Anda di halaman 1dari 10

KONSEP BILANGAN REAL

1.1 Operasi pada bilangan real


Sebelum kita membahas mengenai operasi pada bilangan real, terlebih dahulu kita
pahami sifat-sifat operasi bilangan real sebagai berikut.

1.2.1 Sifat-sifat operasi bilangan real


Jika a, b, dan c bilangan real, maka berlaku sifat berikut.
1. Tertutup
a b R (tertutup terhadap penjumlahan)
a b R (tertutup terhadap perkalian)

2. Komutatif
a b b a (komutatif terhadap penjumlahan)
a b b a (komutatif terhadap perkalian)

3. Asosiatif
a b c a b c (asosiatif terhadap penjumlahan)
a b c a b c (asosiatif terhadap perkalian)

4. Distributif
a. Distributif terhadap penjumlahan
a b c a b a c
a b c a b b c
b. Distributif terhadap pengurangan
a b c a b a c
a b c a b b c

5. Identitas
a 0 0 a a (0=identitas penjumlahan)
a 1 1 a a (1=identitas perkalian)

6. Invers
a a a a 0 ( 0 = identitas penjumlahan )
1 1 1
a a 1 ( invers perkalian dari a )
a a a

7. Jika a b , maka a c b c

8. Jika c 0 dan a b , maka a.c b.c

9. Jika c 0 dan a b , maka a.c b.c

1.2.2. Operasi penjumlahan dan pengurangan


Berikut ini akan dijelaskan mengenai operasi penjumlahan dan
penguranganpada bilangan bulat dan pecahan.

1. Operasi pada bilangan bulat


a b a ( b )
a b a (b)
ab ba
a b a b

2. Operasi pada bilangan pecahan.


a. Untuk penyebut yang sama
a b ab

c c c
a b a b

c c c
b. Untuk penyebut yang tidak sama
a c a.d b.c

b d b.d
a c a.d b.c

b d b.d
1.2.3 Operasi Perkalian dan Pembagian
1. Operasi perkalian dan pembagian pada bilangan bulat
Perkalian
b bb ... b
a x b = sebanyak . a . suku

a x b = ab
a x (-b) = -ab
(-a) x b = -ab
(-a) x (-b) = ab
2. Operasi perkalian dan pembagian pada bilangan pecahan
Perkalian
1 1 1

a b ab
untuk a, b, c, d B dan a, b, d 0
a c a c ac

b d b d bd

Pembagian
1 1 b
: ; untuk a, b 0 dan a, b B
a b a
a c a d ad
: ; untuk a, b, c, d B dan b, c, d 0
b d b c bc
1.2 Konversi Bilangan
1) Menguah bentuk pecahan menjadi desimal
Contoh :
3
a. 0,75 (dengan cara pembagian pembilang dan penyebut)
4
1
b. 0,333 (dengan cara pembagian pembilang dan penyebut)
3

2) Mengubah bentuk desimal menjadi pecahan


Contoh :
7 5 1
a. 0,7 c. 3,5 3 3
10 10 2
75 3 25 1
b. 0,75 d. 6,25 6 6
100 4 100 4

3) Mengabah bentuk pecahan menjadi persen


Contoh:
1 1 2 2
a. 100% 50% c. 100% 66,667%
2 2 3 3
6 6 3 3
b. 100% 120% d. 100% 75%
5 5 4 4

4) Mengubah bentuk persen menjadi pecahan


Contoh :
75 3 120 6
a. 75% c. 120%
100 4 100 5
45 9 33
b. 45% d. 33%
100 20 100

5) Mengubah bentuk desimal menjadi persen


Contoh :
a. 0,25 0,25 100% 25% c. 4,5 4,5 100% 450%
b. 0,08 0,08 100% 8% d. 0,175 0,175 100% 17,5%

6) Mengubah bentuk persen menjadi desimal


Contoh :
8 25
a. 8% 0,08 c. 25% 0,25
100 100
450 17,5
b. 450% 4,50 4,5 d. 17,5% 0,175
100 100
1.4 Perbandingan

Pengertian perbandingan
Untuk membandingkan dua besaran yang sejenis dapat dilakukan dengan dua
cara :
1. melalui operasi penjumlahan atau pengurangan
2. melalui operasi perkalian atau pembagian

Perhatikan ilustrasi berikut ini !


