Anda di halaman 1dari 4

ngan batuk pilek biasa,tetapi karena daya tahan tubuh anak lemah maka penyakit dengan cepat

menjalar ke paru-paru dan anak tidak mendapatkan pengobatan dengan cepat.Seringkali ISPA tidak
menimbulkan kematian tetapi menimbulkan cacat tertentu[2]. BAB II ISI I.TRIAD EPIEMIOLOGI
A.AGENT Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara agent atau faktor
penyebab penyakit, manusia sebagai pejamu atau host dan faktor lingkungan yang mendukung
(environment). Ketiga faktor tersebut dikenal sebagai trias penyebab penyakit [7]. Berat
ringannya penyakit yang dialami amat ditentukan oleh sifat- sifat dari mikroorganisme sebagai
penyebab penyakit seperti : patogenitas, virulensi, antigenitas, dan infektivitas.Infeksi Saluran
Pernafasan atas Akut (ISPaA) seperti Faringitis dan Tonsilitis akut dapat disebabkan oleh karena
infeksi virus, bakteri ataupun jamur. Setengah dari infeksi ini disebabkan oleh virus yakni virus
influenza, parainfluenza, adeno virus, respiratory sincytial virus dan rhino virus[2,3]. ADENOVIRUS
B.HOST Umur Umur mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk terjadinya ISPA. Oleh
sebab itu kejadian ISPA pada bayi dan anak balita akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan
orang dewasa. Kejadian ISPA pada bayi dan balita akan memberikan gambaran klinik yang lebih
berat dan jelek, hal ini disebabkan karena ISPA pada bayi dan anak balita umumnya merupakan
kejadian infeksi pertama serta belum terbentuknya secara optimal proses kekebalan secara alamiah.
Sedangkan orang dewasa sudah banyak terjadi kekebalan alamiah yang lebih optimal akibat
pengalaman infeksi yang terjadi sebelumnya.Hasil survei kesehatan Rumah tangga (SKRT) tahun
1992 menunjukkan prevalensi ISPA untuk bayi 42,4% dan anak umur 1-4 tahun 40,6% sedangkan
Case Spesific Death Rate (CSDR) karena ISPA pada bayi 21% dan untuk anak 1-4 tahun 35%[3,6].
Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai negara termsuk Indonesia dan berbagai
publikasi ilmiah, dilaporkan berbagai faktor risiko yang meningkatkan insiden ISPA adalah anak
dengan jenis kelamin laki-laki [3]. Status Gizi Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi anak
adalah makanan dan penyakit infeksi yang mungkin diderita oleh anak. Anak yang mendapat makanan
baik tetapi sering diserang penyakit infeksi dapat berpengaruh terhadap status gizinya. Begitu
juga sebaliknya anak yang makanannya tidak cukup baik, daya tahan tubuhnya pasti lemah dan
akhirnya mempengaruhi status gizinya. Gizi kurang menghambat reaksi imunologis dan
berhubungan dengan tingginya prevalensi dan beratnya penyakit infeksi.Keadaan gizi yang buruk
muncul sebagai faktor resiko yang penting untuk terjadinya penyakit infeksi[2,6]. Dalam keadaan gizi
yang baik, tubuh mempunyai cukup kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap infeksi. Jika
keadaan gizi menjadi buruk maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun yang berarti kemampuan
tubuh mempertahankan diri terhadap serangan infeksi menjadi turun. Oleh karena itu, setiap bentuk
gangguan gizi sekalipun dengan gejala defisiensi yang ringan merupakan pertanda awal dari
terganggunya kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi [2,3,6] Status Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif Air
Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi serta mempunyai nilai gizi yang
paling tinggi dibandingkan dengan makanan yang dibuat manusia ataupun susu hewan seperti susu sapi
. Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif berarti hanya memberikan ASI saja, tanpa tambahan makanan atau
minuman apapun termasuk air (obat-obatan dan vitamin yang tidak dilarutkan dalam air mungkin dapat
diberikan kalau dibutuhkan secara medis). Anak sampai usia enam bulan pertama hanya membutuhkan
ASI Ekslusif menyediakan segala-galanya yang dibutuhkan anak usia ini , isapan anak menentukan
kebutuhannya, oleh karenanya diberikan kesempatan sepenuhnya ia untuk dapat menghisap
sepuasnya).. Bayi yang mendapat ASI Ekslusif lebih tahan terhadap ISPA (lebih jarang terserang ISPA),
karena dalam air susu ibu terdapat zat anti terhadap kuman penyebab ISPA[2,3]. Status Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke
dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang.
