Anda di halaman 1dari 36

JKN

Program Jaminan Kesehatan Nasional disingkat Program JKN adalah suatu


program Pemerintah dan Masyarakat/Rakyat dengan tujuan memberikan kepastian
jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk
Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera

http://www.jamsosindonesia.com/sjsn/Program/program_jaminan_kesehatan

BPJS

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) adalah badan


hukum publik yang bertanggungjawab kepada Presiden dan berfungsi
menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia
termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia.

http://www.jamsosindonesia.com/teropong/subdetail/bpjs-kesehatan_397/definisi-
bpjs-kesehatan-_24

Tujuan JKN

Mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan kesehatan yang layak


bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya sebagai pemenuhan
kebutuhan dasar hidup penduduk Indonesia.(UU No. 24 Tahun 2011 Pasal 3)

http://www.jamkesindonesia.com/topik/detail/asas--tujuan-dan prinsip

Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan mendorong


partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN).

Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan yang


efektif, efisien dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan yang optimal
dengan fasilitas kesehatan.
Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana BPJS
Kesehatan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel untuk
mendukung kesinambungan program.

Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-prinsip tata


kelola organisasi yang baik dan meningkatkan kompetensi pegawai untuk
mencapai kinerja unggul.

Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan


evaluasi, kajian, manajemen mutu dan manajemen risiko atas seluruh
operasionalisasi BPJS Kesehatan.

Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan komunikasi


untuk mendukung operasionalisasi BPJS Kesehatan.

http://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2010/2

Apa itu JKN dan BPJS Kesehatan dan apa bedanya?

JKN merupakan program pelayanan kesehatan terbaru yang merupakan


kepanjangan dari Jaminan Kesehatan Nasional yang sistemnya menggunakan
sistem asuransi. Artinya, seluruh warga Indonesia nantinya wajib menyisihkan
sebagian kecil uangnya untuk jaminan kesehatan di masa depan.

Bagaimana dengan rakyat miskin? Tidak perlu khawatir, semua rakyat miskin atau
PBI (Penerima Bantuan Iuran) ditanggung kesehatannya oleh pemerintah.
Sehingga tidak ada alasan lagi bagi rakyat miskin untuk memeriksakan
penyakitnya ke fasilitas kesehatan.

Sementara BPJS adalah singkatan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. BPJS
ini adalah perusahaan asuransi yang kita kenal sebelumnya sebagai PT Askes.
Begitupun juga BPJS Ketenagakerjaan merupakan transformasi dari Jamsostek
(Jaminan Sosial Tenaga Kerja).
Antara JKN dan BPJS tentu berbeda. JKN merupakan nama programnya,
sedangkan BPJS merupakan badan penyelenggaranya yang kinerjanya nanti
diawasi oleh DJSN (Dewan Jaminan Sosial Nasional).

Jaminan Kesehatan Nasional Kementrian Kesehatan terus menggalakkan


peningkatan derajat kesehatan rakyat seluruh Indonesia. Dan termasuk salah satu
programmnya adalah dengan JKN tahun 2014 ini.

Menteri kesehatan Indonesia Nafsiah Mboi mensosialisasikan program Jaminan


Kesehatan Nasional (JKN) kepada 129 tenaga kesehatan (nakes) teladan. Di
hadapan ratusan tenaga kesehatan, Nafsiah mengatakan JKN akan diberlakukan
pada 1 Januari 2014.

Jenis asuransi kesehatan di Indonesia ini banyak macamnya. Dari asuransi


jaminan kesehatan yang diperoleh dari Pemerintah untuk rakyatnya dan juga
jaminan kesehatan dari perusahaan atau pun tempat kerja yang bekerja sama
dengan pihak asuransi kesehatan swasta lainnya. Ada juga yang menamakan
jaminan kesehatan ini dengan jaminan sosial yang juga dilindungi oleh Undang-
Undang kita. Untuk itulah marilah kita bersama mengenal akan jaminan
kesehatan di Indonesia ini yang terdiri dari baragam macam dan jenisnya.

Jaminan sosial dan jaminan kesehatan telah diatur dalam Undang-undang


yaitu Undang-undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Pengertian jaminan sosial adalah merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial
untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup dan
pekerjaan yang layak. Jaminan sosial dalam hal ini berhubungan dengan
kompensasi dan program kesejahteraan yang diselenggarakan pemerintah untuk
rakyatnya.

Sedangkan pengertian jaminan kesehatan adalah sebuah bentuk jaminan yang


berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
pelayanan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayar oleh pemerintah.
Di Indonesia ada badan yang mengatur dan sebagai penyelenggara jeminan sosial
dan kesehatan yaitu dikenal dengan istilah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS). Dan yang termasuk dalam BPJS ini ada beberapa jaminan kesehatan yaitu
diantaranya adalah sebagai barikut : ASKES (Asuransi Kesehatan Indonesia).
JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja). ASABRI (Asuransi Sosial Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia). TASPEN (Tabungan dan Asuransi Pegawai
Negeri).

DEFENISI JAMKESDA
Jamkesda adalah semacam jaminan kesehatan bagi orang2 tidakmampu..mirip
seperti Jamsostek ato Askes, tp yg ini khusus. kaloJamkesmas bisa digunakan tidak
hanya sekali, tp kalau Jamkesda hanyauntuk sekali dan hanya berlaku untuk
wilayah dimana dia tinggal saja.

JAMKESMAS
JAMKESMAS adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi
masyarakat bagimasyarakat miskin dan tidak mampu.2. TujuanTujuan dari
JAMKESMAS dibagi menjadi dua, yaitu :a. Tujuan umum yaitu terselenggaranya
akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruhmasyarakat miskin dan tidak
mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secaraefektif dan
efisien.b. Tujuan khususnya yaitu meningkatkan cakupan masyarakat dan
tidak mampu yang mendapatpelayanan kesehatan di puskesmas serta jaringannya
dan di Rumah Sakit, serta meningkatkan kualitaspelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin.3. SasaranSasaran program JAMKESMAS ini adalah
masyarakat miskin tidak mampu diseluruh indonesia dan yangtidak termasuk
sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya.

