TEKNIK PENDINGIN
Puji serta syukur kami panjatkan kepada Illahi Robbi yang telah memberikan
kekuatan dan kelapangan kepada kami, sehingga kami mampu menyusun buku ajar ini.
Buku ajar ini berisi tentang pengetahuan teknik pendingin yang meliputi: dasar-dasar
refrigerasi dan tata udara, komponen utama refrigerasi dan tata udara, refrigeran dan
minyak pelumas, sistem kompresi uap, psychrometric, estimasi beban pendingin, sistem
air conditioning, dan peralatan kerja refrigerasi dan tata udara.
Buku ajar tentang teknik pendingin yang diperlukan di Indonesia masih langka,
apalagi yang ditulis dalam bahasa Indonesia lebih sukar lagi mendapatkannya.
Berdasarkan hal tersebut penulis menyusun buku ajar tentang teknik pendingin guna
menambah perbendaharaan buku tentang teknik pendingin dalam bahasa Indonesia.
Buku ajar ini dipersiapkan dalam waktu yang relatif singkat dan juga karena
keterbatasan pada kemampuan dan pengalaman yang dimiliki penulis, sehingga isi buku
ini masih jauh dari baik dan sempurna. Namun demikian penulis telah berusaha sekuat
tenaga agar dapat menyajikan sesuatu yang kiranya cukup memadai untuk dibaca. Besar
harapan penulis agar buku ini dapat menambah pengetahuan, meningkatkan kecerdasan
dan memperdalam kepandaian kita dalam bidang teknik pendingin.
Kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan sehingga
buku ini dapat tersusun dengan rapih, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya. Segala saran dan kritik demi kesempurnaan buku ini akan penulis terima
dengan senang hati.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I DASAR-DASAR REFRIGERASI DAN TATA UDARA 1
A. Kalor 1
B. Zat (Benda) 4
C. Gaya (Force) 5
D. Tekanan 5
1. Tekanan Atmosfir 5
2. Tekanan Manometer (Pengukuran) 6
3. Tekanan Absolut 6
4. Hubungan Suhu dan Tekanan 7
E. Kerja (Work) 7
F. Daya 8
G. Hukum konservasi energi 8
H. Jumlah panas 8
I. Panas jenis 9
J. Humidity (Kelembaban) 9
K. Hubungan temperatur-volume pada tekanan konstan 10
L. Hukum Charles untuk proses tekanan konstan 11
M. Hubungan tekanan-volume pada temperatur konstan 12
N. Hubungan tekanan-temperatur pada volume konstan 13
O. Hukum Charles untuk proses volume konstan 14
P. Hukum Gas Umum 15
iii
Q. Gas ideal atau gas sempurna 16
R. Proses-proses untuk gas ideal 16
1. Proses volume konstan 17
2. Proses tekanan konstan 18
3. Proses temperatur konstan 18
4. Proses adiabatik 18
5. Proses politropik 20
6. Hubungan PVT selama proses adiabatik 21
S. Titik didih 21
T. Temperatur jenuh 22
U. Uap Jenuh 22
V. Uap panas lanjut dan Cairan dingin lanjut 23
W. Pengaruh tekanan pada temperatur jenuh 24
BAB II KOMPONEN UTAMA REFRIGERASI DAN TATA UDARA 27
A. Kompresor 27
1. Jenis kompresor berdasarkan letak motornya 27
a. Kompresor open type 27
b. Kompresor semi hermetic 29
c. Kompresor hermetic 30
2. Jenis kompresor berdasarkan cara kerjanya 30
a. Kompresor Reciprocating (Torak) 30
b. Kompresor rotary centrifugal 31
c. Kompresor helical-rotary screw 33
d. Kompresor scroll 34
B. Kondensor 35
1. Air Cooled Condenser 36
a. Remote condenser 37
b. Condensing unit 38
2. Water Cooled Condenser 39
a. Shell and Tubes Condenser 40
b. Shell and Coil Condenser 41
c. Tubes in Tube Condenser 41
3. Evaporative Condenser 42
iv
C. Evaporator 44
1. Jenis evaporator berdasarkan konstruksinya 44
a. Bare tube evaporator 44
b. Finned tube evaporator 44
c. Plate surface evaporator 45
2. Jenis evaporator berdasarkan metoda pemasokan refrigerannya 45
a. Dry expansion evaporator 45
b. Flooded evaporator 46
3. Jenis evaporator berdasarkan sirkulasi udaranya 47
a. Natural convection evaporator 47
b. Forced convection evaporator 47
4. Jenis evaporator berdasarkan fluida yang didinginkan 48
a. Air cooling evaporator 48
b. Liquid chilling evaporator 48
1) Double pipe cooler (tube in tube cooler) 48
2) Baudelot cooler (falling film surface) 49
3) Shell and coil evaporator 49
4) Shell and tube evaporator 49
5. Jenis evaporator berdasarkan sistem kontak refrigerannya 50
a. Direct system 50
b. Indirect system 50
D. Alat ekspansi 50
1. Keran ekspansi yang diputar dengan tangan (manual) 51
2. Keran pelampung sisi tekanan rendah 52
3. Keran pelampung sisi tekanan tinggi 53
4. Keran ekspansi otomatis 54
5. Keran ekspansi thermotatis 55
6. Pipa kapiler 56
BAB III REFRIGERAN DAN MINYAK PELUMAS 57
A. Definisi Refrigeran 57
B. Jenis-jenis Refrigeran 59
1. Refrigerant R-11, CC13F, Trichloro Monofluora Methane 59
2. Refrigerant R-12, CL2F2 Dichloro Difluoro Methane 59
v
3. Refrigerant R-22, CHCLF2 Chloro Difluoro Methane 61
4. Refrigerant R-113, C2Cl2F3, Trichloro Trifluoro Ethane 62
5. Refrigerant R-114 C2Cl2F4, Dichloro Tetrafluoro Ethane 62
6. Refrigerant R-500, CCL2F2/CH3-CHF2 Azeotrope 63
7. Refrigerant R-502, ChCLF2/CClF2-CF3 Azeotrope 64
8. Amonia R-717. NH3 65
9. Carbon Dioxide, R-744, CO2 66
10. Sulfur Dioxide, R-764, SO2 67
11. Methylchloride, R-40, CH3CL 67
C. Minyak Pelumas 68
D. Kekentalan (Viscosity) Minyak Pelumas 69
BAB IV SISTEM KOMPRESI UAP 71
A. Siklus kompresi uap 71
B. Model siklus kompresi uap 72
C. Diagram tekanan-entalpi 73
D. Proses pendinginan 75
1. Proses ekspansi 76
2. Proses evaporasi 77
3. Proses kompresi 77
4. Proses kondensasi 77
E. Pengaruh superheating refrigeran uap pada siklus refrigerasi 78
F. Pengaruh subcooling refrigerant cair pada siklus refrigerasi 80
BAB V PSYCHROMETRIC 83
A. Definisi Psychrometric 83
B. Letak Garis dan Skala Pada Grafik 85
C. Hubungan antara Bagian-bagian Psychrometric 87
D. Penggunaan Praktis Kandungan Uap Air (Humidity) 96
1. Pengkondisian Udara Di Musim Dingin 96
2. Pengkondisian Udara Di Musin Panas 98
3. Kondensasi atau Pengembunan Di Musim Dingin 99
E. Aplikasi Term Pengembunan/Kondensasi Secara Praktis 100
vi
BAB VI ESTIMASI BEBAN PENDINGINAN 103
A. Macam-macam beban pendinginan 103
B. Waktu operasi (equipment running time) 103
C. Perhitungan beban pendinginan 105
1. Beban panas dari dinding (the wall gain load) 105
2. Beban panas dari pertukaran udara (the air change load) 105
3. Beban panas dari produk 106
4. Beban panas dari alat-alat (beban tambahan) 107
D. Faktor perpindahan panas melalui dinding (wall gain load) 107
E. Menentukan harga faktor U (determination of the U faktor) 108
F. Perbedaan temperatur diantara dinding ruangan pendingin 111
G. Perbedaan temperatur diantara lantai dan langit-langit 111
H. Pengaruh radiasi matahari 112
I. Perhitungan beban panas dari dinding 112
J. Perhitungan beban panas dari udara 115
K. Perhitungan beban panas dari produk 117
L. Faktor pendinginan mula (chilling rate faktor) 119
M. Panas respirasi 120
N. Beban panas dari pembungkus produk 121
O. Perhitungan beban tambahan (miscellaneous load) 121
P. Penggunaan faktor keselamatan (safety faktor) 121
Q. Cara pendek untuk menghitung beban pendinginan 122
BAB VII SISTEM AIR CONDITIONING 123
A. Gambaran umum Air Conditioning 123
B. Jenis-jenis Air Conditioning 124
1. AC Window 124
2. AC Mini split 124
3. AC Split Duct 125
4. VRV System 126
C. Prinsip Kerja Air Conditioning 127
1. Siklus Aliran Refrigeran 127
2. Siklus Aliran Udara 129
vii
D. Precision Air Conditioning (PAC) 129
1. Keakuratan pengontrolan temperatur dan kelembaban ruangan 130
2. Kualitas udara yang disirkulasikan 130
3. Jam operasi unit 131
E. Fungsi Precision Air Conditioning 131
F. Jenis-jenis PAC 132
1. Jenis PAC berdasarkan sistem kerjanya 132
a. DX (Direct Expansion) 132
b. Chilled Water 134
c. Dual Cooling System 134
2. Jenis PAC berdasarkan arah alirannya 135
a. Up flow 135
b. Down flow 135
G. Prinsip kerja Precision Air Conditioning 135
H. Gambaran Umum AC Sentral 135
1. Chiller 137
2. Jenis jenis Chiller 137
a. Air cooled Chiller 137
b. Water cooled Chiller 138
c. Absorption Chiller 139
3. Air Handling Unit (AHU) 140
4. Cooling Tower 140
BAB VIII PERALATAN KERJA REFRIGERASI DAN TATA UDARA 142
A. Manifold Gauge 142
B. Pompa Vakum 143
C. Leak Detector 144
D. Thermometer 145
E. Multitester 145
F. Tang ampere 146
G. Kapasitor Tester 147
H. Mesin 3R (Recovery, Recycle dan Recharging) 148
I. Cutting Copper Tubing 148
J. Flaring Copper Tubing 149
viii
K. Swaging Copper Tubing 149
L. Bending Copper Tubing 150
M. Brazing Copper Tubing 150
N. Dental Mirror 151
O. Alat Pembuntu pipa (Pinch-Off tool) 151
1. Pembuntu pipa jenis Vise-Grip 151
2. Pembuntu pipa jenis plat (Imperial) 152
3. Pembuntu pipa jenis ragum (Robin air) 152
P. Katup Servis (Service Valve) 153
DAFTAR PUSTAKA 154
GLOSSARY 155
LAMPIRAN 159
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Skala temperatur 1
Gambar 1.2 Proses perpindahan kalor 2
Gambar 1.3 Proses penambahan kalor 2
Gambar 1.4 Nilai Kalor sensibel dan laten 3
Gambar 1.5 Perubahan wujud zat dari cair ke gas 4
Gambar 1.7 Tekanan atmosfir 6
Gambar 1.8 Skala pengukuran tekanan atmosfir dan manometer 6
Gambar 1.9 Skala pengukuran tekanan absolut 7
Gambar 1.10 Kandungan uap air relativ 10
Gambar 1.11 Proses tekanan konstan 11
Gambar 1.12 Proses temperatur konstan 12
Gambar 1.13 Proses volume konstan 13
Gambar 1.14 Hubungan tekanan-volume pada proses adiabatik 19
Gambar 1.15 Hubungan tekanan-volume pada proses politropik 20
Gambar 1.16 Uap jenuh (saturated vapor) 22
Gambar 1.17 Uap panas lanjut (superheated vapor) 23
Gambar 1.18 Grafik hubungan tekanan dan temperatur uap jenuh air 24
Gambar 1.19 Pengaruh tekanan pada temperatur jenuh cairan 25
Gambar 2.1 Kompresor Open-Type 28
Gambar 2.2 Kompresor Semi hermetic 29
Gambar 2.3. Hermetic-Type Compressor 30
Gambar 2.4 Kompresor resiprocating 31
Gambar 2.5 Rotary-Centrifugal Compressor 31
Gambar 2.6 Impeller blade, passage, diffuser passage dan volute 32
Gambar 2.7 Multistage Centrifugal Compressor 32
Gambar 2.8 Kompresor twin screw dan single screw 33
Gambar 2.9 Mekanisme refrigeran di kompresor 34
x
Gambar 2.10 Kompresor Scroll 35
Gambar 2.11 Air Cooled Condenser 36
Gambar 2.12 Jenis remote air cooled condenser 38
Gambar 2.13 Condensing unit. 38
Gambar 2.14 Water Cooled Condenser 39
Gambar 2.15 Shell and Tubes Condenser 40
Gambar 2.16 Shell and Coil Condenser 41
Gambar 2.17 Tubes and Tube Condenser 41
Gambar 2.18 Evaporative condenser 42
Gambar 2.19 Bare tube evaporator 44
Gambar 2.20 Finned tube evaporator 45
Gambar 2.21 Plate surface evaporator 45
Gambar 2.22 Dry expansion evaporator 46
Gambar 2.23 Flooded evaporator 46
Gambar 2.24 Natural convection evaporator 47
Gambar 2.25 Forced convection evaporator 47
Gambar 2.26 Tube in tube evaporator 48
Gambar 2.27 Baudelot cooler 49
Gambar 2.28 Shell coil evaporator 49
Gambar 2.29 Shell and tube evaporator 50
Gambar 2.30 keran ekspansi yang diputar dengan tangan 51
Gambar 2.31 keran pelampung sisi tekanan rendah pada evaporator banjir 52
Gambar 2.32 Keran pelampung sisi tekanan tinggi 53
Gambar 2.33 Keran ekspansi otomatis 54
Gambar 2.34 Keran ekspansi thermostatis, Sporlan tipe G 55
Gambar 4.1 Siklus diagram sistem refrigerasi kompresi uap sederhana 71
Gambar 4.2 Model siklus kompresi uap 72
Gambar 4.3 Sketsa diagram tekanan-entalpi 74
Gambar 4.4 Sketsa Ph diagram 75
Gambar 4.5 Diagram Ph untuk siklus refrigerasi pada temperatur 75
penguapan 200F dan temperatur kondensasi 1000F
xi
Gambar 4.8 Ph diagram untuk perbandingan siklus satarusi dengan 79
siklus superheated
Gambar 4.9 Ph diagram untuk perbandingan siklus satarusi dengan 80
siklus subcooled
Gambar 5.1 Grafik psychrometric 83
Gambar 5.2 Ilustrasi Grafik psychrometric 86
Gambar 5.3 Garis temperatur kering dan basah 86
Gambar 5.4 Garis temperatur kondensasi dan kanduangan uap air relatif 87
Gambar 5.5 Garis tetes uap air (grains of moisture) 87
Gambar 5.6 Cara menentukan kandungan uap air relatif (RH) 88
Gambar 5.7 Cara menentukan temperatur basah 89
Gambar 5.8 Cara menentukan temperatur kering 90
Gambar 5.9 Cara menentukan temperatur pengembunan kesatu 91
Gambar 5.10 Cara menentukan temperatur pengembunan kedua 92
Gambar 5.11 Cara menentukan temperatur pengembunan ketiga 93
Gambar 5.12 Cara menentukan jumlah tetes air 94
Gambar 5.13 Cara menentukan jumlah tetes air per ft3 udara 95
Gambar 5.14 Cara menentukan kondisi nyaman di musim dingin 97
Gambar 5.15 Cara menentukan kondisi nyaman di musim panas 98
Gambar 5.15 Cara menentukan temperatur pengembunan di musim dingin 100
Gambar 5.16 Cara menentukan temperatur pengembunan 101
pada permukaan saluran udara (duct)
xii
Gambar 7.11 PAC tipe Glycool system 133
Gambar 7.12 PAC tipe Chilled water system 134
Gambar 7.13 Dual cooling system 134
Gambar 7.14 Arah Aliran udara PAC 135
Gambar 7.15 AC Sentral 136
Gambar 7.16 Chiller 137
Gambar 7.16 Air Coold Chiller 138
Gambar 7.17 Water coold chiller 138
Gambar 7.18 Absoption Chiller 139
Gambar 7.19 Air Handling Unit 140
Gambar 7.19 Cooling Tower 141
Gambar 7.20 Natural draft 141
Gambar 7.21 Force Draft 141
Gambar 8.1 Manifold gauge 142
Gambar 8.2 Pompa vakum 143
Gambar 8.3 Elektronik Leak Detector 144
Gambar 8.4 Thermometer 145
Gambar 8.5 Multitester 145
Gambar 8.5 Tang ampere 146
Gambar 8.6 Capasitor Tester 147
Gambar 8.7 Mesin 3R 148
Gambar 8.8 Tubing Cutter 148
Gambar 8.9 Flaring Tools 149
Gambar 8.10 Swaging Tools 149
Gambar 8.11 Bending 150
Gambar 8.12 Brazzing Tools 151
Gambar 8.13 Dental Mirror 151
Gambar 8.14 Pembuntu pipa jenis vise grip 152
Gambar 8.15 Pembuntu pipa jenis plat 152
Gambar 8.16 Pembuntu pipa jenis ragum 152
Gambar 8.17 Katup servis 153
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kelebihan dan kekurangan kompresor open type 28
Tabel 2.2 Kelebihan dan kekurangan kompresor semi hermetic 29
Tabel 2.3 Kelebihan dan kekurangan kompresor hermetic 30
Tabel 2.4 Patokan penentuan suhu kondensasi 43
Tabel 3.1 Beberapa Merk dagang refrigeran 58
Tabel 3.2 Warna tabung Refrigeran 58
Tabel 3.3 Pedoman Kekentalan Minyak Pelumas 70
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Tabel 6.1 Heat transfer coefficient (U) for cold storage rooms 159
Lampiran 2 Tabel 6.2 Heat transfer coefficient (U) for cold storage rooms 160
Lampiran 3 Tabel 6.3 Heat transfer coefficient (U) for cold storage rooms 161
Lampiran 4 Tabel 6.4 Thermal conductivity of materials used in cold storage 162
rooms
Lampiran 5 Tabel 6.5 Faktor U untuk kaca atau gelas dan Tabel 6.5A Surface 163
Conductance (f) for building structures
Lampiran 9 Tabel 6.9A Average air changes per 24 hours for storage rooms 172
above 320F due to door opening and infiltration dan Tabel 6.9B
Average air changes per 24 hours for storage rooms below 320F
due to door opening and infiltration
xv
BAB I
DASAR-DASAR REFRIGERASI DAN TATA UDARA
A. Kalor
Kalor adalah salah satu bentuk energi yang tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan. Kalor dapat diubah bentuknya menjadi energi lain. Kalor adalah energi
yang berpindah jika terdapat perbedaan temperatur. Kalor akan mengalir dari benda
yang bertemperatur tinggi ke benda yang bertemperatur rendah. Kejadian ini akan terus
berlangsung sampai diperoleh keseimbangan temperatur (termal).
Temperatur adalah tingkatan atau derajat panas atau dingin dari suatu benda yang
umumnya diukur dalam satuan derajat Fahrenheit (0F) atau Celcius (0C), seperti
ditunjukkan oleh Gambar 1.1. Jika kalor ditambahkan pada suatu benda maka
temperatur benda itu akan naik. Begitu pula sebaliknya jika kalor dikurangi/dipindahkan
dari suatu benda maka temperatur benda itu akan turun atau menjadi rendah.
Temperatur rendah itulah yang disebut dingin.
1
Gambar 1.2 Proses perpindahan kalor
Sumber: https://www.educate-sustainability.eu
Sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 1.2, proses perpindahan kalor pada suatu
zat terjadi dengan tiga cara yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. Perpindahan kalor
secara konduksi adalah perpindahan kalor melalui suatu zat yang sama tanpa disertai
perpindahan bagian-bagian dari zat itu. Contoh: besi yang dipanaskan. Konveksi adalah
perpindahan kalor melalui media gas atau cairan, sebagai contoh udara di dalam lemari
es dan air yang dipanaskan di dalam cerek. Radiasi adalah perpindahan kalor dari suatu
bagian yang yang lebih tinggi suhunya ke bagian lain yang lebih rendah suhunya tanpa
melalui zat perantara, contohnya: cahaya matahari, panas lampu dan tungku api.
Perpindahan kalor secara radiasi hanya dapat terjadi melalui gas, benda yang transparan,
dan ruang yang hampa udara (vacum).
Pada sistem refrigerasi dan air conditioning, satuan energi kalor dinyatakan
dalam British Thermal Unit (BTU). BTU adalah sejumlah kalor yang diperlukan untuk
menaikkan temperatur 1 pon air sebesar 10F. Air digunakan sebagai standar untuk
menghitung jumlah kalor. Pada gambar 1.3 ditunjukkan ilustrasi dari proses
penambahan kalor pada air.
2
Pada penggunaannya dikenal dua istilah kalor yaitu kalor sensibel dan kalor
laten. Kalor sensibel adalah kalor yang dapat diukur, kalor yang menyebabkan
terjadinya kenaikkan/penurunan temperatur. Kalor laten adalah kalor yang diperlukan
untuk merubah phasa benda, mulai dari titik lelehnya atau titik didihnya atau titik
bekunya sampai benda itu berubah phasa secara sempurna, tetapi temperaturnya tetap.
Kalor laten yang diperlukan untuk merubah phasa padat ke cair disebut kalor laten fusi
(latent heat of fusion). Kalor laten yang diperlukan untuk merubah phasa cair ke padat
disebut kalor laten pembekuan (latent heat of freezing). Kalor laten yang diperlukan
untuk merubah phasa cair ke gas (uap) disebut kalor laten penguapan (latent heat of
vaporization) dan kalor laten yang diperlukan untuk merubah phasa gas ke cair disebut
kalor laten pengembunan (latent heat of condensation). Besaran nilai kalor laten dan
sensible dari air untuk berubah wujud dan temperaturnya ditunjukkan oleh Gambar 1.4.
3
B. Zat (Benda)
Wujud (phasa) benda yang ada dipermukaan bumi terdiri atas tiga keadaan yaitu
padat, cair dan gas. Diantara ketiganya itu terdapat perbedaan sebagai berikut: (1) benda
dalam keadaan padat memiliki bentuk dan isi yang tetap karena molekul-molekulnya
saling merapat satu sama lain. (2) benda dalam keadaan cair isinya tetap dan bentuknya
berubah-ubah menyesuaikan dengan tempatnya. (3) benda dalam keadaan gas bentuk
dan isinya selalu berubah-ubah. Walaupun ketiga benda tersebut memiliki phasa yang
berbeda-beda, tetapi salah satu phasa benda itu bisa berubah ke phasa benda yang
lainnya. Sebagai contoh pada Gambar 1.5 Proses perubahan phasa suatu benda, dimana
air (cair) dapat berubah menjadi uap (gas) yang bergantung pada temperatur dan
tekanan disekitarnya. Beberapa proses perubahan phasa benda adalah sebagai berikut :
1. Membeku, yaitu perubahan dari cair ke padat
2. Mencair, yaitu perubahan dari padat ke cair
3. Menguap, yaitu perubahan dari cair ke gas (uap)
4. Mengembun, yaitu perubahan dari uap ke cair
5. Menyublim, yaitu perubahan dari padat ke uap tanpa melalui proses perubahan ke
cair.
6. Mengendap (deposition) yaitu perubahan dari gas ke padat tanpa melalui proses
perubahan ke cair.
Pada sistem refrigerasi dan tata udara proses perubahan phasa benda sangat berperan
besar, secara khusus dilakukan oleh refrigeran. Refrigeran adalah bahan pendingin
4
berupa fluida yang digunakan untuk menyerap kalor melalui perubahan phasa cair ke
gas (menguap) dan membuang kalor melalui perubahan phasa gas ke cair (mengembun).
C. Gaya (Force)
Gaya didefinisikan sebuah dorongan atau tarikan. Sesuatu yang cenderung
mendorong benda untuk melakukan suatu gerakan atau untuk membantu gerakan benda
untuk berhenti, atau untuk mengubah arah gerakan. Gaya juga dapat merubah ukuran
atau bentuk sebuah benda. Benda tersebut dapat berupa belitan, belokan, rentangan,
yang ditekan atau yang lainnya yang berubah bentuk oleh gerakan akibat sebuah gaya.
Gaya lebih dikenal sebagai berat (weight). Berat suatu benda dapat diukur dengan gaya
yang didesakan pada benda oleh tarikan gravitasi bumi (Gambar 1.7). Ada banyak gaya
selain gaya gravitasi, semua gaya diukur dengan satua berat. Namun demikian,
kebanyakan gaya diberi satuan dalam pound (lb) dan satuan lain juga dapat digunakan.
D. Tekanan
Cara memahami air conditioning terlebih dahulu harus memahami tekanan.
Tekanan adalah gaya per satuan luas. Semua benda padat, cair dan gas mempunyai
tekanan. Benda padat memberikan tekanan kepada benda lain yang menunjangnya.
Misalnya kaki lemari es memberikan tekanan kepada lantai. Cairan di dalam bejana
memberikan tekanan kepada dinding dan alas bejana itu. Gas di dalam tabung
memberikan tekanan kepada tabung. Tekanan gas di dalam tabung dipengaruhi oleh
suhu dan jumlah gasnya. Kerja suatu AC sebagian besar tergantung dari perbedaan
tekanan di dalam sistem. Kita harus mengerti arti macam-macam tekanan yang
berhubungan dengan air conditioning. Tekanan tersebut ada tiga macam yaitu tekanan
atmosfir, tekanan manometer (pengukuran) dan tekanan absolut (mutlak).
1. Tekanan Atmosfir
Bumi kita diselimuti udara (21% oksigen, 78% nitrogen dan 1% unsur lain) yang
disebut atmosfir, yang tebalnya diperkirakan lebih dari 600 mil (965,6 km) diukur dari
permukaan bumi. Udara itu mempunyai berat dan berat itulah yang dikenal sebagai
tekanan atmosfir. Besarnya tekanan atmosfir diukur mulai dari permukaan air laut,
besarnya kira-kira 14,7 psi, seperti ditunjukkan oleh Gambar 1.7.
5
Gambar 1.7 Tekanan atmosfir
Sumber : http://hendrix2.uoregon.edu/~imamura/102/section2/chapter14.html
3. Tekanan Absolut
Tekanan absolut adalah tekanan yang sesungguhnya. Jumlah tekanan manometer
dan tekanan atmosfir pada setiap saat disebut tekanan absolut. Titik nol (0) pada tekanan
6
absolut adalah vakum 100% atau tidak ada tekanan sama sekali = 0 psia. Pada Gambar
1.9 ditunjukkan skala pengukuran tekanan absolut, dimana tekanan 1 atmosfir pada
tekanan absolut adalah 14,7 psia. Tekanan absolut = tekanan manometer + tekanan
atmosfir.
E. Kerja (Work)
Kerja sesuatu yang dilakukan ketika gaya bekerja pada benda yang bergerak
sejauh benda itu. Jumlah kerja yang dilakukan adalah gaya yang dihasilkan dan sejauh
jarak, dimana gaya bekerja. Hubungan tersebut ditunjukkan oleh persamaan 1-1.
W = F x I (1-1)
dimana :
7
W : Kerja yang dilakukan
F : Gaya
I : Jarak sejauh gaya yang bekerja
Kerja yang dilakukan selalu dinyatakan dalam bentuk satuan yang sama dengan yang
digunakan untuk menyatakan besarnya gaya dan jarak. Untuk jarak, jika gaya
dinyatakan dalam pound (lb) dan jarak dinyatakan dalam feet (ft), kerja yang dilakukan
dnyatakan dalam foot-pound (ft-lb). Foot-pound satuan yang sering digunakan untuk
mengukur kerja.
F. Daya
Daya adalah jumlah kerja yang dilakukan. Daya adalah kerja yang dilakukan
yang didapat dari waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kerja. Satuan daya adalah
tenaga kuda (Horsepower, Hp). Satu tenaga kuda didefinisikan daya yang diperlukan
untuk melakukan kerja sejumlah 33.000 ft-lb per menit atau 33.000/60 sama dengan
550 ft-lb per detik. Daya yang dibutuhkan dalam tenaga kuda dapat ditentukan dengan
persamaan 1-2.
W
Hp = (1-2)
33.000 xt
dimana :
Hp : Tenaga kuda
W : Kerja yang dilakukan (foot-pound)
t : Waktu (menit)
H. Jumlah panas
Ukuran jumlah panas dinyatakan dalam British thermal unit (Btu). Air
digunakan sebagai standar untuk menghitung jumlah panas, karena untuk menaikkan
8
temperatur 10 F untuk tiap 1 lb air diperlukan panas 1 Btu (pada permukaan air laut).
Dua Btu artinya menaikkan temperatur air sebanyak 1 lb untuk 20 F atau menaikkan
temperatur air sebanyak 2 lb sebesar 10 F. Oleh karenanya untuk menghitung jumlah
panas yang dibutuhkan/dibuang digunakan persamaan1-3.
Btu = W x t (1-3)
Di mana:
W : jumlah air (lb)
t : perbedaan temperatur (0F)
I. Panas jenis
Panas jenis suatu benda artinya jumlah panas yang diperlukan benda itu agar
temperaturnya naik 10 F. Panas jenis air adalah 1, untuk mendapatkan panas jenis benda
lain panas jenis air dijadikan sebagai pembanding. Harga panas jenis benda tentu saja
tergantung pada perubahan temperaturnya. Berdasarkan hal itu maka jumlah panas yang
diberikan/dibuang dari suatu benda dapat dihitung dari persamaan1-4.
Btu = W x c x t (1-4)
Di mana c : panas jenis benda.
Panas jenis benda akan berubah jika fase benda itu berubah. Air adalah salah
satu contoh yang baik dimana kita dapat lihat perubahan panas jenisnya pada fase yang
lain. Air pada fase cair panas jenisnya 1, tetapi pada fase gas dan padat nilai panas
jenisnya hampir 0,5. udara bila dipanaskan dan bergerak bebas pada tekanan tetap panas
jenisnya 0,24. uap refrigeran R-12 pada tekanan konstan dan temperatur 700 F
mempunyai panas jenis 0,148, padahal pada temperatur 860 F adalah 0,24. untuk
menghitung jumlah perpindahan panas yang terjadi pada kombinasi beberapa benda
digunakan persamaan1-5.
Btu = (W1 x c1 x t1) + (W2 x c2 x t2) + (W3 x c3 x t3) + ..... (1-5)
J. Humidity (Kelembaban)
Tetes air di udara diukur dengan istilah (terminologi) humidity (kelembaban)
atau kandungan uap air di udara. Sebagai contoh pada Gambar 1.10, kandungan uap air
relativ (relativ humidity) 50% artinya udara itu mengandung tetes air sebanyak 50%
dibanding jumlah total yang mampu dikandungnya secara maksimal berdasarkan
temperatur yang diberikannya. Kandungan uap air relativ yang rendah memungkinkan
9
tubuh kita untuk mengeluarkan kalor dengan cara penguapan (evaporasi). Karena
kelembaban yang rendah berarti udara itu cenderung kering, sehingga ia dapat dengan
mudah menyerap uap air. Jika kandungan uap air relativ itu tinggi, maka akan berakibat
sebaliknya. Proses penguapan akan berjalan lambat pada kondisi lembab,sehingga
kecepatan pengeluaran kalor dari tubuh melalui proses penguapan akan menurun sampai
akhirnya berhenti. Kondisi nyaman yang dapat diterima oleh tubuh manusia berada pada
kisaran temperatur 720 800 F (22,20 26,60 C) dan 45% - 50% kelembaban relativ.
a
4 tetes/ft3 b 8 tetes/ft3
T ruang 70 F T ruang 70 F
10
silinder. Pada kasus lain, tekanan gas tetap sama atau berubah selama proses pemanasan
atau pendinginan.
Gambar 1.11 Proses tekanan konstan. (a) Gas di dalam selinder. (b) Gas
dipanaskan sehingga temperatur dan volumenya naik. (c) Gas didinginkan
sehingga temperatur dan volumenya turun.
11
Contoh 1:
Sebuah gas mempunyai temperatur awal 520 oR dan volume awal 5 cu ft, melakukan
ekspansi pada tekanan konstan sampai volumenya 10 cu ft. Tentukan temperatur akhir
gas pada derajat Rankine.
Jawab : Gunakan persamaan 1-6
T1V2 520x8
Temperatur akhir gas, T2 = = = 1040 oR
V1 5
Gambar 1.12 Proses temperatur konstan. (a) kondisi awal. (b) Proses
ekspansi pada temperatur konstan. (c) Proses kompresi pada temperatur
konstan.
Ketika gas ditekan pada temperatur konstan, kecepatan molekul tetap tidak berubah.
Peningkatan tekanan terjadi disebabkan oleh volume gas yang berkurang dan
mempunyai jumlah molekul gas yang ditahan pada ruang yang kecil sehingga frekuensi
12
tumbukan menjadi besar. Sebaliknya keadaan akan terjadi ketika gas mengembang pada
temperatur konstan. Pada beberapa proses termodinamika yang terjadi seperti hal di atas
yaitu temperatur tidak berubah selama proses disebut proses isothermal (temperatur
konstan).
Hukum Boyle untuk proses temperatur konstan ditunjukkan oleh persamaan 1-7.
P1V1 = P2V2 (1-7)
dimana :
P1 = Tekanan absolut awal
P2 = Tekanan absolut akhir
V1 = Volume awal (cu ft)
V2 = Volume akhir (cu ft)
Contoh 2:
5 lb udara mengembang pada temperatur konstan dan volume awal 4 cu ft sampai
volume akhir 10 cu ft. Jika tekanan awal udara 20 psia, berapa tekanan akhir dalam psia
?
Jawab : Gunakan persamaan 1-7
P1 xV1 20x5
Tekanan akhir P2 = = = 10 psia
V2 10
Gambar 1.13 Proses volume konstan. (a) Kondisi awal. (b) Tekanan absolut naik
berbanding lurus dengan kenaikan temperatur absolut. (c) Tekanan absolut turun
berbanding lurus dengan penurunan temperatur absolut.
13
Diasumsikan bahwa suatu gas disimpan dalam silinder tertutup sehingga
volumenya tidak akan berubah pada waktu dipanaskan atau didinginkan (Gambar
1.13a). Ketika temperatur gas meningkat oleh penambahan kalor, tekanan absolut akan
naik berbanding lurus dengan kenaikan temperatur absolut (Gambar 1.13b). Jika gas
didinginkan, tekanan absolut gas akan menurun berbanding lurus dengan penurunan
temperatur absolut (Gambar 1.13c). Pada saat temperatur (kecepatan molekul) gas
ditingkatkan sedangkan volume gas (ruang pada molekul terbatas) tetap sama, besarnya
tekanan (gaya dan frekuensi molekul menubruk dinding silinder) meningkat.
Sedangkan, ketika gas didinginkan pada volume konstan, gaya dan frekuensi molekul
menimpa dinding wadah berkurang dan tekanan gas akan berkurang dari sebelumnya.
Penurunan gaya dan frekuensi tumbukan molekul disebabkan oleh penurunan kecepatan
molekul.
14
P. Hukum Gas Umum
Kombinasi dari Hukum Charles dan Boyle menghasilkan persamaan 1-9.
P1V1 PV
= 2 2 (1-9)
T1 T2
Persamaan 1-9 adalah pernyataan bahwa untuk beberapa berat suatu gas
dihasilkan tekanan psfa dan volume dalam cu ft dibagi oleh temperatur absolut dalam
derajat Rankine akan selalu konstan. Konstan di sini akan berbeda untuk setiap gas yang
berbeda dan untuk gas yang lain akan memberikan berat yang berbeda-beda pada setiap
gas. Jika suatu gas digunakan berat pound, kemudian V akan menjadi volume spesifik ,
dan persamaan 1-9 dapat ditulis menjadi:
Pv
= R
T
Di mana : R = konstanta gas (berbeda untuk setiap gas).
Jika kedua ruas pada persamaan 1-9 dikalikan dengan M, maka berubah menjadi
persamaan 1-10:
PM = MRT
Tetapi karena : M = V
Maka PV = MRT (1-10)
Di mana :
P = Tekanan (psfa)
V = Volume (cu ft)
M = Massa (lb)
R = Konstanta gas
T = Temperatur (oR)
Persamaan 1.10 disebut Hukum Gas Umum dan sering digambarkan dalam
menyelesaikan beberapa persoalan menyangkut gas. Karena nilai R untuk beberapa gas
dapat dicari dalam tabel, jika tiga variabel dari empat variabel P, V, M dan T diketahui,
maka bentuk keempat dapat ditentukan oleh persamaan 1.10. Catatan bahwa tekanan
harus dalam pound per square foot absolut (psfa).
Contoh 4:
Tangki udara kompresor mempunyai volume 5 cu ft dan diisi oleh udara pada
temperatur 100 oF. Jika alat ukur pada tangki terbaca 151,1 psia, berapakah berat udara
dalam tangki ?
Jawab :
15
Dari tabel 3-1 (Dossat, 1961: 430) didapat nilai R udara = 53,3
Gunakan persamaan 1.10.
(151,1 14,7)x144x 5 165,3x144 x5
Berat udara, M = = = 4 lb
53,3x(100 460) 53,3x560
Contoh 5:
2 lb udara mempunyai volume 3 cu ft. Jika tekanan udara 135,3 psig, berapakah
temperatur dalam derajat Fahrenheit ?
Jawab : Gunakan persamaan 1.10
Dari tabel 3-1 (Dossat, 1961: 430) didapat nilai R udara = 53,3
PV (135,3 14,7)x144x 3 150 x144 x3
Temperatur udara dalam oR; T = = =
MR 2 x53,3 2 x53,3
T = 607,9 oR
Konversi ke oF = 607,9 460 = 147,9 oF.
17
negatif, dan jika kerja dilakukan pada gas, maka W negatif. Sebab itu, dalam
persamaan 1-12, ketika gas didinginkan Q dan K negatif.
4. Proses adiabatik
Proses adiabatik digambarkan sebagai satu perubahan gas pada kondisi di mana
tidak ada penyerapan atau pembuangan panas, seperti dari atau ke luar benda selama
18
proses. Selanjutnya, tekanan, volume dan temperatur gas semuanya selama proses
adiabatic tidak ada yang konstan. Ketika mengembang secara adiabatik, gas melakukan
kerja eksternal dan energi dibutuhkan untuk melakukan kerja. Pada proses sebelumnya
digambarkan, gas menyerap energi untuk melakukan kerja dari sumber luar. Karena
selama proses adiabatik tidak ada panas yang diserap dari sumber luar, maka gas harus
melakukan kerja eksternal pada energinya sendiri. Ekspansi adiabatik selalu disertai
oleh penurunan temperatur gas pada waktu gas memberikan energi internalnya untuk
melakukan kerja (Gambar 1.14).
Ketika gas ditekan secara adiabatik, kerja dilakukan pada gas oleh benda luar.
Energi gas meningkat yang jumlahnya sama dengan yang diberikan oleh gas pada benda
luar selama kompresi, energi panas ekivalen dengan kerja yang dilakukan pada gas
sehingga meningkatkan energi internal dan temperatur gas meningkat. Karena tidak ada
panas, seperti yang dipindahkan ke atau dari gas selama proses adiabatik, Qa selalu nol
dan persamaan energi untuk proses adiabatik dapat ditulis seperti pada persamaan 1-15.
Ka + Wa = 0 (1-15)
Oleh karena itu ;
Wa = - Ka dan Ka = - Wa
19
5. Proses politropik
Mungkin ada cara sederhana untuk mendefinisikan proses politropik oleh
perbandingan proses adiabatik dengan isothermal. Ekspansi isothermal, merupakan
energi untuk melakukan kerja ekspansi yang disuplai seluruhnya dari sumber luar, dan
ekspansi adiabatik merupakan energi untuk melakukan kerja ekspansi yang disuplai
seluruhnya dari gas itu sendiri, dapat dijadikan sebagai batas ekstrim antara semua
proses ekspansi yang terjadi. Kemudian, proses ekspanasi lain merupakan energi untuk
melakukan kerja ekspansi yang disuplai sebagian dari sumber luar dan sebagian dari gas
itu sendiri yang dapat masuk melalui garis antara proses adiabtik dan isothermal
(Gambar 1.15). Proses tersebut sebagai proses politropik.
Jika selama ekspansi politropik lebih banyak energi untuk melakukan kerja yang
diambil dari sumber luar, proses politropik akan lebih mendekati isothermal.
Sebaliknya, jika sebagian besar energi yang digunakan untuk melakukan kerja eksternal
yang diambil dari gas itu sendiri, proses lebih mendekati adiabatik. Hal ini juga berlaku
untuk proses kompresi. Ketika gas kehilangan panas selama proses kompresi,
kehilangan panas yang besar, proses politropik akan mendekati isothermal. Pada waktu
kehilangan sedikit panas, proses politropik akan mendekati adiabatik. Jelas, ketika tidak
ada kehilangan panas, proses menjadi adiabatik. Penekanan gas yang sebenarnya pada
kompresor biasanya akan mendekati kompresi adiabatik. Hal tersebut disebabkan waktu
kompresi biasanya sangat pendek dan tidak mempunyai waktu cukup untuk
20
memindahkan jumlah panas yang banyak dari gas melewati dinding silinder ke
sekelilingnya. Pemberian water jacket pada silinder biasnya akan meningkatkan jumlah
panas yang dibuang keluar dari kompresi mendekati isothermal.
