MEKANIKA FLUIDA
oleh:
Ir. Soeadgihardo Siswantoro, MT
Ekuivalensi dimensional
ii
Daftar Isi
I. PENDAHULUAN 1
1. Cairan dan gas 1
2. Sifat-sifat fuida 1
3. Viskositas 2
4. Pengukur viskositas 2
5. Definisi tekanan 5
6. Modulus total elastisitas 6
II. Tekanan 7
1. Tekanan absolut dan tekanan ukur 7
2. Hubungan tekanan dengan ketinggian 8
3. Pascal paradox 8
4. Alat pengukur tekanan 9
SOAL-SOAL 12
III. GAYA HIDROSTATIK PADA BIDANG DATAR DAN PENGAPUNGAN 17
1. Gaya pada bidang terbenam 17
2. Center of pressure 18
3. Gaya apung dan kestabilan 19
4. Stabilitas benda yang terapung dan yang terbenam 20
5. Stabilitas benda terapung 20
SOAL-SOAL 21
IV. ALIRAN FLUIDA 26
1. Debit aliran (flow rate) 27
2. Persamaan kontinuitas 27
3. Hukum kekealan energi 30
4. Persamaan Bernoulli 31
SOAL-SOAL 35
V. GENERAL ENERGY EQUATION 43
1. Peralatan mekanik 43
2. Notasi untuk kerugian energi dan penambahan energi 43
3. Persamaan energi umum 44
4. Daya yang diperlukan pompa 46
5. Daya yang dihasilkan motor fluida 48
SOAL-SOAL 49
VI. ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA 58
1. Jenis aliran 58
2. Bilangan Reynold 58
3. Profil kecepatan 59
4. Lapis batas (boundary layer) 60
5. Saluran bukan penampang lingkaran 62
SOAL-SOAL 64
VII. KERUGIAN TEKANAN KARENA GESEKAN 68
1. Kerugian gesekan pada aliran laminer 68
2. Kerugian gesekan pada aliran turbulen 69
3. Penggunaan diagram Moody 72
4. Kerugian gesekan pada saluran bukan penampang lingkaran 74
SOAL-SOAL 75
VIII. Minor losses 81
1. Sumber minor losses 81
2. Jenis-jenis valve dan fitting 81
3. Nilai koefisien losses 84
iii
SOAL-SOAL 88
IX. JARINGAN PERPIPAAN 91
1. Sistem perpipaan tipe 1 92
2. Sistem perpipaan tipe 2 95
3. Sistem perpipaan tipe 3 99
SOAL-SOAL 101
X. PENGUKURAN FLUIDA 108
1. Pengukuran tekanan 108
2. Pengukuran kecepatan dan volume 108
3. Bendung 108
4. Pengukur viskositas 110
5. Variable head meter 110
6. Rotameter 114
7. Turbine flowmeter 114
Daftar Pustaka 115
Lampiran 116
iv
I. PENDAHULUAN
Mekanika Fluida adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku fluida dalam
keadaan diam maupun bergerak dan akibat yang ditimbulkan fluida tersebut. Dalam
statika fluida, sifat fluida seperti berat fluida memegang peranan penting, namun
dalam analisis aliran fluida: rapat massa dan kekentalan lebih penting untuk
diperhatikan.
Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang bentuknya dapat berubah secara
kontinyu akibat gaya geser, betapapun kecilnya tegangan geser tersebut. Gaya geser
adalah komponen gaya yang menyinggung permukaan. Fluida yang diam adalah yang
berada dalam keadaan tidak ada sama sekali tegangan gesernya
• Massa (m) dinyatakan dalam kg (satuan SI) dan slug (satuan British)
• Berat (w) = m . g dengan g = 9,81 m/dt2 atau g = 32,2 ft/dt2
• Rapat massa (density) adalah massa persatuan volume atau ρ = m/V
Rapat massa air, 4oC ⇒ ρ = 1000 kg/m3 = 1,94 slug/ft3
Rapat massa udara, ρud = 1,22 kg/m3 = 0,00237 slug/ft3 →1 slug = 1 lb.dt2/ft
• Berat jenis (spesific weight) adalah berat persatuan volume
γ = w/V = ρ . g ⇒ Berat jenis air, 4oC, γ = 9,81 kN/m3 = 62,4 lb/ft3
• Volume jenis (spesific volume: m3/kg), v = 1/ρ
• Spesific grafity (sg) adalah perbandingan rapat massa suatu zat terhadap rapat massa
air murni pada temperatur standar (4oC)
ρ fluida γ
sg fluida = = fluida
ρ γ
Diktat kuliah Mekanika Fluida – Ir. Soeadgihardo Siswantoro, MT 1
ρ fluida γ fluida
atau sg fluida = 3
= → untuk satuan SI
1000 kg/m 9,81 kN/m 3
ρ fluida γ fluida
sg fluida = 3
= → untuk satuan English
1,94 slug/ft 62,4 lb/ft 3
I.3 Viskositas
Viskositas atau kekentalan adalah sifat yang menentukan besar daya tahannya
suatu zat terhadap gaya geser. Hukum viskositas Newton menyatakan bahwa untuk
laju perubahan bentuk sudut fluida tertentu maka tegangan geser berbanding lurus
dengan viskositas. Viskositas gas meningkat dengan temperatur, tetapi viskositas
cairan berkurang dengan naiknya temperatur. Tahanan suatu fluida terhadap tegangan
geser tergantung pada kohesinya dan pada laju perpindahan momentum
molekularnya. Cairan dengan molekul-molekul yang jauh lebih rapat daripada gas,
mempunyai gaya-gaya kohesi yang jauh lebih besar daripada gas. Kohesi nampaknya
merupakan penyebab utama viskositas dalam cairan dan karena kohesi berkurang
dengan naiknya temperatur demikian pula viskositasnya. Sebaliknya gas mempunyai
gaya-gaya kohesi yang sangat kecil. Sebagian besar tahanannya terhadap tegangan
geser merupakan akibat perpindahan momentum molekular.
Jawab:
a) µ = 0,0102 poise /10 = 1,02x10-3 Pa.det
b) ρ air, 20C = sg . ρ = 0,998x1000 kg/m3 = 998 kg/m3
ν = µ/ρ air, 20C = (1,02x10-3)Pa.det/(998) kg/m3= 1,02x10-6 m2/det
Catatan:
1 SSU = 2,33 x 10-6 ft2/dt = 2,17 x 10-7 m2/dt = 2,17 x 10-3 stoke
1 Pa.dt = 2,089 x 10-2 lb.dt/ft2 = 10 Poise = 1 N.dt/m2
Tekanan (p) didefinisikan sebagai gaya (F) per luas permukaan (A)
F
p= dengan satuan N/m2 = Pa
A
Pada sistem tertutup, suatu perubahan tekanan yang dilakukan pada satu titik
akan diteruskan ke seluruh sistem. Menurut prinsip Pascal, (Blaise Pascal, 1653)
maka dapat dinyatakan bahwa tekanan bekerja merata ke segala arah dan bila fluida
dibatasi dengan dinding tegar maka tekanan bekerja tegak lurus terhadap dinding
tersebut.
Diktat kuliah Mekanika Fluida – Ir. Soeadgihardo Siswantoro, MT 5
Gb. 1.6 menggambarkan aplikasi dari prinsip ini pada suatu pengangkat
hidrolik. Udara dari kompresor diteruskan pada oli dan selanjutnya ke pengangkat.
Misalnya tekanan udara yang bekerja 600 kN/m2 dengan torak berdiameter 25 cm,
maka gaya angkat akan sama dengan p.A atau 29,45 kN. Untuk menaikkan atau
menurunkan beban muatan hanya diperlukan penambahan atau pengurangan
tekanan.
Contoh 2.1
Suatu tangki bertekanan vakum 31 kPa, tunjukkan tekanan mutlaknya bila
tekanan atmosfir 101,325 kPa
Jawab:
pukur = - 31 kPa
pabs = patm + pukur = 101,325 + (–31) = 70,325 kPa
Contoh 2.2
Tunjukkan suatu tekanan 155 kPa(gage) sebagai tekanan mutlak, jika tekanan
atmosfir lokal 98 kPa
Jawab:
pukur = 155 kPa
pabs = patm + pukur = 98kPa + 155 kPag = 253 kPa(abs)
Contoh 2.3
Tunjukkan suatu tekanan – 6,2 psig sebagai tekanan mutlak
Jawab:
pukur = – 6,2 psig
Jika tekanan atmosfir tidak ditunjukkan, tekanan atmosfir lokal dianggap = 14,7 psi
pabs = patm + pukur = 14,7 psi + (– 6,2) psig = 8,5 psi(abs)
Diktat kuliah Mekanika Fluida – Ir. Soeadgihardo Siswantoro, MT 7
II.2 Hubungan antara tekanan dan ketinggian
Untuk fluida inkompresibel, pada fluida statik, tekanan berubah hanya
tergantung pada ketinggiannya dan tidak tergantung pada bentuk bejananya. Tekanan
sama besar di semua titik di bidang mendatar tertentu di dalam fluida tersebut.
Hubungan antara tekanan dan ketinggian fluida ditulis dengan persamaan:
∆p = ρ . g . ∆h = γ . ∆h
Contoh 2.4
Tentukan tekanan (dalam satuan Pa) pada kedalaman 6 m dibawah permukaan
air laut.
Jawab:
p =γ.h
p = 9810 N/m3 x (6 m)
p = 58860 N/m2 = 58,86 kPa
Pada contoh soal ini, ketinggian fluida (h) nilainya 6 m (positif) karena arahnya
ke bawah. Lokasi tertentu di dalam fluida yang berada di bawah atmosfir akan
bertekanan lebih tinggi dari tekanan atmosfir. Pada permukaan fluida yang
berhubungan langsung dengan atmosfir tekanannya 0 Pa(gage), sehingga sering pula
dinyatakan bahwa pada kedalaman 6 m pada persoalan di atas, disebut tekanannya
adalah 58,86 kPa(gage)
Jawab:
γoil = sgoil . γ = 0,9 . 9,8 kN/m3
= 8,83 kN/m3
d. Barometer
Barometer adalah alat untuk mengukur tekanan atmosfir atau tekanan luar.
Tipe yang sederhana ditunjukkan gambar di samping. Tabung panjang yang tertutup
di salah satu sisinya dan berisi air raksa. Ruang hampa di ujung atas adalah
pendekatan vacuum yang sempurna, berisi uap air raksa pada 0,17 Pa, 20oC.
0 + γHg.h = patm
atau patm = γHg.h
Berat jenis air raksa adalah konstan, perubahan tekanan atmosfir terjadi karena
perubahan ketinggian kolom air raksa. Ketinggian ini menunjukkan tekanan
barometer.
Tekanan atmosfir bervariasi dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh musim.
Tekanan atmosfir juga dipengaruhi ketinggian dari permukaan air laut (altitude).
Penurunan tekanan atmosfir 1 in air raksa terjadi per 1000 ft kenaikan altitude atau
kira-kira penurunan 85 mm air raksa per 1000 m.
Contoh 2.6
Hitung tekanan di titik A bila sgHg = 13,6 untuk manometer seperti Gb. 2.7
Jawab:
Titik 4, berada 0,4m di atas air atau ∆h3-4 = 0,4m. Tekanan di titk 4 dapat ditentukan:
p4 = p3 - γ.∆h3-4
p4 = p1 + γHg.(0,25m) - γ.(0,4m)
Dengan cara langsung, yaitu dicari dua titik yang terdapat permukaan fluida
dengan ketinggian yang sama dan berhubungan. Pada kasus ini kedua titik tersebut
adalah titik 2 dan titik 3.
Dinding penopang seperti tergambar di bawah ini adalah salah satu contoh
dinding segiempat yang mendapat tekanan yang bervariasi dari nol pada permukaan
fluida sampai tekanan maksimum pada dinding bawah. Gaya akan mengakibatkan
tekanan fluida cenderung untuk menggulingkan dinding atau bahkan merobohkannya.
Gaya sesungguhnya didistribusikan sepanjang dinding tetapi dalam analisis
perlu ditentukan resultan gaya dan tempat gaya tersebut bekerja yang disebut “center of
pressure”. Dari persamaan ∆p = γ. h menunjukkan bahwa tekanan sebanding dengan
kedalaman fluida seperti diperlihatkan dengan garis gores pada gambar tersebut.
dengan: ∫ (y2.dA) adalah momen inersia I luasan elemen tersebut dengan lengan y dari
garis sumbu A - A.
atau: Lp - LC = IC / A.LC
Diktat kuliah Mekanika Fluida – Ir. Soeadgihardo Siswantoro, MT 18
Gb. 3.3 Karakteristik dari luasan sederhana
Gaya apung adalah gaya resultan yang dilakukan terhadap suatu benda oleh
fluida tempat benda itu terendam atau terapung. Gaya apung selalu beraksi vertikal ke
atas. Tidak mungkin terdapat komponen horizontal dari resultannya karena proyeksi
benda yang terendam atau bagian yang terendam dari benda terapung itu pada bidang
vertikal selalu nol. Kestabilan menunjukkan kemampuan suatu benda untuk kembali
ke posisi semula setelah dimiringkan dari sumbu horizontal.
Gambar di bawah menunjukkan beberapa peralatan yang menerapkan gaya
apung dan kestabilan. Pelampung (a) dan kapal (e) harus dirancang untuk stabil
terapung. Paket instrumen (b) mempunyai kecenderungan mengapung jika tidak
diikat. Diving bell (c) dan kapal selam (d) mempunyai kemampuan untuk melayang-
layang pada kedalamanan air, menyelam di dalam air atau naik ke permukaan dan
mengapung.
Metacenter (mc) diperlukan jika diinginkan kondisi stabil dari benda terapung.
Mc adalah penampang dari sumbu vertikal suatu benda jika dalam posisi
keseimbangan dan garis vertikal dilalui posisi baru dari cb ketika benda sedikit
diputar. Seperti ditunjukkan pada gambar (b), benda mengapung stabil jika titik berat
benda berada di bawah metacenter.
Jarak dari pusat pengapungan ke metacenter disebut BM ditentukan dengan:
BM = I / Vd
dengan Vd = volume fluida
I = momen inersia penampang horizontal dari benda pada permukaan fluida.
Jika jarak BM tempat metacenter berada di atas titik berat benda maka dikatakan
benda stabil.
Aliran fluida harus memenuhi ketiga hukum kekekalan dasar dan hubungan
keadaan thermodinamika yaitu:
• Hukum kekekalan massa
• Hukum kekekalan momemtum (hukum Newton II)
• Hukum kekekalan energi (hukum I Thermodinamika)
• Suatu hubungan keadaan p = p(ρ,T)
• Syarat batas yang sesuai
Volume kendali ialah suatu daerah yang dipilih dengan hati-hati dimana
massa, momen dan energi dapat keluar masuk melewatinya. Penganalisis membuat
neraca perimbangan antara fluida yang masuk ke dan keluar dari volume kendali itu
serta perubahan yang diakibatkannya di dalamnya. Hasilnya merupakan analisis yang
ampuh tetapi kasar. Dalam analisis volume kendali biasanya sifat-sifat rinci aliran
tidak nampak atau diabaikan. Namun cara volume kendali senantiasa menghasilkan
informasi yang berguna dan kuantitatif bagi penganalisis kerekayasaan.
Bila hukum-hukum kekekalan ditulis untuk suatu sistem analisis elemen kecil
dari fluida bergerak, hukum-hukum menjadi persamaan differensial dasar untuk aliran
fluida tersebut. Persamaan differensial harus dipecahkan dan syarat batas harus
dipenuhi. Penyelesaian analitik yang eksak sering hanya mungkin diperoleh untuk
geometri dan syarat batas yang umum. Kalau pemecahan analitik tidak dapat
diperoleh, persamaan differensial dapat diselesaikan secara numeris dengan komputer.
Namun analisis komputer sering pula gagal dalam memberikan simulasi yang tepat
oleh sebab memory yang kurang memadai atau sulit membuat model struktur aliran
yang sangat rumit yang merupakan ciri khas bentuk geometri yang tak teratur atau
pola lairan bergolak. Jadi analisis differensial kadang kurang memenuhi harapan
meski dapat berhasil menelaah sejumlah penyelesaian yang klasik dan berguna.
Eksperimen yang direncanakan secara jitu sering kali merupakan cara yang
paling baik untuk mempelajari masalah teknik aliran dalam praktek. Misalnya
sekarang belum ada teori baik differensial ataupun integral, baik kalkulus maupun
komputer, untuk menghitung dengan teliti gaya samping dan seretan aerodinamik
suatu mobil yang meluncur di jalan bebas hambatan, menembus angin dari sisi. Soal
ini dapat dipecahkan dengan percobaan. Percobaan dapat dibuat dengan skala penuh,
menguji mobil sesungguhnya atau dengan model yang kecil dan dengan terowongan
angin buatan. Kalau tidak ditafsirkan dengan betul, hasil pengujian model bisa jelek
dan menyesatkan si perancang, misalnya model tidak memiliki beberapa hal kecil
yang penting seperti permukaan atau tonjolan bagian bawah, angin yang dibuat
dengan baling-baling terowongan mungkin tidak sekeras dan bergolak seperti
sesungguhnya. Adalah tugas analisis aliran fluida untuk memakai cara-cara seperti
analisis keserupaan merencanakan percobaan yang memberikan perkiraan yang teliti
untu hasil skala penuh atau prototipe yang diharapkan dalam produk akhir.
Ketiga metoda hampir sama pentingnya, tetapi analisis volume kendali
merupakan alat analisis yang paling berharga dalam analisis kerekayasaan, meskipun
ada kalanya kasar dan kurang rinci namun senantiasa berguna. Pendekatan
Diktat kuliah Mekanika Fluida – Ir. Soeadgihardo Siswantoro, MT 26
differensial dalam praktek agak terbatas, sebab penggarapannya secara analitis tidak
selalu ada dan proses skala kecil sulit dibuat modelnya. Begitu pula analisis
keserupaan dapat diterapkan pada sembarang soal, sifat metoda ini kurang umum dan
keterbatasan waktu dan biaya untuk melakukannya menjadikan metoda eksperimental
ini suatu rancangan yang terbatas. Berikut ini ditunjukkan analisis aliran yang biasa
dilakukan.
Contoh 4.1
Pada Gb. 4.1, ukuran diameter pipa bagian 1 adalah 50 mm dan bagian 2
adalah 100 mm. Air pada temperatur 70OC mengalir dengan kecepatan rerata 8 m/dt
pada bagian 1. Hitunglah a) kecepatan di bagian 2, b) volume flow rate, c) weight flow
rate dan d) mass flow rate
Jawab:
a) Menurut persamaan kontinuitas: A1 . V1 = A2 . V2
A1
Kecepatan di bagian 2 adalah: V 2 = V1 .
A2
π. d2 π. (50mm) 2
1 = = 1963 mm2
A1 =
4 4
π. d2 π. (100mm)2
2 = = 7854 mm2
A2 =
4 4
Jadi kecepatan di bagian 2 adalah:
A1 1963 mm2
=
V 2 V1 . = 8 m / dt. = 2 m/dt
2
A2 7854 mm
b) Volume flow rate adalah:
1 m2
Q = A1 . V1= 1963 mm2 x 8 m/dt x = 0,0157 m3/dt
2
(1000 mm)
Jawab:
Dari persamaan kontinuitas: ρ1 . A1 . V1 = ρ2 . A2 . V2
Rapat massa udara di saluran penampang lingkaran: ρ2 = ρ1 . A1 . V1
A V
2 2
Penampang bujur sangkar, A1 = (12 in) . (12 in) = 144 in 2
Contoh 4.3
Tentukan laju aliran maksimum yang memungkinkan dalam liter/menit dari
suatu aliran melalui tabung baja standar dengan ukuran nominal 1 ¼ in dan
ketebalannya 0,049 in jika kecepatan maksimum 3 m/dt.
Jawab
Persamaan kontinuitas bahwa:
Q=A.V
Dari tabel G diketahui bahwa A = 6,724 x 10-4 m2
Maka laju aliran adalah:
Q = (6,724 x 10-4 m2)(3 m/dt) = 2,017 x 10-3 m3/dt
Q = 121 liter/menit
Contoh 4.4
Tentukan ukuran pipa baja Schedule 40 yang diperlukan untuk mengalirkan
3200 liter/menit air dengan kecepatan maksimum 6 m/dt.
Jawab:
Konversi laju aliran dari satuan liter/menit ke m3/dt
1 m3 /dt
Q = 3200 liter/menit. = 0,0533 m3/dt
60000 liter/menit
Diktat kuliah Mekanika Fluida – Ir. Soeadgihardo Siswantoro, MT 29
Persamaan kontinuitas menyatakan bahwa:
Q=A.V
Maka luasan adalah:
A = Q/V = (0,0533 m3/dt)/( 6 m/dt) = 8,88 x 10-3 m2
Nilai luasan A adalah harga minimum untuk mengalirkan air dengan V = 6 m/dt.
Dari tabel F, dicari ukuran pipa dengan luasan lebih dari 8,88 x 10-3 m2 yaitu ukuran
pipa 5 in Schedule 40 dengan luasan 1,291 x 10-2 m2.
Kecepatan aliran pada pipa 5 in dapat ditentukan dengan:
V = Q/A = (0,0533 m3/dt)/(1,291 x 10-2 m2) = 4,13 m/dt
Jika menggunakan ukuran pipa lebih kecil yaitu 4 in Schedule 40 dengan luasan A =
8,213 x 10-3 m2. maka kecepatan menjadi:
V = Q/A = (0,0533 m3/dt)/( 8,213 x 10-3 m2) = 6,49 m/dt
Jadi dapat dipilih pipa 5 in karena kecepatan alirannya masih diijinkan.
Setiap elemen fluida pada pipa di dalam aliran fluida mempunyai ketinggian z,
kecepatan V dan tekanan p. Setiap elemen fluida tersimpan energi: energi potensial
atau elevation head (ep), energi kinetik atau velocity head (ek) dan energi aliran (flow
energy) atau pressure head, sehingga total energi dalam elemen fluida dapat ditulis:
e = ep + ek + energi aliran
Bila tidak ada energi yang ditambahkan atau tidak ada kebocoran antara
bagian 1 dan 2, maka kekekalan energi dapat ditulis:
e1 = e2
V12 p1 V2 p
z1 + + = z2 + 2 + 2 → disebut dengan persamaan Bernoulli
2.g γ 2.g γ
Bila dalam aliran stedi, tanpa gesekan, fluida tak mampu mampat, maka
persamaan Bernoulli dalam satuan energi persatuan massa dapat dituliskan bahwa:
2 p
g.z + V + = konstan
2 ρ
pada ruas kiri masing-masing suku adalah energi potensial (elevation head), energi
kinetik (velocity head) dan energi aliran (pressure head) dalam satuan N.m/kg
Bila masing-masing suku dibagi dengan gravitasi, maka menjadi:
2 p
z + V + = konstan (dalam satuan N.m/N)
2.g γ
atau dapat ditulis dalam energi persatuan volume:
ρV 2
ρ.g.z + + p = konstan (dalam satuan N.m/m3)
2
⇒ dalam energi persatuan volume sering dipergunakan untuk aliran gas.
Dengan persamaan Bernoulli seperti di atas, untuk 2 titik di suatu garis aliran berlaku:
2
p1 V12 p2 V 2
z1 + + = z2 + +
γ 2.g γ 2.g
atau dapat ditulis:
2 2
p1 − p2 V1 − V 2
z1 − z2 + + =0
γ 2.g
Contoh 4.5
Pada gambar 4.3 di bawah, air pada 10oC mengalir dari penampang 1 ke
penampang 2. Pada penampang 1 yang berukuran diameter 25 mm, tekanan 345
kPagage dan kecepatan aliran 3 m/detik. Pada penampang 2 berada 2 m di atas
penampang 1. Diasumsikan tidak ada kerugian energi pada sistem, hitunglah tekanan
p2.
Jawab:
Persamaan Bernoulli untuk titik 1 dan titik 2 dapat ditulis:
2
p1 V12 p2 V 2
z1 + + = z2 + +
γ 2.g γ 2.g
Tekanan di titik 2 dapat ditentukan dengan:
v2 − v2
p2 = p1 + γ z1 − z2 + 1 2
2g
Menurut persamaan kontinuitas bahwa:
Q = A1 . V1 = A2 . V2
A1 = π.D12 /4 = π.(25mm)2 /4
A2 = π.D22 /4 = π.(50mm)2 /4
jadi V2 = V1(A1/A2) = 3 m/dt (252 /502) = 0,75 m/dt
p2 = 345 kPa + 9810 N/m3 {-2m +[(3 m/dt)2 - (0,75 m/dt)2]/2. 9,81 m/dt2}
= 345 kPa + 9810 N/m3 {-2 m + 0,43 m }
= 345 kPa - 15400 N/m2 = 345 kPa – 15,4 kPa
= 329,6 kPa
Contoh 4.6
Suatu nosel yang dihubungkan pipa mempunyai diameter dalam 3 in.
Diameter nosel 2 in. Jika tekanan di dalam pipa 150 psig, hitunglah volume flow rate
aliran air melalui nosel dalam galon per menit.
dengan: A1 . V1 = A2 . V2 = Q
A1 = π.D12 /4 = π.(3 in)2 /4
A2 = π.D22 /4 = π.(2 in)2 /4
jadi V2 = V1(A1/A2) = V1 (32/22) = 2,25 V1
Contoh 4.7
Dari gambar tanki Gb. 4.5, hitunglah kecepatan air keluar nosel bila
kedalaman h adalah 3 m.
Jawab:
Jawab:
Persamaan Bernoulli dari titik A dan B dapat
ditulis:
pA V2
A pB 2
VB
zA + + = zB + +
γ oil 2.g γ oil 2.g
L R
Jadi,
pA - pB = γ . 8 in + γoil . 16 in
= 62,4 lb/ft3 x 8 in x (ft/12in) + 55 lb/ft3 x16 in x (ft/12in)
= 115 lb/ft2 = 115 psf (b)
Sehingga didapat:
VB = 2,5 ft/dt dan
Q = (π/4)x(4in)2x 2,5 ft/dt x (ft2/144in2) = 0,218 ft3/dt
Walaupun cara menghitung nilai kerugian energi secara rinci akan dibicarakan
di belakang, kondisi umum terjadinya penambahan dan pengurangan energi akan
diuraikan di dalam bab ini.
e1 + hA – hR – hl = e2
2 p
dengan: e = z + V +
2.g γ
hA = penambahan energi ke fluida oleh peralatan mekanik, misal: pompa
hR = pengurangan energi dari fluida ke peralatan mekanik, misal: turbin
hl = kerugian energi dari sistem karena gesekan pada pipa atau fitting
Contoh 5.1
Air mengalir dari suatu bak penampung dengan laju aliran 1,2 ft3/dt melalui
sistem perpipaan. Hitunglah jumlah kerugian energi dari sistem karena adanya valve,
belokan, pipa masuk dan gesekan fluida.
Jawab:
Dari Gb. 5.2 untuk bagian 1 adalah permukaan air dan bagian 2 adalah fluida
keluar nosel, maka persamaan energi umum dapat dituliskan bahwa:
p1 V12 p V2
z1 + + + hA − hR − hl = z2 + 2 + 2
γ 2.g γ 2.g
Dalam hal ini diketahui bahwa:
p1 = 0 permukaan air bak berhubungan dengan atmosfir
p2 = 0 air keluar nosel berhubungan dengan atmosfir
V1 = 0 dianggap luasan permukaan bak sangat besar
hA = hR = 0 tidak ada peralatan mekanik dalam sistem
persamaan energi di atas menjadi:
V 22
z1 − hl = z2 +
2.g
V 22
Atau hl = (z1 − z 2 ) +
2.g
Dalam hal ini diketahui bahwa: laju aliran Q = 1,2 ft3/dt dan luasan untuk nosel yang
π
berdiameter 3 in adalah A = d2 = 0,0491 ft2
4
Kecepatan air keluar nosel adalah:
Q 1,2 ft 3/dt
V= = = 24,4 ft/dt
A 0,049 ft 2
Contoh 5.2
Pompa oli mempunyai laju aliran 0,014 m3/dt dengan sgoli = 0,86. Hitung
energi untuk menggerakkan pompa tersebut bila kerugian energi diabaikan
Penyelesaian:
dalam hal ini hR dan hl tidak perlu dimasukkan karena tidak ada motor fluida dan
kerugian gesekan diabaikan. Energi yang ditambahkan ke fluida oleh pompa dapat
ditentukan dengan:
pB − pA V 2 − V 2A
hA = + (zB − z A) + B
γ oil 2.g
296 − (−28)kN/ m3
hA = + (1 m) + 0
8,44kN/ m3
= 38,4 + 1 = 39,4 m
Contoh 5.3
Gb. 5.4 menunjukkan suatu sistem pengujian pompa. Tentukan efisiensi
pompa jika daya motor yang menggerakkan pompa 3,65 hp untuk laju aliran pompa
500 gal/menit. Berat jenis minyak γoli = 56 lb/ft3.
Diktat kuliah Mekanika Fluida – Ir. Soeadgihardo Siswantoro, MT 46
L R
Penyelesaian:
Persamaan energi umum untuk titik 1 dan titik 2 dapat ditulis:
p1 V12 p2 V 22
z1 + + + =
hA z 2 + +
γ oil 2.g γ oil 2.g
Contoh 5.4
Air pada temperatur 10oC mengalir dengan laju aliran 115 liter/menit melalui
turbin air. Tekanan di titik A adalah 700 kPa dan di B adalah 125 kPa. Kerugian
energi pada sistem perpipaan adalah 4 m. Hitunglah a) daya yang diberikan fluida ke
turbin b) jika efisiensi mekanis pada turbin 85%, berapa daya turbin.
Penyelesaian:
Persamaan energi umum untuk titik A dan titik B dapat ditulis:
pA V 2A pB VB2
zA + + − hR − hl = zB + +
γ 2.g γ 2.g
Energi yang diberikan fluida ke turbin dapat ditentukan dengan:
pB − pA V 2 − V 2A
hR = + (zB − z A) + B + hl
γ oil 2.g
Diktat kuliah Mekanika Fluida – Ir. Soeadgihardo Siswantoro, MT 48
Selisih energi aliran:
(pA – pB)/γ = {(700 – 125) kN/m2}/9,81 kN/m3 = 58,6 m
Kecepatan kritis adalah batas kecepatan dimana turbulensi dapat diredam oleh
viskositas fluida.
π.d2.V 4.Q
Bila laju aliran Q = A.V = atau kecepatan ditulis V = , maka
4 π.d2
bilangan Reynold dapat ditunjukkan dengan persamaan:
V.d 4.Q.d 4 .Q
Re = = atau Re d =
ν π.d .ν
2
π. d . ν
•
• ρ.π.d2.V 4.m
Bila aliran massa m = ρ.Q = atau kecepatan V = , maka bilangan
4 ρ.π.d2
Reynold dapat ditunjukkan dengan persamaan:
Tinjau aliran melintas di atas plat datar, jika fluida mengalir di atas permukaan
akan diperlambat oleh gaya viskos dan yang berhadapan dengan permukaan
kecepatannya nol. Daerah aliran yang dipengaruhi oleh gaya viskos disebut dengan
lapis batas. Tebal lapis adalah jarak dari permukaan sampai kecepatan lokal 99%
terhadap kecepatan aliran bebas. Lapis batas membagi medan aliran menjadi 2 daerah
yaitu:
a) daerah yang dekat permukaan: gradien kecepatan tinggi dan pengaruh gaya viskos
cukup besar.
b) daerah di luarnya: kecepatan hampir sama dengan kecepatan aliran bebas dan
pengaruh gaya viskos sudah diabaikan.
Gaya viskos ditunjukkan oleh tegangan geser (τ) antara lapisan-lapisan fluida.
τ = µ . (du/dy)
dengan: µ = viskositas dinamik ( N.dt/m2) dan
du/dy = gradien kecepatan
Pada aliran melintas di atas plat datar, persamaan bilangan Reynold dapat ditulis
sebagai:
ρ. V ∞ .x V ∞ .x
Re x = = atau
µ ν
ρ. V ∞ .L V ∞ .L
ReL = =
µ ν
dengan: x = lokasi yang diukur dari depan plat
L = panjang plat datar
Untuk aliran melintas di atas plat datar, jenis aliran dibedakan berdasarkan
bilangan Reynold, yaitu:
Re < 500.000, jenis aliran adalah laminer
Re > 1.000.000, jenis aliran adalah turbulen
500.000 < Re < 1.000.000, adalah daerah transisi
Pada aliran di dalam pipa, di kedua permukaan pipa (atas dan bawah) maka
tebal lapis batas berkembang di sepanjang pipa. Pertemuan kedua lapis batas ini akan
membagi panjang pipa menjadi 2 (dua) daerah yaitu:
• daerah panjang awal atau di pintu masuk (entrance length)
• daerah berkembang penuh (fully developed) yaitu setelah kedua lapis batas bertemu.
Panjang daerah panjang awal dapat ditentukan. Jika jangkauan transisi pada
aliran dalam pipa adalah 2000 < Red < 4000, maka untuk aliran laminer, panjang
awal (entrance length) ditentukan: L/d = 0,06 Red. Bila aliran laminer dibatasi pada Re
< 2000, maka: L ≈ 0,06 Red . D ≤ 0,06x2000xD = 120 D
Jadi daerah berkembang penuh untuk aliran laminer dimulai pada panjang
pipa L = 120 x diameter pipa
Untuk aliran turbulen, dari eksperimen menunjukkan daerah berkembang
penuh (fully developed) terjadi antara 25 sampai 40 x diameter, diukur dari panjang
awalnya. Namun kadang-kadang bisa mencapai 80 x diameter.
Contoh 6.1
Tentukan batas kecepatan kritis untuk a) minyak bakar (medium fuel oil) pada
25oC dan b) air pada 15oC yang mengalir melalui pipa dengan ∅dalam = 152,4 mm.
Jawab:
Contoh 6.2
Tentukan jenis aliran yang terjadi dalam sebuah pipa ∅ 305 mm untuk a) air
pada 15oC mengalir dengan kecepatan 1,067 m/dt dan b) minyak bakar berat pada
25oC pada kecepatan yang sama.
Jawab:
a) dari tabel A1, νair = 1,15 x 10-6 m2/dt
Bilangan Reynold ditentukan dengan persamaan:
V.d 1,067m/ dtx 0,305m
Re = = = 288.000
ν 1,15 x 10 −6 m2 / dt
karena Re > 4000, berarti: jenis aliran turbulen
b) dari tabel B1, heavy fuel oil ρminyak = 906 kg/m3 dan µminyak = 1,07 x 10-4 N.dt/m2
Bilangan Reynold ditentukan dengan persamaan:
ρ.V.d 906kg / m3 .1,067m/ dtx 0,305m
Re = = = 2755
µ 1,07 x 10 − 4 N.dt / m2
karena Re > 2000 dan Re < 4000, berarti: pada daerah transisi
Contoh 6.3
Agar aliran laminer, tentukan ukuran pipa yang mengalirkan 5,67x10-3 m3/dt
minyak dengan νminyak = 6,08 x 10-6 m2/dt
Jawab:
Dari persamaan kontinuitas dapat ditentukan kecepatan aliran adalah:
Q 4.Q 4.5,67x10-3 m3 /dt 0,02268m3 /dt
V= = = =
A π.d2 π.d2 π.d2
Bilangan Reynold dapat ditentukan dengan persamaan:
V.d
Re =
ν
Untuk aliran laminer Re < 2000, jadi
0,02268m 3/dt d
2000 =
π.d2 −6 2
6,08x 10 m / dt
Jadi ukuran diameter pipa adalah d = 0,593 mm
Jadi: dh =
π [( ) ]
4.A 4. 4 d
=
2
=d
Pw π.d
tinggi (h)
lebar (b)
4.A 4.b.h
Jadi: dh = =
Pw 2(b + h)
Untuk perbandingan tinggi dan lebarnya (aspec ratio), ar = h/b, maka:
2.h
dh =
1 + ar
Untuk pipa dengan penampang bujur sangkar, perbandingan tinggi : lebar (ar) = 1,
maka diameter hidrolik dh = h. Konsep diameter hidrolik ini dapat diaplikasikan pada
1/3 < ar < 3
Saluran bukan penampang lingkaran sering dipergunakan pada berbagai
peralatan seperti penukar kalor dan bentuk pipa ganda atau bentuk selongsong –
tabung (a), saluran distribusi udara (b dan c) dan aliran bagian dalam mesin (d) seperti
yang diperlihatkan pada gambar 6.6 di bawah yang menunjukkan penampang yang
sering dipergunakan serta perhitungan luasan dan keliling basah pada penampang
tersebut.
Diameter hidrolik dipakai untuk menentukan bilangan Reynold pada aliran
yang mengalir dalam saluran bukan penampang lingkaran, sehingga bilangan Reynold
untuk saluran bukan penampang lingkaran ditulis:
ρ.V. dh V. dh
Re = =
µ ν
Contoh 6.4
Tentukan diameter hidrolik dari suatu penampang seperti Gb. 6.6(d) jika
ukuran sisi bagian dalam persegiempat (S) adalah 250 mm dan diameter luar tabung
(d) adalah 150 mm.
p1 V2 p V2
z1 + + 1 + h A − hR − hl = z2 + 2 + 2
ρ.g 2.g ρ.g 2.g
pada persamaan tersebut hl didefinisikan sebagai kerugian energi dari sistem. Salah
satu penyebab kerugian energi adalah karena gesekan di dalam fluida. Kerugian
gesekan sebanding dengan head kecepatan aliran dan perbandingan antara panjang
dan diameter pipa. Kerugian energi karena gesekan dapat ditentukan dengan
persamaan Darcy-Weisbach:
L V2
hl = f . .
d 2.g
dengan:
hl = kerugian energi karena gesekan (N.m/N, m, ft.lb/lb atau ft)
L = panjang pipa (m atau ft)
d = diameter pipa (m atau ft)
V = kecepatan rerata aliran (m/dt atau ft/dt)
f = faktor gesekan (tanpa dimensi)
Pada aliran laminer, kerugian energi karena gesekan dapat pula ditentukan
dengan persamaan Hagen-Poiseuille:
32 . µ .L.V 32 . ν .L.V
hl = atau: hl =
ρ . g . d2 g . d2
pada persamaan tersebut yang dilibatkan adalah sifat fluida yaitu viskositas dan berat
jenis, geometri yaitu panjang dan diameter pipa, dan kecepatan aliran. Kerugian
energi pada aliran laminer tidak dipengaruhi kondisi permukaan pipa. Persamaan
Hagen-Poiseulle hanya berlaku untuk aliran laminer (Re < 2000).
Dengan membandingkan persamaan Hagen-Poiseulle dengan persamaan Darcy
dapat ditentukan faktor gesekan untuk aliran laminer.
L V2 32 . ν .L.V
hl = f . . (a) dan hl = (b)
d 2.g g . d2
2.V
Persamaan (b) dikalikan dan disusun sebagai berikut:
2.V
32 . ν .L.V 2.V
hl = x
g .d 2 2.V
ν L V 2 64 L V 2
hl = 64 . . . = . .
V.d d 2.g Re d 2.g
Jawab:
Dari tabel B1 untuk glycerine pada temperatur 25oC diketahui bahwa ρ = 1263 kg/m3,
dan µ = 5,27 x 10-1 Pa.dt
ρ.V.d (1263kg / m3 )(4m/ dt)(0,15m)
Maka: Re = = = 1438
µ 5,27 x 10 − 1Pa.dt
Blasius:
Pada pipa halus untuk bilangan Reynold Re = 3000 – 100000
f = 0,316 / Re0,25
Von Karman dan yang diperbaiki oleh Prandtl:
Pada pipa halus dengan bilangan Reynold Re ≈ 3000000
1 Re
= 2. log − 0,8
f f
Pada pipa kasar:
1 ro
= 2. log
f ε . 1,74
ε/d=0,05
ε/d=0,02
ε/d=0,002
Contoh 7.2
Tentukan faktor gesekan f jika air pada temperatur 160oF mengalir dengan
kecepatan 30 ft/dt di dalam pipa besi tuang yang berdiameter dalam 1 in.
Jawab:
Dari tabel A2 untuk air pada temperatur 160oF didapat ν = 4,38 x 10-6 ft2/dt
Diameter dalam pipa 1 in = 0,0833 ft
Contoh 7.3
Jika kecepatan aliran pada contoh 7.2 adalah 0,45 ft/dt dan kondisi lainnya
sama, tentukan faktor gesekan f.
Jawab:
V . d (0,45ft/dt ) (0,0833ft)
Re = = = 8.558,8 = 8,55 x 103
ν −6 2
4,38x 10 ft / dt
ε/d = 8 x 10 ft/0,0833ft = 0,0096
-4
contoh 7.4
Tentukan faktor gesekan f jika ethyl alcohol pada temperatur 25oF mengalir
dengan kecepatan 5,3 m/dt di dalam pipa baja standar 1 ½ in Schedule 160.
Diktat kuliah Mekanika Fluida – Ir. Soeadgihardo Siswantoro, MT 72
Jawab:
Dari tabel B1 untuk ethyl alcohol pada temperatur 25oC diketahui bahwa ρ =
787 kg/m3, µ = 1,1 x 10-3 Pa.dt.
Dari tabel F.5, untuk pipa 1 ½ in Schedule 160, d = 0,034 m
Maka:
ρ.V.d (787kg / m3 )(5,3m/ dt)(0,034m)
Re = = = 1,29 x 105 ⇒ aliran turbulen
µ 1,1x 10 −3 Pa.dt
Untuk pipa baja ε = 4,6 x 10-5 m. dan ε/d = 4,6 x 10-5m/0,034m = 1,35 x 10-3
dari diagram Moody didapat f = 0,022
contoh 7.5
Di dalam proses kimia, benzene pada temperatur 50oC (sg = 0,86) dialirkan ke
titik B yang bertekanan 550 kPa. Sebuah pompa berada di titik A 21 m di bawah titik
B dan kedua titik dihubungkan dengan pipa plastik sepanjang 240 m dengan diameter
dalam 50 mm. Jika laju aliran 110 liter/menit, tentukan tekanan keluar pompa (di titik
A).
Jawab:
Contoh 7.6
Tentukan penurunan tekanan dari saluran sepanjang 50 m dengan penampang
seperti gambar di bawah. Ethylene glycol pada temperatur 25oC mengalir dengan laju
aliran 0,16 m3/detik. Ukuran dalam saluran adalah 250 mm x 250 mm dan ukuran
diameter luar tabung 150 mm. Kekasaran permukaan ε = 3 x 10-5 m.
Jawab:
Luasan saluran yang dilalui fluida A = S2 - π.d2/4
Keliling saluran yang dilalui fluida Pw = 4S + π.d
dh = = 0,122 m
4.0,25 + π.0,15
Gb. 8.3 Gate valve Gb. 8.4 Check valve – tipe swing
Diktat kuliah Mekanika Fluida – Ir. Soeadgihardo Siswantoro, MT 81
Check valve – Ball type
Macam-macam valve yang lain dapat dilihat pada gambar-gambar di bawah ini.
Contoh 8.1
Tentukan kerugian energi yang terjadi pada aliran air 100 liter/menit melalui
sebuah pembesaran penampang tiba-tiba (expansion) dari tabung tembaga diameter
dalam 25,3 mm menjadi 73,8 mm.
Jawab:
Luas penampang:
A1 = π . D12 /4 = π . (25,3 mm)2 /4 = 5,017 x10-4 m2
A2 = π . D22 /4 = π . (73,8 mm)2 /4 = 4,282 x 10-3 m2
Perbandingan area AR = A1/A2 = 5,017 x10-4/4,282 x 10-3 = 0,117
Contoh 8.2
Tentukan perbedaan tekanan antara sisi sebelum pembesaran dan sisi sesudah
pembesaran dari aliran air 100 liter/menit melalui sebuah pembesaran penampang
tiba-tiba dari tabung tembaga diameter dalam 25,3 mm menjadi 73,8 mm. Kedudukan
tabung mendatar.
Jawab:
Dari persamaan energi didapatkan bahwa:
Diktat kuliah Mekanika Fluida – Ir. Soeadgihardo Siswantoro, MT 87
p1 V12 p2 V 2
z1 + + − hlm = z 2 + + 2
γ 2.g γ 2.g
z1 – z2 = 0 kedudukan mendatar
V2 = Q/A2 = (100 liter/menit)/( 4,282 x 10-3 m2) = 0,39 m/dt
Contoh 8.3
Tentukan kerugian energi yang terjadi di dalam aliran minyak SAE 10W
temperatur 100oF melalui globe valve yang terbuka penuh pada pipa baja 4 in
Schedule 40 dengan laju aliran 400 gal/menit.
Dari persamaan energi untuk titik 1 dan titik 2, hanya terdapat kerugian energi minor
saja. Perbedaan tekanan antara p1 dan p2 dapat dihitung dengan persamaan:
p1 – p2 = γoil . [(z1 – z2) + (V12 – V22)/2g + hlm]
dalam hal ini z1 = z2 dan V1 = V2, sehingga:
p1 – p2 = γoil . hlm
Perbedaan tekanan:
p1 – p2 = γoil . hlm = sg . γ . hlm
= (0,87)(62,4 lb/ft3)(17,8 ft) x 1 ft2/144 in2) = 6,7 psi
Tiga suku di ruas kiri pada persamaan tersebut adalah energi yang tersimpan
pada titik 1 yang berupa elevation head, pressure head dan velocity head. Demikian
juga tiga suku di ruas kanan. hA dan hl masing-masing menunjukkan energi yang
ditambahkan ke fluida oleh pompa dan kerugian energi di dalam sistem antara titik 1
dan titik 2.
h6
h2 h3 h5
h1
h4
Gb. 9.1 Sistem jaringan perpipaan
Contoh 9.1
Tentukan kerugian gesekan hl untuk laju aliran minyak sebesar 140 liter/dt, ν
= 0,00001 m2/dt melalui 400 m pipa besi tuang yang berdiameter dalam 200 mm.
Jawab:
Volume flow rate 140 liter/dt = 0,14 m3/dt
Menentukan jenis aliran dengan menghitung bilangan Reynold
V.d 4.Q 4.(0,14m3 / dt)
Re = = = = 89127 ⇒ turbulen
ν π.d.υ π.(0,2m).(0,00001m2 / dt)
Kekasaran pipa besi tuang dari tabel 7.1 didapat ε = 2,4 x 10-4 m.
Kekasaran relatif ε/d = 2,4x10-4/0,2 = 0,00124
Dengan nilai Re dan kekasaran relatif yang diplotkan di dalam diagram Moody,
dengan cara interpolasi didapat f = 0,023
Contoh 9.2
Hitunglah daya yang diperlukan pompa yang bekerja dengan efisisensi 76%.
Methyl alcohol pada 25oC mengalir dengan laju aliran 0,015 m3/dt. Pipa hisap dari
pipa baja standar 4 in Schedule 40 sepanjang 15 m. Pipa tekan dengan panjang
seluruhnya 200 m dari pipa baja standar 2 in Schedule 40. Belokan standar. Valve
adalah globe valve terbuka penuh. Selisih ketinggian permukaan adalah 10 m.
Penyelesaian:
h6
10m
h2
h3 h5
h1
h4
dengan:
Vs = kecepatan aliran pada pipa hisap
fs = faktor gesekan pada pipa hisap
Vd = kecepatan aliran pada pipa tekan
fd = faktor gesekan pada pipa tekan
Kerugian pada globe valve terbuka penuh, dari tabel 8.4, Le/d = 340
h3 = fd.(Le/d)(Vd2/2g) = 0,0185 . (340) . 2,44 m = 15,35 m
Kerugian pada dua buah belokan, dari tabel 8.4 didapat Le/d = 30
h4 = 2.fd.(Le/d)(Vd2/2g) = 2 . 0,0185 . (30) . 2,44 m = 2,71 m
Contoh 9.3
Air pada 15oC mengalir melalui pipa baja ∅dalam = 300 mm, kekasaran pipa ε =
3 mm, kerugian tinggi tekan 6 m pada pipa sepanjang 300 m. Tentukan debit aliran
tersebut
Jawab:
300m
air,15oC hl = 6m
6 m = 0,04 . .
0,3m 2.9,81m/dt2
didapat kecepatan aliran V = 1,715 m/dt
V . d (1,715m/dt ) . (0,3m)
Re = = = 455000
ν 1,15.10 −6 m2 / dt
dari diagram Moody untuk kekasaran relatif ε/d = 0,01 dan bilangan Reynold Re =
455000 maka didapat faktor gesekan yang baru yaitu: f = 0,038 sehingga bila
disubsitusikan ke persamaan Darcy-Weisbach:
300 m ( V m/dt )
2
6 m = 0,038 . .
0,3 m 2 . 9,81m/dt2
h1
h3
h2
h4
Dari diagram Moody, dengan ε/d = 4,47 x 10-4 maka nilai f terendah adalah 0,0155
dan tertinggi 0,039 pada Re = 4000. Jika diasumsikan nilai f = 0,02 maka dengan
persamaan di atas dapat ditentukan kecepatan dan bilangan Reynold.
Dari bilangan Reynold yang didapat dan kekasaran relatif, diplotkan pada diagram
Moody, didapat nilai fbaru = 0,0175.
Nilai f sudah tidak berubah bila diplotkan pada diagram Moody, sehingga dapat
ditentukan bahwa:
VB = 10,7 ft/dt
Q = AB . VB = (0,0884 ft2).(10,7 ft/dt) = 0,946 ft3/dt
Contoh 9.5
Sistem perpipaan seperti tergambar di bawah ini digunakan untuk
memindahkan air 15oC dari suatu penampung ke penampung yang lain. Tentukan
volume flow rate melalui sistem. Pipa besar dari baja 6 in Schedule 40 dengan panjang
30 m. Pipa kecil dari baja 2 in Schedule 40 dengan panjang 15 m. Belokan standar.
Jawab:
hl = h1 + h2 + h3 + h4 + h5 + h6 + h7
h1
h4 h5 h6
h2
h3
h7
Untuk air pada temperatur 15oC, viskositas ν = 1,15 x 10-6 m2/dt dan kekasaran pipa
baja ε = 4,6 x 10-5 m, didapatkan bilangan Reynold dan kekasaran relatif adalah:
Pada pipa 6 in, Re = (1,34 x 105).V6 dan ε/d = 3350
Pada pipa 2 in, Re = (4,57 x 105).V2 dan ε/d = 1141
Dari diagram Moody, diasumsikan nilai f6 = 0,02 dan f2 = 0,025 maka dengan
persamaan di atas dapat ditentukan kecepatan dan bilangan Reynold.
2g.hl
V6 =
106 + 255f6 + 33000 f2
2.(9,81m/ dt 2 ).10m
= = 0,46 m/dt
106 + 255.0,02 + 33000 .0,025
V2 = 8,6 V6 = 3,96 m/dt
Dari bilangan Reynold yang didapat dan kekasaran relatif, diplotkan pada diagram
Moody, didapat nilai baru untuk f6 = 0,0215 dan f2 = 0,02.
Nilai f sudah tidak berubah bila diplotkan pada diagram Moody, sehingga dapat
ditentukan bahwa:
V6 = 0,5 m/dt
Q = A6 . V6 = (1,864 x 10-2 m2).(0,5 m/dt) = 9,32 x 10-3 m3/dt
Contoh 9.4
Tentukan ukuran pipa besi kasar (ε = 0,061 mm) untuk mengalirkan 4000 gpm
minyak ν = 0,0001 ft2/dt, sepanjang 10000 ft dengan kerugian tinggi tekan 75 ft.lb/lb
Jawab:
1 gallon = 0,13368 ft3 dan Q = 4000 gpm = 8,93 cfs
2
8.(10000 ft).(8,93ft 3 / dt)
d =
5
.f = 267 f
(75ft).(32,3ft / dt 2 ).π 2
Perhitungan pertama:
Diasumsikan nilai faktor gesekan f = 0,02, dengan menggunakan kedua persamaan di
atas sehingga didapat ukuran diameter pipa, bilangan Reynold dan kekasaran pipa
relatif yaitu:
d = 5 267.f = 5 267.0,02 = 1,398 ft,
113800 113800
Re = = = 81400 dan, ε/d = 0,00014
d 1,398
Dengan menggunakan diagram Moody dengan harga Re = 81400 dan ε/d = 0,00014,
maka didapat faktor gesekan: f = 0,019
Ternyata faktor gesekan yang didapat belum sesuai dengan nilai asumsi
X.3 Bendung
titik 1 di permukaan air hulu
titik 2 di tengah aliran weir
1
2
Bila bendung tidak terentang sepenuh lebar saluran, maka bendung itu mempunyai
kontraksi di kedua sisi (contracted weir). Bila tinggi bendung Hc kecil, maka
kecepatan di titik 1 tidak dapat dibaikan. Dapat ditambahkan faktor koreksi pada
kecepatan tersebut.
Bendung takik (V-notch weir) sangat layak dipergunakan untuk debit aliran
yang kecil. Kontraksi cairan luapan diabaikan dan debit teoritis dihitung sebagai
berikut:
1) Tabung Venturi
Ventury-tube atau tabung venturi digunakan untuk mengukur laju aliran di
dalam pipa. Alat ukur ini pada umumnya terdiri a) bagian hulu yang berukuran sama
dengan pipa mempunyai cincin piezometer untuk mengukur tekanan statik, b) daerah
kerucut konvergen, c) leher (throat) yang berbentuk silinder dengan cincin piezometer
dan d) daerah yang berdivergensi berangsur-angsur menjadi bagian yang berbentuk
silinder yang berukuran sama dengan pipa. Sebuah manometer diferensial dipasang
pada kedua cincin piezometer. Tekanan di penampang hulu dan leher adalah nyata,
dan kecepatan dari persamaan Bernoulli adalah kecepatan teoritis. Bila dalam
persamaan energi kerugian diperhitungkan, maka kecepatan merupakan kecepatan
Persamaan ini adalah valid hanya untuk fluida inkompresibel yaitu cairan. Untuk
aliran gas perlu ditambahkan pertimbangan khusus seperti variasi berat jenis terhadap
tekanan.
Untuk venturi meter yang dibuat dengan mesin, nilai C = 0,995 dengan kondisi
sebagai berikut:
50 mm ≤ D ≤ 250 mm
2 in ≤ D ≤ 10 in
0,30 ≤ β ≤ 0,75
2 x 105 ≤ Re ≤ 2 x 106 (di pipa utama)
2) Flow Nozzle
Flow nozzle atau nosel aliran adalah suatu kontraksi bertahap di dalam aliran
fluida oleh penampang silinder lurus yang pendek. Bentuk standar untuk nosel aliran
dibuat oleh ASME dan ISO (International Organization for Standardization).
Karena kehalusan dan kontraksi bertahap maka kerugian energi antara titik 1 dan 2 di
dalam nosel aliran sangat kecil. Nilai C hampir mendekati angka 1.
Diktat kuliah Mekanika Fluida – Ir. Soeadgihardo Siswantoro, MT 112
Gb. 10.5 Nosel aliran
X.6 Rotameter
Rotameter adalah tipe umum suatu meter aliran berdasarkan variabel area.
Fluida mengalir ke atas melalui tabung tembus pandang yang mempunyai ketirusan
yang akurat di dalamnya. Suatu pengapung berada di dalam aliran untuk
menunjukkan posisi sebanding dengan laju aliran. Gaya ke atas oleh daya dorong
fluida pada pengapung seimbang dengan berat pengapung.
116
117
Tabel B. Sifat beberapa cairan
118
119
Tabel C. Sifat minyak pelumas Petrolium
120
Tabel D. Variasi viskositas terhadap temperatur
121
Konversi satuan:
1 SSU = 2,33 x 10-6 ft2/dt = 2,17 x 10-7 m2/dt = 2,17 x 10-3 stoke
1 Pa.dt = 2,089 x 10-2 lb.dt/ft2 = 10 Poise = 1 N.dt/m2
122
Tabel E. Sifat udara
123
Tabel F. Dimensi pipa baja
124
125
126
127
128
Tabel G. Dimensi tabung baja
129
130
Tabel H. Dimensi tabung tembaga
131
Tabel I. Faktor konversi
132
133