Anda di halaman 1dari 53

PERATURAN YAYASAN SANTO LUKAS

KEUSKUPAN AMBOINA
NO. 16 TAHUN 2007
TENTANG
POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

Pengurus Yayasan St. Lukas


Keuskupan Amboina

Menimbang :

a. Bahwa dalam rangka meningkatkan karya pelayanan kesehatan Yayasan St Lukas,


maka diperlukan pegawai/karyawan yang setia dan taat pada Pancasila dan UUD
1945, peraturan Yayasan St. Lukas, berbudi-pekerti yang baik, berkualitas dan ber-
tanggung-jawab dalam melaksanakan tugas.

b. Bahwa diperlukan hubungan kerja yang baik dan dinamis antara Yayasan dan pega-
wai/ karyawan, demi meningkatkan kesejahteraan pegawai/karyawan dan kualitas
pelayanan kesehatan serta kelangsungan hidup Yayasan.

c. Bahwa buku pedoman peraturan kepegawaian Yayasan St. Lukas tahun 1995 dan
Peraturan tentang hak dan kewajiban pegawai No. 10 Tahun 2004 perlu disem-
purnakan.

Mengingat :

1. Pancasila dan UUD 1945.


2. Undang-undang No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian.
3. Undang-undang No. 28 tahun 2004 tantang Yayasan.
4. Undang-undang RI No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
5. Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Yayasan Santo Lukas.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

Peraturan Yayasan Santo Lukas No. 16 tahun 2007


Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
Pokok-pokok Kepegawaian 2

BAB I
Ketentuan Umum

Pasal 1
Pe ng e rt i a n

Pengertian dari istilah-istilah dalam peratuan ini adalah :

1. Yayasan.
Yayasan Santo Lukas Keuskupan Amboina adalah lembaga kesehatan yang membawahi
dan mengelola Unit-unit Kesehatan Katolik di Keuskupan Amboina, kecuali Unit-unit
Kesehatan yang menjadi milik Tarekat tertentu.
2. Unit Kesehatan.
Unit Kesehatan adalah tempat usaha yang bergerak di bidang kesehatan, yang terdiri dari
Rumah Sakit, Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan.
3. Pengurus.
Pengurus adalah Pimpinan Pusat Yayasan yang diangkat oleh Pembina Yayasan dengan
Surat Keputusan untuk mengurus Yayasan secara langsung dan tidak langsung.
4. Pimpinan Unit.
Pimpinan Unit adalah Pimpinan pelaksana/pengelola di Unit Kesehatan, yang diangkat
dengan Surat Keputusan oleh Pengurus Yayasan Santo Lukas.
5. Karyawan/tenaga kontrak.
Karyawan/tenaga kontrak adalah setiap orang yang bekerja di Unit Kesehatan Yayasan
St. Lukas dengan surat perjanjian/kontrak kerja untuk jangka waktu tertentu.
6. Pegawai Yayasan.
Setiap orang yang bekerja pada kantor atau Unit Kesehatan Yayasan St. Lukas sebagai
calon pegawai atau pegawai tetap.
7. Pegawai pemerintah diperbantukan.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang ditugaskan/diperbantukan oleh pemerintah pada Unit
Kesehatan Yayasan St. Lukas sebagai pegawai tetap.
8. Calon Pegawai.
Setiap orang yang bekerja pada Unit Kesehatan Yayasan St. Lukas yang telah melewati
masa percobaan dan mendapat Surat Keterangan sebagai calon pegawai yang diberikan
oleh Pengurus Yayasan, serta menjalani masa sebagai calon pegawai selama 1 (satu)
sampai 2 (dua) tahun.
9. Pegawai Para-Medis.
Pegawai yang bekerja pada Unit Kesehatan Yayasan St. Lukas yang memiliki ijazah
kesehatan.
10. Pegawai Non-Medis.
Pegawai yang bekerja pada Unit Kesehatan Yayasan St. Lukas yang tidak memiliki ijazah
di bidang kesehatan.

Pasal 2
Azas dan Tujuan

1. Azas. Peraturan Yayasan St. Lukas tentang pokok-pokok kepegawaian ini berazaskan
Pancasila dan UUD 1945 serta Peraturan Pemerintah yang berlaku.
2. Ajaran Iman dan Moral Gereja Katolik
3. Visi dan Misi Keuskupan Amboina.
4. Tujuan Peraturan Yayasan St. Lukas tentang Pokok-pokok kepegawaian adalah :
a. Mengatur hubungan kerja, serta hak dan kewajiban antara pegawai dan Yayasan
Santo Lukas, untuk dijadikan pegangan dan dilaksanakan masing-masing pihak.
b. Mengatur syarat-syarat kerja.
Pokok-pokok Kepegawaian 3

c. Menciptakan saling pengertian dan terselenggaranya kerja sama yang serasi serta
dalam semangat persaudaraan cinta kasih.
d. Meningkatkan produktivitas, efisiensi dan efektivitas kerja/pelayanan demi mencapai
hasil yang optimal dan benar sesuai dengan Visi dan Misi Yayasan St. Lukas.

Pasal 3
Visi dan Misi Yayasan

1. Visi Yayasan St. Lukas adalah pelayanan kesehatan yang berkualitas dan kristiani dalam
terang Injil, untuk mengabdi kepada Allah dan hidup manusia demi kesejahteraan masya-
rakat di Maluku
2. Misi Yayasan St. Lukas :
a. Mengabdi kepada Allah dan hidup manusia.
b. Menciptakan relasi dan persatuan, solidaritas dan kerja sama antar Unit-unit kese-
hatan Yayasan St. Lukas.
c. Bekerja sama dengan semua pihak dan instansi yang memiliki hati dan kehendak baik
demi pelayanan kesehatan yang berhasil guna bagi masyarakat di Maluku.
d. Mengusahakan kesejahteraan hidup pegawai dan karyawan.
e. Mengusahakan kemandirian Yayasan dan Unit dalam karya pelayanan kesehatan.
f. Membangun budaya pelayanan kesehatan yang bercita-rasa kemanusian dan cinta
kasih kristiani.
g. Meningkatkan kualitas dan profesionalitas pegawai/karyawan dan Unit-unit dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
3. Setiap Unit kesehatan dapat membuat visi dan misinya sendiri, namun tetap harus meng-
acu pada dan atau sejalan dengan visi dan misi Yayasan.
4. Pembina dan Pengurus Yayasan berhak mengoreksi dan mengubah visi dan misi yang
dite-tapkan sendiri oleh setiap unit, apabila bertentangan dengan visi dan misi Yayasan.

B A B II
Penerimaan, Pengangkatan Pegawai, Karyawan Kontrak

Pasal 4
Penerimaan Pegawai

1. Penerimaan pegawai disesuaikan dengan kebutuhan Unit dan Yayasan, serta harus meme-
nuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh Yayasan.
2. Setiap pelamar mengajukan surat lamaran kerja kepada Pemimpin Yayasan (dengan tem-
busan kepada Ketua Yayasan St. Lukas), yang wajib disertai kelengkapan berkas :
a. Fotocopy Ijazah terakhir yang telah dilegalisir.
b. Fotocopy Akte Kelahiran dan atau Surat Baptis bagi yang beragama Kristen.
c. Fotocopy Akte Kelahiran dan Surat Baptis Anak (yang beragama Kristen) dari pela-
mar yang telah menikah sah dan mempunyai anak.
d. Fotocopy Akte atau Surat Nikah bagi pelamar yang telah menikah.
e. Surat Keterangan berbadan sehat dari Dokter yang ditunjuk oleh Unit/Yayasan.
f. Daftar Riwayat Hidup dan atau Pengalaman Kerja.
g. Surat Keterangan berkelakuan baik dari kepolisian setempat.
h. Pas foto (berwarna) ukuran 3 x 4 sebanyak 4 lembar.
3. Apabila pada waktu melamar kerja dan atau mengikuti test penerimaan ternyata pelamar
kerja telah melakukan tindakan asusila yakni menghamili/dihamili dan atau hidup dalam
perkawinan tidak sah, dengan sendirinya dinyatakan gugur/tidak lulus.
4. Setiap pelamar kerja wajib mengikuti test pengetahuan (intelektual), test kepribadian
(psikologis) dan test kesehatan yang dilaksanakan oleh Unit dan atau Yayasan. Unit
menyi-apkan materi test dan mengadakan test bagi pelamar kerja di Unit.
Pokok-pokok Kepegawaian 4

5. Pemimpin Unit melalui Kabag Administrasi menyampaikan secara tertulis kepada Ketua
Yayasan daftar para pelamar kerja, serta waktu dan tanggal pelaksanaan test. Setelah
Ketua Yayasan mengeluarkan surat persetujuan pelaksanan test kepada pihak unit, maka
unit boleh mengadakan test penerimaan sesuai ketentuan yang berlaku.
6. Pemimpin Unit melalui Kabag Administasi menyampaikan secara tertulis daftar pelamar
kerja yang telah dinyatakan lulus test kepada Ketua Yayasan.
7. Mereka yang dinyatakan telah lulus test, wajib membuat beberapa surat pernyataan yang
menjadi persyaratan terakhir :
a. Surat pernyataan bersedia menerima dan melaksanakan Peraturan Yayasan tentang
Pokok-pokok kepegawaian, aturan pelaksanaan dan kebijakan dalam Yayasan/Unit
tempat kerja;
b. Surat Pernyataan bersedia mentaati seluruh tata tertib, larangan dan sanksi yang ber-
laku dalam Yayasan/Unit kerja dan menerima semua konsekuensinya;
c. Surat Pernyataan bersedia ditempatkan di Unit kesehatan mana saja yang menjadi
milik Yayasan Santo Lukas, dan atau dalam bidang kerja apa saja di Unit, entah sesu-
ai atau tidak sesuai dengan tingkat pendidikan, keahlian, pangkat/golongan;
d. Surat Pernyataan bersedia menerima aturan dan sistem penggajian dan besarnya gaji
dan tunjangan-tunjangan yang diterima, yang berlaku dalam lingkung Yayasan Santo
Lukas dan Unit-unit kesehatannya;
e. Surat Pernyataan bersedia mengikuti iuran Dana Sehat dan Dana Pensiun KWI.
8. Para pelamar yang telah dinyatakan lulus oleh Unit, dapat diterima untuk mulai
bekerja,apabila :
a. Sudah ada penyampaian tertulis dari Pemimpin Unit kepada Ketua Yayasan tentang
hasil akhir test dan daftar nama pelamar yang telah dinyatakan lulus oleh Unit.
b. Ketua Yayasan telah mengeluarkan Surat Persetujuan dan Penerimaan atas pelamar
yang dinyatakan telah lulus test oleh Unit.
c. Setiap pelamar yang dinyatakan lulus oleh Unit dan disetujui oleh Ketua Yayasan ter-
sebut, telah membuat dan memasukkan Surat Pernyataan yang diwajibkan, sebagai-
mana ditetapkan dalam ayat 7 butir a - e.
d. Ketua Yayasan telah menerbitkan Surat Keputusan penerimaan/pengangkatan bagi
pelamar yang telah dinyatakan lulus dan diterima, untuk memulai tahap pertama masa
pencobaan kerja.
9. Ketua Yayasan memiliki kewenangan untuk menentukan Unit tempat kerja bagi pelamar
yang telah dinyataka lulus dan diterima tersebut, dengan mempertimbangkan kebutuhan
Unit tempat yang bersangkutan mengajukan lamaran kerjanya dan kebutuhan Unit-unit
lain akan pegawai.
10. Apabila penerimaan pegawai dilakukan tanpa mengindahkan aturan pada ayat 2 8
tersebut di atas, maka pelaksanaan penerimaan pegawai tersebut dinyatakan tidak sah dan
dengan sendirinya tidak berlaku. Penerimaan pegawai wajib diulangi pelaksanaannya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
11. Seseorang yang telah diterima dan bekerja pada Unit oleh pimpinan Unit dinyatakan
tidak sah dan tidak dapat dipertanggung-jawabkan, apabila :
a. tidak ada pengusulan dan pemberitahuan secara tertulis terlebih dahulu dari Pemimpin
Unit kepada Ketua Yayasan
b. belum mendapat persetujuan tertulis dan atau penerbitan Surat Keputusan penetapan
sebagai pegawai atau surat perjanjian kerja sebagai tenaga/karyawan kontrak.
12. Apabila terjadi pelanggaran sebagaimana dinyatakan pada ayat 5, maka :
a. Yayasan dan Unit yang bersangkutan tidak wajib memberikan upah ataupun honor
kepada tenaga kerja yang bersangkutan.
b. Ketua Yayasan memiliki kewenangan penuh untuk memberhentikan tenaga kerja yang
bersangkutan, tanpa efek finansial dalam bentuk apapun.
c. Pimpinan unit yang mempekerjakannya memiliki kewajiban moral untuk bertanggung
jawab atas beban finansial yang harus diberikan kepada tenaga kerja yang bersang-
kutan.
Pokok-pokok Kepegawaian 5

d. Pimpinan Unit yang telah mempekerjakannya wajib mengembalikan ke kas/bendahara


Unit 100% seluruh biaya yang telah dikeluarkan untuk mengupah tenaga kerja yang
bersangkutan.

Pasal 5
Masa Pencobaan Kerja

1. Masa pencobaan kerja adalah masa orientasi dan pelatihan kerja bagi para pelamar
kerja yang baru dinyatakan lulus test penerimaan pegawai, sebelum diangkat dan
ditetapkan sebagai calon pegawai dan pegawai tetap. Masa pencobaan kerja dalam
Yayasan Santo Lukas berlangsung selama 12 (dua belas) bulan kerja, yang terbagi atas 2
(dua) tahap, yaitu tahap pertama 3 (bulan) dan tahap kedua 9 (sembilan) bulan.
2. Setiap pelamar yang dinyatakan lulus test wajib menjalani masa pencobaan kerja
tahap pertama selama 3 (tiga) bulan. Sesudah melewati masa pencobaan 3 (tiga) bulan,
berda-sarkan rekomendasi baik dari pemimpin unit, Yayasan memperpanjang masa
pencobaan untuk 9 (sembilan) bulan. Selama masa pencobaan baik tahap pertama
maupun tahap ke-dua, masing-masing pihak dapat memutuskan hubungan kerja tanpa
syarat.
3. Dalam masa pencobaan kerja selama 3 (tiga) dan 9 (sembilan) bulan, dibuat
perjanjian kerja secara tertulis antara pekerja dengan Unit/Yayasan.
4. Perjanjian kerja memuat ketentuan hak dan kewajiban pekerja selama jangka waktu 3
bu-lan dan atau 9 (sembilan) bulan, dan tidak dapat diperpanjang lagi.
5. Selama mengikuti pencobaann kerja, pekerja diberikan upah sesuai dengan ketentuan
penggajian Yayasan.
6. Pekerja yang masih menjalani masa pencobaan tidak berhak atas tunjangan-tunjangan
yang menjadi hak calon pegawai, pegawai/karyawan.
7. Pekerja yang masih menjalani masa pencobaan kerja, telah wajib menjadi peserta
Dana Sehat.
8. Setelah selesai masa pencobaan, pekerja yang dinyatakan tidak lulus, berhenti dengan
sen-dirinya tanpa efek finansial apapun.
9. Setelah dinyatakan lulus dan diterima bekerja pada Yayasan/Unit, maka selama 6
(enam) hari pertama kerja menjadi masa orientasi bagi pegawai/karyawan yang baru
diangkat tersebut. Prioritas-prioritas dalam masa orientasi tersebut, yaitu :
a. visi dan misi, tujuan dan semangat dasar dari Yayasan Santo Lukas dan Unit tempat
kerjanya;
b. pemeriksaan kesehatan kembali para pegawai/karyawan yang baru diterima;
c. struktur Yayasan dan Unit kerja dan sistem kerjanya;
d. peraturan Yayasan tentang pokok-pokok kepegawaian, kewajiban dan hak pegawai/
karyawan;
e. pekerjaan/tugas dan tanggung jawab di Unit tempat kerja;
f. etika pelayanan medis dan nilai-nilai hidup manusia;
g. pembinaan hidup rohani dan pendalaman iman;
h. pengenalan/pendalaman nilai-nilai kehidupan bersama dan membangun persaudaraan
antar para pegawai/karyawan;
i. pengenalan tentang undang-undang dan syarat-syarat keselamatan kerja, serta pelatih-
an penggunaan alat-alat perlindungan kerja yang tersedia;
j. kegiatan-kegiatan yang dipandang perlu oleh Pimpinan Unit.
10. Prioritas-prioritas orientasi pada ayat 9, menjadi prioritas utama kegiatan Unit bagi pe-
gawai/karyawan sepanjang masa pencobaan, dan pelaksanaannya menjadi tanggung
jawab utama dari Pimpinan Unit.
11. Pegawai yang sedang menjalani masa pencobaan, tidak boleh melamar kerja pada instasi
lain. Apabila ternyata dalam masa pencobaan pegawai yang bersangkutan melamar kerja
pada instansi lain, dengan sendirinya dianggap mengundurkan diri, dan diberhentikan
tanpa efek finansial dalam bentuk apapun.
Pokok-pokok Kepegawaian 6

12. Pegawai yang sedang menjalani masa pencobaan, apabila melakukan pelanggaran atas
salah satu dari larangan berat yang ditetapkan dalam peraturan Yayasan, maka yang ber-
sangkutan di-PHK tanpa efek finansial dalam bentuk apapun.

Pasal 6
Calon Pegawai

1. Pekerja yang dinyatakan lulus setelah menyelesaikan masa pencobaan tahap pertama
dan kedua, serta berdasarkan rekomendasi baik dari Pemimpin Unit, diangkat oleh
Yayasan sebagai calon pegawai.
2. Yayasan mengangkat pekerja tersebut menjadi calon pegawai dengan menerbitkan
Surat Perjanjian Kerja dengan Yayasan selama 1 (satu) tahun, dengan golongan serta
jabatan yang telah ditetapkan oleh Yayasan, sambil memperhitungkan ijazah dan keahlian
calon pegawai yang bersangkutan.
3. Selama menjalani masa perjanjian kerja selama 1 (satu), calon pegawai diberikan
honor/ upah sesuai ketentuan penggajian Yayasan, dengan memperhatikan Upah
Minimum Re-gional (UMR) yang ditetapkan Pemerintah.
4. Hubungan kerja dalam masa perjanjian kerja dapat diberhentikan dengan alasan :
a. Tidak memiliki kecakapan yang memadai dalam melaksanakan tugas.
b. Melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku dalam Unit/Yayasan.
c. Menunjukkan sifat dan sikap yang merusak suasana kerja dan hubungan antar para
pegawai dalam Unit/Yayasan.
d. Permintaan sendiri secara tertulis.
e. Memberikan keterangan palsu atau penipuan administrasi pada saat melamar.
f. Adanya gangguan kesehatan yang permanen, yang dinyatakan dengan surat
keterangan dari dokter.
5. Hubungan kerja selama masa Perjanjian Kerja (sebagai calon pegawai) sewaktu-
waktu dapat diputuskan oleh kedua belah pihak dengan alasan yang sah/dapat
dipertanggung-jawabkan.
6. Kurang-lebih selama 3 (tiga) hari pertama kerja menjadi masa orientasi bagi
pegawai/kar-yawan yang baru diangkat dan ditetapkan sebagai calon pegawai Yayasan.
Prioritas-pri-oritas orientasi yang disebutkan pada pasal 5, ayat 9 menjadi pula prioritas
orientasi kegi-atan bagi para calon pegawai, dan pelaksanaannya menjadi tanggung jawab
utama dari Pimpinan Unit.
7. Para calon pegawai yang baru menjadi pegawai tetap Yayasan tersebut, diterima dan
dite-guhkan dalam upacara pelantikan. Pemimpin Yayasan dapat memberikan
kewenangan kepada Pemimpin Unit untuk mengatur bentuk pelaksanaan acara pelantikan
dan untuk melantik pegawai yang dimaksud.
8. Pegawai yang masih berada dalam masa sebagai calon pegawai, tidak boleh melamar
kerja pada instasi lain. Apabila ternyata dalam masa sebagai calon pegawai yang
bersangkutan melamar kerja pada instansi lain, dengan sendirinya dianggap
mengundurkan diri (terhi-tung sejak ia mendaftarkan diri/memasukkan lamarannya ke
unit yang dituju), dan diber-hentikan dengan tidak terhormat serta tanpa efek finansial
dalam bentuk apapun.

Pasal 7
Karyawan/Tenaga Kontrak dan Perjanjian/Kontrak Kerja

1. Pengertian tentang karyawan/tenaga kontrak telah termuat dalam Bab I pasal 1 ayat 7.
2. Mereka yang dimakskudkan dalalm definisi tersebut adalah para dokter, specialist,
Apo-teker, Akuntan, perawat-bidan, non-medis yang bekerja pada unit-unit Yayasan
berda-sarkan perjanjian/kontrak kerja untuk jangka waktu tertentu, baik purna waktu
maupun paruh waktu.
Pokok-pokok Kepegawaian 7

3. Pimpinan Unit berhak mencari atau menyiapkan adanya tenaga/karyawan kontrak


sesuai dengan kebutuhan Unit dan mengusulkannya secara tertulis kepada pihak Yayasan
untuk membuat perjanjian/kontrak dengannya. Pimpinan Unit tidak mempunyai
wewenang un-tuk membuat perjanjian/kontrak kerja dengan tenaga/karyawan kontra,
kecuali hak terse-but diberikan kepadanya oleh pihak Yayasan. Apabila Yayasan
melimpahkan kepada pimpinan Unit hak membuat perjanjian/kontrak kerja, maka
pelimpahan hak tersebut dibuat secara tertulis dan hanya bersifat kasuistik, bukan bersifat
umum.
4. Pihak Yayasan mempunyai kewenangan utama untuk mengadakan dan membatalkan
kon-trak kerja dengan tenaga/karyawan kontrak.
5. Perjanjian/kontrak kerja antara pihak Yayasan dan tenaga/karyawan kontrak harus
dibuat secara tertulis dan ditanda-tangani kedua pihak di atas kertas bermeterai cukup,
setelah masing-masing menyetujui butir-butir kesepakatan yang tertuang dalam surat
perjanjian/ kontrak kerja.
6. Jika salah satu pihak belum menyetujui butir-butir perjanjian/kesepakatan, maka
tenaga/ karyawan kontrak tersebut belum diperbolehkan untuk bekerja pada Unit yang
dimaksud. Tenaga kerja tersebut diperbolehkan bekerja setelah mendatangani dan
memiliki surat perjanjian/kontrak kerja dengan pihak Yayasan.
7. Tenaga/karyawan kontrak yang telah bekerja pada Unit tempatnya bekerja, namun
belum membuat perjanjian/kontrak kerja dengan Yayasan, maka demi hak dan
kewajibannya serta jaminan atas pekerjaannya, segera dibuat surat perjanjian kerja oleh
pihak Yayasan dengan tenaga/karyawan kontrak yang dimaksud.
8. Apabila telah diusahan surat perjanjian kerja, namun salah satu pihak belum
menyetujui, maka Yayasan berhak mengeluarkan surat untuk menangguhkan untuk
sementara waktu kerja dari tenaga/karyawan kontrak yang dimaksud.
9. Jika telah diusahakan sampai 3x (tiga kali) dengan selang waktu masing-masing 12
(dua-belas) hari kerja, namun salah satu pihak tidak juga menyetujui butir-butir
perjanjian/ kontrak kerja, maka Yayasan berwewenang untuk memberhentikan dengan
hormat tena-ga/karyawan yang dimaksud. Tiga (3) tahap mengadakan perjanjian kerja
dengan tenaga/ karyawan yang dimaksud :
9.1. Tahap I (pertama), yakni :
a. Pendekatan personal dan penyampaian maksud pembuatan surat perjanjian/kon-
trak kerja, baik secara lisan maupun tulisan, setelah Pimpinan Unit menyampai-
kan usulan tertulis kepada Yayasan untuk membuat perjanjian/kontrak kerja de-
ngan karyawan yang dimaksud. Karyawan yang dimaksud dapat menyampaikan
butir-butir kesepakatan sebagai usulan untuk kepada pihak Yayasan untu mem-
pertimbangkannya.
b. Yayasan mengajukan butir-butir perjanjian/kontrak kerja untuk disepakati oleh
karyawan yang bersangkutan. Apabila karyawan tersebut belum menerima/me-
nyetujui isi perjanjian tersebut, maka Yayasan memberikan waktu selama 12 (dua
belas) hari kerja untuk memikirkan dan mempertimbangkannya lagi.
9.2. Tahap II (kedua), yakni :
a. Yayasan mengadakan pembicaraan tahap kedua dengan tenaga/karyawan yang
bersangkutan tentang isi/butir-butir perjanjian kerja yang telah disiapkan Yayasan
dan meminta persetujuan dari karyawan tersebut.
b. Apabila karyawan dimaksud belum juga menerima, menyetujui dan menanda-
tangani perjanjian tersebut, maka Yayasan memberikan waktu 6(enam) hari kerja
untuk mempertimbangkannya lagi.
9.3. Tahap III (ketiga) atau tahap terakhir, yakni :
a. Yayasan dan karyawan yang bersangkutan mendatangani perjanjian/kontrak kerja,
apabila kedua pihak sama-sama mencapai kesepakatan.
b. Apabila karyawan yang dimaksud tidak juga bersedia menerima dan menanda-
tangani surat perjanjian kontrak kerja, maka 3 (tiga) hari kemudian, Yayasan se-
gera mengeluarkan surat pemberhentian kerja bagi karyawan tersebut.
Pokok-pokok Kepegawaian 8

Pasal 8
Daftat Pengisian Penilaian Pegawai/Karyawan (DP-3)

1. DP-3 diberlakukan bagi semua pegawai/karyawan Yayasan dan PNS yang


diperbantukan, mulai dari pegawai/karyawan masa pencobaan sampai dengan
pegawai/karyawan tetap, tenaga honorer pensiunan.
2. DP-3 pegawai/karyawan harus diisi berdasarkan kebenaran dan kenyataan, kejujuran
dan bertanggung jawab, tanpa membeda-bedakan pegawai/karyawan yang satu dengan
yang lainnya.
3. Setiap akhir bulan berjalan, Pemimpin Unit dan para Kabag memberikan evaluasi
bersa-ma atas DP-3 setiap pegawai/karyawan. Berdasarkan evaluasi bersama, Pemimpin
Unit memberikan catatan evaluasi akhir yang dikirimkan bersama formulir DP-3
pegawai/kar-yawan yang telah diisi kepada Pemimpin Yayasan.
4. DP-3 pegawai/karyawan diisi oleh Kabag. DP-3 Kabag dan Wadir, diisi oleh Direktur
Unit, sedangkan DP-3 Direktur diisi oleh Pim-pinan Yayasan.