S. Titik didih
Hal yang paling penting pada sistem pendingin adalah pengertian tentang titik
didih cairan refrigeran dalam sistem. Dengan menurunkan titik didih, refrigeran
mengambil panas sambil berubah wujud dan sebaliknya dengan menaikkan titik
pengembunannya, uap refrigeran menyerahkan panas yang dikandungnya sambil
berubah wujud pula. Pada dasarnya teknik pendingin bekerja hanya dengan menyetel
titik didih dari refrigeran. Titik didih dinyatakan sebagai temperatur di mana cairan
berubah jadi uap atau uap air jadi air kembali, tergantung pada arah mana enegri panas
itu mengalir.
21
T. Temperatur jenuh
Pada bagian yang lalu telah dibahas bahwa titik didih dan temperatur
pengembunan suatu cairan pada tekanan kerja tertentu adalah sama. Ini berarti bahwa
cairan itu telah mencapai suatu titik di mana ia akan mulai berubah wujudnya menjadi
uap, temperatur inilah yang disebut temperatur jenuh cairan (saturated liquid) atau
temperatur didih atau temperatur penguapan. Sebaliknya jika uap didinginkan sampai
dicapai suatu keadaan uap jadi semakin merapat, akhirnya jadi tetes air, temperatur
inilah yang disebut temperatur jenuh uap (saturated vapor).
U. Uap Jenuh
Uap lanjut dari penguapan cairan disebut uap jenuh sepanjang temperatur dan
tekanan uap sama seperti cairan jenuh yang terjadi. Uap jenuh dapat digambarkan juga
sebagai uap pada temperatur dimana pendinginan uap lanjut disebabkan oleh sebagian
uap mengembun dan dengan cara tersebut struktur molekul cairan kembali lagi. Hal
tersebut penting untuk dipahami bahwa temperatur jenuh benda cair (temperatur pada
waktu cairan akan menguap jika panas ditambahkan) dan temperatur jenuh uap
(temperatur pada saat uap akan mengembun jika panas dibuang) akan memberikan
tekanan yang sama dan cairan tidak akan cair lagi pada temperatur di atas temperatur
jenuh, sedangkan uap tidak akan tetap uap pada temperatur di bawah temperatur jenuh.
22
Contoh dalam Gambar 1.16, air dalam bejana yang dipanaskan akan jenuh dan
menguap pada 212 oF sebagai panas laten penguapan yang disuplai oleh pemanas. Uap
(steam) meningkat dari air jenuh dan tetap pada temperatur jenuh (212 oF) sampai
mencapai kondenser. Uap jenuh memberikan panas pada air yang dingin dalam
kondenser, air tersebut mengembun kembali menjadi cairan. Karena pengembunan
terjadi pada temperatur konstan, maka air dihasilkan dari pengembunan uap juga pada
212 oF. Panas laten penguapan menyerap penguapan air ke dalam uap air (steam) yang
diberikan oleh uap air sebagai uap air pengembunan yang kembali menjadi air.
Gambar 1.18 Grafik hubungan tekanan dan temperatur uap jenuh air
Andaikata katup penutup ditutup sebagian sehingga gas yang keluar dari bejana agak
terhalang, kadang-kadang kesetimbangan agak terganggu oleh uap yang tidak keluar
dari bejana sesuai dengan jumlah cairan yang menguap. Jumlah molekul uap dalam
ruangan di atas cairan akan meningkat, dengan meningkatnya berat jenis dan tekanan
uap di atas cairan, maka temperatur jenuh akan meningkat. Jika diasumsikan bahwa
25
temperatur uap meningkat sampai 5,3 psig (20 psia) sebelum kesetimbangan tercapai,
maka jumlah yang menjadi uap yang keluar sama dengan jumlah cairan yang menguap,
temperatur jenuh akan 228 oF, berat jenis uap menjadi 0,0498 lb/cu ft dan 1 lb uap akan
mencapai volume 20,080 cu ft. Kondisi tersebut diilustrasikan pada Gambar 1.19b.
Dengan membandingkan kondisi uap pada Gambar 1.19b dengan uap dalam Gambar
1.19a, maka akan didapatkan berat jenis uap sangat besar pada tekanan tinggi dan
temperatur jenuh. Lebih lanjut, jelaslah bahwa tekanan dan temperatur jenuh cairan atau
uap dapat dikontrol oleh pengaturan jumlah uap yang keluar dari atas cairan. Dalam
Gambar 1.19a, jumlah penguapan akan kecil/sedikit atau tidak berpengaruh pada
tekanan dan temperatur jenuh karena uap keluar bebas sehingga berat jenis dan tekanan
uap di atas cairan akan meningkat atau menurun pada waktu penguapan berubah.
Sebaliknya, pada Gambar 1.19b, meningkatnya jumlah penguapan akan
menyebabkan peningkatan temperatur jenuh. Alasannya bahwa meningkatnya jumlah
penguapan mengharuskan dikeluarkannya uap sangat besar dan memerlukan waktu
yang lama. Karena ukuran pipa keluar uap ditentukan oleh pembukaan katup, maka
tekanan uap dalam bejana akan meningkat sampai tekanan berbeda antara di dalam dan
di luar bejana sehingga cukup untuk uap dapat keluar yang jumlahnya sama dengan
jumlah cairan yang menguap. Peningkatan tekanan dihasilkan oleh meningkatnya
temperatur jenuh dan berat jenis uap. Sebaliknya, menurunnya jumlah penguapan akan
mempunyai pengaruh yang berlawanan. Tekanan dan berat jenis uap di atas caiaran
akan menurun dan temperatur jenuh akan menjadi rendah. Sekarang diasumsikan bahwa
pembukaan katup pada wadah dibuka secara penuh, seperti pada Gambar 1.19a,
sehingga uap dapat keluar bebas dan tanpa halangan dari permukaan cairan. Berat jenis
dan tekanan uap akan menurun sampai tekanan uap akan sama dengan udara luar
wadah. Karena temperatur jenuh air pada tekanan atmosfir adalah 212 oF dan karena
cairan tidak dapat tetap menjadi cairan pada temperatur di atas temperatur jenuh sama
seperti tekanan. Jelaslah bahwa air harus didinginkan dari 228 oF sampai 212 oF dengan
segera sehingga tekanan turun dari 20 psia menjadi tekanan atosfir. Pendinginan
dilanjutkan pada bagian cairan yang cepat menjadi uap. Panas laten dibutuhkan untuk
menguapkan bagian cairan yang cepat menjadi uap yang disuplai oleh massa cairan dan
hasil penguapan panas yang disuplai pada temperatur massa cairan akan berkurang dan
menjadi temperatur jenuh baru. Cairan yang telah cukup akan menguap dapat
menentukan jumlah pendinginan yang dibutuhkan.
26
BAB II
KOMPONEN UTAMA REFRIGERASI DAN TATA UDARA
A. Kompresor
Kompresor adalah bagian terpenting dari sistem refrigerasi. Pada tubuh manusia
kompresor dapat diumpamakan sebagai jantung yang memompa darah keseluruh tubuh
kita. Sedangkan kompresor menekan refrigeran ke semua bagian dari sistem. Pada
sistem refrigerasi kompresor bekerja membuat perbedaan tekanan, sehingga refrigeran
dapat mengalir dari satu bagian ke lain bagian dari sistem. Karena adanya perbedaan
tekanan antara sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah, maka refrigeran cair dapat
mengalir melalui alat ekspansi ke evaporator. Tekanan gas di dalam evaporator harus
lebih tinggi dari teklanan gas di dalam saluran hisap (suction), agar gas dingin dari
evaporator dapat mengalir melalui saluran hisap ke kompresor. Gas dingin tersebut di
dalam kompresor hermetik berguna untuk mendinginkan kumparan motor listrik dan
minyak pelumas kompresor. Kompresor pada sistem refrigerasi gunanya untuk:
1) Menurunkan tekanan di dalam evaporator, sehingga refrigeran cair di dalam
evaporator dapat mendidih/menguap pada suhu yang lebih rendah dan menyerap
panas lebih banyak dari ruang di dekat evaporator.
2) Menghisap refrigeran gas dari evaporator dengan suhu rendah dan tekanan rendah
lalu memampatkan gas tersebut sehingga menjadi gas suhu tinggi dan tekanan
tinggi. Kemudian mengalirkannya ke kondensor, sehingga gas tersebut dapat
memberikan panasnya kepada media pendingin kondensor lalu mengembun.
Pada sistem refrigerasi kompresi uap, terdapat beberapa macam kompresor yang sering
dipakai untuk mengkompresikan uap refrigeran. Kompresor dapat dibedakan
berdasarkan letak motornya dan cara kerjanya.
28
b. Kompresor semi hermetic
Kompresor semi hermetic adalah kompresor yang motor penggeraknya berada
satu rumah dengan housing kompresornya serta didinginkan oleh refrigeran,
ditunjukkan oleh Gambar 2.2. Arti semi hermetic di sini adalah seal pada housing
compressor didesain supaya bisa dibuka untuk perbaikan dan overhaul kompresor atau
motornya. Sama halnya dengan kompresor hermetic, panas motor didinginkan melalui
refrigeran dari suction line, refrigeran dari injeksi liquid line dan oli kompresor.
Kelebihan dan kekurangan kompresor tipe ini ditunjukkan pada Tabel 2.2.
Crank Case
Piston
Cylinder
Discharge
Suction
Opening
Opening Connecting
Rod
Crank Shaft
Stator Winding
Rotor
Oil Filter
Housing
Compressor Oil Reservoir
29
c. Kompresor hermetic
Kompresor hermetic adalah kompresor yang motor penggeraknya dipatenkan
berada satu rumah dengan housing kompresornya, sehingga tidak diperlukan shaft
coupling, seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.3. Panas motor didinginkan melalui
refrigeran dari suction line dan oli kompresor. Kelebihan dan kekurangan kompresor
tipe ini ditunjukkan pada Tabel 2.3.
Discharge port
Discharge line
Volute Diffuser
Impeller Rotor
Suction
Line
Pada diffuser dan Volute ini kecepatan gas dikurangi dan akibatnya tekanan gas akan
bertambah besar. Gas yang sudah mempunyai tekanan tinggi dialirkan melalui keluar
(discharge line). Kalau tekanan yang keluar dari kompresor kurang besar seperti untuk
mendapatkan gas dengan tekanan yang tinggi maka dipakai multy-stage centrifugal
compressor, seperti Gambar 2.7.
Pada umumnya jenis kompresor twin screw adalah yang lebih banyak digunakan
dalam sistem refrigerasi. Prinsip utama pengkompresian pada kompresor twin screw
adalah menjebak refrigeran pada celah-celah screw dengan menyempitkan volume
33
ruangnya. Langkah-langkah kompresi pada kompresor twin screw dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) sejumlah refrigeran masuk melalui intake port dari sebelah kanan, gas yang masih
bertekanan suction akan dibatasi oleh housing kompresor, seperti terlihat pada
Gambar 2.9.
2) Selanjutnya akibat putaran dari rotor akan menjebak uap refrigeran ke sebelah
kanan menuju meshing point (titik penjebakan).
3) Rotor masih terus berputar yang akan menyebabkan meshing point yang berisi uap
refrigeran bergerak menuju katup discharge diakhir dari kompresor.
4) Pada akhirnya, celah ulir yang terisi refrigeran yang sudah terkompresi keluar
menuju discharge port. Pada kompresor twin screw tidak ada katup yang digunakan
untuk memasukkan dan mengeluarkan refrigeran tetapi menggunakan port.
Kompresor dengan model ini disebut ported.
d. Kompresor scroll
Kompresor scroll bekerja dengan menggunakan prinsip menjebak uap refrigeran
dan mengkompresikannya dengan penyempitan volume refrigeran secara perlahan-
lahan. Kompresor scroll menggunakan konfigurasi dua scroll yang dipasang saling
berhadapan. Kompresor scroll biasanya digunakan untuk sistem heat pump, AC Split,
Windows AC, Split Duct dan Water Chiller berskala kecil. Sroll paling atas disebut
stationary scroll, dimana terdapat discharge port. Sedangkan scroll paling atas disebut
driven scroll, yang dihubungkan dengan motor melalui poros dan bearing. Stationary
34
Scroll adalah scroll yang diam sedangkan Driver scroll adalah scrol yang berputar.
Selengkapnya Gambar 2.10 menampilkan tipe kompresor scroll.
Stationary
scroll
Suction
Port
Discharge
Port
Suction
Port
Driven scroll
B. Kondensor
Kondensor gunanya untuk membuang kalor dan mengubah wujud refrigeran dari
gas menjadi cair. Kondensor seperti namanya adalah alat untuk membuat kondensasi
refrigeran gas dari kompresor dengan suhu tinggi dan tekanan tinggi. Refrigeran di
dalam kondensor dapat mengeluarkan kalor yang diserap dari evaporator dan panas
yang ditambahkan oleh kompresor. Kondensor ditempatkan antara kompresor dan alat
ekspansi, jadi pada sisi tekanan tinggi dari sistem. Kondensor ditempatkan di luar
ruangan yang sedang didinginkan, agar dapat membuang panasnya ke luar kepada
media pendinginnya. Pemilihan jenis dan ukuran kondensor untuk suatu sistem,
terutama didasarkan pada yang paling ekonomis, seperti: harga dari kondensor, jumlah
energi yang diperlukan, harga dan keadaan media pendingin yang akan dipakai untuk
mendinginkan kondensor. Selain itu tempat atau ruangan yang diperlukan oleh
kondensor juga harus diperhitungkan. Kondensor dapat dibagi menjadi tiga jenis
35
berdasarkan pada media pendinginnya yaitu: (1). Kondensor dengan pendingin udara
(air cooled); (2). Kondensor dengan pendingin air (water cooled). (3). Kondensor
dengan pendingin campuran udara dan air (evaporative).
37
Kecepatan aliran udara yang melewati sebuah air cooled condenser didefinisikan
sebagai berikut :
Kecepatan udara normal biasanya berkisar antara 2,5 m/s sampai dengan 6 m/s. Cp
adalah panas jenis udara sekitar kondensor, T adalah selisih temperatur udara
melewati kondensor, dan adalah rapat massa udara sekitar kondensor.
b. Condensing unit.
Kapasitas kondensor jenis condensing unit pada Gambar 2.13 biasanya cocok
untuk beban mulai < 1 kW s/d 500 kW, bahkan kadang dapat lebih dari 500 kW.
Keuntungan dari air cooled condenser adalah tersedianya udara yang cukup sebagai
media pendingin tanpa memerlukan biaya tambahan. Sedangkan kerugiannya adalah
sistem refrigerasi beroperasi pada tekanan kerja yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan kondenser berpendingin air, akibatnya kompressor akan memerlukan daya yang
lebih besar sebagai kompensasi dari kenaikan tekanan dan temperatur kerjanya.
Pada lokasi di mana air perlu dihemat karena kesulitan memperoleh air bersih,
maka biasanya digunakan Cooling Tower. Efek mengggunakan cooling tower, maka air
hangat yang keluar dari kondenser dapat didinginkan lagi sampai mendekati tingkat
suhu wet bulb ambient temperatur. Hal ini memungkinkan untuk terus mensirkulasi air
dan mengurangi komsumsi penggunaan air. Water cooled condenser dibedakan menjadi
dua macam, yaitu :
a. Sistem air buang, digunakan untuk sistem sangat kecil namun bersifat boros.
b. Sistem air tersirkulasi ulang.
Pengalaman menunjukkan bahwa laju aliran air untuk sistem air tersirkulasi ulang
antara 0,045 l/s sampai 0,06 l/s per kW adalah paling ekonomis dan seimbang antara
daya yang dibutuhkan kompresor dengan yang dibutuhkan pompa. Makin rendah laju
aliran air, maka makin tinggi kenaikkan temperatur, sehingga dibutuhkan rangkaian
pipa yang lebih panjang. Faktor yang harus diperhatikan adalah kecepatan air dan
39
koefisien perpindahan panas. Faktor lain yang harus diperhatikan adalah pengotoran
permukaaan pipa sehingga akan mengurangi koefisien perpindahan panas dan
menghambat laju aliran air serta meningkatkan tekanan kondenser. Laju pengotoran
pipa dipengaruhi oleh : 1) Kualitas air yang digunakan, 2) Temperatur kondensasi, 3)
Frekuaensi pembersihan pipa yang berhubungan dengan waktu pemakaian total.
Ada tiga jenis water cooled condenser, yaitu :
1) Jenis shell and tube
2) Jenis shell and coil
3) Jenis pipa ganda (double pipe)
Kondenser jenis shell and coil dan double tube digunakan untuk kapasitas kecil, yaitu
sampai kira-kira 35 kW, sedangkan jenis shell and tube untuk kapasitas mulai dari 7 kW
sampai ratusan kW bahkan lebih.
a. Shell and Tubes Condenser
Shell and Tubes Condenser pada Gambar 2.15, terdiri dari sebuah silinder
(Shell) yang terbuat dari besi di mana di dalam shell tersebut diletakkan rangkaian pipa-
pipa lurus sepanjang silindernya. Air pendingin disirkulasikan di dalam pipa-pipa
sehingga gas refrigeran yang berada di dalam shell akan dapat memindahkan kalornya
ke air pendingin melalui permukaan pipa-pipa air tersebut. Suhu gas refrigeran akan
turun tetapi tekanannya tetap tidak berubah. Bila penurunan suhu gas mencapai titik
pengembunannya maka akan terjadi proses pengembunan (kondensasi), dalam hal ini
terjadi perubahan wujud gas menjadi liquid yang tekanan dan suhunya masih cukup
tinggi (tekanan kondensing).
40
Bagian dasar dari shell berfungsi juga sebagai penampung cairan (liquid) refrigeran.
Pada sistem ini rangkaian water coolingnya dibentuk secara paralel. Penggunaan sirkit
paralel akan menghasilkan rugi tekanan (pressure drop) yang rendah di dalam
rangkaiannya.
b. Shell and Coil Condenser
Di dalam konstruksi Shell and Coil Condenser pada Gambar 2.16, maka pipa-
pipa airnya tidak dibuat lurus sepanjang silinder melainkan berbentuk coil sepanjang
silinder besinya. Dalam sistem ini rangkaian water coolingnya dibentuk secara secara
seri.
Centrifugal fan akan menghisap panas yang dikandung udara dan air. Udara
ditarik dari bagian bawah (dasar) menuju ke atas melalui rankaian pipa refrigeran
(condenser), eliminator dan fan. Pipa refrigerannya tidak dilengkapi dengan fin (non
finned tube) agar tidak terjadi penimbunan kotoran dan debu pada pipanya yang dapat
42
mengganggu aliran udaranya. Condenser ini dapat diletakkan di luar (out door) ataupun
di dalam (indoor) ruangan. Bila diletakkan di dalam ruangan harus dilengkapi dengan
sistem ventilasi yang baik dengan menggunakan duct untuk membuang udara panas di
mana tingkat humiditas relatifnya telah meningkat secara tajam ke luar ruangan.
Tekanan air yang disirkulasikan oleh suatu pompa biasanya sebesar 15 psi sedang
kecepatan udara yang melewati coil sebesar 600 fpm. Sebagian kecil airnya akan
menguap karena proses transfer panas. Air yang tidak menguap akan memperoleh
pendinginan karena panasnya ditarik oleh fan yang memproduksi adiabatic cooling
terhadap air tersebut sehingga suhu air dapat diturunkan hingga mencapai titik tertentu.
Gas panas refrigeran mengalir masuk ke condenser, selanjutnya gas panas tersebut akan
berubah wujud menjadi liquid refrigeran dan akan ditampung di receiver.
Gas refrigeran yang keluar dari sisi tekan kompresor disalurkan ke kondenser.
Gas tersebut mempunyai suhu dan tekanan tinggi dalam kondisi superheat. Selanjutnya
saat berada di kondenser gas panas lanjut tersebut mengalami penurunan suhu akibat
adanya perbedaan suhu antara gas dan medium lain yang ada disekitarnya, yang dapat
berupa udara atau air. Penurunan suhu gas refrigeran tersebut diatur sampai mencapai
titik embunnya. Akibatnya refrigerannya akan merubah bentuk dari gas menjadi liquid
yang masih bertekanan tinggi. Dari pengalaman, agar diperoleh performa yang optimal
dari mesin refrigerasi kompresi gas maka suhu kondensasinya diatur agar mempunyai
harga 6 sampai 17 derajat celsius di atas suhu ambien tergantung dari suhu
evaporasinya, seperti tampak pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Patokan penentuan suhu kondensasi
Berdasarkan patokan di atas, maka suhu dan tekanan kondensasi dapat ditentukan
dengan cepat dan akurat.
43
C. Evaporator
Evaporator juga disebut: Boiler, freezing unit, low side, cooling unit atau nama
lainnya yang menggambarkan fungsinya atau lokasinya. Fungsi dari evaporator adalah
untuk menyerap panas dari udara atau benda di dalam ruangan yang didinginkan.