Misalkan ada dua orang pedagang, suatu hari Ibu Maria mendapat untung bersih
sebesar Rp 900.000,00 sedangkan ibu Hana mendapat untung Rp 300.000,00 .
1. Dengan menentukan selisih pendapatan mereka (Rp 900.000,00 Rp
300.000,00 = Rp 600.000,00) maka dapat dikatakan pendapatan ibu Maria
Rp 600.000,00 lebih banyak dari pendapatan ibu Hana
2. Dengan menentukan hasil bagi pendapatan mereka (Rp 900.000 : Rp
300.000 = 3), maka dapat dikatakan pendapatan ibu Maria 3 kali lebih
banyak dari pendapatan ibu Hana
1). Perbandingan Senilai
Pehatikan tabel berikut :
Daftar Harga Beras
Kg Rupiah
1 5.000
2 (a) 10.000 (x)
3 15.000
4 20.000
5 25.000
6 (b) 30.000 (y)

Nilai bertambah Nilai bertambah


Perhatikan baris ke-dua dan baris ke-enam
a 2 1
Perbandingan banyaknya gula = a x 1
b 6 3 Jadi b

y 3
x 10.000 1
Perbandingan harga beras = y 30.000 3

Dari keterangan tersebut diata, perbandingan banyaknya gula dan harganya
merupakan perbandingan senilai

2) Perbandingan Berbalik Nilai

Perhatikan ilustrasi berikut !


Sebuah sekolah mendapat bantuan buku sebanyak 200 buku, dan buku-buku tersebut
akan dipindankan keperpustakaan. Jika setiap anak hanya mampu membawa 5 buah
buku, maka banyaknya anak yang butuhkan 40 orang. Jika setiap anak harus
membawa 10 buah buku, maka banyaknya anak yang dibutuhkan 20 orang. Dan jika
setiap anak harus membawa 20 buku, maka banyaknya anak yang dibutuhkan 10
orang dan seterusnya.

Dari keterangan tersebut diatas, kita buat tabel akan tampak sebagai berikut :
Banyaknya Banyaknya
Buku Anak
5 40
10 (a) 20 (x)
20 10
40 (b) 5 (y)

Perhatikan baris ke-dua dan baris ke-empat pada tabel diatas !

a 10 1 1
Banyaknya buku = Oleh karena 4 berbalikan dengan 4 maka
b 40 4
x 20 a
Banyaknya anak = y 5 4 berbalikan x
y
b
a

y
Hal ini dapat ditulis
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan : b x
Banyaknya buku yang dibawa tiap anak dan jumlah anak yang membawa buku
merupakan perbandingan berbalik nilai

3) Peta dan Model Skala


Dalam menggambar peta, model pesawat, dena gedung dan sebagainya didasarkan
pada perbandingan senilai. Oleh karena itu masalah peta dan model berskala dapat
diselesaikan dengan menggunakan perbandingan senilai.
Yang dimaksud dengan skala adalah perbandingan ukuran gambar atau peta
dengan ukuran sebenarnya ( biasanya dalam ukuran Cm )

Contoh :
Jarak Jakarta Bandung 220 km, sedangkan jarak pada peta 11 cm, maka skalanya
dapat dicari sebagai berikut.
Skala = 11 cm : 220 km
= 11 cm : 22.000.000 cm
= 1 : 2.000.000

Contoh :
Pada sebuah peta tertera skala 1 : 400.000 Jika jarak Jakarta - Bogor pada peta 15
cm, maka jarak Jakarta Bogor sebenarnya dapat dihitung sebagai berikut.
400.000
Jarak sebenarnya = 15cm
1
= 6.000.000 cm
= 60 km
Jadi, jarak sebenarnya Jakarta Bogor adalah 60 km
2. Menerapkan Operasi Pada Bilangan Berpangkat
2.1 Pengertian bilangan berpangkat
Perhatiakan contoh berikut ini !
5 5 5 5 disebut perkalian berulang
5 5 5 5 dapat ditulis dengan 54 dibaca lima pangkat empat
54 5 disebut bilangan pokok atau bilangan dasar
4 disebut bilangan pangkat atau eksponennya