Pasal 9
Penerimaan dan Pengangkatan Pegawai yang telah Bekerja pada Instasi Lain

1. Pelamar yang telah bekerja/berasal dari instansi kesehatan lain, apabila mengajukan surat
lamaran/permohonan untuk bekerja, tetap mengikuti aturan penerimaan, yakni syarat
administratif sesuai ketentuan yang berlaku di Yayasan Santo Lukas.
2. Pelamar yang bersangkutan wajib pula menyertakan dalam surat lamarannya :
a. Foto-copy Surat Keputusan (SK) tentang Pangkat dan Golongan terakhir serta
masa kerjanya sebagai pegawai pada instasi tempat kerja sebelumnya.
b. Surat Keterangan dari instansi tempat kerja sebelumnya yang menyatakan
bahwa yang bersangkutan benar-benar pegawai instansi tersebut.
c. Surat Keterangan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari instansi tempat
kerja sebe-lumya yang menyatakan alasan dibuatnya PHK.
3. Pelamar yang telah bekerja pada instasi lain atau berasal dari instansi kesehatan lain, de-
ngan sendirinya tidak dapat diterima, apabila alasan PHK dari instasi tempat kerja sebe-
lumnya disebabkan faktor kejahatan, pelanggaran dan kesalahan berat, sakit permanen
atau sangat sering sakit, ataupun alasan-alasan lain yang memberatkan.
4. Untuk 3 (tiga) bulan pertama sejak diangkat sebagai pegawai/karyawan tetap Yayasan,
ke-pada pegawai/karyawan yang bersangkutan diberikan 50% persen dari gaji pokok
menu-rut perhitungan/sistem penggajian Yayasan, ditambah dengan tunjangan-tunjangan
yang berhak diterimanya sebagaimana ditetapkan dalam peraturan Yayasan. Setelah 3
(tiga) bulan pertama dan selanjutnya pegawai/karyawan yang bersangkutan menerima
100% gaji pokok menurut sistem penggajian di Yayasan ditambah dengan tunjangan-
tunjangan. yang berhak diterimanya sebagaimana ditetapkan dalam peraturan Yayasan.
5. Selama 3 (tiga) hari pertama sejak diterima untuk bekerja sebagai pegawai/karyawan Ya-
yasan, merupakan hari-hari orientasi, sebagaimana yang berlaku juga bagi calon pegawai.

P a s a l 10
Pengangkatan Pegawai Tetap

1. Ketua Yayasan St. Lukas mempunyai hak untuk mengangkat dan menetapkan
pegawai da-lam Unit-unit Kesehatan/Yayasan St. Lukas. Pemimpin Unit tidak dapat
mengangkat dan menetapkan pegawai dalam unit kesehatan yang dipercayakan
kepadanya oleh Yayasan.
2. Setiap calon pegawai dapat diangkat menjadi pegawai tetap dengan ketentuan :
Pokok-pokok Kepegawaian 9

a. telah menyelesaikan masa perjanjian kerja sebagai calon pegawai selama 1 (satu);
b. DP-3 mencapai nilai rata-rata minimal 80% atau Index Prestasi 3,0;
c. Surat pernyataan kesanggupan mengikuti semua peraturan yang berlaku dalam unit
dan yang ditetapkan oleh Yayasan St. Lukas;
d. Surat pernyataan bersedia ditempatkan di mana saja dalam wilayah kerja Yayasan St.
Lukas;
e. Surat rekomendasi tertulis dari Pemimpin Unit berdasarkan hasil evaluasi Direksi.
3. Pengangkatan pegawai ditetapkan berdasarkan ijazah dan penetapan
golongan/pangkat pe-gawai sesuai peraturan yang berlaku dalam Yayasan St. Lukas.
4. Ketua Yayasan mengangkat pegawai tetap dengan menerbitkan Surat Keputusan
Peng-angkatan dalam pangkat dan golongan tertentu sesuai dengan ketentuan yang
berlaku da-lam Yayasan St. Lukas.
5. Ketua Yayasan belum dapat mengangkat dan menetapkan calon pegawai menjadi
pegawai tetap dengan menerbitkan Surat Keputusan, apabila belum mendapat
kelengkapan admi-nistrasi dari Pimpinan Unit di mana calon pegawai tersebut bekerja,
sebagai mana yang diwajibkan dalam pasal 4 ayat 7, butir a e.

B A B III
Kepangkatan/Golongan, Kenaikan Berkala,
Penyesuaian Ijazah dan Pangkat Istimewa

Pasal 11
Kepangkatan/Golongan

1. Setiap pegawai yang ber-SK pegawai tetap Yayasan St. Lukas, berhak atas kenaikan
pang-kat setiap 4 (empat) tahun sekali, dengan ketentuan sbb. :
a. Pemimpin Unit melalui bagian administrasi personalia mengajukan
permohonan ke-naikan pangkat kepada Ketua Yayasan St. Lukas, dengan
melampirkan SK Yayasan yang terakhir dan DP-3 K. Kenaikan pangkat bisa tertunda
untuk 1 (satu) tahun ke de-pan, jika kehadiran pegawai yang bersangkutan saat waktu
kerja berkurang.
b. Daftar DP-3 diisi oleh Pemimpin unit berdasarkan kebenaran dan kenyataan.
Apabila ternyata DP-3 kurang dari nilai rata-rata yang ditentukan yakni minimal 80 %
atau Indeks Prestasi (IP) 3,00, maka kenaikan pangkat dapat ditunda untuk 1 (satu)
tahun ke depan.
c. Permohonan Kenaikan Pangkat dikirim oleh bagian administrasi personalian
Unit dan sudah berada di kantor pusat Yayasan, 3 (tiga) bulan sebelum waktu yang
ditetapkan dalam Surat Keputusan sebelumnya.
d. Tidak sedang terkena sanksi disipliner yang diberikan oleh Unit/Yayasan.
2. Kenaikan pangkat ditetapkan oleh PemimpinYayasan dengan menerbitkan Surat
Keputus-an, setelah menerima laporan tertulis dari Pemimpin Unit melalui bagian
Administrasi personalia Unit. Yayasan tidak dapat menerbitkan Surat Keputusan, apabila
kenaikan pangkat pegawai tidak memenuhi ketentuan, sebagaimana yang ditetapkan
dalam ayat 1 butir a d.
3. Kenaikan pangkat pegawai terhitung sejak tanggal yang ditetapkan dalam Surat
Keputusan yang dikeluarkan oleh Pemimpin Yayasan.
4. Apabila seorang pegawai belum memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
ayat 1 butir b, maka kenaikan pangkat/golongan pegawai yang bersangkutan ditunda tiap-
tiap kali paling lama 1 (satu) tahun, dan masa penundaan itu tidak diperhitungkan
(dihilang-kan) sebagai masa kerja untuk kenaikan pangkat/golongan berikutnya.
5. Penetapan Golongan/Pangkat pertama dan tertinggi bagi setiap pegawai yang sesuai
diten-tukan oleh Yayasan sebagai berikut :
Pokok-pokok Kepegawaian 10

No. Jenis Pekerjaan dan Golongan/Pangkat Golongan/Pangkat


Ijazah Pertama Tertinggi
1 Karyawan SD I/a II/b
2 Karyawan, SLTP I/c II/b
3 Karyawan, SLTA II/a III/a

4 Tenaga Administrasi
a. SLTP I/b II/b
b. SLTA II/a III/a
c. D-III / Akademi II/b III/c
d. Sarjana III/a IV/b
e. Magister III/b IV/b
5 Tenaga Kesehatan
a. SPK II/a III/b
b. D-III II/b III/c
c. D-IV II/c III/d
d. Sarjana III/a Ivb
e. Dokter III/b Ivb

6. Pegawai/karyawan tingkat pendidikan formal lebih tinggi dari persyaratan tenaga yang
dubutuhkan, harus membuat surat pernyataan di atas kertas bermeterai bahwa ia tidak
berkeberatan untuk bertugas sesuai kebutuhan tenaga yang diperlukan tanpa memper-
hitungkan tingkat pendidikan formal yang dimilikinya.

Pasal 12
Kenaikan Berkala

1. Pemimpin Yayasan berwewenang untuk menetapkan kenaikan gaji berkala.


2. Setiap pegawai tetap yang bekerja dengan baik, berhak menerima kenaikan gaji
berkala setiap 2 (dua) tahun sekali, dengan prosedur :
a. Pemimpin Unit melalui bagian administrasi personalia mengajukan surat
permohonan kenaikan gaji berkala pegawainya kepada Pemimpin Yayasan St. Lukas,
dengan me-lampirkan SK Yayasan yang terakhir dan DP-3. Kenaikan Gaji Barkala
bisa tertunda untuk 1 (satu) tahun ke depan, jika kehadiran pegawai yang
bersangkutan saat waktu kerja berkurang;
b. Daftar DP-3 diisi oleh Pemimpin Unit berdasarkan kebenaran dan kenyataan.
Apabila ternyata DP-3 kurang dari nilai rata-rata yang ditentukan yakni minimal 80 %
atau IP 3,00, maka kenaikan gaji berkala dapat ditunda untuk 1 (satu) tahun ke depan;
c. Permohonan kenaikan gaji berkala dikirim oleh bagian administrasi personalia
Unit dan sudah berada di kantor pusat Yayasan, 1(satu) bulan sebelum waktu yang
ditetap-kan dalam Surat Keputusan sebelumnya;
d. Tidak sedang terkena sanksi disipliner yang diberikan oleh Unit/Yayasan.
3. Kenaikan gaji berkala ditetapkan oleh Yayasan dengan menerbitkan Surat Keputusan,
se-telah menerima laporan tertulis dari Pemimpin Unit melalui bagian administrasi
persona-lia unit. Yayasan tidak dapat menerbitkan Surat Keputusan, apabila kenaikan
berkala pe-gawai tidak memenuhi prosedur dan persyaratan, sebagaimana yang
ditetapkan dalam ayat 2 butir a d.
4. Kenaikan gaji berkala pegawai terhitung sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan
yang dikeluarkan oleh Yayasan.
5. Apabila seorang pegawai belum memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
ayat 2 butir b, maka kenaikan berkala pegawai yang dimaksud ditunda, tiap-tiap kali
paling la-ma 1 (satu) tahun, dan masa penundaan kenaikan gaji pokok berkala tidak
Pokok-pokok Kepegawaian 11

diperhitungkan (dihilangkan) untuk kenaikan gaji pokok berkala berikutnya (dan tidak
ada rapel).

Pasal 13
Penyesuaian Ijazah

1. Pangkat dan golongan pegawai/karyawan disesuaikan dengan ijazah terakhir yang


diper-oleh. Kenaikan pangkat penyesuaian ijazah diberikan kepada pegawai Yayasan
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pemimpin Unit melalui bagian administrasi personalia mengusulkan kenaikan
pang-kat yang disesuaikan dengan ijazah akademik yang diperoleh kepada Ketua
Yayasan, dengan melampirkan SK terakhir dan Ijazah teakhir;
b. Pegawai/karyawan tersebut telah bekerja sekurang-kurangnya satu tahun
dalam pang-kat terakhir, dan telah melaksanakan tugas minimal 3 (tiga) bulan setelah
kembali dari tugas belajar;
c. Pegawai/karyawan tersebut memiliki nilai DP-3 terakhir minimal 80% atau IP
3,00;
d. Memperoleh izin belajar sebelumnya dari Unit/Yayasan dan karena
dibutuhkan oleh Unit/Yayasan.
2. Penyesuaian pangkat dan golongan pegawai dengan ijazah ditetapkan oleh Yayasan
de-ngan menerbitkan Surat Keputusan, setelah menerima laporan tertulis dari Pemimpin
Unit melalui bagian administrasi personalia Unit. Yayasan tidak dapat menerbitkan Surat
Keputusan, apabila tidak dipenuhi ketentuan sebagaimana yang ditetapkan dalam ayat 1
butir a d.
3. Penyesuaian pangkat dan golongan dengan ijazah pegawai yang bersangkutan
terhitung sejak tanggal yang ditetapkan dalam Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh
Yayasan.
4. Apabila seorang pegawai belum memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
ayat 1 butir c, maka kenaikan pengkat/golongan penyesuaian ijazah pegawai tersebut
ditunda tiap-tiap 3 bulan, dan masa penundaan itu tidak diperhitungkan (dihilangkan)
sebagai masa kerja untuk kenaikan pangkat/golongan berikutnya (dan tidak ada rapel).
5. Pegawai/karyawan yang atas kemauan sendiri dan tanpa izin dari Unit dan atau
Yayasan untuk melanjutkan pendidikan, ijazah yang diperoleh tidak dengan sendirinya
menjamin untuk penyesuaian pangkat dan golongan.

Pasal 14
Kenaikan Pangkat/Golongan Istimewa

1. Bagi pegawai yang berprestasi baik, dapat diusulkan kenaikan pangkat/golongan


istimewa. Kenaikan pangkat istimewa pegawai adalah 3 tahun dan paling banyak 2 (dua)
kali diteri-makan bagi seorang pegawai selama bekerja di lingkungan Yayasan.
Pengusulan kenaik-an pangkat istimewa dibuat secara tertulis oleh Pimpinan Unit dan
disampaikan kepada Pengurus Yayasan.
2. Pegawai dinilai berprestasi dan dapat diusulkan kenaikan pangkat/golongan istimewa
se-bagaimana yang dimaksud dalam ayat 1, apabila memenuhi persyaratan sbb :
a. selama 3 (tiga) tahun kerja dalam pangkat terakhir, tidak pernah melakukan
pelang-garan disiplin atau tata-tertib sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan
tentang pokok-pokok kepegawaian oleh Yayasan maupun aturan yang ditetapkan oleh
Unit di mana ia bekerja;
b. nila DP-3 pegawai yang bersangkutan 90% atau IP 3,50 untuk 2 (satu) tahun
terakhir;
c. menunjukkan semangat dan dedikasi tinggi terhadap pekerjaannya yang
menjadi tanggung jawabnya;
Pokok-pokok Kepegawaian 12

d. menunjukkan kreativitas dan inisiatif kerja yang positif demi memperlancar


dan meningkatkatkan kualitas pelayanan kesehatan dalam Unit tempat ia bekerja;
e. menunjukkan prestasi positif ketika dipercayakan mewakili Unit dalam urusan
atau lomba-lomba yang dilaksanakan oleh jajaran Dinas Kesehatan atau instasi lain,
yang melibatkan Unit tempat ia bekerja;
f. menemukan cara/sistem pengobatan atau perawatan medis yang menunjang
dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pada Unit tempat ia bekerja.
3. Pimpinan Unit dapat menambah syarat-syarat dalam menilai/menentukan seorang
pegawai berprestasi. Syarat-syarat yang ditambahkan ataupun ditentukan oleh Pimpinan
Unit diusulkan kepada Yayasan secara tertulis.
4. Ketua Yayasan dapat menerbitkan Surat Keputusan kenaikan pangkat/golongan
istimewa bagi pegawai yang dinilai berprestasi setelah menerima rekomendasi tertulis
dari Pim-pinan Unit di mana pegawai yang bersangkutan bekerja. Rekomendasi tersebut
dilam-pirkan dengan hasil evaluasi pimpinan Unit dan bukti-bukti prestasi yang dapat
diser-takan dengannya.
5. Pemimpin Unit memiliki kewenangan untuk memberikan penilaian/evaluasi untuk
menen-tukan berprestasi tidaknya seorang pegawai/karyawan yang bekerja pada Unit
yang di-pimpinnya. Penilaian dibuat oleh pemimpin Unit setiap 2 (dua) tahun dari 4
(empat) ta-hun masa kerja pegawai dalam pangkat yang terakhir.

BAB IV
Jabatan Struktural dan
Pegawai Negaeri Sipil (PNS) yang Diperbantukan

Pasal 15
Ketentuan Umum Jabatan Struktural pada Unit-unit

1. Pemimpin Yayasan mempunyai hak untuk mengatur, mengangkat dan menetapkan


serta memberhentikan pegawai yang menduduki jabatan struktural pada Unit-unit
Kesehatan Yayasan St. Lukas.
2. Yang dimaksud dengan jabatan struktural adalah Direktur, Wadir Kabag Medis,
Kabag Administrasi Personalia dan Kabag Keuangan pada RS. Pada Rumah Bersalin
(RB) dan Balai Pengobatan (BP) hanya ada 1 jabatan struktural, yaitu Direktur.
3. Masa jabatan Direktur RS, RB, BP satu periode adalah 3 (tiga) tahun, dan dapat
diperpan-jang 1 (satu) periode lagi, jika dievaluasi baik dan dipandang perlu oleh
Yayasan. Masa jabatan Wadir adalah 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang lagi untuk 1
(satu) periode la-gi bila dipandang perlu dan masih memenuhi persyaratan. Apabila pada
Unit-unit kese-hatan di mana kekurangan tenaga/pegawai, maka masa jabatan
Direktur/Wadir akan di-tentukan menurut kebijakan Pengurus Yayasan.
4. Pegawai yang menduduki jabatan struktural diangkat dan ditetapkan dengan Surat
Kepu-tusan dari Ketua Yayasan.
5. Tugas dan kewenangan dalam jabatan struktural ditetapkan oleh pimpinan Yayasan.
6. Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diperbantukan pada unit kesehatan milik Yayasan,
dapat diangkat dan ditetapkan oleh Pimpinan Yayasan untuk memegang jabatan
Direktur/Wa-dir, apabila dimungkinkan oleh aturan kepegawaian Pemerintah yang
berlaku. Persyarat-an khusus bagi PNS yang diperbantukan untuk bisa diangkat menjadi
Direktur/Wadir pada unit tempat kerjanya :
a. memperoleh tingkat pendidikan sarjana (minimal berijazah D-III);
b. golongan dan Pangkat PNS minimal III/b untuk Direktur dan III/a untuk
Wadir;
c. sudah menjalani masa kerja di Unit kesehatan milik Yayasan, minimal 3 tahun
untuk Direktur dan 2 tahun untuk Wadir, dihitung dari tanggal SK penempatan kerja
oleh Pemerintah pada unit tersebut dan atau dihitung dari tanggal masuk bekerja;
Pokok-pokok Kepegawaian 13

d. belum pernah terkena sanksi disipliner baik dari Dinas Kesehatan ataupun
Unit tempat kerja sebelumnya;
e. belum pernah melakukan pelanggaran atas tata-tertib yang ditetapkan Yayasan
dan Unit tempat kerjanya;
f. memiliki nilai DP-3 di atas 85% atau IP 3,00 dalam 2 (dua) tahun terakhir.

7. Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diperbantukan pada unit kesehatan milik Yayasan,
dapat diangkat dan ditetapkan oleh Pimpinan Yayasan untuk memegang jabatan Kabag
Medis dan Kabag Keperawatan/Kebidanan, dengan persyaratan sbb. :
a. memperoleh tingkat pendidikan sarjana di bidang Medis dan atau Keperawatan-
Kebidanan (berijazah S1 atau minimal D-III/Akademi);
b. Golongan dan Pangkat PNS minimal III/a;
c. sudah menjalani masa kerja di unit kesehatan milik Yayasan, minimal 3 (tiga) tahun,
dihitung dari tanggal SK penempatan kerja oleh Pemerintah pada Unit tersebut dan
atau dihitung dari tanggal masuk bekerja;
d. belum pernah terkena sanksi disipliner baik dari dinas keseahatan ataupun Unit kese-
hatan tempat kerja sebelumnya;
e. belum pernah melakukan pelanggaran atas tata-tertib yang ditetapkan Yayasan dan
Unit tempat kerjanya;
f. memiliki nilai DP-3 di atas 85% atau IP 3,00 dalam 1 (tahun) terakhir.

Pasal 16
Persyaratan Jabatan Struktural

1. Persyaratan umum bagi jabatan Direktur dan Wadir RS, RB, BP :


a. sehat jasmani dan rohani;
b. kreatif dan inovatif;
c. memiliki sifat jujur;
d. mimiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi;
e. dapat bekerja sama dengan Yayasan, rekan kerja, instansi pemerintah, masyarakat
serta semua pihak yang bekehendak baik memajukan Unit.
2. Persyaratan khusus bagi seseorang untuk memegang jabatan Direktur/Wadir RS :
a. memperoleh tingkat pendidikan sarjana (minimal berijazah D-III);
b. Golongan dan Pangkat dalam Yayasan minimal III/b untuk Direktur dan III/a untuk
Wadir;
c. sudah menjalani masa kerja sebagai pegawai tetap Yayasan minimal 5 (lima) tahun;
d. memiliki kualitas dalam bidang keahliannya;
e. tidak pernah terkena sanksi disipliner;
f. memiliki nilai DP-3 di atas 85% atau IP 3,00 dalam 2 (dua) tahun terakhir.
3. Persyaratan khusus bagi seseorang untuk memegang jabatan Kabag Medis dan Kabag
Keperawatan/Kebidanan pada Rumah Sakit :
a. memperoleh tingkat pendidikan sarjana di bidang Medis dan atau Keperawatan-
Kebidanan(berijazah S1 atau minimal D-III/Akademi);
b. Golongan dan Pangkat dalam Yayasan III/a, minimal II/c;
c. sudah menjalani masa kerja sebagai pegawai tetap Yayasan minimal 5 (lima) tahun;
d. memiliki kualitas dalam bidang keahliannya;
e. tidak pernah terkena sanksi disipliner;
f. memiliki nilai DP-3 di atas 85% atau IP 3,00 dalam 1 (tahun) terakhir.
4. Pada Rumah Bersalin (RB) dan Balai Pengobatan (BP) milik Yayasan, hanya ada 1 (satu)
jabatan struktural, yaitu Direktur. Persyaratan khusus bagi seseorang untuk
memegang jabatan direktur pada RB dan BP :
a. memperoleh tingkat pendidikan sarjana di bidang Medis dan atau
Keperawatan-Kebidanan(berijazah S1 atau minimal D-III/Akademi);
Pokok-pokok Kepegawaian 14

b. Golongan dan Pangkat dalam Yayasan III/a, minimal II/c;


c. sudah menjalani masa kerja sebagai pegawai tetap Yayasan minimal 5 (lima)
tahun;
d. memiliki kualitas dalam bidang keahliannya;
e. tidak pernah terkena sanksi disipliner;
f. memiliki nilai DP-3 di atas 85% atau IP 3,00 dalam 1 (tahun) terakhir.
Persyaratan khusus bagi seorang pegawai untuk memegang jabatan Direktur, Wadir dan
Kabag yang disebutkan pada pasal 16 ayat 1 - 4 di atas, tidak meniadakan hak dan kewe-
nangan Pimpinan Yayasan dalam mengangkat dan menetapkan sesorang untuk meme-gang
jabatan struktural dalam Unit kesehatan milik Yayasan, tanpa terikat pada persya-ratan
khusus yang telah ditetapkan. Pimpinan Yayasan dapat mengangkat dan menetap-kan
sesorang untuk memegang jabatan struktural dengan alasan yang dapat dipertang-
gungjawabkan demi kelangsungan, perkembangan dan kemajuan Unit tersebut atau ka-rena
kebijakan dari Pembina/Pemilik Yayasan yang mewajibkannya.