Kemudian membuang kalor tersebut melalui kondensor di ruang yang tidak
didinginkan. Kompresor yang sedang bekerja menghisap refrigeran gas dari evaporator,
sehingga tekanan di dalam evaporator menjadi rendah. Evaporator fungsinya kebalikan
dari kondensor. Tidak untuk membuang panas ke udara di sekitarnya, tetapi untuk
mengambil panas dari udara di dekatnya. Kondensor ditempatkan di luar ruangan yang
sedang didinginkan, sedangkan evaporator ditempatkan di dalam ruangan yang sedang
didinginkan. Kondensor tempatnya diantara kompresor dan alat ekspansi, jadi pada sisi
tekanan tinggi dari sistem. Evaporator tempatnya diantara alat ekspansi dan kompresor,
jadi pada sisi tekanan rendah dari sistem. Evaporator dibuat dari bermacam-macam
logam, tergantung dari refrigeran yang dipakai dan pemakaian dari evaporator sendiri.
Logam yang banyak dipakai: besi, baja, tembaga, kuningan dan aluminium.
1. Jenis evaporator berdasrkan konstruksinya
a. Bare tube evaporator
Evaporator jenis bare-tube pada Gambar 2.19, terbuat dari pipa baja atau pipa
tembaga. Penggunaan pipa baja biasanya untuk evaporator berkapasitas besar yang
menggunakan refrigerant ammonia. Pipa tembaga biasa digunakan untuk evaporator
berkapasitas rendah dengan refrigeran selain ammonia.
b. Flooded evaporator
Pada evaporator tipe banjir ditunjukkan oleh Gambar 2.23, gelembung
refrigerant yang terjadi karena pemanasan akan naik kemudian pecah pada cair atau
terlepas dari permukaannya. Sebagian refrigeran kemudian masuk ke dalam akumulator
yang memisahkan uap dari cairan maka refrigerant yang ada dalam bentuk uap sajalah
yang masuk ke dalam kompresor. Bagian refrigerant cair yang dipisahkan di dalam
akumulator akan masuk kembali ke dalam evaporator, bersama-sama dengan refrigerant
(cair) yang berasal dari kondensor. Jadi tabung evaporator terisi oleh cairan refrigeran.
Cairan refrigeran menyerap kalor dari fluida yang hendak digunakan (air larutan garam,
dsb), yang mengalir di dalam pipa uap refrigeran yang terjadi dikumpulkan di bagian
atas dari evaporator sebelum masuk ke kompresor.
48
2) Baudelot cooler (falling film surface)
Pada baudelot cooler yang ditunjukkan oleh Gambar 2.27, air diguyurkan
melalui pipa-pipa evaporator. Sehingga, pada lapisan pipa tersebut membentuk lapisa es
yang tipis, kemudian air yang jatuh ditampung pada panampungan air dan selanjutnya
didistribusikan untuk mendinginkan benda atau ruangan.
49
yang akan didinginkan, selanjutnya air tersebut digunakan untuk mendinginkan ruangan
atau benda. Penggunaan shell and tube evaporator biasanya pada chiller.
D. Alat ekspansi
Alat ekspansi (metering device) pada sistem refrigerasi merupakan suatu tahanan
yang tempatnya diantara sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah. Refrigeran cair
yang mengalir melalui alat ekspansi, tekanannya diturunkan dan jumlahnya diatur
sesuai dengan keperluan evaporator. Alat ekspansi harus memberikan kapasitas yang
maksimum kepada evaporator, tetapi tidak membuat beban lebih kepada evaporator.
50
Alat ekspansi bekerjanya atas dasar: 1) perubahan tekanan, 2) perubahan suhu, 3)
perubahan jumlah atau volume refrigeran, 4) gabungan dari perubahan tekanan, suhu
dan volume refrigeran. Kompresor harus mempunyai kapasitas yang cukup besar untuk
menghisap refrigeran dari evaporator. Refrigeran yang dihisap harus lebih besar
jumlahnya daripada yang dialirkan keluar dari alat ekspansi. Kompresor yang dapat
melaksanakan hal ini, dapat mempertahankan tekanan yang rendah atau vakum di
evaporator. Hal ini perlu untuk membuat refrigeran di evaporator menguap pada suhu
yang rendah. Untuk mengatur jumlah aliran refrigeran dan membuat perbedaan tekanan
pada sistem, dahulu sistem refrigerasi memakai alat eksapansi yang harus selalu diawasi
dan dapat diputar dengan tangan. Sekarang setelah mendapat banyak kemajuan dalam
bidang: perencanaan, pelaksanaan dan perawatan, telah dapat dibuat alat eksapansi pada
sistem refrigerasi yang bekerjanya: efisien, ekonomis dan otomatis.
Berdasarkan cara kerjanya alat ekspansi terbagi menjadi enam jenis yaitu:
1. Keran ekspansi yang diputar dengan tangan (manual)
Sistem refrigerasi yang memakai keran ekspansi yang diputar dengan tangan
ditunjukkan oleh Gambar 2.30, harus selalu diawasi oleh seorang penjaga agar dapat
memberikan jumlah refrigeran yang tertentu, sesuai dengan keperluan dan keadaan
sistem.
Gambar 2.31 keran pelampung sisi tekanan rendah pada evaporator banjir
(Sumber: Handoko, 1981:107)
Lubang saluran hisap ditempatkan di dalam tabung pada bagian atas, sehingga
pada keadaan normal hanya refrigeran gas saja yang dapat mengalir melalui lubang
tersebut. Kedudukan pelampung di dalam tabung dapat diatur, disesuaikan dengan suhu
di dalam evaporator yang dikehendaki. Jika pelampung diatur pada kedudukan terlalu
rendah, maka suhu di evaporator menjadi sangat rendah. Pada keadaan suhu yang sangat
rendah ini, minyak yang terbawa oleh refrigeran ke dalam tabung akan tetap tertinggal
di dalam tabung (chamber), tidak dapat ikut dengan refrigeran kembali ke kompresor.
52
Sebaliknya jika pelampung diatur pada kedudukan terlalu tinggi, refigeran cair di dalam
tabung akan menjadi penuh dan dapat mengalir melalui saluran hisap ke kompresor.
Bagian luar dari saluran hisap akan menjadi es dan refrigeran cair akan masuk ke
kompresor. Dapat menyebabkan kerusakan pada kompresor.
Sistem dengan keran pelampung sisi tekanan tinggi tidak boleh memakai
penampung cairan (liquid receiver), kecuali jika penampung cairan sendiri dipakai
sebagai tabung tempat pelampung. Penampung cairan dapat dipakai sebagai tabung
(float chamber), atau memakai lain tabung sendiri. Keran pelampung sisi tekanan tinggi
ini hanya dipakai pada sistem yang mempunyai jumlah isi refrigeran yang kritis atau
53
harus tepat jumlahnya. Pada pengisian refrigeran yang terlalu banyak, akan
menyebabkan refrigeran meluap dari evaporator dan mengalir melalui saluran hisap ke
kompresor, dapat merusak katup kompresor. Pada sistem yang kurang isi refrigeran,
jumlah refrigeran cair yang mengalir masuk ke evaporator terbatas (kurang), sehingga
evaporator tidak dingin. Agar penampung dapat bekerja dengan baik, tabung harus pada
kedudukan mendatar, jangan miring. Keran pelampung sisi tekanan tinggi dan keran
pelampung sisi tekanan rendah sekarang sudah jarang dipakai lagi.
Keran ekspansi thermostatis adalah suatu alat yang secara otomatis mengukur jumlah
aliran refrigeran cair yang masuk ke evaporator, sambil mempertahankan gas panas
lanjut pada akhir evaporator seperti yang telah direncanakan. Karena tekanan di
evaporator rendah, maka sebagian refrigeran cair waktu melalui keran ekspansi masuk
ke dalam evaporator wujudnya berubah dari cair menjadi gas dingin. Keran ekspansi
thermostatis sampai saat ini merupakan alat ekspansi yang terbanyak dipakai untuk
refrigerasi dan air conditioning. Kapasitas keran ekspansi harus tepat. Keran ekspansi
dengan kapasitas yang terlalu besar, dapat menyebabkan control yang tidak menentu.
55
Kapasitas yang terlalu kecil, dapat menjadikan kapasitas dari sistem berkurang.
Perbedaannya dengan keran ekspansi otomatis dari luar keran ekspansi thermostatis
mempunyai sebuah thermal bulb yang dihubungkan dengan pipa kapiler kepada keran
tersebut.
6. Pipa kapiler
Alat ini disebut juga Impedance tube, Restrictor tube atau Choke tube. Pipa
kapiler dibuatdari pipa tembaga dengan lubang dalam yang sangat kecil. Panjang dan
lubang pipa kapiler dapat mengontrol jumlah refrigeran yang mengalir ke evaporator.
Pipa kapiler gunanya untuk :
a. Menurunkan tekanan refrigeran cair yang mengalir di dalamnya.
b. Mengatur jumlah refrigeran cair yang mengalir melaluinya.
c. Membangkitkan tekanan refrigeran di kondensor.
Pipa kapiler banyak sekali macamnya dan ukurannya. Yang diukur diameter dalam
(Inside Diameter = ID), lain dengan pipa tembaga yang diukur diameter luar (outside
diameter). Mula-mula dipakai pada tahun 1920 untuk lemari es dengan refrigeran
Methyl Chloride. Sekarang telah dipakai untuk semua sistem refrigerasi yang kecil
kapasitasnya, terutama lemari es untuk rumah tangga. Pipa kapiler dapat dipakai untuk
refrigeran R-12, R-22, R-500, R-502 dan lain-lain. Pipa kapiler tidak boleh dibengkok
terlalu tajam, karena dapat menyebabkan lubang pipa kapiler tersebut menjadi buntu.
Pipa kapiler menghubungkan saringan dan evaporator, merupakan batas antara sisi
tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah dari sistem. Pada bagian tengahnya sepanjang
mungkin dilekaktkan dengan saluran hisap dan disolder. Bagian yang disolder ini
disebut penukar kalor (Heat exchanger).
Sistem yang memakai pipa kapiler berbeda dengan yang memakai keran
ekspansi atau keran pelampung. Pipa kapiler tidak dapat menahan atau menghentikan
aliran refrigeran pada waktu kompresor sedang bekerja maupun waktu kompresor
sedang berhenti. Waktu kompresor dihentikan, refrigeran dari sisi tekanan tinggi akan
terus mengalir ke sisi tekanan rendah, sampai tekanan pada kedua bagian tersebut
menjadi sama disebut waktu penyama tekanan (Equalization time). Lemari es
memerlukan waktu lima menit untuk menyamakan tekanan tersebut. Keuntungan
penggunaan pipa kapiler adalah harganya murah dibandingkan dengan alat ekspansi
yang lain. Kerugiannya pipa kapiler tidak sensitif terhadap perubahan beban, seperti
pada alat ekspansi yang lain.
56
BAB III
REFRIGERAN DAN MINYAK PELUMAS
A. Definisi Refrigeran
Refrigeran adalah bahan pendingin berupa fluida yang digunakan untuk
menyerap kalor melalui perubahan phasa cair ke gas (menguap) dan membuang kalor
melalui perubahan phasa gas ke cair (mengembun). Refrigeran yang baik harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Tidak beracun, tidak berwarna, tidak berbau dalam semua keadaan.
2. Tidak dapat terbakar atau meledak sendiri, juga bila bercampur dengan udara,
minyak pelumas dan sebagainya.
3. Tidak korosif terhadap logam yang banyak dipakai pada sistem refrigerasi dan air
conditiioning.
4. Dapat bercampur dengan minyak pelumas kompresor, tetapi tidak mempengaruhi
atau merusak minyak pelumas tersebut.
5. Mempunyai struktur kimia yang stabil, tidak boleh terurai setiap kali di
mampatkan, diembunkan dan diuapkan.
6. Mempunyai titik didih yang rendah. Harus lebih rendah daripada suhu evaporator
yang direncanakan.
7. Mempunyai tekanan kondensasi yang rendah. Tekanan kondensasi yang tinggi
memerlukan kompresor yang besar dan kuat, juga pipanya harus kuat dan
kemungkinan bocor besar.
8. Mempunyai tekanan penguapan yang sedikit lebih tinggi dari 1 atmosfir. Apabila
terjadi kebocoran, udara luar tidak dapat masuk ke dalam sistem.
9. Mempunyai kalor laten uap yang besar, agar jumlah kalor yang diambil oleh
evaporator dari ruangan jadi besar.
10. Apabila terjadi kebocoran mudah diketahui dengan alat-alat yang sederhana.
11. Harganya murah.
Refrigeran yang digunakan pertama kali adalah ether, dipakai oleh Perkins untuk
mesin kompresi uap tangan. Kemudian dipakai ethil khlorida (C2H5Cl) yang kemudian
pula diganti dengan ammonia pada tahun 1875. Hampir pada waktu yang bersamaan
57
dipakai belerang oksida (SO2) pada tahun 1874, methil khlorida (CH3Cl) pada tahun
1878, dan karbon dioksida (CO2) pada 1881 juga ditemukan pernah dipakai sebagai
refrigeran. Semenjak 1910-1930 -an, banyak refrigeran seperti N2O2, CH4, C2H6, C2H4,
C3H8, dipakai sebagai refrigeran. Hidrokarbon yang tidak mudah terbakar seperti
dikloromethana (CH2Cl2), didikholoroethilene (C2H2Cl2) dan monobromoethana
(CH3Br) juga digunakan untuk mesin refrigerasi dengan pompa sentrifugal, dengan
komposisi atom fluor, chlor, dan terkadang bromida, akan membentuk refrigeran
dengan range titik didih yang lebar pada tekanan sekitar 1 atm (disebut sebagai normal
boiling point = titik didih normal atau temperatur jenuh pada tekanan satu atmosfir),
sehingga memenuhi berbagai kebutuhan temperatur kerja yang berbeda untuk berbagai
mesin refrigerasi. Jumlah fluor menunjukkan ketidak beracunan dari refrigeran.
Refrigeran dibuat oleh beberapa negara dari beberapa perusahaan dengan
memakai nama dagang (merk) mereka masing-masing. Beberapa diantaranya yang telah
beredar di Indonesia ditunjukkan oleh Tabel 3.1. Refrigeran disimpan dalam tabung
atau silender dan drum. Untuk mengetahui isinya, tabung-tabung tersebut diberi
berbagai warna, keterangan pada tabung dan label. Warna tabung bahan pendingin dari
Du Pont ditampilkan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.1 Beberapa Merk dagang refrigeran
Nama Pabrik Negara
Freon E.I.du Pont de Nemours & Company U.S.A
Genetron Allied Chemical Corporation U.S.A
Frigen Hoechst AG Jerman
Arcton Imperial Chemical Industries Ltd. Inggris
Asahi Fron Asahi Glass Co., Ltd. Jepang
Forane Pacific Chemical Industries Pty. Australia
Daiflon Osaka Kinzoku Kogyo Co., Ltd. Jepang
Ucon Union Carbide Chemicals Corporation U.S.A
Isotron Pennsylvania Salt Manufacturing Co. U.S.A
pada refrigerasi dan air conditioning yang besar. R-12 juga merupakan bahan pendingin
yang utama untuk air conditioning mobil dan aerosol. Titik didih -21,66 0F (-29,8 0C)
pada 1 atmosfir. Tekanan penguapan 11,8 psig pada 5 0F (15 0C) dan tekanan
kondensasi 93,3 psig pada 86 0F (30 0F). Kalor laten uap 71,74 Btu/lb pada titik didih.
R-12 adalah bahan pendingin yang paling banyak dipakai untuk lemari es, baik dengan
kompresor torak maupun rotari. Telah diselidiki dan dikembangkan di USA sejak tahun
1931, pada tahun 1940 telah hampir dipakai pada semua lemari es.
Bahan pendingin R-12 sangat aman, tidak korosif, tidak beracun, tidak dapat
terbakar atau meledak dalam bentuk gas maupun cair, juga bila bercampur dengan
udara. R-12 tidak berwarna, bahkan transparan (tembus cahaya), tidak berbau dan tidak
59
ada rasanya pada kosentrasi dibawah 20% dari volume. R-12 tidak berbahaya bagi
hewan atau tumbuh-tumbuhan dan tidak mempengaruhi bau, rasa atau warna dari air
atau makanan yang disimpan di dalam lemari es. R-12 dapat dipakai pada suhu tinggi,
sedang dan rendah. Juga dapat dipakai untuk ketiga macam kompresor : kompresor
torak dari 1/12 800 DK. Kompresor rotari yang kecil dan kompresor sentrifugal untuk
air conditioning yang besar. R-12 akan tetap stabil pada suhu kerja rendah, maupun
pada suhu kerja tinggi, tidak bereaksi dan tidak korosif terhadap banyak logam yang
dipakai pada lemari es, seperti : besi tuang, baja. Aluminium, tembaga, kuningan, seng,
timah solder. Jika bercampur dengan air pada suhu tinggi dapat menjadi korosif karena
ada asam halogen yang terbentuk. Apabila kita memakai sistem dengan R-12, jangan
sampai ada air yang tertinggal di dalam sistem.
R-12 sampai saat ini adalah bahan pendingin yang terbanyak dipakai, walupun
dalam beberapa hal keunggulan R-12 telah dikalahkan oleh R-22. Kenggulan R-12
terhadap R-22 :
a. Tekanan kerja dan suhu kerja lebih rendah
R-12 tidak dapat melarutkan air, tetapi dapat melarutkan hydrocarbon, alkohol, ether,
aster dan ketone, maka R-12 dapat dipakai sebagai bahan pembersih untuk zat tersebut.
R-12 mempunyai kemampuan melarutkan yang sangat besar, maka kita harus hati-hati
jika memakai bahan-bahan untuk paking, gasket, vernis dan beberapa macam bahan
isolasi di dalam kompresor hermetik. R-12 terhadap logam-logam yang mengandung
magnesium atau aluminium yang mengandung lebih dari 2 % magnesium harus
dihindarkan. R-12 merusak karet alam, tetapi tidak bereaksi terhadap karet sintetis. Jika
memakai bahan dari karet, pakailah karet sintetis seperti: karet neoprene dan
chloroprene. R-12 yang terbanyak dipakai sebagai penyemprot (propellant) yang bukan
untuk makanan. Karena tekanan R-12 sangat tinggi, maka umumnya dicampur dengan
R-11 untuk menurunkan tekanannya.
Salah satu sifat khusus dari R-12 yaitu pada suhu 200F - 80 0F, mempunyai suhu
dalam fahrenheit dan tekanan dalam psig yang hampir sama besarnya. Dapat dilihat
pada daftar suhu dan tekanan bahan pendingin R-12. misalnya R-12 pada 70 0F
mempunyai tekanan 70,1 psig. R-12 mempunyai kekuatan dielektrik yang besar, hampir
sama dengan R-113, maka dapat dipakai untuk kompresor hermetik tanpa menimbulkan
60
bahaya atau kesukaran. Kebaikan R-12 yang dapat bercampur dengan minyak pelumas
dalam semua keadaan tidak saja mempermudah mengalirkan minyak pelumas kembali
ke kompresor, tetapi juga dapat menaikan efisiensi dan kapasitas dari sistem.
Evaporator dan kondensor akan bebas dari minyak pelumas yang dapat mengurangi
kemampuan perpindahan kalor dari kedua alat tersebut. R-12 masih dapat bercampur
dengan minyak pelumas sampai suhu -90 0F (-68 0C). Di bawah suhu tersebut minyak
pelumas akan mulai memisah. Minyak pelumas lebih ringan daripada bahan pendingin,
maka minyak akan mengumpul pada bagian atas dari bahan pendingin cair tersebut.
R-12 apabila bercampur dengan api yang sedang terbakar atau pemanas listrik yang
bekerja, dapat membentuk suatu gas yang sangat beracun. Kobocoran dapat dicari
dengan hilide leak detector, alectronic leak detecto, air sabun dan lain-lain.
61
R-22 tidak korosif terhadap banyak logam yang dipakai pada sistem refrgerasi
dan air onditioning seperti : besi, tembaga, aluminium, kuningan, baja tak berkarat, las
perak, timah solder, babit dan lain-lain. Minyak pelumas dengan R-22 pada bagian
tekanan tinggi dapat bercampur dengan baik, tetapi pada bagian tekanan rendah,
terutama di evaporator minyak lalu memisah. Suhu dimana minyak pelumas memisah
tergantung dari macam minyak pelumas yang dipakai dan jumlah minyak pelumas yang
bercampur dengan R-22. minyak pelumas mulai memisah pada suhu 16 oF (-8,9 0C).
Pada pemakaian suhu rendah, harus ditambahkan pemisah minyak (oil separator) untuk
mengembalikan minyak pelumas ke kompresor. Pada evaporator yang direncanakan
dengan baik, tidak akan terjadi kesukaran untuk mengembalikan minyak pelumas dari
evaporator ke kompresor. R-22 mempunyai kemampuan menyerap air tiga kali lebih
besar daripada R-12. Jarang sekali terjadi pembekuan air di evaporator pada sistem yang
memakai R-22. sebetulnya ini bukan merupakan keuntungan, karena di dalam sistem
harus bersih dari uap air dan air. Kebocoran dapat dicari dengan halide leak detector, air
sabun dan lain-lain.
62
kondensasi 21,6 psig pada 86 0F. Pergerakan toraknya rendah 19,56 ft3/min.ton,
sedangkan HP/ton yang diperlukan hampir sama dengan lain-lain bahan pendingin.
R-114 dipakai pada kompresor centrifugal untuk instalasi air conditioning yang besar-
besar. Juga dipakai pada kompresor rotari untuk lemari es water cooler. Seperti halnya
R-22, R-114 juga dapat bercampur dengan minyak pelumas pada bagian sisi tekanan
tinggi tetapi terpisah dengan minyak di evaporator. Kebocoran dapat dicari dengan
Halide leak detetor.
Pergerakan torak yang diperlukan lebih besar daripada R-22, tetapi lebih kecil
daripada R-12, jika dipakai dengan mesin yang sama dan untuk tujuan yang sama, R-
500 dapat memberikan kapasitas 18% lebih besar daripada R-12. Suatu unit dengan R-
12 yang kapasitasnya hendak dinaikkan 18 %, kita dapat mengusahakan dengan hanya
menukar bahan pendinginnya saja dengan R-500. Jumlah putaran motor listrik
berbanding lurus dengan besarnya frekuensi. Motor listrik 60 Hz yang bekerja di daerah
50 Hz, jumlah putarannya hanya tinggal 5/6 bagian, dan pergerakan toraknya juga
berkurang 18%. Kompresor hermetik 60Hz dengan R-12 akan memberikan kapasitas
yang sama jika dipakai untuk daerah 50 Hz dengan R-500. daya listrik yang diperlukan
juga hampir sama.
63
R-500 mempunyai kemampuan menyerap air yang sangat besar. Apabila sistem
hendak diisi dengan R-500, sebelumnya sistem harus dibuat vakum dengan pompa
vakum yang khusus, agar semua air dan uap air dapat dikeluarkan. Selain itu sistem
harus memakai pengering (drier) untuk menyerap sisa air yang masih tertinggal di
dalam sistem. Mengisi sistem lemari es dengan R-500 tidak banyak perbedaannya
dengan R-12, hanya kedua tekanannya pada sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah
sedikit lebih tinggi. Kebocoran dapat dicari dengan halide leak detector, electronic leak
detecto, air sabun atau zat warna dan lain-lain.
b. Kepala silinder dari kompresor yang leih besar tidak perlu didinginkan dengan
air, dimana biasanya diperlukan pada R-22.
d. Suhu motor dan minyak tetap rendah, hingga minyak kompresor tetap dapat
memberikan pelumasan dengan baik karena kekentalannya tetap tidak berubah.
R-502 dapat menyerap air 15 kali lebih banyak daripada R-12 pada 0 0F (-17,8 0C),
yaitu 12 ppm (part per million) dari berat. Jika bercampur dengan uap air harus
diperhatikan agar R-502 tidak berhubungan dengan zink murni (Zn) atau magnesium
(Mg). Alumunium dapat dipakai asalkan tidak mengandung magnesium lebih dari 2%.
Timah putih (lead) jangan dipakai sebagai bahan penyambung pipa (soldir timah), atau
64
penahan kebocoran pada rotary seal dari poros engkol. Bahan-bahan plastik yang dapat
dipakai dengan R-22, juga dapat dipakai dengan R-502, misalnya untuk pengikat lilitan
motor, dan sebagainya. R-502 dapat bercampur minyak dengan baik pada suhu diatas
180 0F (82,2 0C). Tetapi di bawah 77 0F (25 0C) minyak akan memisah dan mengapung
di atas cairan bahan pendingin. Sifat ini menyebabkan minyak ikut ke kondensor, lalu di
evaporator minyak tersebut memisah dari bahan pendingin, maka harus diberi alat
khusus biasanya oil separator utuk mengembalikan minyak ke kompresor. R-502 adalah
bahan pendingin yang aman , kebocoran dapat dicari dengan Halide leak detector, dan
sebagainya.
67
harus berhatri-hati, karena Methyl chloride jika sedang terbakar berbahaya. Ruang
dimana kebocoran dapat dicari harus mempunyai cukup ventilasi udara.
C. Minyak Pelumas
Minyak pelumas dalam sistem pendingin merupakan bagian yang penting untuk
melumasi dan melindungi bagian-bagian yang bergerak dari kompresor. Kompresor
mesin pendingin harus terus-menerus mendapat pelumasan. Jika cara pelumasannya
kurang sempurna, bagian-bagian yang bergerak dari kompresor akan cepat aus dan
rusak. Gunanya minyak pelumas dalam sistem pendingin adalah untuk :
1. Mengurangi gesekan dari bagian-bagian yang bergerak.
2. Mengurangi terjadinya kalor pada bus dan bantalan.
3. Membentuk lapisan penyekat antara torak dan dinding silender
4. Membantu mendinginkan kumparan motor listrik di dalam kompresor hermetik.
Minyak pelumas di dalam kompresor selalu berhubungan bahkan bercampur dengan
refrigeran dan mengalir bersama-sama ke semua bagian dari sistem. Minyak pelumas
harus tetap stabil pada suhu dan tekanan yang tinggi dari kompresor, juga harus tetap
dapat memberikan pelumasan dan melindungi bagian-bagian yang bergerak agar tidak
aus dan rusak. Pada suhu rendah minyak pelumas harus tidak menimbulkan kotoran
atau endapan yang dapat menyebabkan katup ekspansi menjadi buntu. Minyak pelumas
yang ikut terbawa oleh refrigeran harus dapat dikembalikan ke kompresor dengan
perencanaan dari sistem, terutama evaporator yang baik. Minyak pelumas dapat dibagi
dalam tiga jenis yaitu yang berasal dari hewan, tumbuhan dan mineral.
Minyak pelumas yang berasal dari hewan dan tumbuhan adalah minyak pelumas
yang tetap (fixed oil), karena tidak dapat dimurnikan tanpa diuraikan. Minyak tersebut
tidak stabil, mudah membentuk asam dan endapan, sehingga tidak dapat dipakai untuk
mesin pendingin. Minyak pelumas untuk mesin pendingin dibuat dari mineral yang baik
dari golongan napthene. Minyak mineral harus dibersihkan melalui proses penyulingan
minyak, untuk diambil kandungan lilin, air, belerang dan lain-lain kotorannya.
Umumnya minyak pelumas diberi bahan tambahan untuk menghindarkan terjadinya
endapan atau busa. Minyak pelumas harus mempunyai pour point (suhu terendah
dimana minyak masih dapat mengalir) yang rendah, agar pada suhu rendah lilinnya
tidak memisah lalu membeku. Lilin yang membeku dapan membuat buntu alat kontrol
refrigeran seperti katup ekspansi. Syarat-syarat minyak pelumas untuk mesin pendingin
adalah :
68
1. Tidak mengandung air, lilin, asam dan lain-lain kotoran.
2. Mempunyai pour point yang rendah yaitu -250F sampai dengan -400F (-320C
sampai dengan -400C). Agar pemakaian pada sistem dengan suhu rendah, lilinnya
tidak memisah dan membeku.
3. Mempunyai sifat dielektrik (tidak menghantar listrik) yang kuat, minimum 25 kilo
volt.
4. Mempunyai struktur kimia yang stabil, tidak mudah bereaksi denga refrigeran atau
benda lain yang dipakai pada sistem pendingin.
5. Tidak berbusa, karena jika berbusa minyak pelumas dapat membawa refrigeran cair
masuk ke kompresor, dapat merusak katup kompresor.
6. Mempunyai kekentalan (viscosity) pada 1000F (37,80C) antara 150 300 SUV
(Saybolt Universal Viscosity) dan untuk kompresor AC mobil 500 SUV.
Refrigeran yang dapat larut dalam minyak pelumas dibagi menjadi tiga
golongan, yaitu:
1. Dapat bercampur pada suhu tinggi dan suhu rendah.
2. Dapat bercampur pada suhu tinggi, tetapi memisah pada suhu rendah.
3. Tidak dapat bercampur pada suhu tinggi maupun suhu rendah.
Pada suhu yang rendah di evaporator, kemampuan bercampur refrigeran dengan minyak
pelumas berkurang, sedangkan pada suhu tinggi di kompresor dan kondensor
bertambah. Di evaporator biasanya sebagian minyak pelumas akan memisah dari
campuran refrigeran dan minyak pelumas. R-12 adalah refrigeran yang pada suhu tinggi
dan suhu rendah dapat bercampur dengan minyak pelumas. Di dalam saluran pipa
evaporator yang rendah suhunya, R-12 tetap dapat bercampur dengan minyak pelumas.
Kekentalan minyak pelumas di evaporator dan saluran hisap tetap rendah (encer),
sehingga minyak pelumas dapat lebih mudah dibawa kembali ke kompresor.
70
BAB IV
SISTEM KOMPRESI UAP
72
Model siklus kompresi uap ditunjukkan oleh Gambar 4.2, dimulai dari receiver
tank, refrigeran cair yang bertemperatur tinggi dan tekanan tinggi mengalir dari receiver
tank ke alat ekspansi melalui saluran liquid. Tekanan refrigeran cair di turunkan sampai
mendekati tekanan evaporator ketika mengalir di alat ekspansi sehingga temperatur
jenuh refrigeran ketika masuk evaporator akan lebih rendah dari temperatur ruangan
yang didinginkan. Di dalam evaporator, refrigeran cair menguap pada kondisi tekanan
dan temperatur konstan, di mana kalor yang diperlukan untuk menguapkan refigeran
cair itu adalah kalor laten yang berasal dari ruangan yang didinginkan yang mengalir
melalui dinding-dinding evaporator. Selanjutnya akibat kerja kompresi yang dilakukan
kompresor, uap refrigeran ditarik dari evaporator melalui saluran suction ke dalam inlet
suction dari kompresor.
Kondisi uap ketika meninggalkan evaporator adalah uap jenuh dan temperatur
serta tekanannya sama dengan refrigeran cair ketika akan mulai menguap. Ketika
refrigeran mengalir dari evaporator ke kompresor melalui saluran suction, biasanya
menyerap kalor dari udara disekitar saluran suction sehingga wujudnya akan berubah
menjadi uap panas lanjut. Walaupun temperatur uap refrigeran disaluran suction akan
naik sebagai akibat dari panas lanjut tetapi tekanannya tidak mengalami perubahan,
sehingga tekanan uap refrigeran ketika masuk ke kompresor adalah sama dengan
tekanan penguapan di evaporator. Di dalam kompresor, temperatur dan tekanan uap
refrigeran dinaikkan dengan kerja kompresi dan selanjutnya temperatur tinggi dan
tekanan tinggi uap refrigeran disalurkan ke saluran hot gas melalui discharge
kompresor. Uap refrigeran tekanan tinggi dan temperatur tinggi mengalir dari saluran
hot gas ke kondensor, sehingga temperaturnya turun sampai mendekati temperatur
saturasi dan tekanannya juga berubah. Di kondensor, uap refrigeran berubah wujud lagi
menjadi cair sebagai akibat pelepasan kalor yang dilakukannya. Pada akhirnya semua
refrigeran uap berubah menjadi refrigeran cair di bagian akhir kondensor dan
selanjutnya mengalir ke receiver tank dan siap untuk disirkulasikan kembali.
C. Diagram tekanan-entalpi
Diagram yang sering digunakan dalam menganalisa siklus refrigerasi adalah
diagram tekanan-entalpi (P-h) dan diagram temperatur-entropi (T-s). Kondisi refrigeran
pada setiap keadaan termodinamika dapat diketahui dengan memberikan point (titik)
pada Ph diagram. Titik yang diletakkan pada Ph diagram dapat menjelaskan kondisi
termodinamika dari refrigeran jika telah diketahui dua properties refrigeran pada kondisi
73
itu. Untuk memudahkan pemahaman kita sebuah sketsa Ph diagram ditunjukkan oleh
Gambar 4.3.
74
dan sejajar dengan garis entalpi konstan. Pada bagian tengah kurva, jika refrigeran
berubah wujud pada temperatur dan tekanan konstan maka garis temperatur konstan
akan sejajar dengan garis tekanan konstan. Pada daerah kurva uap jenuh, garis
temperatur berubah arah lagi menuju ke bagian bawah dari diagram.
Gambar 4.4 Sketsa Ph diagram yang menunjukkan garis tekanan konstan, temperatur
konstan, entalpi konstan, entropi konstan, volume konstan dan kualitas konstan.
(Sumber: Dossat, 1961:92)
D. Proses pendinginan
Gambar 4.5 Diagram Ph untuk siklus refrigerasi yang beroperasi pada temperatur
penguapan 200F dan temperatur kondensasi 1000F. (Refrigeran-12).
(Sumber: Dossat, 1961:93)
75
Secara teoritis diasumsikan refrigeran mengalir meninggalkan evaporator dalam
wujud uap dan masuk ke kompresor dalam wujud uap jenuh (pada tekanan dan
temperatur penguapan) dan refrigeran cair mengalir meninggalkan kondensor lalu
masuk kealat ekspansi dalam wujud cairan jenuh (pada tekanan dan temperatur
kondensasi). Sebuah siklus refrigerasi sederhana untuk sistem yang menggunakan R-12
digambarkan pada sebuah Ph diagram dan ditunjukkan oleh gambar 4.5. Sistem ini
diasumsikan beroperasi pada kondisi tekanan penguapan di evaporator sebesar 35,75
psia dan tekanan kondensasi di kondensor sebesar 131,6 psia. Titik A, B, C, D dan E
pada diagram Ph berhubungan dengan titik data pada sistem refrigerasi yang
ditunjukkan oleh Gambar 4.6. Pada titik A, refrigeran berada dalam wujud cairan jenuh
di kondensor dan nilai tekanan, entalpi dan temperatur dapat langsung di ketahui dari Ph
diagram.
Refrigeran
setelah melewati
katup ekspansi
Penguapan liquid
refrigeran
berakhir di sini Refrigeran tidak
mengalami
perubahan fase
Refrigeran tidak
Proses kondensasi
mengalami
mulai disini
perubahan fase
Pengembunan
refrigerant gas
berakhir di sini
1. Proses ekspansi
Diasumsikan tidak terjadi perubahan kondisi refrigeran cair ketika mengalir
melalui saluran liquid dari kondensor ke alat ekspansi dan kondisi refrigeran ketika akan
masuk kealat ekspansi sama dengan kondisi refrigeran di titik A. Pada proses yang
76
ditunjukkan oleh titik A B terjadi pada alat ekspansi dimana tekanan dari cairan
diturunkan dari tekanan kondensasi ke tekanan evaporasi. Ketika cairan berekspansi ke
dalam evaporator melalui orifice dari alat ekspansi, temperatur cairan turun dari
temperatur kondensasi ke temperatur evaporasi dan wujud refrigeran cair berubah
menjadi campuran uap dan cair. Titik A dan B mempunyai nilai kandungan panas yang
sama karena terletak pada garis komstan entalpi, harganya 31,16 Btu/lb. Nilai 31,16
Btu/lb adalah kandungan panas refrigeran cair R-12 pada temperatur 1000 F sedangkan
kandungan panas refrigeran cair pada temperatur 200 F adalah 12,55 Btu/lb (titik X).
Selisih B X inilah yang mesti dibuang sebelum refrigeran masuk ke dalam evaporator.
2. Proses evaporasi
Garis horisontal B C merupakan garis penguapan di dalam evaporator,
refrigeran mengambil panas dari luar untuk menguapkan semua refrigeran cair yang ada
di dalam evaporator. Titik C merupakan titik akhir penguapan dan titik awal kompresi,
nilai hC = 80,49 Btu/lb. Selisih antara hB dengan hC adalah merupakan efek
pendinginan (RE), yang besarnya 80,49 31,16 = 49,33 Btu/lb.
3. Proses kompresi
Pada gambar 4.5, Garis C D menunjukkan proses kompresi, temperatur dan
tekanan uap dari evaporator dinaikkan sampai mencapai temperatur dan tekanan
kondensor, dengan asumsi tidak ada bocoran atau sisipan panas pada pipa penghubung
evaporator dan kompresor. Titik D merupakan awal garis tekanan absolut yang senilai
dengan temperatur kondensasi 1000 F. Titik ini terletak pada daerah panas lanjut
(superheated). Letak titik D merupakan titik pertemuan antara perpanjangan garis
tekanan 131,16 psia dengan konstan entropi dari titik C dan temperatur titik D
mendekati 1120 F. Besarnya hD = 90,6 Btu/lb dan selisih hD dengan hC = 10,11 Btu/lb
adalah jumlah panas yang ditambahkan kepada uap akibat kerja kompresi. Temperatur
titik D merupakan temperatur teoritis, karena pada kenyataannya temperatur pada titik
D lebih tinggi, lebih kurang 20 0F sampai 35 0F.
4. Proses kondensasi
Garis D E merupakan garis superheat yang harus dibuang terlebih dahulu
sebelum refrigeran mengalami proses kondensasi, besarnya adalah hD hE = 90,6
88.62 = 1,98 Btu/lb. Panas lanjut 1,98 Btu/lb dibuang melalui dinding pipa keluar
kompresor atau dari pipa-pipa bagian atas kondensor. Selama terjadi pengeluaran panas
ini temperatur refrigeran turun sampai temperatur kondensasi (1000 F). Garis E A
77
adalah garis kondensasi yang terjadi di dalam kondensor. Kondisi titik E = titik A, yaitu
1000 F/ 131,16 psia, kecuali entalpi dan wujudnya berbeda.
Untuk mencari koefisien kerja (Coefficient of Performance)dari suatu instalasi
pendingin mesti diketahui dulu efek pendinginannya (RE) dan kerja kompresi.
Perbandingan efek pendinginan dengan kerjha kompresi adalah koefisien kerja
(Coefficient of Performance, CoP). Kalau dibuat suatu persamaan :
CoP = efek pendinginan : kerja kompresi
Untuk mencari besarnya CoP itu kita mesti kembali ke diagram ph, dimana :
CoP = (hC hA) : (hD hC)
CoP = 49,33 : 10,11
CoP = 4,88
Nilai CoP selalu lebih besar dari 1.
Pada siklus refrigerasi aktual terjadi deviasi dari siklus refrigerasi yang
sedarhana. Alasan untuk hal ini karena pada siklus refrigerasi sederhana dibuat beberapa
asumsi yang sebenarnya tidak terdapat pada siklus refrigerasi aktual. Sebagai contoh,
pada siklus refrigerasi sederhana penurunan tekanan (pressure drops) akibat aliran
refrigeran yang mengalir pada pipa saluran, evaporator, kondensor dan sebagainya
78
diabaikan. Lebih lanjut pengaruh dari subcooling dan superheating tidak
dipertimbangkan. Begitu juga kerja kompresi oleh kompresor diasumsikan sebagai
proses isentropik. Pada siklus refrigerasi sederhana, diasumsikan refrigeran uap yang
mengalir ke kompresor berada dalam wujud uap jenuh pada tekanan dan temperatur
penguapan. Pada kenyataannya hal ini tidak selalu benar. Setelah refrigeran cair
seluruhnya menguap di evaporator, kemudian menjadi dingin, biasanya uap jenuh akan
terus menyerap kalor dan akhirnya menjadi uap panas lanjut sebelum ia mencapai
kompresor, seperti ditunjukkan oleh Gambar 4.7.
79
kondensing. Pada Gambar 4.8, properties dari uap panas lanjut di titik C dan D dapat
dilihat dalam Ph diagram yaitu sebagai berikut:
Titik C : P = 35,75 psia, T = 70 0F, v = 1,260 ft3/lb , h = 88,6 Btu/lb.
0
Titik D : P = 131,6 psia, T = 164 F, v = 0,380 ft3/lb, h = 99,2 Btu/lb.
Pada Ph diagram, proses C C menunjukkan superheating refrigeran uap dari
20 0F menjadi 70 0F pada tekanan penguapan dan perbedaan entalpi pada titik ini
adalah jumlah panas yang diperlukan untuk mencapai superheat untuk setiap pon
refrigeran. Berdasarkan hasil perbandingan dari kedua siklus tersebut, ada beberapa hal
yang menarik untuk diamati, yaitu:
1. Panas kompresi untuk siklus superheated lebih besar daripada untuk siklus saturasi.
Untuk siklus superheated panas kompresinya adalah hD hC = 99,2 88,6 = 10,6
Btu/lb. Sedangkan untuk siklus saturasi panas kompresinya adalah hD hC = 90,6
80,49 = 10,11 Btu/lb.
2. Untuk temperatur dan tekanan kondensing yang sama, temperatur uap refrigeran yang
keluar dari kompresor untuk siklus superheated lebih tinggi daripada untuk siklus
saturasi. Pada kasus ini temperaturnya adalah 164 0F untuk siklus superheated dan
112 0F untuk siklus saturasi.
3. Untuk suiklus superheated, jumlah panas yang harus dilepaskan oleh kondensor lebih
besar daripada untuk siklus saturasi. Hal ini terjadi karena adanya tambahan panas
yang diserap oleh uap refrigeran sebelum ia mengalami superheated dan juga karena
adanya kenaikan pada panas kompresi. Untuk siklus superheated, panas yang harus
dilepaskan kondensor adalah hD hA = 99,2 31,16 = 68,04 Btu/lb dan untuk
siklus saturasi panas yang harus dilepaskan oleh kondensor adalah hD hA = 90,6
31,16 = 59,44 Btu/lb.
Sebagai catatan juga bahwa tambahan panas yang harus dilepaskan kondensor pada
siklus superheated adalah semuanya panas laten. Jumlah panas laten yang harus
dikeluarkan kondensor adalah sama untuk kedua siklus ini. Ini berarti bahwa pada siklus
superheated, sejumlah panas sensibel yang harus dilepaskan kondensor ke media
pendinginnya adalah sebelum proses kondensasi dimulai.
80
kondensing yang mengalami subcooling hingga mencapai temperatur 80 0F, sebelum
refrigeran cair mengalir ke alat ekspansi. Titik A, B, C, D dan E menunjukkan siklus
saturasi dan titik A, B, C, D dan E menunjukkan siklus subcooled. Telah dijelaskan
sebelumnya bahwa ketika refrigeran cair yang didinginkan sebelum ia mengalir ke alat
ekspansi maka efek refrigrasi yang terjadi akan meningkat. Pada Gambar 4.9,
peningkatan efek refrigrasi hasil dari pendinginan lanjut (subcooling) berbeda antara
hB dan hB begitu juga halnya dengan hA dan hA. Panas yang dibuang oleh refrigeran
cair selama proses subcooling adalah:
Untuk siklus saturasi, q = hC hA = 80,49 31,16 = 49,33 Btu/lb.
1
Karena besarnya efek refrigerasi, maka banyaknya refrigeran yang disirkulasikan per
menit per ton akan lebih sedikit untuk siklus subcooled daripada untuk siklus saturasi.
Untuk siklus saturasi, m = 200/49,33 = 4,05 lb
Untuk siklus subcooling, m = 200/54,21 = 3,69 lb.
Kondisi refrigeran uap ketika mengalir ke kompresor adalah sama untuk kedua
siklus. Oleh karena itu volume spesifik refrigeran uap ketika masuk ke kompresor juga
sama, dan jika jumlah refrigeran yang disirkulasikan per menit per ton untuk siklus
subcooled lebih sedikit daripada untuk siklus saturasi, maka besarnya volume refrigeran
uap yang harus ditanggulangi oleh kompresor juga akan lebih sedikit untuk siklus
subcooled daripada untuk siklus saturasi.
81
Untuk siklus saturasi:
Volume spesifik refrigeran uap, vc = 1,121 ft3/lb. Volume refrigeran uap yang di
tanggulangi kompresor: V = m x vc = 4,05 x 1,121 = 4,55 ft3/min
Untuk siklus subcooled:
Volume spesifik refrigeran uap, vc = 1,121 ft3/lb. Volume refrigeran uap yang di
tanggulangi kompresor: V = m x vc = 3,69 x 1,121 = 4,15 ft3/min.
Karena volume refrigeran uap yang di tanggulangi oleh kompresor untuk siklus
subcooled lebih sedikit, maka daya yang dibutuhkan oleh kompresor juga akan lebih
kecil daripada untuk siklus saturasi. Selain itu koefisien unjuk kerja (CoP) yang
dihasilkan pada siklus subcooled lebih besar daripada siklus saturasi.
82
BAB V
PSYCHROMETRIC
A. Definisi Psychrometric
Psychrometrics adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat (properties) udara. Pada
bidang teknik tata udara, psychrometrics meliputi pengukuran dan menghitung sifat-
sifat udara luar dan udara yang ada di dalam ruangan bangunan yang dikondisikan.
Psychrometrics juga digunakan untuk mencari kondisi udara yang pasti akan lebih
nyaman dalam ruangan yang dikondisikan. Grafik psychrometrics seperti ditunjukkan
oleh Gambar 5.1, merupakan alat penyederhana dalam pengukuran sifat-sifat udara dan
mengurangi beberapa perhitungan rumit ketika mencari sifat-sifat udara. Industri
pembuat alat tata udara (AC) akan mempunyai bentuk grafik yang sedikit berlainan,
yang mungkin disebabkan berlainan lokasi tempat informasi didapat. Namun demikian,
tetap mempunyai dasar yang sama bahwa grafik psychrometrics merupakan sebuah
grafik sederhana yang mewakili kondisi atau sifat-sifat udara. Sifat-sifat udara tersebut
seperti: temperatur, kandungan uap air di udara (humidity) dan titik kondensasi yang
biasa disebut titik pengembunan (dewpoint).
83
Bagian-bagian yang biasa digunakan dalam hubungannya dengan grafik
psychrometric yaitu:
1. Temperatur kering atau dry-bulb temperature (db) adalah temperatur udara yang
diukur dengan menggunakan thermometer biasa, yaitu thermometer rumah tangga.
2. Temperatur basah atau wet-bulb temperature (wb) adalah temperatur udara luar
yang diukur dengan menggunakan thermometer biasa berselubung kain basah pada
ujung lancipnya. Temperatur dicatat setelah thermometer digoyang secara cepat
(diputar) di udara. Sebuah thermometer disebut thermometer basah karena ujung
lancipnya dibasahi dengan cara membungkus dengan kain yang dicelupkan ke
dalam air. Thermometernya sama dengan thermometer kering. Untuk mengukur
temperatur kering atau basah biasa digunakan psychrometer ayun (sling
psychrometer). Hasil pengukuran thermometer basah biasanya lebih kecil
dibandingkan dengan hasil pengukuran thermometer kering. Perbedaan temperatur
kering dan basah tergantung pada jumlah uap air yang ada di dalam udara. Jika
kandungan uap air tinggi, penguapan yang terjadi di kain basah menjadi rendah.
Akibatnya panas yang dipindahkan menjadi sedikit dan temperatur basah menjadi
tinggi. Jika kandungan uap air di udara rendah, berarti udara itu kering dan dapat
dengan segera mengambil uap air. Oleh karena itu penguapan pada kain basah
terjadi dengan cepat dan panas yang dipindahkan dalam jumlah yang lebih besar.
Hal ini akan menyebabkan permukaan thermometer basah jadi cepat sejuk. Sebagai
hasilnya, hasil pembacaan yang didapat akan lebih rendah dibanding udara yang
mempunyai kandungan uap air tinggi. Udara kering atau udara yang mengandung
uap air rendah mempunyai temperatur basah yang rendah. Udara lembab atau udara
berkandungan uap air tinggi mempunyai temperatur basah yang tinggi. Bila
kandungan uap air mencapai 100 % atau relatif humidity mencapai 100 % maka
temperatur basah akan sama besarnya dengan temperatur kering. Hal tersebut dapat
dilihat dengan mudah di grafik psychrometrics. Pada kondisi seperti ini penguapan
terhenti sebab udara tak mampu lagi mengambil uap air. Oleh karena itu, tidak
mungkin mengeluarkan panas penguapan dari kain basah pada thermometer basah
sehingga kedua thermometer akan memberikan hasil yang sama.
3. Kandungan uap air relatif atau Relativ Humidity (RH) adalah jumlah uap air yang
ada dalam udara dibandingkan dengan jumlah uap air maksimum yang dapat
dimiliki oleh udara pada kondisi yang sama (temperatur dan tekanannya sama).
84
4. Tetes uap air atau grains of moisture adalah ukuran yang digunakan untuk
menghitung jumlah uap air yang ada di udara.
5. Temperatur titik pengembunan atau dewpoint temperature (dp)adalah temperatur
saat uap air mulai mengembun pada suatu permukaan.
Dalam hubungannya dengan grafik psychrometrics, bagian-bagian ini dapat
bercerita banyak tentang kondisi udara, misalnya :
a. Jika temperatur kering dan temperatur basah sudah diketahui maka kandungan
uap air relatif dapat dibaca di grafik.
b. Jika temperatur kering dan kandungan uap air relatif sudah diketahui, maka
temperatur basah dapat dicari.
c. Jika temperatur basah dan kandungan uap air relatif diketahui maka temperatur
kering dapat dicari.
d. Jika temperatur kering dan temperatur basah sudah diketahui, maka temperatur
pengembunan dapat dicari.
e. Jika temperatur basah dan kandungan uap air relatif diketahui, maka temperatur
pengembunan dapat dicari.
f. Jika temperatur kering dan kandungan uap air relatif diketahui, maka temperatur
pengembunan dapat dicari.
Tetes uap air di udara dapat dicari dari tiap kombinasi sebagai berikut :
1) Temperatur kering dan kandungan uap air relatif (RH)
2) Temperatur kering dan temperatur pengembunan
3) Temperatur basah dan kandungan uap air relatif (RH)
4) Temperatur basah dan temperatur pengembunan
5) Temperatur kering dan temperatur basah
6) Titik pengembunan
85
derajat temperatur dan skala temperatur basah (wet-bulb scale) membentang sepanjang
pergelangan kaki (instep) ke puncak sepatu. Garisnya membentang secara diagonal ke
bawah menuju alas (sole) dan belakang sepatu satu garis satu derajat temperatur.
Pada Gambar 5.4 ditunjukkan garis skala temperatur kondensasi dan kandungan
uap air relatif. Skala titik kondensasi atau titik pengembunan adalah sama dengan skala
temperatur basah (wet-bulb scale). Garis titik pengembunan membentang secara
horizontal ke bagian belakang sepatu, satu garis satu derajat temperatur. Garis
kandungan uap air relatif berlokasi sepanjang sisi sepatu dan sejajar dengan garis
pergelangan kaki (instep). Garis pergelangan kaki (instep) merupakan garis kandungan
uap air relatif 100%.
86
Gambar 5.4 Garis temperatur kondensasi dan kanduangan uap air relatif
Skala tetes uap air berada di sepanjang bagian belakang sepatu, mulai dari
bawah sampai ke atas. Letak garisnya sama dengan garis pengembunan.
87
Jawab: ikuti langkah penyelesaiannya dan perhatikan ilustrasi pengerjaannya pada
Gambar 5.6.
1. Plot 78 F pada skala temperatur kering, yaitu bagian bawah grafik
2. Dari titik 78 F tarik garis tegak lurus ke atas sehingga memotong kurva pergelangan
kaki (instep).
3. Dari titik itu, ikuti kurva ke arah menurun sampai pada titik 65 F (skala temperatur
basah).
4. Tarik garis sejajar dengan garis temperatur basah sampai memotong garis 78 F.
5. Dari titik itu didapat garis kurva, garis kandungan uap air relatif yang sesuai yaitu
50%.
6. Jadi kandungan uap air relatif (RH) untuk 78F db dan 65 F wb adalah 50%.
88
Contoh 2: Temperatur kering, kandungan uap air relatif (RH) temperatur basah
Diketahui : Temperatur kering 78 F
Kandungan uap air (RH) 50%
Carilah : Temperatur basah
Jawab: ikuti langkah penyelesaiannya dan perhatikan ilustrasi pengerjaannya pada
Gambar 5.7.
1. Plot 78 F pada skala temperatur kering, yaitu bagian bawah grafik
2. Dari titik 78 F tarik garis tegak lurus ke atas sehingga memotong garis RH 50%.
3. Letak titik temperatur basah adalah pada titik pertemuannya.
4. Ikuti garis diagonal ke arah kiri atas dan memotong kurva pergelangan kaki.
5. Disitulah letak titik temperatur basah, yaitu sebesar 65 F.
89
Contoh 3: Temperatur basah, kandungan uap air relatif (RH) temperatur kering
Diketahui : Temperatur basah 65 F
Kandungan uap air (RH) 50%
Carilah : Temperatur kering
Jawab: ikuti langkah penyelesaiannya dan perhatikan ilustrasi pengerjaannya pada
Gambar 5.8.
1. Tetapkan titik 65 F pada skala temperatur basah.
2. Tarik garis diagonal ke bawah sampai memotong garis RH 50%.
3. Tarik garis tegak lurus dari atas ke bawah melalui titik potong pada no. 2 sampai
memotong garis skala temperatur kering.
4. Didapat titik potongnya pada 78 F.
90
Contoh 4: Temperatur kering, temperatur basah temp. pengembunan
Diketahui : Temperatur kering 78 F
Temperatur basah 65 F
Carilah : Temperatur pengembunan (dewpoint)
Jawab: ikuti langkah penyelesaiannya dan perhatikan ilustrasi pengerjaannya pada
Gambar 5.9.
1. Carilah titik potong 78 F db dengan 65 F wb.
2. Tarik garis horizontal ke kiri sampai memotong kurva pergelangan kaki (instep).
3. Didapat titik temperatur pengembunan (dewpoint) 58 F.
Contoh 5: Temperatur basah, kandungan uap air relatif (RH) temp. pengembunan
Diketahui : Temperatur basah 65 F
Kandungan uap air (RH) 50%
Carilah : Temperatur pengembunan (dewpoint)
Jawab: ikuti langkah penyelesaiannya dan perhatikan ilustrasi pengerjaannya pada
Gambar 5.10.
91
1. Cari titik 65 F pada skala temperatur basah.
2. Ikuti garis diagonal ke bawah, mulai dari titik 65 F sampai memotong garis RH
50%.
3. Dari titik perpotongan no. 2, tarik garis horizontal, yaitu garis pengembunan
(dewpoint).
4. Garis di atas memotong kurva di sebelah kiri pada titik 58 F.
5. Garis perpotongan itu adalah temperatur pengembunan yaitu 58 F.
93
Jawab: ikuti langkah penyelesaiannya dan perhatikan ilustrasi pengerjaannya pada
Gambar 5.12.
1. Cari perpotongan antara 78 F db dengan 65 F wb.
2. Tarik garis horizontal ke kanan, sampai memotong garis jumlah tetes air.
3. Akan didapat jumlah tetes air sebesar 72.
Pada contoh di atas ditunjukan bagaimana cara mencari jumlah tetes air dengan
mengunakan temperatur kering dan temperatur basah. Jumlah tetes air juga dapat dicari
pada grafik psycrometrics dengan menggunakan prosedur seperti di atas, tetapi dengan
kombinasi lain. Secara sederhana, carilah perpotongan dua kondisi tertulis di bawah ini
dan ikuti garis pada grafik yang memotong skala jumlah tetes air.
1. db dengan kandungan uap air relatif (RH).
2. db dengan temperatur pengembunan.
3. wb dengan kandungan uap air relatif (RH).
4. wb dengan temperatur pengembunan.
94
Gambar 5.13 Cara menentukan jumlah tetes air per ft3 udara
Perhatikan pada ujung atas skala tertulis kata jumlah tetes air per lb udara
kering. Berarti bahwa pada 78 F db dan 65 F wb udara (per lb) dapat menahan
sejumlah 72 tetes air. Uap air dapat diukur per lb udara atau per ft3 udara, untuk mencari
uap air per ft3 udara gunakanlah kondisi yang sama (78 F db dan 65 F wb) dengan
memperhatikan Gambar 5.13 dan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Carilah titik potong 78 F db dab 65 F wb.
2. Tarik garis horizontal ke kanan sampai memotong garis skala jumlah uap air.
3. Didapatkan hasilnya 72 tetes air.
4. Carilah skala ft3 sepanjang alas gambar sepatu (psychrometrics). Skala mulai dari
12,5 ft3 dan berakhir pada 14 ft3. Garis ini membentang diagonal dari alas ke kiri
atas.
5. Cari lagi titik potong antara 78 F db dab 65 F wb.
95
6. Tarik garis sejajar dengan ft3 melalui perpotongan pada item no.5 terus miring ke
bawah sampai memotong alas. Titik potongnya berada antara 13,5 dan 14
katakanlah 13,8 ft3.
7. Bagilah 72 dengan 13,8.
8. Hasilya yaitu 5 tetes air per ft3.
Pada temperatur 78 F db dab 65 F wb uap air di dalam udara adalah sejumlah 72 tetes
tiap lb udara, atau 5 tetes tiap ft3.
99
a. Seperti diutarakan sebelumnya, bahwa uap air dapat dibuang atau dicegah dengan
menggunakan udara hangat di atas permukaan jendela. Udara hangat dihembuskan
di atas permukaan jendela, sehingga kandungan uap air lebih tinggi dapat
dipertahankan di dalam ruangan tanpa terjadi pengembunan atau kondensasi.
b. Dengan adanya penambahan permukaan jendela ke 2 (storm window) atau dengan
menggunakan 2 lapis kaca jendela (thermopane), temperatur permukaan bagian
dalam lapis kaca jadi naik (di atas 30 F) dan oleh karena itu, kandungan uap air
relatif akan naik juga ke tingkat yang lebih nyaman.
102
BAB VI
ESTIMASI BEBAN PENDINGINAN
Keterangan:
Q : Kapasitas mesin yang diperlukan (BTU/jam)
Qtotal : Jumlah beban pendinginan (Btu/24 jam)
t : Jumlah waktu mesin bekerja (jam)
Walau telah dinyatakan jumlah waktu mesin bekerja, tetapi tetapi pada saat evaporator
diselimuti es (dalam batas-batas tertentu) mesin itu akan berhenti bekerja untuk
103
memberikan kesempatan agar es yang menempel pada sirip-sirip evaporator mencair
(defrost). Setelah selesai mencair semua, baru mesin itu bekerja lagi. Lapisan es itu
berasal dari uap air yang ada di dalam udara yang disirkulasikan, karena didinginkan
sampai di bawah titik bekunya maka uap air itu membeku. Dengan tertutupinya lalu
lintas sirkulasi udara melalui koil pendingin, maka koil pendingin itu jadi terisolasi,
sehingga daya guna koil pendingin itu menurun. Air hasil defrost dialirkan keluar
ruangan pendingin.
Defrost (pencairan bunga es) dilakukan secara berkala dengan jalan menaikkan
temperatur evaporator (koil pendingin) sampai di atas titik cairnya dan dipertahankan
sampai beberapa saat agar semua bunga es mencair dengan sempurna, juga memberikan
kesempatan untuk mengalir keluar ruangan. Dengan demikian usaha untuk
mendapatkan efek pendinginan yang dikehendaki tertunda dulu. Cara untuk mencairkan
bunga es itu adalah dengan jalan menghentikan kompresor bekerja, artinya membiarkan
temperatur evaporator berangsur-angsur naik akibat panas yang ada di dalam ruangan
dan bunga es mencair. Cara ini disebut sebagai off-cycle defrosting, pencairan bunga
es dengan jalan menghentikan kompresor bekerja. Karena panas yang digunakan untuk
mencairkan bunga es itu berasal dari udara di dalam ruangan, tentu saja waktu yang
dibutuhkan relative lama. Berdasarkan pengalaman para ahli untuk off-cycle
defrosting ini waktu maksimum yang diijinkan mesin beroperasi adalah 16 jam kerja
untuk sehari semalam yang 8 jam lagi untuk pencairan bunga es, artinya beban
pendinginan per 24 jam mesti dapat ditanggulangi oleh manusia selama 16 jam bekerja.
Bila ruangan pendingin dipertahankan pada temperatur di bawah 340F, cara
defrost off cycle tak dapat digunakan lagi sebab untuk mencairkan bunga es itu
diperlukan temperatur lebih tinggi dari 340F akibatnya dapat merusak produk yang
disimpan. Oleh sebab itu untuk temperatur di bawah 340F beberapa cara defrost
otomatis yang digunakan, antara lain dengan menggunakan pemanas buatan pada
evaporatornya baik dengan menggunakan pemanas listrik, menggunakan air atau
dengan mengalirkan ke dalam evaporator uap panas (hot gas) yang keluar dari
kompresor. Cara defrost itu dilakukan hanya dengan maksud agar pencairan bunga es
dapat dilakukan dengan cepat dan sempurna dibanding cara off cycle. Cara defrost
otomatis digunakan untuk sistem pendinginan yang bekerja maksimum antara 18-20
jam kerja/sehari semalam tergantung dari berapa kali defrost mesti dilakukan. Sekali
defrost memakan waktu berapa lama (menit) dan lain-lain. Secara umum satu kali
104
dalam waktu 18 jam. Pada sistim pengkondisian udara temperatur kerjanya sekitar 400F
tak diperlukan defrost karena kemungkinan adanya isolasi evaporator oleh lapisan es
kecil sekali. Oleh karena itu pada sistem pengkondisian udara direncanakan harus kerja
terus menerus dan beban pendinginan dihitung dalam BTU/jam.
