PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi yang terus berkembang ini, Indonesia sangat fokus dalam
memajukan negaranya, dengan berusaha mewujudkan masyrakat sehat, maju sejahtera.
Kemajuan terjadi pada segala bidang ilmu telah menghasilkan pencapaian hasil yang
positif, khususnya pada ilmu pengetahuan dan teknologi bidang medis yang dapat
meningkatkan kualitas kesehatan penduduk dan meningkatkan umur harapan hidup
manusia, yang pada akhirnya berdampak pada jumlah penduduk lansia yang meningkat
(Depkes, 2005).
Meningkatnya jumlah penduduk lansia dapat dilihat berdasarkan hasil prediksi
Badan Pusat Statistik Nasional persentase penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77
persen dari total penduduk pada tahun 2010 dan menjadi 11,34 persen pada tahun 2020.
Jumlah lanjut Usia Di Indonesia Penduduk Lanjut usia dua tahun terakhir menglami
peningkatan yang signifikan pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96
juta jiwa dan meningkat menjadi 20.547.541 pada tahun 2009. Badan kesehatan dunia
WHO bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai
angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang (Bappenas, 2012).
Jumlah penduduk lansia yang meningkat menunjukkan suatu ukuran kualitas
(kemakmuran) di suatu negara, dengan meningkatknya jumlah lansia Usia Harapan
Hidup suatu negara juga semakin meningkat. Usia harapan hidup di Indonesia pada
tahun 2009 terpantau pada angka 71 tahun dan diperkirakan akan meningkat mencapai
usia 73,7 tahun di tahun 2025 peningkatan tersebut juga diikuti dengan peningkatan
jumlah penduduk indonesia yang akan mencapai 273,65 juta jiwa. (Depkes, 2005)
Peningkatan angka harapan hidup dan bertambah jumlah lanjut usia disatu sisi
merupakan salah satu keberhasilan dalam pembangunan dan ekonomi, namun
keberhasilan tersebut mempunyai konsekuensi dan tanggung jawab baik pemerintah
maupun masyarakat untuk memberikan perhatian lebih serius, karena dengan
bertambahnya usia kondisi dan kemampuan lanjut usia untuk beraktivitas semakin
menurun (KomNasLansia,2010). Dalam hal ini dibutuhkan pemeliharaan serta
peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia berdaya
guna dan produktif.
Besarnya populasi lanjut usia serta pertumbuhan yang sangat cepat juga
menimbulkan berbagai permasalahan, sehingga lanjutusia perlu mendapatkan perhatian
yang serius dari semua sektoruntuk upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia. Untuk
menangani masalah tesebut, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan atau program
yang diterapkan oleh puskesmas (Effendy, 2000). Salah satu bentuk perhatian yang
serius terhadap lanjut usia adalah terlaksananya pelayanan pada lanjut usia melalui
kelompok (posyandu) lanjut usia yang melibatkan semua lintas sektor terkait, swasta,
LSM dan masyarakat. Salah satu wadahyang potensial di masyarakat adalah Posyandu
Lanjut Usia yang 3 dikembangkan oleh Puskesmas atau yang muncul dari aspirasi
masyarakat sendiri.
Posyandu Lansia merupakan suatu forum komunikasi, alih teknologi dan
pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai
strategis untuk pengembangan sumber daya manusia khususnya lanjut usia (Depkes,
2001). Pelaksanaan pelayanan kesehatan lansia di posyandu sangat tergantung kepada
sumber daya manusia (SDM) dalam organisasi, SDM yang turut berperan penting
menentukan kelancaran kegiatan posyandu adalah kader, karena kader posyandu
merupakan pelayan kesehatan (health provider) yang berada di dekat kegiatan sasaran
posyandu dan memiliki frekuensi tatap muka lebih sering daripada petugas kesehatan
lainnya (Heru, 1995).
