Anda di halaman 1dari 6

1

SISTEM DRAINASE PERKOTAAN


(REKAYASA, KENDALA REKAYASA DAN MANAJEMEN)

Vicha Ardhea Puspa Haji / I0612043


Perencanaan Wilayah dan Kota FT UNS

A. PENGERTIAN

Sebelumnya perlu kita ketahui terlebih dahulu bahwa ada perbedaan


pandangan mengenai konsep drainase. Konsep yang pertama yaitu bahwa drainase
diartikan hanya sebatas bagaimana mengalirkan air agar suatu daerah terbebas
dari genangan. Konsep ini mengabaikan sesuatu yang sejatinya justru sangat
penting, yaitu konservasi air. Dan inilah yang membedakan dengan konsep yang
kedua : bahwa dalam menjaga agar suatu daerah terbebas dari genangan, tidak
boleh hanya sebatas mengalirkan air ke daerah lain begitu saja, namun harus tetap
menjaga ketersedian air di daerah yang sedang diupayakan. Misalnya dengan
membuat sumur resapan, parit resapan, dan lain-lain.

Menurut Halim Hasmar, Drainase perkotaan yaitu ilmu drainase yang


mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan
kondisi lingkungan sosial-budaya yang ada di kawasan kota. Yang meliputi area :

a. Permukiman.

b. Kawasan industri dan perdagangan.

c. Kampus dan sekolah.

d. Rumah sakit dan fasilitas umum.

e. Lapangan olahraga.

f. Lapangan parkir.

g. Instalasi militer, listrik, telekomunikasi.

h. Pelabuhan udara.
2

Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini antara lain :

a. Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada


akumulasi air tanah.
b. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
c. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
d. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi
bencana banjir.

B. REKAYASA DRAINASE

Untuk memenuhi kebutuhan sistem drainase perkotaan, dibutuhkan


berbagai upaya yang sering kita dengar dengan istilah rekayasa drainase. Ada
banyak sekali macam rekayasa drainase. Semua ini terwujud karena semakin
berkembangnya teknologi diimbangi dengan pemikiran-pemikiran cerdik para
manusia, sehingga tercipta sistem yang mungkin bagi orang awam terkesan luar
biasa, karena dibutuhkan ketelitian ekstra dalam perancangannya.

Ada 2 kelompok besar sistem drainase, yaitu : sistem drainase permukaan


dan sistem drainase bawah tanah. Sistem drainase permukaan meliputi sistem
jaringan, baik saluran terbuka maupun saluran tertutup dalam pipa. Sedangkan
sistem drainase bawah tanah meliputi sumur resapan, parit resapan, dan lain-lain.
Yang mana dalam penerapannya, dibutuhkan gabungan dari dua kelompok
tersebut, yaitu : penggabungan sistem jaringan dan sistem resapan yang
membentuk suatu sistem drainase yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan.

Inilah yang disebut sistem drainase berdasar konservasi : berwawasan


lingkungan dan berkelanjutan. Tidak membuang keberlimpahan air begitu saja
namun juga mempertahankan ketersediaannya sehingga tercapai perimbangan
ketersediaan air (tidak tergenang ketika musim penghujan dan tidak kekeringan
ketika musim kemarau).
3

Macam Rekayasa Drainase


a. Waduk
b. Situ / Embung
c. Terasiring
d. Kolam Resapan
e. Parit Resapan
f. Sumur Resapan

Berbagai rekayasa tersebut dilakukan dengan tujuan terpenuhinya


kebutuhan sistem drainase suatu kota. Dengan berdasar konservasi, diharapkan
dapat menjaga siklus hidrologi sehingga tercapai keseimbangan dalam kehidupan.

C. BERBAGAI KENDALA

a. Terjadi Endapan
Penyebab terjadinya endapan diawali dengan terjadinya pelapukan.
Hal ini biasa terjadi karena pengelolaan daerah hulu sungai yang
kurang baik. Penebangan pohon di daerah hulu yang tidak terkendali
menyebabkan tanah di hulu tersebut tidak ada penahan, sehingga
terjadilah pelapukan. Hasil lapukan tersebut selanjutnya terbawa aliran
air menuju daerah yag lebih rendah untuk kemudian membentuk
endapan. Endapan ini sangat merugikan karena menyebabkan
pendangkalan sungai. Selain pendangkalan di sungai, bisa juga
menyebabkan pendangkalan di waduk. Waduk yang juga merupakan
komponen sistem drainase perkotaan, yang membantu menjaga daerah
perkotaan dari banjir, apabila terjadi pendangkalan karena banyaknya
endapan akan sangat mengganggu sistemnya, sehingga kapasitas air
yang dapat ditampung menurun sehingga meluap ke daerah sekitarnya.
4

