B. Pengertian
C. Penyebab
Pneumotorak terjadi karena adanya kebocoran dibagian paru yang berisi udara melalui robekan
atau pecahnya pleura. Robekan ini berhubungan dengan bronchus. Pelebaran alveoli dan
pecahnya septa-septa alveoli kemudian membentuk suatu bula yang disebut granulomatous
fibrosisi. Granulomatous fibrosisi adalah salah satu penyebab tersering terjadinya pneumotoraks.,
karena bula tersebut berhubungan dengan adanya obstruksi empiema.
D. Patofisiologis
Saat inspirasi, tekanan intrapleura lebih negatif daripada tekanan intrabronkhial, sehingga paru
akan berkembang mengikuti dinding thoraks dan udara dari luar yang tekanannya nol (0) akan
masuk ke bronchus hingga sampai ke alveoli. Saat ekspirasi, dinding dada menekan rongga dada
sehingga tekanan intrapleura akan lebih tinggi dari tekanan di alveolus maupun di bronchus,
sehingga udara ditekan keluar malalui bronchus. Tekanan intrabronkhial meningkat apabila ada
tahanan jalan napas. Tekanan intrabronkhial akan lebih meningkat lagi pada waktu batuk, bersin
dan mengejan, karena pada keadaan ini epiglitis tertutup. Apabila di bagian perifer dari bronchus
atau alveolus ada bagian yang lemah, bronchus atau alveolus itu akan pecah dan robek.
Pada waktu ekspirasi, udara yang masuk ke dalam rongga pleura tidak mau keluar melalui
lubang yang terbuka sebelumnya, bahkan udara ekspirasi yang mestinya dihembuskan keluar
dapat masuk ke dalam rongga pleura. Apabila ada obstruksi di bronchus bagian proximal dari
fistel tersebut akan membuat tekanan pleura semakin lama semakin meningkat sehubungan
dengan berulangnya pernapasan. Udara masuk ke rongga pleura saat ekspirasi terjadi karena
udara ekspirasi mempunyai tekanan lebih tinggi dari rongga pleura, terlebih jika klien batuk,
tekanan udara di bronchus akan lebih kuat dari ekspirasi biasa.
Secara singkat proses terjadinya pneumotoraks adalah sebagai berikut:
1. Alveoli disangga oleh kapiler yang lemah dan mudah robek dan udara masuk kearah jaringan
peribronkhovaskular. Apabila alveoli itu melebar, tekanan dalam alveoli akan meningkat.
2. Apabila gerakan napas kuat, infeksi dan obstruksi endobronkhial adalah faktor presipitasi yang
memudahkan terjadinya robekan
3. Selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat menggoyahkan jaringan fibrosis di
peribronkhovaskular ke arah hilus, masuk mediastinum, dan menyebabkan pneumotoraks.
F. Pemerikasaan Diagnostik
Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologis pneumotoraks akan tampak hitam, rata, dan paru yang kolaps akan tampak
garis yang merupakan tepi paru. Kadang paru yang kolaps tidak membentuk garis, tetapi
berbentuk lobuler yang sesuai dengan lobus paru. Adakalanya paru yang mengalami kolaps
tersebut hanya tampak seperti massa yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan
kolaps paru yang luas sekali. Besarnya kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan
sesak napas yang dikeluhkan.
Perlu diamati ada tidaknya pendorongan. Apabila ada pendorongan jantung atau trakhea ke arah
paru yang sehat, kemungkinan besar telah terjadi pneumotoraks ventil dengan tekanan
intrapleura yang tinggi.
G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pneumotoraks tergantung pada jenis pneumotoraks yang dialami, derajat kolaps,
berat ringannya gejala, penyakit dasar dan penyulit yang terjadi saat pelaksanaan pengobatan
yang meliputi :
1. Tindakan dekompresi
Membuat hubungan antara rongga pleura dengan lingkungan luar dengan cara:
a. Menusukkan jarum melalui dinding dada hingga masuk ke rongga pleura, dengan demikian
tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi negatif. Hal ini disebabkan
karena udara keluar melalui jarum tersebut. Cara lainnya adalah melakukan penusukkan jarum
ke rongga pleura melalui tranfusion set.
