Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PE N DAHU LUAN

Menarik diri (withdrawal) adalah suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian
maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung ( isolasi diri ). Pada
mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam
berhubungan dengan orang lain.

Pada klien dengan menarik diri diperlukan rangsangan/stimulus yang adequat untuk
memulihkan keadaan yang stabil. Stimulus yang positif dan terus menerus dapat
dilakukan oleh perawat. Apabila stimulus tidak dilakukan/diberikan kepada klien
tetap menarik diri yang akhirnya dapat mengalami halusinasi, kebersihan diri kurang
dan kegiatan hidup se hari hari kurang adequat.

Menyadari pentingnya stimulus yang adequat tersebut serta melihat kenyataan bahwa
selama beberapa hari kami amati banyak kasus kasus dengan menarik diri di ruang
Jiwa C , maka kami terdorong untuk menerapkan asuhan keperawatan klien Tn. S
dengan masalah utama menarik diri pada kasus Shizoprenia hebifrenik dengan tujuan
:

1. Mempelajari kasus menarik diri disesuaikan dengan teori dan konsep yang telah
diterima
2. Memberikan asuhan keperawatan pada klien menarik diri dengan pendekatan
proses keperawatan
3. Mendesiminasikan asuhan keperawatan klien menarik diri.

Asuhan keperawatan ini kami buat selama kami praktek dari tanggal 2 April sampai
dengan tanggal 12 April 2001 di Ruang Jiwa C RSUD DR . SUTOMO
SURABAYA
Daftar Masalah Keperawatan
1. Isolasi sosial
2. Harga diri rendah
3. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi dengar
4. Resiko mencederai diri dan orang lain
5. Ketidakefektifan pelaksanaan regimen teraupetik
6. Defisit perawatan diri
7. Kurangnya pengetahuan keluarga dalam perawatan klien

POHON MASALAH

Resiko mencederai diri


Dan orang lain

Penatalaksanana regimen
Defisit perawatan diri Teraupetik inefektif

Perubahan persepsi sensori :


Halusinasi lihat dengar

Kurangnya motivasi dalam Isolasi sosial : Menarik diri Kurang


Perawatan diri pengetahuan keluarga
dalam merawat klien
di rumah

Harga diri rendah


DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

2. Perubahan persepsi sensori : Resiko halusinasi lihat dan dengar berhubungan


dengan menarik diri

3. Penatalaksanaan regimen teraupetik inefektif berhubungan dengan kurangnya


pengetahuan keluarga dalam merawat klien di rumah

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya motivasi dalam perawatan


diri
BAB III

TINJAUAN TEORI

A. PROSES TERJADINYA MASALAH KEPERAWATAN

Gangguan hubungan sosial adalah keadaan dimana individu kurang berpartisipasi


dalam jumlah berlebihan atau hubungan sosial yang tidak efektif (Rawlins,
1993). Sedangkan definisi dari isolasi sosial adalah keadaan dimana
individu/kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk
meningkatkan keterlibatannya dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat
kontak.(Carpenito, 1998). Dari dua definisi tersebut terlihat bahwa individu menarik
diri mengalami gangguan dan kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.

Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau
isolasi yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga, yang biasanya dialami klien
dengan latar belakang lingkungan yang penuh dengan permasalahan,
ketegangan,kekecewaan dan kecemasan.

Menurut Stuart dan Sundeen (1995), faktor predisposisi dari gangguan hubungan
sosial adalah : 1) faktor perkembangan dimana setiap gangguan dalam pencapaian
tugas perkembangan akan menyebabkan seseorang mempunyai masalah respon
sosial yang maladaptif. Untuk faktor perkembangan, setiap tahap tumbuh kembang
memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan baik. Bila tugas perkembangan ini
tidak dapat dilalui dengan baik maka akan menghambat tahap perkembangan
selanjutnya, 2) faktor genetik dimana salah satu faktor yang menunjang adalah
adanya respon sosial yang maladaptif dari orang tua atau garis keturunan diatas, 3)
faktor komunikasi dalam keluarga dimana masalah komunikasi dalam keluarga dapat
menjadi kontributor untuk mengembangkan gangguan tingkah laku. Masalah
komunikasi tersebut antara lain sikap bermusuhan , selalu mengkritik, menyalahkan,
kurang kehangatan, kurang memperhatikan anak, emosi yang tinggi. Komunikasi
dalam keluarga amatlah penting dengan memberikan pujian,adanya tegur sapa dan
komunikasi terbuka . Kurangnya stimulasi, kasih sayang dan perhatian dari
ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang akan menghambat
terbentuknya rasa percaya diri. 4)faktor sosio kultural yaitu norma yang tidak
mendukung terhadap pendekatan orang lain atau norma yang salah yang dianut
keluarga, seperti anggota keluarga yang gagal diasinglan dari lingkungan sosial.

Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam mengembangkan


hubungan dengan orang lain, akibatnya klien menjadi regresi, mengalami penurunan
dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri.
Klien semakin tenggelam dalam pengalaman dan pola tingkah laku masa lalu serta
tingkah laku primitif antara lain pembicaraan yang austik dan tingkah laku yang tidak
sesuai dengan kenyataan sehingga dapat berakibat lanjut terjadinya halusinasi dan
gangguan komunikkasi verbal karena klien tidak mau berinteraksi secara verbal
dengan orang lain. Halusinasi pada klien dapat menimbulkan resiko mencederai diri
dan orang lain apabila halusinasinya menyuruh klien untuk melakukan kekerasan
pada diri maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya.

Klien dengan harga diri rendah akan membuat dirinya enggan berinteraksi dengan
orang lain di sekitarnya. Tidak adanya dukungan untuk berinteraksi membuat klien
semakin menarik diri dari lingkungannya. Akibat menarik diri, klien akan mengalami
halusinasi. Halusinasi pada akhirnya akan menguasai klien, pada tahapan lebih lanjut,
sehingga memunculkan resiko kekerasan. Harga diri rendah juga akan menimbulkan
koping mekanisme pada klien di mana ia mengkompensasikan perasaannya dengan
waham kebesaran untuk mengatasi harga dirinya yang rendah. Waham akan
mempengaruhi komunikasi klien dimana setiap berkomunikasi klien selalu terarah
pada wahamnya sendiri sehingga terjadi gangguan komunikasi verbal.

Pada kasus Tn. S awal kejadiannya disebabkan karena adanya ancaman dari teman-
temannya bahwa klien tidak akan di ajak bergaul dengan teman group musiknya bila
tidak mengikuti aturan main, padahal teman-temannya bermaksud bergurau, tapi
klien merasa malu. Hal itu terjadi tahun 1995 ketika klien masih duduk di bangku
STM kelas II dan klien dirawat di Rumah sakit selama 9 hari. Selanjutnya klien
berobat jalan, namun sudah kurang lebih 1,5 tahun klien tidak pernah berobat.
Kejadian yang menyebabkan klien MRS yang kedua ini berawal dari keinginan klien
dan keluarga agar klien melamar pekerjaan di tempat kerja pamannya yang berada di
Banjarmasin , tapi gagal. Akibat kegagalanya ini klien merasa kecewa karena klien
berangan angan bila bekerja dapat membantu penghasilan keluarga. Sebagai anak
tertua klien merasa harus dapat membantu orangtuanya. Selanjutnya klien merasa
tidak berguna, lalu menarik diri dengan menyendiri dalam kamar sambil termenung,
tidak mau merawat diri, tidak mau makan, kadang-kadang bicara sendiri atau
ngomel-ngomel tanpa sebab jelas. Bila diajak bicara bicaranya ngelantur, tidsk
terarah dan terkadang diam tidak mau menjawab, akhirnya terjadi gangguan
komunikasi verbal. Dalam kehidupan sehari hari klien tidak mau bergaul dengan
tetangga dan tidak pernah bercerita tentang masalah pribadinya.

Masalah klien yang biasa muncul pada klien menarik diri adalah koping individu
tidak efektif, koping keluarga tidak efektif, harga diri rendah,isolasi sosial menarik
diri, resiko tinggi halusinasi,kerusakan interaksi sosial, intoleransi aktivitas dan
defisit perawatan diri ( Depkes 1995 ). Sedangkan masalah keperawatan yang terjadi
pada Tn S adalah : Isolasi sosial menerik diri, harga diri rendah, resiko halusinasi, ,
koping keluarga tidak efektif : penatalaksanaan regimen teraupeutik in efektif,
defisit perawatan diri. .

