Anda di halaman 1dari 15

A.

SEJARAH KESEHATAN MASYARAKAT


1. Sejarah Kesehatan Masyarakat di Dunia
Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari 2 tokoh metologi
Yunani, yakni Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut
Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai
meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya
tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan
bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical procedure) dengan baik.
Higeia, seorang asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai isterinya juga
telah melakukan upaya-upaya kesehatan. Beda antara Asclepius dengan Higeia dalam
pendekatan / penanganan masalah kesehatan adalah, Asclepius melakukan
pendekatan (pengobatan penyakit), setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang.
Sedangkan Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah
kesehatan melalui "hidup seimbang", menghindari makanan / minuman beracun,
makan makanan yang bergizi (baik), cukup istirahat dan melakukan olahraga.
Apabila orang yang sudah jatuh sakit Higeia lebih menganjurkan melakukan
upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain
lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik daripada dengan
pengobatan / pembedahan.

Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut, akhirnya muncul 2
aliran atau pendekatan dalam menangani masalah-masalah kesehatan. Kelompok atau
aliran pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang
selanjutnya disebut pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok ini pada umumnya
[Modul 1] Kesehatan Masyarakat - Diploma III Kebidanan 1
terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater dan praktisi-praktisi lain yang melakukan
pengobatan penyakit baik fisik, psikis, mental maupun sosial.

Sedangkan kelompok kedua, seperti halnya pendekatan Higeia, cenderung


melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan (promosi)
sebelum terjadinya penyakit. Kedalam kelompok ini termasuk para petugas kesehatan
masyarakat lulusan-lulusan sekolah atau institusi kesehatan masyarakat dari berbagai
jenjang.
Dalam perkembangan selanjutnya maka seolah-olah timbul garis pemisah antara
kedua kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif (curative health care) dan
pelayanan pencegahan atau preventif (preventive health care). Kedua kelompok ini
dapat dilihat perbedaan pendekatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut.

Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara


individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak
antara petugas kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran
cenderung jauh. Sedangkan pendekatan preventif, sasaran atau pasien adalah
masyarakat (bukan perorangan) masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga
masalah-masalah yang menjadi masalah masyarakat, bukan masalah individu.
Hubungan antara petugas kesehatan dengan masyarakat (sasaran) lebih bersifat
kemitraan tidak seperti antara dokter-pasien.

Kedua, pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok ini


pada umumnya hanya menunggu masalah datang. Seperti misalnya dokter yang
menunggu pasien datang di Puskesmas atau tempat praktek. Kalau tidak ada pasien
datang, berarti tidak ada masalah, maka selesailah tugas mereka, bahwa masalah
kesehatan adalah adanya penyakit. Sedangkan kelompok preventif lebih
mengutamakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu adanya masalah tetapi
mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu pasien datang
di kantor atau di tempat praktek mereka, tetapi harus turun ke masyarakat mencari
dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan melakukan tindakan.

[Modul 1] Kesehatan Masyarakat - Diploma III Kebidanan 2


Ketiga, pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau
pasien lebih kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara parsial,
padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat antara
aspek satu dengan yang lainnya. Sedangkan pendekatan preventif melihat klien
sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan yang holistik. Terjadinya penyakit
tidak semata-mata karena terganggunya sistem biologi individual tetapi dalam
konteks yang luas, aspek biologis, psikologis dan sosial. Dengan demikian
pendekatannya pun tidak individual dan parsial tetapi harus secara menyeluruh atau
holistik.

2. Sejarah dan Perkembangan Kesehatan masyarakat di Indonesia


Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak
pemerintahan Belanda pada abad ke-16. Kesehatan masyarakat di Indonesia pada
waktu itu dimulai dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat
ditakuti masyarakat pada waktu itu.
Kolera masuk di Indonesia tahun 1927 dan tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor di
Indonesia kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura
dan mulai berkembang di Indonesia. Sehingga berawal dari wabah kolera tersebut
maka pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan
masyarakat.
Namun demikian di bidang kesehatan masyarakat yang lain pada tahun 1807 pada
waktu pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, telah dilakukan pelatihan dukun
bayi dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka penurunan angka
kematian bayi yang tinggi pada waktu itu.

Akan tetapi upaya ini tidak berlangsung lama karena langkanya tenaga pelatih
kebidanan kemudian pada tahun 1930 dimulai lagi dengan didaftarnya para dukun
bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan. Selanjutnya baru pada tahun 1952
pada zaman kemerdekaan pelatihan secara cermat dukun bayi tersebut dilaksanakan
lagi.

[Modul 1] Kesehatan Masyarakat - Diploma III Kebidanan 3


Pada tahun 1851 sekolah dokter Jawa didirikan oleh dr. Bosch, kepala pelayanan
kesehatan sipil dan militer dan dr. Bleeker di Indonesia. Kemudian sekolah ini
terkenal dengan nama STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche Arsten) atau
sekolah untuk pendidikan dokter pribumi. Setelah itu pada tahun 1913 didirikan
sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische
Arsten School).

Pada tahun 1927, STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak
berdirinya Universitas Indonesia tahun 1947 berubah menjadi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Kedua sekolah tersebut mempunyai andil yang sangat besar
dalam menghasilkan tenaga-tenaga (dokter-dokter) yang mengembangkan kesehatan
masyarakat Indonesia.

Tidak kalah pentingnya dalam mengembangkan kesehatan masyarakat di Indonesia


adalah berdirinya Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung pada tahun 1888.
Kemudian pada tahun 1938, pusat laboratorium ini berubah menjadi Lembaga
Eykman dan selanjutnya disusul didirikan laboratorium lain di Medan, Semarang,
Makassar, Surabaya dan Yogyakarta.

Laboratorium-laboratorium ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam


rangka menunjang pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra, cacar dan
sebagainya bahkan untuk bidang kesehatan masyarakat yang lain seperti gizi dan
sanitasi.

Pada tahun 1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun 1933, 1934 dan 1935 terjadi
epidemi di beberapa tempat, terutama di pulau Jawa. Kemudian mulai tahun 1935
dilakukan program pemberantasan pes ini dengan melakukan penyemprotan DDT
terhadap rumah-rumah penduduk dan juga vaksinasi massal. Tercatat pada tahun
1941, 15.000.000 orang telah memperoleh suntikan vaksinasi.

[Modul 1] Kesehatan Masyarakat - Diploma III Kebidanan 4


Pada tahun 1925, Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda
melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan kesakitan di
Banyumas-Purwokerto pada waktu itu. Dari hasil pengamatan dan analisisnya
tersebut ini menyimpulkan bahwa penyebab tingginya angka kematian dan kesakitan
ini adalah karena jeleknya kondisi sanitasi lingkungan. Masyarakat pada waktu itu
membuang kotorannya di sembarang tempat, di kebun, selokan, kali bahkan di
pinggir jalan padahal mereka mengambil air minum juga dari kali. Selanjutnya ia
berkesimpulan bahwa kondisi sanitasi lingkungan ini disebabkan karena perilaku
penduduk.
Oleh sebab itu, untuk memulai upaya kesehatan masyarakat, Hydrich
mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan propaganda (pendidikan)
penyuluhan kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich ini dianggap sebagai awal
kesehatan masyarakat di Indonesia. Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu
tonggak penting perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia adalah
diperkenalkannya Konsep Bandung (Bandung Plan) pada tahun 1951 oleh dr. Y.
Leimena dan dr. Patah, yang selanjutnya dikenal dengan Patah-Leimena.
Dalam konsep ini mulai diperkenalkan bahwa dalam pelayanan kesehatan
masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam
mengembangkan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia kedua aspek ini tidak boleh
dipisahkan, baik di rumah sakit maupun di puskesmas.
Selanjutnya pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan sebagai
bagian dari upaya pengembangan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1956 ini oleh dr.
Y. Sulianti didirikan Proyek Bekasi (tepatnya Lemah Abang) sebagai proyek
percontohan atau model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat
pedesaan di Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan.
Proyek ini disamping sebagai model atau konsep keterpaduan antara pelayanan
kesehatan pedesaan dan pelayanan medis, juga menekankan pada pendekatan tim
dalam pengelolaan program kesehatan.