Suatu organisasi tidak akan berjalan tanpa adanya keterlibatan unsur manusia
yang ada didalamnya karena manusia merupakan unsur yang dominan menentukan
keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi
(Siagian,2004). Dalam posyandu lansia kader merupakan suatu penggerak terpenting
dalam menjalakan tujuan yang dimiliki posyandu lansia tersebut. Tenaga kader 4 dalam
menjalankan pelayanan kesehatan di posyandu merupakan sumber daya yang penting
dan sangat dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang optimal (heru, 1995). Dalam hal ini,
kader posyandu lansia juga dituntut memberikan pelayanan yang optimal sehingga
kinerja yang dikeluarkan baik dan pengguna jasa pelayanan dalam hal ini lansia juga
dapat merasakan kenyamanan dalam posyandu lansia tersebut.
Pentingnya keaktifan seorang kader posyandu lansia juga tergambarkan dalam
sebuah hasil penelitian yang dilakukan di posyandu di daerah Kediri pada tahun 2012,
mengatakan bahwa ada pengaruh antara kinerja kader terhadap tingkat kemandirian
posyandu (Vensi, 2012). Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa kinerja kader
sangat mempengaruhi kualitas serta eksistensi dari posyandu lansia itu sendiri. Selain
penelitian di atas, pnelitian lain yang menjelaskan pentingnya kinerja kader dalam
posyandu lansia yaitu penelitian yang dilakukan di Kutai menjelaskan bahwa kinerja
kader dalam menggerakkan masyarakat sangat mempengaruhi kualitas pelayanan
posyandu tersebut(Arminiwati, 2010).
Kepuasan merupakan gambaran harapan seseorang terhadap pelayanan ataupun
jasa yang dirasakan apakah sesuai dengan harapan atau tidak (Irawan,2002). Dalam
posyandu lansia, lansia adalah pengunjung yang langsung merasakan bagaimana
posyandu memberikan pelayanan terhadap lansia dimana di dalamnya ada peran kader
untuk berusaha meningkatkan segala pelayanan serta kegiatan dalam pelaksanaan 5
posyandu lansia sehingga lansia merasakan harapan yang sesuai dengan yang diiginkan.
Dalam mengukur suatu pelayanan ada tiga variabel yaitu input, proses dan
output. Kepuasan terdapat pada variabel output yang sebelumnya dalam variabel proses
mencakup interaksi pemberi pelayanan dengan konsumen, kinerja masuk dalam
cakupannya, sehingga kinerja dengan kepuasan merupakan elemen yang saling terkait
satu sama lain (Donnabodien,1980). Kinerja yang diberikan akan menggambarkan
kepuasan para pengguna jasa/pelayanan.
Hasil Studi Pendahuluan yang dilakukan di posyandu lansia, kader dimasing-
masing posyandu lansia berjumlah 7 orang tetapi yang aktif sebanyak 4-5 orang,
pendataan lansia di posyandu dilakukan hanya setiap pelaksanaan diluar pelaksanaan
pendataan lansia jarang dilakukan sehingga, pencatatan kunjungan lansia hanya dicatat
berat badan ,tinggi badab serta keluhan yang terkadang keluhan pun dicatat oleh petugas
kesehatan. Jumlah lansia yang datang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.
Penyuluhan sosial jarang sekali dilakukan oleh kader, penyuluhan hanya
dilakukan jika petugas kesehatan datang ke posyandu lansia dan memberikan informasi
kepada kader, kegiatan-kegiatan diposyandu lansia hanya tergambar pada proses 5 meja
selebihnya tidak ada kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan lansia
seperti senam yang saat ini tidak pernah diadakan dan penyuluhan.
Masalah yang ada yaitu untuk menggambarkan kinerja kader dengan pelayanan
yang diberikan pada pengunjung mempunyai dampak pada pelayanan. Kinerja kader
sangat penting dalam membangun posyandu lansia serta memberikan pelayanan terhadap
lansia yang datang, sehingga peneliti berkeinginan untuk mengetahui hubungan antara
kinerja kader posyandu lansia terhadap kepuasan lansia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kinerja kader dalam memberikan pelayanan di posyandu lansia?
2. Bagaimana tingkat kepuasan lansia terhadap kinerja kader posyandu lansia di
kelurahan Rempoa daerah binaan puskesmas Ciputat Timur?
3. Bagaimana Hubungan antara Kinerja kader terhadap kepuasan lansia di Dinoyo
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Hubungan antara kinerja kader posyandu lansia terhadap
tingkat kepuasan lansia
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kinerja kader dalam memberikan pelayanan di posyandu lansia
b. Mengidentifikasi kepuasan lansia terhadap kinerja kader posyandu lansia
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan
yang berharga bagi peneliti, dan mampu menerapkan pengalaman ilmiah yang di
peroleh.
2. Bagi Posyandu Lansia dan Kader
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan dampak positif
untuk lebih meningkatkan pelayanan terutama dalam kinerja kader posyandu itu
sendiri, sebagai informasi bagi pemerintah dan praktisi agar lebih memperhatikan
masalah kesehatan lansia dan meningkatkan kualitas pelayanan. Untuk Kader
diharapakan dapat memberikan pelajaran dan pengetahuan kepada kader agar lebih
meningkatkan kinerja dan memahami tugas dan tanggung jawab sebagai kader dalam
melaksanakan posyandu lansia.
3. Bagi Praktik Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan perawat
terutama perawat komunitas dalam praktik keperawatan untuk memberikan
pengalaman serta promosi kesehatan, pelatihan terhadap kader posyandu dalam
menjalankan posyandu tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Kader Posyandu
1. Definisi Kader
Kader kesehatan adalahlaki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakatdan
dilatih untuk menangani masalah-masalahkesehatan perseorangan maupun
masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang dekat dengan tempat pelayanan
kesehatan (Meilani.Dkk, 2009).
Kader adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat dan bertugas
mengembangkan masyarakat (Yulifah,dkk, 2009).Menurut Mia, dkk pada tahun 2008
mendefinisikan kader secara umum yaitu tenaga yang berasal dari masyarakat, dipilih
oleh masyarakat itu sendiri dan bekerja secara sukarela untuk menjadi penyelenggara
posyandu.
L.A Gunawan (dalam Mia ,dkk pada tahun 2008) memberikan batasan tentang
kader kesehatan yaitu : Kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehatan desa
(prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dan dari masyarakat yang bertugas
untuk mengebangkan masyarakat. Direktorat Bina Masyarakat Depkes RI
memberikan batasan bahwa kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih
dan ditunjuk oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan kader adalah laki-laki atau perempuan
yang secara sukarela, ditunjuk atau dipilih oleh masyarakat untuk membantu tenaga
kesehatan dalam membangun kesehatan dan menyelesaikan masalah-masalah
kesehatan dilingkungan masyarakat tersebut.
Kader terbentuk dari dua dasar pemikiran yaitu dari segi kemampuan
masyarakat dan segi kemasyarakatan. Pemikiran pertama berpendapat bahwa
pembangunan nasional dalam bidang kesehatan, pelayanan kesehatan diarahkan pada
prinsip masyarakat bukanlah sebagai objek, akan tetapi sebagai subjek dari
pembangunan tersebut, sedangkan dari segi kemasyarakatan berprinsip bahwa
perilaku kesehatan pada masyarakat tidak terlepas dari kebudayaan masyarakat itu
sendiri sehingga masyarakat perlu ikut berpartisipasi dalam upaya pembangunan
kesehatan (Mia ,dkk 2008).
2. Fungsi dan Tugas Kader
Tenaga yang atau kader yang dibutuhkan dalam pelaksanaan posyandu
sebaiknya 8 orang namun bisa kurang dengan konsekuensi bekerja rangkap.
Kepengurusan yang di anjurkan adalah:
a. Ketua Posyandu
Tugas dan Fungsi :
1) Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang dilakukan posyandu
2) Bertanggung jawab terhadap kerjasama dengan semua stake holder dalam
rangka meningkatkan mutu pelaksanaan posyandu
b. Sekretaris
Tugas dan Fungsi :Mencatat semua aktivitas perencanaan, pelaksanaan dan
pemantauan serta pengendalian posyandu
c. Bendahara
Tugas dan Fungsi :Pencatatan pemasukan dan pengeluaran serta pelaporan
keuangan posyandu
d. Kader sekitar 5 orang
Tugas kader dalam posyandu lanjut usia antara lain:
1) Mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan pada kegiatan
posyandu.
2) Memobilisasi sasaran pada hari pelayanan posyandu.
3) Melakukan pendaftaran sasaran pada pelayanan posyandu lanjut usia.
4) Melaksanakan kegiatan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan para lanjut usia dan mencatatnya dalam KMS atau buku pencatatan
lainnya.
5) Membantu petugas dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan pelayanan
lainnya.
6) Melakukan penyuluhan (kesehatan, gizi, sosial, agama dan karya) sesuai
dengan minatnya. (KomNasLansia, 2010)
Sedangkan menurut Depkes (2011) tugas dan tanggung jawab pelaksana
posyandu dalam hal ini adalah kader sebagai berikut
a. Sebelum Hari H Pelaksanaan Posyandu Lansia
1) Menyebarluaskan hari buka Posyandu melalui pertemuan warga setempat
2) Mempersiapkan tempat pelaksanaan Posyandu
3) Mempersiapkan sarana Posyandu
4) Melakukan pembagian tugas antar kader
5) Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya.
6) Mempersiapkan bahan PMT penyuluhan
b. Saat Hari H Pelaksanaan Posyandu Lansia
1) Melaksanakan pendaftaran pengunjung Posyandu
2) Melakukan pengukuran IMT melalui pengukuran berat badan dan tinggi
badan.
3) Mencatat hasil penimbangan di buku KMS dan mengisi buku register
Posyandu.
4) Membantu petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan seperti
Kegiatan pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan kadar haemoglobin darah
(Hb), gula darah dan kolesterol darah.
5) Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konseling kesehatan dan gizi sesuai
dengan hasil penimbangan serta memberikan PMT
6) Melaksanakan Konseling usaha ekonomi produtif dilakukan sesuai dengan
kebutuhan dan Kegiatan aktivitas fisik/senam
7) Setelah pelayanan Posyandu selesai, kader bersama petugas kesehatan
melengkapi pencatatan dan membahas hasil kegiatan serta tindak lanjut
c. Setelah Hari H Pelaksanaan Posyandu Lansia
1) Membuat grafik jumlah seluruh lansia yang ada diwilayah binaan posyandu
lansia
2) Melakukan tindak lanjut terhadap sasaran yang tidak datang dan sasaran yang
memerlukan penyuluhan lanjutan.
3) Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke Posyandu
saat hari buka
4) Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat, dan menghadiri
pertemuan rutin kelompok masyarakat atau organisasi keagamaan.
C. Kinerja
1. Definisi Kinerja
Kinerja adalah penampilan hasil kerja personil baik kuantitas maupun kualitas
dalan suatu organisasi. Kinerja merupakan penampilan individu maupun kelompok
yang tidak terbatas pada jabatan fungsional maupun struktural (Ilyas, 2002).
Menurut Gibson, dkk (2003) kinerja adalah hasil dari pekerjaan terkait dengan
tujuan organisasi, efisiensi dan keefektifan kinerja lainnya. kinerja (performance)
adalah hasil kerja yang dapat ditampilkan atau penampilan kerja seorang karyawan.
Dengan demikian kinerja seseorang karyawan dapat diukur dari hasil kerja, hasil
tugas atau hasil kegiatan dalam kurun waktu tertentu (Notoatmodjo, 2007).
Kinerja merupakan suatu penampilan kerja atau hasil kerja secara kuantitas
maupun kualitas yang dicapai seseorang dalam melakukan pekerjaan, tugas dan
tanggung jawab yang diberikan ( Mangku Prawira, 2002). Sementara menurut
Wibowo (2010), kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja,
tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung.
