http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/s1hukum08/204711048/bab2.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18893/3/Chapter%20II.pdf
Jenis Prostitusi
Coleman, Butcher, dan Carson (1995) menyatakan ada 4 macam pelacuran yaitu
sebagai berikut:
Hubungan heteroseksual dimana pihak perempuan menerima bayaran
Hubungan heteroseksual dimana pihak laki-laki menerima bayaran
Pelacuran homoseksual dimana seorang lelaki menawarkan layanan pada
lelaki lain
Pelacuran homoseksual dimana seorang perempuan menawarkan
layanan pada perempuan lain.
http://eprints.uny.ac.id/9718/2/Bab%202%20-07104241010.pdf
Sejarah Singkat Gang Dolly
Dolly juga menjelma menjadi kekuatan dan sandaran hidup bagi penduduk di
sana. Terdapat lebih dari 800 wisma esek-esek, kafe dangdut dan panti pijat plus
yang berjejer rapi. Setidaknya setiap malam sekitar 9.000 lebih penjaja cinta,
pelacur di bawah umur, germo, ahli pijat siap menawarkan layanan kenikmatan
kepada para pengunjung.
Tidak hanya itu, Dolly juga menjadi tumpuan hidup bagi ribuan pedagang kaki
lima, tukang parkir, dan calo prostitusi. Semua saling berkait menjalin sebuah
simbiosis mutualisme.
Kisah lain tentang Dolly juga pernah ditulis Tjahjo Purnomo dan Ashadi Siregar
dalam buku berjudul "Dolly: Membedah Dunia Pelacuran Surabaya, Kasus
Kompleks Pelacuran Dolly" yang diterbitkan Grafiti Pers, April 1982. Dalam buku
itu disebutkan dulu kawasan Dolly merupakan makam Tionghoa, meliputi wilayah
Girilaya, berbatasan dengan makam Islam di Putat Gede.
Baru sekitar tahun 1966 daerah itu diserbu pendatang dengan menghancurkan
bangunan-bangunan makam. Makam China itu tertutup bagi jenazah baru, dan
kerangka lama harus dipindah oleh ahli warisnya. Ini mengundang orang
mendapatkan tanah bekas makam itu, baik dengan membongkar bangunan
makam, menggali kerangka jenazah, atau cukup meratakan saja.
Setahun kemudian, 1967, muncul seorang pelacur wanita bernama Dolly Khavit
di kawasan makam Tionghua tersebut. Dia kemudian menikah dengan pelaut
Belanda, pendiri rumah pelacuran pertama di jalan yang sekarang bernama
Kupang Gunung Timur I. Wisma miliknya antara lain bernama T, Sul, NM, dan
MR. Tiga di antara empat wisma itu disewakan pada orang lain. Demikian asal
muasal nama Dolly.
Dolly semakin berkembang pada era tahun 1968 dan 1969. Wisma-wisma yang
didirikan di sana semakin banyak. Adapun persebarannya dimulai dari sisi jalan
sebelah barat, lalu meluas ke timur hingga mencapai sebagian Jalan Jarak.
Belakangan, ramai dibicarakan bahwa tempat prostitusi ini bakal ditutup oleh
pemerintah setempat. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menjadi salah satu
aktor utama yang ingin jika tempat-tempat lokalisasi di kawasan Surabaya
ditutup. Alasannya, lokalisasi selalu menjadi muara kasus human trafficking yang
kian menjadi akhir-akhir ini.