TINJAUAN PUSTAKA
Mycobacterium leprae yang terjadi pada kulit dan saraf tepi. Manifestasi klinis dari
penyakit ini sangat bervariasi dengan spektrum yang berada diantara dua bentuk klinis
yaitu lepromatosa dan tuberkuloid. Pada penderita kusta tipe lepromatosa menyerang
saluran pernafasan bagian atas dan kelainan kulit berbentuk nodula, papula, makula dan
dalam jumlah banyak. Pada penderita kusta tipe tuberkuloid lesi kulit biasanya tunggal
Menurut sejarah pemberantasan penyakit kusta di dunia dapat kita bagi dalam 3
zaman yaitu :
1. Zaman Purbakala
Penyakit kusta dikenal hampir 2000 tahun SM. Hal ini dapat diketahui dari
peninggalan sejarah seperti di Mesir, di India 1400 SM, istilah kusta yang sudah dikenal
Pada zaman purbakala tersebut telah terjadi pengasingan secara spontan penderita
merasa rendah diri dan malu, disamping masyarakat menjauhi penderita karena merasa
feodal yang berlaku di Eropa mengakibatkan masyarakat sangat patuh dan takut terhadap
penguasa dan hak asasi manusia tidak mendapat perhatian. Demikian pula yang terjadi
pada penderita kusta yang umumnya merupakan rakyat biasa. Pada waktu itu penyebab
penyakit dan obat-obatan belum ditemukan maka penderita diasingkan lebih ketat dan
hidup.
3. Zaman Modern
Dengan ditemukannnya kuman kusta oleh Gerhard Amaeur Hansen pada tahun
1873, maka mulailah era perkembangan baru untuk mencari obat anti kusta dan usaha
penanggulangannya.
pengobatan yang tadinya dilakukan secara isolasi, secara bertahap dilakukan dengan
a. Pada tahun 1951 dipergunakan Diamino Diphenyl Sulfone (DDS) sebagai pengobatan
penderita kusta.
c. Sejak tahun 1982 Indonesia mulai menggunakan obat kombinasi Multidrug Therapy
batang panjang, sisi paralel dengan kedua ujung bulat, ukuran 0,3-0,5 mikron x 1-8
mikron. Basil ini berbentuk batang gram positif, tidak bergerak, tidak berspora, dapat
tersebar atau dalam berbagai ukuran bentuk kelompok. Pada pemeriksaan langsung
secara mikroskopis, tampak bentukan khas adanya basil yang mengerombol seperti ikatan
cerutu, sehingga disebut packet of cigars (globi).12 Basil ini diduga berkapsul tetapi rusak
pada pewarnaan menggunakan karbon fukhsin. Organisme tidak tumbuh pada perbenihan
buatan.13
Penyakit kusta bersifat menahun karena bakteri kusta memerlukan waktu 12-21
hari untuk membelah diri dan masa tunasnya rata-rata 2-5 tahun.12,14
2.2.1. Pewarnaan15
Untuk pewarnaan kuman kusta (Basil Tahan Asam) sering dipakai metode Ziehls
b. Dipanaskan sampai keluar uap (tidak boleh mendidih) biarkan selama 3-5 menit.
d. Preparat dimasukkan dalam tabung berisi asam alkohol selama 3-5 detik sampai
Untuk penilaian hasil pemeriksaan kuman pada sediaan apus (preparat) digunakan
Indeks Bakteri (Bacterial Index = BI) dan Indeks Morfologi (Morphological Index = MI).
Indeks Bakteri merupakan ukuran semikuantitatif kepadatan BTA dalam sediaan apus.
Kegunaan BI adalah untuk membantu menentukan tipe penyakit kusta dan menilai hasil
pengobatan.
Jumlah M. leprae yang berbentuk utuh atau solid per 100 Mycobacterium leprae
a. Bentuk utuh (solid) dengan dinding yang tidak terputus dan menyerap zat warna
secara merata
d. Bentuk globus : sejumlah kuman kusta (50 200 kuman) yang utuh (solid) atau
Penderita lepra memberikan hasil negatif pada tes kulit yang dilakukan dengan
penyuntikan intrakutan dari antigen yang dibuat dari nodul lepromatous. Tes ini disebut
tes lepromin.15
Tes lepromin merupakan tes imunologi yang spesifik dan digunakan untuk:
Reaksi timbul cepat dalam kurun waktu 24-48 jam. Dikatakan positif bila terdapat
eritema (kemerahan) dan indurasi, dan dikatakan negatif bila hanya timbul eritema
Hasil positif apabila terdapat papula kecil yang timbul setelah 7-10 hari, kemudian
berubah menjadi papula besar dan selanjutnya menjadi nodul dengan diameter 1 cm.
Hasil negatif, apabila tidak ada reaksi lokal, atau reaksi lokal yang positif berubah
menjadi negatif. Reaksi yang tertunda (delayed reaction) ini disebabkan adanya basil
Penyakit kusta dapat menyerang semua orang. Laki-laki lebih banyak terkena
wanita lebih banyak daripada laki-laki. Faktor fisiologik seperti pubertas, menopause,
kehamilan, serta faktor infeksi dan malnutrisi dapat meningkatkan perubahan klinis
penyakit kusta.2
Menurut penelitian yang dilakukan Posmaria Naibaho (2001) di Rumah Sakit Kusta
Pulau Sicanang Medan Belawan Sumatera Utara ditemukan 108 penderita kusta, dengan
proporsi penderita laki-laki 61,10% dan penderita perempuan 38,90%.8 Hasil penelitian
yang dilakukan Nurlaya Hutahayan (2008) di Rumah Sakit Kusta Hutasalem Laguboti
terdapat 125 penderita kusta, dengan proporsi penderita laki-laki 58,40% dan penderita
perempuan 41,60%.9
di bawah umur 14 tahun didapatkan 13 %, tetapi anak di bawah umur 1 tahun jarang
sekali. Frekuensi tertinggi terdapat pada kelompok umur antara 25-35 tahun.17
Menurut penelitian yang dilakukan Posmaria Naibaho (2001) di Rumah Sakit Kusta
Pulau Sicanang Medan Belawan Sumatera Utara ditemukan 108 penderita kusta dengan
8
golongan umur terbanyak adalah golongan umur 17-24 tahun (proporsi 30,60%).
Hutasalem Laguboti ditemukan 125 penderita kusta dengan golongan umur terbanyak
2.3.2. Distribusi dan Frekuensi Penyakit Kusta Menurut Waktu dan Tempat
Diantara 122 negara yang endemis pada tahun 1985, 98 negara telah mencapai eliminasi
kusta yaitu angka prevalensi < 1/10.000 penduduk. Lebih dari 10.000.000 penderita telah
disembuhkan dengan Multidrug Therapy (MDT) pada akhir tahun 1999 dan 641.091
Pada tahun 2003, Penderita terdaftar di Indonesia pada akhir Desember 2003
sebanyak 18.312 penderita yang terdiri dari 2.814 penderita kusta tipe PB (proporsi
15,36%) dan 15.498 penderita kusta tipe MB (proporsi 84,64%) dengan angka prevalensi
86 per 1.000.000 penduduk yang terdapat di 10 propinsi, yaitu : Jawa Timur, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Papua, NAD, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, Maluku
Pada tahun 2005 di Sumatera Utara terdapat 286 kasus tercatat penderita kusta
yang terdiri 254 orang yang terdiri dari 32 penderita kusta tipe PB (proporsi 11,19%) dan
Kusta Pulau Sicanang Medan Belawan Sumatera Utara ditemukan 108 penderita kusta
yang terdiri dari 33 penderita kusta tipe PB (proporsi 30,60%) dan 75 penderita kusta tipe
MB (proporsi 69,40%).8
Hutasalem Laguboti ditemukan 125 penderita kusta yang terdiri dari 48 penderita kusta
a. Host
Hanya manusia satu-satunya sampai saat ini dianggap sebagai sumber penularan
walaupun kuman kusta dapat hidup pada Armadillo, Simpanse dan pada telapak kaki
Tempat masuk kuman kusta ke dalam tubuh host sampai saat ini belum dapat
dipastikan. Diperkirakan cara masuknya adalah melalui saluran pernafasan bagian atas
dan melalui kontak kulit yang tidak utuh. Suatu kerokan hidung dari penderita tipe
Lepromatosa yang tidak diobati menunjukkan jumlah kuman sebesar 104-107. Dan telah
terbukti bahwa saluran nafas bagian atas dari penderita tipe Lepromatosa merupakan
Sebagian besar manusia kebal terhadap penyakit kusta (95%). Dari hasil
Lingkungan (Ditjen P2M & PL) (1996) menunjukkan gambaran sebagai berikut:
Dari 100 orang yang terpapar: 95 orang tidak menjadi sakit, 3 orang sembuh sendiri tanpa
diobati, 2 orang menjadi sakit, hal ini belum lagi memperhitungkan pengaruh
pengobatan.
terbesar yang telah atau akan menjadi resisten terhadap kuman kusta.
b. Host yang mempunyai kekebalan rendah terhadap kuman kusta, bila menderita
c. Host yang tidak mempunyai kekebalan terhadap kuman kusta yang merupakan
b. Agent
ditemukan oleh Gerhard Amaeur Hansen pada tahun 1873. Mycobacterium leprae hidup
intraseluler dan mempunyai afinitas yang besar pada sel saraf (Schwan Cell) dan sel dari
Waktu pembelahan sangat lama, yaitu 2-3 minggu. Di luar tubuh manusia (dalam
kondisi tropis) kuman kusta dapat bertahan sampai 9 hari. Pertumbuhan optimal dari
menentukan tipe/klasifikasi penyakit kusta yang diderita. Penentuan tipe penyakit kusta
pada seorang penderita disebut klasifikasi penyakit kusta. Klasifikasi penyakit kusta
bertujuan untuk menentukan jenis dan lamanya pengobatan penyakit, waktu penderita
a. Indeterminate (I)
Terdapat kelainan kulit berupa makula berbentuk bulat yang berjumlah 1 atau 2. batas
lokasi dipantat, kaki, lengan, punggung pipi. Permukaan halus dan licin.
b. Tuberkuloid (T)
Terdapat makula atau bercak tipis bulat yang tidak teratur dengan jumlah lesi 1 atau
c. Borderline (B)
Kelainan kulit bercak agak menebal yang tidak teratur dan tersebar. Batas lokasi sama
dengan Tuberkuloid.
d. Lepromatosa (L)
Kelainan kulit berupa bercak-bercak menebal yang difus, bentuk tidak jelas.
tempat terutama pada wajah dan lengan, kecuali: ketiak, kulit kepala (scalp),
perineum dan selangkangan. Batas lesi jelas berbeda dengan warna kulit disekitarnya.
Gejala pada lepra tipe BT sama dengan tipe TT, tetapi lesi lebih kecil, tidak disertai
memberikan hasil negatif. Lesi kulit berbentuk tidak teratur, terdapat satelit yang
mengelilingi lesi, dan distribusi lesi asimetris. Bagian tepi dari lesi tidak dapat
dibedakan dengan jelas terhadap daerah sekitarnya. Gejala-gejala ini disertai adanya
adenopathi regional.19
Lesi pada tipe ini berupa macula dan nodul papula yang cenderung asimetris.
Kelainan syaraf timbul pada stadium lanjut. Tidak terdapat gambaran seperti yang
terjadi pada tipe lepromatous yaitu tidak disertai madarosis, keratitis, uslserasi
lesi menyebar simetris, mengkilap berwarna keabu-abuan. Tidak ada perubahan pada
produksi kelenjar keringat, hanya sedikit perubahan sensasi. Pada fase lanjut terjadi
madarosis (rontok) dan wajah seperti singa, muka berbenjol-benjol (facies leonine)19
a. Tipe PB (Pausibasiler)
Kusta tipe PB adalah penderita kusta dengan Basil Tahan Asam (BTA) pada
tuberculoid) menurut kriteria Ridley dan Jopling dan hanya mempunyai jumlah lesi
antara 1-5 pada kulit. Kusta tipe PB adalah tipe kusta yang tidak menular.
b. Tipe MB (Multibasiler)
lepromatous) dan LL (lepromatosa) menurut kriteria Ridley dan Jopling dengan jumlah
lesi 6 atau lebih dan skin smear positif. Kusta tipe MB adalah tipe yang dapat menular.
Gambar 2.6. Penderita Kusta Tipe PB Gambar 2.7. Penderita Kusta Tipe MB
bawah ini :
rasa
bilateral asimetris
sudah lanjut
2. Infiltrat
(hidung tersumbat,
2.5.1. Pengertian2
Reaksi kusta atau reaksi lepra adalah suatu episode dalam perjalanan kronis
penyakit kusta yang merupakan suatu reaksi kekebalan (seluler respon) atau reaksi
Reaksi ini dapat terjadi pada penderita sebelum mendapat pengobatan maupun
sesudah pengobatan. Namun sering terjadi pada 6 bulan sampai 1 tahun sesudah memulai
pengobatan.
2. Kurang gizi
Jenis reaksi sesuai proses terjadinya dibedakan atas 2 tipe yaitu: reaksi tipe I dan
reaksi tipe II
Terjadi pada penderita tipe PB maupun MB dan kebanyakan terjadi pada 6 bulan
pertama pengobatan, reaksi tipe I terjadi akibat meningkatnya respon kekebalan seluler
1) Gejala-gejala
Gejala reaksi dapat dilihat pada perubahan lesi kulit, neuritis (nyeri tekan pada
saraf), gangguan fungsi saraf tepi dan kadang-kadang gangguan keadaan umum
penderita (konstitusi).
2) Menurut keadaan reaksi, maka reaksi kusta tipee I ini dapat dibedakan menjadi
Terjadi pada penderita tpe MB dan merupakan reaksi humoral, dimana kuman
kusta yang utuh maupun tidak utuh menjadi antigen. Tubuh membentuk antibodi dan
1) Gejala
Gejala reaksi dapat dilihat pada perubahan lesi, neuritis (nyeri tekan) dan
gangguan fungsi saraf tepi, gangguan konstitusi dan komplikasi pada organ tubuh.
berat.
3) Perjalanan reaksi
terjadi akibat gangguan fungsi saraf pada mata, tangan atau kaki. Namun, orang-orang
yang cacat akibat kusta dicap seumur hidup sebagai penderita kusta walaupun
sembuh dari penyakit. Sementara sebenarnya hampir semua cacat dapat dicegah.
Terjadinya cacat tergantung dari fungsi saraf, serta saraf mana yang rusak.
(misalnya mata)
WHO (1988) membagi tingkat cacat kusta menjadi tiga tingkat, yaitu:
a. Tingkat 0
Jika mata , tangan atau kaki tetap utuh, maka dinyatakan tingkat cacat 0
b. Tingkat 1
Jika ada cacat pada mata, tangan atau kaki akibat kerusakan saraf karena penyakit
kusta, tetapi cacat itu tidak kelihatan, maka dinyatakan tingkat cacat 1.
Anastesi mata tidak dilakukan pemeriksaan. Kelemahan otot masuk cacat 1 kecuali
mata.
c. Tingkat 2
Jika ada cacat akibat kerusakan saraf dan cacat itu kelihatan (borok, luka, jari kiting,
lunglai, pemendekan, mata tidak dapat menutup erat, luka pada kornea) maka
Yang tidak termasuk hitungan ialah semua cacat atau kelainan pada kulit saja atau yang
terjadi bukan akibat penyakit kusta, yaitu : luka biasa (pada tangan atau kaki yang tidak
mati rasa), alis mata menipis (madarosis), hidung pelana, mati rasa selain pada telapak
( pada kulit umum atau pada bercak); kiting, kelemaham otot atau kehilangan jari yang
Penyakit kusta adalah penyakit yang memberi stigma yang sangat besar besar
pada masyarakat, sehingga penderita kusta menderita tidak hanya kerena penyakitnya
saja, juga dijauhi atau dikucilkan oleh masyarakat. Hal tersebut sebenarnya lebih banyak
disebabkan karena cacat tubuh yang tampak menyeramkan. Cacat tubuh tersebut
sebenarnya lebih banyak disebabkan karena cacat tubuh yang tampak menyeramkan.
Cacat tubuh tersebut sebenarnya dapat dicegah apabila diagnosis dan penanganan
penyakit dilakukan secara dini. Demikian pula diperlukan pengetahuan berbagai hal yang
anak dari orang tua yang teinfeksi diberikan kemoprofilaksis dengan sulfon sampai orang
tua tidak infeksius lagi. Jika salah satu anggota dalam keluarga menderita lepra
tersebut.13
kemauan dan kemampuan masyarakat oleh petugas kesehatan sehingga masyarakat dapat
telah memiliki faktor resiko agar tidak sakit..20 Tujuan dari pencegahan primer adalah
deteksi dini adanya penyakit kusta dan penggerakan peran serta masyarakat untuk segera
diri ke puskesmas.
orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit dan menghindari
mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit yaitu melalui diagnosis dini dan
pemberian pengobatan.21
Pencegahan sekunder ini dapat dilakukan dengan melakukan diagnosis dini dan
pemeriksaan neuritis, deteksi dini adanya reaksi kusta, pengobatan secara teratur melalui
Dapat disertai rasa nyeri dan juga dapat disertai atau tanpa gangguan fungsi saraf.
Gangguan fungsi saraf ini merupakan akibat dari peradangan kronis saraf tepi (neuritis
Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit (BTA Positif).
Seseorang dinyatakan sebagai penderita kusta bilamana terdapat satu dari tanda-
tanda utama di atas. Apabila hanya ditemukan cardinal sign ke-2 dan petugas ragu perlu
dirujuk kepada WASOR atau ahli kusta, jika masih ragu orang tersebut dianggap sebagai
b. Kulit mengkilap
a. Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota badan atau muka.
seseorang yang sakit sehingga menjadi manusia yang lebih berdaya guna, produktif,
mengikuti gaya hidup yang memuaskan dan untuk memberikan kualitas hidup yang
meliputi:
Pencegahan cacat kusta jauh lebih baik dan lebih ekonomis daripada
penanggulangannya. Pencegahan ini harus dilakukan sedini mungkin, baik oleh petugas
terjadinya kontraktur.
3) Bedah rekonstruksi untuk koreksi otot yang mengalami kelumpuhan agar tidak
otot. 2,17
rehabilitasi ekonomi. Usaha rehabilitasi medis yang dapat dilakukan untuk cacat tubuh
ialah antara lain dengan jalan operasi dan fisioterapi. Meskipun hasilnya tidak sempurna
Cara lain adalah kekaryaan, yaitu memberi lapangan pekerjaan yang sesuai cacat
tubuhnya, sehingga dapat berprestasi dan dapat meningkatkan rasa percaya diri, selain itu
Pada tahun 1991 World Health Assembly telah mengeluarkan suatu resolusi yaitu
eliminasi kusta pada tahun 2000. Indonesia sebagai anggota Organisasi Kesehatan
Suatu kenyataan bahwa kusta tersebar di Indonesia secara tidak merata dan
penderita.
Eliminasi kusta di Indonesia yang ditargetkan tahun 2000 sudah dicapai secara
nasional pada pertengahan tahun 2000, namun demikian pada tingkat propinsi dan
kabupaten masih banyak yang belum mencapai eliminasi. Sampai akhir desember 2003,
baru 18 dari 30 propinsi dan 325 dari 440 Kabupaten yang dapat mencapai eliminasi.
3. Memberikan perawatan dan pelayanan rehabilitasi yang tepat pada orang yang
rendah sehingga proporsi anak dan kecacatan tingkat 2 kurang dari 5%.
3. menurunkan proporsi penderita yang cacat pada mata tangan dan kaki setelah
dukungan sistem rujukan ke rumah sakit umum dan rumah sakit khusus untuk
penunjangnya.
2.8.3. Kebijakan2
cuma-cuma.
penderita serta mencegahkan timbulnya cacat. Untuk mencapai tujuan itu sampai
sekarang strategi pokok yang dilakukan masih didasarkan atas deteksi dini dan
pengobatan penderita, yang tampaknya masih tetap diperlukan walaupun nanti vaksin
kusta yang efektif telah tersedia. Sejak dilaporkan adanya resistensi terhadap dapson baik
kombinasi yang terdiri paling tidak dua obat antikusta yang efektif. 12,18
kusta dengan rejimen MDT-WHO. Regimen ini terdiri atas kombinasi obat-obat dapson,
rifampisin, dan klofasimin. Selain itu mengatasi resistensi dapson yang semakin
penderita dan menurunkan angka putus-obat (dro-out) yang cukup tinggi pada masa
monoterapi dapson. Disamping itu diharapkan juga dengan MDT dapat mengeliminasi
Untuk kusta tipe PB, terdiri atas kombisnasi rifampisin dan dapson.
1. Rifampicin 600 mg/bulan dan DDS 100 mg / hari ditelan di depan petugas.
c. Lama pengobatan
Untuk kusta tipe MB, terdiri atas kombinasi rifampisin, dapson, klofazimin
(lamprene).
2. Lamprene 50 mg / hari
dalam masa pengamatan (control) yaitu: penderita dikontrol secara klinik dan
bakterioskopik minimal sekali setahun selama 5 tahun untuk penderita kusta multibasiler
dan dikontrol secara klinik sekali setahun selama 2 tahun untuk penderita kusta
pausibasiler. Bila pada masa tersebut tidak ada keaktifan, maka penderita dinyatakan