A. HASIL
Berikut merupakan hasil kunjungan rumah kelompok dokter
muda dari UNS ke rumah 17 balita dengan gizi kurang dan gizi
buruk di wilayah kerja Puskesmas Bendosari yang telah
diklasifikasikan ke dalam tabel status gizi balita berdasarkan berat
badan menurut umur, berat badan menurut tinggi badan.
BB/U Jumlah Persentase
Normal 2 11,7%
Tabel 4.1 Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan Menurut Umur
Normal 12 70,59%
Gizi kurang - -
Tabel 4.2 Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan Menurut Tinggi
Badan
Kegiatan mengetahui faktor-faktor terjadinya gizi buruk dilakukan
dengan melakukan kunjungan rumah kepada 17 balita penderita gizi buruk
dan kurang di wilayah kerja Puskesmas Bendosari. 17 anak ini terdiri dari
9 anak gizi buruk berdasarkan BB/U, 5 anak gizi buruk berdasarkan
BB/TB.
Pengetahuan
Kesehatan Jumlah Persentase
Kurang - -
Cukup 17 100%
B. PEMBAHASAN
Status gizi merupakan salah satu indikator kesehatan yang penting
dalam penilaian status kesehatan masyarakat. Salah satu tujuan yang
ditargetkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) adalah
menurunkan prevalensi underweight. Status gizi anak merupakan indikator
yang penting karena berbagai alasan.
Menurut kerangka analisis UNICEF, status gizi memiliki faktor-
faktor yang mempengaruhi secara intrinsik dan ekstrinsik. Secara intrinsik,
gizi anak dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang tidak adekuat,
penyakit infeksi dan berat badan lahir rendah. Sedangkan hal yang
mempengaruhi secara ekstrinsik adalah pendidikan ibu, pendapatan
keluarga dan pola asuh.
Dari hasil kunjungan yang dilakukan pada 17 balita gizi buruk dan
gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Bendosari Sukoharjo, kami
mendapatkan data karakteristik berupa faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik. Faktor intrinsik balita yaitu faktor yang muncul dari dalam
kehidupan balita tersebut, antara lain :
1. Proses kelahiran
Dari 17 balita, 5 balita lahir dengan operasi section caesaria dan 12 balita
lahir dengan proses spontan tanpa penyulit. Terdapat 6 balita yang lahir
namun tidak mau menyusu pada ibunya.
2. Berat badan lahir
Dari 17 balita yang kami kunjungi sebanyak 4 balita lahir dengan berat
badan lahir rendah, sedangkan 13 balita lainnya lahir dengan berat badan
lahir normal. Berat badan lahir rendah berperan juga pada status gizi anak.
Pada bayi dengan riwayat BBLR, ada kemungkinan terdapat gangguan
pertumbuhan dan imaturitas organ yang menyebabkan resiko kesakitan
hingga resiko kematian pada BBLR cukup tinggi. Selain itu, pada bayi
BBLR pembentukan zat anti kekebalan juga kurang sempurna sehingga
lebih mudah terkena penyakit infeksi.
3. Status imunisasi
1 dari 17 balita yang kami kunjungi belum mendapat imunisasi lengkap
sesuai dengan umurnya karena masih berumur 6 bulan.
4. Inisiasi Menyusui Dini
17 ibu balita yang kami kunjungi melakukan inisiasi menyusui dini.
5. ASI eksklusif
15 ibu balita yang kami kunjungi memberikan ASI eksklusif bagi bayinya.
Hanya 2 yang tidak memberikan ASI eksklusif. ASI eksklusif durasinya 6
bulan, pemberian asi tanpa didampingi dengan makanan tambahan,
memberikan waktu pada organ pencernaan bayi agar berkembang sampai
siap menerima makanan selain ASI. Pemberian makanan tambahan yang
terlalu dini, bisa jadi menyebabkan terganggunya pencernaan pada anak.
Menurut hasil kunjungan, cakupan ASI hanya mencapai angka 88,23%.
Di puskesmas Bendosari sendiri, sudah diberikan penyuluhan tentang ASI
eksklusif pada kelas ibu hamil. Akan tetapi, tingkat kedatangan ibu hamil
pada kelas ibu hamil memang masih rendah. Tingkat pengetahuan ibu
tentang gizi, juga berpengaruh pada tingkat cakupan ASI eksklusif. Ibu
yang mengetahui pentingnya ASI eksklusif, pasti mengusahakan
pemberian ASI eksklusif pada anaknya.
6. Riwayat penyakit
10 dari 17 balita yang kami kunjungi sering atau sedang menderita
penyakit infeksi seperti common cold, diare, kejang demam, gangguan
pendengaran, hidrosefalus, mikrosefalus, spina bifida, dan asma. Hal ini
tentu saja sangat mempengaruhi status gizi balita dalam masa
pertumbuhannya.
Selain itu terdapat beberapa faktor ekstrinsik yang kami nilai dari
hasil wawancara dan kuesioner dengan ibu, keluarga, ataupun pengasuh
balita di rumah. Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar kehidupan
balita, antara lain :
1. Usia orang tua
Usia orang tua balita yang kami kunjungi termasuk ke dalam usia
produktif yang masih dapat mencari nafkah, mendidik dan mengasuh
anaknya dengan baik.
C. ANALISIS SWOT
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran