Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Era globalisasi yang terus berkembang ini, Indonesia sangat fokus dalam
memajukan negaranya, dengan berusaha mewujudkan masyrakat sehat, maju sejahtera.
Kemajuan terjadi pada segala bidang ilmu telah menghasilkan pencapaian hasil yang
positif, khususnya pada ilmu pengetahuan dan teknologi bidang medis yang dapat
meningkatkan kualitas kesehatan penduduk dan meningkatkan umur harapan hidup
manusia, yang pada akhirnya berdampak pada jumlah penduduk lansia yang meningkat
(Depkes, 2005).
Meningkatnya jumlah penduduk lansia dapat dilihat berdasarkan hasil prediksi
Badan Pusat Statistik Nasional persentase penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77
persen dari total penduduk pada tahun 2010 dan menjadi 11,34 persen pada tahun 2020.
Jumlah lanjut Usia Di Indonesia Penduduk Lanjut usia dua tahun terakhir menglami
peningkatan yang signifikan pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96
juta jiwa dan meningkat menjadi 20.547.541 pada tahun 2009. Badan kesehatan dunia
WHO bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai
angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang (Bappenas, 2012).
Jumlah penduduk lansia yang meningkat menunjukkan suatu ukuran kualitas
(kemakmuran) di suatu negara, dengan meningkatknya jumlah lansia Usia Harapan
Hidup suatu negara juga semakin meningkat. Usia harapan hidup di Indonesia pada
tahun 2009 terpantau pada angka 71 tahun dan diperkirakan akan meningkat mencapai
usia 73,7 tahun di tahun 2025 peningkatan tersebut juga diikuti dengan peningkatan
jumlah penduduk indonesia yang akan mencapai 273,65 juta jiwa. (Depkes, 2005)
Peningkatan angka harapan hidup dan bertambah jumlah lanjut usia disatu sisi
merupakan salah satu keberhasilan dalam pembangunan dan ekonomi, namun
keberhasilan tersebut mempunyai konsekuensi dan tanggung jawab baik pemerintah
maupun masyarakat untuk memberikan perhatian lebih serius, karena dengan
bertambahnya usia kondisi dan kemampuan lanjut usia untuk beraktivitas semakin
menurun (KomNasLansia,2010). Dalam hal ini dibutuhkan pemeliharaan serta
peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia berdaya
guna dan produktif.
Besarnya populasi lanjut usia serta pertumbuhan yang sangat cepat juga
menimbulkan berbagai permasalahan, sehingga lanjutusia perlu mendapatkan perhatian
yang serius dari semua sektoruntuk upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia. Untuk
menangani masalah tesebut, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan atau program
yang diterapkan oleh puskesmas (Effendy, 2000). Salah satu bentuk perhatian yang
serius terhadap lanjut usia adalah terlaksananya pelayanan pada lanjut usia melalui
kelompok (posyandu) lanjut usia yang melibatkan semua lintas sektor terkait, swasta,
LSM dan masyarakat. Salah satu wadahyang potensial di masyarakat adalah Posyandu
Lanjut Usia yang 3 dikembangkan oleh Puskesmas atau yang muncul dari aspirasi
masyarakat sendiri.
Posyandu Lansia merupakan suatu forum komunikasi, alih teknologi dan
pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai
strategis untuk pengembangan sumber daya manusia khususnya lanjut usia (Depkes,
2001). Pelaksanaan pelayanan kesehatan lansia di posyandu sangat tergantung kepada
sumber daya manusia (SDM) dalam organisasi, SDM yang turut berperan penting
menentukan kelancaran kegiatan posyandu adalah kader, karena kader posyandu
merupakan pelayan kesehatan (health provider) yang berada di dekat kegiatan sasaran
posyandu dan memiliki frekuensi tatap muka lebih sering daripada petugas kesehatan
lainnya (Heru, 1995).
Suatu organisasi tidak akan berjalan tanpa adanya keterlibatan unsur manusia
yang ada didalamnya karena manusia merupakan unsur yang dominan menentukan
keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi
(Siagian,2004). Dalam posyandu lansia kader merupakan suatu penggerak terpenting
dalam menjalakan tujuan yang dimiliki posyandu lansia tersebut. Tenaga kader 4 dalam
menjalankan pelayanan kesehatan di posyandu merupakan sumber daya yang penting
dan sangat dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang optimal (heru, 1995). Dalam hal ini,
kader posyandu lansia juga dituntut memberikan pelayanan yang optimal sehingga
kinerja yang dikeluarkan baik dan pengguna jasa pelayanan dalam hal ini lansia juga
dapat merasakan kenyamanan dalam posyandu lansia tersebut.
Pentingnya keaktifan seorang kader posyandu lansia juga tergambarkan dalam
sebuah hasil penelitian yang dilakukan di posyandu di daerah Kediri pada tahun 2012,
mengatakan bahwa ada pengaruh antara kinerja kader terhadap tingkat kemandirian
posyandu (Vensi, 2012). Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa kinerja kader
sangat mempengaruhi kualitas serta eksistensi dari posyandu lansia itu sendiri. Selain
penelitian di atas, pnelitian lain yang menjelaskan pentingnya kinerja kader dalam
posyandu lansia yaitu penelitian yang dilakukan di Kutai menjelaskan bahwa kinerja
kader dalam menggerakkan masyarakat sangat mempengaruhi kualitas pelayanan
posyandu tersebut(Arminiwati, 2010).
Kepuasan merupakan gambaran harapan seseorang terhadap pelayanan ataupun
jasa yang dirasakan apakah sesuai dengan harapan atau tidak (Irawan,2002). Dalam
posyandu lansia, lansia adalah pengunjung yang langsung merasakan bagaimana
posyandu memberikan pelayanan terhadap lansia dimana di dalamnya ada peran kader
untuk berusaha meningkatkan segala pelayanan serta kegiatan dalam pelaksanaan 5
posyandu lansia sehingga lansia merasakan harapan yang sesuai dengan yang diiginkan.
Dalam mengukur suatu pelayanan ada tiga variabel yaitu input, proses dan
output. Kepuasan terdapat pada variabel output yang sebelumnya dalam variabel proses
mencakup interaksi pemberi pelayanan dengan konsumen, kinerja masuk dalam
cakupannya, sehingga kinerja dengan kepuasan merupakan elemen yang saling terkait
satu sama lain (Donnabodien,1980). Kinerja yang diberikan akan menggambarkan
kepuasan para pengguna jasa/pelayanan.
Hasil Studi Pendahuluan yang dilakukan di posyandu lansia, kader dimasing-
masing posyandu lansia berjumlah 7 orang tetapi yang aktif sebanyak 4-5 orang,
pendataan lansia di posyandu dilakukan hanya setiap pelaksanaan diluar pelaksanaan
pendataan lansia jarang dilakukan sehingga, pencatatan kunjungan lansia hanya dicatat
berat badan ,tinggi badab serta keluhan yang terkadang keluhan pun dicatat oleh petugas
kesehatan. Jumlah lansia yang datang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.
Penyuluhan sosial jarang sekali dilakukan oleh kader, penyuluhan hanya
dilakukan jika petugas kesehatan datang ke posyandu lansia dan memberikan informasi
kepada kader, kegiatan-kegiatan diposyandu lansia hanya tergambar pada proses 5 meja
selebihnya tidak ada kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan lansia
seperti senam yang saat ini tidak pernah diadakan dan penyuluhan.
Masalah yang ada yaitu untuk menggambarkan kinerja kader dengan pelayanan
yang diberikan pada pengunjung mempunyai dampak pada pelayanan. Kinerja kader
sangat penting dalam membangun posyandu lansia serta memberikan pelayanan terhadap
lansia yang datang, sehingga peneliti berkeinginan untuk mengetahui hubungan antara
kinerja kader posyandu lansia terhadap kepuasan lansia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kinerja kader dalam memberikan pelayanan di posyandu lansia?
2. Bagaimana tingkat kepuasan lansia terhadap kinerja kader posyandu lansia di
kelurahan Rempoa daerah binaan puskesmas Ciputat Timur?
3. Bagaimana Hubungan antara Kinerja kader terhadap kepuasan lansia di Dinoyo
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Hubungan antara kinerja kader posyandu lansia terhadap
tingkat kepuasan lansia
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kinerja kader dalam memberikan pelayanan di posyandu lansia
b. Mengidentifikasi kepuasan lansia terhadap kinerja kader posyandu lansia
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan
yang berharga bagi peneliti, dan mampu menerapkan pengalaman ilmiah yang di
peroleh.
2. Bagi Posyandu Lansia dan Kader
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan dampak positif
untuk lebih meningkatkan pelayanan terutama dalam kinerja kader posyandu itu
sendiri, sebagai informasi bagi pemerintah dan praktisi agar lebih memperhatikan
masalah kesehatan lansia dan meningkatkan kualitas pelayanan. Untuk Kader
diharapakan dapat memberikan pelajaran dan pengetahuan kepada kader agar lebih
meningkatkan kinerja dan memahami tugas dan tanggung jawab sebagai kader dalam
melaksanakan posyandu lansia.
3. Bagi Praktik Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan perawat
terutama perawat komunitas dalam praktik keperawatan untuk memberikan
pengalaman serta promosi kesehatan, pelatihan terhadap kader posyandu dalam
menjalankan posyandu tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) Lansia


1. Definisi Posyandu
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar (Depkes, 2011)
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan
dan keluarga berencana.Kegiatan posyandu adalah perwujudan dari peran serta
masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan mereka (Yulifah,
2009)
2. Definisi Posyandu Lansia
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan
kepada lanjut usia di masyarakat, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya
dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas
sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan
menitik beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif.
Disamping pelayanan kesehatan, di Posyandu Lanjut Usia juga dapat
diberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan, ketrampilan, olah raga dan seni
budaya serta pelayanan lain yang dibutuhkan para lanjut usia dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan
mereka. Selain itu mereka dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi diri.
(Komnaslansia, 2010)
Posyandu lansia adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan
kesehatan oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis
untuk pengembangan sumber daya manusia khususnya lanjut usia (Depkes, 2000).
Posyandu Lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut
disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat
dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan
pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia
yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta
para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam
penyelenggaraannya (Erfandi, 2008).
3. Manfaat dan Tujuan Posyandu Lansia
Manfaat posyandu lansia menurut Depkes RI (2006) adalah :
a. Kesehatan fisik usia lanjut dapat dipertahankan tetap bugar
b. Kesehatan rekreasi tetap terpelihara
c. Dapat menyalurkan minat dan bakat untuk mengisi waktu luang
Sedangkan tujuan pembentukan dari posyandu lansia secara garis besar
menurut Depkes RI (2006) antara lain :
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat sehingga
terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta
dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara
masyarakat usia lanjut.
4. Sasaran Posyandu Lansia
a. Sasaran langsung, yang meliputi pra lanjut usia (45-59 tahun), usia lanjut (60-69
tahun), usia lanjut risiko tinggi (>70 tahun atau 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan.
b. Sasaran tidak langsung, yang meliputi keluarga dimana usia lanjut berada,
masyarakat di lingkungan usia lanjut, organisasi sosial yang peduli terhadap
pembinaan kesehatan usia lanjut, petugas kesehatan yang melayani kesehatan usia
lanjut, petugas lain yang menangani Kelompok Usia Lanjut dan masyarakat
luas.(Effendy, 2000).
5. Mekanisme Pelayanan Posyandu lansia Penyelenggaraan posyandu lansia
dilaksanakan oleh kader kesehatan yang terlatih, tokoh dari PKK, tokoh masyarakat
dibantu oleh tenaga kesehatan dari puskesmas setempat baik seorang dokter bidan
atau perawat, penyelengaraan posyandu lansia dilakukan dengan sistem 5 meja
meliputi :
a. Meja 1 tempat pendaftaran
b. Meja 2 tempat penimbangan dan pencatatan berat badan, pengukuran dan
pencatatan tinggi badan serta penghitungan index massa tubuh (IMT)
c. Meja 3 tempat melakukan kegiatan pemeriksaan dan pengobatan sederhana
(tekanan darah, gula darah, Hb dan pemberian vitamin, dan lain - lain)
d. Meja 4 tempat melakukan kegiatan konseling (kesehatan, gizi dan kesejahteraan)
e. Meja 5 tempat memberikan informasi dan melakukan kegiatan sosial (pemberian
makan tambahan, bantuan modal, pendampingan, dan lain lain sesuai
kebutuhan) (KomNasLansia,2010)
6. Bentuk Kegiatan Pelayanan dalam Posyandu Lansia
Dalam kegiatan posyandu lansia dibagi menjadi 10 tahap pelayanan, yaitu:
a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari / activity of daily living, meliputi
kegiatan dasar dalam kehidupan seperti makan, minum, berjalan, mandi,
berpakaian, naik turun tempat tidur dan buang air.
b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mentak
emosional,
c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan dan dicatat pada grafik indeks massa tubuh.
d. Pengukuran tekanan darah serta denyut nadi.
e. Pemeriksaan hemoglobin
f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit
gula
g. Pemeriksaan adanya protein dalam air seni sebagai deteksi awal penyakit ginjal.
h. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bila mana ada keluhan atau ditemukan
kelainan pada pemeriksaan nomor 1 sampai 7
i. Penyuluhan bisa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam rangka
kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah
kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia lanjut
j. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang
tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat. (Depkes,
2006)
Pelayanan yang dilakukan di posyandu merupakan pelayanan ujung tombak
dalam penerapan kebijakan pemerintah untuk pencapaian lanjut usia sehat, mandiri
dan berdaya guna. Oleh karena itu arah dari kegiatan posyandu tidak boleh lepas dari
konsep active ageing/menua secara aktif. Active Ageing adalah proses optimalisasi
peluang kesehatan, partisipasi dan keamanan untuk meningkatkan kualitas hidup di
masa tua. Jika seseorang sehat dan aman, maka kesempatan berpartisipasi bertambah
besar.Masa tua bahagia dan berdayaguna tidak hanya fisik tetapi meliputi emosi,
intelektual, sosial, vokasional dan spiritual yang dikenal dengan dimensi wellness.
Wellness merupakan suatu pendekatan yang utuh untuk mencapai menua secara aktif.
(KomNasLansia, 2010)

B. Kader Posyandu
1. Definisi Kader
Kader kesehatan adalahlaki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakatdan
dilatih untuk menangani masalah-masalahkesehatan perseorangan maupun
masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang dekat dengan tempat pelayanan
kesehatan (Meilani.Dkk, 2009).
Kader adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat dan bertugas
mengembangkan masyarakat (Yulifah,dkk, 2009).Menurut Mia, dkk pada tahun 2008
mendefinisikan kader secara umum yaitu tenaga yang berasal dari masyarakat, dipilih
oleh masyarakat itu sendiri dan bekerja secara sukarela untuk menjadi penyelenggara
posyandu.
L.A Gunawan (dalam Mia ,dkk pada tahun 2008) memberikan batasan tentang
kader kesehatan yaitu : Kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehatan desa
(prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dan dari masyarakat yang bertugas
untuk mengebangkan masyarakat. Direktorat Bina Masyarakat Depkes RI
memberikan batasan bahwa kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih
dan ditunjuk oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan kader adalah laki-laki atau perempuan
yang secara sukarela, ditunjuk atau dipilih oleh masyarakat untuk membantu tenaga
kesehatan dalam membangun kesehatan dan menyelesaikan masalah-masalah
kesehatan dilingkungan masyarakat tersebut.
Kader terbentuk dari dua dasar pemikiran yaitu dari segi kemampuan
masyarakat dan segi kemasyarakatan. Pemikiran pertama berpendapat bahwa
pembangunan nasional dalam bidang kesehatan, pelayanan kesehatan diarahkan pada
prinsip masyarakat bukanlah sebagai objek, akan tetapi sebagai subjek dari
pembangunan tersebut, sedangkan dari segi kemasyarakatan berprinsip bahwa
perilaku kesehatan pada masyarakat tidak terlepas dari kebudayaan masyarakat itu
sendiri sehingga masyarakat perlu ikut berpartisipasi dalam upaya pembangunan
kesehatan (Mia ,dkk 2008).
2. Fungsi dan Tugas Kader
Tenaga yang atau kader yang dibutuhkan dalam pelaksanaan posyandu
sebaiknya 8 orang namun bisa kurang dengan konsekuensi bekerja rangkap.
Kepengurusan yang di anjurkan adalah:
a. Ketua Posyandu
Tugas dan Fungsi :
1) Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang dilakukan posyandu
2) Bertanggung jawab terhadap kerjasama dengan semua stake holder dalam
rangka meningkatkan mutu pelaksanaan posyandu
b. Sekretaris
Tugas dan Fungsi :Mencatat semua aktivitas perencanaan, pelaksanaan dan
pemantauan serta pengendalian posyandu
c. Bendahara
Tugas dan Fungsi :Pencatatan pemasukan dan pengeluaran serta pelaporan
keuangan posyandu
d. Kader sekitar 5 orang
Tugas kader dalam posyandu lanjut usia antara lain:
1) Mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan pada kegiatan
posyandu.
2) Memobilisasi sasaran pada hari pelayanan posyandu.
3) Melakukan pendaftaran sasaran pada pelayanan posyandu lanjut usia.
4) Melaksanakan kegiatan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan para lanjut usia dan mencatatnya dalam KMS atau buku pencatatan
lainnya.
5) Membantu petugas dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan pelayanan
lainnya.
6) Melakukan penyuluhan (kesehatan, gizi, sosial, agama dan karya) sesuai
dengan minatnya. (KomNasLansia, 2010)
Sedangkan menurut Depkes (2011) tugas dan tanggung jawab pelaksana
posyandu dalam hal ini adalah kader sebagai berikut
a. Sebelum Hari H Pelaksanaan Posyandu Lansia
1) Menyebarluaskan hari buka Posyandu melalui pertemuan warga setempat
2) Mempersiapkan tempat pelaksanaan Posyandu
3) Mempersiapkan sarana Posyandu
4) Melakukan pembagian tugas antar kader
5) Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya.
6) Mempersiapkan bahan PMT penyuluhan
b. Saat Hari H Pelaksanaan Posyandu Lansia
1) Melaksanakan pendaftaran pengunjung Posyandu
2) Melakukan pengukuran IMT melalui pengukuran berat badan dan tinggi
badan.
3) Mencatat hasil penimbangan di buku KMS dan mengisi buku register
Posyandu.
4) Membantu petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan seperti
Kegiatan pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan kadar haemoglobin darah
(Hb), gula darah dan kolesterol darah.
5) Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konseling kesehatan dan gizi sesuai
dengan hasil penimbangan serta memberikan PMT
6) Melaksanakan Konseling usaha ekonomi produtif dilakukan sesuai dengan
kebutuhan dan Kegiatan aktivitas fisik/senam
7) Setelah pelayanan Posyandu selesai, kader bersama petugas kesehatan
melengkapi pencatatan dan membahas hasil kegiatan serta tindak lanjut
c. Setelah Hari H Pelaksanaan Posyandu Lansia
1) Membuat grafik jumlah seluruh lansia yang ada diwilayah binaan posyandu
lansia
2) Melakukan tindak lanjut terhadap sasaran yang tidak datang dan sasaran yang
memerlukan penyuluhan lanjutan.
3) Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke Posyandu
saat hari buka
4) Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat, dan menghadiri
pertemuan rutin kelompok masyarakat atau organisasi keagamaan.