Secara umum, jika a bilangan real dan n bilangan bulat positif, maka berlaku
:
a a a .... a
a n = a. sebanyak . n. faktor

dimana a adalah bilangan pokok dan n bilangan pangkat atau eksponennya

2.2. Sifat-sifat bilangan berpangkat


Setelah kita memahami tentang pengertian bilangan berpangkat, berikut ini kita
berikan sifat-sifat bilangan berpangkat :
Jika a dan b anggota bilangan real selain nol dan n, m, p dan q
bilangan bulat maka berlaku :
1. a p a q a p q 1
a n
6. n
a
2. a p : a q a p q n
a bn
3. a p q
a p q 7.
b

an

4. a b n an bn 8. a 0 1
n
a an
5. n
b b

2.3 Menyederhanakan bilangan berpangkat


Ada beberapa hal yang dapat anda lakukan dalam meyederhanakan bilangan
ber-pangkat :
Menggunakan sifat-sifat yang belaku pada bilangan berpangkat
Apabila ada beberapa bilangan pokok yang tidak sama, maka anda
harus mengupayakan bilangan pokok tersebut menjadi sama dengan
cara memfaktor-kan

3. Menerapkan Operasi Pada Bilangan Irasional (Bentuk Akar)


Definisi :
Untuk semua a , b anggota bilangan real dan n anggota bilangan bulat positif
maka :
n a b bn a

Bilangan irasional sering disebut sebagai bilangan bentuk akar misalnya 2 , 5


a
dan 3
12 bilangan-bilangan tersebut tidak dapat ditulis dalam bentuk pecahan
b
seperti bilangan rasional. Coba perhatikan pula bilangan-bilangan berikut:
4 , 3 27 , 16 , 0,36 dan 4 625

Miskipun bilangan tersebut dalam bentuk akar, akan tetapi dapat diudah menjadi
bilangan rasional seperti: 4 2 , 16 4 , 3 27 3 , 4 625 5 , 0,36 0,6
Supaya anda dapat dengan mudah membedakan bilangan rasional dengan bilangan
irasional, dapat anda lihat cirri-cirinya sebagai berikut :

Bilangan Rasional Bilangan Irasional


a a
1. Dapat ditulis dalam bentuk , 1. Tidak dapat ditulis dalam bentuk ,
b b
b0 b0
2. Bentuk desimal terbatas 2. Bentuk desimal tak terbatas
3. Desimal tak terbatas berulang 3. Desimal tak terbatas dan tak berulang
4. Dalam bentuk akar

Contoh :
1. 25 bilangan rasional, sebab 25 5
16 16 4
2. bilangan rasional, sebab
49 49 7
3.2 Menyederhanakan bilangan bentuk akar
Perhatikan contoh berikut ini :
1. 12 = 4 3 = 4 3 = 2 3 = 2 3
Angka 12 kita faktorkan menjadi dua bilangan yang salah satunya dapat
ditarik nilai akarnya (yaitu angka 4 dan 3 )
18 9 2 9 2 3 2 3
2. = = = =
32 16 2 16 2 4 2 4
5 45 5 95 5 3 5 3 5 15
3. = = = =
20 45 2 5 2 5 2 5

3.3 Operasi bilangan bentuk akar


1) Penjumlahan dan Pengurangan bentuk akar
Sifat-sifat operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bentuk akar
Untuk a , b dan c bilangan real, berlaku :

a b c b = a c b

a b c b = a c b

2) Perkalian dan pembagian bentuk akar.


Sifat-sifat operasi perkalian dan pembagian bilangan bentuk akar
a b = ab

a a
= ; b0
b b

a b c d = a c bd

a b
a b :c d =
c d

3) Merasionalkan Penyebut bentuk pacahan bentuk akar.


a
Untuk bentuk
b c
a a c
Caranya : = Pembilang dan penyebutnya dikalikan
b c b c c dengan bentuk akar dari penyebut

a a a a
Untuk bentuk ; ; ;
b c b c b c b c
a a b c
Caranya : = Pembilang dan penyebutnya dikalikan
b c b c b c dengan bentuk sekawan dari penyebut
Bentuk-bentuk Sekawan :
a b adalah sekawan dari a b

a b adalah sekawan dari a b

a b adalah sekawan dari a b

a b adalah sekawan dari a b

4. Menerapkan Konsep Logaritma


4.1 Pengertian logaritma.
Pada bagian sebelumnya kita telah bahas bilangan berpangkat, mari kita lihat
beberapa bilangan berpangkat dibawah ini,
5 ... ; 3 ... ; 2 ... ; dan 4 =
3 4 6 3