106
penyimpanannya. Ada 2 macam aplikasi pendinginan yaitu pendinginan sementara dan
terus menerus. Pada sistem pendinginan terus menerus (chilling coolers) produk yang
telah didinginkan sampai mencapai temperatur tertentu, setelah itu produk disimpan di
ruangan penyimpanan dan coolers itu diisi lagi dengan produk baru. Dengan demikian
beban produk tetap ada yang merupakan bagian terbesar dari beban pendinginan total.
Contoh lainnya adalah pendinginan cairan ( liquid chilling). Sedangkan pada sistem
pengkondisian udara tidak ada beban yang terus menerus terjadi, di sini jumlah beban
pendinginan total selalu berubah dari minimal ke maksimum atau sebaliknya,
tergantung pada keadaan dan pemakaian.
4. Beban panas dari alat-alat (beban tambahan)
Selain berbagai beban di atas ada juga beban tambahan seperti misalnya pada
saat ada beberapa pegawai/operator yang bekerja untuk selang waktu tertentu, juga
adanya perlengkapan lain yang dipakai (lampu, kipas angin, dan lain lain). Pada sistem
pendinginan komersial beban tambahan ini kecil jumlahnya, tetapi pada sistem
pengkondisian udara justru besar jumlahnya. Baban panas dari manusia, peralatan,
dianggap sebagai beban terpisah. Aplikasinya misalnya di gereja, gedung, bioskop,
restaurant, dan lain lain.
Rongga udara
Karena jumlah perpindahan panas melalui bahan bahan yang non homogen, seperti
misalnya pada Gambar 6.1, akan bervariasi pemakaiannya dengan berlapis-lapis
material yang berlainan, maka faktor C nya harus dicari dengan suatu cara yang didapat
dari percobaan-percobaan. Tahanan panas dari suatu material merupakan kebalikan
(invers) dari kemampuan suatu bahan untuk mengalirkan panas. Oleh karenanya tahan
109
panas dari suatu tembok dapat dinyatakan sebagai rentetan dari beberapa koefisien
perpindahan panas. Tahanan panas suatu material (over-all thermal resistance) = 1/U.
tahanan panas untuk masing-masing bahan 1/k atau 1/C atau x/k. 1.k dan 1/C untuk
bahan tunggal (single material ) hanya dari satu sisi ke permukaan sisi lainnya, belum
termasuk tahanan panas lapisan udara (thin fil of air). Untuk mencari besarnya tahanan
panas untuk suatu aliran panas dari satu sisi dinding ke sisi lain, tahanan film udara
kedua sisi mesti diperhitungkan juga. Koefisien film udara untuk kecepatan angina rata-
rata dapat dilihat pada Tabel 6-5A (Lampiran 5, 163). Jika suatu tembok terdiri dari
beberapa lapisan material berbeda, maka total tahanan panasnya merupakan jumlah
tahanan dari masing-masing bahan yang tergabung dalam tembok itu termasuk juga
lapisan film udara.
1/U = 1/f1 + x/k1 + x/k2 + + 1/fd (6-5)
Atau:
U=
Dimana :
1/f1 = harga 1/C (conductance ) dari permukaan lapisan sisi luar tembok, langit-langit,
lantai
Contoh 4:
Hitunglah harga faktor U untuk dinding yang terdiri dari lempengan-lempengan batu
campura setebal 12 inch, insulasi kayu gabus 5 inch, luarnya dilapisi plesteren semen
setebal 0,6 inch.
Jawab :
Dari tabel 6-4 didapat:
12 inch lempengan batu campuran C = 0,53
Insulasi kayu gabus k = 0,30
Plesteren semen k = 8,00
Dari tabel 6-5a didapat :
Permukaan dalam f d = 1,65
Permukaan luar f1 = 4,00
1/U = + 1/0,53 + 5/0,3 + 0,6/8 + 1/1,65
= 0,25 + 1,887 + 16,67 + 0,075 + 0,606
= 19,488
110
Jadi U = 1/19,488 = 0,051314 BTU/jam/der.F/ft2
Secara umum, lapisan bahan-bahan tembok kecuali insulasi mempunyai harga
1/C (conductance) yang kecil, akibatnya tentu mempunyai efek yang kecil pula. Oleh
karena itu pada instalasi pendingin yang kecil, lebih efisien kalau hanya dianggap
lapisan insulasi saja sebagai faktor U.
111
Ada 2 macam temperatur yaitu temperatur bola kering (dry bulb) dan temperatur
bola basah (wet bulb ), temperatur dry bulb biasanya lebih tinggi disbanding wet bulb-
nya. Gunanya ke 2 macam temperatur itu adalah untuk mengetahui property udara. Pada
pengukuran temperatur yang lazim dilakukan, adalah temperatur bola kering (dry-bulb).
113
Lantai 18 x 22 = 396 ft2
Faktor U dari tabel 6-1, 6-2, 6-3.
Untuk dinding bagian utara dan timur U = 0,079 BTU/jam/der.F/ ft2
Untuk dinding selatan dan barat = 0,045
Untuk lantai = 0,066
Untuk langit-langit = 0,079
Temperatur udara luar di Dallas pada musim panas, diambil dari dari tabel 6-6 adalah
920F. Temperatur tanah di Dallas, dari tabel 6-6A adalah sebesar 700F
Dinding Temp. Temp. Beda temp. Faktor Beda temp.
bagian luar dalam normal koreksi dari setelah
tabel 6-7 dikoreksi
Utara 80 35 45 0 45
Selatan 92 35 57 4 61
Barat 92 35 57 6 63
Timur 80 35 45 0 45
Langit- 80 35 45 0 45
langit
lantai 70 35 35 0 35
Dengan menggunakan persamaan 6-2, didapat :
Dinding utara 216 x 0,078 x 45 = 767,88 BTU/jam
Dinding barat 264 x 0,045 x 63 = 748,44 BTU/jam
Dinding selatan 216 x 0,045 x 61 = 592,92 BTU/jam
Dinding timur 264 x 0,079 x 45 = 938,52 BTU/jam
Langit-langit 396 x 0,079 x 45 = 1407,78BTU/jam
Lantai 396 x 0,066 x 35 = 914,76 BTU/jam +
5370,30 BTU/jam
Total beban panas = 5370,30 x 24 = 128887,2 BTU/jam
Untuk lemari pendingin yang kecil dapat dihitung dengan cara yang singkat,
demikian juga untuk lemari pendingin yang besar asal saja harga faktor U dan
perbedaan temperaturnya sama. Tabel 6-18 (Lampiran 18, 185) menunjukan faktor
beban panas (BTU/24 jam ft2 ) yang dibuat atas dasar tebalnya insulasi dinding dan juga
pada perbedaan temperatur dinding. Untuk mendapatkan beban panas dalam BTU/24
jam dengan cara singkat, kalikan saja jumlah total luas dinding bagian luar (termasuk
lantai dan langit-langit) dengan faktor panas dari tembok yang sesuai (tabel 6-18), jadi :
114
Beban panas dinding = luas permukaan bagian luar x faktor panas dari tembok.
Untuk mendapatkan faktor panas dari tembok yang sesuai dari tabel 6-18, carilah dulu
tebalnya insulasi ujung kiri tabel, kemudian bergeser kearah kanan untuk mencari beda
temperatur dinding dan didapat beban panas dinding dalam BTU/24 jam/ ft2
Contoh 6:
Anggap saja tembok-tembok lemari pendingin diisolasi dengan kayu gabus setebal 4
inch dan perbedaan temperaturnya diantara tembok-tembok adalah 550F. Dari tabel 6-18
didapat panas tembok-tembok sebesar 99 BTU/24 jam/ ft2
Dimana:
W = berat udara yang masuk ke ruangan pendingin selama 24 jam (lb/24 jam)
hl = enthalpy udara luar (BTU/lb)
hd = enthalpy udara dalam (BTU/ lb)
untuk menghitung jumlah udara, biasanya digunakan satuan ft3 dan jarang digunakan lb.
Untuk menghitung jumlah panas udara (ft3 ) luar yang masuk ke ruangan dapat dipakai
tabel 6-8A dan 6-8B (Lampiran 8, 171), karena pada kedua tabel ini tercantum berbagai
kondisi udara dalam dan udara luar. Dan untuk mencari jumlah beban panas dalam 24
jam, kita tinggal mengalikan jumlah udara yang mengalir masuk setiap 24 jam dengan
faktor yang tepat diambil dari tabel 6-8A dan 6-8B. Jika jumlah udara ventilasi
dinyatakan dalam satuan ft3 / menit (cfm) harus diubah dulu jadi ft3 /24 jam, dikalikan
60 lalu 24.
115
Contoh 7:
350 ft3/menit udara luar dipakai sebagai udara ventilasi. Temperatur udara dalam
dipertahankan pada temperatur 350F. sedangkan kondisi udara luar 850F dry bulb dan
humiditynya 50 %
Carilah beban panas dari udara dalam BTU/24 jam.
Jawab :
Jumlah udara dalam 24 jam = ft3 /menit x 60 x 24
= 350 x 60 x 24
= 504.000 ft3 /24 jam
Dari tabel 6-8A atas dasar temperatur ruang pendingin, temperatur udara masuk dan %
humidity, didapat jumlah panas/ ft3 sebesar 1,86 BTU/ ft3.
Jadi jumlah beban panas udara ventilasinyanya
= ft3 /24 jam x BTU/ ft3
= 504.000 x 1,86
= 937.440 BTU/24 jam
Selain udara ventilasi yang masuk ke dalam ruangan pendingin, juga udara infiltrasi
melalui pintu yang terbuka. Jumlah udara yang masuk ke dalam ruangan melalui
infiltrasi dalam waktu 24 jam tergantung dari ukuran dan likasi pintu, jumlah pintu,
sering tidaknya pintu itu dibuka, lamanya pintu terbuka, dan lain-lain. Karena
kombinasi faktor-faktor di atas sulit untuk dapat dihitung secara pasti, karena itu
diambil langkah praktis yaitu dengan cara memperkirakan sering tidaknya pintu itu
dibuka, lamanya pintu terbuka, volume bagian dalam dari ruang pendingin dan juga
jenis pemakaiannya.
Tabel 6-9A dan 6-9B (Lampiran 9, 172) adalah tabel perkiraan berapa kali
pergantian udara tiap 24 jam untuk berbagai ukuran kamar pendingin. Pada tabel-tabel
itu tercantum pemakaian rata-rata. Menurut buku Data ASHRAE pemakaian rata-rata
dan pemakaian yang sering adalah sebagai berikut:
Pemakaian rata-rata (biasa), pintu lemari ruang pendingin tidak terlalu sering
dibuka tutup, jumlah produksi yang disimpan jumlahnya tidak terlalu banyak,
Pemakaian yang sering (heavy usage ), biasanya dijumpai di restoran, pasar besar
dan ramai, dapur-dapur hotel yang temperatur sekelilingnya cukup panas dan
jumlah produk yang disimpan banyak dan sering keluar masuk.
116
Contoh 8:
Sebuah lemari pendingin besar berukuran 10 ft x 17 ft x 12 ft, di buat dari kayu gabus
setebal 4 inch yang ke 2 sisinya dilapisi kayu setebal 1 inch. Temperaturnya udara luar
950F dan kandungan uap air relatifnya 50 %. Temperatur dalam lemari dipertahankan
pada temperatur 350F dan pemakaiannya biasa biasa saja (rata-rata).
Carilah beban panas pertukaran udara (BTU/24 jam)
Jawab :
Karena tebal dinding lemari rata-rata 6 inch (4 inch + 2 inch x 1 inch) maka ukuran
dalam lemari berkurang 1 ft
Volume dalam lemari = 9 ft x 16 ft x 11 ft = 1584 ft3
Dari tabel 6-8A didapat beban tiap ft3 udara sebesar 2,49 BTU/ ft3 . Jadi jumlah panas
dari pertukaran udara adalah sebesar 21637,44 x 2,49 = 53877,2256 BTU/jam
Contoh 9:
Seribu dua ratus lb daging sapi tanpa lemak, bertemperatur 550F didinginkan pada
ruangan pendingin yang bertemperatur 25 0F dalam waktu 24 jam
Jawab :
Dari tabel 6-12 (Lampiran 12, 177), diketahui bahwa panas jenis untuk daging segar
tanpa lemak di atas titik bekunya adalah 0,75 BTU/0F.
117
Maka jumlah beban panas produk dapat dicari:
Q = 1200 x 0,75 x (55-35)
= 1200 x 0,75 x 20
= 18.000 BTU/24 jam
Perhatikan pada perhitungan di atas tidak ada sangkut pautnya dengan waktu yang 24
jam itu dan hasil yang didapat merupakan beban panas yang mesti dikeluarkan dari
ruang pendingin selama 24 jam. Jika waktu yang diinginkan kurang dari 24 jam, maka
beban total untuk 24 jam itu mesti di bagi dengan waktu operasi yang diinginkan, maka
persamaam di atas jadi berbentuk :
Q= (6-8)
Contoh 10:
Anggap saja soal pada di atas itu dikerjakan dalam waktu 6 jam kerja. Carilah jumlah
panas produk yang mesti dibuang tiap jam kerja.
Jawab :
Q=
Q=
Q= (6-10)
Secara umum faktor pendinginan mula ini tidak digunakan untuk perhitungan pada
bagian pembekuan sampai bagian akhir suatu proses pendinginan. Chilling rate faktor
digunakan hanya untuk pendinginan mula-mula saja (dari temperatur masuk sampai
dengan temperatur beku, atau temperatur ruang pendinginan jika temperatur ruang
pendinginannya di atas temperatur beku produk ), tetapi tidak digunakan pada ruang
penyimpanan karena temperatur produk masuk telah lebih rendah daripada temperatur
ruangannya sendiri. Pada ruang penyimpanan beban panas yang mesti diatasinya
relative kecil jumlahnya disbanding ruang pendingin yang digunakan untuk mengatasi
jumlah beban panas awal sampai dengan akhir.
M. Panas respirasi
Buah-buahan dan sayuran tetap hidup walaupun sudah dipanen dan disimpan
dalam ruangan pendingin, tetap mengalami perubahan alamiah, misalnya warnanya jadi
120
kuning dan lain-lain. Faktor yang lebih penting adalah perubahan yang dihasilkan akibat
respirasi ini adalah bahwa selama proses berlangsung oksigen dari udara bergabung
dengan karbo-hidrat yang terdapat di dalam jaringan-jaringan buah-buahan dan sayuran
dan akan menghasilkan karbo dioksida serta panas. Panas itu disebut panas respirasi dan
harus dianggap sebagian dari beban panas produk buah-buahan/sayuran yanf disimpan
dalam ruang pendingin. Jumlah panas respirasi tergantung pada jenis dan temperatur
produk. Panas respirasi untuk berbagai jenis buah-buahan dan sayuran dapat dilihat
pada tabel 6-14 (Lampiran 14, 181). Karena panas respirasi dinyatakan dalam
BTU/lb/jam, maka beban panas yang terjadi akibat panas respirasi didapat dengan
mengalikan berat produk total dengan panas respirasi dari tabel 6-14.
Q (BTU/24 jam) = berat jumlah produk (lb) x panas respirasi (BTU/lb/jam) x 24 jam
122
BAB VII
SISTEM AIR CONDITIONING
123
memindahkan panas dari suatu ruangan ke ruangan lain. Udara dari ruangan yang akan
dikondisikan disirkulasikan melewati evaporator, karena temperatur fluida (refrigeran)
yang ada di dalam evaporator lebih rendah daripada temperatur udara ruangan, maka
panas dari udara tersebut diserap oleh refrigeran. Selanjutnya refrigeran yang
bersirkulasi dalam sistem refrigrasi ini akan membuang panas dari evaporator tadi di
kondensor ke ruangan lain.
2. AC Mini split
Jenis ac ini termasuk Split Wall Mounted, AC Cassette, AC Floor, AC Ceilling
Concealed (duct), dll. Karena kompresor dan kondensor berada dalam satu unit
diluar gedung, sedangkan evaporator dan Fan (blower) berada didalam ruangan.
Untuk menghubungi kedua unit terpisah hanya diperlukan 2 pipa dengan
lobang didinding relatif kecil, Evaporator dan blower dalam satu unit dapat
ditempatkan dengan bebas, baik untuk segi teknisnya maupun segi estetikanya. Untuk
tipe ini dapat dirancang 1 unit luar (outdoor) dan dua atau lebih unit dalam (indoor).
Selanjutnya disebut dengan multi split. Unit outdoor dapat ditempatkan di atas lantai
124
atau ditempelkan didinding gedung, sedangkan unit indoor, ada unit untuk duduk
dilantai dan ada unit yang ditempel didinding. Dalam perkembangan mini split, maka
salah satu jenis split terbaru menggunakan sistim Inverter, dan dapat
memberi penghematan energi listrik sampai 70% dibandingkan mini split konvensional
yang ada dipasaran Indonesia. Pengembangan tipe ini pada kompresor yang
menggunakan DC Inverter dimana putaran kompresor dapat menyesuaikan kebutuhan
beban pendinginan. Pada umumnya tipe AC ini 1/2 ~ 5 PK.
3. AC Split Duct
Sesuai dengan sebutannya tipe AC ini juga memisahkan unit utama, yang
terdiri dari kelima komponen utama, dengan penyaluran udara dingin
menggunakan terowongan udara dingin yang disebut dengan ducting, seperti nampak
pada Gambar 7.4. Ducting ini dihubungkan dengan ruangan-ruangan yang mau
dikondisikan, masuk ruangan melalui pengatur yang disebut dengan diffuser. Sistim ini
di Indonesia disebut sebagai sentral AC.
125
didesain alur dari ducting, sehingga jangan sampai ducting ini banyak berbelok ataupun
harus menembus kolom-kolom beton. Pada umumnya tipe AC ini 5 PK sampai 25 PK.
4. VRV System
Sistem VRV atau VRF (variable refrigerant flow) yang telah diperkenalkan di
Jepang lebih dari 20 tahun yang lalu, dan menjadi sangat popular dibanyak negara.
Teknologi ini secara bertahap diperluas pemasarannya dan menjangkau benua Eropa
pada tahun 1987, dan terus meningkatkan pangsa pasarnya diseluruh dunia. Di Jepang
sendiri, sistem ini penggunaannya sekitar 50% dari ukuran medium gedung komersial
(sampai 6500 m2) dan sepertiga dari gedung komersial yang besar (lebih dari 6500 m2).
Sistem konvensional membuang udara dari ruangan yang diserap oleh refrigerant
dengan cara mensirkulasikan udara (pada sistem duct) atau air (pada chiller) ke seluruh
bangunan. Sistem VRV keunggulannya adalah dalam hal kapasitas yang lebih besar,
versi yang lebih rumit dalam sistem multisplit dengan penggunaan duct yang lebih
sedikit, dengan kemampuan tambahan dari hubungan antara duct dengan fan coil unit.
Prinsip kerja AC tidak berbeda jauh dengan prinsip pada Kulkas, hanya saja
pada AC pemindahan panas diperlukan energi tambahan yang ekstra besar karena yang
udara dinginkan skalanya lebih besar dan banyak. Di dalam mesin Air Conditioning
(AC) bentuk refrigeran berubah-ubah bentuk dari bentuk gas ke bentuk cairan. Pada
kompresor refrigeran masih berupa uap, tekanan dan panasnya dinaikkan dengan cara
dimampatkanoleh piston dalam silinder kompresor. Kemudian uap panas tersebut
didinginkan pada saluran pipa kondensor agar menjadi cairan. Pada saluran pipa
kondenser diberi kipas untuk mempercepat proses pendinginan. Proses pelapasan panas
ini disebut teknik pengembunan. Selanjutnya cairan refrigeran dimasukkan ke dalam
evaporator dan dikurangi tekanannya sehingga menguap dan menyerap panas udara
sekitar. Di dalam AC bagian dalam ruangan, udara dingin disebarkanmenggunakan
kipas blower. Dalam bentuk uap (gas) refrigeran dihisap lagi oloeh kompresor.
128
Demikian proses tersebut berulang terus sampai gas habis terpakai dan harus diisi
kembali.
2. Siklus Aliran Udara
Ruangan yang dikondisikan akan menjadi dingin akibat dari adanya perpindahan
panas dari ruangan atau produk ke evaporator yang lebih dingin. Proses sirkulasi udara
di ruang pendingin yaitu ketika udara panas dari produk bisa manusia, computer, lampu,
motor dan lain sebagainya akan naik karena berat jenis udara panas lebih ringan di
banding udara dingin. Udara panas naik maka udara dingin akan menggantikan tempat
udara panas tersebut, sehingga semakin lama seluruh ruangan akan menjadi dingin.