PT Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES)


Bagi para pegawai negeri dan juga Calon Pegawai Negeri (CPNS) akan
mempunyai asuransi kesehatan jenis ini. Perusahaan ini memberikan asuransi
kesehatan kepada seluruh pegawainya, baik pegawai negeri sipil maupun non sipil
yang bisa mengikuti program asuransi kesehatan ini dalam bentuk yang sedikit
berbeda.

ASKES adalah penyelenggara jaminan pemeliharaan atau asuransi kesehatan bagi


Pegawai Negri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis
Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya.

Seluruh keluarga dari pegawai tersebut akan mendapatkan asuransi jiwa selama
hingga usia mereka 21 tahun, dan untuk pegawai itu sendiri mereka mendapatkan
asuransi jiwa selama seumur hidup mereka. Aturan terbaru dari ASKES mengenai
jaminan kesehatan keluarga bertambah, dari semula empat orang (suami, istri dan
dua anak) sekarang bertambah menjadi berjumlah lima orang yaitu (suami, istri
dan tiga anak).

Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK).


Jamsostek ini pada umumnya dimiliki oleh para pekerja di suatu tempat
perusahaan atau pun tempat kerja lainnya yang menjalin kerjasama dengan
jamsostek tersebut. Dalam tiap bulannya para pekerja akan mendapat potongan gaji
untuk membayar jamsostek dan nantinya manfaat dari jamsostek tersebut akan
dapat dinikmati dan digunakan oleh para pesertanya.

Undang-undang yang mengatur pelaksanaan jasmostek ini adalah pasal 3 ayat 2


dan pasal 4 ayat 1 dan 2, UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek. Jamsostek
adalah hak setiap tenaga kerja, baik dalam hubungan kerja maupun tenaga kerja
luar hubungan kerja yang dibuktikan surat perjanjian kerja antara tenaga kerja dan
perusahaan.

Bagian-bagian yang ada dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja ini terdiri
dari Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK), Jaminan hari tua
(JHT), Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK).

Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI).


Ini adalah merupakan suatu badan yang memberikan asuransi kesehatan dan juga
memberikan pembayaran dana pensiun bagi anggota TNI dan Polri yang hal ini
dipisahkan dari program pemerintah juga seperti yang dilakukan TASPEN. Sesuai
dengan hubungan anggota TNI dan Polri disini yang merupakan bagian dari
Departemen Pertahanan dan Keamanan.

Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN).


Bagi para PNS selain mendapatkan ASKES, akan juga mendapatkan taspen ini
ketika telah memasuki masa usia pensiun. Sumber dana program tabungan hari tua
PNS diperoleh dari iuran peserta sebesar 3,25 % dari penghasilan peserta setiap
bulan. Sedangkan sumber dana untuk program dana pensiun PNS diperoleh dari
iuran peserta sebesar 4,75 % dari penghasilan peserta setiap bulan.
Sasaran program jaminan sosial hari tua/pensiun yang dilaksanakan oleh PT
(Persero) Taspen adalah semua Pegawai Negeri Sipil, kecuali PNS di lingkungan
Departemen Pertahanan dan Keamanan.

Itu adalah beberapa macam asuransi kesehatan dari Pemerintah Indonesia, tentunya
juga dengan syarat dan kriteria tertentu yang harus dipenuhi. Selain tersebut di
atas, banyak juga asuransi kesehatan swasta dengan berbagai bentuk dan ragamnya
juga. Ada beberapa manfaat kegunaan serta fungsi asuransi kesehatan ini bagi yang
mengikutinya.
- See more at: http://askep-net.blogspot.com/2013/05/jaminan-asuransi-
kesehatan.html#sthash.sfnHKMFD.dpuf
http://id.scribd.com/doc/48262492/DEFENISI-JAMKESDA#scribd

Program Jaminan Hari Tua

Program Jaminan Sosial merupakan program perlindungan yang bersifat dasar bagi
tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan kepastian
terhadap risiko-risiko sosial ekonomi, dan merupakan sarana penjamin arus
penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan keluarganya akibat dari terjadinya
risiko-risiko sosial dengan pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga
kerja.

Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program tersebut terbatas saat
terjadi peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua dan meninggal
dunia, yang mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya penghasilan tenaga
kerja dan/atau membutuhkan perawatan medis Penyelenggaraan Program Jaminan
Sosial ini menggunakan mekanisme Asuransi Sosial.

Program Jaminan Hari Tua

Definisi
Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya penghasilan
tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan diselenggarakan dengan
sistem tabungan hari tua. Program Jaminan Hari Tua memberikan kepastian
penerimaan penghasilan yang dibayarkan pada saat tenaga kerja mencapai usia 55
tahun atau telah memenuhi persyaratan tertentu.
Iuran Program Jaminan Hari Tua:

Ditanggung Perusahaan = 3,7%

Ditanggung Tenaga Kerja = 2%

Kemanfaatan Jaminan Hari Tua adalah sebesar akumulasi iuran ditambah hasil
pengembangannya.

Jaminan Hari Tua akan dikembalikan/dibayarkan sebesar iuran yang terkumpul


ditambah dengan hasil pengembangannya, apabila tenaga kerja:

Mencapai umur 55 tahun atau meninggal dunia, atau cacat total tetap

Berhenti bekerja yang telah memenuhi masa kepesertaan 5 tahun dan masa
tunggu 1 bulan

Pergi keluar negeri tidak kembali lagi, atau menjadi PNS/POLRI/ABRI

Program Jaminan Kecelakaan Kerja

Pengertian

Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan risiko yang harus
dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk menanggulangi
hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya risiko-
risiko sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun
mental, maka diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan dan
keselamatan tenaga kerja merupakan tanggung jawab pengusaha sehingga
pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar iuran jaminan kecelakaan kerja
yang berkisar antara 0,24% - 1,74% sesuai kelompok jenis usaha.

Manfaat

Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi


tenaga kerja yang mengalami kecelakaan pada saat dimulai berangkat bekerja
sampai tiba kembali dirumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja. Iuran
untuk program JKK ini sepenuhnya dibayarkan oleh perusahaan. Perincian
besarnya iuran berdasarkan kelompok jenis usaha sebagaimana tercantum pada
iuran.

1. Biaya Transport (Maksimum)


Darat/sungai/danau Rp 750.000,-
L aut Rp 1.000.000,-
Udara Rp 2.000.000,-

2. Sementara tidak mampu bekerja


Empat (4) bulan pertama, 100% x upah sebulan
Empat (4) bulan kedua, 75% x upah sebulan
Seterusnya 50% x upah sebulan

3. Biaya Pengobatan/Perawatan
Rp 20.000.000,- (maksimum) dan Pergantian Gigi tiruan Rp. 2.000.000,-
(Maksimum)

4. Santunan Cacat
Sebagian-tetap: % tabel x 80 bulan upah
Total-tetap:
o Sekaligus: 70% x 80 bulan upah
o Berkala (24 bulan) Rp 200.000,- per bulan*
Kurang fungsi: % kurang fungsi x % tabel x 80 bulan
upah

5. Santunan Kematian
o Sekaligus 60% x 80 bulan upah
o Berkala (24 bulan) Rp. 200.000,- per bulan*
o Biaya pemakaman Rp 2.000.000,-*

6. Biaya Rehabilitasi diberikan satu kali untuk setiap kasus dengan patokan
harga yang ditetapkan oleh Pusat Rehabilitasi RS Umum Pemerintah dan
ditambah 40% dari harga tersebut, serta biaya rehabilitasi medik maksimum
sebesar Rp 2.000.000,-
o Prothese/alat penganti anggota badan
o Alat bantu/orthose (kursi roda)

7. Penyakit akibat kerja, besarnya santunan dan biaya pengobatan/biaya


perawatan sama dengan poin ke-2 dan ke-3.
Iuran
o Kelompok I: 0.24 % dari upah sebulan;
o Kelompok II: 0.54 % dari upah sebulan;
o Kelompok III: 0.89 % dari upah sebulan;
o Kelompok IV: 1.27 % dari upah sebulan;
o Kelompok V: 1.74 % dari upah sebulan;

*) sesuai dengan PP Nomor 84 tahun 2010

Program Jaminan Kematian

Definisi
Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta program BPJS
Ketenagakerjaan yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan
Kematian diperlukan sebagai upaya meringankan beban keluarga baik dalam
bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang. Pengusaha wajib
menanggung iuran Program Jaminan Kematian sebesar 0,3% dengan jaminan
kematian yang diberikan adalah Rp 21.000.000,- terdiri dari Rp 14.200.000,-
santunan kematian dan Rp 2 juta biaya pemakaman* dan santunan berkala .

Manfaat Program JK*


Program ini memberikan manfaat kepada keluarga tenaga kerja seperti:

1. Santunan Kematian: Rp 14.200.000,-

2. Biaya Pemakaman: Rp 2.000.000,-

3. Santunan Berkala: Rp 200.000,-/ bulan (selama 24 bulan)

*) sesuai dengan PP Nomor 53 Tahun 2012

Sektor Informal

Sektor Informal

Pengertian
Tenaga Kerja yang melakukan pekerjaan di Luar Hubungan Kerja (LHK) adalah
orang yang berusaha sendiri yang pada umumnya bekerja pada usaha-usaha
ekonomi informal.

Tujuan

Memberikan perlindungan jaminan sosial bagi tenaga kerja yang melakukan


pekerjaan di luar hubungan kerja pada saat tenaga kerja tersebut kehilangan
sebagian atau seluruh penghasilannya sebagai akibat terjadinya risiko-risiko
antara lain kecelakaan kerja, hari tua dan meninggal dunia.

Memperluas cakupan kepesertaan program BPJS Ketenagakerjaan.

Jenis Program & Manfaat (sesuai PP 14/1993):

Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), terdiri dari biaya pengangkutan tenaga


kerja yang mengalami kecelakaan kerja, biaya perawatan medis, biaya
rehabilitasi, penggantian upah Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB),
santunan cacat tetap sebagian, santunan cacat total tetap, santunan kematian
(sesuai label), biaya pemakaman, santunan berkala bagi yang meninggal
dunia dan cacat total tetap

Jaminan Kematian (JK), terdiri dari biaya pemakaman dan santunan berkala

Jaminan Hari Tua (JHT), terdiri dari keseluruhan iuran yang telah disetor,
beserta hasil pengembangannya

Kepesertaan

Sukarela

Usia maksimal 55 tahun

Dapat mengikuti program Jamsostek secara bertahap dengan memilih


program sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta
Dapat mendaftar sendiri langsung ke BPJS Ketenagakerjaanatau mendaftar
melalui wadah/kelompok yang telah melakukan Ikatan Kerjasama (IKS)
dengan BPJS Ketenagakerjaan

Iuran

Iuran TK LHK ditetapkan berdasarkan nilai nominal tertentu berdasarkan upah


sekurang-kurangnya setara dengan Upah Minimum Provinsi/Kabupaten/Kota

Besaran Iuran

Jaminan Kecelakaan kerja : 1%

Jaminan Hari tua : 2% (Minimal)

Jaminan Kematian : 0.3%

Ket: Iuran ditanggung sepenuhnya oleh peserta

Sektor Konstruksi

Adalah Program Jaminan Sosial bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu pada Sektor Jasa Konstruksi yang diatur melalui
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-196/MEN/1999 Tanggal 29
September 1999

Tahap Kepesertaan
Setiap Kontraktor Induk maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan proyek
Jasa Konstruksi dan pekerjaan borongan lainnya wajib mempertanggungkan
semua tenaga kerja (borongan/harian lepas dan musiman) yang bekerja pada
proyek tersebut kedalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan
Jaminan Kematian (JKM)
Adapun proyek - proyek tersebut meliputi :

Proyek-proyek APBD

Proyek-proyek atas Dana Internasional

Proyek-proyek APBN

Proyek-proyek swasta, dll

http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/content/i.php?mid=3

Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip Sistem

Jaminan Sosial Nasional (SJSN) berikut:

Prinsip kegotongroyongan

Gotong royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip

dalam hidup bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar

dalam kebudayaan kita. Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti

peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu,

peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi,

dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud

karena kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh penduduk,

tanpa pandang bulu. Dengan demikian, melalui prinsip gotong-18 Buku Pegangan
Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional


royong jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia.

Prinsip nirlaba

Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for

profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk

memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana yang

dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil

pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar-besarnya untuk

kepentingan peserta.

Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi,

dan efektivitas. Prinsip prinsip manajemen ini mendasari seluruh

kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan

hasil pengembangannya.

Prinsip portabilitas

Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan


jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka

berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Prinsip kepesertaan bersifat wajib

Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi

peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat 19 Buku


Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan

kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan

penyelenggaraan program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja

di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat

menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem

Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dapat mencakup seluruh rakyat.

Prinsip dana amanat

Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan

kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya


dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan

peserta.

Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial

dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan

untuk sebesar-besar kepentingan peserta.

http://www.depkes.go.id/resources/download/jkn/buku-pegangan-sosialisasi-
jkn.pdf

Landasan Hukum

UUD 1945 pasal 28H


ayat 1
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.
ayat 2
Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakukan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan.
ayat 3
Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
UUD 1945 pasal 34
Ayat (1):
Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
Ayat (2):
Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.
Ayat (3):
Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN)
UU SJSN menetapkan asuransi sosial dan ekuitas sebagai prinsip
penyelenggaraan JKN. Kedua prinsip dilaksanakan dengan menetapkan
kepesertaan wajib dan penahapan implementasinya, iuran sesuai dengan
besaran pendapatan, manfaat JKN sesuai dengan kebutuhan medis, serta tata
kelola dana amanah Peserta oleh badan penyelenggara nirlaba dengan
mengedepankan kehati-hatian, akuntabilitas efisiensi dan efektifitas.
UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM)
Jaminan sosial dan pelayanan kesehatan adalah hak asasi manusia.
Pasal 41 ayat (1): Setiap warga negara berhak atas jaminan sosial yang
dibutuhkan untuk hidup layak serta untuk perkembangan pribadinya secara
utuh.
UU No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU
BPJS)
UU BPJS mengatur proses transformasi badan penyelenggara jaminan sosial
dari badan usaha milik negara (BUMN) ke badan hukum publik otonom
nirlaba (BPJS). Perubahan-perubahan kelembagaan tersebut mencakup
perubahan dasar hukum, bentuk badan hukum, organ, tata kerja, lingkungan,
tanggung jawab, hubungan kelembagaan, serta mekanisme pengawasan dan
pertanggungjawaban.
Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2012 Tentang Penerima Bantuan Iuran
Jaminan Kesehatan (PP PBIJK)
PP PBIJK mengatur tatacara pengelolaan subsidi iuran jaminan kesehatan
bagi Penerima Bantuan Iuran. PP PBIJK memuat ketentuan-ketentuan yang
mengatur penetapan kriteria dan tatacara pendataan fakir miskin dan orang
tidak mampu, penetapan PBIJK, pendaftaran PBIJK, pendanaannya,
pengelolaan data PBI, serta peran serta masyarakat.
Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan (PerPres
JK)
PerPres JK mengatur peserta dan kepesertaan JKN, pendaftaran, iuran dan
tatakelola iuran, manfaat JKN, koordinasi manfaat, penyelenggaraan
pelayanan, fasilitas kesehatan, kendali mutu dan kendali biaya, penanganan
keluhan, dan penanganan sengketa.
Deklarasi PBB tahun 1948 pasal 25 ayat 1
Setiap orang berhak atas taraf hidup yang menjamin kesehatan dan kesejahteraan
untuk dirinya dan keluarganya, termasuk pangan, pakaian, perumahan dan
perawatan kesehatannya serta pelayanan sosial yang diperlukan, dan berhak atas
jaminan pada saat menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi janda, mencapai
usia lanjut atau mengalami kekurangan mata pencarian yang lain karena keadaan
yang berada di luar kekuasaannya.

Resolusi World Health Assembly ke-58 tahun 2005 merekomendasikan


kepada seluruh negara-negara anggota untuk membangun sistem
pembiayaan kesehatan yang berkelanjutan guna menjamin pelayanan
kesehatan bagi seluruh penduduk

http://irul45.blogspot.com/2010/04/pbb-dan-hak-asasi-manusia.html
http://www.jamkesindonesia.com/blog/detail/26/Attachment/Attachment/W
HA58_33-en.pdf#.VMbcwug462c

PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

I. Kepersertaan
Beberapa engertian :
Peserta
Adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling
singkat 6 bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.
Pekerja
Adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau
imbalan dalam bentuk lain.
Pemberi kerja
Adalag orang perseorangan pengusaha badan hukum, ataubadan
lainnya yang memperkerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara
negara yang memperkerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji,
upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya.

Peserta tersebut meliputi: Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan bukan PBI
JKN dengan rincian sebagai berikut :

a. Peserta PBI jaminan kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir


miskin dan orang tidak mampu.
b. Peserta bukan PBI adalah peserta yang tidak tergolong fakir miskiin
dan orang tidak mampu yang terdiri atas :
1) Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya yaitu :
a) Pegawai negeri sipil
b) Anggota TNI
c) Anggota Polri
d) Pejabat Negara
e) Pegawai pemerintah non pegawai negeri
f) Pegawai swasta
g) Pekerja yang tidak termasuk huruf a f yang menerima
upah.
2) Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya yaitu :
a) Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri
b) Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan
penerima upah
c) Pekerja yang sebagaiman dimaksud huruf dan b,termasuk
WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 bulan.
3) Bukan pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas :
a) Investor
b) Pemberi kerja
c) Penerima pensiun
d) Veteran
e) Perintis kemerdekaan
f) Bukan perkerja yang tidak termasuk huruf a-e yang
mampu membayar iuran.
4) Penerima pensiun terdiri atas :
a) PNS yang berhenti dengan hak pensiun
b) Anggota TNI dan Polri yang berhenti dengan hak
pensiun
c) Pejabat negara yang berhenti dengan hak pensiun
d) Penerima pensiun selain huruf a-c
e) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun
sebegaimana dimaksud pada huruf a-d yang mendapat
hak pensiun.

Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi :

a. Istri atau suami yang sah dari peserta


b. Anak kandung, anak tiri dan /atau anak angkat yang sah dari peserta,
dengan kriteria :
1. Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai
penghasilan sendiri
2. Belum berusia 21 thn atau belum berusia 25 thn yang masih
melanjutkan pendidikan formal.

Sedangkan peserta bukan PBI JKN dapat juga mengikutsertakan anggota


keluarga yang lain.