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit
hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari
penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya. Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak
karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap
serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan
secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan
hidup anak[2,3,6]. Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi
angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan
kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti
hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, TBC, dan lain
sebagainya. Infeksi ISPA adalah salah satu jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,
penyakit yang tergolong ISPA yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah difteri, batuk rejan dan
campak[2,8]. Berat Badan Lahir Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat
lahir yang kurang dari 2500 gram.BBLR membawa akibat bagi bayi berupa : daya tahan terhadap
penyakit infeksi rendah, pertumbuhan dan perkembangan tubuh lebih lamban, tingkat kematian
lebih tinggi dibanding bayi yang lahir dengan berat badan cukup. Bayi dengan BBLR sering
mengalami penyakit gangguan pernafasan, hal ini disebabkan oleh pertumbuhan dan pengembangan
paru yang belum sempurna dan otot pernafasan yang masih lemah[3,8]. BBLR berisiko mengalami
gangguan proses adaptasi pernapasan waktu lahir hingga dapat terjadi asfiksia, selain itu BBLR juga
berisiko mengalami gangguan napas yakni bayi baru lahir yang bernafas cepat > 60 kali/menit, lambat
< 30 kali/menit dapat disertai sianosis pada mulut, bibir, mata dengan/tanpa retraksi dinding
dada/epigastrik serta merintih, dengan demikian BBLR sangat beresiko untuk terkena ISPA
dibandingkan bayi bukan BBLR[2,3]. C.ENVIRONMENT Kepadatan Hunian Ruang Tidur
Berdasarkan KepMenkes RI No.829 tahun 1999 tentang kesehatan perumahan menetapkan bahwa luas
ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang
tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun. Bangunan yang sempit dan tidak sesuai dengan
jumlah penghuninya akan mempunyai dampak kurangnya oksigen didalam ruangan sehingga
daya tahan penghuninya menurun, kemudian cepat timbulnya penyakit saluran pernafasan seperti
ISPA. Kepadatan di dalam kamar terutama kamar balita yang tidak sesuai dengan standar akan
meningkatkan suhu ruangan yang disebabkan oleh pengeluaran panas badan yang akan meningkatkan
kelembaban akibat uap air dari pernapasan tersebut. Dengan demikian, semakin banyak jumlah
penghuni ruangan tidur maka semakin cepat udara ruangan mengalami pencemaran gas atau bakteri.
Dengan banyaknya penghuni, maka kadar oksigen dalam ruangan menurun dan diikuti oleh
peningkatan CO2 ruangan dan dampak peningkatan CO2 ruangan adalah penurunan kualitas udara
dalam ruangan.Artinya balita yang tinggal dalam rumah dengan padat penghuni merupakan faktor
resiko untuk terjadinya ISPA[2,3,6]. Penggunaan Anti Nyamuk Bakar Penggunaan anti nyamuk
sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan
karena menghasilkan asap dan bau tidak sedap. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah
akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan
pernafasan. Artinya balita yang tinggal dalam rumah yang menggunakan obat nyamuk bakar
merupakan faktor resiko untuk terjadinya ISPA[2,3,6]. Bahan Bakar Untuk Memasak ISPA merupakan
penyakit yang paling banyak di derita anak-anak. Salah satu penyebab ISPA adalah pencemaran
kualitas udara di dalam ruangan seperti pembakaran bahan bakar yang digunakan untuk memasak
dan asap rokok. Artinya balita yang dirumahnya menggunakan bahan bakar minyak tanah/kayu
