Anda di halaman 1dari 85

Sidang Tugas Akhir - Juli 2013

STUDI PERBANDINGAN PERPINDAHAN PANAS


MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA DAN
CRANK-NICHOLSON

COMPARATIVE STUDY OF HEAT TRANSFER USING FINITE


DIFFERENCE AND CRANK-NICHOLSON METHOD

DOSEN PEMBIMBING
Drs. Lukman Hanafi, M.Sc

MAHASISWA
Durmin (1206 100 701)

Jurusan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
PENDAHULUAN

2
Latar Belakang
Perpindahan panas yang terjadi di dalam bumi merupakan persoalan
kompleks karena melibatkan banyak parameter. Sehingga penyelesaian
persoalan perpindahan panas di alam ini memerlukan asumsi-asumsi untuk
menyederhanakan permasalahan.

Perpindahan panas (heat transfer) adalah ilmu untuk mengamati


perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara
benda atau material. Energi ini tidak dapat diukur atau diamati secara
langsung tetapi arah perpindahannya dan pengaruhnya dapat diamati dan
diukur.

Banyak model matematika perpindahan panas yang merupakan persamaan


diferensial parsial. Penyelesaian persamaan diferensial parsial dapat
dilakukan dengan beberapa metode. Pemilihan metode pendekatan
berdasarkan pada tujuan dan kompleksitas masalah.

3
Latar Belakang (lanjut)
Pada Tugas Akhir ini akan dikaji proses perpindahan panas satu dimensi
dimana objek penelitiannya adalah suatu simulasi domain bidang yang
pada batas-batas dan titik-titik tertentu diketahui temperaturnya.
Pendekatan yang dipakai adalah dengan membandingkan metode Beda
Hingga dan metode Crank-Nicholson.

4
Perumusan Masalah

Bagaimana proses perpindahan panas dengan metode beda


hingga.

Bagaimana proses perpindahan panas dengan metode Crank-


Nicholson.

Bagaimana perbandingan ketelitian metode beda hingga dan


Crank-Nicholson pada persamaan panas.

5
Batasan Masalah

Bentuk model matematis perpindahan panas yang diambil


adalah persamaan panas satu dimensi.

Metode beda hingga yang dipakai adalah metode beda hingga


maju skema Eksplisit.

Proses perpindahan panas ini akan disimulasikan


menggunakan Software Matlab.

6
Tujuan

Mengetahui proses perpindahan panas dengan metode beda


hingga.

Mengetahui proses perpindahan panas dengan metode Crank-


Nicholson.

Mengetahui perbandingan ketelitian metode beda hingga dan


Crank-Nicholson pada persamaan panas.

7
Manfaat

Manfaat yang didapat dari Tugas Akhir ini adalah dapat


mengetahui arah dan pola perpindahan panas pada objek yang
diteliti, yaitu pada batang logam panjang pada bentuk model satu
dimensinya.

8
TINJAUAN PUSTAKA

9
Perpindahan Panas
Panas mengalir dari benda bertemperatur lebih tinggi ke benda
bertemperatur lebih rendah. Laju perpindahan panas yang melewati benda
padat sebanding dengan gradien temperatur atau beda temperatur persatuan
panjang.

Mekanisme perpindahan panas sendiri dapat terjadi secara konduksi,


konveksi, dan radiasi.

Perpindahan panas secara konduksi adalah proses perpindahan panas dari


daerah bersuhu tinggi ke daerah bersuhu rendah dalam satu medium (padat,
cair atau gas), atau antara mediummedium yang berlainan yang
bersinggungan secara langsung.
Dinyatakan dengan:

10
Perpindahan Panas

Perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan energi dengan kerja


gabungan dari konduksi panas, penyimpanan, energi dan gerakan
mencampur. Proses terjadi pada permukaan padat (lebih panas atau dingin)
terhadap cairan atau gas (lebih dingin atau panas).
Dinyatakan dengan:

11
Perpindahan Panas
Perpindahan panas secara radiasi adalah proses perpindahan panas dari
benda bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah, bila benda
benda itu terpisah didalam ruang (bahkan dalam ruang hampa sekalipun).
Dinyatakan dengan:

12
Persamaan Diferensial Parsial
Persamaan diferensial parsial (PDP) adalah persamaan yang di dalamnya
terdapat suku-suku diferensial parsial yang dalam matematika diartikan
sebagai suatu hubungan yang mengaitkan suatu fungsi yang tidak diketahui,
yang merupakan fungsi dari beberapa variabel bebas, dengan turunan-
turunannya melalui variabel-variabel yang dimaksud.

Banyak permasalahan dalam bidang ilmu terapan, fisika, dan teknik


dimodelkan secara matematis dengan menggunakan persamaan deferensial
parsial.

Persamaan deferensial parsial memiliki bentuk umum:

dimana A, B dan C adalah konstan yang disebut dengan quasilinear.

13
Persamaan Diferensial Parsial
Terdapat tiga tipe dari persamaan quasilinear yaitu:

jika , persamaan disebut dengan persamaan elips.

jika , persamaan disebut dengan persamaan parabolik.

jika , persamaan disebut dengan persamaan


hiperbolik.
Salah satu persamaan parabolik adalah model satu dimensi untuk perpindahan
panas pada sebuah batang yang diisolasi dengan panjang L.

14
Persamaan Diferensial Parsial
Persamaan panas dengan temperatur u(x,t) dalam batang pada posisi x dan
waktu t dinyatakan dengan:

dengan distribusi temperatur awal pada t = 0 adalah

dan nilai batas pada ujung-ujung batang

Konstanta K adalah koefisien dari konduktifitas thermal bahan, adalah panas


spesifik, berat jenis material batang, dan c konstan.

15
Persamaan Diferensial Parsial
Untuk penyelesaian persamaan diferensial parsial jenis parabolik ini
persamaan perpindahan panas berdimensi satu diatas disederhanakan menjadi:

(1)

berlaku untuk 0 x L waktu t 0


dengan syarat-syarat batasnya adalah

16
Metode Beda Hingga
Untuk dapat menggunakan metode beda hingga dibutuhkan Deret Taylor.
Deret Taylor fungsi satu variabel disekitar x diberikan sebagai:

Deret Taylor inilah yang merupakan dasar pemikiran metode beda hingga
untuk menyelesaikan persamaan diferensial parsial secara numerik.

17
Metode Beda Hingga
Dari deret Taylor ini dikenal tiga pendekatan beda hingga.
Pendekatan beda maju (forward difference):

Pendekatan beda mundur (backward difference):

Pendekatan beda pusat (center difference):

18
Metode Beda Hingga untuk Persamaan Panas
Penyelesaian dengan metode beda hingga dapat dijelaskan dengan meninjau
suatu luasan yang merupakan hasil dari persamaan diferensial parsial yang
mempunyai satu variable tak bebas u dan dua variable bebas x dan t. Setiap
persamaan diferensial yang berlaku pada luasan tersebut menyatakan keadaan
suatu titik atau pias yang cukup kecil di luasan tersebut.

Metode Beda Hingga sangat sering dipakai untuk mencari solusi suatu
persamaan diferensial parsial (PDP). Hal ini disebabkan mudahnya mendekati
PDP dengan pendekatan deret Taylor-nya dan diperoleh persamaan beda.
Idenya adalah membawa domain PDP ke dalam domain komputasi yang
berupa grid.

19
Metode Beda Hingga untuk Persamaan Panas
1. Metode FTCS (Forward Time Center Space)
Metode FTCS sering disebut dengan metode Eksplisit

x = h dan t = k.
Penerapan Beda Maju terhadap (pers. (1)) di titik i,j, diperoreh

20
Metode Beda Hingga untuk Persamaan Panas
1. Metode FTCS (Forward Time Center Space)

penerapan Beda Pusat terhadap diperoleh

sehingga dari persamaan (1) diperoleh persamaan beda berikut:

dengan substitusi menjadi


(2)

Metode Eksplisit konvergen dan stabil jika

21
Metode Beda Hingga untuk Persamaan Panas
2. Metode Implisit BTCS (Backward Time Center Space)

x = h dan t = k.
Penerapan Beda Mundur terhadap (pers. (1)) di titik i,j+1,
diperoreh

22
Metode Beda Hingga untuk Persamaan Panas
2. Metode Implisit BTCS (Backward Time Center Space)

penerapan Beda Pusat terhadap diperoleh

sehingga dari persamaan (1) diperoleh persamaan beda berikut:

dengan substitusi menjadi


(3)

23
Metode Beda Hingga untuk Persamaan Panas
3. Metode Crank-Nicholson

x = h dan t = k.
Penerapan Beda Pusat terhadap (pers. (1)) di titik i,(j + ),
diperoreh

24
Metode Beda Hingga untuk Persamaan Panas
3. Metode Crank-Nicholson

Sedangkan di titik grid i,(j+), dihampiri dengan pendekatan


suku derivatif ruang pada waktu j+ dianggap sebagai nilai rata-rata
derivatif pada waktu j dan j+1

Dengan menerapkan Beda Pusat terhadap dititik i,j+1 (pada


waktu j+1) diperoleh

dan untuk di titik i,j (pada waktu j)

25
Metode Beda Hingga untuk Persamaan Panas
3. Metode Crank-Nicholson

Sehingga persamaan beda untuk metode Crank-Nicholson (untuk


persamaan (1)) yaitu

dengan substitusi menjadi

(4)

26
PEMBAHASAN

27
kondisi awal ,

kondisi batas ,

Dengan mengambil ukuran x = h = 0.2 dan t = k = 0.02 dan c = 1 maka

r = 0.5,

28
29
Penyelesaian dengan Metode Eksplisit
Pada skema eksplisit, variabel pada waktu j+1 dihitung berdasarkan variabel
pada waktu j yang sudah diketahui.

Penerapan metode Eksplisit, dengan menggunakan persamaan (2) dengan


r=0.5, menghasilkan

Hitungan dilakukan dengan memasukan nilai dari titik-titik yang sudah


diketahui ke persamaan diatas

30
Penyelesaian dengan Metode Eksplisit
Dari perhitungan keseluruhan dengan Metode Eksplisit didapat tabel

31
Penyelesaian dengan Metode Crank-Nicholson

Penerapan metode Crank-Nicholson, dengan menggunakan persamaan (4)


dengan r=0.5, menghasilkan

perhitungan dilakukan dengan memasukan nilai awal dan nilai batas pada
persamaan diatas

Misal untuk j=1 dan i=1,2,3,4 diperoleh sistem persamaan, empat persamaan
dengan empat variabel yang tidak diketahui:

Sistem persamaan dapat ditulis dalam bentuk matriks tridiagonal, yang


kemudian diselesaikan dengan menggunakan metode sapuan ganda Choleski

32
Penyelesaian dengan Metode Crank-Nicholson
Hasil perhitungan keseluruhan disajikan pada Tabel

33
grafik perbandingan metode Eksplisit dan Crank-Nicholson

34
grafik perbandingan metode Eksplisit dan Crank-Nicholson

keterangan: * : dengan Metode Eksplisit


o : dengan Metode Crank-Nicholson

35
grafik perbandingan metode Eksplisit dan Crank-Nicholson

keterangan: * : dengan Metode Eksplisit


o : dengan Metode Crank-Nicholson

36
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan

Metode beda hingga skema Eksplisit lebih mudah penyelesaiannya daripada


metode beda hingga skema Crank-Nicholson, karena untuk mendapatkan nilai
suatu titik dapat diketahui secara langsung dengan memasukan nilai-
nilai dari kondisi awal, dan kondisi batasnya, berbeda dengan metode beda
hingga skema Crank-Nicholson yang harus menyelesaikan sistem persamaan
yang terbentuk yang berbentuk matriks tridiagonal, sehingga diperlukan
metode lagi untuk penyelesaian dari matriks tridiagonal tersebut

Metode beda hingga skema Crank-Nicholson memiliki akurasi perhitungan


yang lebih baik daripada metode beda hingga skema Eksplisit.

37
Kesimpulan dan Saran
Saran

Tugas Akhir ini merupakan penelitian dengan kajian literatur tentang metode
beda hingga skema Eksplisit dan Crank-Nicholson untuk mencari solusi dari
persamaan panas satu dimensi, maka penulis menyarankan agar penelitian ini
dilanjutkan untuk kasus perpindahan panas dua dimensi.

38
Daftar Pustaka

39
TERIMA KASIH

40
Study air pollutants
Case Study: Finite

Informationsteknologi
Difference Methods
Air Quality Modelling
(and the advection
diffusion equation)

We want to study how our environment is affected


from the pollutants from an industrial plant?

