Anda di halaman 1dari 13

PENANGANAN CHF

PENGOBATAN NON FORMOKOLOGIS

- Pendidikan : Pasien mengerti tentang penyakit, pengobatan dan kompugasi

- Diet : Jika pasien gemuk, di kuruskan dengan gizi

- Restriksi Cariran : kurangi garam, saus waktu memasak dan jajan makanan.

1-1 liter jika timbul gagal jantung.

- Gaya hidup : stop makanan, merokok, hindari kehamilan jika gagal jantung berat. (III

dan IV).

- Exercise : aktifitas dilakukan setelah stabil. Olah raga berat dibatasi, obati hipertensi.

Dan obati gangguan lipid.

PENANGANAN FARMOKOLOGIS

- Ace inhibitor

- Diuretic

- Digoxin

- Beta blocker

- Aldosteron antagonis

- Hydralazine + isosorbid dinitrate


KLASIFIKASI CHF MENURUT NYHA

KELAS I :

- Penderita penyakit jantung tanpa ada batasan aktivitas

- Aktivitas biasa tidak sesak

- Aktivitas berat timbul sesak

KELAS II :

- Menderita penyakit jantung dengan sedikit batasa aktivitas

- Merasa nyaman waktu istirahat

- Aktivitas biasa bisa timbul sesak

KELAS III :

- Aktivitas terbatasa

- Nyamana pada waktu istirahat, tetapi dengan sedikit aktivitas ringan sesak

KELAS IV :

- Pasien tidak dapat melakukan aktivis

- Sesak pada waktu istirahat

- Aktivitas sedikti saja sesak


DIAGNOSIS DBD BERDASARKAN WHO

A. GEJALA KLINIS

1. Demam mendadak tinggi

2. Terdapat menifestasi pendarahan (min. Uji torniqet positif)

3. Hepatomegati

4. Renjat

B. LABOLATORIUM

1. Trombositopenia ( 100.000/mm3)

2. Hemokonsentrasi (Hematokrit 20%)

DIAHNISIS DBD : 2 Gejala Klinis + 1 Lab

PENATALAKSANAAN SINDROM RENJATAN DENGUE (SRD)

1. RL Digugur 10-20 ml / kg BB

Evaluasi setelah 15-30 menit

2. Renjatan teratasi : 7 ml/kgBB / jam

3. Keadaan stabil setelah 60 120 menit : 5 ml/ kg BB/ jam

4. Keadaan tetap stabil : 3 ml / kg BB/jam

5. 24 48 jam renjatan teratasi : infus dehentikan

TANDA TANDA RENJATAN TERATASI

1. TD sistolik 100 mmHg

2. Tekanan nadi > 20 mmHg

3. Pols <100 x/i

4. Akral teraba pucat

5. Kulit tidak pucat

6. Diuresis 0,5 1 cc / kg BB/ jam


SIROSIS HATI

Sirosis Hati adalah penyakit hati kronik yang ditandai dengan :

A. Fibrosis

B. Nodule Sel hati rusak

C. Regenerasi

Gangguan fungsi hati

Aliran darah terganggu

Hipertensi portal, dengan tanda tanda :

- Ascites

- Splenomegali

- Edema Protibiol

- Varices Desophagus

- Hemmoroid

- Collectoral Vein

- Caput Medusa

Tanda tanda Liver Stigmata dari Sirosis Hati, yaitu :

Spider Naevi

Eritema palmaris

Kollateral vein

Ascites

Splenomegali

Invers albumin / glotulin

Hematematis / melena
KOMPLIKASI DIABETES MELLITUS

2. KOMPLIKASI MIKROANGIOPATI

a. neuropati Diabetika

- Tersumbatnya pembulu darah kecil yang menyuplai darah ke syaraf

b. Impotensi

- Neuropati pada syaraf otonom

c. Dyspensia

- Melambatnya gerakan peristaltik lambung dan asus

d. Retinopati Diabetika

- Tersumbatnya aliran pembuluh darah kevil yang menuju ke retina.

e. Cataract

f. Nefropatif

- Tersumbatnya pembuluh darah ke ginjal

Komplikasi Mikroangiopati terjadi akibat hiperglikemia


KOMPLIKASI DIABETES MELLITUS

1. Komplikasi Makroangiopati

a. Aterosklerosis

- Akibat gangguan komposisi lemak, kholesteral meninggi penebalan dinding

pembulu darah besar sambuatan aliran darah dipembuluh darah bear tesebut.

b. Stroke

- Tersumbatnya pembuluh darah besar ke otak.

c. Penyakit jantung Koroner (PJK)

- Tersumbatnya pembuluh darah koroner yang menyuplai jantung

d. Gangren Diabetika

- Kerusakan syaraf sensorik di kaki dan tungkai akibat neuropati

e. Osteomielitis

- Luka di kaki, sudah mengenai tulang dan sumsum tulang (harus diamputasi)

Komplikasi Makroangiopati terjadi akibat resistensi insulin dan hiperinsulikemia


PANDUAN THERAPI INTERNASIONAL TB (WHO)

KATEGORI PASIEN TB ALTERNATIF SEDIAAN TERAPI TB

I BTA (+) FASE INISIAL FASE LANJUTAN

BTA (-) dengan radiologi (+)

Kasus baru dengan TB exrapulmonal berat

II BTA (-) (selain kategori I)

Kasus baru dengan TB extrapulmonal

Yang tidak begitu berat

III Kasus kronik (BTA tetap (+) sesudah Tidak dapat diterapkan (mengacu pada

pengobatan kembali daam pengawasan) panduan WHO untuk menggunakan obat

sekunder )
DOPEMINE

Meningkatkan tekanan sistolik dengan pengaruh minimal terhadap tek. Diastolik

Meningkatkan kecepatan filtrasi diglomerulus dan aliran ke ginjal

Waktu paruh yang sangat seingkat dalam plasma jika dosis ditambah

Pedoman Dosis Dopanim :

Dosis awal : 2 5 mcg / Kg BB/Menit untuk memperoleh respon peningkatan kekuatan

jantung dan perfusi renal

Pada keadaan yang lebih berat : 5 mcg/KgBB/menit dapat meningkatkan menjadi 5 10

mcg/KgBB/menit secara bertahan sampai 20 5 0 mcg/KgBB/menit

Pedoman Pengeceran Dopanim :

KONSENTRASI LAKUKAN DENGAN CARA MENCAMPURKAN


NO
MCG/CC DAPOMIN CAIRAN IV
1. 400 200 mg (1 AMP) 500 cc
2. 800 200 mg (1 AMP) 250 cc
3. 1600 400 mg (2 AMP) 250 cc
4. 1600 800 mg (4 AMP) 500 cc

Indikasi :

Untuk Koreksi Hemodinamika

- Hipotensi akut atau syok yang menghubungkan dengan MCI. Endotoksik Septikemia

Trauma dan gagal ginjal

- Sebagai terapi lanjutan pendukung dalam upaya pencegahan terjadinya hipotensis

persisten setelah pasien menjalani trasfusi untuk kereksi hipovolemia selama operasi

