Anda di halaman 1dari 16

No. Pengisian : ......................

FORMULIR ETIK PENELITIAN KESEHATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS

1. Peneliti Utama (title, unit penelitian): Lydia Febri Kurniatin

Multisenter: Tidak Ya

2. Judul Penelitian:

JUMLAH KOLONI BAKTERI ASAM LAKTAT PADA KULIT SEKITAR


AREOLA PAYUDARA, KOLOSTRUM DAN FESES BAYI YANG DI
INISIASI MENYUSU DINI

3. Subyek: Penderita Non-Penderita Hewan

4. Perkiraan waktu penelitian yang dapat diselesaikan untuk tiap subyek


Waktu penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari 2017 hingga Maret 2017 dengan
perincian sebagai berikut
a. Setelah izin penelitian dari dinas kesehatan hingga BPS tempat penelitian
diperoleh, penelitian dapat langsung dilakukan dengan pengambilan 38
sampel usapan kulit payudara, kolostrum ibu dan feses bayi setelah proses
IMD selesai.
b. Sampel segera dibawa ke laboratorium mikrobiologi Teknologi Hasil Ternak
(THT) Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang untuk pemeriksaan

1
koloni bakteri asam laktat.

5. Ringkasan usulan penelitian yang mencakup tujuan penelitian,


manfaat/relevansi dari hasil penelitian, dan alasan/motivasi untuk
melakukan penelitian (ditulis dalam bahasa yang mudah dipahami oleh orang
yang bukan dokter)

Ringkasan usulan penelitian

JUMLAH KOLONI BAKTERI ASAM LAKTAT PADA USAPAN KULIT


SEKITAR AREOLA PAYUDARA, KOLOSTRUM DAN FESES BAYI YANG DI
INISIASI MENYUSU DINI

Latar Belakang
Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat suatu negara dapat
dilihat dari Angka Kematian Bayi (AKB) dari negara tersebut. AKB
menggambarkan jumlah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun
yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia bayi
merupakan kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
AKB di dunia masih berada pada level yang cukup tinggi. World Health
Organization (WHO) memperkirakan sekitar 1 juta bayi lahir mati dan hampir 2
juta bayi meninggal pada minggu pertama kehidupannya dengan penyakit infeksi
sebagai penyebab utamanya. Penurunan AKB di dunia juga berjalan sangat lambat
yaitu sebanyak 36 per 1000 kelahiran hidup di tahun 1990 menjadi 19 per 1000
kelahiran hidup di tahun 2015. Lebih dari 63 negara di dunia, termasuk di wilayah
Asia sangat memerlukan upaya percepatan penanganan kematian bayi demi
mencapai tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu 12 kematian per
1000 kelahiran hidup di tahun 2030 (UNICEF, 2015).
Menurut hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015, AKB di
Indonesia adalah sebesar 22,23 per 1000 kelahiran hidup dan dinyatakan telah
mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) di tahun yang sama yaitu
sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2
2016). Untuk Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2014 masih ditemukan kasus
kematian bayi yang cukup tinggi yaitu sebesar 392 kasus (Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Barat, 2016) dan untuk Kota Padang masih ditemukan sebanyak
62 kasus kematian neonatal serta 96 kasus kematian bayi (Dinas Kesehatan Kota
Padang, 2015).
Angka kematian bayi yang masih tinggi memerlukan berbagai intervensi
kunci dalam penanganannya, diantaranya adalah dengan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD). Inisiasi Menyusu Dini (early initation) adalah kesempatan yang diberikan
kepada bayi segera setelah lahir dengan cara meletakkan bayi di perut ibu (skin to
skin contact), kemudian dibiarkan untuk menemukan puting susu ibu dan menyusu
hingga puas. Proses ini dilakukan minimal selama 60 menit (1 jam) pertama, segera
setelah bayi lahir (Gangal et al, 2007).
IMD (early breastfeeding) dalam 1 jam pertama kehidupan terbukti dapat
mencegah kematian bayi dalam satu bulan pertama hingga 22%. Sedangkan
menyusui pada hari pertama kelahiran (24 jam) dapat menekan angka kematian
bayi hingga 16% (Edmond et al., 2006). IMD juga diketahui dapat mencegah
terjadinya penyakit infeksi seperti pneumonia dan diare yang menjadi penyebab
kematian bayi di seluruh dunia (Stanley & Kitaw, 2015). Berdasarkan manfaat
besar tersebut, WHO dan UNICEF merekomendasikan IMD sebagai langkah
sinergis dan dianggap sebagai tindakan penyelamatan kehidupan (Edmond et al.,
2006).
Pemerintah Indonesia telah gencar mensosialisasikan pelaksanaan IMD
sejak tahun 2006 dan telah diatur diberbagai peraturan pemerintahan, namun dalam
pelaksanaannya masih sangat jauh dari target yang ingin dicapai (Maryunani,
2015). Hasil Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyatakan bahwa
persentase proses mulai mendapat ASI kurang dari satu jam di Indonesia pada tahun
2013 hanya sebesar 34,5% dan untuk Provinsi Sumatera Barat adalah sebesar
44,2% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Sedangkan untuk
wilayah Kota Padang terhitung dari Bulan Januari hingga Bulan Agustus Tahun
2016 cakupan pelaksanaan IMD juga masih dinilai rendah yaitu hanya sebesar 51,3
% (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, 2016).

