BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Permasalahan
Beberapa permasalahan yang dapat diangkat dari uraian di atas adalah sebagai
berikut :
1. Adakah pengaruh variasi bukaan katup terhadap kinerja pompa?
2. Seberapa besar pengaruh aliran air terhadap variasi bukaan katup ?
Sistematika berfungsi agar pembaca mudah memahami dan mengerti isi dari
tiap bab secara kronologis tentang uraian masalah yang ditampilkan, sehingga skripsi
ini nantinya akan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Sistematika
penulisan skripsi ini ialah sebagai berikut :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pompa
Pompa adalah mesin fluida yang berfungsi untuk memindahkan suatu fluida
dari tempat berenergi rendah menuju tempat yang berenergi tinggi melalui sebuah
sistem dengan meningkatkan tekanan sesuai dengan yang diinginkan. Secara prinsip
energi, pompa berfungsi mengubah tenaga mekanis dari suatu sumber tenaga
(penggerak) menjadi tenaga kinetis (kecepatan), dimana tenaga ini berguna untuk
mengalirkan cairan dan mengatasi hambatan yang ada sepanjang pengaliran.
Dalam memompa fluida, ada beberapa alasan mengapa tekanan fluida perlu
ditingkatkan yaitu:
1. Perbedaan ketinggian
Tekanan harus ditingkatkan untuk memompa fluida ke tempat yang lebih
tinggi, misalnya dari sumur ke atas sebuah gedung.
2. Faktor gesekan
Untuk mengalirkan fluida melalui sistem pemipaan dimana terdapat
kerugian gesek. Apalagi pada sistem yang banyak katup, belokan, fitting
dan sebagainya akan memperbesar kerugian gesek.
3. Perbedaan tekanan
Disamping perbedaan ketinggian dan kerugian gesekan yang ada, untuk
memompakan fluida ke sebuah bejana atau sistem pemipaan bertekanan.
4
5
Rumah pompa
Aliran masuk
Poros pompa
Impeler
(2.1)
Dimana :
Np = Daya pompa
= Density cairan
= 995,7 Kg/m3 (lampiran 1, pada temperatur 30 °C)
Q = Kapasitas pompa
8
H = Head pompa
p = Efesiensi pompa
= (50 80) %
Dimana :
Na = Daya air (kw)
H = Head total pompa (m)
Q = Kapasitas aliran (m3/s)
v d2
H TP ha h p hl .............................................................
2g
(2.3)
Dimana :
H TP = Head total pompa (m).
5. Efisiensi pompa
Efisiensi pompa merupakan hasil perbandingan antara daya air dengan daya
pompa, dapat dihitung dengan mengunakan persamaan (Sularso, 2008) :
Dimana :
p = Efisiensi pompa (%)
Np = Daya poros pompa (kw)
Na = Daya Air pompa(Kw)
Head dan debit aliran menentukan kinerja sebuah pompa yang secara grafis
ditunjukkan dalam Gambar 2.3 sebagai kurva kinerja atau kurva karakteristik
pompa. Gambar memperlihatkan kurva pompa sentrifugal dimana head secara
perlahan turun dengan meningkatnya aliran. Dengan meningkatnya tahanan
sistim, head juga akan naik. Hal ini pada gilirannya akan menyebabkan debit
aliran berkurang dan akhirnya mencapai nol. Debit aliran pada head tertentu
disebut titik tugas. Kurva kinerja pompa terbuat dari banyak titik-titik tugas.
Titik operasi pompa ditentukan oleh perpotongan kurva sistim dengan kurva
pompa sebagaimana ditunjukan pada gambar.
fluida dibagi atas fluida compressible (mampu mampat) dan incompresible (tak
mampu mampat).
Dalam kasus fluida ideal tidak ada gesekan dalam atau tahanan apabila satu lapisan
aliran fluida melalui lapisan lainnya. Konsekwensinya apabila suatu fluida ideal
melalui suatu pipa kecepatannya adalah sama pada seluruh suatu luas area tertentu.
Ini berarti, kecepatan adalah sama pada semua titik pada seksyen tersebut. Dalam
analisa aliran akan difokuskan untuk menganalisa aliran fluida nyata dimana rugi-rugi
aliran menjadi suatu hal yang sangat dipertimbangkan dan dapat mempengaruhi
tekanan sepanjang pipa aliran. Analisa itu melingkupi rugi-rugi tekanan yang
disebabkan oleh sambungan, katup, gesekan serta perubahan luas penampang pipa.
Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran yang digunakan
untuk mengalirkan fluida. Apabila zat cair di dalam pipa tidak penuh, maka aliran
termasuk dalam aliran saluran terbuka. Menurut Hukum Reynolds Aliran terdiri dari
1. Aliran lancar (steady) yang disebut dengan aliran laminar.
2. Aliran bergejolak (berfluktuasi) yang disebut dengan aliran Tubulen.
Antara aliran laminar dengan turbulen disebut aliran transisi. Yang mempengaruhi
aliran dalam pipa antara lain :
a. Kekasaran dinding pipa.
b. Bilangan Reynolds (Re).
c. Fluktuasi kecepatan masuk (Head kecepatan).
Apabila kecepatan relatif tinggi, arus berputar akan terbentuk dan timbul
pencampuran partikel fluida. Situasi ini diketahui sebagai aliran turbulen.
Partikel fluida mengalami gerekan secara acak yang mana memotong arah
aliran utama. Turbulen ini menyebabkan kecepatan partikel fluida rata-rata
pada penampang potong pipa. Reynolds melakukan serangkaian eksperimen
dengan diameter pipa yang berbeda-beda dan variasi fluida. Yang
menyimpulkan bahwa jenis aliran tergantung pada:
1. Kecepatan aliran fluida rata-rata
2. Diameter pipa
3. Viskositas fluida
4. Densitas fluida
Hasil dari eksperimen Reynolds digabungkan menjadi suatu bentuk tak
berdimensi yang dinamakan sebagai Bilangan Reynolds (Re):
vd …………………………………………………… (2.5)
Re
Dimana :
v = Kecepatan rata aliran fluida (m/s)
d = Diameter pipa (m)
= Viskositas kinematik (kg m2/s)
Dalam aliran pipa, aliran laminer terbentuk pada Re kecil dari 2000,
sedangkan aliran turbulen terbentuk jika Re lebih besar dari 4000. Jika Re
berada antara 2000 dan 4000 jenis aliran tak dapat ditentukan sehingga dia
disebut aliran transisi. Dalam praktek, aliran dalam pipa umumnya adalah
turbulen.
dengan laju massa fluida yang keluar keluar. Persamaan kontinuitasa dituliskan
sebagai berikut :
1 A1V1 2 A2V2 = tetapan
……………………… (2.8)
Dimana :
P = Tekanan (N/m2).
= Massa jenis (Kg/m3).
14
V = Kecepatan (m/s).
Z = Ketinggian permukaan (m).
H = Head losses sistim (m).
Aliran tak-termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan tidak
berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran
tersebut.
2.5.4 Pressure drop
…………………………………..….. (2.9)
Dimana :
P2-P1 = Perbedaan tekanan (Pa)
= Satuan berat cairan (N/m3)
Jika berada pada satu titik di permukaan bebas cairan dan h positif
kearah bawah, maka persamaan menjadi :
p = ρ.g,h …………………………………………………………. (2.10)
…………………………………………………... (2.11)
Dimana ;
V = Kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa (m/s)
h f = Head kerugian gesek dalam pipa (m)
(2.12)
Dimana ;
V = Kecepatan rata-rata di dalam pipa (m/s)
K = Koefisien kerugian
G = Percepatan grafitasi (9,8 m/s2)
h f = Kerugian head (m)
2
V
h f 1 2 f 1 1 ..............................................................................
2g
Dimana :
hf1-2 = Kerugian head cabang 1 ke 2
hf1-3 =Kerugian head cabang 1ke 3
f1-2 = Koefisien kerugian
V1 = Kecepatan aliran sebelum percabangan (m/s)
Pada pertemuan pipa :
2
V3
h f 13 f 1 ...........................................................................
2g
2
V
h f 2 3 f 1 3 .............................................................................
2g
hf1-2 = Kerugian head temu 1 ke 2 (m)
hf2-3 = Kerugian head temu 2 ke 3 (m)
19
f1 L1 v12 f L v2 v2
hL 2 2 2 K 2 ..................................................( 2.17)
d1 2 g d 2 2g 2g
Q
v1
A1
Q
v2 ...................................................................(2.18)
A2
b. Rangkaian Pipa Paralel
Apabila dua pipa atau lebih disambungkan bercabang menjadi dua dari
satu titik dan setelah sama atau tak sama panjang bergabung pada titik
lainnya, kemudian pipa dikatakan dengan rangkaian paralel. Besarnya
kehilangan energi yang terjadi pada rangkaian pipa paralel dapat
dihitung denngan mengunakan persamaan Kontunuitas dibawah ini :
20
Q Q1 Q2 Q3 ..........Qn
.......................................................
(2.19)
atau
V2 V
Q V1 A1 V1 A2 3 V1 A3 . . .....................................................(2.20)
V1 V1
persamaan :
V2 f1 L1 D2 …………………………………..…….............. (2.21)
V1 f 2 L2 D1
BAB III
METODOLOGI
2. Pipa
Adapun pipa yang digunakan adalah pipa galvanis dengan
spesifikasi sebagai berikut :
Panjang pipa hisap : 0,7 m
Panjang pipa tekan : 5,71 m
Diameter nominal : DN 15
23
3. Fitting
Adapun komponen-komponen fitting dan factor gesek (f) ditampilkan
pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.1 : Komponen fitting
Factor Jumlah
No Jenis fitting Suction Discharge
Gesek ( f )
1 Elbow 90 1” 0,69* 1 pc
2 Check valve 3,7** 2 pcs
3 Foot valve and strainer 1,70*** 1 pc
4 Ball valve 1” 0,07* 2 pcs
5 Ball valve 3/4” 0,08* 1 pc
6 Globe valve 7,8* 1 pc
7 Elbow 90 1” 0,69* 2 pcs
8 T - Joint 3 pcs
9 Y - Joint 1 pc
10 Tee through side outlet 1,62* 1 pc
1-1/2”
11 Tee through side outlet 1,38* 4 pcs
1-1”
12 Tee through run 1-1” 0,46* 1 pc
13 Coupling 3/4” 0,04** 4 pcs
14 Coupling 1” 0,04** 7 pcs
15 Flowmeter 7,0 1 pc
24
2. Flow Meter
Merupakan alat ukur untuk mengetahui debit fluida yang mengalir di
dalam suatu pipa. Pengukuran aliran adalah penghitungan bagian
terbesar atau terpenting dari suatu cairan atau fluida. Aliran dapat di
ukur dengan beberapa cara. Flow meter perpindahan positif
mengakumulasi suatu volume tetap dari suatu fluida (gas, cair),
kemudian menghitung jumlah dari berapa kali volume diisi ke alat ukur
aliran. Volume aliran juga dapat dihitung dengan mengukur kecepatan
aliran serta terhadap area yang tegak lurus terhadap aliran yang
dilaluinya.
25
3. Stop Watch
Merupakan alat yang dipakai untuk mengetahui waktu pada saat
mengukur aliran fluida pada flow meter
4. Katup Pengatur
Katup pengatur digunakan untuk mengatur bukaan katup.
26
1. Pastikan area dan alat bebas dari kondisi basah serta aman karena
pengujian berhubungan dengan penggunaan listrik,
2. Pasang pressure gauge pada tempatnya seperti gambar di bawah,
BAB IV
HASIL DAN BAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Data Hasil Pengujian
Dari hasil pengujian dengan bukaan katup yang divariasikan diperoleh data
sebagai berikut. Dengan waktu 25 detik
Tabel 4.1. Data pengujian pompa
Bukaan Katup Pressure Debit
p (psi) p (kg/cm2)
( 0) Q (m3/s)
90
80
70
60
50