harus diperhatikan mengingat kaitannya
dalam menentukan jarak pengulang (repeater), jenis pemancar dan penerima optik
yang harus digunakan.
Redaman serat biasanya disebabkan oleh karena absorpsi, hamburan
(scattering) dan mikro-bending. Semakin besar attenuasiberarti semakin sedikit
cahaya yang dapat mencapai detektor dan dengan demikian semakin pendek
kemungkinan jarak span antar pengulang.
Attenuasi adalah fungsi yang lebih kompleks dari jarak dan pada
umumnya mengikuti fungsi logaritma. Sehingga biasanya dinyatakan sebagai
jumlah desibel konstan per unit jarak. Attenuasi membawakan tiga pertimbangan
untuk membangun transmisi :
a. Sinyal yang diterima harus cukup kuat sehingga arus elektronik pada
receiver bisa mendeteksi sinyal.
b. Sinyal harus mempertahankan level yang lebih tinggi dibanding derau
yang diterima tanpa error.
c. Attenuasi merupakan fungsi frekuensi yang meningkat.

24

Selain jarak, attenuasi sinyal juga merupakan fungsi dari frekuensi. Karena
sinyal data biasanya memiliki beberapa komponen frekuensi, maka amplifier
biasanya didesain berbeda-beda menyesuaikan dengan frekuensi sinyal. Alat
seperti ini disebut dengan equalizer. Adapun macam-macam attenuasi adalah :
1. Attenuasi Daya
Attenuasi Daya adalah istilah umum yang mengacu pada setiap
pengurangan kekuatan daya dari suatusinyal. Jika Pin adalah daya
sinyal yang diterima dari sirkuit komunikasi dan Pout adalah daya sinyal
yang dikirim dari sirkuit komunikasi, maka Pout > Pin .

A
Pout

Pin
Gambar 3.1. Atenuasi daya

Kekuatan atenuasi Ap dalam desibel diberikan oleh rumus:

Dimana
Ap = Attenuasi Daya (dB)
Pout = daya sinyal yang dikirim (watt)
Pin = daya sinyal yang diterima (watt)

2. Attenuasi Tegangan
Attenuasi juga dapat dinyatakan dalam tegangan. Attenuasi
Tegangan adalah istilah umum yang mengacu pada setiap pengurangan
kekuatan tegangan dari suatu sinyal.

A
Vin

Vout
25

Gambar 3.2. Atenuasi Tegangan


Jika A

adalah redaman tegangan dalam desibel, Vin adalah

tegangan sinyal yang diterima, dan Vout adalah tegangan sinyal yang
dikirim, maka:

Dimana
Av = Attenuasi Tegangan (dB)
Vout = Tegangan sinyal yang dikirim (watt)
Vin = Tegangan sinyal yang diterima (watt)
(www.searchnetworking.techtarget.com/definition/attenuation)

Sedangkan, macam-macam attenuasi pada fiber optik adalah :


1. Absorpsi
Absorpsi adalah sifat alami suatu gelas. Pada daerah-daerah
tertentu helas dapay mengabsorpsi sebagian besar cahaya seperti pada
daerah ultraviolet. Penyerapan disebabkan oleh tiga mekanisme
berbeda : Absorbsi disebabkan cacat atomis di dalam komposisi kaca,
Absorbsi ektrinsik disebabkan oleh impuritas atom material gelas/kaca,
dan Absorbsi intrinsic yang disebabkan oleh konstituen dasar dari atom
material serat.
Suatu gelombang menjalar sejauh dx dalam suatu medium yang
mempunyai koefisien absorbsi , besarnya penurunan intensitas :
atau
Dengan :
I = Arus (A)
= Koefisien absorbsi

26

2. Hamburan (Scattering)
Penghamburan yang terjadi saat lintasan yang dilalui gelombang
elektromagnetik

mengandung

objek

yang

berdimensi

kecil

dibandingkan dengan panjang gelombang dan dengan jumlah halangan


per unit yang besar. Dalam kenyataannya, dedaunan, marka-marka
jalan, tiang-tiang lampu dapat menyebabkan scattering. Rugi-rugi
hamburan dalam kaca terjadi karena variasi mikroskopik di dalam
kepadatan material dari komposisi fluktuasi, dan dari ketidaksamaan
yang structural dalam pembuatan darat.
Propagasi cahaya melalui inti dari sebuah serat optik didasarkan
pada refleksi internal total dari gelombang cahaya . Permukaan kasar
dan tidak teratur , bahkan pada tingkat molekul kaca , dapat
menyebabkan sinar cahaya akan tercermin dalam berbagai arah acak.
Jenis refleksi disebut sebagai " refleksi menyebar " , dan itu biasanya
ditandai dengan berbagai sudut refleksi . Sebagian besar benda-benda
yang bisa dilihat dengan mata telanjang terlihat karena refleksi difus .
Istilah lain yang umum digunakan untuk jenis refleksi adalah "
hamburan cahaya " . Hamburan cahaya dari permukaan benda adalah
mekanisme utama kami pengamatan fisik . Hamburan cahaya dari
berbagai permukaan umum dapat dimodelkan oleh reflektansi
Lambertian .

Gambar 3.3. Gambar Scattering

27

Cahaya hamburan tergantung pada panjang gelombang cahaya


yang tersebar. Dengan demikian, batas-batas skala spasial visibilitas
timbul, tergantung pada frekuensi gelombang cahaya insiden dan
dimensi fisik ( atau skala spasial ) dari pusat hamburan , yang biasanya
dalam bentuk beberapa fitur mikrostruktur tertentu. Sebagai contoh,
karena cahaya tampak memiliki skala panjang gelombang pada urutan
satu mikrometer ( sepersejuta meter ), pusat hamburan akan memiliki
dimensi pada skala spesial yang sama. Dengan demikian, pelemahan
hasil dari hamburan inkoheren cahaya pada permukaan internal dan
interface. Dalam ( poli ) bahan kristal seperti logam dan keramik,
selain pori-pori , sebagian besar permukaan internal atau interface yang
berupa batas butir yang memisahkan wilayah kecil urutan kristal. Barubaru ini menunjukkan bahwa, ketika ukuran pusat hamburan
(atau batas butir) berkurang di bawah ukuran panjang gelombang
cahaya yang tersebar, hamburan tidak lagi terjadi ke batas yang
signifikan. Fenomena ini telah menimbulkan produksi bahan keramik
transparan.

3. Bending
Ada dua jenis pembengkokan yang menyebabkan rugi - rugi dalam
fiber, yaitu pembengkokan mikro (microbending) dan pembengkokan
makro (macrobending). Keduanya timbul karena alasan yang berbeda,
dan menimbulkan rugi - rugi dengan dua macam mekanisme yang
berbeda pula. Pembengkokan mikro adalah suatu pembengkokan
mikroskopis dari inti fiber yang disebabkan oleh laju penyusutan

28

(contraction) thermal yang sedikit berbeda antara bahan inti dan bahan
pelapis. Pembengkokan mikro dapat juga timbul bila fiber berulang
kali digulung menjadi suatu kabel fiber majemuk (multifiber cable),
atau

bila

digulung

pada

kelos

kelos

untuk

memudahkan

pengangkutannya. Makin tajam belokan itu dibuat, makin banyak pula


ragam - ragam yang terlepas pada belokan. Pembengkokan makro
adalah pelengkungan fiber optik. Rugi-rugi pembengkokan sebagai
berikut:
-

Loss Pembengkokan = Loss pada kabel tidak dibengkokan

Loss pada kabel dibengkokan


Rugi-rugi (loss) penggandengan ragam secara umum sebagai
berikut :
= Pin/Pout

................................................................(1)

maka
L = -10 Log

........................................(2)

Dengan :
Pin = Daya yang dimasukkan ke dalam serat optik (watt)
Pout = Daya yang dipancarkan oleh sumber cahaya (watt)
= Efisiensi penyambungan
atau
L= -10 log n

..........................................(3)

Dengan

..............................(4)

29

Dimana :
L = Rugi-rugi (dB)
d = Lebar antara sambungan (m)
a = Lebar kabel fiber (cm)
= effisiensi
(www.eprints.undip.ac.id/25571/1/ML2F303466.pdf)

Prosedur Pengukuran

30

1. Siapkan semua peralatan yang dibutuhkan. Pastikan masing-masing


peralatan dalam kondisi baik.
2. Buat rangkaian pengukuran seperti gambar berikut :

Attenuator
3 dB

Power Splitter

RF Signal
Generator

Oscillator
Spectrum Analyzer

Gambar 3.4. Rangkaian Pengukuran


3. Hidupkan semua alat ukur.
4. Set frekuensi pada signal generator 1 MHz dan 0 dBm.
5. Amati dan catat hasil pengukuran seperti pada tabel 3.1. Gambarkan
juga bentuk gelombangnya.
6. Ulangi prosedur percobaan 1 sampai 5 untuk masing-masing attenuator
6 dB dan 10 dB. Catat hasilnya pada tabel 3.2 dan 3.3.
7. Ulangi prosedur percobaan 1 sampai 5 untuk frekuensi 115 KHz
sampai dengan 135 KHz, 0 dBm. Catat hasilnya pada tabel 3.4.Pada
frekuensi berapa bentuk gelombangnya maksimum?
8. Naikkan output Signal Generator 1 dBm. Dengan Attenuator 3dB.
Amati dan gambarkan bentuk gelombangnya. (Frekuensi 115 KHz
sampai dengan 135 KHz). Catat hasilnya pada tabel 3.5.
9. Naikkan output Signal Generator 2 dBm. Dengan Attenuator 3dB.
Amati dan gambarkan bentuk gelombangnya. (Frekuensi 115 KHz
sampai dengan 135 KHz). Catat hasilnya pada tabel 3.6.
10. Naikkan output Signal Generator 3 dBm. Dengan Attenuator 3dB.
Amati dan gambarkan bentuk gelombangnya. (Frekuensi 115 KHz
sampai dengan 135 KHz). Catat hasilnya pada tabel 3.7.
11. Naikkan output Signal Generator 4 dBm. Dengan Attenuator 3dB.
Amati dan gambarkan bentuk gelombangnya. (Frekuensi 115 KHz
sampai dengan 135 KHz). Catat hasilnya pada tabel 3.8.
12. Naikkan output Signal Generator 5 dBm. Dengan Attenuator 3dB.
Amati dan gambarkan bentuk gelombangnya. (Frekuensi 115 KHz
sampai dengan 135 KHz). Catat hasilnya pada tabel 3.9.