Untuk melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini terpilih 8 desa


wilayah pengembangan masyarakat yaitu Inderapura (Sumatera Utara), Lampung,

[Modul 1] Kesehatan Masyarakat - Diploma III Kebidanan 5


Bojong Loa (Jawa Barat), Sleman (Jawa Tengah), Godean (Yogyakarta), Mojosari
(Jawa Timur), Kesiman (Bali) dan Barabai (Kalimantan Selatan). Kedelapan wilayah
tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini.
Pada bulan November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan
program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat
Indonesia. Pada waktu itu dibahas konsep puskesmas yang dibawakan oleh dr.
Achmad Dipodilogo yang mengacu kepada konsep Bandung dan Proyek Bekasi.
Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya sistem puskesmas yang terdiri dari tipe
A, B, dan C.

Dengan menggunakan hasil-hasil seminar tersebut, Departemen Kesehatan


menyiapkan rencana induk pelayanan kesehatan terpadu di Indonesia. Akhirnya pada
tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa puskesmas
adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu yang kemudian dikembangkan
oleh pemerintah (Departemen Kesehatan) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas).
Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau
dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan, di kotamadya atau
kabupaten.
Kegiatan pokok puskesmas mencakup :
1. Kesehatan ibu dan anak
2. Keluarga berencana
3. Gizi
4. Kesehatan lingkungan
5. Pencegahan penyakit menular
6. Penyuluhan kesehatan masyarakat
7. Pengobatan
8. Perawatan kesehatan masyarakat
9. Usaha kesehatan gizi
10 Usaha kesehatan sekolah

[Modul 1] Kesehatan Masyarakat - Diploma III Kebidanan 6


11 Usaha kesehatan jiwa
12 Laboratorium
13 Pencatatan dan pelaporan

Pada tahun 1969, sistem puskesmas hanya disepakati 2 saja, yakni tipe A dan B
dimana tipe A dikelola oleh dokter sedangkan tipe B hanya dikelola oleh paramedis.
Dengan adanya perkembangan tenaga medis maka akhirnya pada tahun 1979 tidak
diadakan perbedaan puskesmas tipe A atau tipe B, hanya ada satu tipe puskesmas
yang dikepalai oleh seorang dokter.

Pada tahun 1979 juga dikembangkan 1 piranti manajerial guna penilaian puskesmas
yakni stratifikasi puskesmas sehingga dibedakan adanya :
1. Strata 1 : puskesmas dengan prestasi sangat baik
2. Strata 2 : puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar
3. Strata 3 : puskesmas dengan prestasi dibawah rata-rata
Selanjutnya puskesmas juga dilengkapi dengan 2 piranti manajerial yang lain, yakni
micro planning untuk perencanaan dan lokakarya mini (Lokmin) untuk
pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim. Akhirnya pada tahun
1984 tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangnya program
paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana (Posyandu).
Program ini mencakup :
1. Kesehatan ibu dan anak
2. Keluarga berencana
3. Gizi
4. Penanggulangan penyakit diare
5. Imunisasi
Puskesmas mempunyai tanggung jawab dalam pembinaan dan pengembangan
Posyandu di wilayah kerjanya masing-masing.