Institutionen fr informationsteknologi | www.it.uu.se

Study air pollutants Mathematical model

ut=Du- (vu)

Informationsteknologi

Informationsteknologi

Diffusion Transport

u=u(x,y,z,t) concentration of pollutant


v=[vx,vy,vz] wind vector (weather forecast)
D-Diffusion constant

Note: The model can only be solved


analytically in some special cases, for a
Or we want to track the radioactivity from general wind vector the only possibility is
a nuclear plant accident (Tjernobyl 1986). to use numerical methods.

Institutionen fr informationsteknologi | www.it.uu.se Institutionen fr informationsteknologi | www.it.uu.se

Numerical Method Numerical Method


FDM approach: Reduce and simplify the problem:
One dimension, u=u(x,t)
Informationsteknologi

Informationsteknologi

Discretize the physical domain Constant wind, v=v=const


Represent the solution in the discrete nodes Zero diffusion, D=0
Replace the derivatives with finite differences
Compute the solution in the nodes ut=-vux
How do approximate the derivatives and how Has the analytical solution u(x,t)=u0(x-vt)
do we compute the solution, need to consider: Where u0(x)=u(x,0) is initial data, i.e., the
Accuracy solution follows the characteristic lines x-vt=c
Stability
Efficiency
But also other problem specific properties
(e.g. transport or diffusion properties)
Institutionen fr informationsteknologi | www.it.uu.se Institutionen fr informationsteknologi | www.it.uu.se

1
Numerical Method Numerical Method
Upwind method, take the derivates from
left (from the direction of the wind):
Informationsteknologi

Informationsteknologi
(ujn+1-ujn)/dt=-vj(ujn-unj-1)/dx
t

x
The solution follows the characteristic lines,
x-vt=c, and moves unmodified to the right as
t increases (the wind blows to the right, v>0).
Institutionen fr informationsteknologi | www.it.uu.se Institutionen fr informationsteknologi | www.it.uu.se

Matlab implementation Matlab implementation


dx=0.1; dt=0.05;
Informationsteknologi

Informationsteknologi

x=-15:dx:15;
u=u0(x); % Function u0.m

% Upwind method
c=v*dt/dx;
for t=dt:dt:T
u(2:end)=u(2:end)-
c*(u(2:end)-u(1:end-1));
end

plot(x,u);
Upwind method
Institutionen fr informationsteknologi | www.it.uu.se Institutionen fr informationsteknologi | www.it.uu.se

Analysis Improved method


Leap-Frog, take centered derivates both in
Accuracy: Taylor expansion gives order (1,1),
the space and time directions:
Informationsteknologi

Informationsteknologi

i.e, first order in space and time.

Stability: Von Neumann analysis (Fourier (ujn+1-ujn-1)/2dt=-vj(unj+1-unj-1)/2dx


mehod) gives the stability condition vdt/dx1 t

Efficiency: Not an issue, 1D problem,


generous stability condition.

Problem properties: Upwind method gives un-


physical damping (|Q|<1 for all frequencies). x

Institutionen fr informationsteknologi | www.it.uu.se Institutionen fr informationsteknologi | www.it.uu.se

2
Matlab implementation Matlab implementation
dx=0.1; dt=0.05;
x=-15:dx:15;
Informationsteknologi

Informationsteknologi
u=u0(x); % Function u0.m
unew=u0(x-v*dt);

% Leap-Frog method
c=v*dt/dx;
for t=2*dt:dt:T
uold=u;u=unew;
unew(2:end-1)=uold(2:end-1)-
c*(u(3:end)-u(1:end-2));
end

plot(x,u); Leap-Frog method


Institutionen fr informationsteknologi | www.it.uu.se Institutionen fr informationsteknologi | www.it.uu.se

Matlab implementation Analysis


Accuracy: Taylor expansion gives order (2,2),
i.e, second order in space and time.
Informationsteknologi

Informationsteknologi

Stability: Von Neumann analysis (Fourier


mehod) gives the stability condition vdt/dx1

Efficiency: Not an issue, 1D problem, generous


stability condition.

Problem properties: Leap-Frog preserves


solution amplitude (|Q|=1 for all frequencies
without diffusion term) but gives some un-
Leap-Frog with dx=dx/4, dt=dt/4 physical oscillations.

Institutionen fr informationsteknologi | www.it.uu.se Institutionen fr informationsteknologi | www.it.uu.se

Crank-Nicolson Crank-Nicolson
Crank-Nicolson is implicit
But, we can not use this method for our
Informationsteknologi

Informationsteknologi

equation with diffusion term D0. ujn+1+vjdt/(4dx)(un+1j+1-un+1j-1)=


von Neumann analysis gives |Q|>1. ujn-vjdt/(4dx)(unj+1-unj-1)

t
Use an implicit non-damping scheme,
e.g., Crank-Nicolson:

(ujn+1-ujn)/dt=-vj(D0un+1+D0un)/2
With D0u=(uj+1-uj-1)/2dx
x
Gives similar solution as Leap-Frog Need to solve a tri-diagonal linear system of
equations in each time step, Aun+1=Bun.
Institutionen fr informationsteknologi | www.it.uu.se Institutionen fr informationsteknologi | www.it.uu.se

3
Matlab implementation Analysis
% Crank-Nicolsons method Accuracy: Taylor expansion gives order (2,2)
e=ones(n,1); c=v/(4*dx)*e;
Informationsteknologi

Informationsteknologi
Stability: Unconditionally stable
A=spdiags([-c e c],[-1 0 1],n,n);
B=spdiags([c e -c],[-1 0 1],n,n); Efficiency: Can take arbitrary dt but need to
[L,U,P]=lu(A); Bp=P*B; solve a tri-diagonal system in each step.
Problem properties: Crank-Nicolson preserves
for t=2*dt:dt:T solution amplitude (|Q|=1 for all frequencies)
z=L\(Bp*u); but gives some un-physical oscillations. Similar
u=U\z; solution as for Leap-Frog but with D0 we get
end correct damping.

Summary: Crank-Nicolson is accurate, stable,


efficient and preserves application properties.
Institutionen fr informationsteknologi | www.it.uu.se Institutionen fr informationsteknologi | www.it.uu.se

Mathematical model Mathematical model


Extend the model into two dimensions, D=0,
Extend the model with diffusion D=1 and and circular wind, v=[-y/R,x/R]. At t=0 a
varying wind: v=5x2/(1+x2) for x>0
Informationsteknologi

Informationsteknologi

concentrated cloud of pollutant is released.

Numerical solution
Institutionen fr informationsteknologi | www.it.uu.se Institutionen fr informationsteknologi | www.it.uu.se

Numerical solution Numerical solution


Informationsteknologi

Informationsteknologi

Upwind method, one sided differences Crank-Nicolson, centered differences


Institutionen fr informationsteknologi | www.it.uu.se Institutionen fr informationsteknologi | www.it.uu.se

4
Numerical solution Numerical solution
Increase wind, : v=10x[-y/R,x/R] Decrease space and time steps
Informationsteknologi

Informationsteknologi
Institutionen fr informationsteknologi | www.it.uu.se Institutionen fr informationsteknologi | www.it.uu.se

Numerical solution Summary


Finally, add diffusion D=0.1 Need to have control on accuracy (Taylor) and
stability (Fourier) => Convergence
Informationsteknologi

Informationsteknologi

For effiency:
Rule 1: Choose higher order methods if
accuracy is insufficient, more efficient than
increasing the number grid points.
Rule 2: Choose implicit methods for parabolic
problems, unconditionally stable (with correct
boundary conditions).

(For high performance, write in a more


efficient language and parallelize the code.)
Institutionen fr informationsteknologi | www.it.uu.se Institutionen fr informationsteknologi | www.it.uu.se

Summary Mini project 1


How do we distinguish between physical Can work in groups with up to 3 students
and numerical phenomena in the solution, Full report required, see instructions
Informationsteknologi

Informationsteknologi

e.g., non-physical damping and oscillations? Use INBOX #9, floor 2, house 2 (no email!)
How do we know that we have a correct Deadline October 2
solution?
Repeat the experiments with smaller and
smaller discretization steps. If the solution
converges the results are correct.
(Stability + Consistency => Convergence)
Convergence rate proportional to the order of
accuracy and Richardson extrapolation gives
an estimate of the global error.

Institutionen fr informationsteknologi | www.it.uu.se Institutionen fr informationsteknologi | www.it.uu.se

5
Sidang Tugas Akhir - Juli 2013

STUDI PERBANDINGAN PERPINDAHAN PANAS


MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA DAN
CRANK-NICHOLSON

COMPARATIVE STUDY OF HEAT TRANSFER USING FINITE


DIFFERENCE AND CRANK-NICHOLSON METHOD

DOSEN PEMBIMBING
Drs. Lukman Hanafi, M.Sc

MAHASISWA
Durmin (1206 100 701)

Jurusan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
PENDAHULUAN

2
Latar Belakang
Perpindahan panas yang terjadi di dalam bumi merupakan persoalan
kompleks karena melibatkan banyak parameter. Sehingga penyelesaian
persoalan perpindahan panas di alam ini memerlukan asumsi-asumsi untuk
menyederhanakan permasalahan.

Perpindahan panas (heat transfer) adalah ilmu untuk mengamati


perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara
benda atau material. Energi ini tidak dapat diukur atau diamati secara
langsung tetapi arah perpindahannya dan pengaruhnya dapat diamati dan
diukur.

Banyak model matematika perpindahan panas yang merupakan persamaan


diferensial parsial. Penyelesaian persamaan diferensial parsial dapat
dilakukan dengan beberapa metode. Pemilihan metode pendekatan
berdasarkan pada tujuan dan kompleksitas masalah.

3
Latar Belakang (lanjut)
Pada Tugas Akhir ini akan dikaji proses perpindahan panas satu dimensi
dimana objek penelitiannya adalah suatu simulasi domain bidang yang
pada batas-batas dan titik-titik tertentu diketahui temperaturnya.
Pendekatan yang dipakai adalah dengan membandingkan metode Beda
Hingga dan metode Crank-Nicholson.

4
Perumusan Masalah

Bagaimana proses perpindahan panas dengan metode beda


hingga.

Bagaimana proses perpindahan panas dengan metode Crank-


Nicholson.

Bagaimana perbandingan ketelitian metode beda hingga dan


Crank-Nicholson pada persamaan panas.

5
Batasan Masalah

Bentuk model matematis perpindahan panas yang diambil


adalah persamaan panas satu dimensi.

Metode beda hingga yang dipakai adalah metode beda hingga


maju skema Eksplisit.

Proses perpindahan panas ini akan disimulasikan


menggunakan Software Matlab.

6
Tujuan

Mengetahui proses perpindahan panas dengan metode beda


hingga.

Mengetahui proses perpindahan panas dengan metode Crank-


Nicholson.

Mengetahui perbandingan ketelitian metode beda hingga dan


Crank-Nicholson pada persamaan panas.

7
Manfaat

Manfaat yang didapat dari Tugas Akhir ini adalah dapat


mengetahui arah dan pola perpindahan panas pada objek yang
diteliti, yaitu pada batang logam panjang pada bentuk model satu
dimensinya.

8
TINJAUAN PUSTAKA

9
Perpindahan Panas
Panas mengalir dari benda bertemperatur lebih tinggi ke benda
bertemperatur lebih rendah. Laju perpindahan panas yang melewati benda
padat sebanding dengan gradien temperatur atau beda temperatur persatuan
panjang.

Mekanisme perpindahan panas sendiri dapat terjadi secara konduksi,


konveksi, dan radiasi.

Perpindahan panas secara konduksi adalah proses perpindahan panas dari


daerah bersuhu tinggi ke daerah bersuhu rendah dalam satu medium (padat,
cair atau gas), atau antara mediummedium yang berlainan yang
bersinggungan secara langsung.
Dinyatakan dengan:

10
Perpindahan Panas

Perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan energi dengan kerja


gabungan dari konduksi panas, penyimpanan, energi dan gerakan
mencampur. Proses terjadi pada permukaan padat (lebih panas atau dingin)
terhadap cairan atau gas (lebih dingin atau panas).
Dinyatakan dengan:

11
Perpindahan Panas
Perpindahan panas secara radiasi adalah proses perpindahan panas dari
benda bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah, bila benda
benda itu terpisah didalam ruang (bahkan dalam ruang hampa sekalipun).
Dinyatakan dengan:

12
Persamaan Diferensial Parsial
Persamaan diferensial parsial (PDP) adalah persamaan yang di dalamnya
terdapat suku-suku diferensial parsial yang dalam matematika diartikan
sebagai suatu hubungan yang mengaitkan suatu fungsi yang tidak diketahui,
yang merupakan fungsi dari beberapa variabel bebas, dengan turunan-
turunannya melalui variabel-variabel yang dimaksud.