bakar berpeluang menderita ISPA sebesar 2,24 kali lebih banyak dibanding dengan balita
yang dirumahnya menggunakan bahan bakar gas[2,3,6]. Keberadaan Perokok Rokok bukan hanya
masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200
diantaranya merupakan racun antara lain Carbon Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hidrocarbons
(PAHs) dan lain-lain[2,3,6]. Tingginya prevalensi perokok pasif pada balita dan umur muda
disebabkan karena mereka masih tinggal serumah dengan orangtua ataupun saudaranya yang merokok
dalam rumah.Balita yang perokok pasif inilah yang lebih rentan terkena ISPA. II.RIWAYAT
ALAMIAH PENYAKIT Kasifikasi ISPA dapat diketahui menurut [2,3] : a. Lokasi Anatomik Penyakit
ISPA dapat dibagi dua berdasarkan lokasi anatominya, yaitu : ISPA atas akut dan ISPA bawah
akut.ISPA atas akut adalah infeksi yang menyerang hidung sampai bagian faring seperti batuk pilek
(common cold), Pharingitis, Tonsilitis, Otitis, Ffluselesmas, radang tenggorok, Sinusitis dan lain-lain
yang relatif tidak berbahaya.ISPA atas akut digolongkan kedalam penyakit bukan pneumonia.ISPA
bawah akut adalah infeksi yang menyerang bagian epiglotis atau laring sampai dengan
alveoli,dinamakan sesuai dengan organ saluran nafas,contohnya
Epiglotitis,Laringitis,Laryngotrachetis,Bronchits,Bronchiolitis dan pneumonia yang sangat berbahaya
karena dapat menyebabkan kematian. b. Golongan Umur 1) Kelompok umur kurang dari 2 bulan,
dibagi atas : pneumonia berat dan bukan pneumonia. Pneumonia berat ditandai dengan adanya napas
cepat (Fast breathing), yaitu frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih, atau adanya
tarikan kuat pada dinding dada bagian bawah ke dalam (Severe chest indrawing), sedangkan bukan
pneumonia bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada nafas cepat. 2)
Kelompok umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun dibagi atas : pnemonia berat, pnemonia dan bukan
pnemonia. Pneumonia berat, bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah
ke dalam pada waktu anak menarik napas. Pneumonia didasarkan pada adanya batuk dan atau
kesukaran bernapas disertai adanya napas cepat sesuai umur, yaitu 40 kali permenit atau lebih. Bukan
pneumonia, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat [2,6].
c.Klasifikasi ISPA yang Tercantum Pada DTD (Daftar Tabulasi Dasar) Dalam DTD yang disusun
berdasarkan ICD (International Classification of Disease) dan dipakai pada penyusunan laporan data
kesakitan dari Puskesmas maupun Rumah Sakit, ISPA belum disusun dalam satu kelompok penyakit.
Diagnosis ISPA dalam daftar tersebut merupakan gabungan dari klasifikasi anatomik dan etiologi,
antara lain: difteria, batuk rejan, radang tenggorok Streptokok, campak, tonsilitis akut, laringitis dan
trakeitis akut, pneumonia, influenza[3]. A.MASA INKUBASI DAN KLINIS Masa inkubasi penyakit
ISPA yaitu 1 sampai dengan !4 hari.Gambaran klinik ISPA adalah pilek,nyeri tenggorokan,batuk-batuk
dengan dahak kering,mata merah dengan suhu badan meningkat antara 4-7hari lamanya[3].
III.PENCEGAHAN Pencgahan Tngkat Pertama Ditujukan kepada orang sehat dengan usaha
peningkatan derajat kesehatan (health promotion) dan pencegahan khusus (specific
prevention),diantaranya: a.Penyuluhan Penyuluhan dilakukan oleh tenaga ksehatan dimana kegiatan in
diharapkan dapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat terhadap hal-hal yang dapat meningkatkan
faktor resiko terjadinya ISPA.kegiztzn penyuluhzn ini dapat berupa penyuluhan penyakit
ISPA,penyuuhan ASI eksklusif,penyuluhan gizi seimbang paa ibu dan anak,penyuluhan kesehatan
lingkungan,penyuluhan bahaya rokok[3]. b.Imunisasi Mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasi
agar anak memperoleh kekebalan dalam tubuhnya anak perlu mendapatkan imunisasi yaitu DPT.
Imunisasi DPT salah satunya dimaksudkan untuk mencegah penyakit Pertusis yang salah satu
gejalanya adalah infeksi saluran nafas[6]. c.Mengusahakan agar anak mempunyai gizi yang baik[2,3,6]
Bayi harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah makanan yang paling baik untuk
bayi. Beri bayi makanan padat sesuai dengan umurnya. Pada bayi dan anak, makanan
harus mengandung gizi cukup yaitu mengandung cukup protein (zat putih telur), karbohidrat, lemak,
vitamin dan mineral. Makanan yang bergizi tidak berarti makanan yang mahal. Protein misalnya
dapat di peroleh dari tempe dan tahu, karbohidrat dari nasi atau jagung, lemak dari kelapa atau minyak
sedangkan vitamin dan mineral dari sayuran,dan buah-buahan. Bayi dan balita hendaknya secara
teratur ditimbang untuk mengetahui apakah beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu diperiksa
apakah ada penyakit yang menghambat pertumbuhan. d.Program KIA yang menangani kesehatan ibu
dan bayi berat badan lahir rendah[8] e.Program penyehatan lingkungan pemukiman (PLP) yang
menangani masalah polusi baik di dalam maupun di luar rumah. Perilaku hidup bersih dan sehat
merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA, sebaliknya perilaku yang tidak
mencerminkan hidup sehat akan menimbulkan berbagai penyakit. Perilaku ini dapat dilakukan melalui
upaya memperhatikan rumah sehat, desa sehat dan lingkungan sehat[6]. Pencegahan Tingkat Kedua
Dalam penanggulangan ISPA dilakukan dengan upaya pengobatan dan diagnosis sedini
mungkin.Adapunbeberapa hal yang perlu dilakkan ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA
adalah : a.Mengatasi panas(demam) Untuk balita , demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau
dengan kompres dengn mengunakan air bersih. b.Pemberian makanan dan minuman Memberikan
makanan yang cukup tinggi gizi dan memberikan ASI,Usahakan memberikan cairan (air putih /air
biasa)lebih banyak dari biasanya[2,3,6]. Pencegahan Tingkat Ketiga Tingkat Pencegahan ini ditujukan
kepada balita yang buka pneumonia agar tidak menjadi lebih parah (pneumonia)dan mengakibatkan
kecacatan dan berakhir kematian.Upaya yang dapat dilakukan pada pencegahan penyakit bukan
pneumonia pada bayi dan balita yaitu perhatikan apabila timbul gejala pneumonia seperti nafas menjadi
sesak,anak tidak mampu minum,dan sakit bertambah menjadi parah,agar tidak menjadi parh bwalah
anak kembali ke petugas kesehatan dan melakukan perawatan spesifik dirumah dengan memberikan
asuppam gizi dan lebih sering memberikan ASI[3]. IV.PENGOBATAN Pengobatan dan Perawatan
ISPA Ringan Pengobatan dan perawatan penderita ISPA ringan dilakukan di rumah. Jika anak
menderita ISPA ringan maka yang harus dilakukan adalah hal-hal sebagai berikut[2,3] : A. Demam 1)
Bila demam dilakukan kompres. Cara mengompres adalah sebagai berikut : a.Ambillah secarik kain
yang bersih (saputangan atau handuk kecil). b. Basahi atau rendam kain tersebut dalam air dingin yang
bersih atau rendam kain tersebut dalam air dingin yang bersih atau air es, kemudian peras. c. Letakkan
kain di atas kepada atau dahi anak tapi jangan menutupi muka. d. Jika kain sudah tidak dingin lagi
basahi lagi dengan air, kemudian peras lalu letakkan lagi di atas dahi anak. e. Demikian seterusnya
sampai demam berkurang.. 2) Berikan obat penurun panas dari golongan parasetamol[2,3] Untuk anak
usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres,
bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam
untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan
diminumkan B. Pilek [3] Jika anak tersumbat hidungnya oleh ingus maka usahakanlah membersihkan
hidung yang tersumbat tersebut agar anak dapat bernafas dengan lancar. Membersihkan ingus harus
hati-hati agar tidak melukai hidung. C. Batuk [3] Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu
ramuan tradisional yaitu jeruk nipis sendok teh dicampur dengan kecap atau madu sendok teh ,
diberikan tiga kali sehari. D. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan [2,3,6] : a.Suruhlah anak beristirahat
atau barbaring di tempat tidur b.Berikan cukup minum tapi jangan berikan air es atau minuman yang
mengandung es.Dapat diberikan teh manis, air buah atau pada bayi dapat diberikan air susu ibu. c.
Berikan makanan yang cukup dan bergizi [8] d.Anak jangan dibiarkan terkena hawa dingin atau hawa
panas. Pakaian yang ringan hendaknya dikenakan pada anak tersebut. e.Hindarkanlah orang merokok
dekat anak yang sakit dan hindarkan asap dapur atau asap lainnya mengenai anak yang sakit.
f.Perhatikan apakah ada tanda-tanda ISPA sedang atau ISPA berat yang memerlukan bantuan khusus
petugas kesehatan. . Pengobatan pada ISPA a.Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan
antibiotik melalui jalur infus , di beri oksigen dan sebagainya[3,6]. b.Pneumonia: diberi obat antibiotik
melaui mulut. Pilihan obatnya Kotrimoksasol, jika terjadi alergi / tidak cocok dapat diberikan
Amoksilin, Penisilin, Ampisilin[3,8] c.Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan
perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak
mengandung zat yang merugikan. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol.
Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah
disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman
streptococcuss dan harus diberi antibiotik selama 10 hari[3,6].

Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ

Anda mungkin juga menyukai