5) WNI di Luar Negeri


Jaminan kesehatan bagi pekerja WNI yang bekerja di luar
negeri diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
tersendiri.
6) Syrat pendaftaran
Syrat pendaftaran akan diatur kemudian dalam peraturan BPJS.
7) Lokasi pendaftaran
Pendaftaran peserta dilakukan di kantor BPJS
terdekat/setempat.
8) Prosedur pendaftaran peserta
a. Pemerintah mendaftarkan PBI JK ebagai peserta kepada
BPJS kesehatan.
b. Pemberi kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja
dapat mendaftarkan diri sebagai peserta kepada BPJS
Kesehatan.
c. Bbukan pekerja dan peserta lainnya wajib mendaftarkan
diri dan keluarganya sebagai peserta kepada BPJS
kesehatan.
9) Hak dan kewajiban peserta
Setiap peserta yang telah tedaftar kepada BPJS kesehatan
berhak mendapatkan a) identitas peserta dan b) manfaat
pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerja
sama dengan BPJS.
Setiap peserta yang telah terdaftar pada BPJS kesehatan
berkewajiban untuk : a) membayar iuran an b)
melaporakan data kepersertaannya kepada BPJS
kesehatan dengan menunjukkan identitas peserta pada
saat pindah domisili dan atau pindah kerja.
10) Masa berlaku kepersertaan
a. Kepersertaan JKN berlaku selama yang bersangkutan
membayar iuran sesuai kelompok peserta.
b. Status kepersertaan akan hilang bila peserta tidak
membayar iuran atau meninggal dunia.
c. Ketentuan lebih lanjut terhadap hal tersebut diatas, akan
diatur oleh peraturan BPJS.
II. Pembiayaan
1. Iuran
Iuran jaminan kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan
secara teratur oleh peserta, pemberi kerja, dan/atau pemerintah untuk
program jaminan kesehatan (pasal 16, perpres no 12/2013 tetang
jaminan kesehatan.
2. Pembayar iuran
Bagi peserta PBI, iuran dibayar oleh pemerintah
Bagi peserta pekerja penerima upah, iurannya dibayar oleh
pemberi kerja dan pekerja
Bagi peserta pekerja buka penerima upah dan peserta bukan
pekerja iuran dibayar oleh peserta yang bersangkutan.
Besarnya iuran JKN ditetapkan melalui peraturan presiden dan
ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan perkembangan
sosial, ekonomi, dan kebutuhan dasar hidup yang layak
3. Pembayaran Iuran
Setiap peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan
berdasarkan pesentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau
suatu jumlah nominal tertentu (bukan penerima upah dan PBI).

Setiap pemberi kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya,


menambahkan iuran peserta yang menjadi tanggung jawabnya, dan
membayarkan iuran tersebut setiap bulan kepada BPJS kesehatan
secara berkala (paling lambat tanggal 10 setiap bulan). Apabila
tanggal 10 jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari
kerja berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran JK dikenakan
denda administratif sebesar 2 % perbulan dari total iuran yang
tertunggak dan dibayar oleh pemberi kerja.

Peserta pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja wajib


membayar Iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan paling
lambat tanggal 10 setiap blan kepada BPJS kesehatan. Pembayaran
Iuran JKN dapat dilakukan diawal.

BPJS kesehatan menghitung kelebihan dan kekurang iuran JKN sesuai


dengan gaji atau upah peserta. Dalam hal terjadi kelebihan atau
kekurang pembayaran iuran BPJS kesehatan memberitahukan secara
tertulis kepada pemberi kerja dan/atau peserta paling lambat 14 hari
kerja sejak diterimanya iuran. Kelebihan atau kekurangan pembeyaran
iuran diperhitungkan dengan peraturan BPJS kesehatan.

4. Cara pembayaran fasilitas kesehatan


BPJS kesehatan akan membayar kepada fasilitas kesehatan tingkat
pertama dengan kapitasi. Untuk fasilitas kesehatan rujukan tingkat
lajutan, BPJS Kesehatan membayar dengan sistem paket INA CBGs

Mengingat kondisi geografis Indonesia, tidak semua fasilitas


kesehatan dapat dijangkau dengan mudah. Maka, jika disuatu daerah
tidak memungkinkan pembayaran berdasarkan kapitasi, BPJS
kesehatan diberi wewenang untuk melakukan pembayaran dengan
mekanisme lain yang lebih berhasil guna.

Semua fasilitas kesehatan meskipun tidak menjalin kerja sam denga


BPJS kesehatan wajib melayani pasien dalam keadaan gawat darurat,
setelah keadaan daruratnya teratasi danpasien dapatdipindahkan, maka
fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS kesehatan.

BPJS kesehatan akan membayar kepada fasilitas kesehatan yang tidak


menjalin kerjasama setelah memberika pelayanan gawat darurat setara
dengan tarif yang berlaku di wilayah tersebut.
5. Pertanggungjawaban BPJS kesehatan
BPJS kesehatan wajib membayar faslitas kesehatan atas pelayanan
yang diberikan kepada peserta paling lambat 15 hari sejak dokumen
klain diterima lengkap. Besaran pembayaran kepada fasilitas
kesehatan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara BPJS kesehatan
dan asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah tersebut dengan mangacu
pada standar tarif yang ditetapkan oleh menteri kesehatan. Dalam hal
tidak ada kesepakatan atas besaran pembayaran, Menteri Kesehatan
memutuskan besaran pembayaran atas program JKN yang diberikan.
Asosiasi fasilitas kesehatan ditetapkan oleh menteri kesehatan.
Dalam JKN, peserta dapat menerima manfaat tambahan berupa
manfaat yang bersifat non medis berupa akomodasi. Misalnya :
peserta yang menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi
daripada haknya, dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti
asuransi kesehatan tambahan, atau membayar sendiri selisih antara
biaya yang dijamin BPJS kesehatan dan biaya yang harus dibayar
akibat peningkatan kelas perawatan, yang disebut dengan iur biaya
(additional charge). Ketentuan tersebut berlaku bagi peserta PBI.
Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya, BPJS
kesehatan wajib menyampaikan pertanggungjawaban dalam bentuk
laporan pengelolaan program dan laporan keuangan tahunan (periode
1 januari 31 desember). Laporan yang telah diaudit oleh akuntan
publik dikirimkan kepada presiden dengan tembusan kepada DJSN
paling lambat 30 juni tahun berikutnya.
Laporan tersebut dipublikaskan dalam bentuk ringkasan eksekutif
melalui media assa elektronik paling sedikit 2 media massa cetak yang
memiliki peredaran luas secara nasional, paling lambat 31 juli tahun
berikutnya.