3
Meskipun penelitian sebelumnya belum menjelaskan mekanisme potensial
bagaimana IMD dapat mencegah kematian bayi (Edmond et al., 2006) namun
interaksi antara ibu dan bayi selama IMD sangat membantu dalam proses awal
pembentukan sistem imunitas bayi, salah satunya dalam proses kolonisasi bakteri
baik dalam sistem pencernaannya.
Secara fisiologis mukosa saluran pencernaan bayi berada dalam keadaan
yang steril sebelum bayi dilahirkan. Segera setelah bayi lahir dan kontak dengan
dunia luar, maka saluran cerna bayi mulai dikolonisasi oleh bakteri. Kolonisasi
tersebut akan bertambah sesuai dengan bertambahnya usia bayi (IDAI, 2008;
Kusumo, 2012). Usia kehamilan kurang bulan, jenis persalinan dengan seksio
sesarea, mengkonsumsi susu formula serta penggunaan antibiotik jangka panjang
dapat menurunkan kolonisasi bakteri komensal dalam sistem pencernaan bayi
(Penders, et al., 2006).
Keseimbangan mikrobiota dicapai saat saluran pencernaan didominasi oleh
kelompok bakteri non patogen. Sebaliknya mikrobiota yang tidak seimbang
meningkatkan risiko berbagai penyakit infeksi (Syukur & Purwati, 2013).
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kolonisasi bakteri
baik dalam sistem pencernaan sangat penting untuk menjaga keseimbangan
imunitas bayi (Azad et al., 2013).
Saat proses IMD bayi akan berada selama minimal 1 jam di dada ibu.
Sebelum berhasil menyusu, ia akan menjilat kulit di sekitar payudara ibu hingga
menyebabkan masuknya bakteri baik ibu ke saluran pencernaannya (Roesli, 2012).
Selain itu, dengan IMD bayi akan memperoleh kesempatan yang lebih besar untuk
mendapatkan kolostrum yang mengandung antibodi Secretory Imunoglobulin A
(SigA), faktor bifidus dan bakteri komensal ASI tertinggi dibandingkan dengan ASI
transisi atau matur (Maryunani, 2015). Penelitian yang telah dilakukan menunjukan
bahwa ASI terutama kolostrum merupakan sumber bakteri asam laktat terbesar bagi
bayi (McGuire & McGuire, 2015).
Lactobacillus, Streptococcus dan Bifidobacteria merupakan beberapa genus
bakteri baik yang termasuk dalam kelompok bakteri asam laktat (BAL) yang
dominan ditemukan pada feses bayi yang mendapat ASI eksklusif (Sang A Lee et