31

13. Naikkan output Signal Generator 6 dBm. Dengan Attenuator 3dB.


Amati dan gambarkan bentuk gelombangnya. (Frekuensi 115 KHz
sampai dengan 135 KHz). Catat hasilnya pada tabel 3.10.
14. Turunkan output Signal Generator hingga - 1 dBm. Dengan Attenuator
3dB. Amati dan gambarkan bentuk gelombangnya. (Frekuensi 115
KHz sampai dengan 135 KHz).Catat hasilnya pada tabel 3.11.
15. Turunkan output Signal Generator hingga - 2 dBm. Dengan Attenuator
3dB. Amati dan gambarkan bentuk gelombangnya. (Frekuensi 115
KHz sampai dengan 135 KHz).Catat hasilnya pada tabel 3.12.
16. Turunkan output Signal Generator hingga 3 dBm. Dengan Attenuator
3dB. Amati dan gambarkan bentuk gelombangnya. (Frekuensi 115
KHz sampai dengan 135 KHz).Catat hasilnya pada tabel 3.13.
17. Turunkan output Signal Generator hingga - 4 dBm. Dengan Attenuator
3dB. Amati dan gambarkan bentuk gelombangnya. (Frekuensi 115
KHz sampai dengan 135 KHz).Catat hasilnya pada tabel 3.14.
18. Turunkan output Signal Generator hingga - 5 dBm. Dengan Attenuator
3dB. Amati dan gambarkan bentuk gelombangnya. (Frekuensi 115
KHz sampai dengan 135 KHz).Catat hasilnya pada tabel 3.15
19. Turunkan output Signal Generator hingga - 6 dBm. Dengan Attenuator
3dB. Amati dan gambarkan bentuk gelombangnya. (Frekuensi 115
KHz sampai dengan 135 KHz).Catat hasilnya pada tabel 3.16.
20. Hitung sinyal output untuk masing-masing attenuasi.

Data Percobaan
Tabel 3.1. Hasil Pengukuran Output dengan Attenuasi 3dB
Signal Generator

Frekuens
i (Hz)

Output
(dBm)

Spectrum Analyzer

Daya
(W)

Tegangan
(V)

Oscilloscope
Frekuens
i
(Hz)

Amp
(V)

Vpp
(V)

32

1M

50 M

100 M

150 M

200 M

250 M

300 M

350 M

450 M

33

Tabel 3.2. Hasil Pengukuran Output dengan Attenuasi 6 dB


Signal Generator

Frekuens
i (Hz)

Output
(dBm)

1M

50 M

100 M

150 M

200 M

250 M

300 M

350 M

450 M

Spectrum Analyzer

Daya
(W)

Tegangan
(V)

Oscilloscope
Frekuens
i
(Hz)

Amp
(V)

Vpp
(V)

34

Tabel 3.3. Hasil Pengukuran Output dengan Attenuasi 10dB


Signal Generator
Frekuens
i
(Hz)

Output
(dBm)

1M

50 M

100 M

150 M

Spectrum Analyzer

Daya
(W)

Tegangan
(V)

Oscilloscope
Frekuens
i
(Hz)

Amp
(V)

Vpp
(V)

35

200 M

250 M

300 M

350 M

450 M

Tabel 3.4. Hasil Pengukuran Output dengan RF Signal Generator 0dBm


Signal Generator

Spectrum Analyzer

Oscilloscope

36

Frekuens
i
(Hz)

Output
(dBm)

115 K

116 K

117 K

118 K

119 K

120 K

121 K

122 K

123 K

124 K

125 K

126 K

127 K

Daya
(W)

Tegangan
(V)

Frekuens
i
(Hz)

Amp
(V)

Vpp
(V)

37

128 K

129 K

130 K

131 K

132 K

133 K

134 K

135 K

Tabel 3.5. Hasil Pengukuran Output dengan RF Signal Generator 1dBm (A= 3dB)
Signal Generator
Frekuens
i
(Hz)

Output
(dBm)

115 K

Spectrum Analyzer

Daya
(W)

Tegangan
(V)

Oscilloscope
Frekuens
i
(Hz)

Amp
(V)

Vpp
(V)

38

116 K

117 K

118 K

119 K

120 K

121 K

122 K

123 K

124 K

125 K

126 K

127 K

128 K

129 K

130 K

39

131 K

132 K

133 K

134 K

135 K

Tabel 3.6. Hasil Pengukuran Output dengan RF Signal Generator 2dBm (A= 3dB)
Signal Generator

Frekuens
i (Hz)

Output
(dBm)

115 K

116 K

117 K

118 K

Spectrum Analyzer

Daya
(W)

Tegangan
(V)

Oscilloscope
Frekuens
i
(Hz)

Amp
(V)

Vpp
(V)

40

119 K

120 K

121 K

122 K

123 K

124 K

125 K

126 K

127 K

128 K

129 K

130 K

131 K

132 K

133 K

41

134 K

135 K

Tabel 3.7. Hasil Pengukuran Output dengan RF Signal Generator 3dBm (A= 3dB)
Signal Generator

Frekuens
i (Hz)

Output
(dBm)

115 K

116 K

117 K

118 K

119 K

120 K

121 K

Spectrum Analyzer

Daya
(W)

Tegangan
(V)

Oscilloscope
Frekuens
i
(Hz)

Amp
(V)

Vpp
(V)

42

122 K

123 K

124 K

125 K

126 K

127 K

128 K

129 K

130 K

131 K

132 K

133 K

134 K

135 K

43

Tabel 3.8. Hasil Pengukuran Output dengan RF Signal Generator 4dBm (A= 3dB)
Signal Generator

Frekuens
i (Hz)

Output
(dBm)

115 K

116 K

117 K

118 K

119 K

120 K

121 K

122 K

123 K

124 K

Spectrum Analyzer

Daya
(W)

Tegangan
(Volt)

Oscilloscope
Frekuens
i
(Hz)

Amp
(V)

Vpp
(V)

44

125 K

126 K

127 K

128 K

129 K

130 K

131 K

132 K

133 K

134 K

135 K

Tabel 3.9. Hasil Pengukuran Output dengan RF Signal Generator 5dBm (A= 3dB)
Signal Generator

Spectrum Analyzer

Oscilloscope

45

F (Hz)

Output (dBm)

115 K

116 K

117 K

118 K

119 K

120 K

121 K

122 K

123 K

124 K

125 K

126 K

127 K

128 K

P (W)

V (Volt)

F(Hz)

Amp (V)

Vpp

46

129 K

130 K

131 K

132 K

133 K

134 K

135 K

Tabel 3.10. Hasil Pengukuran Output dengan RF Signal Generator 6dBm


(A= 3dB)
Signal Generator

Frekuens
i (Hz)

Output
(dBm)

115 K

116 K

Spectrum Analyzer

Daya
(W)

Tegangan
(V)

Oscilloscope
Frekuens
i
(Hz)

Amp
(V)

Vpp
(V)

47

117 K

118 K

119 K

120 K

121 K

122 K

123 K

124 K

125 K

126 K

127 K

128 K

129 K

130 K

131 K

48

132 K

133 K

134 K

135 K

Tabel 3.11. Hasil Pengukuran Output dengan RF Signal Generator -1dBm


(A=3dB)
Signal Generator

Frekuens
i (Hz)

Output
(dBm)

115 K

-1

116 K

-1

117 K

-1

118 K

-1

119 K

-1

Spectrum Analyzer

Daya
(W)

Tegangan
(V)

Oscilloscope
Frekuens
i
(Hz)

Amp
(V)

Vpp
(V)

49

120 K

-1

121 K

-1

122 K

-1

123 K

-1

124 K

-1

125 K

-1

126 K

-1

127 K

-1

128 K

-1

129 K

-1

130 K

-1

131 K

-1

132 K

-1

133 K

-1

134 K

-1

50

135 K

-1

Tabel 3.12. Hasil Pengukuran Output dengan RF Signal Generator -2dBm


(A=3dB)
Signal Generator

Frekuens
i (Hz)

Output
(dBm)

115 K

-2

116 K

-2

117 K

-2

118 K

-2

119 K

-2

120 K

-2

121 K

-2

122 K

-2

123 K

-2

Spectrum Analyzer

Daya
(W)

Tegangan
(V)

Oscilloscope
Frekuens
i
(Hz)

Amp
(V)

Vpp
(V)

51

124 K

-2

125 K

-2

126 K

-2

127 K

-2

128 K

-2

129 K

-2

130 K

-2

131 K

-2

132 K

-2

133 K

-2

134 K

-2

135 K

-2

Tabel 3.13. Hasil Pengukuran Output dengan RF Signal Generator -3dBm


(A=3dB)

52

Signal Generator

Frekuens
i (Hz)