B. TINDAKAN KEPERAWATAN

Dalam menyusun tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan di


atas digunakan beberapa sumber antara lain : Carpenito (1998 ) , Stuart dan Sundeen
(1995 ).

ISOLASI SOSIAL : Menarik diri


Prinsip tindakan
1. Bina hubungan saling percaya
2. Interaksi sering dan singkat
3. Dengarkan dengan sikap empati
4. Beri umpan balik yang positif
5. Ciptakan suasana yang ramah dan bersahabat
6. Jujur dan menepati semua janji
7. Susun dan tulis daftar kegiatan harian bersama klien sesuai dengan jadwal
ruangan, minat serta kemampuan klien
8. Bimbing klien untuk meningkatkan hubungan sosial secara bertahap mulai dari
klien-perawat, klien dua orang perawat, klien-dua perawat-dan klien lain, klien
dengan kelompok kecil, klien dengan kelompok besar
9. Bimbing klien untuk ikut ambil bagian dalam aktivitas kelompok seperti dalam
terapi aktivitas kelompok : sosialisasi
10. Berikan pujian saatklien mampu berinteraksi dengan orang lain
11. Diskusikan dengan keluarga untuk mengaktifkan support system yang ada
12. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat anti depresan
HARGA DIRI RENDAH

Prinsip Tindakan :
1. Perluas kesadaran klien
- Bina hubungan saling percaya
- Berikan pekerjaan pada klien pada tingkat kemampuan yang dimiliki
Maksimalkan peran serta klien dalam hubungan terapeutik
2. Dukung ekplorasi diri klien
- Bantu klien untuk menerima perasaan danpikiran- pikirannya
- Bantu mengklarifikasi konsep diri dan hubungan denganorang lain
melalui keterbukaan
- Berikan respon empati bukan simpati dan tekankan bahwa kekuatan untuk
berubah ada pada diri klien
3. Bantu klien merumuskan perencanaan yang realistik
- Bantu klien mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah
- Bantu mengkonseptualkan tujuan yang realistik.

PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI ; Resiko halusinasi lihat dan dengar

Prinsip tindakan :
1. Tetapkan hubungan saling percaya dan lakukan dengan kontak sering dan singkat
2. Kaji gejala halusinasi
3. Fokus pada gejala dan minta klien untuk menjelaskan apa yang terjadi
4. Tidak mendukung atau menentang halusinasi
5. Bantu klien menjelaskan dan membandingkan halusinasi saat ini dan yang baru
saja dialami
6. Dorong klien untuk mengobservasi dan menjelaskan pikiran, perasaan dan
tindakan yang berhubungan dengan halusinasi ( saat ini maupun yang lalu )
7. Bantu klien menjelaskan kebutuhan yang mungkin direfleksikan dalam isi
halusinasi
8. Hadirkan realitas
9. Gunakan bahasa yang jelas dan komunikasi secara langsung serta pertahankan
kontak mata
10. Diskusikan penyebab, isi, waktu terjadi dan cara untuk memutus halusinasi
11. Berikan tugas dan aktivitas yang dapat dilakukan
12. Diskusikan manfaat dari taerapi medis dengan klien
DEFISIT PERAWATAN DIRI

Prinsip Tindakan :
1. Ciptakan lingkungan yang tenang
2. Fasilitasi peralatan perawatan diri klien
3. Motivasi klien dalam melakukan perawatan diri
4. Dorong klien untuk mengungkapkan keuntungan dan manfaat dari perawatan diri
5. Beri reinforcemen positif atas tindakan klien yang mendukung ke arah perawatan
diri.

PENATALAKSANAAN REGIMEN TERAPEUTIK IN EFEKTIF

Prinsip tindakan :
1. Tingkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit dan terapi yang
diperlukan
2. Libatkan keluarga dalam rencana perawatan klien
3. Optimalkan penggunaan sumber dan sistem pendukung
BAB IV
P E LA K S A N AA N

Asuhan keperawatan terhadap Tn S dilaksanakan dalam 9 kali pertemuan. Di bawah


ini akan diuraikan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk setiap diagnosa,
evaluasi serta tindak lanjutnya.

Diagnosa keperawatan
A. PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI : RESIKO HALUSINASI LIHAT
DAN DENGAR BERHUBUNGAN DENGAN MENARIK DIRI
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain di lingkungannya sehingga halusinasi
lihat dan dengar tidakterjadi.
Implementasi :
Pada pertemuan pertama , perawat membina hubungan saling percaya dengan
klien dengan cara : mengucapkan salam dan menyapa klien dengan ramah,
memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan pertemuan, menunjukkan sikap tenang
dan penuh perhatian dengan menemani klien dan membuat kontrak yang jelas.
Melakukan interaksi sering dan singkat. Membicarakan dengan klien penyebab
menarik diri. Mendiskusikan akibat menarik diri,mendiskusikan keuntungan dalam
berinteraksi dengan orang lain. Memotivasi klien untuk bersosialisasi dengan
perawatlain, klien lain secara bertahap. Memberikan pujian saat klien mau
berinteraksi dengan perawat lain dan klien lain. Mendampingi klien saat memulai
interaksidengan perawat lain atau klienlain, menyusun aktivitas sehari -ari klien
sesuai kemampuannya, kesanggupannya serta dengan perencanaandi ruangan.
Evaluasi :
Pada pertemuan ke 3 hubungan saling percaya sudah dapat terbina dengan
lebih baik. Tetapi klien masih belum bisa menyebutkan penyebab menarik dirinya.
Klien juga belum mampu menyebutkan keuntungan berinteraksi denganorang lain.
Pada pertemuan ke 4 sudah bisa bersosialisasi dengan perawat lain dan klien lain.,
tapi masih belum bisa menyebutkan penyebab tidak maubergaul dengan orang lain,
Pada pertemuan ke 5 klien dapat menjelaskan keuntungan berhubungan dengan
orang lain dan klien sudah mau berinteraksi dengan klien lain,bahkan bergandengan
tangan dengan klien lain.
Tindak lanjut :
Mempertahankan implementasi yang telah diberikan. Melakukan kerja sama
dengan perawat ruangan untuk melatih aktifitas yang teratur dan mendiskusikan
mengenai partisipasi keluarga dalam merawat klien .

Isolasi sosial : menarik diri berhubungandengan harga diri rendah

Tujuan Umum :
Klien dapat meningkatkan harga dirinya, sehingga klien dapat berhubungan dengan
orang lain.
Implementasi :
Mempertahankan hubungan saling percaya antara perawat klien melalui
cara : menyapa klien dengan ramah dan mengucapkan salam., menjelaskan tujuan
pertemuan, menunjukkan sikap empati, membuat kontrak yang jelas untuk pertemuan
selanjutnya . Menunjukkan sikap penuh perhatian dan penghargaan dengan
menemani klien walaupun klien menolak untuk berinteraksi . Mendorongklien untuk
menyebutkan aspek/ kemampuan positif yang dimiliki klien dan memberikan pujian
terhadap kemampuan positif klien yang menonjol. Mendiskusikan dan memotivasi
klien untuk mengungkapkan perasaan, pikiran dan mendengarkan klien dengan
perhatian
Evaluasi :
Pada pertemuan ke 5 klien mulai mau menyebutkan kemampuan yang
dimilikinya dan klien mau menunjukkan kemampuannya di depan perawat yaitu
klien dapat menyanyi dan pandai bermain gitar. Namun klien masih sulit untuk
memulai pembicaraan. Pertemuan ke 6 klien lebih dapat berinteraksi dengan klien
lain dan dapat tersenyum membalas sapaan perawat.
Tindak lanjut :
Mempertahankan interaksi yang sudah dicapai klien dan merencanakan untuk
diikutkan dalam terapi aktivitas kelompok.

Penatalaksanaan regimen teraupetik in efektif berhubungan dengan


kopingkeluarga inefektif

Tujuan Umum :
Penatalaksanaan regimen teraupetik efektif
Implementasi :
Mengajak keluarga untuk mengidentifikasi perilaku klien yang mal adaftif usaha
memberi perawatan pada klien,memberi pujian atas tindakan keluarga yang adaptif,
mendiskusikan dengan keluarga tindakan yang dapat dalakukan terhadap keluarga
untuk menunjang kesembuhan klien ( memberikan aktivitas, memotivasi melakukan
hobinya mengajak klien pada realitas ),mendiskusikan tentang pentingnya peran
keluarga,menganjurkan bersikap hangat, menghargai dan tidak memarahi klien, serta
memberi pujian terhadap perilaku klien yang adaptif , memberikan kesempatan
kepada keluarga untuk mengambil keputusan tentang koping yang efektif dalam
merawat klien, menanyakan kepada keluarga bagaimana persepsi dan penerimaan
linkungan dengan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,
mendiskusikan dengan keluarga cara penyampaian pada masyarakat tantang anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa,menganjurkan keluarga untuk konsultasi ke
fasilitas bila menemukan kesulitan, memotivasi klien dan keluarga untuk kontrol
teratur
Evaluasi :
Pada pertemuan ke 6 sampai ke 9 terlihat keluarga mencoba menerapkan apa
yang telah didiskusikan dengan perawat dan akan melaksanakannya ketika klien
harus pulang.
Tindak lanjut :
Memberikan dorongan kepada keluarga dan merencanakan untuk kunjungan
rumah

Defisit Perawatan diri berhubungan dengan kurang motivasi dalam perawtan


diri

Tujuan Umum :
Klien dapat meningkatkan motivasi tentang kebersihan diri, sehingga kebutuhan
klien terjaga dan terpelihara
Implementasi :
Mempertahankan hubungan saling percaya yang telah terbina, dengan cara
mengucapkan salam dan menunjukkan sikap ramah saat berinteraksi dengan klien.
Menciptakan lingkungan yang tenang saat berinteraksi. Memberikan kesempatan
pada klien untuk mengungkapkan perasaannya dan mendengarkan dengan penuh
perhatian. Memotivasi klien untuk mandi memakai sabun, menggosok gigi,
mengganti pakaian setiap hari, memotivasi klien untuk memotong kuku seminggu
sekali bila terlihat kotor dan panjang, mendorong klien untuk mengungkapkan
perasaannya setelah melakukan perawatan diri, memberikan pujian atas perilaku
klien yang mendukung pada perawatan diri.
Evaluasi :
Pada pertemuan 1 dan 2 klien belum bersedia untuk melakukan perawatan
diri, klien selalu menunggu ayahnya untuk perawatan diri, klien terlihat kusam
,rambut acak-acakan, baju lusuh karena klien menolak untuk perawtan
diri.Pertemuan ke 3 klien sudah bersedia ke kamar mandi di antar ayahnya, sudah
bersedia mandi tetapi belum bersedia memakai baju yang rapi dan menyisir rambut.
Pertemuan ke 3, 4 ,5
Klien sudah mandi sendiri tapi tidak bersedia memakai handuk sehingga baju terlihat
basah. Sampai pertemuan terakhir klien bersedia mandi bila disuruh , bukan atas
kemauan sendiri, tapi klien sudah bisa melakukan sendiri dengan pengawasan
Tindak lanjut :
Mempertahankan pemberian motivasi kepada klien dalam melakukan
perawatan diri, membuat jadual kegiatan klien sehari-hari. Meningkatkan kualitas
ADL klien dengsn mendorong klien untuk melaksanakan semua ADL yang telah
dibuat dan mengikut sertakan keluarga dalam memonitor ADL klien.
BAB V

PE M BAHASAN

Dalam bab ini akan dijelaskan sejauh mana keberhasilan tindakan


keperawatan secara teoritis yang telah diaplikasikan pada kasus Tn. S, dimana proses
terjadinya menarik diri pada klien hampir sama dengan teori yakni disebabkan oleh
harga diri rendah. Harga diri rendah disebabkan beberapa kegagalan dan kekecewaan
yang pernah dialami pada masa lalu hingga menyebabkan klien mengisolasi diri dari
lingkungannya,tidak mau bergaul dengan lingkungannya, tidak peduli dengan
aktivitas.

Untuk diagnosa perubahan persepsi sensori : resiko halusinasi dengar, berhubungan


dengan menarik diri, sesuai dengan teori. Tindakan keperawatan yang paling utama
dan pertama adalah membina hubungan saling percaya, meskipun tidak ada respon
dari klien. Tindakan yang dilakukan perawat antara lain kontak sering dan singkat,
memberi dukungan,mendengarkan ungkapan klien. Kontak sering dan singkat pada
klien dapat diterima oleh klien dan tindakan tersebut dapat berhasil. Aplikasi teori
mendiskusikan dengan klien penyebab menarik diri, akibat menarik diri, melibatkan
klien untuk berinteraksi dengan perawat dan klien lain serta memberikan pujian atas
kemampuan klien. Melibatkan klien dalam aktivitas kelompok, berinteraksi dengan
perawat dan sesama klien, dapat menjadikan klien lebih ceria.