Istilah kinerja berasal dari kata Job Performanceatau actual performance
(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang, kinerja merpakan
hasil kerja secara kuantitas dan kualitas yang dicapai seseorang dalam melaksanakan
tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan (Mangkunegara, 2004)
Jadi, dapat disimpulkan definisi kinerja adalah hasil kerja seseorang baik
secara kualiatas maupun kuantitas dalam mengemban tugas serta tanggung jawab
yang diberikan. Kinerja merupakan satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan karena
dalam mengukur sebuah mutu pelayanan kinerja petugas pun didalamnya akan
menjadi salah satu tolak ukur penilaian untuk menentukan kepuasan
konsumen/pengguna jasa, apakah kinerja yang diberikan sesuai dengan standar dan
etik serta memberikan kepuasan bagi penduduk sekitarnya (DepKes RI, 2007).
Seperti yang dijelaskan oleh Donabodien (1980) yang dikutip Mulayadi
(2001) tentang pengukuran mutu pelayanankesehatan dapat diukur dengan
menggunakan tiga variabel:
a. Input (struktur) yaitu segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan
pelayanankesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan,
teknologi, organisasi,informasi, dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu
memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan mutu
pelayanan kesehatan adalah dalamperencanaan dan penggerakan pelaksanaan
pelayanan kesehatan.
b. Proses, ialah interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan
konsumen(pasien/masyarakat) yang didalamnya terdapat pula kinerja individu
dan kelompok dari berbagai aspek. Proses ini merupakan variabel penilaian mutu
yang penting.
c. Output/outcome, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang
terjadi pada konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari konsumen
tersebut (Donabodien, 1980)
Input
Struktur
Proses
Proses
Kinerja = Hasil Kerja yg
Kinerja individual dan Seluruh diberikan & apa yg dilakukan
Aspek / Kinerja Kader Kegiatan posyandu &sikap
Aktifitas pelayanan Posyandu
Output
Keterangan :
: Variabel diteliti
: Variabel tidak diteliti
B. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis penelitian ini adalah :
Ho : Tidak ada hubungan antara Kinerja Kader posyandu lansia terhadap kepuasan
lansia kelurahan Rempoadaerah wilayah kerja puskesmas Ciputat Tmur
H1 : Ada hubungan antara Kinerja Kader posyandu lansia terhadap kepuasan lansia
kelurahan Rempoadaerah wilayah kerja puskesmas Ciputat Tmur
BAB IV
Metodologi Penelitian
Metode penelitian adalah usaha untuk menjawab permasalahan, membuat suatu yang
masuk akal, memahami peraturan dan memprediksi keadaan yang terjadi (Nursalam,2001).
Bab ini menguraikan tentang desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, tempat dan
waktu penelitian, etika penelitian, alat pengumpulan data, uji validitas dan realibilitas,
prosedur pengumpulan data, pengolahan data, pengolahan dan tekhnik analisa data.
A. Desain Penelitian
Desain Penelitian merupakan bentuk rancangan yang akan digunakan dalam
melakukan prosedur penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi
analitic-observasional dengan metode penelitian cross sectional. Penelitian Cross
Sectional dimana suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-
faktor risiko dengan efek dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoatmojo, 2012).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara
pelayanan posyandu lansia terhadap kepuasan lansia di wilayah puskesmas Dinoyo
dengan cara memberikan pernyataan melalui kuisoner yang akan diisi oleh responden
penelitian.
Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
simple random sapling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi. (Aziz, 2007)
C. Variabel penelitian
1. Variable independen
Variable independen dalam penelitian ini adalah kinerja kader posyandu lansia
2. Variabel dependen
Variable dependen dalam penelitian ini adalah kepuasan lansia.