Output
(dBm)

115 K

-3

116 K

-3

117 K

-3

118 K

-3

119 K

-3

120 K

-3

121 K

-3

122 K

-3

123 K

-3

124 K

-3

125 K

-3

126 K

-3

Spectrum Analyzer

Daya
(W)

Tegangan
(Volt)

Oscilloscope
Frekuens
i
(Hz)

Amp
(V)

Vpp
(V)

53

127 K

-3

128 K

-3

129 K

-3

130 K

-3

131 K

-3

132 K

-3

133 K

-3

134 K

-3

135 K

-3

Tabel 3.14. Hasil Pengukuran Output dengan RF Signal Generator -4dBm


(A=3dB)
Signal Generator

Frekuens
i (Hz)

Output
(dBm)

115 K

-4

Spectrum Analyzer

Daya
(W)

Tegangan
(V)

Oscilloscope
Frekuens
i
(Hz)

Amp
(V)

Vpp
(V)

54

116 K

-4

117 K

-4

118 K

-4

119 K

-4

120 K

-4

121 K

-4

122 K

-4

123 K

-4

124 K

-4

125 K

-4

126 K

-4

127 K

-4

128 K

-4

129 K

-4

130 K

-4

55

131 K

-4

132 K

-4

133 K

-4

134 K

-4

135 K

-4

Tabel 3.15. Hasil Pengukuran Output dengan RF Signal Generator -5dBm


(A=3dB)
Signal Generator

Frekuens
i (Hz)

Output
(dBm)

115 K

-5

116 K

-5

117 K

-5

118 K

-5

Spectrum Analyzer

Daya
(W)

Tegangan
(Volt)

Oscilloscope
Frekuens
i
(Hz)

Amp
(V)

Vpp
(V)

56

119 K

-5

120 K

-5

121 K

-5

122 K

-5

123 K

-5

124 K

-5

125 K

-5

126 K

-5

127 K

-5

128 K

-5

129 K

-5

130 K

-5

131 K

-5

132 K

-5

133 K

-5

57

134 K

-5

135 K

-5

Tabel 3.16. Hasil Pengukuran Output dengan RF Signal Generator -6dBm


(A=3dB)
Signal Generator
Frekuens
i
(Hz)

Output
(dBm)

115 K

-6

116 K

-6

117 K

-6

118 K

-6

119 K

-6

120 K

-6

121 K

-6

Spectrum Analyzer

Daya
(W)

Tegangan
(V)

Oscilloscope
Frekuens
i
(Hz)

Amp
(V)

Vpp
(V)

58

122 K

-6

123 K

-6

124 K

-6

125 K

-6

126 K

-6

127 K

-6

128 K

-6

129 K

-6

130 K

-6

131 K

-6

132 K

-6

133 K

-6

134 K

-6

135 K

-6

59

JOB IV
PENGUKURAN DISTORSI HARMONISA SINYAL RF

Tujuan :
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mengukur dan mengamati harmonisa harmonisa sinyal RF
2. Mengukur dan mengamati harmonisa sinyal RF dengan menggunakan
signal generator, function generator dan melihat perbedaannya .
Perangkat Atau Alat Yang Dibutuhkan
Signal Generator
Digital Phospor Oscilloscope
Spectrum Analyzer
Power Splitter
Function Generator
Kabel kabel konektor
Dasar Teori
RF signal generator akan menghasilkan sinyal fundamental dengan
persamaan fungsi sinyal sinusoidal dasar.
F(t) = A0 Cos

F(t) = A0 Sin

Atau

Dimana :
A0

: Amplitudo tegangan maksimum fundamental

60

: Kecepatan sudut fasa fundamental


: 2 F0
F0

: Frekuensi fundamental
Secara praktis sebetulnya sinyal yang dihasilkan oleh sinyal RF generator

bukan hanya sinyal fundamental, akan48tetapi akan diikuti oleh sinyal distorsi.
Sinyal distorsi merupakan sinyal lain yang ikut dibangkitkan selain sinyal
fundamental. Distorsi sinyal ada dua macam yaitu :
1. Distorsi tidak berurutan
2. Distorsi berurutan
Distorsi tidak beraturan biasanya dikategorikan sebagai gangguan yaitu
berupa noise atau derau yang dihasilkan peralatan. Adapun distorsi beraturan
didefinisikan sebagai distorsi sinyal kelipatan deret angka dari frekuensi yang
dihasilkan. Pada proses-proses tertentu distorsi beraturan ini dapat dimanfaatkan.
Distorsi beraturan ini juga dikenal dengan istilah distorsi harmonisa (harmonic
distorsion).
Persamaan fungsi sinyal dengan distorsi tidak beraturan digambarkan oleh
fungsi sinusoidal tak beraturan dari deret Fourier.
F(t) = A0 Cos

t + At Cos

t + ............ B1 Sin

t + B2 Sin

A0 >>> At>A>..........>B1>B2....... dan seterusnya


Adapun persamaan fungsi sinyal dengan distorsi harmonisa, digambarkan
dengan deret Fourier. Fungsi sinusoidal beraturan yaitu :
F(t) = A0 Cos

t + At Cos

t+ .................. +AnCos

Dimana :
A0 Cos

Fungsi fundamental

At Cos

Fungsi harmonisa ke 1

61

A2Cos

Fungsi harmonisa ke 2

AnCos

Fungsi harmonisa ke n
2

F1 = 2F0

F2 = 3F0

(n+1)

F0

Fn = (n+1)F0

Frekuensi fundamental

F1
F2

Frekuensi Harmonisa

F
3
Ha
F4

Harmonisa
Harmonisa adalah distorsi periodik dari gelombang sinus tegangan, arus
atau daya dengan bentuk gelombang yang frekuensinya merupakan kelipatan
diluar bilangan satu terhadap frekuensi fundamental pada mana sistem suplai
dirancang beroperasi (frekuensi 50 Hz).
Bentuk gelombang yang terdistorsi merupakan penjumlahan dari
gelombang fundamental dan gelombang harmonisa (h1, h2, dan seterusnya) . Pada
Gambar 2.1 di bawah ini dapat dilihat bentuk gelombang terdistorsi, gelombang
fundamental dan komponen harmonisanya (harmonisa ketiga).

62

Gelombang Fundamental
Gelombang Harmonisa ke 3
Gelombang Fundamental + Gelombang Harmonisa ke 3

Gambar 4.1. Gelombang Terdistorsi, Fundamental, Harmonisa Ketiga


(repository.usu.ac.id )

Makin banyak harmonisa diikut sertakan, kurva makin mendekati bentuk persegi
atau bentuk gelombang makin menyimpang dari bentuk sinusoidal.

Distorsi Harmonisa
Distorsi harmonisa adalah setiap perubahan dalam bentuk sinyal yang
tidak disengaja dan secara umum tidak diinginkan. Harmonisa menyebabkan
distorsi pada bentuk gelombang fundamental tegangan dan arus. Distorsi
harmonisa timbul akibat karakteristik nonlinier alat dan beban pada sistem tenaga.
Peralatan ini dimodelkan sebagai sumber arus yang menginjeksikan arus
harmonisa kedalam sistem tenaga.
Distorsi harmonisa timbul sebagaimana arus ini menyebabkan tegangan
non linier pada impedansi sistem.Distorsi harmonisa timbul akibat banyaknya
pelanggan beban non linier. Berikut ini diperlihatkan bagaimana gelombang arus
menjadi cacat karena harmonisa seperti terlihat pada Gambar 2.2 berikut ini :

63

Gambar 4.2 Arus Cacat Akibat Harmonisa


( repository.usu.ac.id )

Persamaan Harmonisa
Gelombang harmonisa dan terdistorsi merupakan gelombang kontinu dan
periodik

sehingga

sesuai

dengan

deret

Fourier

seperti

Persamaan

berikut.Gelombang periodik yang memiliki bentuk gelombang f(t) = f(t + 2L)


dapat dinyatakan dengan sebuah deret Fourier dimana (- L , L) interval dari f(t)
atau f(t) mempunyai periode 2L; L adalah bilangan periodik.
Deret Fourier dapat dinyatakan dalam bentuk :
..................................(2.1)
Secara umum arus sesaat dapat direpresentasikan dalam deret Fourier sebagai:
.............................(2.2)

Dengan bagian arus searah biasanya diabaikan untuk kesederhanaan. Ih adalah


arus rms untuk harmonisa orde ke h.
Arus

Harmonisa

Total

atau

..................................(2.3)

64

Rumus menghitung It , I1 dan THDi :


It=

.........

.....................................(2.4)
Dimana :
= I2 2 + I32 + I42 + I52 + I62 + I72 + ..................+ I

THDi=

......................................................................................(2.5)
..................

..................(2.6)
Dimana :
It

: Arus total = Arus terdistorsi efektif (rms)

THDi : Total Harmonics Distortion arus


h

: Orde harmonisa

I1

: Arus komponen fundamental

Ih

: Arus harmonisa orde ke h

Prosedur Pengukuran
1. Siapkan semua peralatan yang dibutuhkan dan pastikan semua peralatan
dalam kondisi baik.
2. Buat rangkaian pengukuran sebagai berikut (semua peralatan dalam
kondisi off dan skala alat ukur dalam posisi aman).
65

Oscilloscope
Power Splitter

Spectrum Analyzer

Gambar 4.3 Rangkaian Percobaan dengan Signal Generator

3. Hidupkan RF sinyal generator set frekuensi pada 1 MHz dan output


sebesar 0 dBm.
4. Hidupkan alat ukur dan lakukan pengukuran pengukuran sinyal
harmonisa.Pada setting frekuensi fundamental 500K, 750K, 1M, 2M, 3M,
4M, 5M, 40M, 60M, 80M, 100M, 120M, 160M, 180M, 200M, 300M,
350M, dan 400 MHz. Isi data pengukuran pada tabel 4.1.

