Tujuan :
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mengetahui struktur dan sifat kabel coaxial
2. Dapat memasang dan menyambung kabel coaxial RG-8
3. Dapat mengetahui sambungan kabel coaxial yang berfungsi dengan baik.
Peralatan yang dibutuhkan :
Dasar Teori
Coaxial (Kabel Coaxial) Merupakan Kabel Tembaga yang diselimuti oleh
beberapa pelindung (Pelindung luar, Pelindung Anyaman Tembaga, Isolator
Pelasting), dimana pelindung-pelindung tersebut memiliki fungsi sebagai berikut :
1
dan juga untuk melindungi
dari gangguan hewan-hewan
Kabel ini sering digunakan sebagai kabel antena TV, dan disebut juga
sebagai kabel BNC (Bayonet Naur Connector).
Kabel ini merupakan kabel yang paling banyak digunakan pada LAN,
karena memiliki perlindungan terhadap derau yang lebih tinggi, murah.
terminatornya).
Ada 3 jenis konektor pada kabel Coaxial, yaitu T konektor, I konektor
(socket) dan BNC konektor.
Kekurangannya adalah susah pada saat instalasi Untuk saat ini kabel
koaksial sudah tidak direkomendasikan lagi intuk instalasi jaringan.
Spesifikasi Penggunaan Koaksial Kabel :
Maksimum panjang kabel dalam satu segment adalah 1,818 feet (555
meter).
Panjang maksimal kabel adalah 1,000 feet (185 meter) per segment.
Maksimum panjang kabel dalam satu segment adalah 1,818 feet (555
meter).
Gambar 1.3. Thicknet coaxial cable RG-8 (Kabel Coaxial Gemuk RG-8)
(Sumber : www. Hi-technews.net)
Setiap
kartu
jaringan
mempunyai
pemancar
tambahan
(external
transceiver).
Maksimum panjang kabel per segment adalah 1.640 feet (atau sekitar 500
meter).
Maksimum jarak antar segment adalah 4.920 feet (atau sekitar 1500
meter).
Jarak maksimum antara tap atau pencabang dari kabel utama ke perangkat
(device) adalah 16 feet (sekitar 5 meter).
Percobaan
Langkah percobaan :
1.
2.
3.
4.
JOB II
PENGUKURAN SINYAL RF
Tujuan
1. Mengamati dan mengukur frekuensi, tegangan, daya, pada Spectrum
Analyzer dan Oscilloscope
2. Mengamati perubahan tegangan dan daya terhadap perubahan frekuansi
10
Teori Dasar
Gelombang radio merupakan jenis radiasi elektromagnetik dengan panjang
gelombang yang lebih besar (dan lebih jarang) dibandingkan radiasi inframerah.
Seperti semua gelombang elektromagnetik lainnya bergerak dengan kecepatan
cahaya dalam ruang hampa. Gelombang tersebut dapat dihasilkan secara alami
oleh petir atau oleh benda-benda astronomi lainnya.
Frekuensi radio (RF) atau gelombang radio adalah tingkat osilasi dalam
kisaran sekitar 3 KHz sampai 300 GHz, yang sesuai dengan frekuensi gelombang
radio dan arus bolak-balik yang membawa sinyal radio. RF merupakan unit
pengukuran frekuensi gelombang, dan sesuai dengan satu siklus per detik.
Gelombang elektromagnetik di daerah spektrum, dapat ditransmisikan dengan
menggunakan generator arus bolak-balik
yang disebabkan oleh satelit.
10
Gelombang radio dapat dihasilkan untuk radio amatir, penyiaran (radio
dan televisi), telepon selular, radar dan sistem navigasi lainnya, komunikasi
satelit, jaringan komputer dan aplikasi lain yang tak terhitung lainnya.
Gelombang elektromagnetik juga disebut gelombang radio dan dikenal
sebagai frekuensi radio atau gelombang radio sederhana. Gelombang radio dapat
dihasilkan arus listrik yang bervariasi dengan cepat (yaitu frekuensi tinggi arus
listrik) dalam konduktor (seperti antena).
Dari sudut pandang fisika, kurang dari panjang gelombang dan frekuensi,
gelombang radio berbagi sifat yang sama dari gelombang elektromagnetik
lainnya, seperti cahaya, radiasi infra merah, sinar-X dan lain-lain yang juga
dikenal dengan frekuensi radio.
RF juga mengacu pada frekuensi radio yaitu modus komunikasi untuk
teknologi nirkabel dari semua jenis perangkat, termasuk telepon nirkabel, radar,
11
GPS, dan siaran radio dan televisi. teknologi RF begitu banyak dalam kehidupan
manusia, kita hampir tidak menyadarinya karena banyaknya penggunaannya dari
segala bidang.
Mulai dari bluetooth, mainan remote control dan lain sebagainya.
Gelombang RF adalah gelombang elektromagnetik yang merambat dengan
kecepatan cahaya, atau 186.000 mil per detik (300.000 km/s). Frekuensi
gelombang RF, lebih lambat dibandingkan dengan cahaya tampak, membuat
gelombang RF tak terlihat oleh mata manusia.
Frekuensi gelombang ditentukan oleh osilasi atau siklus per detik. Satu
siklus adalah salah satu hertz (Hz), 1.000 siklus adalah 1 kilohertz (KHz), 1 juta
siklus adalah 1 megahertz (MHz), dan 1 milyar siklus adalah 1 gigahertz (GHz).
Sebuah stasiun radio pada dial/saluran AM pada 980, misalnya, siaran tersebut
menggunakan sinyal yang berosilasi 980.000 kali per detik, atau memiliki
frekuensi 980 KHz.
Sedangkan sebuah stasiun radio dengan dibawah dial pada 710 maka
siaran tersebut menggunakan sinyal yang berosilasi 710.000 kali per detik, atau
memiliki frekuensi 710 KHz. Frekuensi sangat rendah (ELF) radio menempati
salah satu ujung yaitu sekitar 3-30 Hz, dan frekuensi sangat tinggi (EHF) di
lainnya, mewakili 30-300 GHz. Band RF dapat ditemui dengan saluran televisi
VHF (frekuensi sangat tinggi), yang digunakan oleh stasiun radio dan televisi 213, dan UHF (Ultra High Frequency), yang digunakan oleh stasiun televisi
lainnya, ponsel dan radio dua arah.
Bahkan oven microwave menggunakan gelombang RF untuk memasak
makanan, tapi gelombang ini berada di pita frekuensi super tinggi atau SHF.
Setelah spektrum elektromagnetik dalam frekuensi yang lebih tinggi, orang
menemukan gelombang inframerah, dan cahaya tampak.
Sinyal RF merupakan gelombang elektromagnetik yang digunakan oleh
sistem komunikasi untuk mengirim informasi melalui udara dari satu titik ke titik
lain. Sinyal RF telah digunakan selama beberapa tahun. Sinyal tersebut
memberikan cara untuk mengirimkan musik pada radio FM dan video pada
12
fiber
optik
yang
dinyatakandalamdB.Redaman/attenuasiseratoptikmerupakankarakteristikpenting
13
yang
harusdiperhatikanmengingatkaitannyadalammenentukanjarakpengulang
disebabkan
oleh
karena
sedikit
cahaya
yang
dapatmencapaidetektordandengandemikiansemakinpendekkemungkinanjarak span
antarpengulang.Attenuasi adalah menurunnya level daya sinyal akibat pengaruh
jarak transmisi. Untuk menghindari hal ini, jarak media transmisi dibatasi
sehingga pengaruh attenuasi tidak banyak mengganggu kualitas sinyal. Pengaruh
atenuasi terhadap sinyal berbeda-beda antar satu media transmisi dengan lainnya.
Untuk mengatasi attenuasi, bisa juga digunakan perangkat seperti amplifier atau
repeater, yang berfungsi meningkatkan kembali level daya sinyal.Attenuasi adalah
fungsi yang lebih kompleks dari jarak dan pada umumnya mengikuti fungsi
logaritma. Sehingga biasanya dinyatakan sebagai jumlah desibel konstan per unit
jarak. Attenuasi membawakan tiga pertimbangan untuk membangun transmisi :
a. Sinyal yang diterima harus cukup kuat sehingga arus elektronik pada
receiver bisa mendeteksi sinyal.
b. Sinyal harus mempertahankan level yang lebih tinggi dibanding derau
yang diterima tanpa error.
c. Attenuasi merupakan fungsi frekuensi yang meningkat.
Masalah pertama dan kedua dapat diatasi dengan menggunakan sinyal dengan
kekuatan yang mencukupi dan amplifier-amplifier atau repeater-repeater. Masalah
ketiga, digunakan teknik untuk meratakan attenuasi melalui suatu band frekuensi
dan amplifier yang memperkuat frekuensi tinggi daripada frekuesi rendah. Selain
jarak, attenuasi sinyal juga merupakan fungsi dari frekuensi. Karena sinyal data
biasanya memiliki beberapa komponen frekuensi, maka amplifier biasanya
didesain berbeda-beda menyesuaikan dengan frekuensi sinyal. Alat seperti ini
disebut dengan equalizer. (A. Miguez-Olivares. September 1996.)
14
15
Prosedur Pengukuran
1. Siapkan semua peralatan yang dibutuhkan.
2. Buat rangkaian seperti gambar :
RF Signal
Power
Splitter
Osilloscope
Spectrum
15
Data Percobaan
Tabel 2.1. Data Percobaan Untuk Sinyal Generator 1dBm
Signal Generator
Spectrum Analyzer
Oscilloscope
Frekuensi
Output
Frekuensi
Amplitudo
Vpp
(Hz)
(dBm)
(Watt)
(Volt)
(Hz)
(V)
(V)
10 K
50 K
100 K
200 K
300 K
400 K
500 K
600 K
16
700 K
800 K
1M
100 M
200 M
300 M
400 M
450 M
Signal Generator
Spectrum Analyzer
Oscilloscope
Frekuensi
Output
Frekuensi
Amplitudo
Vpp
(Hz)
(dBm)
(Watt)
(Volt)
(Hz)
(V)
(V)
10 K
50 K
100 K
200 K
300 K
400 K
500 K
17
600 K
700 K
800 K
1M
100 M
200 M
300 M
400 M
450 M
Signal Generator
Spectrum Analyzer
Oscilloscope
Frekuensi
Output
Frekuensi
Amplitudo
Vpp
(Hz)
(dBm)
(Watt)
(Volt)
(Hz)
(V)
(V)
10 K
50 K
100 K
200 K
18
300 K
400 K
500 K
600 K
700 K
800 K
1M
100 M
200 M
300 M
400 M
450 M
Signal Generator
Spectrum Analyzer
Oscilloscope
Frekuensi
Output
Frekuensi
Amplitudo
Vpp
(Hz)
(dBm)
(Watt)
(Volt)
(Hz)
(V)
(V)
10 K
19
50 K
100 K
200 K
300 K
400 K
500 K
600 K
700 K
800 K
1M
100 M
200 M
300 M
400 M
450 M
Signal Generator
Spectrum Analyzer
Oscilloscope
20
Frekuensi
Output
Frekuensi
Amplitudo
Vpp
(Hz)
(dBm)
(Watt)
(Volt)
(Hz)
(V)
(V)
10 K
50 K
100 K
200 K
300 K
400 K
500 K
600 K
700 K
800 K
1M
100 M
200 M
300 M
400 M
450 M
21
Signal Generator
Spectrum Analyzer
Oscilloscope
Frekuensi
Output
Frekuensi
Amplitudo
Vpp
(Hz)
(dBm)
(Watt)
(Volt)
(Hz)
(V)
(V)
10 K
50 K
100 K
200 K
300 K
400 K
500 K
600 K
700 K
800 K
1M
100 M
200 M
300 M
400 M
450 M
22
JOB III
PEREDAMAN SINYAL RF
Tujuan
1. Mengamati dan mengukur sinyal attenuasi pada Spektrum Analyzer dan
2.
3.
4.
5.
Osiloskop.
Menghitung sinyal output yang telah di attenuasi.
Mengukur parameter-paramater sinyal HF.
Mengamati parameter-parameter sinyal VHF.
Mengamati karakteristik output RF sinyal generator.
RF Signal Generator
Digital Phospor Oscilloscope
Frequency counter
Spectrum Analyzer
Attenuator 3 dB, 6 dB, 10 dB
Power Splitter
Kabel-kabel dan konektor
Teori Dasar
Frekuensi radio (RF) atau gelombang radio adalah tingkat osilasi dalam
kisaran sekitar 3 KHz sampai 300 GHz, yang sesuai dengan frekuensi gelombang
radio dan arus bolak-balik yang membawa sinyal radio. RF merupakan unit
pengukuran frekuensi gelombang, dan sesuai dengan satu siklus per detik.
Gelombang elektromagnetik di daerah spektrum, dapat ditransmisikan dengan
menggunakan generator arus bolak-balik yang disebabkan oleh satelit.
Sinyal RF merupakan gelombang elektromagnetik yang digunakan oleh
22
sistem komunikasi untuk mengirim informasi
melalui udara dari satu titik ke titik
lain. Sinyal RF telah digunakan selama beberapa tahun. Sinyal tersebut
23
memberikan cara untuk mengirimkan musik pada radio FM dan video pada
televisi. Pada kenyataannya, sinyal RF juga merupakan sarana umum untuk
mengirim data melalui jaringan wireless.
Sinyal RF merambat di antara antena pemancar pengirim dan penerima.
Sinyal yang dipasok pada antena memiliki
amplitudo, frekuensi, dan interval.
22
Sifat-sifat tersebut berubah-ubah setiap saat untuk merepresentasikan informasi.
Amplitudo mengindikasikan kekuatan sinyal. Ukuran untuk amplitudo biasanya
berupa energi yang dianalogikan dengan jumlah usaha yang digunakan seseorang
pada waktu mengendarai sepeda untuk mencapai jarak tertentu. Energi, dalam
konteks sinyal elektromagnetik, menggambarkan jumlah energi yang diperlukan
untuk mendorong sinyal pada jarak tertentu. Saat energi meningkat, jaraknya pun
juga bertambah.
Redaman atau attenuasi adalah besaran pelemahan energi sinyal informasi
dari fiber optik yang dinyatakan dalam dB. Redaman/attenuasi serat optik
merupakan karakteristik penting yang harus diperhatikan mengingat kaitannya
dalam menentukan jarak pengulang (repeater), jenis pemancar dan penerima optik
yang harus digunakan.