C. Kinerja
1. Definisi Kinerja
Kinerja adalah penampilan hasil kerja personil baik kuantitas maupun kualitas
dalan suatu organisasi. Kinerja merupakan penampilan individu maupun kelompok
yang tidak terbatas pada jabatan fungsional maupun struktural (Ilyas, 2002).
Menurut Gibson, dkk (2003) kinerja adalah hasil dari pekerjaan terkait dengan
tujuan organisasi, efisiensi dan keefektifan kinerja lainnya. kinerja (performance)
adalah hasil kerja yang dapat ditampilkan atau penampilan kerja seorang karyawan.
Dengan demikian kinerja seseorang karyawan dapat diukur dari hasil kerja, hasil
tugas atau hasil kegiatan dalam kurun waktu tertentu (Notoatmodjo, 2007).
Kinerja merupakan suatu penampilan kerja atau hasil kerja secara kuantitas
maupun kualitas yang dicapai seseorang dalam melakukan pekerjaan, tugas dan
tanggung jawab yang diberikan ( Mangku Prawira, 2002). Sementara menurut
Wibowo (2010), kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja,
tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung.
Istilah kinerja berasal dari kata Job Performanceatau actual performance
(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang, kinerja merpakan
hasil kerja secara kuantitas dan kualitas yang dicapai seseorang dalam melaksanakan
tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan (Mangkunegara, 2004)
Jadi, dapat disimpulkan definisi kinerja adalah hasil kerja seseorang baik
secara kualiatas maupun kuantitas dalam mengemban tugas serta tanggung jawab
yang diberikan. Kinerja merupakan satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan karena
dalam mengukur sebuah mutu pelayanan kinerja petugas pun didalamnya akan
menjadi salah satu tolak ukur penilaian untuk menentukan kepuasan
konsumen/pengguna jasa, apakah kinerja yang diberikan sesuai dengan standar dan
etik serta memberikan kepuasan bagi penduduk sekitarnya (DepKes RI, 2007).
Seperti yang dijelaskan oleh Donabodien (1980) yang dikutip Mulayadi
(2001) tentang pengukuran mutu pelayanankesehatan dapat diukur dengan
menggunakan tiga variabel:
a. Input (struktur) yaitu segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan
pelayanankesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan,
teknologi, organisasi,informasi, dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu
memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan mutu
pelayanan kesehatan adalah dalamperencanaan dan penggerakan pelaksanaan
pelayanan kesehatan.
b. Proses, ialah interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan
konsumen(pasien/masyarakat) yang didalamnya terdapat pula kinerja individu
dan kelompok dari berbagai aspek. Proses ini merupakan variabel penilaian mutu
yang penting.
c. Output/outcome, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang
terjadi pada konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari konsumen
tersebut (Donabodien, 1980)

Quality improvement Donabedian model

Structure Processes Outcomes Of Care


Inputs Steps Outputs

Patiens - coordination *Clinical outcomes


Equipment - physician orders *Functional status
Supplies Rx E.g.VAP.Sepsis, *Satisfaction
Training EGDT *Cost E.g mortality
Environment
E.g. 24 h
CCM

2. Faktor faktor yang Mempengaruhi Kinerja


Secara teoritis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja personal adatiga
variabel yaitu variabel individu, organisasi dan psikologis (Ilyas, 2002). Faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja adalah faktor dari variabel individu yang terdiri dari
kemampuan dan keterampilan, latar belakang, dan demografis. Faktor yang kedua
adalah faktor dari variabel psikologi yang terdiri dari persepsi, sikap, dan motivasi,
Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanan motif tertentu (Notoadmodjo, 2003) , faktor yang ketiga adalah faktor
organisasi yang terdiri dari kepemimpinan, konflik, kekuasaan, struktur organnisasi,
desain pekerjaan. (Gibson, 2008)
Sedangkan Menurut Mathis (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
individu ada tiga faktor meliputi :
a. Kemampuan individu dalam melakukan pekerjaan
b. Usaha yang dilakukan
c. Dukungan organisasi
Menurut Mangkunegara (2009) menyatakan bahwa faktor yang memengaruhi
kinerja antara lain :
a. Faktor kemampuan Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari
kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh karena itu
pegawai perlu dtempatkan
b. padapekerjaan yang sesuai dengan keahlihannya.
c. Faktor motivasi Motivasi terbentuk dari sikap (attiude) seorang pegawai dalam
menghadapi situasi (situasion) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang
menggerakkan diri pegawai terarah untuk mencapai tujuan kerja. Sikap mental
merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai
potensi kerja secara maksimal Mangkunegara (2009)
3. Penilaian Kinerja
Mangkunegara (2000) mengemukakan bahwa penilaian pegawai merupakan
evaluasi yang sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat
dikembangkan. Penilaian dalam proses penafsiran atau penentuan nilai, kualitas atau
status dari beberapa obyek orang ataupun sesuatu (barang).
Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi
kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil
pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi.(Mangkunegara,2010).
Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja
organisasi melalui peningkatan kinerja sumber daya manusia. Secara lebih spesifik,
tujuan dari evaluasi kinerja adalah:
a. Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan kinerja.
b. Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan sehingga mereka
termotivasi untuk berbuat yang lebih baik atau sekurang-kurangnya berprestasi
sama dengan prestasi yang terdahulu.
c. Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan keinginan dan
aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karier atau pekerjaan yang
diembannya sekarang
d. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan sehingga
karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya.
e. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan
kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat, dan kemudian menyetujui rencana itu
jika tidak ada hal-hal yang perlu diubah (Mangkunegara. 2010)
D. Kepuasan
1. Definisi Kepuasan
Kepuasan adalah bentuk perasaan seseorang setelah mendapatkan pengalaman
terhadap kinerja pelayanan yang telah memenuhi harapan (Gerson, 2004).
Kepuasan menurut kolter, (2007) merupakan perasaan senang atau kecewa
yang muncul setelah membandingkan antara presepsi kinerja atau hasil suatu produk
atau jasa dan harapan-harapan.Sedangkan Kepuasan pasien adalah tingkat perasaan
seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibanding
dengan harapan (Kolter, 2007).
Pengertian diatas dapat didefinisikan bahwa, kepuasan adalah sebuah
perasaan, pandangan seseorang (pasien atau pengguna jasa) terhadap pelayanan yang
diberikan sehingga dapat memenuhi harapan. Kepuasan adalah tanggapan seseorang
terhadap kesesuaian tingkat kepentingan dan harapan (ekspektasi) sebelum mereka
menerima jasa pelayanan dengan sesudah pelayanan yang merekaa terima.Sehingga
kepuasan pengguna jasa pelayanan kesehatan dapat disimpulkan sebagai selisih
kinerja institusi pelayanan dengan harapan pelanggan (pasien atau kelompok
masyarakat) (Muninjaya2011).
Di bidang kesehatan, kepentingan utama pasien dan keluarganya adalah
kesembuhan atau kembalinya tubuh pasien berfungsi secara normal atau pasien
mampu melakukan kegiatan sehari-hari dirumah, ditempat kerja dsb. Pada saat terjadi
interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien, akan selalu diawali dengan situasi
informasi yang tidak seimbang. Faktor komunikasi verbal dan non verbal dalam
pelayanan memegang faktor kunci utama yang menentukan keberhasilan pelayanan
dan memenuhi kepuasan pelanggan. Interaksi positif (reciprocal timbal balik) antara
pasien dan keluarganya disatu pihak dan petugas kesehatan perlu tetap dijaga dan
dikembangkan. Sikap positif petugas kesehatan terhadap pasien atau kelompok
masyarakat akan sangat menentukaninteraksi positif ini. Petugas kesehatan
mempunyai tanggung jawab moral memberikan tanggapan yang cepat dan akurat dan
dilandasi empati. Sikap seperti ini memberikan nilai tambah (added value) untuk
kepuasan pengguna dan juga akan menjamin partisipasi aktif mereka (Muninjaya,
2011)
2. Dimensi Kepuasan
Aspek pelayanan jasa yang dapat mengukur kepuasan pelayanan pasien
menurut Parasuraman, dkk (Muninjaya, 2011) menganalisis kualitas jasa berdasarkan
lima aspek komponen mutu. Kelima komponen mutu pelayanan tersebut dikenal
dengan nama ServQual (Service Quality). Kelima dimensi mutu tersebut menurut
Parasuraman dkk, meliputi :
a. Responsivennes (Cepat Tanggap)
Dimensi ini dimasukkan kedalam kemampuan petugas kesehatan menolong
pelanggan dan kesiapannya dalam melayani sesuai dengan prosedur dan bisa
memenuhi harapan pelanggan.Pelayanan kesehatan yang responsif terhadap
kebutuhan pelanggannya kebanyakan ditentukan oleh sikap para front-line
staff.Mereka secara langsung berhubungan dengan para pengguna jasa dan
keluarganya baik melalui tatap, komuniasi non-vverbal, langsung atau melalui
telepon.
b. Reliablity
Keadalan adalah kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan secara
tepat dan terpercaya (Pasuraman,2001). Kemampuan memberkan pelayanan
kesehatan dengan tepat waktu dan akurat sesuai. Reliablity merupakan dimensi
paling penting karena jasa yang diberikan sangat tergantung dari aktivitas
manusia sehingga akan sulit mengharapkan output yang konsisten. Dalam
memberikan pelayanan hendaknya individu melaksanankan tanggung jawab
sesuai dengan kebutuhan.
c. Assurance
Kriteria ini berhubungan dengan pengetahuan, kesopanan dan sifat petugas
yang dapat dipercaya pelanggan. Pemenuhan kebutuhan ini akan mengakibatkan
pengguna jasa merasa terbebas dari resiko. Dimensi ini meliputi faktor
keramahan, kompetensi, kredibilitas dan keamanan.
d. Emphaty
Empati meliputi kemampuan dalam melakukan hubungan komunikasi yang
baik dan memenuhi kebutuhan pelanggan.Peranan SDM kesehatan sangat
menentukan mutu pelayanan kesehatan karena mereka dapat langsung memenuhi
kepuasan para pengguna jasa pelayanan kesehatan.
e. Tangible
Bukti langsung merupakan apa yang dilihat oleh pasien/pengunjung terhadap
pelayanan yang telah diterima (kozier, 2004). Mutu jasa pelayanan kesehatan juga
dapat dirasakan secara langsung oleh para penggunanya dengan menyediakan
fasilitas fisik dan perlengkapan yang memadai. Para penyedia pelayanan
kesehatan akan mampu bekerja secara optimal sesuai keterampilan masing-
masing.
3. Metode Pengukuran Kepuasan
Menurut Kotler (2007) ada berbagai metode dalam pengukuran kepuasan
pelanggan yaitu :
a. Sistem keluhan dan saran
Pemberi pelayanan memberikan kepuasan pada pelanggan dengan cara
menerima saran, keluhan masukan mengenai produk atau jasa layanan. Jika
penanganan keluhan, masukan dan saran ini baik dan cepat, maka pelanggan akan
merasa puas, sebaliknya jika tidak maka pelanggan akan merasa kecewa.
Contohnya dengan menggunakan formulir, kotak saran, kartu komentar.
b. Riset kepuasan pelanggan
Model ini berusaha menggali tingkat kepuasan dengan survei kepada
pelanggan mengenai jasa yang selama ini mereka gunakan .survei akan
mencerminkan kondisi lapangan yang sebenarnya mengenai sikap pelanggan
terhadap produk atau jasa yang digunakan.
c. Ghost shopping
Yaitu model yang mirip dengan marketing intelligence yaitu pihak pemberi
jasa dari pesaingnya dengan cara berpura-pura sebagai pembeli atau pengguna
jasa dan melaporkan hal-hal yang berkaitan dengan cara memahami kelemahan
dan kekuatan produk jasa atau cara pesaing dalam menangani keluhan.
d. Analisa pelanggan yang hilang
Analisa pelanggan tertentu yang berhenti menggunakan produk jasa dan
melakukan studi terhadap bekas pelanggan mereka.Pengukuran kepuasan
pelanggan merupakan elemen penting dalam menyediakan pelayanan yang lebih
baik, lebih efisien dan lebih efektif.Apabila pelanggan merasa tidak puas terhadap
suatu pelayanan yang disediakan, maka pelayanan tersebut dapat di pastikan tidak
efektif dan tidak efisien. Hal ini terutama sangat penting bagi pelayanan
public.Tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan merupakan faktor yang
penting dalam mengembangkan suatu sistim penyediaan pelayanan tanggap
terhadap kebutuhan pelanggan, meminimalkan biaya dan waktu serta
memaksimalkan dampak pelayanan terhadap populasi sasaran.
E. Lansia
A. Definisi Lansia
Menurut UU No.14 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, pengertian
lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Keadaan ini di
bagi menjadi dua, yaitu lanjut usia potensial dan lanjut usia tidak potensial. Lanjut
usia potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan jasa, sedangkan Lanjut Usia Tidak
Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain.
Lansia bukan Suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stress lingkungan (Effendi, 2009)
Lansia adalah keadaan yang ditandai dengan kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis,kegagalan ini
berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individual (Effendi, 2009)
Jadi dapat disimpulkan, Lanjut Usia adalah tahap lanjut dari proses
perkembangan pada seseorang dengan usia diatas 60 tahun dan diikuti dengan
terjadinya penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas.
B. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut, mengelompokan lansia dalam lima klasifikasi
a. pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia risiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau
lebih dengam masalah kesehatan
d. Lansia Potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan dapat menghasilkan
barang/jasa
e. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain (Maryam, 2008)
C. Tipe Lansia
Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri
daripada tinggalbersama anaknya. Menurut Nugroho W (2000) adalah:
a. Tipe Arif Bijaksana: Yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri
denganperubahan zaman,mempunyai kesibukan, ramah, rendah hati, menjadi
panutan.
b. Tipe Mandiri: Yaitu mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif
dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan
c. Tipe Tidak Puas: Yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses penuaan
sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung , sulit dilayani,
pengkritik dan banyak menuntut.
d. Tipe Pasrah: Yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti
kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja
e. Tipe Bingung: Yaitu kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesa, pasif dan acuh tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen
(ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militan dan serius, tipe
pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe
putus asa ( benci pada diri sendiri). (Maryam, 2008)
BAB III
Kerangka Konsep dan Hipotesa
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara kinerja kader posyandu lansia terhadap kepuasan lansia didaerah
binaan puskesmas Ciputat Timur kelurahan Rempoa. Kinerja merupakan suatu tolak
ukur dalam menilai kualitas dan keberhasilan suatu pelayanan kesehatan (Heru,
1995). Individu diharapkan dalam menjalankan tugas dalam hal ini kader posyandu
menunjukkan kinerja secara langsung dan nyata dengan kemampuan yang mereka
miliki dalam meningkatkan kinerja serta mutu pelayanan kesehatan yang akan
memberikan dampak positif bagi posyandu lansia yang dikelola dan pada akhirnya
berdampak pada kesejahteraan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat dalam hal
ini adalah lansia (Mathis dan John, 2009). Lansia merupakan sasaran utama yang
merasakan pelayanan sehingga dapat memberikan gambaran bagaimana kepuasan
yang didapat dari kader dalam melaksanakan posyandu lansia tersebut. Dalam
penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti yaitu Kinerja kader dan
Kepuasan lansia, adapun kerangka konsep pada penelitian ini sebagai berikut:

Kualitas pelayanan Posyandu Lansia

Input

Struktur

Pengguna pelayanan Lansia sbg Pengguna


Lingkungan Pelayanan
Fasilitas
SDM

Proses

Proses
Kinerja = Hasil Kerja yg
Kinerja individual dan Seluruh diberikan & apa yg dilakukan
Aspek / Kinerja Kader Kegiatan posyandu &sikap
Aktifitas pelayanan Posyandu
Output

Outcome Kepuasan Lansia

Performance < Expectation (tdk puas)


Hasil pelayanan
Performance = Expectation (cukup puas)
Status kesehatan
Performance > Expectation (sangat
Kepuasan
puas)
Biaya

Keterangan :
: Variabel diteliti
: Variabel tidak diteliti

B. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis penelitian ini adalah :
Ho : Tidak ada hubungan antara Kinerja Kader posyandu lansia terhadap kepuasan
lansia kelurahan Rempoadaerah wilayah kerja puskesmas Ciputat Tmur
H1 : Ada hubungan antara Kinerja Kader posyandu lansia terhadap kepuasan lansia
kelurahan Rempoadaerah wilayah kerja puskesmas Ciputat Tmur
BAB IV
Metodologi Penelitian

Metode penelitian adalah usaha untuk menjawab permasalahan, membuat suatu yang
masuk akal, memahami peraturan dan memprediksi keadaan yang terjadi (Nursalam,2001).
Bab ini menguraikan tentang desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, tempat dan
waktu penelitian, etika penelitian, alat pengumpulan data, uji validitas dan realibilitas,
prosedur pengumpulan data, pengolahan data, pengolahan dan tekhnik analisa data.

A. Desain Penelitian
Desain Penelitian merupakan bentuk rancangan yang akan digunakan dalam
melakukan prosedur penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi
analitic-observasional dengan metode penelitian cross sectional. Penelitian Cross
Sectional dimana suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-
faktor risiko dengan efek dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoatmojo, 2012).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara
pelayanan posyandu lansia terhadap kepuasan lansia di wilayah puskesmas Dinoyo
dengan cara memberikan pernyataan melalui kuisoner yang akan diisi oleh responden
penelitian.

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel


1. Populasi Penelitian
Populasi merupakan seluruh subjek (manusia, binatang percobaan, data
laboratorium, dll) yang akan diteliti dan memenuhi karakteristik yang ditentukan
(Riyanto, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang aktif mengikuti
kegiatan di posyandu lansia di wilayah puskesmas dinoyo.
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian merupakan sebagian yang diambil dari keseluruhan objek
yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo, 2012). Sampel
merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari
karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2008).
Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah lansia pengunjung atau
pengguna posyandu lansia di wilayah puskesmas dinoyo. Peneliti menghintung
sampel berdasarkan jumlah lansia yang aktif mengikuti dan mengujungi posyandu
lansia.
3. Sampling
Tehnik sampling adalah tehnik pengambilan sampel dari populasi dalam
penelitian (Riyanto, 2011).

Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
simple random sapling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi. (Aziz, 2007)

C. Variabel penelitian
1. Variable independen
Variable independen dalam penelitian ini adalah kinerja kader posyandu lansia
2. Variabel dependen
Variable dependen dalam penelitian ini adalah kepuasan lansia.

Variabel independent Variabel dependent

Kinerja Kader Kepuasan Lansia

D. Tempat dan Waktu Penelitian


Lokasi Penelitian dilakukan di posyandu lansia yang terletak di wilayah
puskesmas dinoyo dengan waktu penelitian yang belum ditentukan.

E. Definisi operasional
No Variabel Definisi operasional Alat Hasil ukur skala
ukur
1 Kinerja kader Hasil atau prestasi kerja yang kuisoner Hasil skoring nilai numerik
telah dilakukan oleh kader kenerja dengan
posyandu lansia sesuai inteprestasi
dengan tugas dan tanggung semakin tinggi
jawab yang diberikan dalam skor semakin baik
memberikan pelayanan kinerja kader
posyandu lansia
2 Kepuasan Terpenuhinya suatu harapan koisoner Hasil skoring nilai numerik
lansia dan keinginan lansia tentang keputusan dengan
pemahaman serta pelayanan intepretasi
yang diberikan oleh kader semakin tinggi
posyandu meliputi aspek: skor semakin baik
kepuasan yang
dirasakan lansia.
Responsivenes (cepat
tanggap) : kemampuan kader
dalam menangani dan
merespon keluhan lansia
secara cepat dan tepat
Reliability (Keandalan
):kemampuan kader dalam
melaksanakan pelayanan
posyandu lansia sesuai
dengan tugas kader serta
tujuan posyandu lansia itu
sendiri.
Assurance (keyakinan):
Keterampilan kader dalam
melaksanakan pelayanan
sehingga mencerminkan
suatu keyakinan serta
keamanan pada lansia
Empaty:cara kader
berkomunikasi dengn lansia
dan cara kader dalam
menyampaikan perasaan
pada lansia.

