BAB 1
PENDAHULUAN
perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
adekuat pada bayi baru lahir dapat menyebabkan meningginya angka kematian
perinatal.
masalah besar, namun angka kematian yang cukup besar ini tidak dilaporkan
serta dicatat secara resmi dalam statistik kematian neonatus. Menurut survey
adalah 35 per 1000 kelahiran hidup, itu artinya dalam satu tahun sekitar
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT), diharapkan pada tahun 2015 AKB dapat
semua hal yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan baik langsung maupun
tidak langsung. Di negara maju seperti Amerika Serikat terdapat sekitar 60%
1
2
bayi menderita ikterus sejak lahir, lebih dari 50% bayi tersebut mengalami
pada bayi baru lahir yang sering dihadapi tenaga kesehatan terjadi pada sekitar
25-50% bayi cukup bulan dan lebih tinggi pada neonatus kurang bulan. Oleh
sebab itu, memeriksa ikterus pada bayi harus dilakukan pada waktu
RI, 2006).
Angka kematian bayi di Jawa Timur pada tahun 2011 adalah 29.24 per
sebelumnya yang sebesar 29.99 per 1.000 kelahiran hidup, namun tersebut
masih jauh dari target MDGs tahun 2015, yaitu sebesar 23 per 1.000 kelahiran
2010)
darah tersebut. Jaringan permukaan yang kaya elastin seperti sklera dan
biasanya baru dapat dilihat kalau kadar bilirubin serum mencapai 2-3 mg/dl.
2
3
Ikterus ini pada sebagian lagi mungkin bersifat patologik yang dapat
apabila ikterus ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau kadar
bilirubin meningkat lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam. proses hemolisis darah,
infeksi berat, ikterus yang berlangsung lebih dari 1 minggu serta bilirubin
ikterus, usia ibu, riwayat kesehatan ibu, serta jenis persalinan. Jenis persalinan
yang saat ini banyak dialami oleh ibu hamil adalah induksi persalinan dengan
oksitosin.
500 ribu ibu hamil, didapat sebanyak 200 ribu ibu hamil yang dilakukan
induksi pada saat persalinan di seluruh dunia, sedangkan 300 ribu lain
melakukan persalinan dengan sectio caesar (WHO, 2009). Saat ini sudah
menunjukkan bahwa jumlah kasus pada ibu hamil yang dilakukan induksi
3
4
pada saat persalinan sebanyak 250 ribu ibu hamil, yang didapat dari hasil
janin sehingga terjadi peningkatan fragilitas sel darah merah, hemolisis dan
relaksasinya terlalu singkat, maka akan terjadi hipoksia serta asfiksia yang
bayi yang mengalami hiperbilirubinemia dari 3394 bayi yang dirawat selama
4
5
neonatus.
sebagai masukan bagi rumah sakit atau pusat pelayanan kesehatan dalam
diminimalisasi.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data atau informasi
5
6
6
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
dilatasi servik secara progresif serta penurunan dan pelahiran bayi dan
C. Ralph. 2009:149).
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya
hormon ini terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai. Kadar
7
8
Selain itu ada teori yang mengatakan plasenta menjadi tua, villi
oleh hippocrates untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang
maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan. Faktor lain yang dikemukakan
a. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu
persalinan, calon ibu merasa bahwa keadaannya menjadi ringan dan sering
dan kepala janin sudah mulai masuk pintu atas panggul. Keadaan ini
sering berkemih
8
9
c. False labour, tiga atau empat minggu sebelum persalinan, calon ibu
2) Tidak teratur
d. Perubahan Serviks
lebih lunak. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi pembukaan dan
penipisan serviks
e. Energy spurt
yang penuh satu hari sebelum persalinan. Peningkatan ini tampak saat ibu
f. Gastrointestinal Upset
9
10
intensitasnya.
lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen bawah uterus hingga
ketuban pecah adalah keluarnya cairan dengan tiba-tiba dari jalan lahir.
Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban
(Ambar, 2011:24)
Tahap persalinan terbagi menjadi empat yaitu kala I, II, III, dan kala IV
a. Kala I (Pembukaan)
dibagi menjadi :
1) Fase Laten yaitu fase pembukaan yang sangat lambat dari 0 sampai
2) Fase Aktif yaitu fase pembukaan yang lebih cepat terbagi menjadi :
10
11
b. Kala II (Pengeluaran)
uterus. Kala II pada primipara biasanya berlangsung 1,5 jam dan pada
lama (25 menit), lebih cepat kira-kira 2-3 menit sekali. Sifat
lebih tebal dan lebih pendek, kavum uterus lebih kecil serta
11
12
a) Floating
b) Engagement
atau posterior.
12
13
d) Ektensi
c. Kala III
Kala III persalinan adalah periode waktu yang dimulai ketika bayi lahir
bayi dan air ketuban tidak lagi berada dalam uterus, kontraksi akan
13
14
yang cepat dari plasenta segera setelah lepas dari dinding uterus
melebihi 400 ml. Jika darah yang keluar melebihi 400 ml berarti
patologi
d. Kala IV
Kala IV adalah masa 1-2 jam setelah plasenta lahir. Dalam klinik, atas
(Ambar, 2007)
14
15
2.2.1 Pengertian
persalinan adalah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang belum inpartu,
dengan induksi persalinan namun dilakukan pada saat kontraksi sudah ada
a. Akselerasi/augmentasi
b. Induksi persalinan
bayi dari rahim secara normal. Induksi persalinan dilakukan bila resiko
mengakhiri kehamilan.
15
16
bukal. Yang paling baik dan aman adalah pemberian infus tetes (drip)
2) Cara mekanis
dinding uterus sekitar ostium uteri internal. Cara ini akan lebih
berhasil bila serviks sudah terbuka dan kepala sudah turun. Dianggap
ketuban, maka selaput ini akan lebih menonjol dan akan menekan
terbukanya serviks.
sebagainya.
Pada 100 wanita Amerika (90, 1%), melakukan induksi secara terencana
dokter, maupun keduanya, karena tidak ada alasan medis yang mendesak
untuk tindakan induksi, maka pemilihan pasien harus dilakukan dengan hati-
16
17
hati sekali dan jangan mengambil risiko apapun, persalinan harus diawasi
secara terus-menerus.
diantaranya adalah:
a. Indikasi maternal
2) Toksemia gravidarum
3) Polyhydramnion
4) Perdarahan antepartum
6) Kanker
9) Postterm
b. Indikasi fetal
1) Diabetes maternal
2) Inkompatibilitas rhesus
4) Kehamilan postterm
2.2.4 Kontraindikasi
17
18
b. Insufisiensi plasenta
e. Grandemultipara
g. Plasenta previa
a. Pada ibu:
5) Kerja antideuritik
6) Mual
7) Reaksi hipersensitivitas
8) Intoksikasi cairan
9) Hipotensi
10) Infeksi
b. Pada bayi:
1) Hipoksia pada janin yang berlanjut asfiksia pada bayi baru lahir
18
19
2) Gawat janin
3) Hiperbilirubinemia
a. Kehamilan aterm
e. Serviks sudah matang yaitu porsio teraba lunak, mulai mendatar dan
membuka.
Skor 0 1 2 3
serviks (cm)
serviks
diukur dari
(cm)
19
20
serviks
sumbu
jalan lahir
zero) bila turunnya kepala bayi setinggi spina ischiadika, bila diatas
spina ischiadika dipakai istilah minus (-1 cm, -2 cm, -3 cm, atau
ketentuan-ketentuan berikut:
b. Bila skor <5, ketuban dibiarkan intak, berikan infus oksitosin, nilai
amniotomi, jika skor<5, oksitosin tetes diulangi. Bila setelah 2-3 kali,
20
21
1) Prostaglandin E2/Dinoproston
21
22
2) Kateter Foley
infeksi vaginal.