b. Terdapat timbunan Sampah


Timbunan sampah sangat mengganggu sistem drainase, khususnya
timbunan sampah di daerah aliran sungai. Tabiat buruk masyarakat,
tanpa merasa berdosa membuang sampah di sungai, sebenarnya
mereka sedang berusaha mendorong dirinya sendiri menuju bencana.
Jelas saja, karena banyaknya timbunan sampah di daerah aliran sungai
akan menghambat laju sungai dan juga berkurangnya kapasitas sungai
dalam menampung air sehingga air yang seharusnya mengalir dalam
badan sungai tersebut menjadi meluap ke daerah sekitarnya. Bahkan
hal ini tidak saja dilakukan oleh masyarakat kota, masyarakat desa yag
notabene memiliki area yang cukup untuk tempat mereka membuang
sampah pun lebih hobi membuang sampah ke sungai karena cepat
hilang (terbawa arus, sehingga mereka tidak melihat sampah-sampah
itu lagi). ironinya, sesaji pun banyak dibuang ke sungai, saya pernah
melihatnya sendiri, hanya mengelus dada tanpa tau maksud mereka
melakukan itu semua.

c. Penyumbatan, kerusakan, penyalahgunaan saluran dan bangunan


Menurut saya, kendala ini masih sangat berhubungan dengan tingkah
manusia. Banyak manusia yang demi memperoleh keuntungan pribadi
dan bersifat sesaat, rela merusak utilitas publik ini (sistem drainase).
Pembangunan saluran yang ala kadarnya karena banyak dana yang
masuk kantong sendiri membuat kualitas saluran buruk sehingga
banyak terjadi kerusakan bahkan runtuhan yang menyebabkan
penyumbatan.

d. Peningkatan debit akibat perubahan tata guna lahan


Lagi-lagi manusia. Di satu sisi manusia lah yang mengusahakan apa
yang mereka sebut konservasi air, dengan membangun berbagai
komponen sistem drainase. Namun di sisi lain, mereka juga yang justru
tidak mengindahkan apa yang sedang mereka usahakan tersebut.
Pembangunan dimana-mana, seolah semua orang menginginkan
5

semuanya menjadi kot. Lahan pertanian kian hari kian menipis. Tidak
ada yang peduli mengenai fenomena ini. diperbincangkan dimana-
mana tapi hanya selesai sebagai obrolan yang akhir-akhir ini selalu
hangat, bahkan hanya selesai di atas kertas seperti ini. terus saja, area
resapan air semakin menipis, semakin menipis, semakin menipis....
sehingga run off semakin tinggi. Bertentangan dengan konsep drainase
: memperkecil run off, memperbesar infiltrasi.

Masih ada beribu kendala rekayasa drainase yang tidak bisa saya tuliskan
semuanya disini. Pada intinya, sebagai manusia kita harus mawas diri, sadar siapa
kita dan mengapa kita diciptakan : tidak lain untuk menyejahterakan bumi ini.
sehingga kita akan tahu apa yang seharusnya kita lakukan.

D. MANAJEMEN

Penyediaan sistem jaringan drainase perkotaan, terdiri dari empat


macam, yaitu :

1. Sistem Drainase Utama


Sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan sebagian besar
warga masyarakat kota.
2. Sistem Drainase Lokal
Sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan sebagian kecil
warga masyarakat kota.
3. Sistem Drainase Terpisah
Sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan
terpisah untuk air permukaan atau air limpasan.
4. Sistem Gabungan
Sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan yang
sama, baik untuk air genangan atau air limpasan yang telah diolah.
6

Menurut saya, semua itu merupakan upaya manajemen sistem drainase


perkotaan. Dengan membagi menjadi berbagai sistem menurut penggunaannya
tersebut, akan sangat membantu dalam pengelolaannya.

Seiring dengan pertumbuhan penduduk perkotaan yang amat pesat di


Indonesia, permasalahan drainase semakin meningkat pula pada umumnya
melampaui kemampuan penyediaan prasaranadan sarana perkotaan. Akibatnya
permasalahan banjir atau genangan semakin meningkat pula.

Pada umumnya penanganan sistem drainase di banyak kota di Indonesia masih


bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir dan genangan
secara tuntas.

Pengelolaan drainase perkotaan harus dilaksanakan secara menyeluruh,


dimulai dari tahap Survey, Investigation (investigasi), Design (perencanaan), Land
Acquisation (pembebasan lahan), Construction (konstruksi), Operation (operasi)
dan Maintenance (pemeliharaan), serta ditunjang dengan peningkatan
kelembagaan, pembiayaan serta partisipasi masyarakat. Peningkatan pemahaman
mengenai sistem drainase kepada pihak yang terlibat baik pelaksana maupun
masyarakat perlu dilakukan secara berkesinambungan. Terintegrasinya semua
hubungan dan aktivitas dari pihak-pihak tersebut akan menyokong membaiknya
sistem drainase perkotaan di negeri ini.

Terdapat undang-undang yang mengatur sistem drainase, yaitu UU RI


No. 38 tahun 2007, dimana disana terdapat tabel pembagian urusan pemerintahan
bidang pekerjaan umum sub bidang drainase. Hal ini juga merupakan salah satu
wujud manajemen tata kelola sistem drainase.

Anda mungkin juga menyukai