Tangible (bukti lansung ):cara


kader dalam memfasilitasi
kegiatan, perlengkapan
untuk para lansia dalam
pelaksanaan posyandu
lansia.

F. Instrument Penelitian
Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan lembaran
kuesioner yang disusun secara terstruktur berdasarkan teori dan berisikan pertanyaan
yang harus di jawab responden. Instrument penelitian terdiri dari data demografi meliputi
insial nama, usia, jenis kelamin serta pendidikan dan berisi dua instrument yang meliputi:
1. Kuisoner A
Kuisoner A adalah pernyataan-pernyataan yang memberikan gambaran kinerja
kader dalam pelaksanaan posyandu lansia dalam pelaksanaan posyandu yang meliputi
sikap kader dalam pelaksanaan serta bentuk kegiatan / pelayanan yang diberikan
kader dalam pelaksanaan posyandu lansia.
2. Kuisoner B
Kuisoner B adalah pernyataan-pernyataan yang memberikan gambaran
kepuasan lansia terhadap pelayanan posyandu lansia yang diberikan oleh kader ,
pernyataan tentang harapan dan kenyataan yang dirasakan lansia pada saat
pelaksanaan posyandu lansia yang terdiri dari dimensi tangiabels (kenyataan),
realibility (keandalan), responsiveness, assurance (jaminan) dan empati.
Pernyataan dibuat berdasarkan skala Likert. Skala ini digunakan untuk
mengukur kinerja kader dan kepuasan lansia. Jawaban-jawaban responden pada
variabel bebas maupun terikat kemudian akan diberi nilai. Nilai-nilainya adalah
sebagai berikut :
a. Pernyataan pada variabel akan dinilai dengan memberikan skala Likert yang
kemudian akan diberi skor pada pernyataannya, pada variabel kinerja jawaban
selalu akan diberi skor 5, Sering skor 4, kadang-kadang skor 3, jarang skor 2 dan
tidak pernah skor 1. Variabel kepuasan jawaban sangat setuju diberi skor 5, setuju
skor 4, netral atau biasa skor 3, tidak setuju 2 dan sangat tidak setuju diberi skor 1
b. Peneliti akan menghitung jumlah skor tersebut.

G. Metode Pengumpulan Data


1. Tahap pertama yaitu persiapan. Peneliti menentukan subjek penelitian, tujuan
penelitian, dan tempat penelitian. Peneliti mengajukan surat izin dari kampus untuk
diserahkan ke Dinas Kesehatan setempat.
2. Tahap kedua pengumpulan data sampel. Peneliti mengumpulkan data dari kader
posyandu lansia. Data yang diambil adalah jumlah lansia yang aktif di masing-masing
posyandu lansia, setelah di dapatkan data dari posyandu tersebut, peneliti mengambil
sampel yang dibutuhkan.
3. Tahap ketiga pelaksanaan. Peneliti membagikan kuisioner kepada peserta posyandu
lansia sesuai sample yang telah ditentukan.
4. Tahap keempat pengolahan data. Peneliti mengecek kembali kelengkapan kuesioner
dan memulai pengolahan dengan memberikan kode pada masing-masing kuesioner
untuk mempermudah pengolahan data. Peneliti memberikan skor atau nilai pada
masing-masing pertanyaan. Tahap selanjutnya adalah memasukkan data ke dalam
software statistik (SPSS) dan melakukan analisis. Tahap terakhir adalah memeriksa
kembali apakah ada kesalahan pada data atau pada proses input.
H. Pengolahan Data
Dalam proses pengolahan data, peneliti menggunakan langkah-langkah
pengolahan data menurut Budiarto (2002) diantaranya:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data atau formulir
kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setalah data terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri atasa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan
analisis data menggunakan komputer.
3. Entry data dan tabulating
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke
dalam data base computer, kemudian membuat distribusi frekuensi.

I. Analisa Data
1. Analisis univariat
Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan data
atau variabel secara sederhana (Umar, 2011). Data univariat pada penelitian ini
meliputi usia responden, jenis kelamin dan pendidikan responden serta hasil skor
kinerja kader dan kepuasan lansia. Untuk hasil skor kinerja di interpetasikan semakin
nilai mendekati nilai tertinggi kinerja semakin baik dan jika mendekati nilai terendah
kinerja buruk, dan untuk nilai kepuasan di intepretasikan semakin nilai mendekati
nilai tertinggi kepuasan yang dirasakan cukup tinggi baik dan jika mendekati nilai
terendah reponden merasakan ketidakpuasan.
2. Analisis bivariat
Analisi bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga mempunyai

hubungan atau berkorelasi antar variabel (Notoadmodjo,2005). Pada penelitian ini

Analisis dilakukan terhadap 2 variabel yaitu antara variabel bebas dengan variabel

terikat yaitu hubungan antara kinerja kader terhadap kepuasan lansia. Dalam

mengolah data, peneliti akan melakukan skoring, yaitu sajian data akan diubah ke

dalam data angka agar lebih mudah dianalisis. Uji statistic yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Pearson untuk mengetahui hubungan antara variabel, dengan

derajat kepercayaan 95% dan = 5%. Dengan menggunakan derajat kemaknaan p

0,05 yang artinya ada hubungan bermakna atau signifikan antar variabel independen

dan variabel dependen.

J. Etika Penelitian
Penelitian ini menggunakan subjek manusia, maka peneliti harus memahami hak
dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga
penelitian yang di lakukan benar-benar menjunjung kebebasan manusia. Masalah etika
penelitian keperawatan sangat penting karena penelitian keperawatan berhubungan
langsung dengan manusia. Masalah etika yang harus diperhatikan dalam proses
penelitian adalah sebagai berikut (Hidayat, 2008):
1. Lembar persetujuan (Informed consent)
Lembar persetujuan ini di berikan kepada responden yang akan diteliti untuk
ketersediaannya menjadi responden penelitian. Persetujuan dari responden merupakan
hak dari responden yang sebelumnya sudah diberitahunkan oleh peneliti mengenai
tujuan penelitian, prosedur pelaksanaan, manfaat penelitian, dan kerahasiaan
responden. Lembar persetujuan ini di tanda tangani oleh responden yang bersedia
menjadi responden penelitian.
2. Tanpa nama (Anonymity)
Penelitian ini tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar
pengumpulan data yang di isi oleh responden, tetapi menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data yang di berikan kepada responden.
3. Kerahasiaan (Confidentially)
Kerahasiaan responden akan di jamin oleh peneliti, baik sebuah informasi
maupun masalah-masalah lainnya yang diberikan oleh responden.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Aziz. Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika. 2008
Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineke Cipta. 2006
Arminiwati, S. Kinerja Kader Posyandu Anggrek 2 dalam Meningkatkan Strata Posyandu
(Studi Kasus di Kelurahan Timbau Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai
Kartanegara).Surakarta : Universitas Senelas Maret.2010
Budiarto, Eko. Metodologi Penelitian Kedokteran. EGC 2004
Depdagri.Departemen Dalam Negeri.. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi
Daerah Nomor 411.3/1116/SJ tentang Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu. Jakarta :
Departemen Dalam Negeri. 2001
Depkes RI. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta.
2001
Depkes RI. Pedoman Pelatihan Kader Kelompok Usia Lanjut bagi Petugas Kesehatan.
Jakarta : Direktorat Kesehatan Keluarga. 2005
Depkes RI. Pedoman pelatihan kader kelompok usia lanjut bagi Petugas kesehatan. Jakarta:
Direktorat kesehatan keluarga. 2006
Depkes RI .Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta: POKJANAL . 2011
Depkes RI. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta :
Depkes RI. 2003
Effendy, Nasrul. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.2000
Ekasari, Mia Fatma dkk. Keperawatan Komunitas: Upaya Memandirikan Masyarakat Untuk
Hidup Sehat. Jakarta : Trans Info Media. 2008
Elfindri dkk. Metodologi Penelitian Kesehatan, Cetakan Pertama. Jakarta : Baduose Media
Jakarta. 2011
Erfandy. Pengelolaan Posyandu Lansia. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2008
Gerson, R. F.Mengukur Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PPM. 2004
Gibson, J.L Struktur Organisasi dan Manajemen. Jakarta : Erlangga. 2003
Heru, AS. Kader Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC 1995
Handi, Irawan.10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta : Elex Media Komputindo. 2002
Hermanto, Dadang; Atik M & Lucia R. Presepsi Mutu Pelayanan dalam Kaitannya dengan
Kepuasan Pasien Rawat Inap Kebidanan RSUD Dr.H Soemarno Sosroatmodjo
Bulungan, Kalimantan Timur. 2010
Http://www.bappenas.go.id/node/142/1277/tahun-2025-angka-harapan-hidup-penduduk-
indonesia-737-tahun/.Diakses tgl 23 Desember 2012. Pkl 19.05
Http://tangerangkota.bps.go.id/index.php/penduduk/83-penduduk/97-penduduk-kel umur/
Diakses tgl 23 Desember 2012. Pkl 19.35
Djarot,Herry Suswanti;Rosaliana;Indri Astuti 2011 faktor-faktor yng berhubungan dengan
kinerja kader posyandu balita dalam pelaksanaan posyandu di kecamatan mraggen
kabupaten demak. UMM Semarang
llias Yaslis, Kinerja teori, penilaian, dan penelitian, Jakarta : FKM UI. 2002
Joeharno ; Burhanudin Gamrin. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Pelayanan
Kesehatan di Rumah Sakit. 2008
Komisi Nasional Lanjut Usia. Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia. Jakarta :PPLU.
2010 Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran, Edisi 11 jilid 1 dan 2 PT. Indeks,Jakarta
2008
Kurniawati. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Ibu Pengguna Posyandu
di Posyandu Wonorejo kabupaten Bantul. 2008
Mangkunegara, Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung :
Remaja Rosdakara. 2010
Mangkuprawira, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, Penerbit Ghalia
Indonesia, Jakarta
Maryam, R.Siti .Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika. 2008
Mathis and Jackson. Human Resource Management.South-Westren Cengage Learning: USA.
2009
Meilani, N dkk. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya. 2009
Mujahiddah, Sri Purnawiningsih, Pangabean. Hubungan Pelayanan Posyandu Lansia dengan
Tingkat Kepuasan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Pangi, Kecamatan Parigi. 2008
Mulyadi, Bagus. (Ed). Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit.
Jakarta:World Health Organization Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan RI. 2001
Muninjaya, A.A. Manajemen Kesehatan. Edisi: 2. Jakarta. EGC. 2004
Muninjaya, A.A.Gde. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta : EGC. 2011
Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. 2007.
Notoatmodjo,S. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. 2002
Notoadmodjo. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Adi Offset.
Yogyakarta. 2005
Nugroho. Keperawatan Gerontik. Edisi 2 Penerbit buku Kedokteran. Jakarta : EGC. 2000
Nursalam. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika 2008
Puspasari, A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Posyandu diKota Sabang Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam. 2008
Parinduri, J.S. Tingkat Kepuasan Pasien Immobilisasi dalam Pemenuhan Pelaksanaan
Personal Higiene oleh Perawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Medan: Fakultas Keperawatan USU. 2009
Sampara, Lukman. Manajemen Kualitas Pelyanan LAN Press. Jakaarta. 1999
Santoso, Singgih.Seri Solusi Bisnis Berbasis TI: Menggunakan SPSS untuk Statistik
Multivariat. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2006.
Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta:Graha Ilmu. 2007
Siagian, Sondang P.. Manajemen Susmber Daya Manusia.Jakarta : Penerbit PT.Bumi Aksara.
2004
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Jakarta: ALFABETA.2012
Tjiptono Fandy. Service management, mewujudkan layanan prima. Yogyakarta: ANDI. 2008
Tjiptono Fandy. Manajemen Jasa ed.3. Yogyakarta : Andi Offset. 2003
Tjiptono Fandy. Prinsip-Prinsip Total Quality Service. Yogyakarta: Andi Offset. 1997
Umar Husein. Metode Riset . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2011
Vensi, R. Analisis Pengaruh Kinerja Kader Posyandu Terhadap Tingkat Kemandirian
Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kayen Kidul Kabupaten Kediri. Surabaya:
UNAIR. 2012
Wibowo. Manajemen Kinerja. Jakarta : Rajawali Pres. 2010
Yulifah, Rita & Yuswanto,Tri Johan Agus. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba
Medika. 2009

Anda mungkin juga menyukai