130
3. Jam operasi unit
Ruangan-ruangan seperti data centre dan ruang telekomunikasi harus bekerja
selama 24 jam. Oleh karena itu, AC presisi dirancang agar dapat beroperasi selama 24
jam tanpa henti. Kecuali bila terjadi kerusakan dan dilakukan perbaikan. Idealnya suatu
ruangan data centre harus memiliki AC back-up untuk menanggulangi hal tersebut.
Berbeda dengan AC comfort yang bekerja hanya ketika ada orang dalam ruangan yang
dikondisikan
AIR FLOW
3 WAY
VALVE
3 WAY
VALVE
Secara garis besar, sistem AC central terbagi atas beberapa komponen yaitu :
Chiller / Condensing Unit / Outdoor AC
AHU (Air Handling Unit)
Ducting AC / saluran ac
Cooling Tower
Pompa Sirkulasi
Ada dua sistem AC central yang ada di pasaran saat ini yaitu sistem langsung
dan tidak langsung. sistem langsung (direx), media yang dipakai untuk membawa
dingin adalah refrigerant. Sedangkan system tidak langsung (indirex), media pembawa
dingin yang berjalan dalam pipa distribusi adalah air (water) system ini memiliki
kelebihan dapat digunakan dalam skala yang besar / gedung bertingkat atau mall yang
136
berukuran besar. Sedangkan system langsung hanya dapat dipakai dalam sistem yang
tidak terlalu besar / jauh jaraknya antara unit indoor dan outdoor.
1. Chiller
Chiller adalah mesin pendingin yang berfungsi untuk mendinginkan air pada sisi
evaporatornya. Evaporator yang digunakan pada system chiller menggunakan jenis shell
and tube dan tube and tube. Agar air dalam evaporator tidak membeku maka di campur
dengan bahan yang memiliki titik beku lebih rendah seperti garam dan glycol. Selain itu
untuk menghindari terjadinya beku di evaporator maka dipasang evaporator pressure
regulator (EPR). Jika terjadi beku di evaporator maka pipa-pipa di evaporator akan
pecah dan air masuk kedalam sistem
Refrigeran yang digunakan oleh chiller jenis ini adalah sebenarnya air,
karena perubahan fase yang terjadi dan yang memberi dampak pendinginan
adalah melalui media air. Fluida kedua yang mengatur proses ini adalah garam,
yang dikatakan sebagai Litium Bromida (lithium bromide). Panas dibutuhkan
untuk memisahkan kedua fluida ini, yang kemudian bertemu kembali dalam lingkungan
yang hampir vakum. Air ini mengalami perubahan fase pada waktu dicampur kembali
dengan garam pada suhu yang sangat rendah. (pada tekanan atmosfir yang normal, air
menguap pada suhu 212 oF, dalam suatu alat absorbsi, air menguap cukup dingin untuk
menghasilkan air dingin pada 46 oF. Karena suhu air dingin yang dihasilkan oleh chiller
absorbsi paling rendah adalah 46 oF, maka chiller jenis ini tidak dapat digunakan dalam
penerapan refrigerasi dengan suhu rendah. Air Conditioner dengan Sistem absorbsi ini
sebenarnya sangat efisien dan pemeliharaanya mudah, tetapi bila ada kerusakan pada
peralatan ini perbaikannya memerlukan waktu lama dan biaya yang besar. Bahkan
139
untuk kerusakan tertentu, maka seluruh unit tidak dapat difungsikan kembali.
Ini menyebabkan penggunaan peralatan pengkondisian udara dengan sistem absorbsi ini
kurang diminati.
3. Air Handling Unit (AHU)
Air Handling Unit merupakan bagian penting dalam sistem AC cerntral sebagai
alat penghantar udara yang telah dikondisikan dari sumber dingin ataupun panas ke
ruang yang akan dikondisikan. AHU adalah komponen penukar kalor dimana air dingin
hasil pendinginan oleh evaporator disirkulasikan ke coil di AHU, kemudian udara
dinginnya di sirkulasikan oleh blower dan didistribusikan ke ruangan menggunakan
ducting. Komponen AHU terdiri dari Motor, Blower, Coil, Heater, Filter
Cooling tower merupakan alat yang dapat menghemat air (water conservation)
atau alat yang memproses ulang air atau mampu menurunkan temperatur air (recovery
devices). Berdasarkan cara udara bersirkulasi, cooling tower bisa dibedakan menjadi
dua jenis yaitu natural draft dan mechanical draft. Bila sirkulasi udara yang melewati
tower berlangsung secara alamiah maka cooling tower tersebut berjenis natural draft
atau atmospheric tower (lihat Gambar 7.20). Sedangkan bila sirkulasi udara dilakukan
secara aksi (gaya) oleh fan atau blower maka cooling tersebut berjenis mechanical draft
tower atau force draft. (lihat Gambar 7.21 )
A. Manifold Gauge
Manifold gauge yang ditunjukkan oleh Gambar 8.1, terdiri dari meter tekan
(discharge) dan meter ganda (suction), dua buah keran yang disatukan dan tiga buah
selang isi dengan tiga warna yang berlainan. Selang pengisian pada manifold gauge,
dirancang untuk mampu menahan tekanan lebih dari 500 psi (3448 kPa). Selang ini
memiliki tekanan rata-rata sampai 200 psi (12790 kPa). Selang tersedia dalam berbagai
warna: putih, kuning, merah, dan biru. Karena warna merupakan salah satu ciri dari
penggunaan selang tersebut. Biru digunakan untuk tekanan rendah, merah untuk
tekanan tinggi, dan putih atau kuning untuk saluran tengah. Ciri warna berguna untuk
memperkecil kemungkinan tertukarnya pemasangan dari manifold ke sistem. Standar
akhir dari selang pengisian dirancang sebesar 1/4 inci SAE (flare) saluran dari manifold,
dan saluran masuk ke kompresor. Selang saluran dapat diganti dengan Nylon, Neoprene,
atau karet atau gasket karet yang disisipkan. Gasket berfungsi untuk menahan selama
proses pemindahan dan langkah pengisian refrigrant. Selang biasanya dilengkapi
dengan jarum pada bagian ujung saluran yang digunakan untuk menekan pentil saat
menyalurkan refrigrant juga untuk menjaga bagian dalam selang ketika tidak digunakan
sehingga memungkinkan benda asing tidak masuk kedalamnya.
142
Antara tekanan tinggi dan tekanan rendah pada manifold dilengkapi dengan
katup tangan shutoff. Jika katup tengan ini diputar seluruhnya ke arah kanan, searah
jarum jam (cw), manifold akan tertutup. Dalam kondisi ini, tekanan bisa terbaca pada
masing-masing alat ukur. Dengan menghubungkan manifold gauge kepada sistem, kita
dapat lebih cepat mengetahui kesalahan dari sistem. Tekanan kedua meter dari manifold
gauge dapat menunjukkan kepada kita apa yang sedang terjadi di dalam sistem. Selain
itu alat tersebut dapat dipakai untuk: menunjukkan vakum, mengisi refrigeran,
menambah minyak pelumas, memeriksa tekanan dari sistem dan kompresor.
B. Pompa Vakum
Tekanan atmosfir pada permukaan laut adalah 14.696 psia dan untuk
mempermudah pengaplikasiannya nilai ini biasanya dibulatkan menjadi 14,7 psia. Pada
permukaan laut tekanan 14 psia adalah merupakan kondisi vakum. Pemvakuman harus
dilakukan jika sistem pendinginan mengalami :
1. Perbaikan atau perawatan sistem pendinginan
2. Kebocoran refrigrant akibat kerusakan komponen
3. Kontaminasi yang diakibatkan oleh refrigran
Pompa vakum seperti pada Gambar 8.2 berfungsi untuk membuat vakum
(hampa udara) sistem pendingin sebelum diisi dengan refrigeran. Pompa vakum harus
dapat mengeluarkan semua gas, udara dan uap air dari dalam sistem. Pompa vakum
yang baik harus dapat menarik udara sampai beberapa mikron dari vakum mutlak.
Pompa vakum tersedia dalam berbagai ukuran dan kapasitas. Minyak pelumas pada
pompa vakum harus sering diperiksa. Apabila di dalam pompa vakum minyaknya
143
bertambah banyak, ini adalah petunjuk bahwa pompa vakum telah banyak menghisap
kotoran, asam, air dan minyak pelumas dari sistem yang dibuat vakum.
C. Leak Detector
Alat ini digunakan untuk mencari atau mendeteksi kebocoran yang terjadi pada
sistem pendingin. Alat deteksi kebocoran tersedia dalam beberapa jenis yaitu electronic
detector, halide detector, dan air sabun. Satu contoh leak detector ditunjukkan oleh
Gambar 8.3.
144
D. Thermometer
Alat ini digunakan untuk mengukur temperatur. Temperatur adalah tingkatan
atau derajat panas dari suatu benda yang umumnya diukur dalam satuan derajat
Fahrenheit (0F) atau Celcius (0C). Jika panas ditambahkan pada suatu benda maka
temperatur benda itu akan naik. Begitu pula sebaliknya jika panas
dikurangi/dipindahkan dari suatu benda maka temperatur benda itu akan turun atau
menjadi rendah. Temperatur rendah itulah yang disebut dingin.
E. Multitester
Multitester seperti ditunjukkan oleh Gambar 8.4 adalah alat yang digunakan
untuk mengukur tegangan (V) dan hambatan () pada aliran arus searah (DC) dan
aliran arus bolak-balik (AC).
145
Ketika akan melakukan pengukuran tegangan, sistem kelistrikan harus dialiri arus
listrik. Sebaliknya jika akan mengukur nilai hambatan pada sistem kelistrikan, arus
listrik yang mengalir harus dimatikan terlebih dahulu.
F. Tang ampere
Tang Ampere seperti pada Gambar 8.5, sering disebut juga clamp tester, hook-
on ammeter, clamp-on ampere-volt-ohmmeter, snap-on volt-ampere-ohmmeter. Alat ini
digunakan untuk mengukur kuat arus (ampere), tegangan (volt), dan hambatan (ohm)
dari komponen-komponen kelistrikan mesin pendingin.
G. Kapasitor Tester
Guna memudahkan pemeriksaan start kapasitor, dipergunakan capasitor tester.
Alat ini menunjukan kondisi start kapasitor dengan tepat, biasanya dengan bunyi. Cara
mempergunakannya adalah dengan menghubungkan kabel capasitor tester dengan
kedua terminal kapasitor. Bila tombol diletakan akan keluar bunyi. Hubungan bunyi
dengan kondisi kapasitor sebagai berikut:
1. Bunyi dengan nada tinggi kemudian merendah perlahan dan akhirnya tidak
bersuara berarti kondisi kapasitor baik.
2. Nada bersuara tinggi terus menerus berarti kapasitor kontak di dalam.
3. Tidak bersuara berarti kapasitor putus hubungan di dalam.
4. Nada suara rendah terus menerus berarti kapasitor bocor.
Saat ini ada juga kapasitor tester jenis digital, yang dapat menunjukan langsung nilai
kapasitansi dari kapasitor dalam satuan mikro Farad.
147
H. Mesin 3R (Recovery, Recycle dan Recharging)
Mesin Recovery, Recycle,dan Recharging biasa juga disebut sebagai mesin 3R,
mempunyai tiga fungsi yaitu mengeluarakn dan menangkap refrigeran (recovery),
mendaur ulang refrigeran yang ditangkap (recycle) dengan cara memisahkannya dari
pelumas dan menyaring kotoran padat, dan mengisikan kembali refrigeran yang
ditampung dalam satu mesin adalah agar tidak ada refrigeran yang terlepas ke atmosfer
ke atmosfer sebagai akibat adanya pergantian selang pada setiap proses. Refrigeran
yang terdapat dalam selang penghubung dapat terlepas ke atmosfer dan merusak ozon.
148
Pemotong pipa tembaga (tubing cutter) digunakan agar potongan menjadi rata dan pipa
tetap bulat serta tidak ada retakan, hal ini penting agar pada saat pipa di flare atau di
swage pipa tidak pecah dan hasilnya baik.
150
Gambar 8.12 Brazzing Tools
N. Dental Mirror
Dental mirror biasanya digunakan oleh doktor gigi, berguna untuk melihat dan
memeriksa bagian-bagian yang terlindung atau sukar dilihat, demikian halnya pada
pemeriksaan bagian-bagian komponen mesin pendingin. Untuk memeriksa hasil
pengelasan atau mencari kebocoran pada tempat yang sukar dilihat. Alat ini ada yang
dilengkapi lampu battery sehingga bisa memeriksa bagian yang gelap.
153
DAFTAR PUSTAKA
Althouse, A.D., Turnquist, C.H. and Bracciano, A.F. (1992). Modern Refrigeration
and Air Conditioning. Illinois : The Goodheart & Wilcox Co.Inc.
Carrier Air Conditioning Company. (1965). Hand Book of Air Conditioning System
Design. New york: Mcgraw-Hill Book Company.
Dossat, R.J. (1961). Principles of Refrigeration, John Wiley & Sons, Inc. New York.
Harris, NC. (1974). Modern Air Conditioning (Third Edition). Japan: McGraw-Hill
Book Company.
Handoko. (1987). Alat Kontrol Mesin Pendingin. Jakarta: PT. Ichtiar Baru.
Hasan Samsuri, Dkk. (2008). Sistem Refigerasi dan Tata Udara. Jakarta: Dirjen
Pembinaan SMK.
Miller, R. and Miller, M.R. (2006). Air Conditioning and Refrigeration, USA:
Mc Graw-Hill.
Pita. E. G. (1981), Air Conditioning Principles and Systems An Energy Approach. New
York : John Wiley & Sons, Inc.
154
GLOSSARY
155
Capillary Tube (Pipa kapiler): bagian dari sistem untuk mengatur aliran bahan
pendingin. Dibuat dari pipa tembaga dengan diameter dalam yang sangat kecil.
Juga dipakai untuk menghubungkan bulb dari pengatur suhu dengan pengatur
mekanis.
Chiller: mesin pendingin yang berfungsi untuk mendinginkan air pada sisi
evaporatornya
Cooling tower: alat pembuang panas, yaitu dengan mengeluarkan panas ke atmosfir
melalui air yang disalurkan ke temperatur yang lebih rendah.
Direct expansion: merupakan sistem pengkondisian udara dimana pengambilan panas
dari udara dilakukan oleh refrigerant yang bersirkulasi dalam suatu siklus
pendinginan.
Evaporator: suatu komponen AC tempat bahan pendingin cair menguap sambil
mengambil kalor dari sekitarnya.
Flaring: Cara penyambungan pipa dengan menjepit bibir pipa yang telah
dikembangkan dengan fitting menggunakan flare nut.
Kelembaban (Humidity): Jumlah uap air yang ada di udara, biasanya dinyatakan
dalam persen.
Katup ekspansi: suatu alat pengatur bahan pendingin pada sistem AC. Gunanya untuk
mempertahankan perbedaan tekanan antara sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan
rendah dengan mengalirkan bahan pendingin ke evaporator sesuai dengan
keperluannya.
Kompresor: Bagian terpenting dari sistem AC. Menghisap bahan pendingin gas dari
evaporator dengan suhu rendah dan tekanan rendah lalu memampatkannya
sehingga menjadi gas tekanan tinggi dan suhu tinggi.
Kondensor: Komponen AC yang berfungsi untuk mengubah wujud bahan pendingin
dari gas menjadi cair. Bahan pendingin masuk dari bagian atas kondensor dengan
suhu tinggi dan tekanan tinggi. Didinginkan oleh udara luar lalu mengembun,
sambil memberikan kalor kepada udara yang mendinginkannya. Pada bagian
bawah kondensor, bahan pendingin harus sudah mengembun semuanya, lalu
mengalir ke receiver.
Leak Detector: Alat untuk mencari kebocoran bahan pendingin pada sistem. Dapat
terdiri dari: air sabun, nyala api atau electric leak detector.
156
Liquid Receiver Tank: tempat penampungan sementara refrigeran yang akan masuk
menuju filter drier dengan maksud untuk mencegah refrigeran uap mengalir ke
filter drier dan membiarkan refrigeran cair masuk ke filter drier.
Manifold gauge: Alat untuk memeriksa dan mengisi bahan pendingin ke dalam sistem.
Terdiri dari dua buah keran yang disatukan, mempunyai dua buah meter dan tiga
selang isi. Meter ganda untuk mengukur sisi tekanan rendah dan meter tekan
untuk mengukur sisi tekanan tinggi dari sistem.
Minyak pelumas: Minyak pelumas untuk mesin pendingin harus mempunyai sifat-sifat
yang khusus; pada suhu rendah tidak membeku, dapat menghantarkan panas,
mempunyai dielektrik yang besar, dan lain-lain. Diisikan ke dalam kompresor
untuk melumasi bagian-bagian yang bergerak di dalam kompresor. Sifatnya
higrokopis, maka menyimpannya harus pada tempat yang rapat udara.
Pengatur suhu (Thermostat): Alat untuk mengatur suhu di dalam ruangan, agar tetap
berada dalam batasan suhu yang telah direncanakan. Mempunyai tombol yang
dapat diputar untuk mendapatkan batas-batas suhu yang dikehendaki. Apabila
suhu di dalam rungan sudah dingin makan kontaknya akan membuka. Setelah
suhu di dalam ruangan menjadi panas lagi, kontaknya akan menutup kembali.
PAC (Precision Air Conditioning): suatu mesin pendingin yang memiliki pengaturan
suhu, kelembaban, dan kebersihan udara dengan spesifikasi dan tingkat akurasi
yang tinggi
Saluran hisap (Suction line): Pipa yang menghubungkan evaporator dan kompresor.
Saluran tekan (Discharge line): Pipa yang menghubungkan kompresor dengan
kondensor.
Sekering (Fuse): Pengaman untuk melindungi motor listrik dan alat-alat listrik yang
lain. Apabila terjadi arus listrik yang lebih besar, sekering akan putus.
Sistem: Semua komponen AC yang dialiri bahan pendingin; kompresor, kondensor,
receiver, katup ekspansi, evaporator, dan pipa-pipa penghubungnya.
Selang isi: Selang karet yang kedua ujungnya memakai mur yang dapat diputar dengan
tangan, untuk menghubungkan manifold dengan kompresor, tabung bahan
pendingin atau pompa vakum.
Swaging: Membesarkan salah satu ujung pipa, sampai ujung pipa yang lain dengan
ukuran yang sama dapat masuk di dalamnya.
157
Tekanan rendah, Sisi (Low Side Pressure): Bagian dari sistem yang tekanannya
rendah, seperti pada: evaporator, saluran hisap, dan inlet kompresor.
Tekanan tinggi, Sisi (High Side Pressure): Bagian dari sistem yang tekanannya tinggi,
seperti pada: outlet kompresor, saluran tekan, kondensor, dan inlet katup ekspansi.
Vakum: Mengosongkan atau menghampakan suatu ruangan sampai tekanannya kurang
dari satu atmosfir, disebut vakum sebagian. Apabila tekanannya diturunkan
sampai -1 atmosfir, disebut vakum mutlak.
Vakum, mutlak: Membuat vakum sistem pendingin dengan memakai pompa vakum
yang khusus atau memakai kompresor dari sistem sendiri. Sistem dibuat vakum
agar semua udara, asam, air dan sisa bahan pendingin dapat dikeluarkan. Dengan
menurunkan tekanannya, air di dalam sistem akan menguap pada suhu yang lebih
rendah.
VRV (Variable Refrigerant Volume): sebuah teknologi yang sudah dilengkapi
dengan CPU dan kompresor inverter dan sudah terbukti menjadi handal, efisiensi
energi, melampaui banyak aspek dari sistem AC lama seperti AC Sentral, AC
Split, atau AC Split Duct.
158
Lampiran 1
Tabel 6.1 Heat transfer coefficient (U) for cold storage rooms
159
Lampiran 2
Tabel 6.2 Heat transfer coefficient (U) for cold storage rooms
160
Lampiran 3
Tabel 6.3 Heat transfer coefficient (U) for cold storage rooms
161
Lampiran 4
162
Lampiran 5
163
Lampiran 6
164
Lampiran 6
165
Lampiran 6
166
Lampiran 6
167
Lampiran 6
168
Lampiran 6
169
Lampiran 7
170
Lampiran 8
Tabel 6.8A Btu/ft3 of air removed in cooling to storage conditions above 300F
Tabel 6.8B Btu/ft3 of air removed in cooling to storage conditions below 300F
171
Lampiran 9
Tabel 6.9A Average air changes per 24 hours for storage rooms
above 320F due to door opening and infiltration
Tabel 6.9B Average air changes per 24 hours for storage rooms
below 320F due to door opening and infiltration
172
Lampiran 10
173
Lampiran 10
174
Lampiran 11
175
Lampiran 11
176
Lampiran 12
177
Lampiran 12
178
Lampiran 13
179
Lampiran 13
180
Lampiran 14
181
Lampiran 15
182
Lampiran 16
183
Lampiran 17
Tabel 6.17 Usages heat gain, Btu/24 Hr for one cubic feet interior capacity
184
Lampiran 18
185