5. Ulangi prosedur pengukuran 1 sampai 4 untuk gambar rangkaian 4.4.

Oscilloscope
Power Splitter

Spectrum Analyzer
Gambar 4.4 Rangkaian Percobaan Dengan Function Generator

66

6. Hidupkan alat ukur dan lakukan pengukuran pengukuran sinyal


harmonisa.Pada setting frekuensi fundamental 500K, 750K, 1M, 2M, 3M,
4M, dan 5M. Isi data pengukuran pada tabel 4.2.
7. Apakah ada perbedaan sinyal output yang didapat pada signal generator
dan function generator? Jelaskan ?

Data Percobaan :
Tabel 4.1 Pengukuran Harmonisa Sinyal RF dengan RF Signal Generator
Signal Generator
Frekuensi

Output

500KHz

0 dBm

750KHz

0 dBm

1MHz

0 dBm

2MHz

0 dBm

3MHz

0 dBm

Spectrum Analyzer
P1(W)

P2(W)

P3(W)

V1

Oscilloscope
V2

V3

F(Hz)

Amplitudo

67

Vpp

4MHz

0 dBm

5MHz

0 dBm

40MHz

0 dBm

60MHz

0 dBm

80MHz

0 dBm

100MHz

0 dBm

120MHz

0 dBm

160MHz

0 dBm

180MHz

0 dBm

200MHz

0 dBm

300MHz

0 dBm

350MHz

0 dBm

400MHz

0 dBm
Tabel 4.2 Pengukuran Harmonisa Sinyal RF dengan RF Function Generator

Signal Generator
Frekuensi

Output

500KHz

0 dBm

750KHz

0 dBm

1MHz

0 dBm

2MHz

0 dBm

3MHz

0 dBm

4MHz

0 dBm

Spectrum Analyzer
P1(W)

P2(W)

P3(W)

V1

Oscilloscope
V2

V3

F(Hz)

Amplitudo

68

Vpp

5MHz

0 dBm

JOB V
PENGUKURAN SINYAL AM

Tujuan
1. Memahami prinsip kerja modulasi AM
2. Mengamati perubahan sinyal AM, bila:
a. Informasi diubah
b. Carrier diubah
3. Mengamati perubahan sinyal AM, bila RF output tegangan sinyal
generator diubah.

Perangkat / Alat-alat Yang Digunakan


69

RF synthesized signal generator


RF Osciloscope
RF Spectrum analyzer
Function Generator
Power Splitter
Kabel-kabel dan konektor

Teori Dasar
Modulasi dapat didefinisikan sebagai proses dimana beberapa karakteristik
dari gelombang dengan frekuensi yang relatif tinggi, yang dinamakan
pembawa(carrier), berubah sehubungan dengan harga sesaat dari frekuensi
rendah,

yang

dinamakan

gelombang-gelombang

pemodulasi

(sinyal

informasi).
Modulasi amplitudo adalah proses memodulasi sinyal informasi (frekuensi
rendah)

pada

gelombang frekuensi

tinggi dengan

mengubah-

ubahamplitudo gelombang frekuensi tinggi tanpa mengubah frekuensinya.


Sinyal

pemodulasi

berbentuk

sinusoidal dan

mempunyai

bentuk

gelombang yang digambarkan oleh persamaan:


57
Dimana

praktek,

perbandingan

merupakan frekuensi sudut sinyal pemodulasi. Dalam

sangat kecil dibanding dengan

ke

dalam transmisi radio,

sama dengan 1 / 1000. Kalau pembawa

dinyatakan oleh persamaan,

70

Maka dari definisi, ampitudo pembawa termodulasi dirumuskan dengan :


Dimana

suatu konstanta perbandingan. Harga kostanta ini ditentukan

oleh rangkaian pemodulasi. Sehingga persamaan lengkap untuk pembawa


modulasi amplitudo (AM) adalah
=
Dimana

dinamakan faktor modulasi, indeks

modulasi atau kedalaman modulasi. (dasar elektronika, 1989 : 286).

Gambar 5.1 Gelombang Pembawa


(dasar elektronika, 1989 : 288)

Gambar 5.2 Gelombang Pemodulasi

71

(dasar elektronika, 1989 : 288)

Gambar 5.3 Gelombang Pembawa Termodulasi


(dasar elektronika, 1989 : 288)

Indeks modulasi Ampiltudo


Derajat modulasi merupakan parameter penting dan juga sering disebutindeks
modulasi AM, dinotasikan dengan ma. Parameter ini merupakanperbandingan
antara amplitudo puncak sinyal pemodulasi (Em) dengan amplitude puncak sinyal
pembawa (Ec). Besarnya indeks modulasi mempunyai rentang antara 0 dan 1.
Indeks modulasi sebesar nol, berarti tidak ada pemodulasian, sedangkan indeks
modulasi sebesar satu merupakan pemodulasian maksimal yang dimungkinkan.
Besarnya indeks modulasi AM dinyatakan dengan persamaan:

Indeks modulasi juga dapat dinyatakan dalam persen :

Daya dalam gelombang AM :

72

Power Distribution AM ( Daya rata-rata AM)


Daya rata-rata sebuah gelombang sin dan cos
Pav = E2/ R
E = tegangan rms
Tegangan pembawa rms = Ec = 0,707 Ec max

Daya USB dan LSB

Total Daya AM DSBFC envelope :


Pt = Pc + Pusb + Plsb
Atau

Dimana : Pt = Total daya AM DSBFC envelope (Watt)


Pc = Daya carrier (Watt)
Pusb = daya upper side band (Watt)
Plsb = daya lowerside band (Watt)
ma = indeks modulasi

Power (Watt)

73
f lsb

fc

f usb

Frekuensi (Hz)

Gambar 5.4.Spectrum Daya Gelombang AM DSBFC

Macam-macam modulasi AM :
Ada beberapa variasi nilai m, diantaranya:
1. Tanpa modulasi ketika

= 0, Em = 0, maka sinyal termodulasi adalah

sama seperti sinyal carrier.

=0

2. Modulasi normal, ketika 0 <


terlihat signifikan ketika nilai

<1, Resultan gelombang semakin


mendekati 1.

74

3. Modulasi 100%, ketika

=1, merupakan kondisi ideal. Sinyal

termodulasi yang paling baik dihasilkan jika nilai

= 1. Tetapi

kondisi ini sukar dicapai karena keterbatasan alat, terutama kendala


noise.Pada nilai

= 1, amplitudo puncak sinyal termodulasi akan

bervariasi dari nol sampai dua kali amplitudo sinyal carrier (sebelum
modulasi).

75

=1
4. Overmodulasi

terjadi

ketika

>

1.

Overmodulasi

akan

menghasilkan distorsi pada sinyal termodulasi, dan envelope sama


sekali berbeda bentuknya dengan sinyal informasi/pemodulasi.

>1
.
Prosedur pengukuran
1. Buat rangkaian pengukuran sebagai berikut :
(Semua peralatan dalam kondisi off).

76

2. Hidupkan Function Generator, atur sebagai input informasi.


Set f = 5 KHz;
A = 1 Volt, (f = fm)
3. Hidupkan Sinyal Generator, sebagai input carier
Set f = 1 MHz (f=fc, RF output = A)
RF Output = 0 dBm;
Modulasi = 50 %
4. Amati gelombang AM yang terdapat pada osilscope. Gambarkan bentuk
gelombangnya. Catat daya yang terukur pada Spectrum Analyzer.
5. Ulangi pengukuran untuk input fm = 10 KHz, 15 KHz, dan 20 KHz.
77

fc = 1 MHz;
RF Output = 0 dBm;
Modulasi = 50 %.
Catat daya pada spectrum analyzer. Amati dan gambarkan bentuk
gelombangnya naik dan turunkan modulasinya. ( Tabel 5.1)
Catatan : Untuk mengatur frekueni informasi dari function generator
kembali, lepaskan dulu probe function generator yang terhubung
pada modulasi input dari sinyal generator. Setelah diatur baru
dihubungkan kembali pada sinyal generator.
6. Ulangi pengukuran untuk fm = 10 KHz dan
fc = 5, 10, 20, 30, 50, 80, dan 100 MHz;
RF Output = 0 dBm dan
Modulasi = 50%.
Catat daya pada spectrum analyzer (Tabel 5.2). Amati dan gambarkan bentuk
gelombangnya, naik dan turunkan modulasinya cata apa yang terjadi.
7. Ulangi pengukuran 5 dan 6 untuk RF output = 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 dBm.
fm
= 10 KHz;
fc
= 80 MHz.
Amati apa yang terjadi dan gambarkan bentuk gelombangnya. (Tabel 5.3)
8. Ulangi kembali pengukuran 5 dan 6 untuk RF output= -1, -2, -3, -4, -5, -6,
-7, -8, -9 dan -10 dBm;
fm
= 15 KHz;
fc
= 50 MHz.
Amati apa yang terjadi dan gambarkan bentuk gelombangnya. (Tabel 5.4)
9. Jelaskan apa yang terjadi pada gelombang AM jika :
a. Informasi di ubah-ubah
b.Carier di ubah-ubah
c. RF output di ubah-ubah
d. Modulasi diubah-ubah

78

Data Percobaan:
Tabel 5.1 Hasil Percobaan Berbagai Variasi Fm

Function
Generator
Fm (KHz)

Sinyal Generator
Fc
RF
(MHz)

Output

Spektrum

Osiloskop

Analyzer

(Gambar

P (W)

Gelombang)

(dBm)
5

10

15

20

79

Tabel 5.2 Hasil Percobaan Berbagai Variasi Fc


Function
Generator
Fm (KHz)

Sinyal Generator
RF
Fc
Output
(MHz)
(dBm)

10

10

10

10

15

10

20

10

30

10

50

10

80

10

100

Spektrum
Analyzer
P (W)

Osiloskop
(Gambar Gelombang)

80

Tabel 5.3 Hasil Percobaan Berbagai Variasi RF Output Positif


Fuction
Generator
Fm

Sinyal Generator
Fc
RF Output

(KHz)

(MHz)

(dBm)

10

80

10

80

10

80

10

80

10

80

10

80

Spektrum
Analyzer
P (W)

Osiloskop
(Gambar Gelombang)

81

Tabel 5.4 Hasil Percobaan Berbagai Variasi RF Output Negatif


Spektru

Function
Generator
Fm

Sinyal Generator

Analyzer
Fc

RF Output

(MHz)

(dBm)

15

50

-1

15

50

-2

15

50

-3

15

50

-4

15

50

-5

15

50

-6

15

50

-7

15

50

-8

15

50

-9

15

50

-10

(KHz)

Osiloskop
(Gambar Gelombang)

P (W)

82

JOB VI
PENGUKURAN AMPLIFIER RF

Tujuan :
1. Mengukur daya input amplifier.
2. Mengukur daya output amplifier.
3. Menghitung gain amplifier RF.

Perangkat/ Alat-alat Yang Dibutuhkan :


Function Generator
Spectrum Analyzer
Power Splitter
Mini Amplifier RF Broadband
Power Supply DC 24 Volt
Kabel-kabel dan Konektor

Teori Dasar
Power

amplifierRFadalah

mengkonversiberdaya

jenispenguatelektronikdigunakan

rendahsinyalfrekuensiradiomenjadi

sinyalyang

untuk
lebih

besardarikekuatan yang signifikan, biasanyauntuk mendriveantenapemancar. Hal


ini biasanyadioptimalkanuntuk memilikiefisiensi tinggi, dayaoutput yang tinggi,
kompresibaikreturn

losspada

inputdanoutput,keuntunganyang

baik,

danpembuangan panas yang optimal.

83

Amplifier RF merupakan amplifier yang didesain khusus bekerja pada


frekuensi tinggi. Broadband amplifier merupakan amplifier yang mempunyai
respon frekuensi atau batasan frekuensi kerja dengan band yang lebar. Gain
flatness merupakan kestabilan gain dari amplifier, dimana didalam batasan gain
flatness tersebut merupakan daerah frekuensi kerja optimum dari amplifier.
Tingkatan Amplifier RF

Buffer Amplifier

71

Driver Amplifier

Final Amplifier

Gambar 6.1. Blok Diagram Tingkatan Amplifier RF


Tingkatan Amplifier RF antara lain adalah sebagai berikut ini:
1. Buffer Amplifier
Buffer adalah sebuah daerah memori yang menyimpan data ketika
datatersebut ditransfer antara dua perangkat atau antara sebuah perangkat dan
aplikasi. Daya yang keluar dari buffer pada umumnya adalah 2 Watt.
Buffering digunakan karena tiga alasan, antara lain:
1. Untuk mengatasi perbedaan kecepataan antara produsen dan
konsumen dari sebuah aliran data . Sebagai contoh, sebuah berkas
diterima melalui sebuah modem dan disimpan ke harddisk. Kita tahu
bahwa modem itu ribuan kali lebih lambat daripada harddisk. Sehingga
sebuah buffer dibuat pada memori utama untuk menampung jumlah byte
yang diterima dari modem. Ketika semua data sudah sampai di buffer,
buffer dapat ditulis ke disk dengan operasi tunggal. Karena penulisan ke
disk tidak terjadi seketika dan modem masih membutuhkan ruang untuk
menyimpan data tambahan yang masuk maka digunakanlah dua buffer.
Setelah modem mengisi buffer pertama, penulisan ke disk dilakukan.

84

Modem kemudian mulai mengisi buffer kedua sementara buffer pertama


ditulis ke disk. Pada saat modem sudah mengisi buffer kedua, penulisan
disk dari buffer pertama seharusnya sudah selesai sehingga modem dapat
menggunakan kembali buffer pertama ketika buffer kedua melakukan
penulisan ke disk. Metode ini disebut double buffering.
2. Untuk menyesuaikan antara perangkat-perangkat yang mempunyai
perbedaan ukuran transfer data . Perbedaan ukuran transfer data ini
sangat umum terjadi pada jaringan komputer dimana buffer digunakan
secara luas untuk fragmentasi dan pengaturan kembali pesan-pesan. Pada
bagian pengiriman, pesan yang ukurannya besar akan dipecah-pecah
menjadi paket-paket kecil (fragmentasi). Paket-paket ini dikirim melalui
jaringan, di ruang penerimaan, paket-paket kecil tadi diletakkan dalam
buffer untuk disatukan kembali.
3. Untuk mendukung copy semantic pada aplikasi M/K . Sebuah contoh
akan menjelaskan arti dari copy semantic. Misalkan sebuah aplikasi
mempunyai buffer data yang ingin dituliskan ke disk. Aplikasi tersebut
akan memanggil system call write, lalu menyediakan sebuah pointer ke
buffer dan sebuah bilangan bulat (integer) yang menspesifikasikan jumlah
byte yang ditulis. Setelah system call tersebut selesai, apa yang terjadi jika
aplikasi mengubah isi buffer? Dengan copy semantic, versi data yang
ditulis ke disk sama dengan versi data pada saat aplikasi memanggil
system call write , tidak tergantung dengan perubahan apapun yang ada
pada buffer. Cara sederhana sistem operasi dapat menjamin copy semantic
adalah untuk system call write dengan menyalin data aplikasi ke buffer
kernel sebelum mengembalikan kontrol ke aplikasi. Penulisan ke disk
dilakukan dari buffer kernel sehingga perubahan yang terjadi pada buffer
aplikasi tidak mempunyai efek apapun. Menyalin data antara buffer kernel
dan buffer aplikasi adalah hal yang umum dalam sistem operasi, kecuali
overhead yang ada pada clean semantic. Efek yang sama dapat diperoleh

85

dengan hasil yang lebih efisien dengan penggunaan yang cermat pada
pemetaan memori virtual dan perlindungan halaman copy-on-write.

Gambar 6.2. Buffer Amplifier


Sumber : http://www.qsl.net/wa1ion/tmb-1/tmb-1.htm

2. Driver Amplifier
Driver Amplifier merupakan penggerak komponen elektronika yang
dipakai untuk menguatkan daya secara umum. Daya Amplifier sendiri
adalahsebuah sirkuit listrikatau komponenelektronik lainnyayang digunakanuntuk
mengendalikansirkuit lain.Mereka biasanyadigunakan untuk mengaturarus yang
mengalirmelalui
sepertikomponen
seringdigunakan,

rangkaianataudigunakan
lainnya,

beberapa

misalnya,

untuk

mengontrolfaktor-faktorlain

perangkatdi
untuksirkuit

sirkuit.

Istilah

ini

terpadukhususyang

mengontrolswitchdaya tinggi dalamswitched-mode konverter daya. Sebuah


penguatjuga dapat dianggapdriveruntukpengeras suara, atau sirkuittegangan

86

konstanyang

membuatkomponenterpasangberoperasi

dalamberbagaiteganganinput.

87

Biasanyatahapdriver (s) darirangkaianmembutuhkankarakteristik yang


berbedauntuktahapsirkuit
biasanyasirkuitdriver

lain.

Misalnyadalampower

membutuhkangain

melepaskanbasistransistorberikutdengan

arus,
cepat,

amplifiertransistor,

seringkemampuanuntuk
dan

rendahimpedansi

keluaranuntuk menghindari ataumeminimalkan distorsi. Daya yang keluar pada


driver amplifier adalah sekitar 120 watt sampai 150 watt.

Gambar 6.3. Driver Amplifier


Sumber : http://www.linear.com/product/LT1739

3. Final Amplifier
Final Amplifier merupakan rangkaian penguat akhir pada sistem audio.
Penggerak (driver), berupa rangkaian penguat tegangan dengan penguatan yang
besar. Pengaturan titik kerja penguat pada klasifikasi kelas A. Penguat arus,
berupa rangkaian penguat daya dengan penguatan yang tidak terlalu besar, bahkan
penguatannya mendekati satu. Agar mencapai effisiensi kerja yang besar, maka
pengaturan kerjanya pada klasifikasi kelas AB mendekati kelas B. Rangkaian
penguat daya dibuat kelas AB agar mencegah terjadinya cacat silang (Cross Over
Distortion). Daya umum pada Final Amplifier berkisar 500 watt - 1000 watt.

88

Gambar 6.4. Final Amplifier


Sumber : http://elektronika-dasar.web.id/teori-elektronika/definisi-dan-prinsip-kerjapenguat-akhir-final-amplifier/

Gain Amplifier
Jika amplifier diberi sinyal input yang tetap dalam keadaan aktif dengan
catu yang normal maka amplifier akan memperkuat sinyal input dengan gain
tertentu. Jika pemberian sinyal dimulai dari frekuensi dasar dan dinaikkan terus
maka gain yang dihasilkan sekarusnya tidak berubah sampai pada suatu batasan
frekuensi tertentu.

Jika frekuensi dinaikkan terus maka gain akan berkurang menjadi


attenuasi (-dB).

89

Gambar 6.5. Grafik Gain Amplifier


Prosedur Pengukuran
1. Siapkan semua peralatan yang dibutuhkan dan pastikan semua peralatan
Dalam kondisi baik.
2. Buat rangkaian pengukuran sebagai berikut (Semua peralatan dalam
kondisi OFF dan skala alat ukur aman).

Gambar 6.6. Blok Diagram Rangkaian Pengukuran Amplifier RF


3. Hidupkan spektrum analyzer SA1, SA2, OSC1, dan OSC2. Frekuensi
center padaSA1 dan SA2 sebesar100 MHz.
4. Hidupkan function generator buat batasan pengukuran 100 KHz, 200
KHz, 300 KHz, 400 KHz, 500 KHz, 600KHz, 700 KHz, 800 KHz, 900
KHz, 1 MHz, 2 MHz, 3 MHz, 4 MHZ, 5 MHZ.
5.

Lihat gambar gelombang pada kedua osiloskop dan Spectrum Analyzer.


6. Catat daya input, daya output, tegangan input dan tegangan output yang
terukur pada Osiloskop dan Spectrum Analyzer. Catat hasilnya pada
tabel 6.1 dan 6.2

90

Data Percobaan :
Tabel 6.1. Tabel Pengukuran Dengan MenggunakanSpectrum Analyzer

No.

Function Generator
F (Hz)

100 K

200 K

300 K

400 K

500 K

600 K

700 K

800 K

900 K

10

1M

11

2M

Spectrum Analyzer
Pin (W)

Pout (W)

G
( dB )

Gambar
Gelombang

91

12

3M

13

4M

14

5M

92

Tabel 6.2. Tabel Pengukuran Dengan Menggunakan Oscilloscope

No.

Function Generator
F (Hz)

100 K

200 K

300 K

400 K

500 K

600 K

700 K

800 K

900 K

10

1M

11

2M

12

3M

Spectrum Analyzer
Vin (Volt)

Vout (Volt)

G
( dB )

Gambar
Gelombang

93

13

4M

14

5M

JOB VII
FILTER RF

Tujuan
1. Memahami design dan Built Up Filter LPF
2. Memahami design dan Built Up Filter HPF
3. Memahami design dan Built Up Filter BPF
4. Mengukur dan mengamati frekuensi respon filter LPF, HPF dan BPF
5. Mengukur dan mengamati attenuasi filter LPF, HPF dan BPF
Alat-Alat / Bahan yang dibutuhkan
a. Bahan-Bahan / Komponen
Single Coppes Layer PCB
Spidol Water Proof
Ferri Cloride
Kapasitor (Vasco)
Induktor (lilit sendiri)
Terminal BNC
Timah Solder
b. Alat
Sinyal Generator
Spectrum Analyzer
Kabel Konektor
Filter LPF, HPF dan BPF (hasil perancangan)

94

Teori Dasar
Filter merupakan perangkat pasif yang berfungsi melewatkan / meloloskan
sinyal dengan frekuensi tertentu dan menahan frekuensi lainnya. Secara umum
filter RF hanya di desain / dibuat dari komponen induktor dan kapasitor.
80
Rangkaian filter ada 3 macam yaitu:
a. Rangkaian Filter LPF
Low Pass Filter secara umum didefinisikan sebagai filter yang melewatkan
sinyal dengan frekuensi di bawah frekuensi cut off. Low Pass Filter (LPF) atau
Filter Lolos Bawah adalah filter yang hanya melewatkan sinyal dengan
frekuensi yang lebih rendah dari frekuensi cut-off (fc) dan akan melemahkan
sinyal dengan frekuensi yang lebih tinggi dari frekuensi cut-off (fc).
Pada filter LPF yang ideal sinyal dengan frekuensi diatas frekuensi cut-off
(fc) tidak akan dilewatkan sama sekali (tegangan output = 0 volt). Rangkaian
low pass filter RC merupakan jenis filter pasif, dengan respon frekuensi yang
ditentukan oleh konfigurasi R dan C yang digunakan. Rangkaian dasar LPF
dan grafik respon frekuensi LPF sebagai berikut.

Gambar 7.1. Rangkaian dasar dan grafik respon frekuensi LPFHPF

95

b. Rangkaian Filter HPF


High Pass Filter secara umum didefinisikan sebagai filter yang
melewatkan sinyal dengan frekuensi di atas frekuensi cut off.
Prinsip kerja rangkaian filter lolos atas atau High Pass Filter (HPF) dengan
RC dapat diuraikan sebagai berikut, apabila rangkaian filter high pass ini
diberikan sinyal input dengan frekuensi diatas frekuensi cut-off (c) maka
sinyal tersebut akan di lewatkan ke output rangkaian melalui komponen C.
Kemudian pada saat sinyal input yang diberikan ke rangkaian filter lolos atas
atau high pass filter memiliki frekuensi di bawah frekuensi cut-off (c) maka
sinyal input tersebut akan dilemahkan dengan cara dibuang ke ground melalui
komponen R.

Gambar 7.2. Rangkaian High Pass Filter


Grafik karakteristik dari high pass filter (HPF) atau filter lolos atas dengan
komponen RC dapat digambarkan dengan perbandingan antara tegangan output
filter terhadap frekuensi yang diberikan kepada rangkaian filter high pass
(HPF) tersebut. Untuk lebih jelasnya grafik karakteristik filter high pass (HPF)
ditunjukan pada gambar berikut:

Gambar 7.3. Grafik karakteristik High Pass Filter

96

c. Rangkaian Filter BPF


Band Pass Filter secara umum didefinisikan sebagai filter yang
melewatkan sinyal dengan bidang frekuensi di antara dua frekuensi cut off.

Gambar 7.4. Rangkaian Band Pass Filter


Filter band-pass dapat digolongkan sebagai pita sempit atau pita lebar.
Filter pita sempit adalah sebuah filter yang mempunyai band width lebih kecil
dari sepersepuluh frekuensi resonansinya (B<0,1r). jika band width-nya lebih
besar sepersepuluh dari frekuensi resonansi maka (B>0,1r), filter tersebut
merupakan sebuah filter pita lebar. Perbandingan antara frekuensi resonansi
dan lebar pita dikenal sebagai faktor kualitas (Q) dari rangkaiannya. Q
menunjukan selektifitas dari rangkaian, makin tinggi nilai Q makin selektif
rangkaian filter tersebut.

Gambar 7.5. Grafik karakteristik Band Pass Filter

97

Bentuk desain rangkaian filter praktis ada beberapa macam diantaranya:


1. Filter Butterworth
Model filter butterworth adalah bentuk filter tipe Q-menengah yang
digunakan dalam perancangan filter, dimana syarat utama penggunaan model
ini adalah amplitudo dari filter harus sangat stabil sebisa mungkin. Model ini
adalah model bandpass yang paling konstan dan hampir tidak ada ripple pada
amplitudonya. Karakteristik filter tipe ini dapat dilihat pada Gambar 7.7.
Model filter Butterworth hanyalah sebuah filter tipe Q-menengah, hal ini
menyebabkan kesulitan pada saat menentukan kemiringan atenuasi pada
filter. Namun, filter ini bekerja lebih baik dari filter jenis lainnya. Oleh karena
karakteristik itulah, model filter butterworth sering disebut sebagai model
lepas-tengah.

Gambar 7.6. Respon dari Butterworth

Gambar 7.7. Karakteristik Atenuasi untuk Filter Butterworth


Gambar 7.8. Empat elemen bentuk dasar rangkaian low pass filter Butterworth

98

Tabel.7.1. Butterworth low pass prototype elemen untuk RS=RL

Tabel 7.2 adalah daftar nilai prototype Lowpass untuk model butterworth untuk
variasi perbandingan impedansi (RS/RL). Data sekematik yang ditunjukkan pada
Tabel 7.2 digunakan saat RS/RL sudah dihitung, dan nilai elemen dapat dibaca dari
atas ke bawah.

Tabel 7.2. Butterworth low pass prototype elemen untuk RS/ RL

99

Tabel 7.3. Butterworth low pass prototype elemen untuk RS/ RL

100

2. Filter Chebyshev
Model filter chebyshev adalah model filter Q-tinggi tang digunakan saat :
1. Kemiringan atenuasi menjadi lebih tinggi pada bandstop dibutuhkan.
2. Karakteristik bandpass tidak lagi harus konstan.
Dengan kebutuhan tipe ini, adanya ripple yang mungkin terjadi pada
bandpass. Sebagai penjelasan ripple lebih lanjut, kemiringan amplitudo di
awal dari bandstop bertambah, dan menghasilkan gelombang atau attenuasi
yang lebih kotak saat di bandingkan dengan gelombang yang dihasilkan pada
model butterworth. Perbandingan ini dapat dilihat pada gambar 7.9. Kedua
101

kurva dirancang untuk filter dengan n=3. Model chebyshev menunjukkan


adanya ripple sebesar 3dB dari bentuk bandpass dan menghasilkan 10 dB
pada attenuasi bandstop diatas filter butterworth.

Gambar 7.9.Penggabungan tiga elemen Chebychev dan Butterworth


Tabel 7.4. Chebychev Polinomial menjadi Orde n

102

Gambar 7.10. Atenuasi karakteristik untuk Filter Chebychev dengan 0,01-dB

Gambar 7.11. Atenuasi karakteristik untuk Filter Chebychev dengan 0,1-dB

103

Gambar 7.12. Atenuasi karakteristik untuk Filter Chebychev dengan 0,5-dB

Gambar 7.13. Atenuasi karakteristik untuk Filter Chebychev dengan 1-dB

104

Tabel 7.5. Chebychev low pass prototype elemen untuk 0,01-dB

105

Tabel 7.6. Chebychev low pass prototype elemen untuk 0,01-dB

106

Tabel 7.7. Chebychev low pass prototype elemen untuk 0,1-dB

Tabel 7.8. Chebychev low pass prototype elemen untuk 0,1-dB

107

Tabel 7.9. Chebychev low pass prototype elemen untuk 0,5-dB

108

109

Tabel 7.10. Chebychev low pass prototype elemen untuk 0,5-dB


Tabel 7.11. Chebychev low pass prototype elemen untuk 1-dB

110

Tabel 7.12. Chebychev low pass prototype elemen untuk 1-dB

3. Filter Bessel
Pada

prototype

lowpass

normal,

nilai

resistor

sumber

harus

ditransformasikan juga ke nilai akhirnya dengan cara mengalikannya dengan


nilai akhir dari resistor beban . Sehingga, rasio dari keduanya tidak berubah.
Tabel 7.13. Bessel low pass prototype 5 elemen

111

Tabel 7.14. Bessel low pass prototype 7 elemen

112

Desain
Desain Low Pass Filter
Berapa banyak elemen yang dibutuhkan untuk mendesain filter Butterworth
dengan frekuensi cutoff 50 MHz, jika filter harus memberikan sekurangkurangnya 50 dB dari atenuansi 150 MHz?

Penyelesaian

113

Langkah pertama penyelesaian adalah temukan rasio dari

Jadi, saat 3 kali frekuensi cutoff, respon harus turun sekurang-kurangnya


50 dB. Mengacu pada Gambar 7.7, terlihat sangat cepat bahwa minimal dari 6
elemen sangat perlu untuk melihat hasil akhir terlebih dahulu. f/f c dari 3, 6 elemen
desain akan memberikan atenuansi sekitar 57 dB, sementara 5 elemen desain akan
memberikan hanya 47 dB, yang mana itu belum cukup baik.
Desain High Pass Filter
Setelah mempelajari mekanisme lowpass filter, akan mudah untuk
mempelajari mekanisme dari highpass filter. Anda dapat menggunakan semua
attenuasi yang telah disediakan sebelumnya, sehingga untuk lowpass filter,
dengan cara sederhana, yaiu membalik sumbu f/f c. Untuk lebih instan, 5-elemen,
0.1-dB-Ripple Filter chebyshev pada low pass filter akan menghasilkan atenuasi
sebesar 60 dB pada nilai f/ fc = 3 (gambar 7.11). Jika anda menggunakan high pass
filter pada tipe dan ukuran yang sama, anda tetap dapat menggunakan gambar
7.15 dan dapat kita lihat bahwa f/ fc dari 1/3 (atau fc /f = 3), 5-elemen, 0.1-dBRipple Filter chebyshev high pass filter tetap akan menghasilkan attenuasi 60 dB.
Dengan ini dapat dikatakan bahwa model ini lebih efisien daripada harus
menggunakan kurva karakteristik lebih dari satu.

Untuk

mencari

nilai

komponen

pada

transformasi

HPF, dapat

menggunakan rumus berikut ini.


114

C=

................................................(7-1)

dan
L=

............................................. (7-2)

Dimana ;
C = nilai akhir kapasitor
L = nilai akhir induktor
Cn = nilai kapasitor pada prototipe lowpass
Ln = nilai induktor pada prototipe lowpass
R = Nilai akhir resistor beban
Fc = frekuensi cutoff fix
Desain Bandpass Filter
Dari prototype rangkaian Low pass dan kurva karakteristik yang telah
dijelaskan sebelumnya, dapat pula digunakan pada perancangan bandpass. Kita
dapat menggunakan cara dan metode transformasi yang sama seperti transformasi
yang telah dijelaskan pada High pass filter.
Untuk melengkapi desain yang telah didapat, kita akan mencari nilai asli dari
elemen elemen pada prototipe BPF dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut :

115

Untuk Paralel :

Untuk Seri :

C=

.................... (7-3)

L=

.................... (7-4)

C=

.................... (7-5)

L=

.....................(7-6)

Dimana :
C = nilai akhir kapasitor
L = nilai akhir induktor
Cn = nilai kapasitor pada prototipe bandpass
Ln = nilai induktor pada prototipe bandpass
R = Nilai akhir resistor beban
fc = frekuensi cutoff fix
B = bandwidth pada desain akhir. Sebesar 3 dB.
Ringkasan dari prosedur perancangan bandpass filter
a. Ubah nilai bandpass menjadi sama dengan nilai lowpass menggunakan
persamaan

b. Kembali pada kurva attenuasi pada lowpass yang disediakan untuk mencari
respon dari titik pertemuan dari nilai yang didapat pada langkah 1.

116

c. Cari respon yang tepat dari lowpass prototipe dan masukkan dalam
rancangan.
d. Ubah rangkaian lowpass menjadi rangkaian bandpass.
e. Cari skala nilai dari konfigurasi bandpass yang telah didapat pada langkah 3
pada impedansi dan frekuensi menggunakan persamaan 7-3 sampai 7-6
Contoh desain
1.

Temukan nilai prototipe low pass ialah n = 4 filter Butterworth dengan


perbedaan terminasi RS= 50 dan RL = 100 .

Penyelesaian
Buatlah dua terminal dari RL = 1 yang akan menghasilkan nilai RS= 0,5
. Untuk nilai prototype low pass filter n = 4. Terlihat disana rasio R S/RL = 0,5.
Pilihan kedua untuk mengambil nilai RL/RS = 2, dan baca dari atas ke bawah tabel
menggunakan bagan bawah tabel seperti bentuk nilai prototype low pass. Ini
mendekati hasil daerah prototype low pass dari Gambar 7.14.

Gambar 7.14. hasil prototype low pass soal nomor 1

2. Temukan atenuansi dari 4 elemen, dengan ripple 2,5 dB, low pass filter
Chebyshev

= 2,5.

117

Penyelesaian ;
Pertama-tama seleksi parameternya:
=

= 0,882

Lalu, cari nilai B


B=[

Lalu cari (

]= 0,1279

) = 2,5 cosh .1279 = 2,5204

Terakhir , evaluasi empat orde (n=4) chebyshev polynomial (

Cn

=8

-8

) = 2,52

+1

= 8 ( 2,5204 )4 8 ( 2,5204 )2 + 1
= 273,05
Sekarang evaluasi persamaan akhirnya
AdB

= 10 log 10

= 10 log 10 [ 1+ (0,882)2 (273,05)2]

118

= 47,63 dB
Jadi,

adalah 2,5 anda bisa menganti 47,63 dB dari atenuansi untuk filter

ini

3. Cari nilai prototype low pass filter n = 5, ripple 0.1 dB, filter chebychev jika
resistansi sumber dirancang 50 dan memuat resistansi 250 .
Penyelesaian ;
Normalkan sumber dan muatan resistor menghasilkan R S/RL = 0,2. Lihat pada
Tabel 7.7. Untuk ripple 0.1 dB dengan n = 5 dan R S/RL = 0,2 menghasilkan nilai
yang ditunjukkan pada Gambar 7.15.

Gambar 7.15. Hasil prototype soal nomor 3


4. Carilah nilai skala pada prototype lowpass dari gambar 7.15 (contoh soal 3)
dengan frekuensi cuttoff 50 MHz dan resistor beban 250 !
Penyelesaian
C1 =

= 45 pF

119

C3 =

= 116 pF

C5 =

= 100 pF

L2 =

= 235 nH

L4 =

= 291 nH

Resistansi sumber diukur dengan mengalikan nilai asli Rs dengan nilai resistor
beban.
Rs (final) = 0.2 (250) = 50 Ohms
Bentuk rangkaian akhirnya dapat dilihat pada gambar 7.16.

Gambar 7. 16. Hasil akhir prototype soal nomor 4


5. Desainlah sebuah lowpass filter dengan spesifikasi sebagai berikut :
fc = 35 MHz
dengan respon lebih besar dari 60 dB kebawah pada 105 MHz, pass band konstan
maksimum tanpa ripple,
Rs = 50 ohms
RL = 500 ohms
120

Penyelesaian
Untuk membuat nilai konstan yang maksimal, bentuk bandpass dengan
karakteristik Butterworth adalah bentuk yang paling sempurna.langkah utama
dalam proses adalah mencari rasio R dan f. Maka,

= 0,1

=3

Dari Tabel 7.7, dapat kita lihat bahwa rasio R dan rasio f dengan nilai diatas
menghasilkan prototype dengan jumlah elemen 7.

Gambar 7.17. Rangkaian Lowpass prototype


Kemudian kita dapat menghitung nilai elemen elemen tersebut. Berikut dua
contoh perhitungannya.
C1 =

L2 =

= 21 pF

= 152 nH

Hasil akhirnya :
C3 = 97 pF
121

C5 = 153 pF
C7 = 143 pF
L4 = 323 nH
L6 = 414 nH
Rs = 50 ohms
RL = 500 ohms
Gambar 7.18 memperlihatkan bentuk akhir dari rangkaian lowpass yang kita buat.