Untuk diagnosa keperawatan menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
telah di aplikasikan teori tindakan keperawatan. Klien mampu berinteraksi dengan
lingkungan tetapi klien belum mampu untuk membuat jadual kegiatan sesuai
kemampuannya. Hal ini bisa disebabkan tugas tugas sudah dikerjakan oleh petugas
kesehatan dan klien merasa enggan untuk melakukannya.

Untuk diagnosa penatalaksanaan regimen teraupetik inefektif berhubungan dengan


koping keluarga yang tidak efektif telah dilakukan tindakan keperawatan dengan
mendiskusikan bersama keluarga hal hal yang dapat menyebabkan kekambuhan ,
upaya yang bisa dilakukan oleh keluarga untuk menanggulangi permasalahan, serta
respon dari anggota keluarga yang lain terhadap anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa serta mendiskusikan upaya penerimaan oleh anggota keluarga dan
lingkungannya.
Keluarga berjanji akan memperlakukan dan mengupayakan sesuai dengan hasil
diskusi dengan perawat.
Dukungan positif dari keluarga dan lingkungan akan mempercepat kesembuhan
klien.

Defisit perawatan diri timbul akibat klien menarik diriyang menyebabkan klien tidak
berminat dan tidak mempunyai kemauan dalam hal perawatan diri. Terhadap masalah
ini perawat telah berusaha untuk memotivasi klien dalam melakukan perawatan diri
yaitu dengan membandingkan keadaan klien sebelum dan sesudah klien melakukan
perawatan diri. Dengan upaya ini perawat telah menemukan beberapa perubahan
positif pada diri klien. Usaha yang telah dilakukan belum memberi hasil yang
maksimal. Oleh karena itu diharapkan perawat dan keluarga selalu memberi
motivasi kepada klien.

Keberhasilan asuhan keperawatan pada klien Tn. S ada beberapa faktor yang
berpengaruh antara lain : kerja sama yang baik antara mahasiswa dengan perawat
ruangan dalam memberikan asuhan keperawatan, pemberian obat yang teratur, serta
peran serta keluarga dalam merawat klien dan kooperatif dengan perawat. Sedangkan
hambatan yang ditemui adalah asuhan keperawatan diberikan tidak secara
kontinyu,mengingat tidak setiap hari selama 2 minggu mahasiswa praktek.
Hambatan lain , keluarga dan klien ingin segera pulang walaupun klien belum
mampu melaksanakan adl secara mandiri dengan alasan dana yang terbatas. Perawat
dapat memberikan motivasi untuk kontrol dan meminum obat secara teratur serta
melanjutkan perawatan di rumah sesuai dengan kemampuan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Alih Bahasa : Yasmin
Asih, Edisi 6, EGC, Jakarta, 1998

Keliat, B. A., Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC, Jakarta, 1999

Rawlins, R.P. & Patricia Evans Heacock, Clinical Manual of Psychiatric Nursing, 2
nd Edition, Mosby Year Book, St. Louis, 1993

Stuart, G.W. & Michele T. Laraia, Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 6 th
Edition, Mosby Company, St. Louis, 1998

Towsend, Mary C., Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri Untuk Pembuatan
Rencana Keperawatan,

Alih Bahasa : Novy Helena C.D., Edisi 3, EGC, Jakarta, 1998\

Stuart, G. W. & Sandra J. Sundeen, Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 1