Banyak permasalahan dalam bidang ilmu terapan, fisika, dan teknik


dimodelkan secara matematis dengan menggunakan persamaan deferensial
parsial.

Persamaan deferensial parsial memiliki bentuk umum:

dimana A, B dan C adalah konstan yang disebut dengan quasilinear.

13
Persamaan Diferensial Parsial
Terdapat tiga tipe dari persamaan quasilinear yaitu:

jika , persamaan disebut dengan persamaan elips.

jika , persamaan disebut dengan persamaan parabolik.

jika , persamaan disebut dengan persamaan


hiperbolik.
Salah satu persamaan parabolik adalah model satu dimensi untuk perpindahan
panas pada sebuah batang yang diisolasi dengan panjang L.

14
Persamaan Diferensial Parsial
Persamaan panas dengan temperatur u(x,t) dalam batang pada posisi x dan
waktu t dinyatakan dengan:

dengan distribusi temperatur awal pada t = 0 adalah

dan nilai batas pada ujung-ujung batang

Konstanta K adalah koefisien dari konduktifitas thermal bahan, adalah panas


spesifik, berat jenis material batang, dan c konstan.

15
Persamaan Diferensial Parsial
Untuk penyelesaian persamaan diferensial parsial jenis parabolik ini
persamaan perpindahan panas berdimensi satu diatas disederhanakan menjadi:

(1)

berlaku untuk 0 x L waktu t 0


dengan syarat-syarat batasnya adalah

16
Metode Beda Hingga
Untuk dapat menggunakan metode beda hingga dibutuhkan Deret Taylor.
Deret Taylor fungsi satu variabel disekitar x diberikan sebagai:

Deret Taylor inilah yang merupakan dasar pemikiran metode beda hingga
untuk menyelesaikan persamaan diferensial parsial secara numerik.

17
Metode Beda Hingga
Dari deret Taylor ini dikenal tiga pendekatan beda hingga.
Pendekatan beda maju (forward difference):

Pendekatan beda mundur (backward difference):

Pendekatan beda pusat (center difference):

18
Metode Beda Hingga untuk Persamaan Panas
Penyelesaian dengan metode beda hingga dapat dijelaskan dengan meninjau
suatu luasan yang merupakan hasil dari persamaan diferensial parsial yang
mempunyai satu variable tak bebas u dan dua variable bebas x dan t. Setiap
persamaan diferensial yang berlaku pada luasan tersebut menyatakan keadaan
suatu titik atau pias yang cukup kecil di luasan tersebut.

Metode Beda Hingga sangat sering dipakai untuk mencari solusi suatu
persamaan diferensial parsial (PDP). Hal ini disebabkan mudahnya mendekati
PDP dengan pendekatan deret Taylor-nya dan diperoleh persamaan beda.
Idenya adalah membawa domain PDP ke dalam domain komputasi yang
berupa grid.

19
Metode Beda Hingga untuk Persamaan Panas
1. Metode FTCS (Forward Time Center Space)
Metode FTCS sering disebut dengan metode Eksplisit

x = h dan t = k.
Penerapan Beda Maju terhadap (pers. (1)) di titik i,j, diperoreh

20
Metode Beda Hingga untuk Persamaan Panas
1. Metode FTCS (Forward Time Center Space)

penerapan Beda Pusat terhadap diperoleh

sehingga dari persamaan (1) diperoleh persamaan beda berikut:

dengan substitusi menjadi


(2)

Metode Eksplisit konvergen dan stabil jika

21
Metode Beda Hingga untuk Persamaan Panas
2. Metode Implisit BTCS (Backward Time Center Space)

x = h dan t = k.
Penerapan Beda Mundur terhadap (pers. (1)) di titik i,j+1,
diperoreh

22
Metode Beda Hingga untuk Persamaan Panas
2. Metode Implisit BTCS (Backward Time Center Space)

penerapan Beda Pusat terhadap diperoleh

sehingga dari persamaan (1) diperoleh persamaan beda berikut:

dengan substitusi menjadi


(3)

23
Metode Beda Hingga untuk Persamaan Panas
3. Metode Crank-Nicholson

x = h dan t = k.
Penerapan Beda Pusat terhadap (pers. (1)) di titik i,(j + ),
diperoreh

24
Metode Beda Hingga untuk Persamaan Panas
3. Metode Crank-Nicholson

Sedangkan di titik grid i,(j+), dihampiri dengan pendekatan


suku derivatif ruang pada waktu j+ dianggap sebagai nilai rata-rata
derivatif pada waktu j dan j+1

Dengan menerapkan Beda Pusat terhadap dititik i,j+1 (pada


waktu j+1) diperoleh

dan untuk di titik i,j (pada waktu j)

25
Metode Beda Hingga untuk Persamaan Panas
3. Metode Crank-Nicholson

Sehingga persamaan beda untuk metode Crank-Nicholson (untuk


persamaan (1)) yaitu

dengan substitusi menjadi

(4)

26
PEMBAHASAN

27
kondisi awal ,

kondisi batas ,

Dengan mengambil ukuran x = h = 0.2 dan t = k = 0.02 dan c = 1 maka

r = 0.5,

28
29
Penyelesaian dengan Metode Eksplisit
Pada skema eksplisit, variabel pada waktu j+1 dihitung berdasarkan variabel
pada waktu j yang sudah diketahui.

Penerapan metode Eksplisit, dengan menggunakan persamaan (2) dengan


r=0.5, menghasilkan

Hitungan dilakukan dengan memasukan nilai dari titik-titik yang sudah


diketahui ke persamaan diatas

30
Penyelesaian dengan Metode Eksplisit
Dari perhitungan keseluruhan dengan Metode Eksplisit didapat tabel

31
Penyelesaian dengan Metode Crank-Nicholson

Penerapan metode Crank-Nicholson, dengan menggunakan persamaan (4)


dengan r=0.5, menghasilkan

perhitungan dilakukan dengan memasukan nilai awal dan nilai batas pada
persamaan diatas

Misal untuk j=1 dan i=1,2,3,4 diperoleh sistem persamaan, empat persamaan
dengan empat variabel yang tidak diketahui:

Sistem persamaan dapat ditulis dalam bentuk matriks tridiagonal, yang


kemudian diselesaikan dengan menggunakan metode sapuan ganda Choleski

32
Penyelesaian dengan Metode Crank-Nicholson
Hasil perhitungan keseluruhan disajikan pada Tabel

33
grafik perbandingan metode Eksplisit dan Crank-Nicholson

34
grafik perbandingan metode Eksplisit dan Crank-Nicholson

keterangan: * : dengan Metode Eksplisit


o : dengan Metode Crank-Nicholson

35
grafik perbandingan metode Eksplisit dan Crank-Nicholson

keterangan: * : dengan Metode Eksplisit


o : dengan Metode Crank-Nicholson

36
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan

Metode beda hingga skema Eksplisit lebih mudah penyelesaiannya daripada


metode beda hingga skema Crank-Nicholson, karena untuk mendapatkan nilai
suatu titik dapat diketahui secara langsung dengan memasukan nilai-
nilai dari kondisi awal, dan kondisi batasnya, berbeda dengan metode beda
hingga skema Crank-Nicholson yang harus menyelesaikan sistem persamaan
yang terbentuk yang berbentuk matriks tridiagonal, sehingga diperlukan
metode lagi untuk penyelesaian dari matriks tridiagonal tersebut

Metode beda hingga skema Crank-Nicholson memiliki akurasi perhitungan


yang lebih baik daripada metode beda hingga skema Eksplisit.

37
Kesimpulan dan Saran
Saran

Tugas Akhir ini merupakan penelitian dengan kajian literatur tentang metode
beda hingga skema Eksplisit dan Crank-Nicholson untuk mencari solusi dari
persamaan panas satu dimensi, maka penulis menyarankan agar penelitian ini
dilanjutkan untuk kasus perpindahan panas dua dimensi.

38
Daftar Pustaka

39
TERIMA KASIH

40

Anda mungkin juga menyukai