2. Penatalaksanaan Tambahan
a. Apabila terdapat proses lain di paru, pengobatan tambahan ditujukan terhadap penyebabnya,
yaitu:
Terhadap proses TB paru, diberi OAT
Untuk mencegah obstipasi dan memperlancar dekekasi, penderita dibei obat laksatif ringan,
dengan tujuan agar saat defekasi, penderita tidak perlu mengejan terlalu keras.
b. Istirahat total
Klien dilarang melakukan kerja keras (mengangkat barang), batuk, bersin terlalu keras dan
mengejan.
H. Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesis
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
Sesak napas, nyeri disisi dada yang sakit
c. RPS
Keluhan sesak napas sering kali datang mendadak dan semakin lama semakin berat. Nyeri da
dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerakan
pernapasan.
Perlu dikaji apakah ada riwayat trauma tajam/tumpul yang mengenai rongga dada (tertembus
peluru, tertusuk benda tajam, KLL, dll)
d. RPD
Apakah klien pernah menderita TB paru dimana sering terjadi pada pneumotoraks spontan.
e. RPK
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang mungkin menyebabkan
pneumotoraks seperti kanker paru, asma, TB paru, dll.
f. Psikososial
Meliputi perasaan klien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana
prilaku klien pada tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya.
2. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing)
Inspeksi
Peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan serta penggunaan otot bantu pernapasan. Gerakan
pernapasan ekspansi dada yang asimetris (pergerakan dada tertinggal pada sisi yang sakit), iga
melebar, rongga dada asimetris (lebih cembung disisi yang sakit). Pengkajian batuk yang
produktif dengan sputum yang purulen. Trakhea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat.
Palpasi
Taktil fremitus menurun disisi yang sakit. Disamping itu, pada palpasi juga ditemukan
pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit. Pada sisi yang sakit, ruang antar
iga bisa saja normal atau melebar.
Perkusi
Suara ketuk pada sisi yang sakit hipersonor sampai timpani. Batas jantung terdorong ke arah
thoraks yang sehat apabila tekanan intrapleura tinggi.
Auskultasi
Suara napas menurun sampai menghilang pada sisi yang sakit.
b. B2 (Blood)
Perawat perlu memonitor dampak pneumothoraks pada status kardiovaskular yang meliputi
keadaan hemodinamik seperti nadi, tekanan darah dan pengisian kapiler/CRT.
c. B3 (Brain)
Pada inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji. Selain itu, diperlukan juga pemeriksaan GCS,
apakah compos mentis, samnolen atau koma.
d. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Perawat perlu memonitor
adanya oliguri yang merupakan tanda awal dari syok.
e. B5 (Bowel)
Akibat sesak napas, klien biasanya mengalami mual dan muntah, penurunan nafsu makan dan
penurunan berat badan.
f. B6 (Bone)
Pada trauma di rusuk dada, sering didapatkan adanya kerusakan otot dan jaringan lunak dada
sehingga meningkatkan risiko infeksi. Klien sering dijumpai mengalami gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari disebabkan adanya sesak napas, kelemahan dan keletihan fisik
secara umum.
A. Identitas Pasien : nama , umur, alamat, dst.....tgl MRS, tgl pengkajian, dx.medis.......
B. Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama
Sesak napas, bernapas terasa berat dan susah untuk melakukan pernapasan.
2. Riwayat penyakit sekarang
Tiga jam yang lalu klien mendadak mengeluh sesak napas dan semakin lama semakin berat,
disertai nyeri dada seperti tertusuk pada sisi dada sebelah kanan, rasa berat, tertekan dan terasa
lebih nyeri pada gerakan pernapasan. Tidak ada riwayat trauma yang mengenai rongga dada
seperti tertembus peluru, ledakan, trauma tumpul dada akibat kecelakaan lalu lintas maupun
tusukan benda tajam langsung menembus pleura. Karena keluhan sesak napas dirasakan
semakin berat, klien dibawa keluarga ke IRD RSUD Ulin Banjarmasin, disarankan rawat inap
untuk dilakukan tindakan pemasangan selang WSD. Klien masuk Ruang Dahlia pada jam 09.00
Wita.