PELAYANAN

1. Jenis Pelayanan

Ada 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh Peserta JKN,
yaitu berupa pelayanan kesehatan (manfaat medis) serta akomodasi
dan ambulans (manfaat non medis). Ambulans hanya diberikan untuk
pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang
ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
2. Prosedur Pelayanan

Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus


memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat
pertama. Bila Peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan,
maka hal itu harus dilakukan melalui rujukan oleh Fasilitas Kesehatan
tingkat pertama, kecuali dalam keadaan kegawatdaruratan medis.

3. Kompensasi Pelayanan

Bila di suatu daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang memenuhi


syarat guna memenuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta, BPJS Kesehatan
wajib memberikan kompensasi, yang dapat berupa: penggantian uang
tunai, pengiriman tenaga kesehatan atau pe- nyediaan Fasilitas
Kesehatan tertentu. Penggantian uang tunai hanya digunakan untuk biaya
pelayanan kesehatan dan transportasi.

4. Penyelenggara Pelayanan Kesehatan

Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan


yang menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan baik fasilitas kesehatan
milik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan swasta yang memenuhi
persyaratan melalui proses kredensialing dan rekredensialing.

Bagaimana pola pelayanan kesehatan oleh BPJS Kesehatan?

Pola pemberian pelayanan kesehatan yang oleh BPJS Kesehatan adalah pola
rujukan berjenjang. Pola rujukan berjenjang adalah pola pemberian layanan
kesehatan dimana pelayanan primer diberikan oleh PPK tingkat I, namun apabila
diperlukan rujukan spesialistik akan dirujuk ke PPK lanjutan.

Anda tidak diperkenankan langsung berobat ke Rumah Sakit tanpa membawa


rujukan. Ini dimaksudkan agar tidak ada penumpukan pasien di Rumah Sakit.
Karena untuk penyakit ringan bisa diselesaikan di fasilitas kesehatan tingkat
pertama.
Bagaimana Persyaratan Pelayanan di Rumah Sakit?

Jika ingin menggunakan fasilitas kesehatan lanjutan, yaitu rumah sakit yang
bekerjasama dengan BPJS, berikut ini langkah-langkahnya:

Buat Surat Rujukan


Anda harus memiliki surat rujukan dari penyedia fasilitas kesehatan tingkat
pertama yang tertera di kartu seperti Puskesmas, klinik maupun dokter yang telah
dipilih. Pihak Puskesmas, klinik maupun dokter tersebut akan memberikan surat
rujukan ke Rumah Sakit apabila pasien memerlukan penanganan lebih lanjut.

Siapkan Dokumen
Persiapkan dokumen-dokumen untuk berobat sebelum berangkat ke Rumah Sakit
tujuan antara lain:

1 lembar fotokopi Kartu Keluarga

1 lembar fotokopi KTP

1 lembar fotokopi kartu BPJS Kesehatan

1 lembar fotokopi Surat Rujukan

Kartu BPJS Kesehatan asli

Datang Lebih Awal


Biasanya Rumah Sakit yang Bekerjasama dengan BPJS Kesehatan memiliki
banyak pasien. Datang lebih pagi agar mendapat nomor antrean awal. Sabar
menunggu sampai nomor antrean Anda dipanggil.

Pasien Gawat Darurat


Untuk kondisi gawat darurat pasien BPJS Kesehatan dapat langsung menuju
Rumah Sakit tanpa perlu menggunakan surat rujukan dari klinik kesehatan tingkat
pertama.

Biaya Tanggungan Pasien


Meskipun telah menjadi peserta BPJS Kesehatan, namun ada kalanya Anda tetap
membayar sejumlah uang. Ada jenis obat-obatan yang tidak tertanggung dalam
BPJS Kesehatan. Selain itu Anda juga akan dikenakan biaya tambahan bila rawat
inap di atas kelas yang tertera pada kartu. Misalnya Anda terdaftar sebagai pasien
kelas II, namun karena berbagai hal Anda akhirnya dirawat di kelas I, selisih biaya
tersebut yang harus Anda tanggung. Namun demikian biaya yang dikeluarkan
relatif kecil bila dibandingkan jika Anda tidak menjadi peserta BPJS Kesehatan.

Apa saja Fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan ?

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama: Puskemas, Fasilitas Kesehatan milik


Tentara Nasional Indonesia (TNI) atau Polisi Republik Indonesia (POLRI), Praktek
Dokter Umum / Klinik Umum, terdiri dari Praktek Dokter Umum
Perseorangan, Praktek Dokter Umum Bersama, Klinik Dokter Umum / Klinik 24
Jam, Praktek Dokter Gigi, Klinik Pratama, RS Pratama.

Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan: Rumah Sakit, terdiri dari RS Umum


(RSU), RS Umum Pemerintah Pusat (RSUP), RS Umum Pemerintah Daerah
(RSUD), RS Umum TNI, RS Umum Bhayangkara (POLRI), RS Umum
Swasta, RS Khusus, RS Khusus Jantung (Kardiovaskular), RS Khusus Kanker
(Onkologi), RS Khusus Paru, RS Khusus Mata, RS Khusus Bersalin, RS Khusus
Kusta, RS Khusus Jiwa, RS Khusus Lain yang telah terakreditasi, RS Bergerak dan
RS Lapangan.

Bagaimana fasilitas kesehatan tingkat pertama?

1 Untuk pertama kali setiap peserta terdaftar pada satu fasilitas kesehatan tingkat
pertama yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan kabupaten/kota setempat
2 Dalam jangka waktu paling sedikit 3 (tiga) bulan selanjutnya peserta berhak
memilih fasilitas kesehatan tingkat pertama yang diinginkan
3 Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat
pertama tempat peserta terdaftar, kecuali berada di luar wilayah fasilitas kesehatan
tingkat pertama tempat peserta terdaftar, atau dalam keadaan kegawatdaruratan
medis
Catatan: Peserta dapat memilih Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sesuai
dengan alamat domisili terakhir (tidak harus sama dengan alamat pada KTP
Peserta).

Bagaimana jika berada di luar wilayah Fasilitas Kesehatan tingkat


pertama Peserta terdaftar?

Untuk mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat


tujuan, maka peserta wajib membawa surat pengantar dari Kantor BPJS
Kesehatan tujuan.