4
al., 2015). Bakteri asam laktat adalah bakteri Gram positif dan kelompok bakteri
yang paling banyak digunakan sebagai probiotik. Manfaat bakteri asam laktat pada
sistem pencernaan telah banyak diteliti, diantaranya dapat meningkatkan respon
imun baik humoral maupun selular sehingga dapat melindungi tubuh dari berbagai
infeksi (Syukur dan Purwati, 2013).
Bakteri asam laktat mampu mengubah laktosa menjadi asam laktat. Hal
tersebut akan menurunkan pH saluran pencernaan sehingga menghambat
pertumbuhan kuman patogen. Asam laktat yang dihasilkan juga mampu
meningkatkan motilitas usus sehingga mencegah terjadinya konstipasi, termasuk
mempercepat pengeluaran mekonium pada bayi baru lahir sehingga mencegah
kejadian ikterus. Bakteri asam laktat juga memproduksi bakteriosin yang teruji
dapat membunuh bakteri patogen seperti E.coli penyebab diare (Syukur & Purwati,
2013).
Diare merupakan penyakit balita peringkat ke 4 terbanyak di Provinsi
Sumatera Barat khususnya di Kota Padang dengan perkiraan jumlah kasus di tahun
2015 sebanyak 3290 (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2015). Kecamatan Koto
Tangah merupakan wilayah di Kota Padang dengan kasus diare pada balita
terbanyak yaitu 766 kasus. Koto Tangah juga merupakan wilayah dengan jumlah
kelahiran tertinggi Tahun 2015 di Kota Padang yaitu sebanyak 3505 kelahiran serta
wilayah dengan penyumbang kasus kematian bayi terbanyak Tahun 2015 di Kota
Padang yaitu sebanyak 24 kasus. Sedangkan Kecamatan Kuranji merupakan
kecamatan dengan kasus diare terbanyak kedua yaitu 389 kasus dan penyumbang
kasus kematian bayi terbesar kedua yaitu 20 kasus (Dinas Kesehatan Kota Padang,
2016).
Survei awal yang peneliti lakukan pada 6 bidan di Kecamatan Koto Tangah
pada Bulan Oktober 2016, 5 diantaranya menyatakan selalu melakukan IMD saat
proses persalinan namun tidak mencapai 1 jam dengan beberapa alasan, diantaranya
adalah kurangnya motivasi ibu atau keluarga untuk melaksanakan IMD dan
keingininan bidan untuk segera memberikan perawatan bayi baru lahir. Sedangkan
1 BPS menyatakan sudah melaksanaan IMD secara rutin dan sesuai standar yaitu
minimal 1 jam jika ibu dan bayi sehat.

5
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti lebih
lanjut mengenai perbedaan jumlah koloni bakteri asam laktat pada kulit sekitar
areola payudara, kolostrum dan feses bayi antara yang berhasil inisiasi menyusu
dini dan tidak berhasil inisiasi menyusu dini di wilayah Kecamatan Koto Tangah
dan Kecamatan Kuranji Sumatera Barat.

Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat bakteri asam laktat pada kulit sekitar areola payudara yang
berhasil inisiasi menyusu dini?
2. Apakah terdapat bakteri asam laktat pada kulit sekitar areola payudara yang
tidak berhasil inisiasi menyusu dini?
3. Apakah terdapat perbedaan jumlah koloni bakteri asam laktat pada kulit sekitar
areola payudara yang berhasil inisiasi menyusu dini dan tidak berhasil inisiasi
menyusu dini?
4. Apakah terdapat bakteri asam laktat pada kolostrum yang berhasil inisiasi
menyusu dini?
5. Apakah terdapat bakteri asam laktat pada kolostrum yang tidak berhasil inisiasi
menyusu dini?
6. Apakah terdapat perbedaan jumlah koloni bakteri asam laktat pada kolostrum
yang berhasil inisiasi menyusu dini dan tidak berhasil inisiasi menyusu dini?
7. Apakah terdapat bakteri asam laktat pada feses bayi yang berhasil inisiasi
menyusu dini?
8. Apakah terdapat bakteri asam laktat pada feses bayi yang tidak berhasil inisiasi
menyusu dini?
9. Apakah terdapat perbedaan jumlah koloni bakteri asam laktat pada feses bayi
yang tidak berhasil inisiasi menyusu dini dan tidak berhasil inisiasi menyusu
dini?

6
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Menganalisis perbedaan jumlah koloni bakteri asam laktat pada kulit sekitar
areola payudara, kolostrum dan feses bayi yang berhasil inisiasi menyusu dini dan tidak
berhasil inisiasi menyusu dini

Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui adanya koloni bakteri asam laktat pada kulit sekitar areola
payudara yang berhasil inisiasi menyusu dini
2. Untuk mengetahui adanya koloni bakteri asam laktat pada kulit sekitar areola
payudara yang tidak berhasil inisiasi menyusu dini
3. Untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni bakteri asam laktat pada kulit
sekitar areola payudara yang berhasil inisiasi menyusu dini dan tidak berhasil
inisiasi menyusu dini
4. Untuk mengetahui adanya koloni bakteri asam laktat pada kolostrum yang
berhasil inisiasi menyusu dini
5. Untuk mengetahui adanya koloni bakteri asam laktat pada kolostrum yang tidak
berhasil inisiasi menyusu dini
6. Untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni bakteri asam laktat pada kolostrum
yang berhasil inisiasi menyusu dini dan tidak berhasil inisiasi menyusu dini
7. Untuk mengetahui adanya koloni bakteri asam laktat pada feses bayi yang
berhasil inisiasi menyusu dini
8. Untuk mengetahui adanya koloni bakteri asam laktat pada feses bayi yang tidak
berhasil inisiasi menyusu dini
9. Untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni bakteri asam laktat pada feses bayi
yang tidak berhasil inisiasi menyusu dini dan tidak berhasil inisiasi menyusu
dini.

Hipotesa Penelitian

Hipotesa Penelitian ini adalah :


1. Terdapat perbedaan jumlah koloni bakteri asam laktat pada kulit sekitar areola

7
payudara yang berhasil inisiasi menyusu dini dan tidak berhasil inisiasi menyusu
dini.
2. Terdapat perbedaan jumlah koloni bakteri asam laktat pada kolostrum yang
berhasil inisiasi menyusu dini dan tidak berhasil inisiasi menyusu dini.
3. Terdapat perbedaan jumlah koloni bakteri asam laktat pada feses bayi yang
berhasil inisiasi menyusu dini dan tidak berhasil inisiasi menyusu dini.

METODA PENELITIAN
LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini akan dilakukan pada beberapa tempat yaitu:


1. Bidan Praktek Swasta (BPS) yang mewakili wilayah kerja puskesmas di
Kecamatan Koto Tangah dan Kecamatan Kuranji, yaitu:
a. BPS. Mariani, wilayah kerja Puskemas Iko Koto
b. BPS. Eli Fambo, wilayah kerja Puskemas Anak Air
c. BPS. Rika Hardi, wilayah kerja Puskemas Ambacang Kuranji
d. BPS. Netti, wilayah kerja Puskemas Belimbing
2. Laboratorium Mikrobiologi Teknologi Hasil Ternak (THT) Fakultas Peternakan
Universitas Andalas Padang untuk pemeriksaan koloni bakteri asam laktat.

SAMPEL PENELITIAN
Sebagai sampel penilitian adalah kulit sekitar areola payudara dan kolostrum ibu
serta feses bayi yang telah diinisiasi Menyusu Dini (IMD) yang kemudian
dikelompokkan menjadi 2 yaitu berhasil IMD (selama 1 jam atau lebih) dan tidak
berhasil IMD (kurang dari 1 jam) berdasarkan wawancara pada bidan dan ibu bersalin
tersebut. Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive
sampling.

PENGUMPULAN DATA
Tahapan Kegiatan Pengumpulan Data
Pada penelitian ini diperlukan perijinan yaitu dari Dinas Kesehatan Kota Padang
dan 4 BPS yang mewakili Puskesmas di Kecamatan Koto Tangah dan Kecamatan

8
Kuranji serta Laboratorium Mikrobiologi Teknologi Hasil Ternak (THT) Fakultas
Peternakan Universitas Andalas Padang.
Rekruitmen Pelaksana dan Pembaca
Dibutuhkan 1 orang petugas laboratorium mikrobiologi untuk memeriksa dan
membaca hasil jumlah koloni bakteri asam laktat pada sampel. Untuk pengambilan
sampel usapan kulit sekitar areola payudara, kolostrum dan feses bayi dilakukan oleh
peneliti sendiri.

Pelatihan
Tidak perlu dilakukan karena petugas di laboratorium mikrobiologi sudah
terlatih sebelumnya.

Prosedur kerja
1. Meminta izin penelitian kepada Dinas Kesehatan kota Padang, kemudian
tembusannya dikirim kepada 4 Puskesmas dan BPS yang dituju
2. Menghubungi tenaga laboratorium mikrobiologi Teknologi Hasil Ternak (THT)
Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang yang akan membantu untuk
pemeriksaan koloni bakteri asam laktat.
3. Meminta bantuan pihak BPS untuk menghubungi peneliti ketika ada persalinan
normal pervaginam
4. Meminta persetujuan (informed consent) untuk mengikuti penelitian dari calon
sampel
5. Melakukan pengambilan sampel dan selanjutnya dilakukan wawancara pada
bidan dan ibu bersalin tentang proses IMD
6. Pengambilan sampel usapan kulit sekitar areola payudara, kolostrum dan feses
bayi dilakukan oleh peneliti. Adapun langkah pengambilan dari tiap sampel
sebagi berikut :
a. Sampel Usapan Kulit Sekitar Areola Payudara
1) Ibu dijelaskan tentang tujuan dan alur penelitian serta cara pengambilan
sampel usapan kulit sekitar areola payudara
2) Sampel usapan kulit sekitar areola payudara diambil segera setelah

9
proses IMD selesai
3) Kulit sekitar areola payudara di bersihkan dengan swab alkohol dan
dibiarkan selama 15 menit
4) Sampel usapan kulit diambil menggunakan kapas lidi steril pada kedua
payudara ibu dan selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah yang telah
berisi media de Mann Rogosa Sharpe (MRS) Broth
5) Sampel disimpan di dalam cooler bag (tahan 6 jam) dan dibawa ke
laboratorium mikrobiologi untuk segera dilakukan pemeriksaan jumlah
koloni bakteri asam laktat
b. Sampel ASI (kolostrum)
1) Ibu dijelaskan tentang alur dan tujuan penelitian serta mengisi informed
consent yang disediakan peneliti apabila bersedia mengikuti penelitian.
2) Sampel kolostrum diambil segera setelah proses IMD selesai
3) Ibu dijelaskan tentang cara memerah ASI yang benar dengan
menggunakan tangan
4) Sampel ASI diambil sebanyak 2 ml dan ditampung dengan menggunakan
wadah steril
5) Sampel disimpan di dalam cooler bag (tahan 6 jam) dan dibawa ke
laboratorium mikrobiologi dan langsung dilakukan pemeriksaan koloni
bakteri asam laktat
c. Feses Bayi
1) Sampel feses bayi diambil 12 jam setelah dilakukan IMD
2) Sampel diambil sebanyak 2 gram dan disimpan di dalam cooler bag
(tahan 6 jam) dan dibawa ke laboratorium mikrobiologi untuk
pemeriksaan jumlah koloni bakteri asam laktat
7. Menganalisa hasil pengukuran dengan menggunakan indenpenden t test (jika
berdistribusi normal) dan Mann whitney (jika tidak berdistribusi normal)

6. Masalah Etik yang mungkin timbul:


Rasa tidak nyaman pada saat pengambilan sampel kolostrum dan usapan kulit
payudara ibu