3. Riwayat penyakit dahulu
Setahun yang lalu klien pernah menderita penyakit TB Paru, sudah menjalani pengobatan OAT
selama enam bulan
4. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien baik pneumotoraks
ataupun TB paru
5. Riwayat kebiasaan sehari-hari
Sehari-harinya klien bekerja sebagai tukang kayu/membuat rumah. Klien juga seorang perokok,
menghabiskan minimal satu bungkus rokok kretek/hari
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Tampak sakit berat dan sesak napas, KU sangat lemah, kesadaran Compos Mentis, GCS 456, TB
155 cm, BB 50 kg.
TTV : TD 110/70 mmHg, RR 32 x/mnt, N 92 x/mnt, T 36 C
Dada dan pernapasan
b. Inspeksi
Klien tampak sesak napas, keringat dingin, wajah tampak pucat, nyeri dada saat bernapas dan
gelisah
Bentuk dada kanan lebih cembung
Gerakan pernapasan dada kanan tertinggal
Penggunaan otot bantu napas tambahan
Pola napas cepat dan dangkal
c. Palpasi
Taktil fremitus getaran menurun di dada kanan
d. Perkusi
Hipersonor di dada kanan
e. Auskultasi
Suara napas menghilang di dada kanan
D. Pola Pemenuhan Kebutuhan (nutrisi, eliminasi, tidur & istirahat, aktifitas & latihan, personal
hygiene)
E. Prosedur Diagnostik
1. Laboratorium
2. Radiologi
Foto thoraks AP-Lat tanggal 18-4-2011 : gambaran pneumotoraks kanan, paru kolaps
Foto thoraks AP-Lat tanggal 19-4-2011 : ujung selang di IC 4-5
Foto thoraks AP-Lat tanggal 22-4-2011 : ujung selang di IC 4-5. tak tampak
pneumotoraks, paru ekspansi
F. Pengobatan
IVFD RL 20 tpm
Rimstar 2 x 2 tab
Codein 10 mg tab 0-1-1
Hepa Q 2 x 1 tab
Oksigen 2 lpm
Ranitidin 2 x 1 amp IV
Tramadol 2 x 1 mg drip
Ceftriaxone 2 x 1 gr IV
L. Rencana intervensi
2 Senin Risti infeksi dan trauma Dalam waktu ... x 1. Kaji kualitas, frekuensi dan
18-4-11 pernapasan b/d tindakan 24 jam setelah kedalaman napas, laporkan
11.00 invasif sekunder diberikan intervensi setiap perubahan yang terjadi
pemasangan selang WSD risti infeksi dan 2. Observasi tanda-tanda
ditandai dengan: trauma pernapasan infeksi pada luka, TTV,
DS: tidak terjadi dengan keluhan sesak napas dan
Px mengatakan terpasang kreteria evaluasi : nyeri saat bernapas
selang didada kanan Tidak ada tanda- 3. Anjurkan klien untuk
DO: tanda infeksi pada memegang selang bila ingin
Adanya luka 1 cm dengan luka merubah posisi
jahitan mengelilingi selang TTV dalam batas
4. Jaga personal hygiene, alat
WSD normal
tenun dan lingkungan
Terpasang selang WSD di Tidak ada pus 5. Berikan asupan nutrisi yang
IC 3-4 dihubungkan didalam selang adekuat
dengan selang Kepatenan sistem 6. Lakukan perawatan WSD
penyambung ke botol drainage WSD setiap hari
WSD dalam kondisi baik 7. Pantau kepatenan sistem
Luka sembuh tanpa drainage setiap hari
komplikasi 8. Kolaborasi medis untuk
pemberian obat antibiotika
M. Implementasi Keperawatan
N. Catatan Perkembangan
Reaksi:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Poskan Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Lencana Facebook
Uzanx Esta
Arsip Blog
2011 (38)
2012 (31)
o Januari (5)
o Maret (18)
o Juli (1)
o November (6)
o Desember (1)
LP & ASKEP PNEUMOTHORAX
2013 (4)
2014 (4)
nang manjinguk
182,964
FOB
Mengenai Saya
UZANXESTA
bekerjalah
dengan
berilmu.....
jangan
bekerja tapi
kamu tak
tahu untuk
apa !!!
Lihat profil lengkapku
Pengikut
Tema Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.