st Edition, Mosby Company, St. Louis, 1995

Anda mungkin juga menyukai

  • Assalamualaikum WR
    Assalamualaikum WR
    Dokumen1 halaman
    Assalamualaikum WR
    Wiwin Nurindahc
    Belum ada peringkat
  • Berhentilah Merokok
    Berhentilah Merokok
    Dokumen1 halaman
    Berhentilah Merokok
    Wiwin Nurindahc
    Belum ada peringkat
  • Tugas Pak Joni
    Tugas Pak Joni
    Dokumen1 halaman
    Tugas Pak Joni
    Wiwin Nurindahc
    Belum ada peringkat
  • PIKET
    PIKET
    Dokumen1 halaman
    PIKET
    Wiwin Nurindahc
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Wiwin Nurindahc
    Belum ada peringkat
  • Meal Plan Ku
    Meal Plan Ku
    Dokumen1 halaman
    Meal Plan Ku
    Wiwin Nurindahc
    Belum ada peringkat
  • Agama II
    Agama II
    Dokumen1 halaman
    Agama II
    Wiwin Nurindahc
    Belum ada peringkat
  • Struktur Organisasi
    Struktur Organisasi
    Dokumen3 halaman
    Struktur Organisasi
    Wiwin Nurindahc
    Belum ada peringkat
  • Ilmu Keperawatan Dalam Kerangka Filsafat Ilmu
    Ilmu Keperawatan Dalam Kerangka Filsafat Ilmu
    Dokumen20 halaman
    Ilmu Keperawatan Dalam Kerangka Filsafat Ilmu
    Wiwin Nurindahc
    Belum ada peringkat
  • Gadar Neonatus Asfiksia
    Gadar Neonatus Asfiksia
    Dokumen34 halaman
    Gadar Neonatus Asfiksia
    Wiwin Nurindahc
    Belum ada peringkat
  • Askep Irf OK Amuk
    Askep Irf OK Amuk
    Dokumen21 halaman
    Askep Irf OK Amuk
    Gendrux Zibbzibb
    Belum ada peringkat
  • LPSP 3
    LPSP 3
    Dokumen2 halaman
    LPSP 3
    ratna220693
    Belum ada peringkat
  • Halusinasi 242
    Halusinasi 242
    Dokumen5 halaman
    Halusinasi 242
    Deryck Webley
    Belum ada peringkat
  • K Liping
    K Liping
    Dokumen4 halaman
    K Liping
    Wiwin Nurindahc
    Belum ada peringkat
  • Askep Im
    Askep Im
    Dokumen37 halaman
    Askep Im
    Wiwin Nurindahc
    Belum ada peringkat
  • Askep Im-2
    Askep Im-2
    Dokumen7 halaman
    Askep Im-2
    Lukman Irwn
    Belum ada peringkat
  • Skizofrenia Hebefrenik David
    Skizofrenia Hebefrenik David
    Dokumen39 halaman
    Skizofrenia Hebefrenik David
    Ryzkha Gso
    Belum ada peringkat
  • Askep Im
    Askep Im
    Dokumen37 halaman
    Askep Im
    Wiwin Nurindahc
    Belum ada peringkat
  • Menarik Diri.
    Menarik Diri.
    Dokumen15 halaman
    Menarik Diri.
    Wiwin Nurindahc
    Belum ada peringkat
  • Persalinan Preterm
    Persalinan Preterm
    Dokumen10 halaman
    Persalinan Preterm
    Wiwin Nurindahc
    Belum ada peringkat
  • Penyakit Gizi Anak
    Penyakit Gizi Anak
    Dokumen12 halaman
    Penyakit Gizi Anak
    Wiwin Nurindahc
    Belum ada peringkat
  • Menarik Diri.
    Menarik Diri.
    Dokumen15 halaman
    Menarik Diri.
    Wiwin Nurindahc
    Belum ada peringkat
  • Alur Fikir
    Alur Fikir
    Dokumen4 halaman
    Alur Fikir
    Wiwin Nurindahc
    Belum ada peringkat
  • Undangan
    Undangan
    Dokumen3 halaman
    Undangan
    Wiwin Nurindahc
    Belum ada peringkat
  • BAB I (Peka Budaya)
    BAB I (Peka Budaya)
    Dokumen2 halaman
    BAB I (Peka Budaya)
    Wiwin Nurindahc
    Belum ada peringkat
  • Ketuban Pecah Dini
    Ketuban Pecah Dini
    Dokumen9 halaman
    Ketuban Pecah Dini
    Wiwin Nurindahc
    Belum ada peringkat
  • Penyakit Gizi Anak
    Penyakit Gizi Anak
    Dokumen12 halaman
    Penyakit Gizi Anak
    Wiwin Nurindahc
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Gizi Pada Balita
    Leaflet Gizi Pada Balita
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Gizi Pada Balita
    Ema Siti Rohmah
    100% (1)
  • Undangan
    Undangan
    Dokumen3 halaman
    Undangan
    Wiwin Nurindahc
    Belum ada peringkat