jantung

- Pada kasis gagal jantung kronik sebagai akibat adanya sumbatan pembulu darah

jantung yang gagal terkompensasi


FAKTOR RESIKO TINGGI MENDERITA DM

1. Mereka yang orang tuanya (terauma ibunya) atau saudara kandungnya ada yang

menderita DM

2. Mereka yang mengalami TGT atau GDPT pada pemeriksaan Laboratorium setahun

sebelumnya

3. Diabetes Gestasional (DM pada kehamilan)

4. Penderita Hipertensi (TD ? 140/40 mmHg)

5. Wanita yang pernah melahirkan bayi >4 kg

6. Mereka berusia diatas 45 tahun

7. Mereka dengan IMT > 25 kg/m2 (obese)

8. Mereka dengan kadar TG dalam darah 150 mg% atau HDL < 35 mg%.
PENGOBATAN ASMA BERDASARKAN DERAJAT BERATNYA ASMA

Pencegahan Jangka Panjang Penghilang Sesak

Derajat I Asma Intermitan Tidak perlu pengobatan Bronkodilator kerja singkat

harian angonis B2 inhalasi bila

gejala mucul sepanjang

pemakaian <IX

Derajat 2 Asma Persisten Kortikosteroid inhalasi 200- Agonis B2 inhalasi sesuai

Ringan 500 mcg atau kronoglikal, timbulnya gejala, tidak

nidokremil, teofilin lepas meucul sepanjang pemakaian

lambat <IX

Derajat 3 Asma Persisten Kortikesteroid inhalasi 500 Agonsis B2 inhalasi sesuai

Berat mcg. Agonis B2 kerja lama, timbulnya gejala tidak boleh

teofilin lepas lambat, agonis > 3 4 x/hari

B2 kerja lama tablet atau

hirup. Anti leukotrien dapat

di pertimbangkan terutama

pada asma karena aspirin

atau aktivitas jasmani

Derajat 4 Asma Persisten Kortikosteroid Inhalasi 800 Agonis B2 inhalasi sesuai

Berat 2000 mcg atau lebih, teofilin timbulnya gejala

lepas lambat agonis B2 tablet

atau hirup, kortikosteroid

tablet atau sirup jangka

panjang
REHIDRASI

GASTROEENTERITISAKUT

1. Bilaskor Daliyono 4 Rehiidrasi parenteral dengan RL

Jam I 60% defisit cairan

Jam II 2/3 sisa defisit cairan

Jam III Sisa defisit + cairan keluar jam 1 2

Jam IV Maintenance + Oralit Adlibitum

Jam V Maintenance + Oralit Adlibitum

Jam VI (Akhir) skor Daldiyono dinilai kembali

A. Bila skor Dalidiyono 3 infus hentikan seterusnya diberikan Oralit Adlibitum

B. Bila skor Daldiyono infus diteruskan kembali seperti pertama kali

2. Bila skor Daldiyono 3 Rehidrasi Oral (Oralit)

A. Selama 3 jam I diberikan 600 cc/jam mks. 750cc/ jam

B. Bila jam 4 dan 5 diberikan oralit seuai kehilangan cairan (muntah diare) jam

sebelumnya ditambah 100 cc

NB:

Jam 6 (akhir) skor Daldiyono dinilai kembali

I. Bila skor Daldiyono dinilai lembali

II. Bila skor 4, Rehidrasi Parenteru dengan RL


KRITERIA DALDIYONO
KLINIS NILAI
Rasa haus / muntah 1
TD Sistolik 60 90 1
TD Sistolik <60 2
Sens.Apatis 1
Sens.Somnolen.Soporccoma 2
Vox cholerica 2
Turgor kulit 1
Ext. Dingin 1
Cyanosis 2
Umur 50 60 tahun -1
Umur >60 tahun -2

DERAJAT DEHIDRASI KEBUTUHAN CAIRAN


Ringan 5%
Sedang 8%
Berat 10%
Skor 15 x Kebut Cairan x BB x 1liter
MALARIA BERAT

KERITERIA WHO

1. Malaria otak ( cerebral)

2. Kejang kejang

3. Hb berat (kurang dari 6 gr %), Ht <20%

4. Gagal ginjal akut (urin <400 cc dalam 24 jam ) Creatinin >3 mg %

5. Hipoglekimia, KGD < mg/dll

6. Oedem Paru / ARDS

7. Algid malaria

8. Ikterus

9. Black water fever (hemoglobinuria)

10. Gangguan pendarahan mendadak (DIK)

11. Asidosis metabolik

12. Hipertermia / Hipepireksia (panas tinggi )

13. Hipeparesitemia (>5% atau > 250 ribu/ mm3)

14. Gangguan kesadaran (GCS <15)

15. Kelemahan otot (tidak bisa duduk, tanpa dibantu tidak bisa jalan. Tanpa kel.

Neurologis).

Anda mungkin juga menyukai