Pasal 17
Pembebasan dari Jabatan Struktural

1. Pembebasan jabatan struktural dapat dilakukan bila :


masa berlakunya sudah berakhir dan tidak diperpanjang lagi;
permohonan sendiri secara tertulis;
melanggar uraian tugas dan wewenang yang ditetapkan Yayasan;
melakukan pelanggaran terhadap tata tertib dan larangan berat yang ditetapkan dalam
peraturan Yayasan;
tidak mampu melaksanakan tugas/jabatan sesuai dengan penilaian atasan langsung yakni
Pimpinan Yayasan;
gangguan kesehatan secara menetap dan menghalangi pelaksanan tugas/jabatan;
Unit kesehatan yang dipimpinnya ditutup.
2. Apabila terjadi kekosongan jabatan struktural karena alasan yang tertentu, maka Pimpinan
Yayasan berhak menentukan dan menunjuk seorang pegawai melalui Surat Keputusan
untuk menduduki jabatan yang kosong, baik untuk sementara waktu maupun secara me-
netap sampai akhir satu (1) periode jabatan dari pejabat yang lama.

Pasal 18
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang Diperbantukan

1. Dalam rangka memajukan dan meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,


maka Yayasan Santo Lukas dan Unit-unit kesehatannya membuka diri untuk bekerja sa-
ma dengan pihak pemerintah setempat.
2. Yayasan Santo Lukas dan atau Unit mengajukan permohonan kepada Pemerintah agar da-
pat memberikan bantuan tenaga-tenaga medisnya untuk bekerja dan melayani pada Unit-
unit kesehatan milik Yayasan. Yayasan dan Unit-unitnya tetap mengindahkan peraturan
dan kebijakan Pemerintah terhadap para tenaga medisnya tersebut.
3. Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diperbantukan oleh pemerintah ke Unit-unit kesehatan
Yayasan Santo Lukas, wajib pula mentaati peraturan dan tata-tertib yang berlaku dalam
Yayasan/Unit di mana ia bekerja.
4. Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja pada Unit-unit Yayasan Santo Lukas berhak pu-
la memegang jabatan struktural dalam Unit di mana ia bekerja, sebagaimana ditetapkan
dalam pasal 15 ayat 7 & 8.
5. Hak para tenaga medis PNS ditetapkan dalam surat kontrak kerja yang dapat ditinjau kem-
bali atau diperbaharui setiap 2 (dua) tahun.
Pokok-pokok Kepegawaian 15

6. DP-3 PNS yang diperbantukan diisi oleh Pimpinan Unit tempat ia bekerja, kemudian dise-
rahkan kepada Pimpinan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang berhak penuh sebagai
atasannya.
7. Tenaga medis dan perawat/bidan PNS yang diperbantukan pada unit milik Yayasan, apa-
bila terbukti melakukan pelanggaran atas peraturan dan tattertib sebagaimana yang dite-
apkan oleh Yayasan/Unit, maka prosedur pemberian sanksi sbb:
a. bila pelanggaran atas tata tertib/kewajiban pegawai/karyawan, Pimpinan unit berhak
memberikan sanksi kepada pegawai yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan dalam Peraturan Yayasan.
b. jenis sanksi skorsing, hanya dapat diberikan Kepala Dinas Kesehatan yang menjadi
atasan utamanya. Pemimpin Unit berhak menyampaikan secara tertulis dan lisan ke-
pada pimpinan Dinas Kesehatan yang berwenang tentang pelanggaran yang dilakukan
dan meminta kepadanya untuk mengenakan sanksi skorsing terhadap pegawai yang
melakukan pelanggaran tersebut. Penyampaian tertulis itu harus dilampirkan dengan-
nya lembaran-lembaran pringatan/teguran/pernyataan tidak puas tertulis yang pernah
dikeluarkan. Selama belum mendapat pernyataan tertulis dari Kepala Dinas Kese-
hatan tentang kepastian pemberian sanksi skorsing tersebut, maka pegawai tersebut
tetap wajib bekerja dan melaksanakan kewajibannya. Pimpinan Unit berhak memberi-
kan sanksi lain yang menjadi kewenangannya, yakni pemotongan/peniadaan honora-
rium pegawai tersebut dalam jangka waktu tertentu ataupun pembebasan dari jabatan
struktural bila ia memegang jabatan struktural atau tugas khusus dalam Unit.
c. apabila dipandang oleh Pimpinan Unit dan atau Yayasan bahwa pegawai yang ber-
sangkutan tidak dapat dipertahankan lagi untuk terus bekerja pada Unit tersebut kare-
na telah melakukan pelanggaran berat ataupun pelanggaran ringan terus-menerus, se-
telah beberapa kali diperingatkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka Pim-
pinan Unit secara lisan dan tertulis menyampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan
yang menjadi atasan penuhnya, untuk menarik kembali pegawai tersebut.

BAB V
Masa Kerja dan Hari/Jam Kerja,
Hari Libur, Cuti dan Izin Meninggalkan Pekerjaan

P a s a l 19
Masa Kerja dan Hari/Jam Kerja

1. Masa kerja untuk pegawai Yayasan dihitung mulai tanggal pegawai/karyawan memulai
masa pencobaan kerja.
2. Di kantor dan unit Yayasan, hari kerja dalam seminggu adalah 6 (enam) hari dan jam kerja
dalam 1 (satu) hari adalah 7 (tujuh) jam, namun tidak melebihi 40 (empat-puluh) jam da-
lam seminggu.
3. Ketentuan jam kerja dan atau istirahat pada setiap hari kerja, dapat diatur oleh Pimpinan
Unit dengan memperhatikan jumlah jam kerja sesuai dengan peraturan Departemen
Tenaga Kerja.
4. Setelah bekerja 6 (enam) hari dalam seminggu, pegawai/karyawan diberikan istirahat 1
(satu) hari.
5. Pegawai/karyawan yang terlambat atau tidak masuk kerja tepat pada waktunya dan atau
pulang sebelum waktu kerja selesai, dihitung sebagai kekurangan jam kerja, kecuali ada
alasan yang dapat dipertanggung-jawabkan dan atas izin dari Pemimpin Unit.

P a s a l 20
Hari Libur

1. Hari Minggu dan Hari Raya atau hari-hari libur resmi yang ditetapkan Pemerintah, pega-
wai/karyawan diberikan hak libur dengan mendapat gaji penuh.
Pokok-pokok Kepegawaian 16

2. Demi kewajiban Unit kepada penderita/pasien, maka pada hari libur resmi pegawai ter-
tentu tetap melakukan pekerjaan dan kepadanya diberikan waktu istirahat pada hari lain
untuk menggantikan hari libur tersebut. Oleh karena pegawai tetap mendapat penggantian
hari libur dengan hari lain untuk istirahatnya, maka tidak ada upah ataupun insentif khu-
sus atas hari libur di mana ia tetap bekerja.

P a s a l 21
Cuti Tahunan

1. Cuti tahunan diberikan kepada pegawai / karyawan dengan ketentuan sbb :


a. setiap pegawai/karyawan yang telah bekerja selama 12 (dua belas) bulan berturut-
turut diberikan cuti tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja dengan mendapat gaji
penuh;
b. bagi pegawai/karyawan yang akan menggunakan hak cuti tahunannya, sebulan sebe-
lumnya mengajukan permohonan kepada Pemimpin Unit. Pemimpin Unit mengeluar-
kan surat keterangan izin cuti kepada pegawai yang berhak cuti, selanjutnya membe-
ritahukan kepada pimpinan Yayasan;

c. bagi pegawai/karyawan yang tidak menggunakan hak cuti tahunan, maka :


c.1. mengajukan permohonan penundaan cuti kepada Pemimpin Unit;
c.2. mengajukan permohonan agar cuti diganti dengan upah/gaji setengah bulan;
c.3. mengumpulkan cuti paling tinggi 4 (empat) tahun untuk dapat mengambil cuti
yang lebih lama, maksimal 6 (enam) minggu kerja.
d. Hak cuti tahunan gugur dengan sendirinya, apabila :
d.1. pegawai yang bersangkutan tidak menggunakan hak cutinya setelah 3 (tiga) bu-
lan berlakunya hak cuti tersebut, kecuali telah mengajukan permohonan pe-
nundaan cuti sebelumnya.
d.2. Jumlah kekurangan jam kerja pegawai yang bersangkutan dalam 12 (dua belas)
bulan kerja berturut-turut, telah melebihi jumlah hari-hari cuti tahunan yang te-
lah ditentukan, yakni sebanyak 12 (dua belas hari) hari kerja.
e. dalam memberikan izin cuti kepada pegawai, Pimpinan tetap mempertimbangkan kea-
daan dan kebutuhan Unit/Yayasan. Karena itu Pemimpin Unit/Yayasan mengatur cuti
tahunan pegawai, tanpa menghalangi hak pegawai/karyawan untuk mengambil cuti;
f. biaya cuti seluruhnya ditanggung oleh pegawai/karyawan yang bersangkutan.
2. Apabila hak cuti pegawai/karyawan gugur dengan alasan yang disebutkan dalam ayat 1
butir d point d.1 & d.2, maka ia tidak berhak mendapat penundaan waktu cuti, atau me-
nerima gaji 12 hari kerja sebagai pengganti cuti, dan tidak dapat pula ditambahkan pada
cuti tahunan tahun berikutnya ataupun pada cuti besar.
3. Apabila seorang pegawai/karyawan tidak menggunakan hak atas cuti tahunan dan meminta
penggantian berupa penundan cuti, atau gaji 12 hari kerja, atau menambahkan pada cuti
besar, sebagaimana ditetapkan dalam ayat 1, butir c, poin c.1 c.3, maka pegawai yang
bersangkutan harus memasukkan surat permohonannya kepada Pemimpin Unit, selam-
bat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum masa cutinya berlaku dan atau 3 (tiga) bulan se-
sudah hak atas masa cutinya berlaku. Tidak adanya surat pemberitahuan/permohonan
yang dimaksud dalam kurun waktu yang telah ditetapkan, pegawai yang bersangkutan ti-
dak berhak atas penundaan cuti, atau atas gaji 12 hari kerja sebagai pengganti cutinya,
atau atas penambahan hari-hari cuti pada cuti tahunan tahun berikutnya atau pada cuti
besar.
4. Seorang pegawai Yayasan baru mendapat hak cuti tahunan pada tahun ketiga setelah di-
angkat dan ditetapkan dengan Surat Keputusan sebagai pegawai Yayasan.
5. Apabila seorang pegawai telah melaksanakan cuti sebelum hari dan tanggal yang ditentu-
kan baginya, maka hari/tanggal sejak pegawai yang bersangkutan tidak bekerja sampai
dengan hari/tanggal berlakunya permulaan masa cuti, diperhitungkan sebagai kekurangan
Pokok-pokok Kepegawaian 17

hari/jam kerja dalam perhitungan gaji dan tunjangan fungsional pegawai yang bersang-
kutan, dan mengurangi hak cuti tahunan/cuti besarnya.

Pasal 22
Cuti Sakit

1. Cuti Sakit diberikan kepada pegawai / karyawan dengan ketentuan sbb :


a. Cuti sakit hanya dapat diberikan oleh Pemimpin Unit berdasarkan surat keterangan
Dokter Unit atau Dokter yang bekerja pada Unit.
b. Setiap pegawai Yayasan tetap, apabila sakit dan berdasarkan keterangan dokter perlu
istirahat, maka selama istirahat gaji tetap dibayarkan dengan ketentuan sbb :
b.1. tiga bulan pertama dibayar 100%;
b.2. tiga bulan kedua dibayar 75%;
b.3. tiga bulan ketiga dibayar 50%;
b.4. tiga bulan keempat dibayar 25%;
b.5. dari tiga bulan pertama sampai tiga bulan keempat, gaji pokok dibayar tanpa tun-
jangan fungsional dan struktural;
b.6. jika setelah 12 (dua belas bulan) bulan ternyata pegawai belum mampu untuk be-
kerja kembali, maka Yayasan dapat memutuskan hubungan kerja.
2. Apabila Pemimpin Unit tidak mendapat permohonan/pemberitahuan tertulis dari pegawai/
karyawan yang sakit dan atau tidak mendapat surat keterangan dari Dokter Unit/Dokter
yang bekerja pada Unit sebagaimana yang ditetapkan pada ayat 1 butir a, maka Pemimpin
Unit tidak dapat mengeluarkan surat izin cuti sakit kepada pegawai/karyawan yang
dimaksud. Pegawai tersebut dianggap alpa/tidak hadir dalam jam aktif kerja. Kealpaan
tersebut dihitung sebagai kekurangan jam kerja.
3. Apabila pelaksanaan cuti sakit seorang pegawai/karyawan bertepatan dengan hari libur
resmi, sebagaimana disebutkan dalam pasal 22 ayat 1, maka hari libur resmi itu terhitung
dalam cuti sakit yang sedang dijalani itu.
4. Apabila pegawai/karyawan yang sedang menjalani cuti tahunan/cuti besar/cuti hamil dan
melahirkan, jatuh sakit dan berhak mendapat hak cuti sakit, maka cuti tahunan/cuti besar/
cuti hamil dan melahirkan itu tidak menjadi batal karenanya.

Pasal 23
Cuti Hamil dan Keguguran

1. Cuti hamil dan keguguran diberikan kepada pegawai / karyawan wanita dengan ketentuan
sbb :
cuti hamil untuk calon pegawai dan pegawai/karyawan adalah 3 (tiga) bulan untuk anak
pertama, kedua dan ketiga, yaitu 1 (satu) bulan sebelum melahirkan dan 2 (dua) bulan
setelah melahirkan;
gaji selama cuti hamil dan melahirkan diberikan kepada calon pegawai, pegawai/kar-
yawan yang sudah menikah secara sah;
calon pegawai dan pegawai/karyawan yang gugur kandungan sesuai dengan kete-rangan
dokter Unit atau yang bekerja pada Unit, berhak cuti 2 (dua) minggu kerja ter-hitung
sejak hari gugur kandungan. Gaji tetap dibayar penuh apabila calon pegawai dan
pegawai/karyawan tersebut telah menikah dengan sah;
surat permohonan izin cuti hamil atau keguguran disampaikan kepada Pemimpin Unit
(bagi pegaiwai/karyawan Unit) atau kepada Pemimpin Yayasan (bagi pegawai kantor
Yayasan) dengan dilampirkan surat keterangan dokter.
Pokok-pokok Kepegawaian 18

2. Saatnya mulai cuti hamil dan melahirkan bagi pegawai/karyawan yang bersangkutan, dite-
tapkan oleh Pemimpin Unit berdasarkan informasi tertulis tentang hari perkiraan lahir,
dari Dokter (kandungan) tempat pegawai/karyawan yang bersangkutan memeriksakan
kandungannya.
3. Apabila pegawai menjalani cuti mengandung dan melahirkan kurang dari 1 (satu) bulan
sebelum hari melahirkan, maka masa cutinya setelah hari melahirkan tetap 2 (dua) bulan.
4. Pegawai yang hamil dan atau mengalami gugur kandungan, apabila belum menikah secara
sah menurut hukum agamanya, maka tetap dikenakan kepadanya sanksi yang ditetapkan
Yayasan. Pemimpin Unit wajib menyampaikan secara tertulis keadaan dan masalah dari
pegawai yang bersangkutan kepada Pemimpin Yayasan. Pemimpin Yayasan menetapkan
sanksi atas pegawai tersebut melalui Surat Keputusan.

Pasal 24
Izin Meninggalkan Pekerjaan

1. Sesuai dengan pasal 39 ayat 4 UU Pemerintah RI no. 13 tahun 2003 izin meninggalkan
pekerjaan diberikan kepada calon pegawai dan pegawai/karyawan dengan mendapat upah
penuh dan tanpa pengurangan hari libur/cuti calon pegawai dan pegawai/karyawan
apabila :
pernikahan calon pegawai dan pegawai/karyawan sendiri 3 hari kerja;
persalinan istri sah dari calon pegawai dan pegawai/karyawan 2 hari kerja;
penikahan anak kandung dari calon pegawai dan pegawai/karyawan 3 hari kerja;
khitanan anak kandung dari calon pegawai dan pegawai/karyawan 2 hari kerja;
permandian anak kandung dari calon pegawai dan pegawai/karyawan 2 hari kerja;
meninggalnya suami / isteri / anak / saudara / orang tua / mertua kandung dari calon
pegawai dan pegawai / karyawan 3 hari kerja. dan kakek-nenek/ipar kandung suami/
isteri dari calon pegawai dan pegawai / karyawan 2 hari kerja;
surat permohonan izin meninggalkan pekerjaan disampaikan kepada Direktur (bagi
pegawai/karyawan Unit) atau kepada Pemimpin Yayasan (bagi pegawai kantor
Yayasan).
2. Apabila Pegawai yang bersangkutan sendiri mempercepat dan/atau menambah hari lebih
dari lamanya hari yang diizinkan dan telah ditetapkan dalam ayat 1 butir a f, maka :
a. banyaknya hari yang ditambahkan sendiri itu dan jumlah hari yang diizinkan, kedua-
nya diperhitungkan sebagai kekurangan jam/hari kerja yang dapat mengurangi hari
cuti tahunan pegawai yang bersangkutan;
b. pegawai yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi lain atasnya sesuai dengan keten-
tuan yang berlaku.
3. Apabila Pegawai yang bersangkutan tidak menyampaikan surat permohonan izin mening-
galkan pekerjaan sebagaimana ditetapkan dalam ayat 1 butir g, maka :
a. jumlah hari yang diizinkan tetap diperhitungkan sebagai kekurangan jam/hari kerja
yang dapat mengurangi hari cuti tahunan pegawai yang bersangkutan;
b. pegawai yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi lain atasnya sesuai dengan keten-
tuan yang berlaku.

Pasal 25
Izin Meninggalkan Pekerjaan Tanpa Gaji

1. Kepada pegawai/karyawan yang telah bekerja sekuang-kurangnya 5 (lima) tahun di ling-


kungan Yayasan dapat diberikan izin meninggalkan pekerjaan tanpa gaji, apabila ada
kepentingan pribadi yang perlu dan mendesak untuk diselesaikan.
2. Keputusan diberikan atau tidaknya izin meninggalkan pekerjaan tanpa gaji kepada pega-
wai/karyawan sebagaimana dimaksud, sepenuhnya berada pada Yayasan.
3. Pegawai/karyawan menyampaikan permohonan tertulis kepada Pemimpin Unit, yang di
dalamnya juga dinyatakan alasan meminta izin. Pemimpin Unit menyampaikan secara
Pokok-pokok Kepegawaian 19

tertulis kepada Pemimpin Yayasan keadaan dan alasan pegawai/karyawan yang bersang-
kutan meminta izin meninggalkan pekerjaan tanpa gaji. Apabila alasan dapat diterima,
maka Pemimpin Yayasan mengeluarkan surat izin yang menyatakan jumlah hari yang
diizinkan dengan segala konsekuensinya.
4. Pegawai/karyawan yang diberi izin meninggalkan pekerjaan tanpa gaji, tidak berhak mem-
peroleh gaji, tunjangan fungsional/jabatan, selama menjalani izin tersebut.
5. Masa meninggalkan pekerjaan tanpa gaji tidak diperhitungkan sebagai masa kerja dalam
perhitungan gaji (penggajian) dan atau cuti tahunan dan cuti besar pegawai/karyawan
yang bersangkutan.

Pasal 26
Penundaan Pelaksanaan Cuti

1. Demi kepentingan penyelenggaraan pelayanan kesehatan di lingkungan Yayasan/Unit,


yang dinilai oleh Pimpinan Yayasan/Unit bersifat mendesak, maka Pemimpin Yayasan/
Unit berhak menunda pelaksanaan cuti seorang pegawai/karyawan (cuti tahunan/cuti be-
sar, hari libur atau istirahat pengganti hari libur resmi, izin untuk meninggalkan peker-
jaan dengan atau tanpa upah), dengan tetap memperhatikan kepentingan pegawai/karya-
wan yang bersangkutan.
2. Penundaan cuti pegawai/karyawan tersebut dinyatakan dengan surat penundaan yang dike-
luarkan oleh Pemimpin Yayasan/Unit.
3. Pegawai/karyawan wajib mentaati penundaan pelaksaan cuti yang diatur/ditentukan oleh
Pemimpin Yayasan/Unit.

Pasal 27
Pemanggilan Pegawai yang Sedang Cuti

1. Demi kepentingan penyelenggaraan pelayanan kesehatan di lingkungan Yayasan/Unit,


yang dinilai oleh Pimpinan Yayasan/Unit bersifat mendesak karena tuntutan pekerjaan
yang sangat membutuhkan pegawai/karyawan yang sedang menjalani cuti, maka Pemim-
pin Yayasan/Unit berhak memanggil kembali pegawai/karyawan yang bersangkutan
untuk bekerja, dengan memperhatikan kepentingan pegawai/karyawan tersebut.
2. Pemanggilan kembali dari cuti pegawai/karyawan yang bersangkutan untuk bekerja dinya-
takan dengan surat pemanggilan kembali yang dikeluarkan oleh Pemimpin Yayasan/Unit.

Pasal 28
Pemanggilan Pegawai yang Telah Selesai Masa Cuti/
Waktu Perizinan

1. Pemimpin Yayasan/Unit berhak membuat pemanggilan kepada pegawai/karyawan yang


telah lewat masa cuti (cuti tahunan/cuti besar, cuti sakit, cuti hamil dan melahirkan, cuti
kegu-guran, hari libur atau istirahat pengganti hari libur resmi, izin untuk meninggalkan
peker-jaan dengan atau tanpa upah) dan waktu perizinan perjalanan dinas, namun belum
kembali untuk bekerja.
2. Pegawai/karyawan yang telah selesai masa cutinya atau waktu perizinannya, tetapi belum
kembali melaporkan diri kepada Pemimpin Yayasan/Unit dan belum kembali bekerja,
maka kelebihan hari-hari dari cutinya, diperhitungkan sebagai kekurangan hari kerja dan
mengurangi hak cuti tahunan/cuti besar berikutnya dari pegawai/karyawan tersebut.
3. Pegawai/karyawan yang telah selesai menjalani masa cutinya/perjalanan dinas, wajib me-
laporkan diri kepada Pemimpin Unit/Yayasan. Pegawai/karyawan tersebut belum/tidak
dapat bekerja, jika belum/tidak melaporkan diri secara resmi kepada Pemimpin Unit/Ya-
yasan dan Kepala Bagian Administrasi Personalia Unit/Yayasan pada hari dan jam kerja.
Hari dan jam di mana pegawai/karyawan yang bersangkutan secara resmi melaporkan
Pokok-pokok Kepegawaian 20

diri kepada Pemimpin unit/Yayasan, diperhitungkan sebagai hari dan jam kerja aktif pe-
gawai/ karyawan tersebut.
4. Pemanggilan terhadap pegawai/karyawan yang bersangkutan (pasal 28 ayat 1), dibuat 3
(tiga) kali, dengan selang waktu 3 (hari) hari kerja. Apabila sampai 3 (tiga) kali pemang-
gilan, pegawai/karyawan tersebut belum/tidak juga datang, maka diberikan surat peri-
ngatan terakhir oleh Pemimpin Unit/Yayasan dengan selang waktu 3 hari kerja. Apabila
setelah 6 (enam) hari kerja terhitung dari hari/tanggal surat peringatan terakhir dikeluar-
kan, pegawai/karyawan yang bersangkutan belum/tidak juga datang/hadir dan atau tidak
memberikan jawaban tertulis/lisan kepada Pemimpin Unit/Yayasan, maka pegawai/kar-
yawan tersebut dikualifikasikan mengundurkan diri. Pemimpin Yayasan berhak mengelu-
arkan Surat Keputusan yang menetapkan PHK terhadap pegawai yang bersangkutan.

B A B VI
Gaji, Tunjangan, Lembur
P a s a l 29
Penggajian

1. Setiap pegawai/karyawan yang bekerja pada kantor dan Unit Yayasan St. Lukas berhak
mendapat gaji atas pekerjaan yang dilakukan setelah diperhitungkan atas potongan-
potongan wajib yang berlaku yakni : Premi Dana Pensiun, Dana Kesehatan dan Pajak
Penghasilan (untuk beberapa pegawai yang pajak penghasilannya langsung dipotong dari
gajinya).

2. Sistem penggajian atau pengupahan diatur menurut status pegawai/karyawan dan sesuai
dengan Tabel Gaji Yayasan St. Lukas yang berlaku :
A. Pegawai tetap gaji meliputi:
a. Gaji pokok.
b. Tunjangan-tunjangan, terdiri dari:
* Tunjangan struktural dan fungsional
* Tunjangan keluarga (tunjangan suami/isteri dan anak)
* Tunjangan beras
* Tunjangan Hari Raya
B. Calon pegawai :
Perhitungan gaji calon pegawai sama dengan pegawai tetap, namun dibayar 80% dari
gaji pokok, ditambah tunjangan keluarga, tunjangan fungsional dan tunjangan beras.
C. Tenaga Kontrak :
Honor diberikan berdasarkan kesepakatan antara Yayasan dengan tenaga kontrak
yang tercantum pada surat kontrak kerja.
D. Pegawai/karyawan yang masih berada dalam masa pencobaan kerja, upah/honor dibe-
rikan sesuai ketentuan penggajian Yayasan yang dinyatakan dengan Surat Keputusan
dari Pimpinan Yayasan.
E. Pegawai Negeri Sipil :
PNS yang diperbantukan/bekerja pada Unit Kesehatan Yayasan St. Lukas, mem-
peroleh honor berdasarkan kebijakan Yayasan dan jumlah honor ditinjau kembali
setiap 2 (dua) tahun.
3. Gaji pegawai tetap dan calon pegawai diterima sekali setiap akhir bulan.
4. Pajak atas gaji/penghasilan pegawai ditanggung pegawai yang bersangkutan.
5. Jumlah bulan dalam 1 (satu) tahun kerja pegawai/karyawan Yayasan adalah 12 (dua belas)
bulan. Karena itu jumlah bulan gaji/upah yang berhak diterima setiap pegawai/karyawan
dalam 1 (satu) tahun kerja adalah 12 bulan gaji. Tidak pernah dikenal ataupun terdapat
dalam sistem penggajian Yayasan Gaji 13.
Pokok-pokok Kepegawaian 21

6. Pimpinan Unit tidak memiliki kewenangan apapun untuk menetapkan, menaikkan ataupun
menurunkan besarnya gaji/honor pegawai/karyawan. Pemimpin Yayasan memiliki kewe-
nangan untuk menentukan dan menetapkannya.
7. Gaji/honor dan tunjangan baru dapat diberikan kepada pegawai/karyawan yang diterima
untuk bekerja, apabila Pimpinan Yayasan telah mengeluarkan surat keputusan ataupun
persetujuan tertulis atas besarnya jumlah yang berhak diterima pegawai/karyawan yang
bersangkutan.

P a s a l 30
Tunjangan

1. Tunjangan Struktural diberikan kepada pegawai yang memegang jabatan struktural yang
ditetapkan Pengurus Yayasan dengan Surat Keputusan untuk jangka waktu tertentu. Be-
sarnya tunjangan ditetapkan oleh Pengurus Yayasan sesuai dengan ketentuan penggajian
Yayasan. Pegawai yang memegang lebih dari 1 (satu) jabatan struktural, hanya berhak
mendapat satu jenis tunjangan yang tertinggi jumlahnya.
2. Tunjangan fungsional diberikan khusus kepada pegawai medis dan para-medis yang ber-
status calon pegawai dan pegawai tetap. Besarnya tunjangan ditetapkan oleh Pengurus
Yayasan sesuai dengan ketentuan penggajian Yayasan.
3. Pimpinan Unit tidak memiliki kewenangan apapun untuk menetapkan, menaikkan ataupun
menurunkan besarnya tunjangan bagi pegawai/karyawan.
4. Pimpinan Unit tidak memiliki kewenangan apapun untuk menetapkan besarnya jumlah
tunjangan dan honor bagi pegawai/karyawan. Tunjangan dan honor ataupun insentif lain-
nya dari pegawai/karyawan ditetapkan oleh Pimpinan Yayasan menurut ketentuan yang
berlaku dalam Yayasan.
5. Pimpinan Yayasan menetapkan dengan surat keputusan besarnya tunjangan ataupun insen-
tif lainnya, sambil mempertimbangkan kemampuan dan kepentingan semua Unit kesehat-
an yang menjadi milik Yayasan.
6. Tunjangan ataupun insentif lainnya baru dapat diberikan kepada pegawai/karyawan, apa-
bila Pimpinan Yayasan telah mengeluarkan surat keputusan ataupun persetujuan tertulis
atas besarnya jumlah yang berhak diterima pegawai/karyawan yang bersangkutan.

Pasal 31
Tunjangan Jabatan Struktural

1. Besarnya tunjangan struktural ditetapkan dalam Surat Keputusan pengangkatan dan pene-
tapan seorang pegawai oleh Ketua Yayasan untuk menduduki jabatan struktural dalam
Unit, setelah mempertimbangkan kemampuan semua unit kesehatan miliknya.
2. Apabila terjadi kekosongan pada jabatan struktural karena alasan tertentu, maka pejabat
yang ditunjuk untuk menduduki jabatan struktural yang kosong tersebut, baik untuk
sementara waktu maupun tetap, berhak menerima tunjangan struktural.

Pasal 32
Tunjangan Fungsional

1. Besarnya tunjangan fungsional pegawai medis dan para medis Yayasan ditetapkan berda-
sarkan masa kerja pegawai yang bersangkutan, dan dapat ditinjau kembali setiap 2 (dua)
tahun kerja, serta ditetapkan dengan Surat Keputusan dari Pimpinan Yayasan. Tentang
penetapan besarnya tunjangan fungsional dapat dilihat pada lampiran II.
2. Insentif pegawai dibagi dalam 6 (enam) tingkat, dengan rentang waktu per tingkat yaitu 4
(empat) tahun, sesuai dengan masa kerja pegawai.
a. Tingkat I : 4 tahun.
b. Tingkat II : 4 tahun.
Pokok-pokok Kepegawaian 22

c. Tingkat III : 4 tahun.


d. Tingkat IV : 4 tahun.
e. Tingkat V : 4 tahun.
f. Tingkat VI : 4 tahun. seterusnya
3. Tunjangan Fungsional tidak diberikan kepada pegawai medis/para-medis yang :
a. sedang terkena sanksi disiplin;
b. nilai DP-3 pegawai yang bersangkutan di bawah 80% atau IP 3,00;
c. sedang menjalani cuti tahunan, cuti besar (cuti 3 tahunan), cuti sakit, cuti hamil dan
melahirkan, yang secara komulatif lebih dari 12 hari kerja dalam sebulan.
4. Apabila seorang pegawai mempunyai kekurangan jam kerja, yang secara komulatif lebih
dari 6 (enam) hari kerja dan kurang dari 12 (dua belas) hari kerja dalam sebulan, maka
pegawai yang bersangkutan hanya diberikan uang tunjangan 50% dari total yang berhak
diterimanya dalam 1 (satu) bulan berjalan, untuk 2 (dua) bulan kerja berturut-turut.
5. Apabila seorang pegawai mempunyai kekurangan jam kerja, yang secara komilatif lebih
dari lebih dari 2 hari kerja dan kurang dari 6 hari kerja dalam sebulan, maka pegawai
yang bersangkutan hanya diberikan uang tunjangan fungsional 75% dari total yang
berhak diterimanya dalam 1 (satu) bulan, untuk 1 (satu) bulan kerja.
6. Apabila nila beberapa (paling sedikit 3 unsur penilaian) atau semua unsur penilaian dalam
DP-3 seorang pegawai kurang dari 80% atau IP 3,00 dalam 1 (satu) periode penilaian,
maka tunjangan fungsional pegawai yang bersangkutan diturunkan 1 (satu) tingkat, tiap-
tiap kali paling lama 1 (satu) tahun, dan masa penurunan tidak diperhitungkan untuk ke-
naikan tingkat fungsional berikutnya. Satu periode penilaian yang dimaksud adalah 12
(dua belas) bulan kerja.

Pasal 33
Tunjangan Keluarga

1. Tunjangan keluarga :
a. diberikan kepada pegawai Yayasan yang sudah berkeluarga (jika pria/isteri yang
menjadi pegawai Yayasan) dan menanggung suami/isteri yang sah yang dibuktikan
dengan Akte/Surat Perkawinan;
b. tunjangan untuk suami atau isteri (jika salah satu yang menjadi pegawai Yayasan)
diberikan jika suami/isteri tidak mempunyai pekerjaan tetap yang menghasilkan gaji/
honor, yang dibuktikan dengan surat keterangan dari Kepala Desa / Lurah dan diketa-
hui Camat serta dari Perwakilan Yayasan/ Pastor Paroki;
c. tunjangan untuk anak diperhitungkan 2 (dua) anak (yang lahir dari perkawinan sah:
suami/isteri sah yang pertama), yang dibuktikan dengan Akte Kenal Kelahiran Anak,
belum bekerja dan atau belum menikah, dengan batas usia maksimal 21 (dua puluh
satu) tahun;
d. pegawai wajib melaporkan kepada bagian administrasi apabila ada perubahan status
dalam keluarga. Apabila suami atau isteri dari pegawai telah mendapat pekerjaan te-
tap yang menghasilkan upah/honor, tidak berhak lagi menerima tunjangan. Jika de-
ngan sengaja atau pun karena kealpaan pegawai untuk menyampaikan hal tersebut ke-
pada bagian administrasi, maka akan dikenakan sanksi terhadapnya sesuai ketentuan
Yayasan yang berlaku.
2. Perincian tunjangan keluarga :
a. Suami/isteri = 10% x gaji pokok.
b. Anak = 2% x gaji pokok.
3. Apabila suami/isteri (jika salah satu menjadi pegawai Yayasan) menikah lagi secara sah
(karena suami/isteri meninggal), maka anak-anak yang lahir dari perkawinan kedua ter-
sebut dan seterusnya, tidak diperhitungkan untuk diberikan tunjangan, apabila dua anak
sah dari perkawinan pertama masih berhak atas tunjangan tersebut.
Pokok-pokok Kepegawaian 23

4. Apabila anak sah yang termasuk dalam daftar penerima tunjangan untuk anak meninggal
dunia, maka pegawai yang anaknya meninggal, masih berhak menerima tunjangan anak-
nya itu untuk 1 (satu) bulan berikutnya sejak kematian anak tersebut.
5. Anak yang diadopsi menjadi anak dari suami/isteri (jika salah satu menjadi pegawai Yaya-
san), dapat diusulkan untuk masuk dalam daftar penerima tunjangan anak, dengan syarat :
a. jumlah anak dari suami/isteri (jika salah satu menjadi pegawai Yayasan) yang ber-
hak menerima tunjangan, tidak lebih dari 2 (dua) anak sebagaimana yang telah dite-
tapkan;
b. Surat Keputusan Pengesahan dari Kehakiman yang menerangkan bahwa anak yang
dimaksud benar-benar telah diangkat/diadopsi oleh suami/isteri tersebut;
c. usia anak yang diadopsi tersebut adalah kurang dari 2 (dua) tahun;
d. Akte Kenal Kelahiran Anak;
e. Surat Baptis Anak (bagi yang beragama Kristen).
6. Anak yang lahir dari perkawinan tidak sah, tidak dapat diusulkan/dimasukkan dalam daftar
penerima tunjangan anak dan tidak berhak pula menerimanya. Apabila, pegawai yang
bersangkutan telah menikah sah, maka anak tersebut dapat dimasukkan dalam daftar
penerima tunjangan untuk anak.
7. Seorang pegawai yang masih membujang (belum menikah) dapat memasukan anak yang
diadopsinya dalam daftar penerima tunjangan anak, dengan persyaratan sbb. :
a. pegawai yang bersangkutan telah berstatus pegawai tetap Yayasan;
b. telah menjalani masa kerja di lingkungan Yayasan, minimal 3 tahun
c. Surat Keputusan Pengesahan dari Kehakiman yang menerangkan bahwa anak yang di-
maksud benar-benar telah diangkat/diadopsi oleh suami/isteri tersebut;
d. usia anak yang diadopsi tersebut adalah kurang dari 2 (dua) tahun;
e. Akte Kenal Kelahiran Anak;
f. Surat Baptis Anak (bagi yang beragama Kristen).
8. Apabila suami/isteri sah (dari pegawai Yayasan) meninggal dunia, maka selama pegawai
yang bersangkutan belum/tidak menikah lagi, ia masih berhak mendapat tunjangan sua-
mi/isteri hanya untuk 1 (satu) bulan berikutnya sesudah kematian suami/isteri tersebut.
9. Apabila pegawai tersebut menikah sah lagi, maka suami/isteri pegawai dari pernikahan
kedua tersebut dapat menerima tunjangan, dengan kentuan sbb. :
a. suami/isteri dari pegawai yang bersangkutan belum mempunyai pekerjaan tetap yang
dibuktikan dengan surat keterangan, sebagaimana yang ditetapkan pada ayat 1 butir b;
b. memasukkan surat nikah.
10. Tunjangan untuk keluarga (suami/isteri, anak, beras) pegawai tersebut ditetapkan dengan
Surat Keputusan dari Pimpinan Yayasan. Tunjangan dimaksud dibayarkan kepada yang
bersangkutan, terhitung sejak tanggal yang ditetapkan dalam Surat Keputusan oleh Pim-
pinan Yayasan.
11. Tunjangan Keluarga yang dimaksud, apabila telah dibayarkan lebih dulu sebelum dikelu-
arkannya Surat Keputusan penetapan oleh Pimpinan Yayasan, maka pegawai yang ber-
sangkutan wajib bertangung jawab atasnya dengan sanksi mengembalikan kepada benda-
hara Unit sesuai dengan jumlah yang telah dibayarkan kepadanya.
12. Pegawai tersebut wajib mengembalikan seluruh uang tunjangan yang telah dibayarkan
kepadanya dengan ketetapan sbb. :
a. pegawai tersebut wajib mengembalikan 100% dari seluruh jumlah uang tunjangan ke-
luarga yang telah dibayarkan kepadanya dengan batas waktu 1 (satu) tahun kerja;
b. pengembalian uang tunjangan yang dimaksud dilakukan dengan pemotongan gaji pe-
gawai yang bersangkutan, langsung oleh bendahara Unit dalam 4 (empat) tahap de-
ngan prosentase 25% setiap bulannya;
c. Apabila dalam 1 (satu) tahun jumlah yang mesti dikembalikan belum mencapai 100%,
maka waktu pembayaran diperpanjang lagi untuk 1 (satu) tahun berikutnya.
c. Pimpinan Yayasan berhak menetapkan penghentian pembayaran tunjangan keluarga
kepada pegawai yang dimaksud pada ayat 11, sampai batas waktu ditetapkan pemba-
Pokok-pokok Kepegawaian 24

yaran kembali dan atau setelah pegawai tersebut selesai menyelesaikan tanggung
jawabnya, sebagaimana yang ditetapkan dalam ayat 12, butir a & b.
13. Apabila terjadi bahwa seorang pegawai melakukan penipuan administrasi dengan men-
diamkan saja ataupun memberikan keterangan/data yang tidak benar (fiktif/palsu) tentang
keadaan keluarganya (status perkawinan, pekerjaan suami, status/keadaan anak) untuk
memperoleh tunjangan keluarga sebagaimana yang disyaratkan dan ditetapkan Yayasan,
maka pegawai yang bersangkutan dikenakan sanksi berupa :
a. pegawai tersebut wajib mengembalikan 100% dari seluruh jumlah uang tunjangan ke-
luarga yang telah dibayarkan kepadanya, melalui pemotongan gaji sebesar 25% setiap
bulan sampai selesainya;
b. pegawai tersebut tidak lagi berhak atas tunjangan keluarga yang dimaksud.
c. apabila pegawai tersebut tidak mengindahkan kewajibannya pada butir a, maka
Pemimpin Yayasan dapat menerbitkan Surat Keputusan PHK.

Pasal 34
Tunjangan Beras

1. Tunjangan beras diberikan kepada pegawai masa pencobaan, calon pegawai dan pegawai
tetap dalam bentuk uang sebagaimana yang ditentukan pemerintah.
2. Tunjangan beras yang diterima dalam bentuk uang dan jumlah nilai nominalnya selama ini
sebesar Rp. 2.500,-/bulan, ditingkatkan menjadi Rp. 5.000,-/bulan. Perubahan tentang be-
sarnya tunjangan beras yang diterimakan kepada pegawai, dapat ditinjau sekurang-
kurangnya setiap 3 (tiga) tahun. Perubahan sebagaimana dimaksud, dapat berarti pening-
katan maupun pengurangan, sesuai dengan kemampuan Yayasan/Unit.
3. Tunjangan beras diberikan kepada pegawai masa pencobaan, calon pegawai atau pegawai
tetap, apabila :
a. nilai DP-3 mencapai 80% atau IP 3,00 dalam 1 (satu) bulan kerja;
b. tidak sedang terkena sanksi tata-tertib dan atau larangan berat;
c. tidak mempunyai kekurangan jam kerja yang secara komulatif lebih dari 3 (tiga) hari
kerja dalam 1 (satu) bulan berjalan.
4. Apabila nilai DP-3 pegawai tidak mencapai ketentuan sebagaimana yang ditetapkan pada
ayat 3 butir a, maka pegawai yang bersangkutan hanya dapat menerima tunjangan beras
sebesar 50% dari total yang seharusnya diterimanya.
5. Apabila pegawai sedang terkena sanksi tata tertib dan atau larangan berat sebagaimana
yang ditetapkan pada ayat 3 butir b, maka pegawai yang bersangkutan hanya dapat mene-
rima tunjangan beras sebesar 25% dari total yang seharusnya diterimanya.
6. Apabila pegawai mempunyai kekurangan jam kerja yang secara komulatif kurang dari 3
(tiga) hari dan lebih dari 1 (satu) hari dalam 1 (satu) bulan berjalan, maka pegawai yang
bersangkutan hanya dapat menerima tunjangan beras sebesar 75% dari total yang seha-
rusnya diterimanya.

Pasal 35
Tunjangan Hari Raya (THR)

1. Tunjangan Hari Raya diberikan hanya kepada pegawai Yayasan dan besarnya sesuai de-
ngan ketentuan Yayasan.
2. Tunjangan Hari Raya (THR) diberikan kepada pegawai Yayasan yang berhak menerima-
nya, hanya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun, dan diberikan pada setiap akhir tahun, yakni
antara tanggal 03 sampai 15 Desember tahun yang berjalan. Pegawai yang bersangkutan
tidak berhak menerimanya, apabila :
a. nilai DP-3 tidak mencapai 80% atau 3,00 dalam 1 (satu) tahun kerja;
b. sedang terkena sanksi pelanggaran tata tertib dan atau larangan berat;
c. sedang mengikuti kursus/pelatihan ataupun pendidikan lebih dari 3 bulan kerja dalam
1 tahun;
Pokok-pokok Kepegawaian 25

d. mempunyai kekurangan jam kerja, yang secara komulatif lebih dari 14 hari kerja
dalam 6 (enam) bulan atau lebih dari 26 (dua puluh enam) hari kerja dalan 1 (satu)
tahun.
3. Pegawai yang sedang mengikuti kursus/pelatihan atau pendidikan tidak berhak mendapat
tunjangan struktural, fungsional dan THR.
4. PNS yang diperbantukan tidak diterimakan tunjangan THR dari Yayasan/Unit, karena telah
menerimanya dari Pemerintah setempat.
5. Besarnya THR tenaga medis kontrak sesuai dengan kesepakatan yang ditetapkan dalam
surat perjanjian/kontrak kerja. Besarnya THR pegawai Yayasan setiap tahun ditetapkan
dengan Surat Keputusan dari Pimpinan Yayasan. Besarnya THR yang ditetapkan Pim-
pinan Yayasan dapat berbeda-beda pada setiap Unit kesehatan, berdasarkan kemampuan
unit masing-masing. Akan tetapi Pimpinan Yayasan memiliki pula kewenangan untuk
menentukan sama besarnya THR pada semua Unit kesehatannya, dengan mempertim-
bangkan kemampuan unit masing-masing dan berdasarkan prinsip solidaritas antar Unit.

P a s a l 36
Lembur dan Upah Lembur

1. Jam kerja apabila lebih dari 7 (tujuh) jam dalam sehari atau 42 (empat-puluh dua) jam da-
lam seminggu, maka dihitung sebagai jam lembur/upah lembur sesuai dengan Per-Men.
No. 72 / 1984 tentang lembur.
2. Apabila Unit/Yayasan memerlukan kerja lembur, pegawai wajib melaksanakannya. Kerja
lembur dilaksanakan apabila :
a. untuk memenuhi rencana kerja Unit/Yayasan;
b. ada pekerjaan yang harus diselesaikan segera, karena dapat mengganggu kelancaran
prosedur kerja atau membahayakan kesehatan dan atau keselamatan jiwa;
c. pekerjaan lembur dan pegawai/karyawan yang melaksakan kerja lembur mendapat
izin dan disahkan oleh Direktur (pada Unit) atau Kepala Kantor (pada Yayasan), ke-
cuali dalam keadaan mendesak/darurat dapat diberitahukan kemudian kepada atasan;
d. kerja lembur seorang pegawai tidak dapat lebih dari 1 (satu) jam kerja dalam 1 (satu)
hari dan tidak lebih dari 2 (dua) kali dalam seminggu. lembur dilaksanakan tiap-tiap
kali minimal selama 30 menit per 1 hari kerja dan perhitungan akhir jumlah jam lem-
bur per bulan dibulatkan dalam satuan jam yakni 60 menit, dengan pembulatan ke
atas bila lebih dari 30 menit dan ke bawah bila kurang dari 30 menit;
e. jika ada pekerjaan yang wajib dilaksanakan karena dianggap dapat membahayakan
kesehatan atau demi keselamatan jiwa pasien, maka lembur pegawai yang bersang-
kutan dapat lebih dari 1 (satu) jam;
f. kerja lembur yang wajib dilaksanakan pegawai sebagaimana ditetapkan dalam butir a
& b, namun pegawai yang bersangkutan tidak bersedia melaksanakannya, dapat dike-
nakan sanksi atasnya;
g. jika sikap ketidak-sediaan untuk melaksanakan kerja lembur dari pegawai yang ber-
sangkutan mendatangkan kerugian finansial/materi dan kerugian moral (nama baik
dan kualitas pelayanan pelayanan Yayasan/unit), serta membahayakan kesehatan dan
atau keselamatan jiwa pasien, maka dianggap sebagai pelanggaran berat dan dapat
diberikan sanksi atasnya pula sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Upah Lembur dibayarkan hanya 1 (satu) kali yaitu pada akhir setiap akhir bulan berjalan,
kepada pegawai/karyawan yang telah melakukan tugas lembur. Tidak ada pembayaran
upah lembur untuk kedua kalinya pada akhir tahun.
4. Perhitungan upah lembur sbb :
Jam lembur
Upah Lembur = ----------------- x gaji kotor
27 x 7
5. Unit dapat mengusulkan kepada Pimpinan Yayasan sistim/cara perhitungan upah lembur
yang dapat dipakai pada Unit bersangkutan, selain yang telah ditetapkan dalam ayat 4.
Pokok-pokok Kepegawaian 26

Apabila disetujui, maka Pimpinan Yayasan menerbitkan Surat Keputusan yang menyata-
kan persetujuan dan penetapan sistim perhitungan upah lembur tersebut bagi Unit yang
bersangkutan.

Pasal 37
Dinas / Jaga Malam

1. Jaga malam merupakan dinas malam. Seluruh jam pada jaga malam adalah jam dinas, dan
tidak dihitung sebagai kelebihan jam kerja atau lembur.
2. Pegawai yang melakukan tugas jaga malam diberikan honor jaga malam. Pimpinan Unit
dapat mengusulkan kepada Yayasan besarnya honor jaga malam yang dapat diterapkan
sesuai kemampuan riil Unit yang dipimpinnya. Besarnya honor jaga malam pada setiap
Unit dapat berbeda. Pimpinan Yayasan berwewenang menentukan dan menetapkan be-
sarnya honor jaga malam pegawai. Besarnya honor jaga malam ditetapkan dengan Surat
Keputusan Pimpinan Yayasan dan dapat ditinjau kembali setiap 3 (tiga) tahun (besarnya
honor dinas/jaga malam dapat dilihat pada lampiran V).
3. Jadwal jaga malam diatur oleh Pimpinan Unit dan hanya selama dua malam berturut-turut
dalam seminggu. Apabila kekurangan pegawai pada Unit, maka kebijakan Pemimpin
Unit untuk mengaturnya, tetapi tidak lebih dari 3 (tiga) malam berturut-turut..
4. Pimpinan Unit berhak untuk mengetahui, menyetujui dan mengesahkan jadwal jaga malam
pegawai sebelum dilaksanakan. Setiap pegawai wajib taat pada jadwal jaga malam yang
telah diatur dan ditentukan.
5. Apabila pegawai berhalangan karena alasan yang dapat dipertanggung-jawabkan, maka :
a. pegawai yang bersangkutan wajib memberitahukan secara tertulis kepada pemimpin
Unit dan kepala bagian dalam bidang kerjanya tentang halangan tersebut, selambat-
lambatnya 2 (dua) hari sebelum giliran jaga malamnya;
b. pegawai yang berhalangan tersebut dapat pula mencari penggantinya dan memberi-
tahukan secara tertulis kepada pemimpin unit dan kepala bagian dalam bidang
kerjanya.
c. pegawai yang tidak dapat menghindar dari halangan yang mendesak, dapat hanya
memberitahukan kepada pimpinannya secara lisan;
d. Pemimpin Unit dan atau kepala bagian dari bidang kerja pegawai yang berhalangan
berhak menentukan seorang pegawai untuk menggantikan pegawai yang berhalangan
tersebut.
6. Pimpinan Unit wajib menyusun dan menyampaikan jadwal jaga malam tersebut kepada
pegawai selambat-lambatnya 1(satu) minggu sebelumnya. Jadwal jaga malam diatur un-
tuk 1 (satu) bulan ke depan ataupun lebih, sesuai keadaan setiap unit.
7. Pegawai yang tidak bersedia melakukan kewajiban tugas jaga malam yang telah diatur dan
ditentukan, ataupun yang tidak memberitahukan halangan ketidak-hadirannya kepada
Pimpinan yang berwewenang, kepadanya dapat diberikan sanksi sesuai ketentuan yang
berlaku.
8. Pimpinan yang berwenang mengatur jadwal tugas malam, harus pula menyusunnya secara
bijaksana dan adil, dan berdasar pada keadaan dan kebutuhan konkrit pelayanan kesehat-
an pada Unit.
9. Pegawai yang melaksanakan tugas jaga malam berhak mendapatkan jatah makan dan mi-
num, masing-masinng 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tugas jaga malam. Jatah makan dan mi-
num, tidak dapat diberikan dalam bentuk uang dan tidak dapat dialihkan kepada pegawai
lain dan atau pihak lain. Jatah makan dan minum tersebut dilaksanakan di tempat yang
telah ditentukan oleh Pimimpin Unit.

BAB VII
Jaminan Pelayanan Kesehatan (JPK) Pegawai dan Anggota Keluarga Pegawai,
Dana Sehat, Pensiun/Dana Pensiun, Jamsostek
Pokok-pokok Kepegawaian 27

Pasal 38
Jaminan Pelayanan Kesehatan (JPK) Pegawai

1. Kepada pegawai Yayasan diberikan JPK dengan ketentuan :


a. untuk pelayanan rawat jalan pada unit di mana pegawai yang bersangkutan
bekerja: sebesar 100% dari seluruh biaya pelayanan kesehatan;
b. untuk pelayanan rawat inap pada unit di mana pegawai yang bersangkutan
bekerja: sebesar 100% dari seluruh biaya pelayanan kesehatan.
2. JPK tidak diberikan kepada pegawai yang menderita sakit akibat :
a. mengkonsumsi minuman beralkohol, obat narkotik dan obat-obat terlarang lainnya,
obat-obatan yang tidak resmi dan atau tidak atas perintah dokter/tenaga kesehatan
yang merawatnya.
b. mengalami kecelakaan pada waktu mengikuti kegiatan olah raga yang beresiko ting-
gi, bukan atas penugasan Yayasan/unit tempat kerja, a.l. : bela-diri, panjat tebing,
mendaki gunung, balapan motor/mobil;
c. penyakit menular akibat hubungan seksual;
d. mengalami kecelakan di luar urusan/pekerjaan unit/Yayasan;
3. JPK tidak diberikan kepada anggota keluarga pegawai/karyawan Yayasan yang mengalami
kecelakaan (misalnya kecelakaan lalu lintas, patah tulang, dll.) dan yang cacat fisik dan
mental.

Pasal 39
JPK Kehamilan dan Persalinan

1. JPK berkaitan dengan kehamilan dan persalinan pegawai wanita yang telah menikah seca-
ra sah (pemeriksaan dan pengobatan sehubungan dengan kehamilan, pertolongan keha-
milan beserta perawatan dan pengobatannya, perawatan nifas dan neonatus, pelayanan
rawat inap dan rawat jalan), hanya diberikan untuk kehamilan anak pertama dan anak
kedua hidup. Untuk kehamilan anak ketiga dan seterusnya biaya ditanggung 100% oleh
pegawai yang bersangkutan.
2. Pegawai wanita yang hamil dan melahirkan dari perkawinan tidak sah (hidup bersama tan-
pa ikatan perkawinan) menurut agamanya, atau bukan dari suami sah, ataupun pegawai
bujangan wanita yang hamil dan melahirkan, tidak berhak atas JPK yang berkaitan de-
ngan kehamilan dan kelahiran.
3. JPK berkaitan dengan kehamilan dan persalinan isteri sah dari pegawai pria (pemeriksaan
kehamilan, pengobatan sehubungan dengan kehamilan, pertolongan kehamilan beserta
perawatan dan pengobatannya, perawatan nifas dan neonatus, pelayanan rawat inap dan
rawat jalan, serta pemeriksaan dan pengobatannya), biaya 50 % dari keseluruhan pera-
watan dan pengobatan, menjadi tanggung jawab dari unit kerja, 50% lagi ditanggung oleh
pegawai yang isterinya sedang dalam perawatan dan pengobatan kehamilan dan persa-
linan tersebut, khusus untuk anak pertama dan anak kedua hidup. Untuk kehamilan anak
ketiga dan seterusnya biaya ditanggung 100% oleh pegawai yang bersangkutan.

Pasal 40
Kelas dan Ruang Perawatan

1. Untuk pelayanan kesehatan rawat inap di RS Otto-Quick Passo, RS Hati Kudus Langgur,
RS Fatima Saumlaki, penempatan ruang kelas perawatan bagi para pegawai/karyawan,
diatur berdasarkan pangkat/golongan, dengan ketentuan sbb. :
Pokok-pokok Kepegawaian 28

a. pegawai pangkat/golongan I/A II/A menempati ruang perawatan tertinggi kls II;
b. pegawai pangkat/golongan II/B III/A menempati ruang perawatan tertinggi kls I;
c. pegawai pangkat/golongan III/B IV/B menempati ruang perawatan tertinggi VIP ;
d. Dokter, Direktur/Wadir dan Kabag menempati ruang VIP.
2. Apabila bagi seorang pegawai belum tersedia ruang perawatan dengan kelas yang sesuai
dengan ketentuan tersebut, maka untuk sementara pegawai yang bersangkutan menempati
ruang perawatan lebih rendah, sampai dengan tersedianya kamar perawatan dengan kelas
yang sesuai baginya.
3. Apabila ruang perawatan kelas yang lebih rendah (sampai dengan yang terendah) terpakai
seluruhnya, maka pegawai yang bersangkutan dapat menempati ruang perawatan kelas
yang lebih tinggi, sampai dengan tersedianya kamar perawatan dengan kelas yang sesuai
baginya.
4. Pegawai yang atas kehendaknya sendiri menempati ruang perawatan dengan kelas yang
lebih tinggi daripada ruang perawatan yang seharusnya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, wajib membayar selisih perawatan/pengobatan, pemeriksaan diagnostik/tindakan
pembedahan, pertolongan persalinan/pelayanan rehabilitasi medik, yang timbul akibat
penempatan/penggunaan ruang perawatan dengan kelas yang lebih tinggi.

Pasal 41
JPK untuk Anggota Keluarga Pegawai

1. Anggota keluarga pegawai yang berhak memperoleh JPK ialah :


a. orang tua kandung (bapa-mama) dari pegawai yang masih bujang;
b. suami/isteri yang sah dari pegawai;
c. anak kandung yang sah, batas usia maksimum 21 tahun, belum berkeluarga dan atau
belum berpenghasilan sendiri.
2. Anggota keluarga pegawai yang disebut di atas, apabila perawatan/pengobatan dilaksana-
kan pada Unit di mana pegawai yang bersangkutan bekerja, maka 50% dari seluruh biaya
pemeriksaan, perawatan /pengobatan ditanggung oleh unit, sedangkan 50% oleh pegawai
yang bersangkutan.
3. Kelas dan ruang perawatan bagi anggota keluarga yang dimaksud :
a. bagi isteri/suami pegawai diberikan kesempatan untuk menempati ruang perawatan
yang kelasnya sama dengan kelas ruang perawatan bagi pegawai yang bersangkutan;
b. bagi anak-anak atau orang tua pegawai, menempati ruang perawatan dengan kelas, satu
tingkat lebih rendah daripada kelas ruang perawatan bagi pegawai yang bersangkutan;
c. apabila ruang perawatan yang menjadi hak anggota keluarga pegawai tersebut belum
tersedian, maka berlaku ketentuan sama dengan yang berlaku bagi pegawai;
d. apabila anggota keluarga pegawai yang bersangkutan menghendaki perawatan yang
kelasnya lebih tinggi daripada ruang perawatan yang tersedia baginya, maka wajib
membayar selisih perawatan/pengobatan, pemeriksaan diagnostik/tindakan pembe-
dahan, pelayanan rehabilitasi medik, yang timbul akibat penempatan/penggunaan ru-
ang perawatan dengan kelas yang lebih tinggi.
4. Untuk memperoleh JPK, setiap pekerja dan atau anggota keluarganya wajib memenuhi dan
mematuhi tata cara administratif dan tata cara pelayanan kesehatan yang berlaku di ling-
kungan Yayasan/unit.
5. Apabila pegawai dan atau anggota keluarganya tidak memenuhi/tidak mematuhi tata cara
administratif dan atau tata cara pelayanan kesehatan yang berlaku di lingkungan Yaya-
san/unit, maka pegawai yang bersangkutan dan atau anggota keluarganya tidak berhak
memperoleh JPK.

Pasal 42
Dana Sehat
Pokok-pokok Kepegawaian 29

1. Dana Sehat adalah iuran yang diwajibkan kepada setiap pegawai Yayasan, baik yang ber-
status pegawai tetap maupun calon pegawai dan pegawai yang dalam masa pencobaan,
guna menjamin kesehatan setiap pegawai. Sejak diterima sebagai pegawai Yayasan, ma-
ka pegawai yang bersangkutan wajib membuat dan memasukkan surat pernyatan bersedia
mengikuti iuran Dana Sehat.
2. Dana Sehat merupakan sumbangan wajib dari dan untuk semua pegawai Yayasan Santo
Lukas yang memerlukan pemeriksaan medis, pengobatan atau perawatan yang dilaksana-
kan di luar Unit tempat kerja pegawai yang bersangkutan.
3. Jumlah iuran Dana Sehat untuk setiap pegawai yang dimaksud adalah Rp. 10.000,- per
bulannya. Iuran sejumlah tersebut langsung dipotong dari gaji masing-masing pegawai,
pada saat penerimaan gaji.
4. Bagi peserta Dana Sehat yang baru, dapat menggunakan Dana Sehat setelah selama 1
(satu) tahun membayar iuran Dana Sehat yang diwajibkan.
5. Hanya pegawai Yayasan Santo Lukas yang berhak menggunakan Dana Sehat. Anggota ke-
luarga pegawai yang bersangkutan tidak berhak menerima dan menggunakannya.
6. Bagi pegawai yang telah pensiun dan masih tetap bekerja, masih bisa menggunakan Dana
Sehat, apabila masih terus membayar iuran tersebut.
7. Pegawai yang telah pensiun atau telah berhenti bekerja sebagai pegawai Yayasan Santo
Lukas dan atau tidak lagi membayar iuran yang diwajibkan, tidak berhak lagi mengguna-
kan Dana Sehat ataupun meminta penggantiaannya kembali.
8. Apabila pengobatan/perawatan bagi pegawai dilakukan bukan di Unit tempat pegawai
yang bersangkutan bekerja, tetapi masih dalam Unit lain milik Yayasan, maka biaya
sepenuhnya ditanggung oleh Dana Sehat, menurut aturan yang berlaku.
9. Batas maksimal penggunaan Dana Sehat bagi pegawai yang sakit, dalam 1 (satu) tahun
adalah Rp. 3.000.000,- dan selebihnya dibayar/ditanggung sendiri oleh pegawai yang ber-
sangkutan. Jumlah tersebut sewaktu-waktu dapat berubah berdasarkan devaluasi atau
inflasi, dan ditetapkan dalam surat keputusan khusus.
10. Apabila pegawai yang bersangkutan sakitnya gawat dan menuntut rujukan perawatan/
pengobatannya di Unit kesehatan lain yang bukan ataupun milik Yayasan di luar daerah,
serta membutuhkan seorang pengantar, atau dari pihak unit atau anggota keluarga, maka
biaya transportasi (PP) pengantar dibayar dari Dana Sehat. Pegawai yang sakitnya tidak
gawat menggunakan transportasi laut, sedangkan yang gawat menggunakan pesawat.
Pemimpin Unit yang berhak menyatakan perlu adanya seorang pengantar, setelah mende-
ngar laporan hasil pemeriksan yang menyatakan gawat tidaknya sakit dari pegawai yang
bersangkutan.
11. Daerah terjauh di luar Maluku untuk rujukan perawatan/pengobatan pegawai yang sakit
adalah Makasar. Karena itu tanggungan Dana Sehat bagi transpor pegawai yang sakit dan
1 (satu) orang pengantar hanya sampai dan kembali dari Makasar. Apabila pegawai yang
bersangkutan minta rujukan perawatan/pengobatan di luar Makasar (Jawa/Jakarta), maka
biaya transpor selanjutnya dari pegawai yang sakit dan 1 (satu) orang pengantar menjadi
tanggungan sepenuhnya dari pegawai yang bersangkutan. Seluruh biaya akomodasi lain
dari pengantar selama mengantar pegawai yang sakit, ditanggung sepenuhnya oleh pega-
wai yang bersangkutan.
12. Biaya transport pegawai yang sakit dan 1 (satu) orang pengantar sudah termasuk dalam
Rp. 3.000.000,- yang menjadi hak pegawai yang bersangkutan.
13. Batas maksimal pengganti Dana Sehat untuk kaca mata lengkap Rp. 350.000,-; sedang-
kan untuk lensa kaca mata adalah Rp. 200.000,-. Pegawai yang bersangkutan wajib me-
nyerahkan kwitansi asli dengan disertai surat keterangan surat keterangan pemimpin unit
di mana pegawai tersebut bekerja.
14. Aturan tentang Dana Sehat secara lengkap tercantum dalam Peraturan Dana Sehat.

Pasal 43
Masa Pensiun
Pokok-pokok Kepegawaian 30

1. Batas maksimal usia seorang pegawai sebagai pegawai aktif Yayasan adalah 55 tahun.
2. Pegawai yang sudah mencapai usia pensiun dapat diterima bekerja kembali dalam Unit/
Yayasan sebagai tenaga honorer, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. terlebih dulu Yayasan mengeluarkan SK Pensiun kepada pegawai tersebut;
b. atas permintaan sendiri untuk masih bekerja pada Unit/Yayasan;
c. pegawai yang telah pensiun mengajukan surat permohonan untuk diterima sebagai
tenaga honor kepada Ketua Yayasan melalui Pemimpin Unit. Surat permohonan
disertai dengan SK Pensiun;
d. Unit/Yayasan mempertimbangkan kegunaan keahliannya, disiplin kerja, prestasi,
kerajinan, kesehatan, produktivitas dan loyalitasnya;
e. Pemimpin Yayasan menerbitkan surat kontrak kerja untuk jangka waktu 2 (dua) ta-
hun. Jika dipandang perlu oleh Unit/Yayasan, maka dapat diperpanjang untuk paling
lama 1 (satu) tahun dengan menerbitkan surat perpanjangan kontrak kerja oleh Pe-
mimpin Yayasan. Lamanya masa kontrak dapat ditetapkan lain (khusus bagi para
dokter dan pegawai/karyawan yang memiliki keahlian khusus di bidangnya) atas
pertimbangan dan kebijakan Pemimpin Yayasan.
3. Uang pensiun dari pegawai yang berhenti bekerja karena meninggal dunia, diatur menurut
peraturan DP-KWI.
4. Jika atas pertimbangan Unit pegawai yang telah mencapai masa pensiun tersebut masih
dibutuhkan, maka Pemimpin Unit mengajukan usulan tertulis kepada Ketua Yayasan
yang dilampirkan dengan SK Pensiun dan alasan-alasan yang dapat dipertang-gung-
jawabkan.

Pasal 44
Dana Pensiun

1. Setiap pegawai tetap Yayasan yang sudah berumur 25 tahun, bukan pegawai negeri yang
diperbantukan diwajibkan menjadi peserta Dana Pensiun KWI (DP-KWI).
2. 50% premi DP-KWI sebulan yang disebut sebagai tanggung-jawab majikan dalam peratur-
an Yayasan, maka 50% DP-KWI merupakan tanggung-jawab Unit/Yayasan.
3. Setiap peserta DP-KWI wajib melaporkan kepada Pemimpin Unit dan Ketua Yayasan, jika
ada perubahan atas status dirinya, susunan keluarga dan sebagainya demi kepen-tingan
urusan administrasi dengan Yayasan dan DP-KWI di pusat.
4. Pegawai Yayasan yang telah menjadi peserta DP-KWI, namun kemudian tidak lagi ber-
satatus pegawai Yayasan karena telah menjadi PNS, dapat terus menjadi anggota DP-
KWI jika pegawai yang bersangkutan :
a. bersedia tetap menjadi peserta/anggota DP-KWI;
b. membayar 100% premi dana pensiun yang diwajibkan.
5. Pegawai yang tidak bersedia menjadi peserta DP-KWI, wajib membuat surat pernyataan di
atas kertas bermeterai cukup dan ditandatangani oleh 2 (dua) orang saksi, yang terdiri
atas Pemimpin Unit dan Pemimpin Yayasan, serta diketahui oleh suami/isteri pegawai
yang bersangkutan.
5. Peserta DP-KWI yang telah berumur 55 tahun berhak mendapat pensiun normal.
6. Peraturan lebih lengkap tentang Dana Pensiun tercantum pada peraturan DP-KWI.

Pasal 45
Jamsostek
Pokok-pokok Kepegawaian 31

1. Setiap pegawai tetap Yayasan sesuai dengan peraturan pemerintah, bisa menjadi anggota/
peserta Jamsostek yang diatur pemerintah melalui PT. ASTEK.
2. Program Jamsostek yang diikuti terdiri dari :
a. Jaminan Kecelakaan.
b. Jaminan Kematian.
c. Jaminan Hari Tua (JHT).
3. Peraturan yang lebih lengkap dapat dilihat dalam peraturan tentang Jamsostek.

BAB VIII
Jaminan Keselamatan Kerja, Kecelakaan Kerja,
Jaminan Pembinaan Iman/Moral Dan Pakaian Dinas

Pasal 46
Keselamatan Kerja Pegawai

1. Setiap pegawai/karyawan Yayasan mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :


a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. iman/moral dan kesusilaan;
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
2. Pimpinan Unit wajib menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap pegawai/karyawan baru
tentang :
a. kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya yang dapat timbul di tempat kerja;
b. semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan di tempat kerja;
c. alat-alat perlindungan diri bagi pegawai/karyawan yang bersangkutan;
d. cara-cara dan sikap yang aman bagi pegawai/karyawan dalam melaksanakan tugasnya.

3. Yayasan/Unit dalam rangka menunjang program keselamatan dan kesehatan kerja, wajib :
a. menempatkan di tempat kerja semua persyaratan keselamatan kerja yang diwajibkan
dan aturan tentang keselamatan kerja, pada tempat yang mudah dilihat dan terbaca
dengan jelas;
b. memasang di tempat kerja semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan se-
mua bahan pembinaan lainnya, pada tempat yang mudah dilihat dan terbaca jelas;
c. menyediakan alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan bagi pegawai/karyawan, dan
semua orang yang memasuki tempat kerja itu, disertai petunjuk-petunjuk yang
diperlukan.
4. Setiap pegawai/karyawan diwajibkan untuk mentaati semua petunjuk keselamatan kerja
dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
5. Setiap pegawai wajib menjaga dan memelihara serta melindungi dirinya/orang lain/pasien
serta wajib memakai alat-alat kerja yang disediakan oleh Unit/Yayasan.
6. Setiap pegawai/karyawan dilarang menggunakan atau membawa barang-barang/alat-alat
milik unit/Yayasan keluar atau di luar jam kerja, tanpa mendapat izin dari Pemimpin
Unit/Ketua Yayasan.

Pasal 47
Kecelakaan Kerja

1. Jika pegawai/karyawan yang mengalami kecelakaan kerja pada waktu melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya demi kepentingan Unit/Yayasan, sehingga tidak dapat melaksa-
nakan pekerjaan selama 1 (satu) tahun terus-menerus, maka pegawai/karyawan yang
bersangkutan berhak mendapat gaji dengan ketentuan sbb. :
a. selama 3 bulan pertama : 100% dari gaji pokok;
Pokok-pokok Kepegawaian 32

b. selama 3 bulan kedua : 80% dari gaji pokok;


c. selama 3 bulan ketiga : 60% dari gaji pokok;
d. selama 3 bulan keempat : 40% dari gaji pokok.
e. Dari tiga bulan pertama sampai tiga bulan keempat, gaji pokok dibayar tanpa tunjangan
fungsional (dan struktural, jika pegawai/karyawan yang bersangkutan sedang mendu-
duki jabatan struktural).
2. Apabila selama 1 tahun berturut-turut, pegawai/karyawan yang bersangkutan masih belum
pulih dari sakit dan menurut keterangan dari dokter yang merawatnya dalam 2 (dua) bu-
lan ke depan tidak mempunyai harapan untuk sembuh dan kembali bekerja, maka Yaya-
san dapat memutuskan hubungan kerja dengannya, dengan status PHK terhormat, dan
berhak menerima uang pesangon, uang PMK dan UPH, serta uang pisah yang besarnya
ditentukan oleh Yayasan.
3. Jika pegawai/karyawan yang mengalami kecelakaan bukan karena sedang melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya sebagai pegawai/karyawan Yayasan demi urusan atau
kepentingan Unit/Yayasan, sekalipun kecelakaan tersebut terjadi pada waktu jam kerja,
maka beban biaya perawatan/pengobatan, bukan menjadi tanggung jawab Yayasan/Unit
tempat kerjanya.
4. Jika pegawai/karyawan yang mengalami kecelakaan bukan karena sedang melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya demi kepentingan Unit/Yayasan, sekalipun pada waktu jam
kerja (sebagaimana disebutkan pada ayat 3), sehingga tidak dapat melaksanakan peker-
jaan selama 1 (satu) tahun terus-menerus, maka pegawai/karyawan yang bersangkutan
tetap berhak mendapat gaji dengan ketentuan sbb. :
a. tiga bulan pertama dibayar : 100%;
b. tiga bulan kedua dibayar : 75%;
c. tiga bulan ketiga dibayar : 50%;
d. tiga bulan keempat dibayar : 25%;
e. dari tiga bulan pertama sampai tiga bulan keempat, gaji pokok dibayar tanpa tunjangan
fungsional (dan struktural, jika pegawai/karyawan yang bersangkutan sedang mendu-
duki jabatan struktural).
5. Apabila selama 1 tahun berturut-turut, pegawai/karyawan yang bersangkutan masih belum
pulih dari sakit dan menurut keterangan dari Dokter yang merawatnya dalam 2 (dua) bu-
lan ke depan tidak mempunyai harapan untuk sembuh dan kembali bekerja, maka Yayas-
an dapat memutuskan hubungan kerja dengannya, dengan status PHK terhormat, dan ber-
hak menerima uang pesangon, uang PMK dan UPH.

Pasal 48
Pembinaan Iman/Moral dan Kesusilaan

1. Yayasan/Unit wajib menyelenggarakan pembinaan iman/moral dan kesusilaan bagi pega-


wai/karyawan.
2. Pembinaan iman/moral dan kesusilaan bagi pegawai/karyawan dapat diatur dan ditentukan
oleh Pimpinan Unit sesuai dengan keadaan Unit tempat kerja.
3. Yayasan/Unit wajib memberikan pembinaan tentang etika medis, atau kode etik profesi
sesuai bidang pelayanan kesehatan, atau moral keluarga/perkawinan dan seksualitas,
nilai-nilai kehidupan manusia/martabat hidup manusia, pendidikan dan pembinaan anak,
prinsip-rinsip dan nilai-nilai hidup bersama (kepekaan sosial dan solidaritas), visi dan
misi Yayasan/unit (azas/dasar, tujuan, semangat, panggilan dan perutusannya).
4. Beberapa bentuk kegiatan pembinaan dan pelayanan rohani/iman bagi pegawai/karyawan
yang dapat dilakukan di Unit dan menjadi tanggung jawab Pimpinan Unit/Yayasan, a.l. :
a. ibadah bersama pegawai/karyawan setiap sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan;
b. rekoleksi pendalaman iman bagi pegawai/karyawan secara berkala;
c. menyelenggarakan perayaan-perayaan besar Agama secara bersama-sama.
Pokok-pokok Kepegawaian 33

5. Pimpinan Unit dapat mengatur pelayanan rohani/iman bagi semua pasien yang sedang
menjalani perawatan di Unit.

Pasal 49
Pakaian Dinas

1. Setiap pegawai/karyawan wajib memakai pakaian dinas/seragam kerja yang rapih dan so-
pan serta mengenakan atribut-atribut sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam unit
masing-masing.
2. Mengingat jenis pekerjaan yang dilaksanakan, maka kelompok pegawai/karyawan tertentu
diwajibkan mengenakan pakaian kerja khusus dengan kelengkapannya, demi kesehatan
dan keselamatan kerja.
3. Bagi pegawai/karyawan yang baru diterima bekerja, Yayasan/Unit menyediakan 1 (satu)
stel pakaian dinas, serta kartu tanda pengenal dan atribut lainnya, sesuai dengan bidang
pekerjaan masing-masing.
4. Pakaian dinas diterimakan secara berkala kepada setiap pegawai/karyawan, dengan keten-
tuan sbb. :
a. pada waktu diangkat sebagai pegawai/karyawan diterimakan 1 (satu) stel;
b. setiap 4 tahun selanjutnya diterimakan 1 (satu) stel.
5. Pakaian dinas diterimakan dalam bentuk jadi. Pimpinan Unit berwenang menunjuk penja-
hit pakaian dinas pegawai/karyawan.

BAB IX
Tata Tertib/Kewajiban, Larangan,
Sanksi dan Penyelesaian Masalah

Pasal 50
Tata-tertib / Kewajiban

1. Beberapa Tata- tertib yang berlaku dalam lingkungan Yayasan/Unit :


a. Setiap pegawai/karyawan harus sudah hadir di tempat tugas/kerja masing-masing te-
pat pada waktu yang telah ditetapkan (10 menit sebelum jam kerja) dan pulang/ting-
galkan pekerjaan sesudah selesai jam kerja.
b. Setiap pegawai/karyawan wajib mengisi daftar absensi setiap hari kerja tepat pada
waktunya.
c. Setiap pegawai/karyawan wajib mengikuti apel pagi, siang, malam sesuai pergantian
sift.
d. Setiap pegawai/karyawan wajib mengikuti ibadat pembuka dan penutup aktivitas kerja.
e. Setiap pegawai/karyawan wajib masuk kerja, kecuali ada alasan berat dan dapat diper-
tanggung-jawabkan serta memohon kepada dan memperoleh izin dari Pemimpin Unit.
f. Setiap pegawai/karyawan wajib melaporkan kepada Pimpinan Unit jika ada (bahaya)
kerusakan.
g. Setiap pegawai/karyawan wajib memelihara ketenangan dan kenyamanan di lingkung-
an tempat kerja.
h. Setiap pegawai/karyawan wajib menghindari kebiasan duduk berkelompok untuk ber-
ceritera pada jam kerja aktif.
i. Setiap pegawai/karyawan wajib mengenakan pakaian seragam dan atribut yang sesuai
dengan jenis pekerjaannya pada jam kerja.
Pokok-pokok Kepegawaian 34

j. Setiap pegawai/karyawan wajib memelihara dan memegang teguh rahasia jabatan ter-
hadap siapapun, juga mengenai yang diketahuinya tentang Unit kerja.
k. Setiap pegawai/karyawan, dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, sehubungan
dengan pekerjaannya, wajib mematuhi petunjuk/instruksi yang diberikan oleh atasan/
Pemimpin Unit atau yang berwewenang, yang ditunjuk oleh Pengurus Yayasan.
l. Setiap pegawai/karyawan wajib menjaga dan memelihara semua milik Unit/Yayasan.
m. Setiap pegawai/karyawan yang sakit harus ada surat keterangan / pemberitahuan sakit
dari yang bersangkutan, orang tua/keluarga dekat, dengan menunjukkan surat kete-
rangan dokter Unit atau yang bekerja pada Unit.
n. Setiap pegawai/karyawan tidak boleh membawa dan mengerjakan pekerjaan keluarga
(Rumah Tangga) dan atau pribadi di tempat kerjanya.
o. Pegawai/karyawan tidak diperbolehkan melibatkan keluarga (orang tua, suami/isteri,
saudara, anak) dalam persoalan/urusan dan tugas serta pekerjaannya di tempat kerja
yang hanya menambah permasalahan yang merugikan Yayasan/Unit, rekan kerja, pa-
sien dan tugas-pekerjaan.
2. Pimpinan Unit dapat menambah dan atau menetapkan tata tertib atau kewajiban sesuai de-
ngan keadaan Unit setempat, selanjutnya menyampaikan secara tertulis kepada Pimpinan
Yayasan untuk meneguhkannya dengan surat keputusan.

Pasal 51
Larangan

1. Beberapa larangan kesalahan berat yang berlaku dalam lingkungan Yayasan/Unit :


a. Setiap pegawai/karyawan dilarang melakukan pungutan liar atau meminta bayaran
pengobatan dan perawatan lebih tinggi terhadap pasien dari harga yang ditetap-
kan/berlaku dalam Yayasan/Unit, atau menerima pemberian/janji berupa apapun dari
pihak luar (orang/instasi luar) untuk kepentingan pribadi, kalau pemberian itu ada hu-
bungan dengan tugas / wewenang / jabatan.
b. Setiap pegawai/karyawan wajib menjaga nama baik Unit/Yayasan dan tidak diperke-
nankan mengajak dan menghasut pihak lain/sesama rekan kerja/pasien untuk men-
gancam dan mencemarkan nama baik Unit / Yayasan, Pemimpin Unit / Ketua Yaya-
san atau teman kerja dalam bentuk apapun.
c. Setiap pegawai/karyawan dilarang minum minuman keras, mabuk di tempat kerja,
melakukan perjudian dalam bentuk apapun, memakai obat bius atau mengkonsumsi
dan memperdagangkan obat-obat terlarang.
d. Setiap pegawai/karyawan dilarang keras memperdagangkan obat-obat CNI atau obat
generik lainnya dalam Unit kerja, mempromosikan atau mempengaruhi rekan kerja
maupun pasien yang sedang diobati/dirawat di Unit untuk membeli obat-obat yang
diperdagangkannya.
e. Setiap pegawai/karyawan dilarang membuat resep obat sendiri dan atas namanya sen-
diri, atau memalsukan resep obat atas nama dokter agar bisa mendapatkan obat secara
tidak sah dari apotek Unit untuk memberikan kepada orang lain atau demi keuntung-
an pribadinya.
f. Setiap pegawai/karyawan dilarang melakukan tindakan asusila, pelecehan seksual ter-
hadap rekan kerja/pasien, perselingkuhan dari pegawai/karyawan yang telah berke-
luarga, melakukan perceraian bukan karena suami/isteri meninggal, atau mempunyai
suami/isteri lebih dari 1, atau menghamili/dihamili sebelum menikah secara sah me-
nurut hukum dan agama yang dianut.
g. Pegawai/karyawan dengan sengaja atau karena kelalaiannya tidak menghindari atau
membuat kesalahan-kesalahan yang memperberat, atau yang mengakibatkan malape-
taka bagi pasien, seperti salah diagnosa, salah memberi resep dan obat, salah infus,
salah suntik, kesalahan dalam transfusi darah dan sebagainya.
h. Setiap pegawai / karyawan dilarang mencuri dan menggelapkan barang milik Unit /
Yayasan, teman dan pasien.
Pokok-pokok Kepegawaian 35

i. Pegawai / karyawan dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja, pasien,
Unit / Yayasan, barang milik Unit / Yayasan berada dalam keadaan bahaya di tempat
kerja dan yang menimbulkan kerugian besar.
j. Setiap pegawai / karyawan dilarang memberikan keterangan palsu atau yang dipalsu-
kan sehingga merugikan negara, Yayasan / Unit, Pimpinan Unit /Pengurus / Pembina
Yayasan, teman / pasien, baik secara moril maupun materiil.
k. Setiap pegawai/karyawan harus berlaku sopan, ramah/lembut dan sabar dalam menja-
lankan tugasnya sesuai dengan Visi dan Misi Yayasan St. Lukas. Larangan yang wajib
dipatuhi :
k.1. menghina / mengancam pasien, teman kerja dan atasan;
k.2. berkelahi di tempat tugas;
k.3. menganiaya / memukul teman;
k.4. menganiaya / memukul pasien.
l. Setiap pegawai/karyawan dilarang meninggalkan tempat kerja dan pekerjaannya pada
jam kerja, tanpa pemberitahuan kepada dan izin dari pimpinannya.
2. Pimpinan Unit dapat menambah dan atau menetapkan larangan sesuai dengan keadaan
Unit setempat, selanjutnya menyampaikan secara tertulis kepada pimpinan Yayasan un-
tuk meneguhkannya dengan surat keputusan.

Pasal 52
Jenis-jenis Sanksi

1. Kepada pegawai/karyawan yang melakukan pelanggaran, yaitu tidak memenuhi kewajiban


sebagaimana dimaksud pada pasal 50, ayat 1, butir a o dan atau tidak mematuhi larang-
an sebagaimana dimaksud pada pasal 51, ayat 1, butir a l, dikenai sanksi.

2. Sanksi termasuk pada ayat 1 dapat berupa :


a. pemberian teguran lisan 3 (tiga) kali;
b. pemberian teguran tertulis 3 (tiga) kali dengan jarak 3 (tiga) sampai 6 (enam) hari
kerja;
c. ganti rugi;
d. penundaan kenaikan gaji berkala;
e. penundaan kenaikan pangkat/golongan;
f. penurunan pangkat/golongan
g. pemotongan gaji pokok/honor untuk jangka waktu tertentu;
h. pemotongan atau peniadaan dari tunjangan struktural/keluarga/fungsional/THR untuk
jangka waktu tertentu;
i. pembebasan dari jabatan struktural;
j. Peniadaan dari JPK dan Dana Sehat untuk jangka waktu tertentu;
k. Skorsing tanpa atau dengan menerima gaji;
l. PHK.
3. Tata cara pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat 2, akan diatur lebih lanjut
dalam peraturan pelaksanaan yang akan ditetapkan oleh pimpinan Yayasan.

Pasal 53
Pelaksanaan Sanksi

1. Pimpinan Unit/Pengurus Yayasan sebelum menetapkan hukuman disiplin, terlebih dahulu


melakukan pemeriksaan terhadap pegawai/karyawan yang diduga melakukan pelanggar-
an tata tertib dan larangan. Berdasarkan bukti-bukti tindakan pelanggaran atas tata tertib
dan larangan yang ada, Pimpinan Unit/Yayasan memberikan sanksi kepada pegawai/kar-
yawan yang bersangkutan.
Pokok-pokok Kepegawaian 36

2. Kepada setiap pegawai/karyawan yang melakukan pelanggaran tata tertib sebagaimana


yang disebutkan pada pasal 50, ayat 1, butir a - o, oleh Pemimpin Unit diberikan per-
ingatan lisan pertama, kedua dan ketiga dengan jarak 3 (tiga) hari kerja. Jika peringatan
lisan tidak diindahkan, maka pegawai/karyawan tersebut diberikan surat peringatan perta-
ma, kedua dan ketiga dengan jarak waktu 6 (enam) hari kerja. Surat peringatan I, II dan
III diberikan oleh Pemimpin Unit. Surat Peringatan III merupakan pernyataan tidak puas
terhadap kesalahan yang dilakukan pegawai/karyawan tersebut.
4. Jenis sanksi terhadap pelanggaran ringan pada pasal 50, ayat 1, butir a o dapat dilaksana-
kan oleh Pemimpin Unit, kemudian disampaikan secara tertulis kepada pimpinan Yaya-
san. Jenis sanksi terhadap pelanggaran pada pasal 51, ayat 1, butir a - l, ditetapkan oleh
Pimpinan Yayasan setelah mendengar informasi (lisan dan tertulis) dan memeriksa bukti-
bukti yang ada.
5. Pegawai/karyawan yang dengan sengaja melanggar larangan sebagaimana dimaksud pada
pasal 51, ayat 1, butir l, dikenai sanksi berupa :
a. pemberian teguran lisan, apabila meninggalkan tempat kerja tanpa izin dari Pimpinan
Unit;
b. pemberian surat peringatan I, apabila tidak masuk kerja selama 1 (satu) hari kerja
tanpa izin dari Pemimpin Unit/Yayasan;
c. pemberian surat peringatan II, apabila tidak masuk kerja selama 2 (dua) atau 3 (tiga)
hari kerja tanpa izin Pimpinan Unit/Yayasan;
d. pemberian surat peringatan III, apabila tidak masuk kerja selama 4 (empat) hari kerja
terus-menerus tanpa izin dari Pimpinan Unit/Yayasan;
e. dalam hal pegawai/karyawan tidak masuk kerja sedikit-dikitnya 5 (lima) hari kerja
tanpa keterangan secara tertulis dengan bukti yang sah dan telah dipanggil oleh Pim-
pinan Unit/Yayasan tetapi tidak datang dan atau tidak menyampaikan alasan yang da-
pat dipertanggungjawabkan, pegawai/karyawan yang bersangkutan demi hukum
dinyatakan telah mengundurkan diri atas kemauannya sendiri.

Pasal 54
Penyelesaian Masalah

1. Setiap masalah yang timbul dalam pelaksanaan kesepakatan kerja sama pegawai/karya-
wan dengan Yayasan/Unit dan atau antar pegawai/karyawan akan diselesaikan secara
musyawarah yang dilandasi sikap saling menghormati, saling mempercayai, jujur, dan
rasa tanggung jawab bersama atas kelangsungan hidup Yayasan/Unit dan demi kepen-
tingan pegawai/karyawan.
2. Perselisihan antar pegawai/karyawan, maka perselisihan tersebut sedapat-dapatnya disele-
saikan pada tingkat Unit. Jika usaha tersebut tidak berhasil, maka masalah tersebut dise-
rahkan kepada kebijakan Pengurus Yayasan untuk menanganinya.
3. Apabila benar-benar tidak dapat diselesaikan secara internal Yayasan, maka diteruskan ke
DEPNAKER untuk menangani dan menyelesaikannya.

BAB X
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK),
Pesangon, Penghargaan Masa Kerja, Penggantian Hak dan
PHK Dengan / Tanpa Pesangon, PMK, UPH

Pasal 55
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

1. Pemutusan hubungan Kerja antara Yayasan dan pegawai/karyawan dapat terjadi, karena
salah satu dari alasan-alasan sbb. :
a. pegawai/karyawan telah menyelesaikan masa pencobaan kerja dan tidak diperpanjang;
Pokok-pokok Kepegawaian 37

b. karyawan telah menyelesaikan perjanjian /kontrak kerja dan tidak diperpanjang lagi;
c. pegawai/karyawan terbukti melakukan pelanggaran/kesalahan berat dan telah diproses
menurut ketentuan yang berlaku dalam Yayasan;
d. pegawai/karyawan berhenti atas kemauan dan permintaan sendiri atau mengun-durkan
diri secara baik dan tertulis;
e. pegawai/karyawan menghilang selama lebih dari 5 (lima) hari kerja berturut-turut;
f. pegawai/karyawan mencapai usia pensiun menurut ketentuan DP-KWI;
g. pegawai/karyawan yang tidak mampu bekerja karena gangguan kesehatan permanen
atau sakit secara terus-menerus selama 1 (satu) tahun berturut-turut menurut keterang-
an Dokter;
h. karena alasan khusus dan sah demi kelangsungan hidup Yayasan ataupun Yayasan di-
nyatakan pailit dan membubarkan diri.

Pasal 56
PHK pada saat dan akhir masa pencobaan

1. Pegawai yang menjalani masa pencobaan :


a. tenyata telah melakukan penipuan administrasi dengan sengaja pada saat memasukan
lamaran kerja;
b. melakukan pelanggaran atas salah satu dari larangan yang tercantum pada pasal 51,
ayat 1, butir a l;
c. hamil/menghamili di luar perkawinan sah sebelum dan atau selama masa pencobaan;
d. melamar kerja pada instansi lain, diketahui atau tidak diketahui dan kemudian baru
diketahui oleh Unit/Yayasan.
2. Apabila pegawai yang dalam masa pencobaan ternyata melakukan pelanggara sebagaima-
na disebutkan pada ayat 1, butia a d tersebut, maka pegawai tersebut langung diberikan
PHK oleh Yayasan, tanpa efek finansial apapun.
3. Setelah selesai masa pencobaan, pekerja yang dinyatakan tidak lulus, berhenti dengan sen-
dirinya. Kepadanya dapat diberikan uang pisah, yang besarnya ditentukan oleh Yayasan.

Pasal 57
PHK karena Melakukan Pelanggaran Peraturan

1. Yayasan/Unit dan Pegawai/karyawan dengan segala daya upaya mengusahakan agar tidak
terjadi pemutusan hubungan kerja, antara Yayasan dan Pegawai/karyawan, akibat Pega-
wai/karyawan melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku di Yayasan.
2. Apabila telah dilakukan pelbagai upaya, namun PHK tidak dapat dihindari, maka Yayasan
menyampaikan atau membicarakan maksud PHK tersebut dengan pegawai/karyawan.
3. Yayasan tidak boleh melakukan PHK terhadap pegawai/karyawan, dalam hal :
a. pegawai/karyawan berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter
selama waktu tidak melampaui 12 bulan berturut-turut;
b. pegawai/karyawan berhalangan melaksanakan pekerjaannya karena memenuhi kewa-
jibannya terhadap negara, sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku;
c. pegawai/karyawan melakukan ibadah yang diperintahkan agamanya;
d. pegawai/karyawan menikah, hamil, melahirkan, gugur kandungan;
e. mempunyai pertalian darah dan atau ikatan perkawinan dengan Pegawai/karyawan
lainnya dalam 1 (satu) Unit kerja.
4. Pimpinan Yayasan berhak memutuskan hubungan kerja seorang pegawai/karyawan de-
ngan Yayasan, dengan status pemutusan hubungan tidak dengan hormat, apabila :
a. pegawai/karyawan telah terbukti tidak mematuhi dan atau melanggar ketentuan-
ketentuan sebagaimana dimaksud pada pasal 50 Dan pasal 51 dan aturan pelaksa-
naannya, dan kepadanya telah diberikan peringatan, baik secara lisan maupun tertulis;
b. pegawai/karyawan yang bersangkutan melakukan pelanggaran terhadap ketentuan-
ketentuan sebagaimana dimaksud pada pasal 50 dan pasal 51, yang dinilai berat oleh
Pokok-pokok Kepegawaian 38

Yayasan, dengan sifat pemutusan hubungan kerja secara langsung dengan pemberita-
huan secara lisan dalam waktu dua kali dua puluh empat jam setelah kejadian pelang-
garan diketahui, dan proses selanjutnya akan dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 58
PHK karena Mengundurkan Diri

1. Pegawai/karyawan berhenti bekerja dalam lingkungan Yayasan, atas permintaan sendiri,


tanpa adanya unsur paksaan dari siapapun, maka Pimpinan dapat memberikan Surat Ke-
putusan penetapan PHK dengan status terhormat.
2. Pegawai/karyawan yang mengundurkan diri, harus memenuhi syarat :
a. mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis kepada Pemimpin Yayasan
melalui Pemimpin Unit;
b. surat permohonan tersebut disampaikan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
sebelum tanggal mulai pengunduran diri;
c. tidak sedang berada dalam masa ikatan dinas, masa pendidikan, kursus/pelatihan, masa
menerima beasiswa, masa pencobaan/calon pegawai;
d. tetap melaksanakan kerja dan tanggung jawabnya sampai : menyelesaikan semua
kewajibannya dengan Yayasan/Unit dan menerima Surat Keputusan dari Pemimpin
Yayasan.
3. Pegawai/karyawan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 2, setelah memenuhi syarat-
syarat tersebut dapat diputus hubungan kerjanya dengan Yayasan dan diberikan surat
pengalaman kerja.
4. Pegawai/karyawan yang mengundurkan diri/memutuskan hubungan kerjanya dengan Ya-
yasan tidak sesuai dengan ketentuan tersebut pada ayat 2, tidak diberikan surat peng-
alaman kerja.
5. Yang dimaksud dengan pegawai/karyawan menyelesaikan kewajibannya dengan Yayasan/
Unit, yakni : penyelesaian utang-utangnya terhadap Yayasan/Unit dan ganti rugi atas tin-
dakannya yang mendatangkan kerugian material terhadap Yayasan/Unit.
6. Pegawai yang ada dalam masa pencobaan, calon pegawai dan Pegawai/karyawan tetap Ya-
yasan yang telah melamar untuk bekerja pada instasi lain, dikualifikasikan mengundur-
kan diri atas kemauan sendiri.

Pasal 59
PHK karena Mencapai Usia Pensiun

1. Pegawai/karyawan yang memasuki batas usia pensiun diputuskan dengan hormat hubung-
an kerjanya dengan Yayasan.
2. PHK karena memasuki batas usia pensiun bagi pegawai/karyawan ditetapkan dengan Surat
Keputusan dari Pemimpin Yayasan, yang diterbitkan/dikeluarkan selambat-lambatnya 3
(tiga) bulan sebelum pegawai/karyawan yang bersangkutan mencapai batas usia pensiun.
3. Yayasan/Unit berhak mengambil kembali semua harta benda bergerak/tak bergerak, atau
sarana (perumahan, tanah, kendaraan bermotor, peralatan medis, infentaris barang Unit/
Yayasan, dll) yang menjadi milik Yayasan/Unit dan yang dipercayakan kepada pegawai/
karyawan yang pensiun oleh Yayasan/Unit untuk mengelolanya, menjaga atau memeliha-
ranya, ataupun menggunakannya demi memperlancar pekerjaan/tugasnya selama yang
bersangkutan masih menjadi pegawai/karyawan tetap Yayasan.
4. Apabila rumah Yayasan masih digunakan/ditempati oleh pegawai/karyawan yang telah
pensiun, maka diberikan waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan bagi keluarga pegawai/
karyawan yang bersangkutan untuk membenahi semua barang miliknya dan mengosong-
kan rumah tersebut.

Pasal 60
Pokok-pokok Kepegawaian 39

PHK karena Gangguan Kesehatan Permanen

1. Kepada pegawai/karyawan yang menderita sakit selama 1 (satu) tahun terus-menerus, dan
setelah mendapat keterangan dari Dokter yang memeriksanya, yang ditunjuk/disetujui
oleh Yayasan, yang bersangkutan tidak mempunyai harapan untuk sembuh kembali da-
lam kurun waktu 2 (dua) bulan sesudahnya, diputuskan hubungan kerjanya dengan Yaya-
san, dengan status pemutusan hubungan kerja terhormat.
2. PHK atas pegawai/karyawan yang dimaksud pada ayat 1, ditetapkan dengan Surat Kepu-
tusan yang dikeluarkan oleh Pemimpin Yayasan.
3. Pegawai/karyawan tersebut dinyatakan memasuki masa pensiun dipercepat karena alasan
kesehatan.
Pasal 61
PHK karena Selesainya Masa Perjanjian Kontrak Kerja

1. Berakhirnya masa kontrak kerja antara Yayasan/Unit dengan karyawan, dan tidak diper-
panjang lagi.
2. Yayasan menerbitkan Surat Keputusan yang menyatakan berakhirnya masa perjanjian
kerja/hubungan kerja dengan karyawan yang bersangkutan.

Pasal 62
PHK karena Kematian

1. Pegawai/karyawan yang meninggal dunia, dengan sendirinya hubungan kerjanya dengan


Yayasan berakhir pula.
2. Pemimpin Unit memberikan laporan tertulis kepada Pemimpin Yayasan yang menyatakan
bahwa pegawai/karyawan yang bersangkutan benar-benar telah meninggal dunia dan
sebab-sebab kematiannya. Laporan tertulis tersebut dilampirkan dengan Surat Keterangan
Kematian pegawai/karyawan yang bersangkutan.
3. Berdasarkan laporan tertulis Pemimpin Unit tersebut, Pemimpin Yayasan menerbitkan
Surat Keputusan yang menyatakan bahwa pegawai/karyawan yang bersangkutan telah
benar-benar meninggal dan karena itu berakhir pula hubungan kerja kedua belah pihak.
4. Yayasan/Unit berhak mengambil kembali semua harta benda bergerak/tak bergerak, atau
sarana (perumahan, tanah, kendaraan bermotor, peralatan medis, infentaris barang Uni/
Yayasan, dll.) yang menjadi milik Yayasan/Unit dan yang dipercayakan kepada pegawai/
karyawan yang bersangkutan oleh Yayasan/Unit untuk mengelolanya, menjaga atau me-
meliharanya, ataupun menggunakannya demi memperlancar pekerjaan/tugasnya sebagai
pegawai/karyawan Yayasan.
5. Apabila rumah Yayasan masih digunakan/ditempati oleh pegawai/karyawan yang telah
meninggal dunia, maka diberikan waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan bagi keluarga
pegawai/karyawan yang bersangkutan untuk membenahi semua barang miliknya dan
mengosongkan rumah tersebut.

Pasal 63
PHK karena Alasan Khusus

1. Dengan alasan demi kelangsungan hidup Yayasan dan Unit-unit Kesehatannya, Yayasan
dapat memutuskan hubungan kerja seorang pegawai/karyawan dengan hormat.
2. Dengan alasan salah satu/beberapa dari Unit Kesehatan milik Yayasan menghentikan selu-
ruh atau sebagian kegiatannya, Yayasan memutuskan hubungan kerja pegawai/karyawan,
dengan status PHK terhormat.
3. Dengan alasan sah Yayasan dinyatakan pailit atau membubarkan diri, pegawai/karyawan
diputus hubungan kerja, dengan status PHK terhormat.

Pasal 64
Pokok-pokok Kepegawaian 40

Uang Pesangon, Penghargaan Masa Kerja, Penggantian Hak

1. Perincian uang pesangon dalam Yayasan Santo Lukas :


a. masa kerja kurang dari 1 s/d 1 tahun = 1 bulan gaji
b. masa kerja lebih dari 1 s/d 2 tahun = 2 bulan gaji
c. masa kerja lebih dari 2 s/d 3 tahun = 3 bulan gaji
d. masa kerja lebih dari 3 s/d 4 tahun = 4 bulan gaji
e. masa kerja lebih dari 4 s/d 5 tahun = 5 bulan gaji
f. masa kerja lebih dari 6 s/d 7 tahun = 6 bulan gaji
g. masa kerja lebih dari 7 s/d 8 tahun = 7 bulan gaji
h. masa kerja lebih dari 8 tahun atau lebih = 8 bulan gaji
2. Perincian uang Penghargaan Masa Kerja (PMK) dalam Yayasan Santo Lukas :
a. masa kerja lebih dari 3 s/d 6 tahun = 2 bulan gaji
b. masa kerja lebih dari 6 s/d 9 tahun = 3 bulan gaji
c. masa kerja lebih dari 9 s/d 12 tahun = 4 bulan gaji
d. masa kerja lebih dari 12 s/d 15 tahun = 5 bulan gaji
e. masa kerja lebih dari 15 s/d 18 tahun = 6 bulan gaji
f. masa kerja lebih dari 18 s/d 21 tahun = 7 bulan gaji
g. masa kerja lebih dari 21 s/d 24 tahun = 8 bulan gaji
h. masa kerja lebih dari 24 tahun ke atas = 10 bulan gaji
3. Perhitungan Uang Penggantian Hak (UPH) dalam Yayasan Santo Lukas :
Uang Penggantian Hak (UPH), yakni uang penggantian perumahan dan pengobatan/pera-
watan, tanpa memperhitungkan masa kerja, tetapi langsung 15% (lima belas persen) dari
uang pesangon dan uang Penghargaan Masa Kerja (PMK) bagi yang memenuhi syarat.

Pasal 65
PHK Dengan / Tanpa Pesangon, PMK, UPH

1. Yayasan dapat memutuskan hubungan kerja terhadap pegawai/karyawan dengan alasan


pegawai/karyawan yang bersangkutan telah terbukti melakukan pelanggaran atas peratur-
an sebagaimana yang ditetapkan dalam pasal 50, ayat 1, butir a o dan / atau pasal 51,
ayat 1, butir a l, beserta aturan pelaksanannya, pegawai/karyawan yang bersangkutan
tidak berhak memperoleh uang pesangon, uang PMK, UPH. Kepadanya dapat diberikan
uang pisah, bila dipandang perlu oleh pihak Yayasan dan jumlahnya ditentukan oleh
Yayasan. Pegawai/karyawan tersebut tetap berhak atas uang pensiunnya, apabila telah
menjadi peserta Dana Pensiun KWI.
2. Pegawai/karyawan yang mengundurkan diri dengan hormat, atas kemauan sendiri, tanpa
paksaan siapapun, maka pegawai/karyawan yang bersangkutan tidak berhak memperoleh
uang pesangon dan uang PMK. Pegawai/karyawan dimaksud berhak atas UPH sebagai-
mana yang ditentukan dan atas uang pensiunnya, apabila telah menjadi peserta Dana
Pensiun KWI.
3. Pegawai yang masih dalam masa pencobaan, atau sebagai calon pegawai, atau masih da-
lam masa ikatan dinas, dilarang mengundurkan diri. Apabila pegawai yang bersangkutan
tetap mengundurkan diri, maka pegawai tersebut tidak berhak atas uang pesangon, uang
PMK dan UPH. Pegawai yang bersangkutan harus memenuhi semua kewajibannya terha-
dap Yayasan, sebagaimana ditentukan dalam peraturan Yayasan. Apabila pegawai/kar-
yawan yang bersangkutan telah menjadi peserta Dana Pensiun KWI, maka Dana Pensiun
yang dimaksud akan diberikan kepada pegawai/karyawan tersebut, jika telah memenuhi
semua kewajibannya terhadap Yayasan/Unit.
4. Pegawai/karyawan yang telah menyelesaikan masa pencobaanya, baik tahap I dan atau ta-
hap II, dan tidak lagi diperpanjang, pegawai/karyawan yang bersangkutan tidak berhak
memperoleh uang pesangon, uang PMK dan UPH. Kepada pegawai/karyawan yang ber-
sangkutan dapat diberikan uang pisah, yang jumlahnya ditentukan oleh Yayasan.
Pokok-pokok Kepegawaian 41

5. Pegawai yang telah menyelesaikan masa kerja sebagai calon pegawai, dan tidak lagi diper-
panjang, pegawai yang bersangkutan berhak memperoleh uang pesangon dan uang PMK
sebagaimana menurut aturan yang berlaku, serta uang pisah yang jumlahnya ditentukan
oleh Yayasan.
6. Pegaiwai/karyawan yang diputus hubungan kerja dengan Yayasan karena telah mencapai
usia pensiun, tidak memperoleh uang pesangon, uang PMK dan UPH, namun dapat dibe-
rikan uang pisah yang besarnya ditentukan oleh Pimpinan Yayasan. Pegawai yang ber-
sangkutan tetap berhak menerima uang pensiun dari DP-KWI bagi yang menjadi ang-
gotanya DP-KWI.
7. Pegawai/karyawan yang diputus hubungan kerja dengan Yayasan karena telah meninggal
dunia, tidak menerima uang pesangon, uang PMK dan UPH. Kepada ahliwaris sah dari
pegawai/karyawan yang meninggal menurut ketentuan Yayasan : suami/isteri/anak, dapat
diberikan :
a. gaji pokok dari pegawai/ karyawan yang meninggal tersebut untuk 1 (satu) bulan
berikutnya;
b. uang tunjangan keluarga dari pegawai/karyawan yang meninggal, untuk 1 (satu) bu-
lan berikutnya;
c. uang tunjangan fungsional dari pegawai/karyawan yang meninggal, untuk 1 (satu) bu-
lan berikutnya;
d. uang duka, yang besarnya menurut ketentuan Pimpinan Yayasan.
8. Apabila pegawai/karyawan yang meninggal, masih menyisakan utang terhadap Unit/Yaya-
san lebih besar dari jumlah total gaji pokok + tunjangan keluarga + tunjangan fungsional
untuk 1 (bulan) berikutnya sesudah pegawai/karyawan tersebut meninggal dunia, (yang
harus diberikan kepada keluarganya yang berhak menerima), maka ketentuan pada ayat 7,
butir a c, dinyatakan tidak berlaku. Seluruh utang terhadap Unit/Yayasan yang men-jadi
tanggungan pegawai/karyawan yang bersangkutan selama bekerja sebagai pegawai/
karyawan Yayasan, oleh karena yang bersangkutan telah meninggal dunia, maka dinya-
takan selesai.
9. Pegawai/karyawan yang selama 6 (enam) bulan tidak dapat melaksanakan pekerjaan ka-
rena dalam proses perkara pidana, diberhentikan dari pekerjaannya. Beberapa ketentuan
sehubungan dengan ayat ini :
a. Dalam hal pegawai/karyawan yang ditahan pihak berwajib karena diduga melakukan
tindak pidana bukan atas pengaduan Unit/Yayasan, maka Unit/Yayasan tidak wajib
membayar upah/honor dan tunjangan-tunjangan lain yang berhak diterimanya sebagai
pegawai/karyawan.
b. Bagi pegawai/karyawan yang dimaksud, apabila telah menikah dan mempunyai anak,
Unit/Yayasan tetap wajib memberikan bantuan tunjangan kepada keluarga (sesuai
ketetapan Yayasan : suami/isteri dan 2 anak) yang menjadi beban tanggungannya,
dengan rincian sbb. :
b.1. untuk 1 (satu) orang tanggungan : 25% dari gaji pokok;
b.2. untuk 2 (dua) orang tanggungan : 30% dari gaji pokok;
b.3. untuk 3 (tiga) orang tanggungan : 35% dari gaji pokok.
c. Bantuan sebagaimana dimaksud diberikan untuk paling lama 6 (enam) bulan terhitung
sejak hari pertama pegawai/karyawan tersebut ditahan oleh pihak berwajib.
d. Apabila pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum 6 (enam) bulan berakhir dan
pegawai/karyawan tersebut dinyatakan tidak bersalah, maka ia dapat diterima kembali
bekerja.
e. Tatapi apabila ia terbukti secara sah bersalah, ia diberhentikan tanpa menerima uang
pesangon, uang PMK dan UPH.
f. Pegawai/karyawan yang bersangkutan diberikan status pensiun dini dan berhak atas
uang pensiun apabila telah menjadi anggota DP-KWI.
10. Pegawai/karyawan yang suami/isteri atau anak (yang masih dalam tanggungan) apabila
sedang berada dalam tahanan pihak berwajib karena melakukan tindak pidana, maka
berlaku ketentuan sbb. :
Pokok-pokok Kepegawaian 42

a. Unit/Yayasan tidak wajib memberikan 100% tunjangan keluarga per bulan yang diteri-
manya sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Yayasan tentang tunjangan ke-
luarga, tetapi hanya memberikan 50% per bulan dari total tunjangan yang dimaksud.
b. Besarnya tunjangan keluarga sebagaimana dimaksud dalam butir a, diterimakan untuk
paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak hari pertama suami/isteri atau anak pega-
wai/karyawan tersebut ditahan oleh pihak berwajib.
c. Apabila pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum 6 (enam) bulan berakhir dan
suami/isteri atau anak pegawai/karyawan tersebut dinyatakan tidak bersalah, maka
suami/isteri atau anak pegawai/karyawan yang dimaksud berhak menerima kembali
100% tunjangan keluarga.
11. Pegawai/karyawan yang menghilang untuk waktu lebih dari lima hari kerja berturut-turut,
setelah dipanggil namun tidak mau hadir dan telah diberi peringatan baik secara lisan
maupun tertulis menurut ketentuan peringatan yang berlaku, dapat diputus hubungan
kerjanya karena dikualifikasikan mengundurkan diri atas kemauan sendiri. Pegawai/kar-
yawan tersebut tidak berhak menerima uang pesangon, PMK dan UPH. Ia hanya berhak
atas uang pensiunnya, apabila telah menjadi peserta DP-KWI.
12. Pegawai/karyawan yang karena alasan khusus, demi kelangsungan hidup Yayasan/Unit-
unit karya, atau penghentian kegiatan Unit, ataupun pembubaran Yayasan, sebagaimana
yang dinyatakan pada pasal 63, ayat 1-3, maka pegawai/karyawan yang diputus hubung-
an kerjanya dengan Yayasan berhak menerima uang pesangon, PMK dan UPH.

BAB XI
Pendidikan, Kursus/Pelatihan, Beasiswa

Pasal 66
Pendidikan

1. Demi meningkatkan mutu pelayanan Unit Kesehatan, Yayasan dapat mengikutsertakan


atau mengizinkan pegawai untuk mengikuti pendidikan sesuai dengan kebutuhan Unit/
Yayasan dengan seluruh biaya ditanggung oleh Yayasan/Unit.
2. Ketentuan yang harus diikuti untuk dapat memberi izin mengikuti pendidikan:
a. pegawai tetap dan sudah mengabdi minimal 5 tahun;
b. tetap mendapat gaji sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
c. selama tugas belajar tidak mendapat kenaikan pangkat dan golongan serta tidak men-
dapat tunjangan struktural, fungsional dan THR;
d. biaya selama mengikuti pendidikan ditanggung oleh Unit/Yayasan;
e. tugas belajar baru dilaksanakan setelah persyaratan yang ditentukan Yayasan disetu-
jui oleh pegawai yang bersangkutan dan ditetapkan dalam Surat Perjanjian yang ber-
meterai, dan ditandatangani bersama Pemimpin Yayasan, Pemimpin Unit, Pegawai
yang bersangkutan.
3. Persyaratan/tuntutan yang wajib dipatuhi dan dipenuhi oleh pegawai yang ditugaskan un-
tuk mengikuti pendidikan (tugas belajar) :
a. melaksanakan tugas belajar sampai selesai (tamat) dengan hasil yang memuaskan;
b. pegawai yang distudikan, tidak diperbolehkan membawa anggota keluarganya untuk
tinggal bersamanya selama mengikuti pendidikan;
c. pegawai yang distudikan, dilarang melakukan tindak kejahatan dan perbuatan asusila
yang dilarang oleh negara dan agama;
d. selesai melaksanakan tugas belajar, pegawai/karyawan yang bersangkutan wajib kem-
bali bekerja pada Yayasan.
Pokok-pokok Kepegawaian 43

4. Pegawai yang distudikan, jika kemudian melanggar ketentuan persyaratan sebagaimana


ditetapkan dalam ayat 3, butir a di atas, yakni tidak meneruskan dan menyelesaikan tugas
belajar, karena kemalasan, kesalahan, kelakuan atau alasan-alasan lain yang tidak dapat
dipertanggung-jawabkan, maka akan dikenakan sanksi sbb. :
a. kembali bekerja selama 6 (enam) bulan dengan gaji 50% dan tanpa memperoleh tun-
jangan fungsional;
b. mengembalikan seluruh biaya yang dikeluarkan Yayasan/Unit selama mengikuti tu-
gas belajar;
c. mengembalikan seluruh sarana penunjang yang diberikan oleh Yayasan/Unit selama
mengikuti masa pendidikan;
d. Sanksi tidak berlaku jika dalam masa studi pegawai tersebut mengalami cacat rohani
dan jasmani, bukan karena kesalahan dan kelakuannya.
5. Pegawai yang distudikan, jika kemudian melanggar ketentuan persyaratan sebagaimana di-
tetapkan dalam ayat 3, butir b di atas, maka seluruh biaya hidup anggota keluarganya, di-
tanggung oleh pegawai/karyawan yang bersangkutan. Kehadiran anggota keluarga, tidak
bisa dijadikan alasan gagalnya/tidak selesainya pendidikan dari yang bersangkutan.
6. Pegawai yang distudikan, jika kemudian melanggar ketentuan persyaratan sebagaimana
ditetapkan dalam ayat 3, butir c di atas, akan dikenakan sanksi sbb. :
a. pegawai/karyawan yang bersangkutan dihentikan dari tugas belajarnya;
b. diskorsing 3 (tiga) bulan tanpa gaji dan tunjangan lainnya, kecuali tunjangan keluarga
sebagaimana ditetapkan dalam peraturan Yayasan. Selama 3 (tiga) bulan skorsing,
pegawai/karyawan yang bersangkutan diwajibkan menyelesaikan masalahnya;
c. mengembalikan seluruh biaya yang dikeluarkan Yayasan/Unit selama mengikuti tugas
belajar;
d. mengembalikan seluruh sarana penunjang yang diberikan oleh Yayasan/Unit selama
mengikuti masa pendidikan;
e. Pangkatnya/golongan pegawai/karyawan yang bersangkutan diturunkan 1 (satu) ting-
kat lebih rendah dari pangkat/golongan terakhir untuk 1 (satu) tahun kerja;
f. Apabila pegawai/karyawan yang bersangkutan diduga telah melakukan tindak keja-
hatan dan ditahan pihak berwajib, maka kepada pegawai/karyawan tersebut berlaku
ketentuan pasal 66, ayat 9, butir a. Jika terbukti tidak bersalah, maka pegawai/kar-
yawan yang bersangkutan, diterima kembali dan wajib melaksanakan dan menyele-
saikan tugas belajarnya. Tetapi, jika pegawai/karyawan yang bersangkutan dinyata-
kan oleh pihak berwajib terbukti bersalah, maka :
f.1. diberhentikan dari tugas belajar;
f.2. mengembalikan seluruh biaya yang dikeluarkan Yayasan/Unit selama mengikuti
tugas belajar;
f.3. mengembalikan seluruh sarana penunjang yang diberikan oleh Yayasan/Unit
selama mengikuti masa pendidikan;
f.4. ia diputus hubungan kerja tanpa menerima uang pesangon, uang PMK dan UPH.
f.5. seluruh biaya perkara menjadi tanggungan pribadinya.
7. Pegawai yang distudikan, jika kemudian melanggar ketentuan persyaratan sebagaimana
ditetapkan dalam ayat 3, butir d di atas, yaitu tidak bersedia kembali bekerja pada Yaya-
san/Unit setelah selesai menamatkan pendidikannya, maka akan dikenakan sanksi sbb. :
a. wajib mengembalikan seluruh biaya pendidikan dan/atau pelatihan/kursus yang telah
dikeluarkan/ditanggung oleh Yayasan/Unit, ditambah denda 100%;
b. wajib mengembalikan seluruh biaya-biaya lainnya selama pegawai/karyawan yang
bersangkutan mengikuti masa pendidikan dan/atau pelatihan/kursus, yang dikeluar-
kan/ditanggung oleh Yayasan/Unit, ditambah denda 100%;
c. wajib melunasi semua utang pribadinya pada Yayasan/Unit, apabila pegawai/karya-
wan yang bersangkutan mempunyai utang pada Yayasan/Unit;
d. wajib mengembalikan semua sarana / barang milik Yayasan/Unit yang diberikan ke-
padanya oleh Yayasan/Unit dalam keadaan utuh dan baik (yang rusak diperbaiki dan
yang hilang diganti);
Pokok-pokok Kepegawaian 44

e. sebelum pegawai yang bersangkutan melunasi kewajibannya sebagaimana disebutkan


pada butir a d ayat ini, maka tidak akan diberikan surat keterangan pengalaman
kerja oleh Yayasan/Unit.
f. apabila pegawai yang bersangkutan tidak bersedia melunasi semua kewajibannya ter-
sebut dalam kurun waktu yang telah ditentukan, maka Yayasan/Unit akan menempuh
jalur hukum, sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
8. Pegawai yang telah menyelesaikan pendidikan atas permintaan dan kebutuhan serta biaya
dari Unit/Yayasan, maka pangkat dan golongannya disesuaikan dengan ijazah dan keah-
lian yang diperolehnya.
9. Pegawai/karyawan, yang atas kemauannya sendiri melanjutkan jenjang pendidikannya,
ataupun meningkatkan keahliannya, dengan biaya sendiri, namun tanpa mendapat perse-
tujuan dan izin dari Yayasan, maka pegawai/karyawan tersebut dikualifikasikan mengun-
durkan diri atas kemauan sendiri. Yayasan dapat memutuskan hubungan kerja dengan pe-
gawai/karyawan yang bersangkutan sesuai ketentuan yang berlaku.
10. Pegawai/karyawan, yang atas kemauannya sendiri melanjutkan jenjang pendidikannya,
ataupun meningkatkan keahliannya, dengan biaya sendiri, dan apabila Yayasan hendak
memberikan persetujuan dan izin, maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh pegawai/
karyawan tersebut a.l. :
a. cukup tersedianya tenaga medis dan para medis, sehingga tidak mengganggu kelan-
caran kegiatan pelayanan kesehatan di unit kerja, apabila pegawai/karyawan tersebut
menjalankan masa studinya.
b. membuat pernyatan tertulis dan ditandatangani di atas meterai Rp. 6000,- (enam ri-
bu), bahwa setelah menyelesaikan/menamatkan pendidikan, yang bersangkutan kem-
bali bekerja pada Yayasan/Unit-unit karya milik Yayasan.
c. menandatangani surat perjanjian kerja sama dengan Yayasan yang memuat butir-butir
kesepakatan/perjanjian dan segala konsekuensi hukumnya, yang dibuat di atas surat
bermeterai cukup, dan yang dihadiri, disaksikan dan turut ditanda-tangani oleh 2
(dua) orang saksi dari masing-masing pihak. Surat perjanjian dimaksud, dibuat dalam
2 (dua) rangkap, dan masing-masing memegang 1 (satu) rangkap.
d. selama menjalani masa pendidikan atas kemauan dan biaya sendiri, pegawai/karya-
wan yang bersangkutan tidak menerima gaji dan tunjangan apapun dari Yayasan/Unit
kerjanya.
e. jika setelah menamatkan pendidikan dan tidak bersedia lagi kembali bekerja pada
Yayasan/Unit kerjanya, maka dikualifikasikan mengundurkan diri. Yayasan dapat
memutuskan hubungan kerja dengan pegawai/karyawan yang bersangkutan desuai
dengan ketentuan yang berlaku.
f. Persyaratan khusus lainnya akan ditetapkan secara rinci dalam surat perjanjian antara
Yayasan dan pegawai/karyawan yang bersangkutan.

Pasal 67
Pelatihan / Kursus

1. Setiap pegawai dapat diberi kesempatan untuk mengikuti kursus/pelatihan demi mening-
katkan prestasi, kemampuan dan efisiensi kerja dan menambah pengalaman serta mem-
perluas pengetahuan, dengan biaya sepenuhnya dari Unit /Yayasan.
2. Ketentuan, persyaratan dan tuntutan yang wajib diperhatikan dalam mengikuti kursus/pela-
tihan sama dengan yang berlaku dalam hal mengukuti pendidikan, sebagaimana ditetap-
kan dalam pasal 66, ayat 1 10.
3. Klasifikasi kursus menurut lamanya (waktu), yakni : 3 (tiga) bulan, 6 (enam) bulan, dan 1
(satu) tahun atau kurang dari 2 (dua) tahun.
4. Klasifikasi pelatihan menurut lamanya (waktu), yakni perhitungan hari, minggu, bulan
kurang dari 3 (tiga) bulan.

Pasal 68
Pokok-pokok Kepegawaian 45

Beasiswa

1. Demi kelangsungan hidup dan karya Yayasan dan Unit-unit Kerja, yang mana banyak
ditentukan oleh tersedianya tenaga medis (Dokter, Dokter spesialis, Analis, Aneasthesis,
Apoteker, dst) dan para medis (perawat dan bidan), maka Yayasan dapat memberikan
beasiswa kepada siswa-siswi yang telah lulus sekolah menengah atas yang memenuhi
persyaratan yang ditentukan oleh Yayasan.
2. Yayasan berhak mencari partner kerja sama dengan instansi lainnya atau siapa saja yang
berkendak baik, demi mendapatkan beasiswa bagi putra/putri lulusan sekolah menengah
atas yang memenuhi persyaratan.
3. Yayasan dapat pula memberikan bea siswa kepada mereka yang sudah sedang dalam masa
pendidikan kedokteran, keperawatan, kebidanan ataupun ilmu kesehatan lainnya.
4. Yayasan berhak menentukan dan menetapkan, kepada siapa beasiswa diberikan. Unit da-
pat mencari dan mengusulkan secara tertulis para calon penerima beasiswa kepada pihak
Yayasan.
5. Beberapa persyaratan umum yang wajib dipenuhi untuk bisa mendapatkan beasiswa
Yayasan, a.l. :
a. lulusan SMU jurusan IPA (atau sekolah tinggi/universitas jurusan/fakultas MIPA);
b. memiliki kemampuan intelektual yang baik;
c. usia minimal 18 tahun dan maksimal 25 tahun.
d. belum bekeluarga dan / atau tidak mempunyai beban tanggungan keluarga;
e. sehat jasmani dan sehat rohani (mental dan spiritual);
f. berkepribadian yang baik;
g. belum pernah melakukan tindak kejahatan yang melawan hukum yang berlaku dan
agama/kesusilaan;
h. WNI;
i. memenuhi persyaratan administrasi yang diminta;
j. memenuhi persyaratan lainnya yang baru kemudian ditetapkan;
6. Persyatan khusus yang wajib dipenuhi oleh calon penerima bea-siswa Yayasan :
a. bersedia menyelesaikan pendidikan dalam waktu yang ditetapkan dengan hasil yang
memuaskan;
b. membuat pernyatan tertulis dan ditandatangani di atas meterai Rp. 6000,- (enam ri-
bu), bahwa setelah menyelesaikan/menamatkan pendidikan, yang bersangkutan kem-
bali bekerja pada Yayasan/Unit-unit karya milik Yayasan.
c. bersedia mengembalikan 100% biaya yang dikeluarkan Yayasan/Unit ditambah denda
100%, apabila tidak menyelesaikan/menamatkan pendidikan tersebut, karena kesa-
lahan dan faktor kepribadiannya sendiri, atau menyalahgunakan biaya yang telah
diberikan oleh Yayasan/Unit;
d. menandatangani surat perjanjian kerja sama dengan Yayasan yang memuat butir-butir
kesepakatan/perjanjian dan segala konsekuensi hukumnya, yang dibuat di atas surat
bermeterai cukup, dan yang dihadiri, disaksikan dan turut ditandatangani oleh 2 (dua)
orang saksi dari masing-masing pihak. Surat perjanjian dimaksud, dibuat dalam 2
(dua) rangkap, dan masing-masing memegang 1 (satu) rangkap.
7. Persyaratan khusus lainnya akan ditetapkan secara rinci dalam surat perjanjian antara
Yayasan dan calon penerima bea-siswa.
8. Penerima bea-siswa Yayasan, selama masa pendidikan belum berstatus sebagai pegawai
Yayasan.