[Modul 1] Kesehatan Masyarakat - Diploma III Kebidanan 7


B. DEFINISI, TUJUAN, RUANG LINGKUP DAN KESEHATAN MASYARAKAT
1. Definisi
Pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal
2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan
sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan.
Pengertian sehat tersebut sejalan dengan pengertian sehat menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1975 adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala
jenis penyakit, baik fisik, mental, dan sosial.
Batasan kesehatan tersebut di atas sekarang telah diperbaharui bila batasan
kesehatan yang terdahulu itu hanya mencakup tiga dimensi atau aspek, yakni: fisik,
mental, dan sosial, maka dalam Undang-Undang N0. 23 Tahun 1992, kesehatan
mencakup 4 aspek, yakni: fisik(badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi.
Pengertian kesehatan saat ini memang lebih luas dan dinamis, dibandingkan dengan
batasan sebelumnya. Hal ini berarti bahwa kesehatan seseorang tidak hanya diukur
dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya
dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi.
Bagi yang belum memasuki dunia kerja, anak dan remaja mahasiswa adalah
mencapai prestasi yang baik, sedang produktif secara sosial-ekonomi bagi usia lanjut
atau para pensiunan adalah mempunyai kegiatan sosial dan keagamaan yang
bermanfat, bukan saja bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain atau masyarakat. Bagi
yang belum memasuki dunia kerja, anak dan remaja, atau bagi yang sudah tidak
bekerja (pensiun) atau usia lanjut, berlaku arti produktif secara sosial. atau bagi yang
sudah tidak bekerja (pensiun) atau usia lanjut, berlaku arti produktif secara sosial.
Misalnya produktif secara sosial-ekonomi bagi siswa sekolah atau Keempat dimensi
kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan
seseorang, kelompok atau masyarakat. Itulah sebabnya, maka kesehatan bersifat
menyeluruh mengandung keempat aspek. Perwujudan dari masing-masing aspek
tersebut dalam kesehatan seseorang antara lain sebagai berikut:
a. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit
atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit.
Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.

[Modul 1] Kesehatan Masyarakat - Diploma III Kebidanan 8


b. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional dan
spiritual.
1) Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
2) Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk
mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan
sebagainya.
3) Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa
syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam
fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam).
Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.
Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang
menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
Melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan holistik.
Terjadiya penyakit tidak semata karena terganggunya sistem biologis tapi
aspek bio-psiko-sosial
c. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan
orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama
atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling
toleran dan menghargai.
d. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif,
dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat
menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi
mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut
(pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi
kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni
mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya
berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau
pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut

[Modul 1] Kesehatan Masyarakat - Diploma III Kebidanan 9


2. Tujuan
Menurut Winslow, Kesehatan Masyarakat adalah suatu ilmu dan seni yang bertujuan
1) mencegah timbulnya penyakit, 2) memperpanjang masa hidup, dan 3)
mempertinggi nilai kesehatan serta efisiensi melalui usaha usaha masyarakat
yang terorganisasikan melalui upaya :
a. Perbaikan sanitasi lingkungan
b. Pemberantasan penyakit-penyakit menular
c. Pendidikan untuk kebersihan perorangan
d. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis
dini dan pengobatan
e. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan
hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya,
Tujuan kesehatan masyarakat secara umum adalah agar setiap warga
masyarakat dapat mencapai derajat kesh masyarakat yang setinggi-tingginya baik
fisik, mental, sosial serta diharapkan berumur panjang. Untuk mencapai tujuan
tersebut harus selalu ada pengertian, bantuan, dan partisipasi dari masyarakat secara
teratur dan terus menerus.
3. Ruang Lingkup
Untuk mencapai ketiga tujuan pokok tersebut, Winslow mengusulkan cara
atau pendekatan yang dianggap paling efektif adalah melalui upaya-upaya
pengorganisasian masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan kesehatan
masyarakat pada hakekatnya adalah menghimpun potensi masyarakat atau sumber
daya (resources) yang ada didalam masyarakat itu sendiri untuk upaya-upaya
preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif kesehatan mereka sendiri.
a. Promotif (peningkatan kesehatan)
Adalah usaha yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan untuk dapat
mencapai derajad kesehatan yang optimal
b. Preventif (pencegahan penyakit)
Adalah usaha yang ditujukan untk mencegah terjadinya penyakit melalui usaha-
usaha pemberian imunisasi pada bayi dan anak, ibu hamil, pemeriksaan kesehatan
secara berkala untuk mendeteksi penyakit scr dini. Pendekatan preventif, dengan

[Modul 1] Kesehatan Masyarakat - Diploma III Kebidanan 10


sasaran/pasien adalah masyarakat (bukan perorangan). Pendekatan ini
menggunakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu masalah datang, tetapi
mencari masalah. Petugas turun di lapangan/masyarakat mencari dan
mengidentifikasi masalah dan melakukan tindakan
c. Kuratif (Pengobatan)
Adalah usaha yang ditujukan terhadap orang yang sakit untuk dapat diobati secara
tepat dan adekuat . Cenderung bersifat reaktif (menunggu masalah datang, misal
dokter menunggu pasien datang di Puskesmas/tempat praktek). Model pendekatan
ini hanya melihat dan menangani klien/pasien lebih kepada sistem biologis
manusia/pasien hanya dilihat secara parsial (padahal manusia terdiri dari bio-
psiko-sosial yang terlihat antara aspek satu dengan lainnya
d. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
Adalahl usaha yang ditujukan terhadap penderita yang baru pulih dari penyakit
yang dideritanya.

Pengorganisasian masyarakat dalam bentuk penghimpunan dan


pengembangan potensi dan sumber-sumber daya masyarakat dalam konteks ini pada
hakekatnya adalah menumbuhkan, membina dan mengembangkan partisipasi
masyarakat di bidang pembangunan kesehatan.
Menumbuhkan partisipasi masyarakat tidaklah mudah, memerlukan
pengertian, kesadaran, dan penghayatan oleh masyarakat terhadap masalah-masalah
kesehatan mereka sendiri, serta upaya-upaya pemecahannya. Untuk itu diperlukan
pendidikan kesehatan masyarakat melalui pengorganisasian dan pengembangan
masyarakat. Jadi pendekatan utama yang diajukan oleh Winslow dalam rangka
mencapai tujuan-tujuan kesehatan masyarakat sebenarnya adalah salah satu strategi
atau pendekatan pendidikan kesehatan.

Selanjutnya Winslow secara implisit mengatakan bahwa kegiatan kesehatan


masyarakat itu mencakup a) sanitasi lingkungan b) pemberantasan penyakit c)
pendidikan kesehatan (higiene) d) manajemen (pengorganisasian) pelayanan

[Modul 1] Kesehatan Masyarakat - Diploma III Kebidanan 11


kesehatan dan e) pengembangan rekayasa sosial dalam rangka pemeliharaan
kesehatan masyarakat.

Dari 5 bidang kegiatan kesehatan masyarakat tersebut, 2 kegiatan diantaranya yakni


kegiatan pendidikan higiene dan rekayasa sosial adalah menyangkut kegiatan
pendidikan kesehatan. Sedangkan kegiatan bidang sanitasi, pemberantasan penyakit
dan pelayanan kesehatan sesungguhnya tidak sekedar penyediaan sarana fisik,
fasilitas kesehatan dan pengobatan saja tetapi perlu upaya pemberian pengertian dan
kesadaran kepada masyarakat tentang manfaat serta pentingnya upaya-upaya atau
fasilitas fisik tersebut dalam rangka pemeliharaan, peningkatan dan pemulihan
kesehatan mereka. Apabila tidak disertai dengan upaya-upaya ini maka sarana-sarana
atau fasilitas pelayanan tersebut tidak atau kurang berhasil serta optimal.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DERAJAT KESEHATAN


MASYARAKAT

Lingkungan

Keturunan STATUS Perilaku


KESEHATAN

Pelayanan Kesehatan

Dalam teori klasik HL Blum tersebut diatas dikatakan bahwa lingkungan masih
memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan status kesehatan masyarakat.
Sedangkan pengaruh yang sangat kecil dan kadang diabaikan peranannya dalam
penentuan status kesehatan masyarakat adalah faktor keturunan.
Keempat faktor tersebut saling berinteraksi satu sama lain yang dapat
mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Selain itu dapat
menjadi determinan timbulnya masalah kesehatan (Slamet, 2006)