3) Batang laminaria
angsur.
dua seri. Seri pertama diberikan dengan cara: oksitosin 5 IU dalam infus
hingga persalinan. Namun, jika infus seri pertama habis dan his adekuat
22
23
belum muncul, dapat diberikan infus drip oksitosin 5 IU ulangan atau seri
kedua . Jika his adekuat yang diharapkan tidak muncul, maka dilakukan
atau 1000 cc kecuali untuk letak sungsang hanya satu labu atau 500
intra uteri dan kemajuan persalinan yang nyata setelah pemberian tetes
berikan
2.2.9 Oksitosin
a. Pengertian
kontraksi otot polos uterus. Peranan fisiologik lain yang dimiliki oleh
Oksitosin sintetik adalah satu obat yang paling sering digunakan dan
23
24
c. Kerja Oksitosin
1) Persalinan
24
25
1) Alkohol
2) Relaksin
berbahaya, yaitu:
3) Kerja antidiuretik
5) Mual
6) Reaksi hipersensitivitas
2.3.1 Pengertian
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi 0-28 hari. Kehidupan pada masa
agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat
Diperkirakan 2/3 kematian bayi dibawah umur satu tahun terjadi pada
25
26
subkutan, rasio luas permukaan tubuh terhadap berat badan besar dan
b. Kesulitan bernafas
refleks menelan dan refleks batuk yang buruk serta pengisapan dan
c. Hipoglikemia
tanda dari masalah lain. Oleh karena itu kadar glukosa harus selalu
berikut: letargi dan tidak mau menyusu, tangis lemah atau tinggi,
d. Hiperbilirubinemia
26
27
kebanyakan kasus relatif jinak. Akan tetapi hal ini, bisa juga
d. Identifikasi
e. Pencegahan infeksi
identifikasi adalah rutin segera dilakukan, kecuali dalam keadaan kritis dan
2.4 Hiperbilirubinemia
2.4.1 Pengertian
total pada minggu pertama kelahiran. Kadar normal maksimal adalah 12-
27
28
2.4.2 Penyebab
hepar.
c. Gangguan transportasi
hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar
28
29
c. Prematuritas
f. Polisitemia
h. Trisomi-21
i. Memar kulit
j. Sefalhematom
k. Induksi oksitosin
l. Pemberian ASI
2.4.4 Patofisiologi
29
30
induksi biliverdin bebas, bilirubin ini sulit diekskresi dan mudah melewati
bilirubin yang larut dalam air dan pada kadar tertentu dapat diekskresikan
kehidupan dapat terjadi pada sebagian besar neonatus. Hal ini disebabkan
karena tingginya kadar eritrosit neonatus dan umur eritrosit yang lebih
pendek dan fungsi hepar yang belum makan. Hal ini merupakan keadaan
fisiologis.
2.4.5 Gejala
d. Urine pekat
e. Perut buncit
30
31
g. Gangguan neurologik
pada bayi baru lahir, sepsis, ibu dengan diabetik atau infeksi
pada hari ke 3-4 dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan
jaundice fisiologis
Derajat Perkiraan
bilirubin
rSaiffudin (2008)
2.4.6 Dampak
31
32
indirek telah melalui sawar darah otak. Pada keadaan ini penderita
ensefalopati biliaris ini dapat segera terlihat pada masa neonatus atau baru
2.4.7 Penatalaksanaan
a. Pencegahan
dengan cara:
6) Pencegahan infeksi
32
33
b. Penanganan
1) Foto terapi
kadar bilirubin dipecah sehingga mudah larut dalam air dan tidak
tidak lebih dari 100 jam. jarak bayi dan lampu antara 40-50cm,
2) Fenobarbital
3) Transfusi tukar
33
34
4) Antibiotik
Hiperbilirubinemia
c. Kerja antideuritik
d. Mual
e. Reaksi hipersensitivitas
f. Intoksikasi cairan
g. Hipotensi
h. Infeksi
bayi baru lahir (neonatus). Pada saat kontraksi uterus terjadi kompresi
oksigenasi akan pulih kembali setelah terjadi relaksasi uterus dan pemulihan
keadaan ini mencegah penumpukan asam laktat. Akan tetapi, jika uterus
34
35
sumsum dan selanjutnya juga pelepasan dari retikulosit ke dalam aliran darah.
aktif, dan untuk sistesis piridin nukleotida, glutation, FAD. Sekitar 95%
merupakan akibat dari sintesis ATP yang tidak cukup. Erotrosit yang kaku
35
36
memiliki kerja antideuritik dan retensi air. Retensi air dapat meningkatkan
dependen. Kenaikan tekanan vena jugularis dan bahkan oedema paru akan
36
37
Induksi persalinan
Prolapsus Funiculli
0,4 %
Hipoksia Janin
Gangguan
Eritropoesis ATP
fungsi hepar
Hiperbilirubinemia
37
38
38
39
Persalinan
Distosia power
Induksi Persalinan
39
40
40
41
kejadian Hiperbilirubinemia
2.6 Hipotesis
41
42
42
43
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.2.2 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bayi yang lahir
43
44
metode total sampling yang artinya seluruh populasi yaitu semua bayi yang
Kriteria eksklusi:
b. Toxemia gravidarum.
c. Perdarahan antepartum.
d. Diabetes maternal.
g. Sectio cesarea
44
45
Populasi
Seluruh bayi dengan hiperbilirubinemia yang lahir pervaginam dengan oksitosin drip yang tercatat
pada rekam medis selama periode 2 tahun yaitu Januari 20-Desember 20 yang memenuhi
kriteria inklusi.
Total Sampling
Sampel
Sampel yang digunakan yaitu seluruh bayi yang lahir pervaginam dan mengalami
hiperbilirubinemia yang lahir dengan oksitosin drip dan memenuhi kriteria inklusi
Pengolahan Data
Editing, Coding, Transfering, Tabulating
Analisis Data
Korelasi Spearman Rank
Hasil Penelitian
p value> (0,05) maka H0 diterima
p value< (0,05) maka H0 ditolak
45
46
kejadian Hiperbilirubinemia
drip.
hiperbilirubinemia.
46
47
data
1 2 3 4 5
Bersalin observasi
oksitosin (diberikan
sebanyak 2 flash)
oksitosin (diberikan
47
48
sebelumnya diistirahatkan
bayi. 4: 12,4
mg/dL
5. Derajat
48
49
5:16,0
mg/dL
ibu, jenis kelamin bayi, denyut jantung janin (DJJ) saat persalinan, tekanan
oksitosin drip.
sebanyak
Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder berupa bayi lahir
49
50
Pada penelitian ini dimulai dengan meminta surat ijin penelitian kepada
kemudian ditelusuri kejadian oksitosin drip dalam rekam medis yang sesuai
a. Editing, yaitu mencakup tentang kualitas isi dari pengumpulan data dan
pengumpulan data.
a. Analisis univariate
50
51
P= x 100%
Keterangan:
N= total sampel
Kesimpulan:
0% : tidak satupun
50% : setengahnya
100% : seluruhnya
b. Analisis bivariate
51
52
neonatus).
penelitian.
52
53
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Millenium Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB) pada bulan September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB
Anak (AKA). Indikator dan target dari tujuan tersebut antara lain: Angka
Kematian Bayi (AKB) 23 per 1000 kelahiran hidup pada 2015, Angka Kematian
Balita (AKBA) 32 per 1000 kelahiran hidup pada 2015, Angka Kematian
Neonatal (AKN) menurun dengan acuan SDKI (Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia) 19 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (KemenkesRI, 2011).
dengan angka kematian bayi sebasar 30 per 1000 kelahiran hidup (Depkes RI,
2011).
kasus per 10,00 kelahiran hidup. Jumlah tersebut lebih tinggi dari angka MDGs
53
54
54