BAB XII
Ikatan Dinas, Mutasi Dinas, Perjalanan Dinas, Pengunduran Diri

Pasal 69
Ikatan Dinas
Pokok-pokok Kepegawaian 46

1. Ikatan dinas berlaku wajib bagi pegawai/karyawan yang telah menyelesaikan pendidik-
annya atas biaya Unit/Yayasan.
2. Masa/lamanya Ikatan Dinas :
a. pendidikan 2 tahun, ikatan dinas selama 4 (empat) tahun;
b. pendidikan 3 4 tahun (D-3/D-4 untuk bidan, dll.), masa ikatan dinas selama 6
(enam) tahun;
c. pendidikan 4 tahun (S-1 untuk perawat, bidan, Apoteker, Analist, Aneasthesi), masa
ikatan dinas selama 8 (delapan) tahun;
d. pendidikan Dokter (S-1 Kedokteran), masa ikatan dinas selama 10 tahun;
e. pendidikan Dokter Spesialist, masa ikatan dinas selama 15 tahun.
3. Masa ikatan dinas terhitung sejak pegawai/karyawan yang bersangkutan menyelesaikan
masa pendidikan dan mulai bekerja pada Unit Kesehatan milik Yayasan.
4. Apabila pegawai/karyawan yang biaya pendidikan dan/atau pelatihan/kursusnya ditang-
gung oleh Yayasan/Unit, dan sebelum selesai masa ikatan dinasnya telah meminta meng-
undurkan diri, dan jika tidak dapat menghindar dari alasan pengunduran dirinya, maka
bagi pegawai/karyawan yang bersangkutan, berlaku ketentuan sbb. :
a. wajib mengembalikan seluruh biaya pendidikan dan/atau pelatihan/kursus yang
telah dikeluarkan/ditanggung oleh Yayasan/Unit, ditambah denda 100%;
b. wajib mengembalikan seluruh biaya-biaya lainnya selama pegawai/karyawan
yang bersangkutan mengikuti masa pendidikan dan/atau pelatihan/kursus, yang
dikeluarkan/ditanggung oleh Yayasan/Unit, ditambah denda 100%;
c. wajib melunasi semua utang pribadinya pada Yayasan/Unit, apabila pegawai/kar-
yawan yang bersangkutan mempunyai utang pada Yayasan/Unit;
d. wajib mengembalikan semua sarana/barang milik Yayasan/Unit yang diberikan
kepadanya oleh Yayasan/Unit dalam keadaan utuh dan baik (yang rusak diper-
baiki dan yang hilang diganti);
e. sebelum pegawai yang bersangkutan melunasi kewajibannya sebagaimana dise-
butkan pada butir a d ayat ini, maka tidak diberikan surat keterangan pengalam-
an kerja oleh Yayasan/Unit;
f. apabila pegawai tersebut tidak bersedia melunasinya, maka akan ditempuh jalur
hukum sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 70
Mutasi Dinas

1. Yayasan memiliki hak untuk melaksanakan mutasi kerja, jabatan, wilayah bagi para pega-
wai/karyawan, demi kepentingan pelaksanaan tugas dan pembinaan pegawai.
2. Setiap pegawai/karyawan dapat dimutasikan kerja ke unit yang lain sesuai dengan ke-
butuhan Yayasan St. Lukas dengan tidak mengurangi hak pegawai/karyawan tersebut.
Karena itu sejak awal adanya ikatan kerja, pegawai/karyawan telah menandatangani surat
pernyataan kesediaan untuk ditempatkan dimana saja dalam setiap unit kerja Yayasan.
3. Apabila mutasi ditentukan oleh Yayasan dan bukan atas permohonan pegawai/karyawan,
maka biaya pemutasian ditanggung oleh Yayasan dan unit kerja yang lama setelah
diadakan musyawarah dengan pegawai/karyawan tersebut.
4. Pegawai/karyawan yang meminta sendiri mutasi, harus mengajukan alasan-alasan yang
sah dan dapat dipertanggung-jawabkan dan disampaikan permohonan kepada Pemimpin
Unit serta disetujui oleh Pemimpin Yayasan. Biaya sepenuhnya ditanggung oleh pega-
wai/karyawan tersebut.
5. Penolakan terhadap mutasi dinas oleh pagawai/karyawan dapat dianggap sebagai peno-
lakan kerja sehingga dapat dikenakan PHK.
6. Terhadap pegawai/karyawan yang menolak pemutasiannya, Pimpinan Yayasan/Unit :
a. memberikan peringatan lisan;
Pokok-pokok Kepegawaian 47

b. memeberikan surat peringatan tertulis I, II, III, dengan selang waktu 5 (lima) hari
kerja;
c. memberikan sanksi pemotongan gaji dengan ketentuan :
c.1. selama 2 (dua) bulan kerja, terhitung dari tanggak dikeluarkannya Surat Keputus-
an Mutasi oleh Pemimpin Yayasan, pegawai/karyawan yang bersangkutan ha-
nya menerima gaji 75% dari gaji pokok dan tanpa fungsional;
c.2. jika pegawai/karyawan tidak lagi bersedia, ditambah 2 (dua) bulan kerja, dan pe-
gawai/karyawan yang bersangkutan hanya menerima gaji 50% dari gaji pokok
dan tanpa fungsional;
c.3. jika pegawai/karyawan tidak lagi bersedia, ditambah 2 (dua) bulan kerja, dan pe-
gawai/karyawan yang bersangkutan hanya menerima gaji 25% dari gaji pokok
dan tanpa fungsional;
c.4. jika pegawai/karyawan tidak lagi bersedia, ditambah 1 (satu) bulan kerja, dan pe-
gawai/karyawan yang bersangkutan tidak diberikan gaji + fung-sional;
d. Jika pegawai/karyawan tidak lagi bersedia, maka yang bersangkutan dikualifikasikan
menolak kerja dan mengundurkan diri atas kemauan sendiri. Yayasan dapat memu-
tuskan hubungan kerja dan pegawai/karyawan yang bersangkutan tidak berhak men-
dapat uang pesangon, PMK dan UPH.

Pasal 71
Perjalanan Dinas

1. Perjalanan Dinas dan taksiran biaya perjalanan harus diatur/diprogramkan untuk 1 tahun
berjalan, serta mendapat persetujuan dari Pemimpin Unit/Ketua Yayasan.
2. Perjalanan Dinas yang mendadak/tidak diprogramkan, namun karena demi kebutuhan Ya-
yasan/Unit yang sangat penting dan mendesak, setelah mendapat persetujuan Pemimpin
Unit/Ketua Yayasan, maka dapat dilaksanakan dan biaya ditanggung oleh Yayasan/Unit.
3. Pegawai/karyawan yang melakukan perjalanan dinas, harus mendapat surat keterangan/
izin perjalanan dinas dari Pemimpin Unit. Surat keterangan/izin perjalanan dinas Pemim-
pin Unit dikeluarkan oleh Pemimpin Yayasan.
4. Perjalanan Dinas ke luar wilayah dari Pemimpin Unit dalam 1 (satu) tahun kerja, maksimal
2 (dua) kali, dan tidak melebihi 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) kali perjalanan dinas,
kecuali jika ada alasan penting dan mendesak serta berguna langsung bagi kepentingan
Unit kerja yang dipimpinnya, maka akan ditentukan berdasarkan pertimbangan dan kebi-
jakan Pemimpin Yayasan, namun tidak lebih dari 4 (empat) kali dalam 1 (satu) tahun.
5. Perjalanan dinas ke luar wilayah dari pegawai/karyawan Unit/Yayasan dalam 1 (satu) ta-
hun kerja, maksimal 1 (satu) kali, dan tidak melebihi 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu)
kali perjalanan dinas, kecuali jika ada alasan penting dan mendesak serta berguna lang-
sung bagi kepentingan Unit kerja, maka akan ditentukan berdasarkan pertimbangan dan
kebijakan Pemimpin Unit, dengan tetap meminta persetujuan Pemimpin Yayasan.
6. Perjalanan Dinas Pimpinan Yayasan ke wilayah Unit-unit kerja dalam 1 (satu) tahun kerja,
maksimal 3 (tiga) kali, dan tidak lebih dari 12 (dua belas) hari kerja dalam 1 (satu) kali
perjalanan dinas, kecuali jika ada alasan penting dan mendesak serta berguna langsung
bagi kepentingan Unit/Yayasan, maka akan ditentukan berdasarkan pertimbangan dan
kebijakan Pemimpin Yayasan, namun tidak lebih dari 5 (lima) kali dalam 1 (satu) tahun.
7. Perjalanan Dinas Pimpinan Yayasan ke luar daerah (wilayah Propinsi Maluku), dalam 1
(satu) tahun kerja, maksimal 2 (dua) kali, dan tidak lebih dari 6 (enam) hari kerja dalam 1
(satu) kali perjalanan dinas, kecuali jika ada alasan penting dan mendesak serta berguna
langsung bagi kepentingan Yayasan/Unit, maka akan ditentukan berdasarkan pertimbang-
an dan kebijakan Pemimpin Yayasan, namun tidak lebih dari 3 (tiga) kali dalam 1 tahun.
8. Apabila ada kegiatan (pelatihan, pertemuan, undangan dst.) dari PERDAKHI, Pemerintah,
atau instansi lainnya yang terkait, demi kepentingan Yayasan dan/atau melibatkan Yaya-
san, dan baik biaya ditanggung sepenuhnya oleh pelaksana/koordinator/Panitia kegiatan
dimaksud, maka perjalanan dinas Pimpinan Yayasan maksimal 2 (dua) kali dalam 1 (satu)
Pokok-pokok Kepegawaian 48

tahun kerja, kecuali jika ada alasan penting dan mendesak serta berguna langsung bagi
kepentingan Yayasan/Unit, maka akan ditentukan berdasarkan pertimbangan dan
kebijakan Pemimpin Yayasan, namun tidak lebih dari 3 (tiga) kali dalam 1 (satu) tahun.
9. Uang jalan, di luar biaya perjalanan dan kegiatan, ditetapkan sbb. :
a. di luar wilayah kerja Unit, tetapi masih di dalam wilayah Maluku : Rp. 300.000,-/
orang untuk 1 (satu) kali perjalanan dinas;
b. di luar wilayah Maluku : Rp. 500.000,- /orang, untuk 1 (satu) kali perjalanan dinas.
10. Apabila kepada pegawai/karyawan Yayasan yang ditugaskan mengadakan perjalanan di-
nas telah diberikan uang perjalanan dan atau transportasi dan sebagainya, namun karena
halangan tertentu (baik dari pihak Yayasan/Unit, penyelenggara kegiatan, pegawai/karya-
wan yang bersangkutan), maka pegawai/karyawan tersebut wajib mengembalikan kepada
pihak Unit/Yayasan, seluruh uang yang telah diberikan kepadanya.
11. Pegawai/karyawan yang ditugaskan Pemimpin Unit/Yayasan untuk mengadakan perja-
lanan dinas demi kepentingan Unit/Yayasan dan karena berhubungan dengan tugas dan
tanggung jawabnya, namun apabila tidak mentaatinya tanpa adanya alasan yang dapat
dipertanggung-jawabkan, maka dianggap melawan perintah/petunjuk Pimpinan. Pegawai/
karyawan tersebut dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
12. Pegawai/karyawan yang ditugaskan Pemimpin Unit/Yayasan untuk mengadakan perja-
lanan dinas demi kepentingan Unit/Yayasan, dan setelah selesai waktu perjalanan dinas
yang ditentukan/diizinkan ternyata belum kembali, tanpa ada informasi jelas dan atau
alasan yang dapat dipertanggung-jawabkan, maka Pimpinan Unit/Yayasan berhak mem-
buat pemanggilan terhadap pegawai/karyawan yang bersangkutan, sama dengan keten-
tuan terhadap pegawai/karyawan setelah selesai masa cutinya dan belum kembali bekerja,
sebagai mana ditetapkan dalam pasal 28, ayat 1 4.
BAB XIII
Pemesanan dan Penggunaan Obat

Pasal 72
Pemesanan / Pembeliaan Obat

1. Yayasan membuat perjanjian kerja sama dengan PT. KDU untuk pengadaaan obat-obat
yang dibutuhkan bagi Unit-unit kesehatannya.
2. Unit dapat mengadakan perjanjian kerja sama dengan produsen obat lainnya dan atau
dengan Apotek terdekat, tetapi dengan persetujuan Pemimpin Yayasan.
3. Obat-obat yang tidak tersedia pada Apotek Unit, namun mendesak untuk segera diper-oleh,
digunakan dan diberikan kepada pasien, maka Unit dapat membelinya langsung pa-da
Aptek/Agen obat lokal (terdekat).
4. Setiap kali Unit memesan dan membeli obat pada PT. KDU ataupun produsen obat lainnya
yang disetujui Pimpinan Yayasan, maka daftar pemesanan dan pembelian obat dari Unit,
wajib ditanda-tangani oleh seorang Apoteker sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
5. Unit yang belum memiliki Apoteker, maka Pimpinan Unit dapat membuat perjanjian kerja
sama dengan seorang Apoteker terdekat. Pemimpin Unit wajib memberikan informasi
tertulis dan berkonsultasi dengan Pimpinan Yayasan sebelum membuat perjanjian kerja
sama dengan Apoteker yang dimaksud.
6. Jika Unit tidak mendapatkan seorang Apoteker, maka Yayasan wajib menyediakan atau
membuat perjanjian kerja sama dengan seorang Apoteker, demi memenuhi tuntutan per-
undangan yang diwajibkan dalam setiap pemesanan dan pembelian obat.

Pasal 73
Penggunaan Obat
Pokok-pokok Kepegawaian 49

1. Apoteker/pegawai Apotek hanya boleh mengeluarkan dan memberikan obat kepada pasien
berdasarkan resep dari dokter yang telah memeriksa pasien di Unit. Pegawai/karyawan
yang bukan Apoteker/pegawai Apotek di Unit, tidak berhak mengeluarkan dan memberi-
kan obat kepada pasien.
2. Obat-obat yang diberikan bagi pasien yang memeriksakan kesehatannya di Unit atau yang
dirawat di Unit adalah obat-obat yang disediakan pada apotek Unit. Dokter wajib meng-
gunakan obat yang disediakan oleh Unit.
3. Tidak diperbolehkan/tidak diizinkan pegawai/karyawan untuk menitipkan pada Apotek
Unit obat-obat milik pribadinya atau milik orang lain untuk diberikan/dijual kepada pa-
sien/orang yang membutuhkannya demi memperoleh keuntungan bagi dirinya.
4. Apabila terjadi pelanggaran atas ketentuan ayat 2, maka dokter yang bersangkutan, dapat
dikenakan sanksi, sbb. :
a. Dokter wajib membayar kembali kepada Unit/Yayasan, semua obat yang harusnya
terpakai habis sepanjang dokter tersebut menggunakan obatnya sendiri/pihak lain dan
tidak menggunakan obat dari Apotek Unit yang menjadi kewajibannya.
b. Selama 3 (tiga) bulan berturut-turut, jasa tindakan medik dari Dokter yang bersang-
kutan dibayarkan hanya 50% dari keseluruhan yang menjadi haknya.
c. kepada Dokter tersebut diberikan surat peringatan/teguran hanya 1 (satu) kali.
5. Apabila dokter yang bersangkutan tidak mengindahkan surat teguran/peringatan tersebut
dan masih tetap melakukan tindakan melawan ketentuan ayat 2 tersebut, maka :
a. Dokter wajib membayar kembali kepada Unit/Yayasan ditambah denda 100%, semua
obat yang harusnya terpakai habis sepanjang dokter tersebut menggunakan obatnya
sendiri/pihak lain dan tidak menggunakan obat dari apotek yang menjadi kewajiban-
nya yang harus dipenuhinya sebagaimana ditetapkan dalan surat perjanjian kerja sama
dan/atau dalam peraturan Yayasan.
b. Yayasan/Unit berhak menarik kembali semua sarana dan barang milik Yayasan/Unit
yang diberikan atau dipinjamkan kepadanya untuk membantu pelaksanaan tugas dan
tanggung jawabnya pada Unit/Yayasan.
c. apabila Dokter tersebut masih berhutang uang pada Unit/Yayasan, maka ia wajib
membayar/melunasi seluruh utangnya pada Unit/Yayasan.
d. Yayasan berhak memutuskan hubungan kerja dengan Dokter yang bersangkutan,
dengan mengelurkan surat keputusan PHK. Dokter tersebut tidak berhak atas uang
pesangon dan PMK. Kepadanya dapat diterimakan UPH, setelah melunasi kewajiban-
nya sebagaimana disebutkan dalam butir a c dan ayat 4 butir a & b (jika belum
dilunasi sebagian/seluruhnya).
6. Apabila Apoteker/pegawai apotek melanggar ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam
ayat 1, yakni memberikan obat tidak sesuai dengan resep Dokter, maka :
a. jika hidup pasien berada dalam bahaya atau sakitnya bertambah parah, atau meninggal
dunia akibat pemberian obat dari Apoteker/pegawai yang tidak sesuai dengan resep
Dokter, maka Apoteker/pegawai apotek yang bersangkutan, wajib bertanggung jawab
penuh atas tindakannya itu;
b. kepada Apoteker/pegawai apotek yang bersangkutan, Yayasan memutuskan hubungan
kerja dengannya, tanpa uang pesangon, uang PMK dan UPH.
7. Apabila Apoteker/pegawai apotek memberikan obat, bukan obat yang tersedia di apotek
(obat milik Unit), tetapi obat miliknya sendiri/orang lain demi memperoleh keuntungan
dirinya/orang lain, maka :
a. Apoteker/pegawai apotek yang bersangkutan wajib membayar kembali kepada Unit/
Yayasan, semua obat yang harusnya terpakai habis sepanjang Apoteker/pegawai Apo-
tek yang bersangkutan tersebut menggunakan obatnya sendiri/pihak lain dan tidak
menggunakan obat dari apotek yang menjadi kewajibannya yang harus dipenuhinya.
b. Selama 3 (tiga) bulan berturut-turut, fungsional Apoteker/pegawai apotek yang ber-
sangkutan tidak dibayarkan kepadanya.
c. kepada Apoteker/pegawai apotek yang bersangkutan diberikan surat peringatan/tegur-
an hanya 1 (satu) kali.
Pokok-pokok Kepegawaian 50

8. Apabila Apoteker/pegawai apotek yang bersangkutan tidak mengindahkan surat teguran/


peringatan tersebut dan masih tetap melakukan tindakan melawan ketentuan ayat 2
tersebut, maka :
a. Apoteker/pegawai apotek yang bersangkutan wajib membayar kembali kepada Unit/
Yayasan ditambah denda 100%, semua obat yang harusnya terpakai habis sepanjang
Apoteker/pegawai apotek tersebut menggunakan obatnya sendiri/pihak lain dan tidak
menggunakan obat dari apotek yang menjadi kewajibannya yang harus dipenuhinya
sebagaimana ditetapkan dalan surat perjanjian kerja sama dan / atau dalam peraturan
Yayasan.
b. Yayasan/Unit berhak menarik kembali semua sarana dan barang milik Yayasan/Unit
yang diberikan atau dipinjamkan kepadanya untuk membantu pelaksanaan tugas dan
tanggung jawabnya pada Unit/Yayasan.
c. apabila Apoteker/pegawai Apotek tersebut masih berhutang uang pada Unit/Yayasan,
maka ia wajib membayar/melunasi seluruh utangnya pada Unit/Yayasan.
d. Yayasan berhak memutuskan hubungan kerja dengan Apoteker/pegawai apotek yang
bersangkutan, dengan mengelurkan surat keputusan PHK. Apoteker/pegawai Apotek
tersebut tidak berhak atas uang pesangon dan PMK. Kepadanya dapat diterimakan
UPH, setelah melunasi kewajibannya sebagaimana disebutkan dalam butir a c dan
ayat 7 butir a & b (jika belum dilunasi sebagian/seluruhnya).

BAB XIV
Aturan Tambahan dan Penutup

Pasal 74
Aturan Tambahan

Hal-hal yang menyangkut kepegawaian dan atau pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab, hak dan kewajiban, pekerjaan dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan penye-
lenggaraan pelayanan kesehatan di lingkungan Yayasan Santo Lukas, yang mana belum dite-
tapkan dalam Peraturan tentang Pokok-pokok Kepegawaian ini, akan diatur lebih lanjut oleh
Pimpinan Yayasan dalam kebijakan-kebijakan tertentu, sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku.

P a s a l 75
Ketentuan Penutup

1. Pimpinan Yayasan memiliki kewenangan tertinggi untuk membuat dan menetapkan,


mengatur dan mengawasi pelaksanaan Peraturan tentang Pokok-pokok Kepegawaian
yang berlaku dalam lingkungan Yayasan Santo Lukas.
2. Pimpinan Yayasan melimpahkan wewenang dan menugaskan kepada Pimpinan Unit untuk
turut mengatur dan mengawasi pelaksanaan Peraturan tentang Pokok-pokok Kepegawai-
an yang berlaku dalam lingkungan Yayasan Santo Lukas, mulai sejak ditetapkan pember-
lakuannya oleh Pimpinan Yayasan. Aturan pelaksanaan pengawasan pada Unit dapat
disusun oleh Pimpinan Unit, namun tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang ber-
laku dan setelah mendapat persetujuan dari Pimpinan Yayasan.
3. Pimpinan Yayasan dapat pula melimpahkan kepada pihak Pemimpin Wilayah Perwakilan
Keuskupan Amboina (Wakil Uskup) dan atau seorang/beberapa orang Imam (yang ber-
ada pada wilayah/daerah di mana Unit kerja Yayasan menyelenggarakan pelayanan kese-
Pokok-pokok Kepegawaian 51

hatan), wewenang pengawasan dan fungsi kontrol terhadap pelaksanaan Peraturan ten-
tang Pokok-pokok Kepegawaian di Unit tersebut.
4. Dengan berlakunya peraturan Yayasan tentang Pokok-pokok Kepegawaian ini, maka buku
pedoman peraturan kepegawaian Yayasan St. Lukas tahun 1995 dan peraturan Yayasan
St. Lukas No. 10 tahun. 2004 tentang Hak dan Kewajiban Pegawai sebelumnya dinyata-
kan tidak berlaku lagi
5. Peraturan Yayasan tentang Pokok-pokok Kepegawaian diwajibkan bagi semua pegawai/
karyawan Yayasan dan Unit-unit kesehatan yang bernaung di bawah Yayasan St. Lukas.
Unit-unit kesehatan milik Yayasan Santo Lukas terdiri atas :
a. RS Ottoquic (Passo-Ambon); RS Hati Kudus (Langgur-Tual); RS Fatima (Saumlaki);
b. RB St. Melania (Larat); RB Lidewey Masohi;
c. BP Arui-MTB; BP Alusi Krawain-MTB; BP Cendrawasih (Dobo); BP Kabalsiang
(Aru); BP St. Yoseph (Katlarat-Kei Besar).
6. Peraturan Yayasan tentang Pokok-pokok Kepegawaian ini berlaku sejak tanggal ditetap-
kan dan berlaku untuk 2 (dua) tahun sebagai masa percobaan.

Ditetapkan di Ambon
Pada 01 Februari 2007

Pengurus Yayasan St. Lukas


Keuskupan Amboina

P. Simon Petrus Matruty, Pr.


Ketua

P. Matheus Nusmese, Pr. P. Yohanis D. Mangsombe, Pr.


Bendahara Sekretaris

Disetujui oleh
Pembina Yayasan Santo Lukas

Mgr. P.C. Mandagi, MSC. P. Yonas Atjas, Pr.


Ketua Anggota Pembina
Pokok-pokok Kepegawaian 52

Pengawas Yayasan Santo Lukas :

P. Yoppy Sumakud, MSC. P. Wilhelmus Zomer, MSC.


Ketua Pengawas Anggota Pengawas

Mewakili Pegawai/Karyawan
Yayasan Santo Lukas

Nn. Yuliana Tando. Ny. T.R.Y. Suranto.


Bag. Administrasi dan Bag. Keuangan dan
Personalia Yayasan. Kesejahteraan Pegawai Yayasan.
Pokok-pokok Kepegawaian 53

Anda mungkin juga menyukai