Redaman serat biasanya disebabkan oleh karena absorpsi, hamburan
(scattering) dan mikro-bending. Semakin besar attenuasiberarti semakin sedikit
cahaya yang dapat mencapai detektor dan dengan demikian semakin pendek
kemungkinan jarak span antar pengulang.
Attenuasi adalah fungsi yang lebih kompleks dari jarak dan pada
umumnya mengikuti fungsi logaritma. Sehingga biasanya dinyatakan sebagai
jumlah desibel konstan per unit jarak. Attenuasi membawakan tiga pertimbangan
untuk membangun transmisi :
a. Sinyal yang diterima harus cukup kuat sehingga arus elektronik pada
receiver bisa mendeteksi sinyal.
b. Sinyal harus mempertahankan level yang lebih tinggi dibanding derau
yang diterima tanpa error.
c. Attenuasi merupakan fungsi frekuensi yang meningkat.
24
Selain jarak, attenuasi sinyal juga merupakan fungsi dari frekuensi. Karena
sinyal data biasanya memiliki beberapa komponen frekuensi, maka amplifier
biasanya didesain berbeda-beda menyesuaikan dengan frekuensi sinyal. Alat
seperti ini disebut dengan equalizer. Adapun macam-macam attenuasi adalah :
1. Attenuasi Daya
Attenuasi Daya adalah istilah umum yang mengacu pada setiap
pengurangan kekuatan daya dari suatusinyal. Jika Pin adalah daya
sinyal yang diterima dari sirkuit komunikasi dan Pout adalah daya sinyal
yang dikirim dari sirkuit komunikasi, maka Pout > Pin .
A
Pout
Pin
Gambar 3.1. Atenuasi daya
Dimana
Ap = Attenuasi Daya (dB)
Pout = daya sinyal yang dikirim (watt)
Pin = daya sinyal yang diterima (watt)
2. Attenuasi Tegangan
Attenuasi juga dapat dinyatakan dalam tegangan. Attenuasi
Tegangan adalah istilah umum yang mengacu pada setiap pengurangan
kekuatan tegangan dari suatu sinyal.
A
Vin
Vout
25
tegangan sinyal yang diterima, dan Vout adalah tegangan sinyal yang
dikirim, maka:
Dimana
Av = Attenuasi Tegangan (dB)
Vout = Tegangan sinyal yang dikirim (watt)
Vin = Tegangan sinyal yang diterima (watt)
(www.searchnetworking.techtarget.com/definition/attenuation)
26
2. Hamburan (Scattering)
Penghamburan yang terjadi saat lintasan yang dilalui gelombang
elektromagnetik
mengandung
objek
yang
berdimensi
kecil
27
3. Bending
Ada dua jenis pembengkokan yang menyebabkan rugi - rugi dalam
fiber, yaitu pembengkokan mikro (microbending) dan pembengkokan
makro (macrobending). Keduanya timbul karena alasan yang berbeda,
dan menimbulkan rugi - rugi dengan dua macam mekanisme yang
berbeda pula. Pembengkokan mikro adalah suatu pembengkokan
mikroskopis dari inti fiber yang disebabkan oleh laju penyusutan
28
(contraction) thermal yang sedikit berbeda antara bahan inti dan bahan
pelapis. Pembengkokan mikro dapat juga timbul bila fiber berulang
kali digulung menjadi suatu kabel fiber majemuk (multifiber cable),
atau
bila
digulung
pada
kelos
kelos
untuk
memudahkan
................................................................(1)
maka
L = -10 Log
........................................(2)
Dengan :
Pin = Daya yang dimasukkan ke dalam serat optik (watt)
Pout = Daya yang dipancarkan oleh sumber cahaya (watt)
= Efisiensi penyambungan
atau
L= -10 log n
..........................................(3)
Dengan
..............................(4)
29
Dimana :
L = Rugi-rugi (dB)
d = Lebar antara sambungan (m)
a = Lebar kabel fiber (cm)
= effisiensi
(www.eprints.undip.ac.id/25571/1/ML2F303466.pdf)
Prosedur Pengukuran
30
Attenuator
3 dB
Power Splitter
RF Signal
Generator
Oscillator
Spectrum Analyzer
31
Data Percobaan
Tabel 3.1. Hasil Pengukuran Output dengan Attenuasi 3dB
Signal Generator
Frekuens
i (Hz)
Output
(dBm)
Spectrum Analyzer
Daya
(W)
Tegangan
(V)
Oscilloscope
Frekuens
i
(Hz)
Amp
(V)
Vpp
(V)
32
1M
50 M
100 M
150 M
200 M
250 M
300 M
350 M
450 M
33
Frekuens
i (Hz)
Output
(dBm)
1M
50 M
100 M
150 M
200 M
250 M
300 M
350 M
450 M
Spectrum Analyzer
Daya
(W)
Tegangan
(V)
Oscilloscope
Frekuens
i
(Hz)
Amp
(V)
Vpp
(V)
34
Output
(dBm)
1M
50 M
100 M
150 M
Spectrum Analyzer
Daya
(W)
Tegangan
(V)
Oscilloscope
Frekuens
i
(Hz)
Amp
(V)
Vpp
(V)
35
200 M
250 M
300 M
350 M
450 M
Spectrum Analyzer
Oscilloscope
36
Frekuens
i
(Hz)
Output
(dBm)
115 K
116 K
117 K
118 K
119 K
120 K
121 K
122 K
123 K
124 K
125 K
126 K
127 K
Daya
(W)
Tegangan
(V)
Frekuens
i
(Hz)
Amp
(V)
Vpp
(V)
37
128 K
129 K
130 K
131 K
132 K
133 K
134 K
135 K
Tabel 3.5. Hasil Pengukuran Output dengan RF Signal Generator 1dBm (A= 3dB)
Signal Generator
Frekuens
i
(Hz)
Output
(dBm)
115 K
Spectrum Analyzer
Daya
(W)
Tegangan
(V)
Oscilloscope
Frekuens
i
(Hz)
Amp
(V)
Vpp
(V)
38
116 K
117 K
118 K
119 K
120 K
121 K
122 K
123 K
124 K
125 K
126 K
127 K
128 K
129 K
130 K
39
131 K
132 K
133 K
134 K
135 K
Tabel 3.6. Hasil Pengukuran Output dengan RF Signal Generator 2dBm (A= 3dB)
Signal Generator
Frekuens
i (Hz)
Output
(dBm)
115 K
116 K
117 K
118 K
Spectrum Analyzer
Daya
(W)
Tegangan
(V)
Oscilloscope
Frekuens
i
(Hz)
Amp
(V)
Vpp
(V)
40
119 K
120 K
121 K
122 K
123 K
124 K
125 K
126 K
127 K
128 K
129 K
130 K
131 K
132 K
133 K
41
134 K
135 K
Tabel 3.7. Hasil Pengukuran Output dengan RF Signal Generator 3dBm (A= 3dB)
Signal Generator
Frekuens
i (Hz)
Output
(dBm)
115 K
116 K
117 K
118 K
119 K
120 K
121 K
Spectrum Analyzer
Daya
(W)
Tegangan
(V)
Oscilloscope
Frekuens
i
(Hz)
Amp
(V)
Vpp
(V)
42
122 K
123 K
124 K
125 K
126 K
127 K
128 K
129 K
130 K
131 K
132 K
133 K
134 K
135 K
43
Tabel 3.8. Hasil Pengukuran Output dengan RF Signal Generator 4dBm (A= 3dB)
Signal Generator
Frekuens
i (Hz)
Output
(dBm)
115 K
116 K
117 K
118 K
119 K
120 K
121 K
122 K
123 K
124 K
Spectrum Analyzer
Daya
(W)
Tegangan
(Volt)
Oscilloscope
Frekuens
i
(Hz)
Amp
(V)
Vpp
(V)
44
125 K
126 K
127 K
128 K
129 K
130 K
131 K
132 K
133 K
134 K
135 K
Tabel 3.9. Hasil Pengukuran Output dengan RF Signal Generator 5dBm (A= 3dB)
Signal Generator
Spectrum Analyzer
Oscilloscope
45
F (Hz)
Output (dBm)
115 K
116 K
117 K
118 K
119 K
120 K
121 K
122 K
123 K
124 K
125 K
126 K
127 K
128 K
P (W)
V (Volt)
F(Hz)
Amp (V)
Vpp
46
129 K
130 K
131 K
132 K
133 K
134 K
135 K
Frekuens
i (Hz)
Output
(dBm)
115 K
116 K
Spectrum Analyzer
Daya
(W)
Tegangan
(V)
Oscilloscope
Frekuens
i
(Hz)
Amp
(V)
Vpp
(V)
47
117 K
118 K
119 K
120 K
121 K
122 K
123 K
124 K
125 K
126 K
127 K
128 K
129 K
130 K
131 K
48
132 K
133 K
134 K
135 K
Frekuens
i (Hz)
Output
(dBm)
115 K
-1
116 K
-1
117 K
-1
118 K
-1
119 K
-1
Spectrum Analyzer
Daya
(W)
Tegangan
(V)
Oscilloscope
Frekuens
i
(Hz)
Amp
(V)
Vpp
(V)
49
120 K
-1
121 K
-1
122 K
-1
123 K
-1
124 K
-1
125 K
-1
126 K
-1
127 K
-1
128 K
-1
129 K
-1
130 K
-1
131 K
-1
132 K
-1
133 K
-1
134 K
-1
50
135 K
-1
Frekuens
i (Hz)
Output
(dBm)
115 K
-2
116 K
-2
117 K
-2
118 K
-2
119 K
-2
120 K
-2
121 K
-2
122 K
-2
123 K
-2
Spectrum Analyzer
Daya
(W)
Tegangan
(V)
Oscilloscope
Frekuens
i
(Hz)
Amp
(V)
Vpp
(V)
51
124 K
-2
125 K
-2
126 K
-2
127 K
-2
128 K
-2
129 K
-2
130 K
-2
131 K
-2
132 K
-2
133 K
-2
134 K
-2
135 K
-2
52
Signal Generator
Frekuens
i (Hz)
Output
(dBm)
115 K
-3
116 K
-3
117 K
-3
118 K
-3
119 K
-3
120 K
-3
121 K
-3
122 K
-3
123 K
-3
124 K
-3
125 K
-3
126 K
-3
Spectrum Analyzer
Daya
(W)
Tegangan
(Volt)
Oscilloscope
Frekuens
i
(Hz)
Amp
(V)
Vpp
(V)
53
127 K
-3
128 K
-3
129 K
-3
130 K
-3
131 K
-3
132 K
-3
133 K
-3
134 K
-3
135 K
-3
Frekuens
i (Hz)
Output
(dBm)
115 K
-4
Spectrum Analyzer
Daya
(W)
Tegangan
(V)
Oscilloscope
Frekuens
i
(Hz)
Amp
(V)
Vpp
(V)
54
116 K
-4
117 K
-4
118 K
-4
119 K
-4
120 K
-4
121 K
-4
122 K
-4
123 K
-4
124 K
-4
125 K
-4
126 K
-4
127 K
-4
128 K
-4
129 K
-4
130 K
-4
55
131 K
-4
132 K
-4
133 K
-4
134 K
-4
135 K
-4
Frekuens
i (Hz)
Output
(dBm)
115 K
-5
116 K
-5
117 K
-5
118 K
-5
Spectrum Analyzer
Daya
(W)
Tegangan
(Volt)
Oscilloscope
Frekuens
i
(Hz)
Amp
(V)
Vpp
(V)
56
119 K
-5
120 K
-5
121 K
-5
122 K
-5
123 K
-5
124 K
-5
125 K
-5
126 K
-5
127 K
-5
128 K
-5
129 K
-5
130 K
-5
131 K
-5
132 K
-5
133 K
-5
57
134 K
-5
135 K
-5
Output
(dBm)
115 K
-6
116 K
-6
117 K
-6
118 K
-6
119 K
-6
120 K
-6
121 K
-6
Spectrum Analyzer
Daya
(W)
Tegangan
(V)
Oscilloscope
Frekuens
i
(Hz)
Amp
(V)
Vpp
(V)
58
122 K
-6
123 K
-6
124 K
-6
125 K
-6
126 K
-6
127 K
-6
128 K
-6
129 K
-6
130 K
-6
131 K
-6
132 K
-6
133 K
-6
134 K
-6
135 K
-6
59
JOB IV
PENGUKURAN DISTORSI HARMONISA SINYAL RF
Tujuan :
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mengukur dan mengamati harmonisa harmonisa sinyal RF
2. Mengukur dan mengamati harmonisa sinyal RF dengan menggunakan
signal generator, function generator dan melihat perbedaannya .
Perangkat Atau Alat Yang Dibutuhkan
Signal Generator
Digital Phospor Oscilloscope
Spectrum Analyzer
Power Splitter
Function Generator
Kabel kabel konektor
Dasar Teori
RF signal generator akan menghasilkan sinyal fundamental dengan
persamaan fungsi sinyal sinusoidal dasar.
F(t) = A0 Cos
F(t) = A0 Sin
Atau
Dimana :
A0
60
: Frekuensi fundamental
Secara praktis sebetulnya sinyal yang dihasilkan oleh sinyal RF generator
bukan hanya sinyal fundamental, akan48tetapi akan diikuti oleh sinyal distorsi.
Sinyal distorsi merupakan sinyal lain yang ikut dibangkitkan selain sinyal
fundamental. Distorsi sinyal ada dua macam yaitu :
1. Distorsi tidak berurutan
2. Distorsi berurutan
Distorsi tidak beraturan biasanya dikategorikan sebagai gangguan yaitu
berupa noise atau derau yang dihasilkan peralatan. Adapun distorsi beraturan
didefinisikan sebagai distorsi sinyal kelipatan deret angka dari frekuensi yang
dihasilkan. Pada proses-proses tertentu distorsi beraturan ini dapat dimanfaatkan.
Distorsi beraturan ini juga dikenal dengan istilah distorsi harmonisa (harmonic
distorsion).
Persamaan fungsi sinyal dengan distorsi tidak beraturan digambarkan oleh
fungsi sinusoidal tak beraturan dari deret Fourier.
F(t) = A0 Cos
t + At Cos
t + ............ B1 Sin
t + B2 Sin
t + At Cos
t+ .................. +AnCos
Dimana :
A0 Cos
Fungsi fundamental
At Cos
Fungsi harmonisa ke 1
61
A2Cos
Fungsi harmonisa ke 2
AnCos
Fungsi harmonisa ke n
2
F1 = 2F0
F2 = 3F0
(n+1)
F0
Fn = (n+1)F0
Frekuensi fundamental
F1
F2
Frekuensi Harmonisa
F
3
Ha
F4
Harmonisa
Harmonisa adalah distorsi periodik dari gelombang sinus tegangan, arus
atau daya dengan bentuk gelombang yang frekuensinya merupakan kelipatan
diluar bilangan satu terhadap frekuensi fundamental pada mana sistem suplai
dirancang beroperasi (frekuensi 50 Hz).
Bentuk gelombang yang terdistorsi merupakan penjumlahan dari
gelombang fundamental dan gelombang harmonisa (h1, h2, dan seterusnya) . Pada
Gambar 2.1 di bawah ini dapat dilihat bentuk gelombang terdistorsi, gelombang
fundamental dan komponen harmonisanya (harmonisa ketiga).
62
Gelombang Fundamental
Gelombang Harmonisa ke 3
Gelombang Fundamental + Gelombang Harmonisa ke 3
Makin banyak harmonisa diikut sertakan, kurva makin mendekati bentuk persegi
atau bentuk gelombang makin menyimpang dari bentuk sinusoidal.
Distorsi Harmonisa
Distorsi harmonisa adalah setiap perubahan dalam bentuk sinyal yang
tidak disengaja dan secara umum tidak diinginkan. Harmonisa menyebabkan
distorsi pada bentuk gelombang fundamental tegangan dan arus. Distorsi
harmonisa timbul akibat karakteristik nonlinier alat dan beban pada sistem tenaga.
Peralatan ini dimodelkan sebagai sumber arus yang menginjeksikan arus
harmonisa kedalam sistem tenaga.
Distorsi harmonisa timbul sebagaimana arus ini menyebabkan tegangan
non linier pada impedansi sistem.Distorsi harmonisa timbul akibat banyaknya
pelanggan beban non linier. Berikut ini diperlihatkan bagaimana gelombang arus
menjadi cacat karena harmonisa seperti terlihat pada Gambar 2.2 berikut ini :
63
Persamaan Harmonisa
Gelombang harmonisa dan terdistorsi merupakan gelombang kontinu dan
periodik
sehingga
sesuai
dengan
deret
Fourier
seperti
Persamaan
Harmonisa
Total
atau
..................................(2.3)
64
.........
.....................................(2.4)
Dimana :
= I2 2 + I32 + I42 + I52 + I62 + I72 + ..................+ I
THDi=
......................................................................................(2.5)
..................
..................(2.6)
Dimana :
It
: Orde harmonisa
I1
Ih
Prosedur Pengukuran
1. Siapkan semua peralatan yang dibutuhkan dan pastikan semua peralatan
dalam kondisi baik.
2. Buat rangkaian pengukuran sebagai berikut (semua peralatan dalam
kondisi off dan skala alat ukur dalam posisi aman).
65
Oscilloscope
Power Splitter
Spectrum Analyzer
Oscilloscope
Power Splitter
Spectrum Analyzer
Gambar 4.4 Rangkaian Percobaan Dengan Function Generator
66
Data Percobaan :
Tabel 4.1 Pengukuran Harmonisa Sinyal RF dengan RF Signal Generator
Signal Generator
Frekuensi
Output
500KHz
0 dBm
750KHz
0 dBm
1MHz
0 dBm
2MHz
0 dBm
3MHz
0 dBm
Spectrum Analyzer
P1(W)
P2(W)
P3(W)
V1
Oscilloscope
V2
V3
F(Hz)
Amplitudo
67
Vpp
4MHz
0 dBm
5MHz
0 dBm
40MHz
0 dBm
60MHz
0 dBm
80MHz
0 dBm
100MHz
0 dBm
120MHz
0 dBm
160MHz
0 dBm
180MHz
0 dBm
200MHz
0 dBm
300MHz
0 dBm
350MHz
0 dBm
400MHz
0 dBm
Tabel 4.2 Pengukuran Harmonisa Sinyal RF dengan RF Function Generator
Signal Generator
Frekuensi
Output
500KHz
0 dBm
750KHz
0 dBm
1MHz
0 dBm
2MHz
0 dBm
3MHz
0 dBm
4MHz
0 dBm
Spectrum Analyzer
P1(W)
P2(W)
P3(W)
V1
Oscilloscope
V2
V3
F(Hz)
Amplitudo
68
Vpp
5MHz
0 dBm
JOB V
PENGUKURAN SINYAL AM
Tujuan
1. Memahami prinsip kerja modulasi AM
2. Mengamati perubahan sinyal AM, bila:
a. Informasi diubah
b. Carrier diubah
3. Mengamati perubahan sinyal AM, bila RF output tegangan sinyal
generator diubah.
Teori Dasar
Modulasi dapat didefinisikan sebagai proses dimana beberapa karakteristik
dari gelombang dengan frekuensi yang relatif tinggi, yang dinamakan
pembawa(carrier), berubah sehubungan dengan harga sesaat dari frekuensi
rendah,
yang
dinamakan
gelombang-gelombang
pemodulasi
(sinyal
informasi).
Modulasi amplitudo adalah proses memodulasi sinyal informasi (frekuensi
rendah)
pada
gelombang frekuensi
tinggi dengan
mengubah-
pemodulasi
berbentuk
sinusoidal dan
mempunyai
bentuk
praktek,
perbandingan
ke
70
71
72
Power (Watt)
73
f lsb
fc
f usb
Frekuensi (Hz)
Macam-macam modulasi AM :
Ada beberapa variasi nilai m, diantaranya:
1. Tanpa modulasi ketika
=0
74
= 1. Tetapi
bervariasi dari nol sampai dua kali amplitudo sinyal carrier (sebelum
modulasi).
75
=1
4. Overmodulasi
terjadi
ketika
>
1.
Overmodulasi
akan
>1
.
Prosedur pengukuran
1. Buat rangkaian pengukuran sebagai berikut :
(Semua peralatan dalam kondisi off).
76
fc = 1 MHz;
RF Output = 0 dBm;
Modulasi = 50 %.
Catat daya pada spectrum analyzer. Amati dan gambarkan bentuk
gelombangnya naik dan turunkan modulasinya. ( Tabel 5.1)
Catatan : Untuk mengatur frekueni informasi dari function generator
kembali, lepaskan dulu probe function generator yang terhubung
pada modulasi input dari sinyal generator. Setelah diatur baru
dihubungkan kembali pada sinyal generator.
6. Ulangi pengukuran untuk fm = 10 KHz dan
fc = 5, 10, 20, 30, 50, 80, dan 100 MHz;
RF Output = 0 dBm dan
Modulasi = 50%.
Catat daya pada spectrum analyzer (Tabel 5.2). Amati dan gambarkan bentuk
gelombangnya, naik dan turunkan modulasinya cata apa yang terjadi.
7. Ulangi pengukuran 5 dan 6 untuk RF output = 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 dBm.
fm
= 10 KHz;
fc
= 80 MHz.
Amati apa yang terjadi dan gambarkan bentuk gelombangnya. (Tabel 5.3)
8. Ulangi kembali pengukuran 5 dan 6 untuk RF output= -1, -2, -3, -4, -5, -6,
-7, -8, -9 dan -10 dBm;
fm
= 15 KHz;
fc
= 50 MHz.
Amati apa yang terjadi dan gambarkan bentuk gelombangnya. (Tabel 5.4)
9. Jelaskan apa yang terjadi pada gelombang AM jika :
a. Informasi di ubah-ubah
b.Carier di ubah-ubah
c. RF output di ubah-ubah
d. Modulasi diubah-ubah
78
Data Percobaan:
Tabel 5.1 Hasil Percobaan Berbagai Variasi Fm
Function
Generator
Fm (KHz)
Sinyal Generator
Fc
RF
(MHz)
Output
Spektrum
Osiloskop
Analyzer
(Gambar
P (W)
Gelombang)
(dBm)
5
10
15
20
79
Sinyal Generator
RF
Fc
Output
(MHz)
(dBm)
10
10
10
10
15
10
20
10
30
10
50
10
80
10
100
Spektrum
Analyzer
P (W)
Osiloskop
(Gambar Gelombang)
80
Sinyal Generator
Fc
RF Output
(KHz)
(MHz)
(dBm)
10
80
10
80
10
80
10
80
10
80
10
80
Spektrum
Analyzer
P (W)
Osiloskop
(Gambar Gelombang)
81
Function
Generator
Fm
Sinyal Generator
Analyzer
Fc
RF Output
(MHz)
(dBm)
15
50
-1
15
50
-2
15
50
-3
15
50
-4
15
50
-5
15
50
-6
15
50
-7
15
50
-8
15
50
-9
15
50
-10
(KHz)
Osiloskop
(Gambar Gelombang)
P (W)
82
JOB VI
PENGUKURAN AMPLIFIER RF
Tujuan :
1. Mengukur daya input amplifier.
2. Mengukur daya output amplifier.
3. Menghitung gain amplifier RF.
Teori Dasar
Power
amplifierRFadalah
mengkonversiberdaya
jenispenguatelektronikdigunakan
rendahsinyalfrekuensiradiomenjadi
sinyalyang
untuk
lebih
losspada
inputdanoutput,keuntunganyang
baik,
83
Buffer Amplifier
71
Driver Amplifier
Final Amplifier
84
85
dengan hasil yang lebih efisien dengan penggunaan yang cermat pada
pemetaan memori virtual dan perlindungan halaman copy-on-write.
2. Driver Amplifier
Driver Amplifier merupakan penggerak komponen elektronika yang
dipakai untuk menguatkan daya secara umum. Daya Amplifier sendiri
adalahsebuah sirkuit listrikatau komponenelektronik lainnyayang digunakanuntuk
mengendalikansirkuit lain.Mereka biasanyadigunakan untuk mengaturarus yang
mengalirmelalui
sepertikomponen
seringdigunakan,
rangkaianataudigunakan
lainnya,
beberapa
misalnya,
untuk
mengontrolfaktor-faktorlain
perangkatdi
untuksirkuit
sirkuit.
Istilah
ini
terpadukhususyang
86
konstanyang
membuatkomponenterpasangberoperasi
dalamberbagaiteganganinput.
87
lain.
Misalnyadalampower
membutuhkangain
melepaskanbasistransistorberikutdengan
arus,
cepat,
amplifiertransistor,
seringkemampuanuntuk
dan
rendahimpedansi
3. Final Amplifier
Final Amplifier merupakan rangkaian penguat akhir pada sistem audio.
Penggerak (driver), berupa rangkaian penguat tegangan dengan penguatan yang
besar. Pengaturan titik kerja penguat pada klasifikasi kelas A. Penguat arus,
berupa rangkaian penguat daya dengan penguatan yang tidak terlalu besar, bahkan
penguatannya mendekati satu. Agar mencapai effisiensi kerja yang besar, maka
pengaturan kerjanya pada klasifikasi kelas AB mendekati kelas B. Rangkaian
penguat daya dibuat kelas AB agar mencegah terjadinya cacat silang (Cross Over
Distortion). Daya umum pada Final Amplifier berkisar 500 watt - 1000 watt.
88
Gain Amplifier
Jika amplifier diberi sinyal input yang tetap dalam keadaan aktif dengan
catu yang normal maka amplifier akan memperkuat sinyal input dengan gain
tertentu. Jika pemberian sinyal dimulai dari frekuensi dasar dan dinaikkan terus
maka gain yang dihasilkan sekarusnya tidak berubah sampai pada suatu batasan
frekuensi tertentu.
89
90
Data Percobaan :
Tabel 6.1. Tabel Pengukuran Dengan MenggunakanSpectrum Analyzer
No.
Function Generator
F (Hz)
100 K
200 K
300 K
400 K
500 K
600 K
700 K
800 K
900 K
10
1M
11
2M
Spectrum Analyzer
Pin (W)
Pout (W)
G
( dB )
Gambar
Gelombang
91
12
3M
13
4M
14
5M
92
No.
Function Generator
F (Hz)
100 K
200 K
300 K
400 K
500 K
600 K
700 K
800 K
900 K
10
1M
11
2M
12
3M
Spectrum Analyzer
Vin (Volt)
Vout (Volt)
G
( dB )
Gambar
Gelombang
93
13
4M
14
5M
JOB VII
FILTER RF
Tujuan
1. Memahami design dan Built Up Filter LPF
2. Memahami design dan Built Up Filter HPF
3. Memahami design dan Built Up Filter BPF
4. Mengukur dan mengamati frekuensi respon filter LPF, HPF dan BPF
5. Mengukur dan mengamati attenuasi filter LPF, HPF dan BPF
Alat-Alat / Bahan yang dibutuhkan
a. Bahan-Bahan / Komponen
Single Coppes Layer PCB
Spidol Water Proof
Ferri Cloride
Kapasitor (Vasco)
Induktor (lilit sendiri)
Terminal BNC
Timah Solder
b. Alat
Sinyal Generator
Spectrum Analyzer
Kabel Konektor
Filter LPF, HPF dan BPF (hasil perancangan)
94
Teori Dasar
Filter merupakan perangkat pasif yang berfungsi melewatkan / meloloskan
sinyal dengan frekuensi tertentu dan menahan frekuensi lainnya. Secara umum
filter RF hanya di desain / dibuat dari komponen induktor dan kapasitor.
80
Rangkaian filter ada 3 macam yaitu:
a. Rangkaian Filter LPF
Low Pass Filter secara umum didefinisikan sebagai filter yang melewatkan
sinyal dengan frekuensi di bawah frekuensi cut off. Low Pass Filter (LPF) atau
Filter Lolos Bawah adalah filter yang hanya melewatkan sinyal dengan
frekuensi yang lebih rendah dari frekuensi cut-off (fc) dan akan melemahkan
sinyal dengan frekuensi yang lebih tinggi dari frekuensi cut-off (fc).
Pada filter LPF yang ideal sinyal dengan frekuensi diatas frekuensi cut-off
(fc) tidak akan dilewatkan sama sekali (tegangan output = 0 volt). Rangkaian
low pass filter RC merupakan jenis filter pasif, dengan respon frekuensi yang
ditentukan oleh konfigurasi R dan C yang digunakan. Rangkaian dasar LPF
dan grafik respon frekuensi LPF sebagai berikut.
95
96
97
98
Tabel 7.2 adalah daftar nilai prototype Lowpass untuk model butterworth untuk
variasi perbandingan impedansi (RS/RL). Data sekematik yang ditunjukkan pada
Tabel 7.2 digunakan saat RS/RL sudah dihitung, dan nilai elemen dapat dibaca dari
atas ke bawah.
99
100
2. Filter Chebyshev
Model filter chebyshev adalah model filter Q-tinggi tang digunakan saat :
1. Kemiringan atenuasi menjadi lebih tinggi pada bandstop dibutuhkan.
2. Karakteristik bandpass tidak lagi harus konstan.
Dengan kebutuhan tipe ini, adanya ripple yang mungkin terjadi pada
bandpass. Sebagai penjelasan ripple lebih lanjut, kemiringan amplitudo di
awal dari bandstop bertambah, dan menghasilkan gelombang atau attenuasi
yang lebih kotak saat di bandingkan dengan gelombang yang dihasilkan pada
model butterworth. Perbandingan ini dapat dilihat pada gambar 7.9. Kedua
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
3. Filter Bessel
Pada
prototype
lowpass
normal,
nilai
resistor
sumber
harus
111
112
Desain
Desain Low Pass Filter
Berapa banyak elemen yang dibutuhkan untuk mendesain filter Butterworth
dengan frekuensi cutoff 50 MHz, jika filter harus memberikan sekurangkurangnya 50 dB dari atenuansi 150 MHz?
Penyelesaian
113
Untuk
mencari
nilai
komponen
pada
transformasi
HPF, dapat
C=
................................................(7-1)
dan
L=
............................................. (7-2)
Dimana ;
C = nilai akhir kapasitor
L = nilai akhir induktor
Cn = nilai kapasitor pada prototipe lowpass
Ln = nilai induktor pada prototipe lowpass
R = Nilai akhir resistor beban
Fc = frekuensi cutoff fix
Desain Bandpass Filter
Dari prototype rangkaian Low pass dan kurva karakteristik yang telah
dijelaskan sebelumnya, dapat pula digunakan pada perancangan bandpass. Kita
dapat menggunakan cara dan metode transformasi yang sama seperti transformasi
yang telah dijelaskan pada High pass filter.
Untuk melengkapi desain yang telah didapat, kita akan mencari nilai asli dari
elemen elemen pada prototipe BPF dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut :
115
Untuk Paralel :
Untuk Seri :
C=
.................... (7-3)
L=
.................... (7-4)
C=
.................... (7-5)
L=
.....................(7-6)
Dimana :
C = nilai akhir kapasitor
L = nilai akhir induktor
Cn = nilai kapasitor pada prototipe bandpass
Ln = nilai induktor pada prototipe bandpass
R = Nilai akhir resistor beban
fc = frekuensi cutoff fix
B = bandwidth pada desain akhir. Sebesar 3 dB.
Ringkasan dari prosedur perancangan bandpass filter
a. Ubah nilai bandpass menjadi sama dengan nilai lowpass menggunakan
persamaan
b. Kembali pada kurva attenuasi pada lowpass yang disediakan untuk mencari
respon dari titik pertemuan dari nilai yang didapat pada langkah 1.
116
c. Cari respon yang tepat dari lowpass prototipe dan masukkan dalam
rancangan.
d. Ubah rangkaian lowpass menjadi rangkaian bandpass.
e. Cari skala nilai dari konfigurasi bandpass yang telah didapat pada langkah 3
pada impedansi dan frekuensi menggunakan persamaan 7-3 sampai 7-6
Contoh desain
1.
Penyelesaian
Buatlah dua terminal dari RL = 1 yang akan menghasilkan nilai RS= 0,5
. Untuk nilai prototype low pass filter n = 4. Terlihat disana rasio R S/RL = 0,5.
Pilihan kedua untuk mengambil nilai RL/RS = 2, dan baca dari atas ke bawah tabel
menggunakan bagan bawah tabel seperti bentuk nilai prototype low pass. Ini
mendekati hasil daerah prototype low pass dari Gambar 7.14.
2. Temukan atenuansi dari 4 elemen, dengan ripple 2,5 dB, low pass filter
Chebyshev
= 2,5.
117
Penyelesaian ;
Pertama-tama seleksi parameternya:
=
= 0,882
Lalu cari (
]= 0,1279
Cn
=8
-8
) = 2,52
+1
= 8 ( 2,5204 )4 8 ( 2,5204 )2 + 1
= 273,05
Sekarang evaluasi persamaan akhirnya
AdB
= 10 log 10
118
= 47,63 dB
Jadi,
adalah 2,5 anda bisa menganti 47,63 dB dari atenuansi untuk filter
ini
3. Cari nilai prototype low pass filter n = 5, ripple 0.1 dB, filter chebychev jika
resistansi sumber dirancang 50 dan memuat resistansi 250 .
Penyelesaian ;
Normalkan sumber dan muatan resistor menghasilkan R S/RL = 0,2. Lihat pada
Tabel 7.7. Untuk ripple 0.1 dB dengan n = 5 dan R S/RL = 0,2 menghasilkan nilai
yang ditunjukkan pada Gambar 7.15.
= 45 pF
119
C3 =
= 116 pF
C5 =
= 100 pF
L2 =
= 235 nH
L4 =
= 291 nH
Resistansi sumber diukur dengan mengalikan nilai asli Rs dengan nilai resistor
beban.
Rs (final) = 0.2 (250) = 50 Ohms
Bentuk rangkaian akhirnya dapat dilihat pada gambar 7.16.
Penyelesaian
Untuk membuat nilai konstan yang maksimal, bentuk bandpass dengan
karakteristik Butterworth adalah bentuk yang paling sempurna.langkah utama
dalam proses adalah mencari rasio R dan f. Maka,
= 0,1
=3
Dari Tabel 7.7, dapat kita lihat bahwa rasio R dan rasio f dengan nilai diatas
menghasilkan prototype dengan jumlah elemen 7.
L2 =
= 21 pF
= 152 nH
Hasil akhirnya :
C3 = 97 pF
121
C5 = 153 pF
C7 = 143 pF
L4 = 323 nH
L6 = 414 nH
Rs = 50 ohms
RL = 500 ohms
Gambar 7.18 memperlihatkan bentuk akhir dari rangkaian lowpass yang kita buat.
122
=2
Dengan rasio yang telah kita dapatkan, carilah respon filter pada gambar 7.12.
yaitu grafik respon attenuasi daro 0.5-dB-ripple filter chebyshev. Lalu kita
dapatkan bahwa nilai n = 5. Dengan demikian, kita dapat mencari nilai prototype
yang akan dicari.
Dari Tabel 7.9, kita dapatkan bentuk dan nilai prototype lowpass seperti pada
gambar 7.20.(A). Namun, karena nilai
dibalik, dengan posisi nilai elemen yang tetap (tidak berubah). Hal ini dengan
melihat tabel dari bawah ke atas. Prototype yang kita dapatkan adalah prototype
untuk lowpass. Sedangkan yang akan dibuat adalah highpass. Yang artinya
terlebih dahulu kita transformasikan menjadi prototype lowpass. Seperti gambar
7.20.(B). Proses terakhir dalam perancangan filter yaitu mencari nilai absolut dari
masing masing elemen. Berikut contoh perhitungan dari filter yang telah dibuat:
C1 =
= 4.9 pF
123
= 611 nH
124
Bandpass ripple = 1 dB
Rs = 50 ohms
RL = 100 0hms
Penyelesaian :
Dengan menggunakan persamaan ini, kita dapatkan :
=5
Subtitusikan nilai tersebut untuk mewakili nilai pada kurva attenuasi lowpass
pada respon chebyshev 1-dB-ripple pada gambar 7.13. Dapat kita lihat nilai
elemen yang didapat dengan ketentuan tersebut adalah 3 elemen yang akan
menghasilkan attenuasi sebesar 50 dB pada nilai = 5 adalah lebih dari sempurna.
Kemudian nilai elemen yang sesuai dengan filter ini dapat dilihat pada tabel
7.12untuk Rs/RL = 0,5 dan n=3. Prototype lowpass yang didapat dapat dilihat pada
gambar 7.21.A kemudian 7.21.B untuk prototipe yang sudah ditransformasikan
dari lowpass ke bandpass. Cara mentransformasikannya dapat dilihat pada gambar
7.21.C. Lalu dengan menggunakan rumus 7-3 sampai 7-6, kita dapat mencari nilai
asli dari elemen elemen filter tersebut.
C1 =
L2 =
C1 =
= 1007 pF
= 4.47 nH
= 2.4 pF
125
L2 =
= 1,86 H
Hasil lainnya :
C3 = 504 pF
L3 = 8.93 nH
Prosedur Pengukuran
a. Siapkan semua peralatan yang dibutuhkan dan pastikan semua peralatan
dalam kondisi baik.
126
127
Data Percobaan
Tabel 7.1. Pengukuran Filter Butterworth LPF
No.
Frekuensi
Pout
Spectrum Analyzer
(MHz)
(dBm)
(dB)
(Gambar Gelombang )
10
20
30
40
50
60
70
80
90
10
100
11
110
12
120
13
130
14
140
15
150
16
160
17
170
18
180
19
190
128
20
200
21
210
22
220
23
230
24
240
25
250
26
260
27
270
28
280
29
290
30
300
129
Frekuensi
Pout
Spectrum Analyzer
(MHz)
(dBm)
(dB)
(Gambar Gelombang )
10
20
30
40
50
60
70
80
90
10
100
11
110
12
120
13
130
14
140
15
150
16
160
17
170
18
180
19
190
20
200
130
21
210
22
220
23
230
24
240
25
250
26
260
27
270
28
280
29
290
30
300
No.
Frekuensi
Pout
Spectrum Analyzer
(MHz)
(dBm)
(dB)
(Gambar Gelombang )
10
20
30
40
50
60
70
80
90
10
100
11
110
12
120
13
130
14
140
15
150
16
160
17
170
18
180
19
190
20
200
132
21
210
22
220
23
230
24
240
25
250
26
260
27
270
28
280
29
290
30
300
133
No.
Frekuensi
Pout
Spectrum Analyzer
(MHz)
(dBm)
(dB)
(Gambar Gelombang )
10
20
30
40
50
60
70
80
90
10
100
11
110
12
120
13
130
14
140
15
150
16
160
17
170
18
180
19
190
20
200
134
21
210
22
220
23
230
24
240
25
250
26
260
27
270
28
280
29
290
30
300
135
Frekuensi
Pout
Spectrum Analyzer
(MHz)
(dBm)
(dB)
(Gambar Gelombang )
10
20
30
40
50
60
70
80
90
10
100
11
110
12
120
13
130
14
140
15
150
16
160
17
170
18
180
19
190
20
200
136
21
210
22
220
23
230
24
240
25
250
26
260
27
270
28
280
29
290
30
300
137
Frekuensi
Pout
Spectrum Analyzer
(MHz)
(dBm)
(dB)
(Gambar Gelombang )
10
20
30
40
50
60
70
80
90
10
100
11
110
12
120
13
130
14
140
15
150
16
160
17
170
18
180
19
190
20
200
138
21
210
22
220
23
230
24
240
25
250
26
260
27
270
28
280
29
290
30
300
No.
Frekuensi
Pout
Spectrum Analyzer
(MHz)
(dBm)
(dB)
(Gambar Gelombang )
10
20
30
40
50
60
70
80
90
10
100
11
110
12
120
13
130
14
140
15
150
16
160
17
170
18
180
19
190
20
200
140
21
210
22
220
23
230
24
240
25
250
26
260
27
270
28
280
29
290
30
300
141
Frekuensi
Pout
Spectrum Analyzer
(MHz)
(dBm)
(dB)
(Gambar Gelombang )
10
20
30
40
50
60
70
80
90
10
100
11
110
12
120
13
130
14
140
15
150
16
160
17
170
18
180
19
190
20
200
142
21
210
22
220
23
230
24
240
25
250
26
260
27
270
28
280
29
290
30
300
143
Frekuensi
Pout
Spectrum Analyzer
(MHz)
(dBm)
(dB)
(Gambar Gelombang )
10
20
30
40
50
60
70
80
90
10
100
11
110
12
120
13
130
14
140
15
150
16
160
17
170
18
180
19
190
20
200
144
21
210
22
220
23
230
24
240
25
250
26
260
27
270
28
280
29
290
30
300
145
DAFTAR PUSTAKA
Haykin. 1991. Adaptive Filter Theory 2nd ed. Englewood Cliffs. NJ: PrenticeHall.
Hong, J.S. 2011. Microstrip Filters for RF/Microwave Applications 2nd ed. UK:
Wiley.
Chattopadhyay.C, Rakshit.P.C, Saha.B , Purkait.N.N.1989.Dasar Elektronika.
Depok: UI-PRESS.
Bowick.Chris.JhonBlyler,ChaerylA.2006.RFCircuitDesign.Oxford:Butterworthheynemann.
http://eprints.undip.ac.id/25571/1/ML2F303466.pdf (Tanggal Akses : 1 April
2014, Pukul : 15.47 wib)
www. Hi-technews.net (Tanggal Akses : 1 April 2014, pukul : 16.02 wib)
www.searchnetworking.techtarget.com/definition/attenuation (Tanggal Akses :6 .
April 2014, pukul : 14.50 wib)
http;//www.repository.usu.ac.id (Tanggal Akses: 13 April 2014, pukul: 19,54 wib)
http://www.qsl.net/wa1ion/tmb-1/tmb-1.htm(Tanggal Akses: 20 April
2014,Pukul: 19,04 wib)
http://elektronika-dasar.web.id/teori-elektronika/definisi-dan-prinsip-kerja
Penguatakhirfinalamplifier (Tanggal Akses: 24 April 2014, pukul: 19,33 wib)
http://www.linear.com/product/LT1739 (Tanggal Akses: 30 April 2014,
Pukul: 16,54 wib)
146