Gambar 7.18. Rangkaian Low Pass Filter

Gambar 7.19. Transformasi rangkaian Low Pass ke High Pass Filter


6. Desainlah filter highpass LC dengan ketentuan fc = 60 MHz dengan atenuasi
minimum terdapat pada 30 MHz. Rs = 300 ohms. Asumsikan bahwa ripple
passband adalah 0.5-dB
Penyelesaian

122

= 0,5 kita invert menjadi

=2

Dengan rasio yang telah kita dapatkan, carilah respon filter pada gambar 7.12.
yaitu grafik respon attenuasi daro 0.5-dB-ripple filter chebyshev. Lalu kita
dapatkan bahwa nilai n = 5. Dengan demikian, kita dapat mencari nilai prototype
yang akan dicari.
Dari Tabel 7.9, kita dapatkan bentuk dan nilai prototype lowpass seperti pada
gambar 7.20.(A). Namun, karena nilai

setelah di balik menjadi

tidak terdapat pada grafik respon, dan

, maka nilai prototipe yang akan dibuat juga akan

dibalik, dengan posisi nilai elemen yang tetap (tidak berubah). Hal ini dengan
melihat tabel dari bawah ke atas. Prototype yang kita dapatkan adalah prototype
untuk lowpass. Sedangkan yang akan dibuat adalah highpass. Yang artinya
terlebih dahulu kita transformasikan menjadi prototype lowpass. Seperti gambar
7.20.(B). Proses terakhir dalam perancangan filter yaitu mencari nilai absolut dari
masing masing elemen. Berikut contoh perhitungan dari filter yang telah dibuat:
C1 =

= 4.9 pF

123

Gambar 7. 20. Desain High Pass Filter soal nomor 6


L2 =

= 611 nH

Hasil untuk nilai lainnya :


C3 = 3.3 pF
C5 = 4.9 pF
L4 = 611 nH
6. Desainlah bandpass filter dengan ketentuan sebagai berikut :
Fc = 75 MHz
BW3dB = 7 MHz
BW 45 dB = 35 MHz

124

Bandpass ripple = 1 dB
Rs = 50 ohms
RL = 100 0hms
Penyelesaian :
Dengan menggunakan persamaan ini, kita dapatkan :

=5

Subtitusikan nilai tersebut untuk mewakili nilai pada kurva attenuasi lowpass
pada respon chebyshev 1-dB-ripple pada gambar 7.13. Dapat kita lihat nilai
elemen yang didapat dengan ketentuan tersebut adalah 3 elemen yang akan
menghasilkan attenuasi sebesar 50 dB pada nilai = 5 adalah lebih dari sempurna.
Kemudian nilai elemen yang sesuai dengan filter ini dapat dilihat pada tabel
7.12untuk Rs/RL = 0,5 dan n=3. Prototype lowpass yang didapat dapat dilihat pada
gambar 7.21.A kemudian 7.21.B untuk prototipe yang sudah ditransformasikan
dari lowpass ke bandpass. Cara mentransformasikannya dapat dilihat pada gambar
7.21.C. Lalu dengan menggunakan rumus 7-3 sampai 7-6, kita dapat mencari nilai
asli dari elemen elemen filter tersebut.
C1 =

L2 =

C1 =

= 1007 pF

= 4.47 nH

= 2.4 pF

125

L2 =

= 1,86 H

Hasil lainnya :
C3 = 504 pF
L3 = 8.93 nH

Gambar 7.21. Desain Filter Bandpass contoh soal nomor 7

Prosedur Pengukuran
a. Siapkan semua peralatan yang dibutuhkan dan pastikan semua peralatan
dalam kondisi baik.

126

b. Hidupkan Spectrum Analyzer, set frekuensi center pada 100 MHz,


frekuensi span 20 MHz, dan referensi level 10dB. Hidupkan sinyal Sinyal
Generator, buat batasan frekuensi pengukuran 10-500 MHz. Set Amplitudo
output pada posisi 0 dBm.
c. Hubungkan filter LPF dengan Sinyal Generator. Lakukan pengukuran
mulai dari 10 300 MHz. Amati spektrum yang terbaca.
d. Buat tabel pengukuran
e. Gambarkan bagaimana bentuk gelombang pada Spectrum Analyzer
sebagai respon filter.
f. Lakukan prosedur pengukuran yang sama untuk filter HPF dan BPF.

127

Data Percobaan
Tabel 7.1. Pengukuran Filter Butterworth LPF
No.

Frekuensi

Pout

Spectrum Analyzer

(MHz)

(dBm)

(dB)

(Gambar Gelombang )

10

20

30

40

50

60

70

80

90

10

100

11

110

12

120

13

130

14

140

15

150

16

160

17

170

18

180

19

190

128

20

200

21

210

22

220

23

230

24

240

25

250

26

260

27

270

28

280

29

290

30

300

129

Tabel 7.2. Pengukuran Filter Butterworth HPF


No.

Frekuensi

Pout

Spectrum Analyzer

(MHz)

(dBm)

(dB)

(Gambar Gelombang )

10

20

30

40

50

60

70

80

90

10

100

11

110

12

120

13

130

14

140

15

150

16

160

17

170

18

180

19

190

20

200

130

21

210

22

220

23

230

24

240

25

250

26

260

27

270

28

280

29

290

30

300

Tabel 7.3. Pengukuran Filter Butterworth BPF


131

No.

Frekuensi

Pout

Spectrum Analyzer

(MHz)

(dBm)

(dB)

(Gambar Gelombang )

10

20

30

40

50

60

70

80

90

10

100

11

110

12

120

13

130

14

140

15

150

16

160

17

170

18

180

19

190

20

200

132

21

210

22

220

23

230

24

240

25

250

26

260

27

270

28

280

29

290

30

300

Tabel 7.4. Pengukuran Filter Cheby Chev LPF

133

No.

Frekuensi

Pout

Spectrum Analyzer

(MHz)

(dBm)

(dB)

(Gambar Gelombang )

10

20

30

40

50

60

70

80

90

10

100

11

110

12

120

13

130

14

140

15

150

16

160

17

170

18

180

19

190

20

200

134

21

210

22

220

23

230

24

240

25

250

26

260

27

270

28

280

29

290

30

300

135

Tabel 7.5. Pengukuran Filter Cheby Chev HPF


No.

Frekuensi

Pout

Spectrum Analyzer

(MHz)

(dBm)

(dB)

(Gambar Gelombang )

10

20

30

40

50

60

70

80

90

10

100

11

110

12

120

13

130

14

140

15

150

16

160

17

170

18

180

19

190

20

200

136

21

210

22

220

23

230

24

240

25

250

26

260

27

270

28

280

29

290

30

300

137

Tabel 7.6. Pengukuran Filter Cheby Chev BPF


No.

Frekuensi

Pout

Spectrum Analyzer

(MHz)

(dBm)

(dB)

(Gambar Gelombang )

10

20

30

40

50

60

70

80

90

10

100

11

110

12

120

13

130

14

140

15

150

16

160

17

170

18

180

19

190

20

200

138

21

210

22

220

23

230

24

240

25

250

26

260

27

270

28

280

29

290

30

300

Tabel 7.7. Pengukuran Filter Bessel LPF


139

No.

Frekuensi

Pout

Spectrum Analyzer

(MHz)

(dBm)

(dB)

(Gambar Gelombang )

10

20

30

40

50

60

70

80

90

10

100

11

110

12

120

13

130

14

140

15

150

16

160

17

170

18

180

19

190

20

200

140

21

210

22

220

23

230

24

240

25

250

26

260

27

270

28

280

29

290

30

300

141

Tabel 7.8. Pengukuran Filter Bessel LPF


No.

Frekuensi

Pout

Spectrum Analyzer

(MHz)

(dBm)

(dB)

(Gambar Gelombang )

10

20

30

40

50

60

70

80

90

10

100

11

110

12

120

13

130

14

140

15

150

16

160

17

170

18

180

19

190

20

200

142

21

210

22

220

23

230

24

240

25

250

26

260

27

270

28

280

29

290

30

300

143

Tabel 7.9. Pengukuran Filter BesselLPF


No.

Frekuensi

Pout

Spectrum Analyzer

(MHz)

(dBm)

(dB)

(Gambar Gelombang )

10

20

30

40

50

60

70

80

90

10

100

11

110

12

120

13

130

14

140

15

150

16

160

17

170

18

180

19

190

20

200

144

21

210

22

220

23

230

24

240

25

250

26

260

27

270

28

280

29

290

30

300

145

DAFTAR PUSTAKA
Haykin. 1991. Adaptive Filter Theory 2nd ed. Englewood Cliffs. NJ: PrenticeHall.
Hong, J.S. 2011. Microstrip Filters for RF/Microwave Applications 2nd ed. UK:
Wiley.
Chattopadhyay.C, Rakshit.P.C, Saha.B , Purkait.N.N.1989.Dasar Elektronika.
Depok: UI-PRESS.
Bowick.Chris.JhonBlyler,ChaerylA.2006.RFCircuitDesign.Oxford:Butterworthheynemann.
http://eprints.undip.ac.id/25571/1/ML2F303466.pdf (Tanggal Akses : 1 April
2014, Pukul : 15.47 wib)
www. Hi-technews.net (Tanggal Akses : 1 April 2014, pukul : 16.02 wib)
www.searchnetworking.techtarget.com/definition/attenuation (Tanggal Akses :6 .
April 2014, pukul : 14.50 wib)
http;//www.repository.usu.ac.id (Tanggal Akses: 13 April 2014, pukul: 19,54 wib)
http://www.qsl.net/wa1ion/tmb-1/tmb-1.htm(Tanggal Akses: 20 April
2014,Pukul: 19,04 wib)

http://elektronika-dasar.web.id/teori-elektronika/definisi-dan-prinsip-kerja
Penguatakhirfinalamplifier (Tanggal Akses: 24 April 2014, pukul: 19,33 wib)
http://www.linear.com/product/LT1739 (Tanggal Akses: 30 April 2014,
Pukul: 16,54 wib)

146

Anda mungkin juga menyukai