10
7. Prosedur eksperimen (frekuensi, interval, dan jumlah total segala tindakan
invasive yang akan dilakukan, dosis dan cara pemberian obat, isotop, radiasi,
atau tindakan lain)
Prosedur dalam penelitian ini yang peneliti lakukan diantaranya adalah :
a. Melakukan pengambilan sampel dan selanjutnya dilakukan wawancara pada
bidan dan ibu bersalin tentang proses IMD
b. Melakukan pemeriksaan koloni BAL pada ketiga jenis sampel di Laboratorium
mikrobiologi Fakultas Peternakan Universitas Andalas dengan langkah
diantaranya sebagai berikut :
1) Mensterilkan semua peralatan dengan autoclave
2) Mempersiapkan media de Mann Rogosa Sharpe (MRS) Broth
3) Mempersiapkan media de Mann Rogosa Sharpe (MRS) Agar
4) sampel ditimbang sebanyak 1 gram untuk feses dan 1 ml untuk kolostrum,
kemudian masing-masing dilarutkan dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml
larutan deMann Rogosa Sharpe (MRS) Broth, lalu divortex sampai
homogen. Hasil ini disebut pengenceran 10.
5) Hasil pengenceran tersebut diambil 100 l dan dimasukan kedalam tabung
eppendorf yang telah berisi 900 l de Mann Rogosa Sharpe (MRS) Broth,
lalu divortex sampai homogen. Hasil pengenceran ini disebut dengan
pengenceran 10, begitu seterusnya sampai pada pengenceran 106
6) Dari pengenceran 106 diambil 100 l sampel dan ditanam dengan metode
spread pada petridish yang telah berisi media MRS Agar
7) Inokulum disimpan dalam anaerob jar lalu dimasukkan dalam inkubator
selama 48 jam pada suhu 37C dan dilakukan pengkodean petridish
8) Melakukan pemurnian koloni dengan metode streak
9) Melakukan pewarnaan Gram bakteri
10) Menghitung jumlah koloni bakteri asam laktat (BAL)

11
8. Bahaya potensial yang langsung atau tidak langsung, segera atau kemudian
dan cara mencegah atau mengatasi kejadian (termasuk rasa nyeri dan
keluhan)
Rasa tidak nyaman pada saat pengambilan sampel kolostrum dan usapan kulit
sekitar areola payduara.
Cara mengatasinya adalah dengan menjaga privasi ibu serta mengajarkan teknik
memerah yang benar dengan menggunakan tangan sehingga meminimalkan rasa
nyeri.
Waktu pemerahan kolostrum dan pengambilan sampel usapan kulit sekitar areola
payudara dilakukan segera setelah IMD selesai, namun apabila ibu masih merasa
kurang nyaman karena baru selesai melahirkan, pengambilan sampel dapat
dilakukan dalam 24 jam pertama postpartum.

9. Pengalaman yang terdahulu (sendiri atau orang lain) dari tindakan yang
akan diterapkan.
Penelitian mengenai koloni bakteri pada usapan kulit sekitar areola payudara,
kolostrum dan feses bayi sudah pernah dilakukan sebelumnya dan tidak ditemukan
bahaya potensial dari penelitian tersebut

10. Bila penelitian ini menggunakan orang sakit dan dapat memberi manfaat
untuk subyek yang bersangkutan, uraikan manfaat itu.
Penelitian tidak menggunakan orang sakit

11. Bagaimana cara memilih penderita/ sukarelawan sehat?


Seluruh ibu post partum dan bayinya pada hari pertama yang lahir secara normal
pervaginam di 4 BPS yang ada di wilayah puskesmas di Kecamatan Koto Tangah
dan Kecamatan Kuranji dipilih secara consecutive sampling berdasarkan kriteria
inklusi dan eksklusi yang ada.
Beberapa kriteria inklusi tersebut diantaranya adalah bayi lahir dengan persalinan
normal pervaginam, cukup bulan (dinilai dari HPHT), bayi dan ibu dengan
keadaan umum baik, telah di IMD 1 jam/ < 1 jam dan orang tua bayi

12
memberikan izin penelitian. Adapun kriteria eksklusi adalah bayi yang memiliki
kelainan kongenital berdasarkan pemeriksaan fisik yang segera dilakukan saat
bayi lahir.

12. Bila penelitian menggunakan subyek manusia, jelaskan hubungan antara


peneliti utama dengan subyek yang diteliti
Subyek penelitian adalah ibu post partum dan bayinya pada hari pertama yang
lahir secara normal pervaginam dan hubungan antara subyek dengan peneliti
adalah independen.

13. Bila penelitian ini menggunakan orang sakit, jelaskan diagnosis dan nama
dokter yang bertanggung jawab merawatnya. Bila menggunakan orang sehat
jelaskan cara pengecekan kesehatannya
Penelitian tidak menggunakan orang sakit sebagai subyek.
Subyek penelitian ini adalah ibu post partum dan bayinya pada hari pertama yang
lahir secara normal pervaginam dengan keadaan umum baik. Ibu post partum
dinilai normal dengan pemeriksaan fisik masa nifas diantaranya adalah tekanan
darah, nadi, respirasi, tinggi fundus dan kontraksi uterus serta perkiraan jumlah
perdarahan yang terjadi sedangkan untuk bayi dinilai dengan pemeriksaan fisik
awal seperti menangis spontan atau tidak, tonus otot dan dapat pula menggunakan
APGAR Skor.

14. Jelaskan cara pencatatan selama penelitian, termasuk efek samping dan
komplikasi bila ada
Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan dan wawancara langsung di lakukan
oleh peneliti sendiri pada bidan dan ibu bersalin tentang proses IMD. Keluhan
yang mungkin dirasakan ibu adalah rasa tidak nyaman pada saat pengambilan
sampel usapan kulit sekitar areola payudara dan kolostrum. Peneliti
memperkirakan tidak ada komplikasi yang kemungkinan dapat terjadi karena tidak
ada intervensi.

13
15. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, jelaskan bagaimana cara
memberitahukan dan mengajak subyek (lampirkan surat persetujuan
penderita)
Sebelum di lakukan penelitian subjek akan di terangkan tentang tujuan,manfaat
serta alur penelitian ini.

16. Bila penelitian menggunakan subyek manusia, apakah subyek dapat ganti
rugi bila ada gejala efek samping?
Ada, berupa pemberian paket susu ibu menyusui setelah pengambilan sampel

17. Bila penelitian menggunakan subyek manusia, apakah subyek


diasuransikan?
Tidak

18. Nama tim peneliti:


Organisasi Pelaksana
Penelitian ini merupakan persyaratan untuk menyelesaikan studi Program
Pascasarjana Ilmu Kebidanan di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang
dengan peneliti sebagai berikut.
Peneliti : Lydia Febri Kurniatin
Pembimbing I : Dr.dr.Netti Suharti, M.Kes
Pembimbing II : dr. Eny Yantri, Sp. A (K)

19. Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada beberapa tempat yaitu:


1. Bidan Praktek Swasta (BPS) yang mewakili wilayah kerja puskesmas di
Kecamatan Koto Tangah dan Kecamatan Kuranji.
2. Laboratorium Mikrobiologi Teknologi Hasil Ternak (THT) Fakultas
Peternakan Universitas Andalas Padang untuk pemeriksaan koloni bakteri
asam laktat.

14
Waktu penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari 2017 hingga Maret 2017 dengan
perincian sebagai berikut
a. Setelah izin penelitian dari dinas kesehatan hingga BPS tempat penelitian
diperoleh, penelitian dapat langsung dilakukan dengan pengambilan 38
sampel usapan kulit payudara, kolostrum ibu dan feses bayi setelah proses
IMD selesai.
b. Sampel segera dibawa ke laboratorium mikrobiologi Teknologi Hasil Ternak
(THT) Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang untuk pemeriksaan
koloni bakteri asam laktat.

Padang, Desember 2016


Peneliti Utama

Lydia Febri Kurniatin, SST

15
Lampiran

LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : ...

Umur : ...

Alamat : ...

Sudah mendapatkan penjelasan dan memahami penelitian dengan judul:


Jumlah Koloni Bakteri Asam Laktat Pada Kulit Sekitar Areola Payudara,
Kolostrum dan Feses Bayi yang di inisiasi Menyusu Dini.

Dengan sukarela bersedia ikut dalam penelitian tersebut dan bila suatu waktu
saya merasa dirugikan dalam bentuk apapun, maka saya akan mengundurkan diri.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa tekanan
dari pihak manapun.

Padang, ..............................20.......

Peneliti, Saya Yang Menyatakan

(Lydia Febri Kurniatin) (..............................................)

Saksi,

1 (..........................................) 2 (..........................................)
Keterangan :
Informed consent dibuat 2 rangkap, untuk responden 1 lembar dan
pewawancara 1 lembar.

16

Anda mungkin juga menyukai