Jika anda diminta untuk menyelesaikan permasalahan diatas, maka anda dapat
dengan mudah untuk menentukan hasilnya dengan menggunakan konsep
perkalian berulang seperti berikut ini :
3 4
5 5 5 5 125 3 3 3 3 3 81
6 3
2 2 2 2 2 2 2 64 4 4 4 4 64
Permasalahan yang sering muncul adalah bagaimana seandainya bilangan pokok
diketahuai dan hasil perpangkatannya diketahui dan kita diseruh menentukan
pangkat dari bilangan tersebut seperti :
5 125 ; 3 81 ; 2 64 ; dan 4 64
... ... ... ...

Untuk menyelesaikan permasalahan bilangan tersebut, dapat anda lakukan


perkalian berulang dari bilangan pokok sampai hasilnya sama dengan hasil
perpangkatannya, perhatikan contoh berikut :
...
2 2 2 2 2 2 2
Jadi 2 64 maka a 6 karena
a

= 4 4 4
banyaknya bilangan pokok dari perkalian
= 16 4 berulang ada 6
= 64

Model penyelesaian tersebut diatas, anda dapat menggunakan konsep logaritma
2 64 dapat ditulis
6 2
log 64 6

Dari uraian tersebut diatas, logaritma dapat didefinisikan sebagai berikut :


a log b c a c b
dengan a 0 ; b 0 ; dan
a 1
dimana : a = bilangan pokok ( basis )
b = bilangan yang dicari logaritmanya ( numerus )
` c = hasil logaritma

4.2 Sifat-sifat logaritma.


1. a
log a 1

2. a
log1 0

3. a
log b + a
log c = a
log(b c )

a b
4. a
log b a
log c = log
c

5. a
log b n = n a log b
p
log b
6. a
log b = p ; p 1
log a

1
7. a
log b = b
log a

8. an
log b m = m
n a
log b

9. a
log b b
log c = a
log c

4.3 Menentukan logaritma dengan menggunakan tabel

1) Logaritma bilangan lebih dari 1


Logaritma suatu bilangan dapat ditentukan dengan menggunakan kalkulator
atau tabel logaritma basis 10. Nilai atau hasil logaritma suatu bilangan ada
dua bagian yaitu :
a) Angka didepan tanda koma disebut indeks / karakteristik
Logaritma bilangan satuan, karakteristiknya 0
Logaritma bilangan puluhan, karakteristiknya 1
Logaritma bilangan ratusan, karakteristiknya 2
Logaritma bilangan ribuan, karakteristiknya 3
dan seterusnya

b) Angka dibelakang tanda koma disebut bagian decimal / mantisa

Cara menggunakan tabel.


Perhatikan sebagian tabel berikut ini :
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
65 813 814 814 815 816 816 817 818 818 819
66 820 820 821 822 822 823 823 824 825 825
67 826 827 827 828 829 829 830 831 831 832
68 833 833 834 834 835 836 836 8378 838 838
69 839 839 840 841 841 842 843 843 844 844
Contoh :
Dengan mengunakan tabel logaritma, tentukan nilai dari :
1). log 6,83 2). log 68,3
Jawab :
1). Karena log 6,83 merupakan logaritma bilangan satuan, maka
karakteristiknya 0
0, 834
Jadi log 6,83 = 0,834 + 0 =
Mantisa
Karakteriustik satuan
2). Karena log 68,3 merupakan logaritma bilangan satuan, maka
karakteristiknya 1
1, 834
Jadi log 6,83 = 0,834 + 1 =
Mantisa
Karakteriustik satuan
4.3.2 Logaritma bilangan antara 0 dan 1
Untuk menentukan logaritma bilangan antara 0 dan 1, maka bilangan itu
terlebih dahulu anda nyatakan dalam bentuk baku ( a 10 n ) , dimana
1 a 10 dan n anggota bilangan bulat negatif. Agar anda lebih
memahaminya, perhatikan ilustrasi berikut :

Misalkan x = a 10 n
log x = log a 10 n
= log a + log10 n
log10 ( n)
= +
Karakteristik
Mantisa / bagian desimal

Anda mungkin juga menyukai