Manfaat apa saja yang diperoleh oleh peserta dan keluargannya?

1 pelayanan kesehatan pertama, yaitu Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan
Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP)
2 pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu Rawat Jalan Tingkat Lanjutan
(RJTL) dan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL)
3 pelayanan persalinan
4 pelayanan gawat darurat
5 pelayanan ambulan bagi pasien rujukan dengan kondisi tertentu antar fasilitas
kesehatan
6 pemberian kompensasi khusus bagi peserta di wilayah tidak tersedia fasilitas
kesehatan memenuhi syarat
Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi apa saja?

1 Penyuluhan kesehatan perseorangan


2 Imunisasi dasar Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan
Hepatitis-B (DOT-HB), Polio dan Campak.
3 Keluarga Berencana (konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi) dan
skrining kesehatan (Pelayanan diberikan secara selektif yang ditujukan untuk
mendeteksi resiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari resiko penyakit
tertentu).
Apakah Persalinan Dijamin oleh BPJS Kesehatan?

Persalinan yang ditanggung adalah persalinan sampai dengan anak ketiga, tanpa
melihat anak hidup/meninggal.

Manfaat Pelayanan Gigi meliputi apa saja?

Pelayanan Gigi dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat pertama, yang terdiri dari:

1 administrasi pelayanan, meliputi biaya administrasi pendaftaran peserta


untuk berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke fasilitas kesehatan
lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat ditangani di fasilitas kesehatan tingkat
pertama
2 pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasimedis
3 premedikasi
4 kegawatdaruratan oro-dental
5 pencabutan gigi sulung (topikal, infiltrasi)
6 pencabutan gigi permanen tanpa penyulit
7 obat pasca ekstraksi
8 tumpatan komposit/GIC
9 skeling gigi (1x dalam setahun)
Pelayanan apa yang tidak dijamin?

1 Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana dalam


peraturan berlaku
2 Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat darurat
3 Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja
terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja
4 Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri
5 Pelayanan kesehatan untuk tujuan kosmetik dan/ atau estetik
6 Pelayanan untuk mengatasi infertilitas (memperoleh keturunan)
7 Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi)
8 Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol
9 Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan
hobi yang membahayakan diri sendiri
10 Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisinal, termasuk akupuntur, shin she,
chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi
kesehatan (health technology assessment/HTA)
11 Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan
(eksperimen)
12 Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi dan susu
13 Perbekalan kesehatan rumah tangga
14 Pelayanan kesehatan yang sudah dijamin dalam program kecelakaan lalulintas
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
15 Pelayanan kesehatan akibat bencana, kejadian luar biasa/wabah
16 Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan manfaat jaminan
kesehatan yang diberikan
Dalam kondisi darurat, apakah peserta dapat mengakses fasilitas kesehatan
yang tidak kerjasama dengan BPJS Kesehatan?

Dalam keadaan darurat pelayanan kesehatan dapat diakses pada fasilitas kesehatan
yang tidak menjalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan.

1 Pelayanan Gawat Darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus diberikan


secepatnya untuk mencegah kematian, keparahan dan atau kecacatan, sesuai
dengan kemampuan fasilitas kesehatan.
2 Peserta yang memerlukan pelayanan gawat darurat dapat langsung memperoleh
pelayanan di setiap fasilitas kesehatan. Kriteria kegawatdaruratan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
3 Peserta yang menerima pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang tidak
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, akan segera dirujuk ke fasilitas kesehatan
yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan setelah keadaan gawat daruratnya
teratasi dan pasien dalam kondisi dapat dipindahkan.
4 Apakah perbedaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan BPJS
Kesehatan ?
Pada dasarnya keduanya dua hal yang sama. JKN adalah nama program
Program Negara yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat, sementara BPJS Kesehatan adalah
badan publik yang menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan.

Apakah ada perbedaan perlakuan antara peserta kelas I, II, dan III?

Perbedaan antara peserta kelas I, II, dan III hanya terletak di manfaat non-
medisnya saja, seperti ruang inap jika peserta BPJS Kesehatan dirawat inap.
Sementara untuk manfaat medis, seperti mutu/kualitas obat, jumlah obat, kualitas
pelayanan dokter dan tenaga medis, tindakan medis yang dilakukan dalam
menangani penyakit peserta BPJS Kesehatan, serta manfaat medis lainnya, adalah
setara.

Berapa Iuran BPJS Kesehatan untuk perorangan?

Sebesar Rp.25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan
dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III.
Sebesar Rp.42.500 (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan
dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas II.
Sebesar Rp.59.500,- (lima puluh sembilan ribu lima ratus rupiah) per orang per
bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas I.

Hak peserta JKN :

1. Menerima kartu BPJS Kesehatan

2. Mendapat informasi prosedur pelayanan BPJS Kesehatan

3. Mendapat pelayanan kesehatan di pelayanan kesehatan yang bekerja sama


dengan BPJS
4. Mendapat obat dan alat kesehatan di apotek2 yang bekerja sama dengan BPJS

Kewajiban peserta JKN :

1. Memberikan informasi identitas yang benar dan lengkap

2. Membayar iuran premi bulanan BPJS Kesehatan (antara 26-60ribu/bulan)

3.Mengikuti prosedur rujukan pelayanan kesehatan yang ditetapkan oleh BPJS


Kesehatan

4. Melapor kepada pengelola BPJS Kesehatan jika pindah domisili atau pindah
tempat kerja

Ada berapa kelompok peserta BPJS Kesehatan ?

Peserta BPJS Kesehatan ada 2 kelompok, yaitu :

1. PBI jaminan kesehatan.

2. bukan PBI jaminan kesehatan.

Apa yang dimaksud dengan PBI Jaminan Kesehatan?

PBI (Penerima Bantuan Iuran) adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir miskin
dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU SJSN yang iurannya
dibayari pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan. Peserta PBI
adalah fakir miskin yang ditetapkan oleh pemerintah dan diatur melalui peraturan
pemerintah.