[Modul 1] Kesehatan Masyarakat - Diploma III Kebidanan 12


D. DIFERENSIASI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Pilar utama dalam mempelajari ilmu kesehatan masyarakat secara umum adalah :
1. Epidemiologi
Ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan distribusi penyakit faktor penyebab
timbulnya penyakit atau tinggi rendahnya frekuensi penyakit
2. Biostatistik/statistik kesehatan
Merupakan ilmu yang mempelajari cara pengumpulan, pengolahan, penyajian dan
analisis data sehubungan dengan sehat dan sakit, kelahiran, kematian termasuk cara
pengambilan kesimpulan dengan memperhitungkan unsur ketidakpastian berdasarkan
konsep propabilitas
3. Kesehatan lingkungan
Adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh
positif terhadap terwujudnya status kesehatan masyarakat yang optimum juga. Ruang
lingkup kesehatan lingkungan :
a) Perumahan
b) Pembuangan tinja dan air limbah
c) Penyediaan air bersih
d) pembuangan sampah
e) pemberantasan vektor dan binatang pengganggu
4. Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku
Perilaku merupakan salah satu factor penentu status kesehatan masyarakat. Dalam
salah satu teori Green disebutkan bahwa perilaku dapat dipengaruhi oleh 3 faktor :
a. Predisposing Factors (pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai)
b. Enabling Factors (ketersediaan sumber/fasilitas kesehatan)
c. Reinforcing Factors (sikap dan perilaku petugas)
Ketiga factor diatas harus bersinergi secara bersama-sama dengan pendidikan
kesehatan untuk membentuk perilaku yang mendukung status kesehatan masyarakat.
5. Administrasi kesehatan masyarakat
Manajemen adalah ilmu dan seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya
secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah

[Modul 1] Kesehatan Masyarakat - Diploma III Kebidanan 13


ditetapkan, sedangkan Administrasi adalah ilmu dan seni yang mempelajari tentang
kerjasama sekelompok orang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan bersama
6. Gizi masyarakat
Ilmu Gizi adalah ilmu yang mempelajari atau mengkaji makanan yang dikaitkan
dengan kesehatan. Gizi masyarakat berkaitan dengan gangguan gizi pada kelompok
masyarakat, oleh sebab itu penekanannya bersifat preventif dan promosi. Masalah
gizi masy tidak hanya menyangkut kesehatan tetapi juga aspek ekonomi, social
budaya, pendidikan, kependudukan, dll.
7. Kesehatan kerja
Tujuan kesehatan kerja adalah untuk mencapai kesehatan masyarakat pekerja dan
lingkungan di sekitarnya serta produktifitas kerja yang setinggi-tingginya.
Penyebab kesehatan kerja :
Beban kerja (alat, waktu, tempat)
Beban tambahan (fisik, kimia, biologis, fisiologis, sosial fisiologis)
Kemampuan kerja (gizi dan kesehatan ibu, genetik dan lingkungan, jenis kelamin,
pendidikan, pengalaman, bentuk dan ukuran tubuh, ras dll

[Modul 1] Kesehatan Masyarakat - Diploma III Kebidanan 14


PENUGASAN MODUL 1
Sifat Penugasan : Take Home
Metode Penugasan : Reviu Kelompok Belajar
Bentuk Laporan Tugas : Laporan Tugas ditulis tangan yang rapi
Kertas A4
Estimasi Waktu Penyelesaian Tugas : 1 x 50 menit
Mekanisme Pengumpulan Tugas : Kolektif secara berjenjang dimulai dari :
1. Koordinator kelompok belajar masing-masing
mengumpulkan tugas kepada PJ MK untuk di verifikasi
kelengkapan laporan tugas sesuai dengan format verifikasi
dan tanda pengumpulan yang tersedia
2. PJ MK Kesmas menyerahkan laporan tugas kepada
Dosen MK Kesmas/Prodi Kebidanan beserta daftar
pengumpulan tugasnya.
Petunjuk Penyelesaian Tugas :

1. Tuliskan judul/topik penugasan, nama dan identitas kelompok Anda dan anggota secara jelas pada
lembar cover
2. Uraikan jawaban Anda secara jelas, padat dan tepat sesuai dengan soal
3. Jika diperlukan, lengkapi jawaban Anda dengan gambar / grafik /skema yang mendukung penjelasan
atas jawaban Anda
4. Selamat mengerjakan
Soal :

1. Deskripsikan bagaimana peranan bidan dalam meningkatkan status kesehatan ibu dan anak di
tingkat kecamatan !
2. Bagaimakah hubungan profesi bidan dengan profesi tenaga kesehatan lainnya terkait dengan
kerjasama upaya peningkatan status kesehatan reproduksi ?

DAFTAR PUSTAKA
Notoatmojo, Soekidjo; 2011; Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta

http://www.indonesian-publichealth.com/2013/01/sejarah-kesehatan-masyarakat.html

[Modul 1] Kesehatan Masyarakat - Diploma III Kebidanan 15

Anda mungkin juga menyukai