E. Definisi operasional
No Variabel Definisi operasional Alat Hasil ukur skala
ukur
1 Kinerja kader Hasil atau prestasi kerja yang kuisoner Hasil skoring nilai numerik
telah dilakukan oleh kader kenerja dengan
posyandu lansia sesuai inteprestasi
dengan tugas dan tanggung semakin tinggi
jawab yang diberikan dalam skor semakin baik
memberikan pelayanan kinerja kader
posyandu lansia
2 Kepuasan Terpenuhinya suatu harapan koisoner Hasil skoring nilai numerik
lansia dan keinginan lansia tentang keputusan dengan
pemahaman serta pelayanan intepretasi
yang diberikan oleh kader semakin tinggi
posyandu meliputi aspek: skor semakin baik
kepuasan yang
dirasakan lansia.
Responsivenes (cepat
tanggap) : kemampuan kader
dalam menangani dan
merespon keluhan lansia
secara cepat dan tepat
Reliability (Keandalan
):kemampuan kader dalam
melaksanakan pelayanan
posyandu lansia sesuai
dengan tugas kader serta
tujuan posyandu lansia itu
sendiri.
Assurance (keyakinan):
Keterampilan kader dalam
melaksanakan pelayanan
sehingga mencerminkan
suatu keyakinan serta
keamanan pada lansia
Empaty:cara kader
berkomunikasi dengn lansia
dan cara kader dalam
menyampaikan perasaan
pada lansia.
F. Instrument Penelitian
Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan lembaran
kuesioner yang disusun secara terstruktur berdasarkan teori dan berisikan pertanyaan
yang harus di jawab responden. Instrument penelitian terdiri dari data demografi meliputi
insial nama, usia, jenis kelamin serta pendidikan dan berisi dua instrument yang meliputi:
1. Kuisoner A
Kuisoner A adalah pernyataan-pernyataan yang memberikan gambaran kinerja
kader dalam pelaksanaan posyandu lansia dalam pelaksanaan posyandu yang meliputi
sikap kader dalam pelaksanaan serta bentuk kegiatan / pelayanan yang diberikan
kader dalam pelaksanaan posyandu lansia.
2. Kuisoner B
Kuisoner B adalah pernyataan-pernyataan yang memberikan gambaran
kepuasan lansia terhadap pelayanan posyandu lansia yang diberikan oleh kader ,
pernyataan tentang harapan dan kenyataan yang dirasakan lansia pada saat
pelaksanaan posyandu lansia yang terdiri dari dimensi tangiabels (kenyataan),
realibility (keandalan), responsiveness, assurance (jaminan) dan empati.
Pernyataan dibuat berdasarkan skala Likert. Skala ini digunakan untuk
mengukur kinerja kader dan kepuasan lansia. Jawaban-jawaban responden pada
variabel bebas maupun terikat kemudian akan diberi nilai. Nilai-nilainya adalah
sebagai berikut :
a. Pernyataan pada variabel akan dinilai dengan memberikan skala Likert yang
kemudian akan diberi skor pada pernyataannya, pada variabel kinerja jawaban
selalu akan diberi skor 5, Sering skor 4, kadang-kadang skor 3, jarang skor 2 dan
tidak pernah skor 1. Variabel kepuasan jawaban sangat setuju diberi skor 5, setuju
skor 4, netral atau biasa skor 3, tidak setuju 2 dan sangat tidak setuju diberi skor 1
b. Peneliti akan menghitung jumlah skor tersebut.
I. Analisa Data
1. Analisis univariat
Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan data
atau variabel secara sederhana (Umar, 2011). Data univariat pada penelitian ini
meliputi usia responden, jenis kelamin dan pendidikan responden serta hasil skor
kinerja kader dan kepuasan lansia. Untuk hasil skor kinerja di interpetasikan semakin
nilai mendekati nilai tertinggi kinerja semakin baik dan jika mendekati nilai terendah
kinerja buruk, dan untuk nilai kepuasan di intepretasikan semakin nilai mendekati
nilai tertinggi kepuasan yang dirasakan cukup tinggi baik dan jika mendekati nilai
terendah reponden merasakan ketidakpuasan.
2. Analisis bivariat
Analisi bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga mempunyai
Analisis dilakukan terhadap 2 variabel yaitu antara variabel bebas dengan variabel
terikat yaitu hubungan antara kinerja kader terhadap kepuasan lansia. Dalam
mengolah data, peneliti akan melakukan skoring, yaitu sajian data akan diubah ke
dalam data angka agar lebih mudah dianalisis. Uji statistic yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Pearson untuk mengetahui hubungan antara variabel, dengan
0,05 yang artinya ada hubungan bermakna atau signifikan antar variabel independen
J. Etika Penelitian
Penelitian ini menggunakan subjek manusia, maka peneliti harus memahami hak
dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga
penelitian yang di lakukan benar-benar menjunjung kebebasan manusia. Masalah etika
penelitian keperawatan sangat penting karena penelitian keperawatan berhubungan
langsung dengan manusia. Masalah etika yang harus diperhatikan dalam proses
penelitian adalah sebagai berikut (Hidayat, 2008):
1. Lembar persetujuan (Informed consent)
Lembar persetujuan ini di berikan kepada responden yang akan diteliti untuk
ketersediaannya menjadi responden penelitian. Persetujuan dari responden merupakan
hak dari responden yang sebelumnya sudah diberitahunkan oleh peneliti mengenai
tujuan penelitian, prosedur pelaksanaan, manfaat penelitian, dan kerahasiaan
responden. Lembar persetujuan ini di tanda tangani oleh responden yang bersedia
menjadi responden penelitian.
2. Tanpa nama (Anonymity)
Penelitian ini tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar
pengumpulan data yang di isi oleh responden, tetapi menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data yang di berikan kepada responden.
3. Kerahasiaan (Confidentially)
Kerahasiaan responden akan di jamin oleh peneliti, baik sebuah informasi
maupun masalah-masalah lainnya yang diberikan oleh responden.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, A. Aziz. Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika. 2008
Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineke Cipta. 2006
Arminiwati, S. Kinerja Kader Posyandu Anggrek 2 dalam Meningkatkan Strata Posyandu
(Studi Kasus di Kelurahan Timbau Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai
Kartanegara).Surakarta : Universitas Senelas Maret.2010
Budiarto, Eko. Metodologi Penelitian Kedokteran. EGC 2004
Depdagri.Departemen Dalam Negeri.. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi
Daerah Nomor 411.3/1116/SJ tentang Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu. Jakarta :
Departemen Dalam Negeri. 2001
Depkes RI. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta.
2001
Depkes RI. Pedoman Pelatihan Kader Kelompok Usia Lanjut bagi Petugas Kesehatan.
Jakarta : Direktorat Kesehatan Keluarga. 2005
Depkes RI. Pedoman pelatihan kader kelompok usia lanjut bagi Petugas kesehatan. Jakarta:
Direktorat kesehatan keluarga. 2006
Depkes RI .Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta: POKJANAL . 2011
Depkes RI. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta :
Depkes RI. 2003
Effendy, Nasrul. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.2000
Ekasari, Mia Fatma dkk. Keperawatan Komunitas: Upaya Memandirikan Masyarakat Untuk
Hidup Sehat. Jakarta : Trans Info Media. 2008
Elfindri dkk. Metodologi Penelitian Kesehatan, Cetakan Pertama. Jakarta : Baduose Media
Jakarta. 2011
Erfandy. Pengelolaan Posyandu Lansia. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2008
Gerson, R. F.Mengukur Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PPM. 2004
Gibson, J.L Struktur Organisasi dan Manajemen. Jakarta : Erlangga. 2003
Heru, AS. Kader Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC 1995
Handi, Irawan.10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta : Elex Media Komputindo. 2002
Hermanto, Dadang; Atik M & Lucia R. Presepsi Mutu Pelayanan dalam Kaitannya dengan
Kepuasan Pasien Rawat Inap Kebidanan RSUD Dr.H Soemarno Sosroatmodjo
Bulungan, Kalimantan Timur. 2010
Http://www.bappenas.go.id/node/142/1277/tahun-2025-angka-harapan-hidup-penduduk-
indonesia-737-tahun/.Diakses tgl 23 Desember 2012. Pkl 19.05
Http://tangerangkota.bps.go.id/index.php/penduduk/83-penduduk/97-penduduk-kel umur/
Diakses tgl 23 Desember 2012. Pkl 19.35
Djarot,Herry Suswanti;Rosaliana;Indri Astuti 2011 faktor-faktor yng berhubungan dengan
kinerja kader posyandu balita dalam pelaksanaan posyandu di kecamatan mraggen
kabupaten demak. UMM Semarang
llias Yaslis, Kinerja teori, penilaian, dan penelitian, Jakarta : FKM UI. 2002
Joeharno ; Burhanudin Gamrin. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Pelayanan
Kesehatan di Rumah Sakit. 2008
Komisi Nasional Lanjut Usia. Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia. Jakarta :PPLU.
2010 Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran, Edisi 11 jilid 1 dan 2 PT. Indeks,Jakarta
2008
Kurniawati. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Ibu Pengguna Posyandu
di Posyandu Wonorejo kabupaten Bantul. 2008
Mangkunegara, Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung :
Remaja Rosdakara. 2010
Mangkuprawira, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, Penerbit Ghalia
Indonesia, Jakarta
Maryam, R.Siti .Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika. 2008
Mathis and Jackson. Human Resource Management.South-Westren Cengage Learning: USA.
2009
Meilani, N dkk. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya. 2009
Mujahiddah, Sri Purnawiningsih, Pangabean. Hubungan Pelayanan Posyandu Lansia dengan
Tingkat Kepuasan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Pangi, Kecamatan Parigi. 2008
Mulyadi, Bagus. (Ed). Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit.
Jakarta:World Health Organization Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan RI. 2001
Muninjaya, A.A. Manajemen Kesehatan. Edisi: 2. Jakarta. EGC. 2004
Muninjaya, A.A.Gde. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta : EGC. 2011
Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. 2007.
Notoatmodjo,S. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. 2002
Notoadmodjo. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Adi Offset.
Yogyakarta. 2005
Nugroho. Keperawatan Gerontik. Edisi 2 Penerbit buku Kedokteran. Jakarta : EGC. 2000
Nursalam. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika 2008
Puspasari, A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Posyandu diKota Sabang Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam. 2008
Parinduri, J.S. Tingkat Kepuasan Pasien Immobilisasi dalam Pemenuhan Pelaksanaan
Personal Higiene oleh Perawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Medan: Fakultas Keperawatan USU. 2009
Sampara, Lukman. Manajemen Kualitas Pelyanan LAN Press. Jakaarta. 1999
Santoso, Singgih.Seri Solusi Bisnis Berbasis TI: Menggunakan SPSS untuk Statistik
Multivariat. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2006.
Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta:Graha Ilmu. 2007
Siagian, Sondang P.. Manajemen Susmber Daya Manusia.Jakarta : Penerbit PT.Bumi Aksara.
2004
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Jakarta: ALFABETA.2012
Tjiptono Fandy. Service management, mewujudkan layanan prima. Yogyakarta: ANDI. 2008
Tjiptono Fandy. Manajemen Jasa ed.3. Yogyakarta : Andi Offset. 2003
Tjiptono Fandy. Prinsip-Prinsip Total Quality Service. Yogyakarta: Andi Offset. 1997
Umar Husein. Metode Riset . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2011
Vensi, R. Analisis Pengaruh Kinerja Kader Posyandu Terhadap Tingkat Kemandirian
Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kayen Kidul Kabupaten Kediri. Surabaya:
UNAIR. 2012
Wibowo. Manajemen Kinerja. Jakarta : Rajawali Pres. 2010
Yulifah, Rita & Yuswanto,Tri Johan Agus. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba
Medika. 2009