Pelayanan kesehatan yang dijamin meliputi:


Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non spesialistik
mencakup:

1. 1) Administrasi pelayanan

2. 2) Pelayanan promotif dan preventif

3. 3) Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis

4. 4) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif

5) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

6) Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis

7) Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama dan

5. 8) Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi.

b. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan

kesehatan mencakup:

1) Rawat jalan yang meliputi:

1. a) Administrasi pelayanan

2. b) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis


dan subspesialis

3. c) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis

4. d) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

5. e) Pelayanan alat kesehatan implant

6. f) Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis


7. g) Rehabilitasi medis

8. h) Pelayanan darah

9. i) Pelayanan kedokteran forensik

10.j) Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan.

2) Rawat inap yang meliputi:

1. a) Perawatan inap non intensif

2. b) Perawatan inap di ruang intensif.

3. c) Pelayanan kesehatan lain ditetapkan oleh Menteri.

Kelas perawatan berapa yang ditanggung ketika harus rawat inap?

1. Di ruang perawatan kelas III bagi:

1. Peserta PBI Jaminan Kesehatan

2. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja dengan
iuran untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III.

2. Di ruang Perawatan kelas II bagi:

1. Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun Pegawai Negeri Sipil golongan
ruang I dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya.

2. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara Pegawai
Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota
keluarganya.

3. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara Pegawai
Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota
keluarganya.

4. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri yang setara Pegawai Negeri Sipil
golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya.

5. Peserta Pekerja Penerima Upah bulanan sampai dengan 2 (dua) kali


penghasilan tidak kena pajak dengan status kawin dengan 1 (satu) anak,
beserta anggota keluarganya.

6. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja dengan
iuran untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas II.

Di ruang perawatan kelas I bagi:

a. Pejabat Negara dan anggota keluarganya.


b. Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun pegawai negeri sipil

Golongan III dan Golongan IV beserta anggota keluarganya.

c. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara Pegawai Negeri
Sipil Golongan III dan Golongan IV beserta anggota keluarganya.

4. Anggota POLRI dan penerima pensiun Anggota POLRI yang setara


Pegawai Negeri Sipil Golongan III dan Golongan IV beserta anggota
keluarganya.

5. Pegawai pemerintah non pegawai negeri yang setara Pegawai Negeri Sipil
Golongan III dan Golongan IV dan anggota keluarganya.

6. Veteran dan perintis kemerdekaan beserta anggota keluarganya.

7. Peserta pekerja penerima upah bulanan lebih dari 2 (dua) kali PTKP dengan
status kawin dengan 2 (dua) anak dan anggota keluarganya.

8. Peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja dengan
iuran untuk manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas I.

Pelayanan apa saja yang tidak dijamin?

1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana


diatur dalam peraturan yang berlaku.

2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak


bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat darurat.

3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan


kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan
kerja.

4. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri.

5. Pelayanan kesehatan untuk tujuan kosmetik dan/atau estetik.

6. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas (Memperoleh Keturunan).

7. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi).

8. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol.

9. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat


melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri.

10.Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur, shin


she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi
kesehatan (Health Technology Assessment/HTA).

11.Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikansebagai percobaan


(eksperimen).

12.Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu.

13.Perbekalan kesehatan rumah tangga.


14.Pelayanan kesehatan yang sudah dijamin dalam program kecelakaan lalu
lintas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

15.Pelayanan kesehatan akibat bencana, kejadian luar biasa/wabah.

16.Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan manfaat

jaminan kesehatan yang diberikan.

http://www.depkes.go.id/resources/download/jkn/buku-pegangan-sosialisasi-
jkn.pdf

http://www.jamsosindonesia.com/teropong/subdetail/bpjs-kesehatan_397/paket-
manfaat_125

HAMBATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

Keterbatasan Sosialisasi Ketentuan


Jaminan Sosial di Daerah
Kurangnya sosialisasi JKN dirasakan
baik oleh pelaksana maupun masyarakat
penerima layanan secara umum.
Provinsi Bengkulu yang masih belum
A. Kurangnya sosialisasi pada memahami penyelenggaraan BPJS.
pelaksana Selain
Program JKN yang dijalankan di Bengkulu, disinyalir hampir 80
pemerintah ini sesungguhnya sangat persen
baik. Namun, kesiapan Kementerian petugas kesehatan Sukabumi belum
Kesehatan (Kemenkes) untuk paham
secara aktif soal BPJS, karena memang belum
menggandeng Pemerintah Daerah pernah
(Pemda) ada sosialisasi apalagi pelatihan untuk
mensosialisasikan program tersebut menjalankan program asuransi
masih kurang seperti terlihat kesehatan
misalnya, di pemerintah tersebut. Bahkan pada
Dinas Kesehatan Kabupaten minggu
Mukomuko,
pertama tahun 2014 unit layanan pendaftaran kepesertaan. Ada juga
BPJS yang
untuk masyarakat umum di Sukabumi kesulitan mengisi formulir BPJS,
belum beroperasi. Layanan kesehatan seperti
baru kasus di Lebak, Banten. Hal ini
diberikan untuk PNS, pensiunan, dan karena tidak
TNI/ ada petugas yang memandu
Polri semata-mata karena petugas masyarakat
belum untuk mempermudah proses
paham prosedur pelayanannya. pendaftaran.
Selain lembaga pelaksana, Peserta juga belum mengetahui
sosialisasi keuntungan apa yang diperolah
kepada tenaga kesehatan juga dengan
masih belum memadai, baik dalam mengikuti program atau perihal
hal pelayanan maupun insentif iuran premi yang harus
yang diterima sebagai balasan dikeluarkan sebagai peserta JKN.
performanya. Minimnya sosialisasi Masyarakat menduga-duga premi
bukan yang harus dikeluarkan sehingga
hanya disebabkan oleh lemahnya muncul kekhawatiran
koordinasi bahwa iuran ini akan memberatkan
antarlembaga terkait, tapi juga faktor mereka.
geografis yang menyulitkan akses Selain itu, masih belum
kepada terinformasikan
masyarakat di daerah pedalaman, dengan baik mengenai tata cara
seperti di Papua dan Garut. penggunaan kartu BPJS saat peserta
berobat di fasilitas
B. Kurangnya sosialisasi bagi kesehatan. Masyarakat yang
pengguna layanan sebelumnya
Peserta JKN banyak yang belum memiliki akses layanan kesehatan
mengetahui prosedur kepesertaan. Jamkesmas kebingungan sebab rumah
Ada sakit yang sebelumnya melayani
peserta yang tidak mengetahui mereka meminta
tempat kartu BPJS Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai