Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu yang menentukan proses pembelajaran pada perkuliahan,
khususnya di Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah sumatera barat
adalah kelengkapan sarana dan prasarana, dimana kedua hal tersebut adalah salah
satu faktor untuk mendukung proses pembelajaran ataupun penelitian selama masa
perkuliahan, salah satunya adalah kelengkapan peralatan laboratorium. Saat ini di
Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah sumatera barat, terdapat
laboratorium Mekanika Fluida yang mendukung terlaksananya kegiatan
perkuliahan.
Pada Laboratorium Mekanika Fluida di Jurusan Teknik Mesin Universitas
Muhammadiyah sumatera barat, terdapat beberapa mesin fluida yang digunakan
untuk praktikum ataupun pengujian untuk mengetahui prinsip kerja dari beberapa
mesin-mesin fluida. Laboratorium ini selain digunakan sebagai kegiatan praktikum
mahasiswa, juga dapat dipergunakan untuk sarana penelitian bagi mahasiswa
ataupun dosen di Jurusan Mesin Universitas Muhammadiyah sumatera barat.
Pada kegiatannya, dalam praktikum mekanika fluida yang dikhususkan
untuk mempelajari prinsip kerja dari mesin-mesin fluida ini. Hal ini diakibatkan
oleh beberapa faktor, salah satunya adalah terbatasnya dana yang dianggarkan oleh
pihak universitas untuk menyediakan peralatan praktikum di laboratorium. Oleh
karena itu, salah satu cara untuk menyiasatinya adalah dengan membuat ataupun
merancang suatu alat uji, yang nantinya akan digunakan oleh mahasiswa untuk
kegiatan penelitian ataupun praktikum di Laboraturium Mekanika Fluida.
Pada Laboratorium Mekanika Fluida, terdapat alat uji pompa seri dan paralel
dan bisa digunakan. penulis ingin melakukan perancangan ulang pada alat uji
pompa seri dan paralel dengan menambahakan flow meter agar perhitungan
tekanan air lebih akurat, sehingga nantinya dapat digunakan untuk mendukung
kegiatan praktikum ataupun kegiatan penelitian yang berkesinambungan.

Are Maesha
17.10.002.21201.004 Page 1
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah pengujian dan menganalisis
hubungan perubahan ketinggian (head), laju aliran dan tekanan air (flow) data hasil
pengujian pada alat uji pompa yang disusun seri paralel dan debit air yang
dikeluarkan saat pompa beroperasi.
Kita dapat dalam uji coba adalah
1. Menentukan ketinggian air
2. Menentukan tekanan pompa (flowmeter)
3. Menentukan lama waktu yang di butuhkan untuk mengisi volume air
4. Membuat grafik seluruh tabel pemgujian
5. Membuat grafik gabungan pompa 1,pompa 2,pompa seri,pompa paralel
6. Menghitung :
a) Debit air (Q)
b) Kecepatan aliran fluida (V)
c) Menghitung bilangan reynold (Re)
d) Tentukanlah aliran yang ada didalam pipa

Are Maesha
17.10.002.21201.004 Page 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar Pompa


1. Definisi Pompa
Pompa adalah salah satu jenis mesin fluida yang termasuk golongan mesin
kerja. Pompa digunakan untuk mengalirkan atau memindahkan fluida dari satu
tempat ke tempat yang lainnya. Prinsip kerja pompa adalah menghisap dan
melakukan penekanan terhadap fluida. Dalam fungsinya, pompa mengubah
mengubah energi gerak poros untuk kemudian menggerakan sudu-sudu menjadi
energi gerak dan tekanan pada fluida. Pada umumnya pompa dipergunakan untuk
menaikan fluida dari sebuah reservoir, pengairan, pengisi ketel dan sebagainya (Anis
& Karnowo, 2008).
Dalam pelaksanaan operasionalnya. pompa dapat bekerja secara tunggal, seri
maupun paralel yang kesemuanya tergantung pada kebutuhan.

2. Klasifikasi Pompa
Menurut prinsip kerjanya, pompa diklasifikasikan menjadi :
A. Pompa Perpindahan Positif
Pompa ini menghasilkan head yang tinggi dengan kapasitas yang rendah,
perubahan energi yang terjadi pada pompa jenis ini adalah energi mekanik
yang diubah langsung menjadi energi potensial, yang termasuk pompa
perpidahan positif adalah sebagai berikut :

1. Pompa Piston
Pompa jenis perpindahan positif banyak digunakan untuk melayani
sistem instalasi yang membutuhkan head yang tinggi dengan kapasitas
rendah. Pompa jenis ini menghasilkan tekanan tinggi dengan kecepatan
aliran yang rendah. Dengan alasan tersebut pompa ini banyak digunakan
untuk peralatan dengan zat cair yang abrasif dan kekentalan tinggi.

Are Maesha
17.10.002.21201.004 Page 3
Namun, secara umum pompa perpindahan positif dibagi mejadi dua
yaitu jenis gerak bolak-balik (reciprocating) dan gerak putar (rotary).

2. Pompa Roda Gigi


Prinsip kerja dari pompa roda gigi ini adalah berputarnya dua buah roda
gigi yang berpasangan yang terletak antara rumah pompa dan
menghisap dan menekan fluida yang akan mengisi ruangan antar roda
gigi yang kemudian ditekan ke sisi buang sebagai akibat terisinya ruang
antar roda gigi pemasangannya. Pompa jenis ini biasanya digunakan
untuk memenuhi kebutuhan head yang tinggi dengan kapasitas aliran
yang rendah.

3. Pompa Torak
Pompa ini melakukan gerakan isap terbuka dan katup tekan tertutup.
Pada saat torak mulai melakukan gerakan tekan, katup isap akan tertutup
dan katup tekan terbuka. Kemudian fluida yag tadinya terhisap dibuang
pada katup tekan. Pompa ini biasanya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan head yang tinggi dengan kapasitas yang rendah, salah satu
contoh aplikasinya pompa ini digunakan untuk pemenuhan tenaga
hidrolik.

B. Pompa Dinamik
Pompa dinamik adalah pompa yang ruang kerjanya tidak berubah
selama pompa bekerja. Pompa ini memiliki elemen utama sebuah rotor
dengan satu impeller yang berputar dengan kecepatan yang tinggi.
Fluida masuk pada sisi hisap yang kemudian dipercepat oleh impeler
yang menaikan kecepatan absolut fluida maupun tekanannya dan
melemparkan fluida tersebut melalui volute, yang termasuk jenis pompa
dinamik adalah sebagai berikut
1. Pompa Aksial

Are Maesha
17.10.002.21201.004 Page 4
Impeller berputar yang kemudian menghisap fluida yang akan
dipompakan dan menekannya ke sisi tekan dalam arah aksial. Pompa
jenis ini biasanya diproduksi untuk kebutuhan head yang rendah
dengan kapasitas aliran yang besar, dalam aplikasinya pompa ini
biasanya digunakan untuk keperluan irigasi.

2. Pompa Sentrifugal
Pompa ini terdiri dari satu atau lebih impeller yang dilengkapi dengan
sudu-sudu pada poros yang berputar yang diselubungi oleh casing.
Fluida dihisap pompa melalui sisi hisap, akibat berputarnya impeller
yang menghasilkan tekanan vakum, pada sisi hisap selanjutnya fluida
tersebut terlempar ke luar impeller akibat gaya sentrifugal yang
dimiliki oleh fluida.

C. Pompa Sentrifugal
Pompa sentrifugal digunakan untuk memberikan atau menambah
kecepatan pada cairan dan kemudian merubahnya menjadi energi tekan.
Cairan dipaksa masuk ke sebuah impeller. Daya dari luar diberikan
kepada poros pompa untuk memutar impeller yang ada berada dalam
cairan tadi. Apabila impeller berputar maka zat cair yang ada dalam
impeller akan ikut berputar akibat dorongan sudu – sudu pada impeller.
Karena timbul gaya sentrifugal maka zat cair mengalir dari tengah
impeller menuju keluar melalui saluran diantara sudu – sudu dengan
kecepatan tinggi. Zat cair yang meninggalkan impeller tersebut
dikumpulkan di dalam rumah pompa (casing) yang berbentuk spiral atau
biasanya disebut volut yang tugasnya mengumpulkan cairan dari
impeller dan mengarahkan ke discharge nozzel. Discharge nozzel
berbentuk seperti kerucut sehingga kecepatan aliran yang tinggi dari
impeller bertahap turun, kerucut ini disebut diffuser. Pada waktu
penurunan kecepatan di dalam diffuser energi kecepatan pada aliran

Are Maesha
17.10.002.21201.004 Page 5
cairan diubah menjadi energi tekan. Jadi impeller pompa berfungsi
memberikan kerja pada zat cair sehingga energi yang dikandungnya
akan menjadi lebih besar (Narsiwan, 2012).

Gambar 2.1. Bagian aliran fluida dalam pompa sentrifugal

2.2 Dasar Perhitungan Pompa


Dasar perhitungan yang digunakan untuk menganalisis data yang didapat,
adalah dengan menggunakan persamaan dibawah ini
1. Daya
Daya adalah kerja yang dilakukan per satuan waktu. Satuan daya adalah
HP atau watt.

a) Daya Hidrolik
Dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
p pompa  p.g .Q.H ( watt )
...(1)

b) Daya Listrik
plistrik  V .I .
..(2)

2. Tekanan
Tekanan yang diperoleh dari alat ukur manometer air raksa, yang dapat
dilhat pada Gambar 12, dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

Are Maesha
17.10.002.21201.004 Page 6
P1+γair.h1-γraksa.h2-γair.γh3=p2pl-p2= γair.(h3-h1)+ γraksa.h2
...(3)

3. Efisiensi pompa
p pompa
 X 100%
plistrik . ...(4)

2.3 Hukum Kesebangunan Pompa


Hukum ini dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik unjuk kerja
pompa, bila dioperasikan dengan kondisi yang berbeda, seperti jika salah satu
kecepatan atau diameter pompa dirubah. Hukum tersebut adalah :
Q1 Q h2 h
3
 13 2 2
 22 2
w1 D1 w1D1 ...(5) w1 D1 w2 D2
p1 p
35
 325
w D1 w2 D2
1

2.4 Operasi Pompa Seri dan Paralel


Pada suatu kondisi, dimana kapasitas atau head yang diperlukan tidak dapat
dicapai dengan satu pompa saja, maka selanjutnya dapat digunakan dua pompa
atau lebih untuk mencapai kondisi head dan kapasitas yang diperlukan, dengan
merangkai pompa tersebut secara seri maupun paralel. Gambar berikut ini
menunjukan kurva head – kapasitas dari pompa – pompa yang memiliki
karaktersitik yang sama (Nasirwan, 2008)

Are Maesha
17.10.002.21201.004 Page 7
Gambar 2.2.Operasi seri dan paralel pompa karakteristik sama

Pada kurva karakterisitik diatas menunjukan pompa yang dipasang secara


seri dan paralel. Dimana untuk pompa tunggal diberi tanda (1), pompa seri (2), dan
pompa paralel (3). Ditunjukan tiga buah kurva dari head-kapasitas sistem, yaitu

R1,R2, dan R3. Pada kurva R3, menunjukan tahanan yang lebih tinggi dibandingkan

dengan R1 dan R2. Jika sistem memiliki kurva head-kapasitas R3, maka titik kerja
pompa 1 akan terletak di D. Jika pompa disusun secara seri sehingga menghasilkan
kurva 2, maka titik kerjanya akan berpindah ke E yang tidak sama dengan dua kali
lipat head di D, karena ada perubahan yang berupa kenaikan kapasitas. Jika sistem

memiliki kurva head-kapasitas R1 maka titik kerja pompa 1 akan terletak di A.


Andaikan pompa disusun secara paralel sehingga menghasilkan kurva 3
maka titik kerjanya akan berpindah ke B, disini dapat terlihat bahwa kapasitas di
titik B tidak sama dengan dua kali lipat kapasitas pada titik A, karena ada
perubahan kenaikan head sistem. Andaikan sistem memiliki kurva karakteristik

seperti R2, maka laju aliran akan sama untuk susunan secara seri ataupun paralel.

Akan tetapi jika karakteristik sistem adalah R1 dan R3, maka akan diperlukan
pompa susunan seri atau paralel. Jadi rangkaian seri digunakan untuk menaikan
head, sedangkan paralel berguna untuk menaikan kapasitas aliran (Saksono, 2004).

Are Maesha
17.10.002.21201.004 Page 8
2.5 Pengukuran Tekanan
Tekanan adalah gaya yang bekerja persatuan luas. Tekanan didefinisikan
sebagai gaya yang diberikan oleh fluida pada tempat yang mewadahinya. Tekanan
mutlak adalah nilai mutlak tekanan yang bekerja pada wadah tersebut. Tekanan relatif
atau tekanan pengukuran adalah selisih antara tekanan mutlak dan tekanan atmosfir.
Beberapa peralatan yang sering digunakan untuk pengukuran tekanan adalah :

1. Manometer Tabung U
Manometer ini berbentuk pipa U yang diisi cairan setengahnya,
biasanya berisi air raksa, dimana pengukurannya dilakukan pada satu sisi
hisap, sementara tekanan yang mungkin terjadi karena tekanan atmosfir
diterapkan pada tabung lainnya. Perbedaan ketinggian cairan akan
memperlihatkan tekanan yang diterapkan.

Gambar 2.3. Manometer tabung U

2. Tabung Bourdon
Digunakan untuk mengukur tekanan gas yang sangat tinggi, misalnya
tekanan gas dalam ketel uap, juga uap dalam PLTU. Cara kerja manometer
ini didasari pada plat logam yang bergerak naik turun bila ada perubahan
tekanan. Gerak ujung plat logam diteruskan oleh jarum jam penunjuk skala.

Are Maesha
17.10.002.21201.004 Page 9
Gambar 2.4 Tabung Bourdon

2.6 Pengukuran Aliran


Pengukuran aliran adalah untuk mengukur laju aliran, massa laju aliran,
maupun volume aliran. Pemilihan alat ukur aliran tergantung pada ketelitian,
kemampuan pengukuran, harga, kemudahan pembacaan dan keawetan suatu alat ukur
tersebut. Alat ukur aliran fluida diantaranya :

1. Venturi meter
Venturi meter merupakan alat primer dari pengukuran aliran yang
berfungsi untuk mendapatkan beda tekanan. Sedangkan alat untuk
menunjukan besaran aliran fluda yang diukur atau alat sekundernya adalah
manometer pipa U. Venturi meter memiliki kerugian karena harganya yang
mahal, memerlukan ruangan yang besar dan rasio diameter throat-nya
dengan diameter pipa tidak dapat diubah, sulit dalam pemasangan karena
ukurannya yang panjang dan tidak tersedia pada ukuran pipa dibawah 6
inchi. Sedangkan kelebihannya yaitu dapat mengukur debit yang besar dan
jauh dari kemungkinan tersumbar kotoran.

Gambar 2.5. Venturi Meter

Are Maesha
17.10.002.21201.004 Page 10
2. Flow Nozzle
Flow Nozzle biasa digunakan untuk aliran fluida yang kecil. Flow
nozzle dipakai untuk fluida kecepatan tinggi pada temperatur tinggi. Alat ini
merupakan alat primer dari pengukuran aliran yang berfungsi untuk
mendapatkan beda tekanannya. Sedangkan alat untuk menunjukan besaran
aliran fluida yang diukur adalah berupa manometer. Pada flow nozzle
kecepatan bertambah dan tekanan semakin berkurang seperti dalam venturi
meter. Alat ukur ini tidak tersedia pada ukuran pipa dibawah 6 inchi dan
harganya yang mahal. Sedangkan kelebihannya yaitu dapat digunakan
untuk fluida yang mengandung padatan.

Gambar 2.6. Flow Nozzle

3. Float Variable Area Flowmeter


Didasarkan pada pelampung (float) yang berfungsi sebagai penghalang
aliran, pelampung tersebut akan melayang dalam suatu tabung yang
mempunyai luas penampang tidak konstan. Luas penampang tabung
berubah tergantung ketinggiannya (semakin tinggi semakin besar). Posisi
pelampung akan menyatakan harga aliran fluida yang mengenainya. Pada
posisi tersebut pada pelampung akan terjadi keseimbangan gaya, yaitu
keseimbangan antara berat pelampung dengan gaya tarik aliran yang
mengenainya dan gaya apung pelampung. Kelebihan alat ukur ini adalah
yakni biaya pengadaan awal yang rendah dan pressure drop rendah.
Sedangkan kekurangannya adalah harus dipasang secara vertikal dan secara
umum dibatasi pada pipa ukuran kecil (Dharma & Prasetyo, 2012).

Are Maesha
17.10.002.21201.004 Page 11
Gambar 2.7. Float Variable Area Flowmeter

2.7 Definisi Fluida


Fluida adalah suatu substansi atau zat yang mengalami deformasi
berkesinambungan jika dipengaruhi oleh gaya geser sekecil apapun. Sifat dari
fluida adalah tidak dapat menahan perubahan bentuk secara permanen, bila suatu
bentuk massa fluida akan diubah, maka di dalam fluida tersebut akan terbentuk
suatu lapisan-lapisan, dimana lapisan tersebut membentuk lapisan yang baru.
Fluida lebih mudah mengalir dikarenakan oleh ikatan molekul dalam fluida jauh
lebih kecil dari ikatan molekul dalam zat padat, yang mengakibatkan fluida
mempunyai hambatan yang relatif kecil pada perubahan bentuk karena gesekan.
Pada zat cair dan gas, zat cair tidak dapat mempertahankan bentuk yang
tetap, zat cair mengikuti bentuk wadahnya dan volumenya dapat diubah. Zat gas
tidak mempunyai bentuk, maupun volume yang tetap, gas akan berkembang
mengisi seluruh wadah. Karena suatu fase cair dan gas tidak dapat
mempertahankan suatu bentuk yang tetap, keduanya mempunyai kemampuan
untuk mengalir. Oleh karena itu zat cair dan gas sering secara kolektif disebut
sebagai fluida.
Fluida ada dua jenis yaitu fluida mampu mampat dan fluida yang tak mampu
mampat. Fluida mampu mampat adalah suatu fluida yang apabila diberi gaya
tekanan, maka volume dan suhunya akan mengalami perubahan. Salah satu contoh
fluida mampu mampat adalah gas, sementara itu fluida tak mampu mampat yakni
densitas fluida hanya sedikit terpengaruh oleh perubahan yang besar terhadap
tekanan dan suhu, contohnya adalah air (Rachman, 2018)

Are Maesha
17.10.002.21201.004 Page 12
2.8 Sifat Dasar Fluida
Untuk lebih memahami aliran fluida, maka harus mengetahui beberapa sifat-
sifat dasar pada fluida. Adapun sifat-sifat dasar dari fluida yang perlu diketahui
diantaranya yaitu kerapatan, tekanan dan kekentalan (Marbun & Hazwi, 2013).

1. Kerapatan
Kerapatan ( density ) dapat diartikan sebagai ukuran konsentrasi suatu zat yang
dinyatakan dalam massa per satuan volume. Pada volume fluida yang tetap,
massa jenis suatu fluida tetap tidak berubah, dapat dirumuskan sebagai berikut :
m

 ...(6)

Massa jenis fluida bervariasi tergantung dari jenis fluida tersebut. Pada kondisi
atmosfer, massa jenis air adalah 1000 kg/m³, massa jenis udara adalah 1,22
kg/m³. Untuk beberapa fluida, massa jenisnya tergantung pada tekanan dan
temperatur dari fluida tersebut, khusus untuk fluida gas, perubahan keduanya
akan sangat mempengaruhi massa jenis gas.
Sedangkan pada fluida cair, pengaruh keduanya kecil. Properti fluida yang lain
yang berhubungan langsung dengan massa jenis adalah volume jenis, berat
jenis dan spesific gravity. Volume jenis merupakan kebalikan dari massa jenis
yakni volume fluida dibagi dengan massanya. Sedangkan berat jenis adalah
massa jenis fluida yang dikalikan dengan percepatan gravitasi atau berat fluida
per satuan volume (Sularso, 1994).
Adapun untuk spesific gravity ialah perbandingan antara massa jenis fluida
dengan massa jenis air. Pada kondisi standar ( 4ᵒ C, 1 atm ) massa jenis air
adalah ρ = 1000 kg/m³ (Olson, 1990).

S
 ...(7)

Are Maesha
17.10.002.21201.004 Page 13
2. Tekanan
Jika permukaan suatu zat menerima gaya-gaya luar maka pada bagian
permukaan zat yang menerima gaya tegak lurus akan mengalami tekanan. Bila
gaya yang tegak lurus terhadap permukaan dibagi dengan luasan permukaan
disebut dengan tekanan, dapat dirumuskan sebagai berikut
F
P
A ...(8)

Perlu diketahui dalam termodinamika, tekanan secara umum dinyatakan dalam


harga absolutnya. Tekanan absolut tergantung pada tekanan pengukuran sistem.
Bila tekanan pengukuran sistem diatas tekanan atmosfer (Saputra & Ramelan,
2018) .
Maka dapat dirumuskan :
Pabs  pgauge  patm
..(9)

Sedangkan, bila tekanan pengukuran dibawah tekanan atmosfer, maka dapat


dirumuskan :
pabs  patm  pgauge

3. Kekentalan
Kekentalan atau viskositas merupakan sifat fluida yang menunjukan
kemampuan fluida untuk mengalir. Fluida dengan viskositas yang besar lebih
sulit untuk mengalir dibandingkan dengan fluida dengan viskositas yang kecil.
Viskositas suatu fluida bergantung pada temperatur. Fluida memiliki viskositas
yang besar pada temperatur yang tinggi, hal ini berkebalikan dengan fluida cair,
dimana dengan kenaikan temperatur, viskositas zat cair itu semakin
kecil.Viskositas dibagi menjadi dua yaitu :

1. Viskositas dinamik
Viskositas dinamik adalah sifat fluida yang menghubungkan tegangan
geser dengan gerakan fluida, dirumuskan dengan :

Are Maesha
17.10.002.21201.004 Page 14


du / dy ...(10)

2. Viskositas kinematic
Viskositas kinematik adalah perbandingan antara viskositas dinamik
dengan kerapatan fluida, dapat dirumuskan dengan :


 ...(11)

2.9 Aliran Fluida


1. Klasifikasi aliran
Secara garis besar jenis aliran dapat dikelompokan menjadi sebagai berikut :
(Olson, 1990)

a. Aliran Tunak
aliran tunak yaitu suatu aliran dimana kecepatannya tidak dipengaruhi oleh
perubahan waktu, sehingga untuk kecepatan konstan pada setiap titik ( tidak
memiliki percepatan ).

b. Aliran Tidak Tunak


Aliran tidak tunak yakni suatu aliran dimana terjadi perubahan kecepatan
terhadap waktu.

2. Tipe-tipe aliran
Kondisi aliran fluida sangat bergantung dari kecepatan aliran fluida, semakin
tinggi kecepatan akan mempengaruhi pola aliran, kondisi aliran akan berubah
dari laminar menjadi turbulen. Besaran yang dapat menghubungkan antara
kecepatan aliran, kondisi fluida dan kondisi penampang diameter pipa adalah
angka Reynolds (Saleh & Widodo, 2019)

Are Maesha
17.10.002.21201.004 Page 15
vDp
Re 
 ...(12)

a. Aliran laminar
Aliran laminar adalah aliran fluida yang bergerak dalam lapisan-lapisan
dengan satu lapisan meluncur dengan lancar. Aliran laminar memiliki
kisaran nilai bilangan Renold kurang dari 2300 ( Re < 2300 ).
b. Aliran Turbulen
Aliran turbulen adalah aliran dimana pergerakan dari partikel-partikel suatu
fluida tidak menentu karena mengalami percampuran serta putaran partikel
antar lapisan, yang kemudian mengakibatkan saling tukar momentum dari
suatu bagian fluida ke bagian fluida yang lainnya dalam skala yang besar.
Nilai bilangan Reynoldnya lebih besar dari 4000 ( Re > 4000 ).
c. Aliran Transisi
Aliran transisi adalah aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran
turbulen. Keadaan peralihan ini tergantung pada viskositas suatu fluida,
kecepatan fluida dan hal-hal lain yang berkaitan dengan geometri aliran,
dimana aliran ini memiliki nilai bilangan Reynold antara 2300 sampai
4000 ( 2300<Re<4000).

2.10 Head
Head adalah suatu benrtuk energi yang dinyatakan dalam suatu panjang (M)

ʋ²
dalam SI. Head terdiri dari head ketinggian (Z), head kecepatan ( ), dan head
2g

ρ
tekanan ( ). Head ketinggian menyatakan energi potensial yang dibutuhkan untuk
ρg
mengangkat air setinggi (m) kolom air, head kecepatan menyatakan energi kinetik
yang dibutuhkan untuk mengalirkan air setinggi (m) kolom air, sedangkan head

Are Maesha
17.10.002.21201.004 Page 16
tekanan adalah suatu energi aliran dari (m) kolom air yang memiliki berat sama
dengan tekanan dari kolom (m) air tersebut (Muliawan & Yani, 2018)
1. Head Total Pompa
Head total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan jumlah air
seperti yang direncanakan, dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang akan
dilayani oleh pompa tersebut. Head total pompa dapat dirumuskan sebagai
berikut :
2
H  ha  hp  h1 
2g ...(13)

Gambar 2.8. Instalasi pompa dan head total

Dalam hal pompa menerima energi dari aliran yang masuk ke sisi isapnya,
seperti pada pompa penguat atau pompa booster, maka head total pompa
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
1 2
H  ha  hp  ( d  s2 )
2g ...(14)
Apabila permukaan air yang berubah-ubah dengan perbedaan yang besar,
maka head statis total harus ditentukan dengan mempertimbangkan
karakteristik pompa, besarnya adalah selisih perubahan permukaan air, dan
dasar yang dipakai untuk menentukan jumlah air yang harus dipompa.
Hubungan antara tekanan dan head tekanan dapat dirumuskan :

Are Maesha
17.10.002.21201.004 Page 17

h 
air ..(15)
2. Head Kerugian ( Head Loss )
Head kerugian adalah head untuk mengatasi kerugian-kerugian yang terdiri dari
kerugian gesek aliran dalam pipa, dan head kerugian di dalam belokan,
percabangan dan perkatupan (Helmizar, 2010)

a. Kerugian Mayor
Kerugian dalam pipa atau bisa disebut major losses adalah kerugian yang
disebabkan oleh gesekan aliran di sepanjang pipa. Untuk menghitung
kerugian gesek dapat dirumuskan sebagai berikut (Fox dan Mc Donald,
1995) :
Lv 2
hf  f 2
D g ...(16)

3. Head Kerugian ( Head Loss ).


Pada saat aliran fluida mengalami gangguan aliran yang menyebabkan
kurangnya energi aliran, hal ini dapat disebut sebagai head kerugian dalam jalur
pipa. Secara umum dapat dirumuskan (Supardi, 2015) sebagai berikut :
v2
hf  f
2g ...(17)
a. Pada belokan ( elbow )
Pada belokan lengkung koefisien kerugian dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
 D  
f  0,131  1,847( )3,5  ( ) 0,5
 2 R  90
Sementara itu, untuk belokan patah dapat dirumuskan sebagai berikut :
 
f  0,946sin 2  0, 247 sin 4
2 2

Are Maesha
17.10.002.21201.004 Page 18
b. Pada perkatupan sepanjang jalur pipa
Pemasangan katup atau biasa disebut valve merupakan suatu hal yang sangat
penting untuk mengontrol kapasitas fluida, akan tetapi dengan pemasangan
katup tersebut akan mengakibatkan kerugian energi aliran, hal ini
dikarenakan aliran tercekik. Adapun rumus yang digunakan untuk
menghitung kerugian head karena pemasangan katup (Saleh & Widodo,
2019) adalah sebagi berikut :
v2
H v  fv
2g

2.11 Hukum Bernoulli


Sejumlah fluida mengalir di dalam pipa dari titik 1 menuju titik 2. Titik 1 lebih
rendah dari pada titik 2, dan ini berarti energi potensial di titik 1 lebih kecil dari pada
energy potensial di titik 2. Luas penampang 1 lebih besar dari pada luas penampang
2. Menurut persamaan kontinuitas (Av = konstan), kecepatan fluida di 2 lebih besar
dari pada di 1, dan ini berarti bahwa energi kinetik fluida di 1 lebih kecil dari pada
energi kinetik fluida di 2. Jumlah energi potensial dan energi kinetik dan energi
kinetik adalah energi mekanik. Dengan demikian, energi mekanik fluida di 1 lebih
kecil dari pada energi mekanik fluida di 2. (Akerlof, 1970)
Menurut teori ini, fluida dapat berpindah dari 1 ke 2. Usaha adalah gaya kali

perpindahan (W = FΔs ). Agar usaha W positif, beda gaya


f  F1  F2 haruslah

positif. Gaya adalah tekanan kali luas penampang (F = pA), ehingga agar beda gaya

F  P1 A1  P2 A2 haruslah positif. Dari sinilah bernoulli menemukan besarannketiga

yang berhubungan dengan usaha positif yang dilakkan fluida, yaitu tekanan p
sehingga flida dapat berpindah dari 1 ke 2 walaupun energi mekanik di 1 lebih kecil
dari pada energi mekanik di 2.

Are Maesha
17.10.002.21201.004 Page 19
Gambar 2.9. Aliran Bernouli

Untuk menurunkan persamaan Bernoulli, perhatikan gambar 2.9 Gambar


tersebut menunjukkan sejumlah flida dengan massa m, menaiki sebuah pipa.
Sebagaimana kita ketahui, sebuah benda yang bergerak di bahwa pengaruh gravitasi
memiliki energy mekanik yang merupakan jumlah dari energi potensial dan energi

1 2
E  Ek  EP  mv  mgh
kinetik. 2 . Ketika kerja W dikerjakan pada fluida oleh gaya
eksternal nonkonservatif, energi mekanik total berubah. Sesuai dengan teorema kerja-
energi, kerja sama dengan perubahan energi mekanik,
1  1 
W  E1  E1   mv22  mgh2    mv12  mgh1 
2  2 
Gambar 2.9 , (elemen air tengah) dapat memantu kita memahami bagaimana
kerja W meningkat. Pada bagian atas permukaan elemen fluida, fluida di sekitarnya
memberikan gaya P. Tekanan tersebut menghasilkan gaya sebesar F = PA, dengan A
luas permukaan. Pada permukaan bagian bawah elemen fluida, fluida di sekitarnya
memberikan tekanan yang sedikit lebih besar, P  P , dengan ΔP adalah perbedaan
tekanan antara ujung elemen fluida. Hasilnya, gaya pada permukaan atas elemen

memiliki besar F  F  ( P  P ) A . Besar gaya netto yag mendorong elemen fluida


ke atas pipa adalah F  PA . Ketika elemen fluida bergerak sejauh panjangnya

Are Maesha
17.10.002.21201.004 Page 20
sendiri, yakni sejauh s, kerja yang dilakukan adalah hasil kali antara besar gaya netto

 W   P  AS
dengan jaraknya: Kerja .
Besaran As adalah volume dari elemen fluida, sehingga kerjanya sama dengan

 P  V . Kerja total yang dilakukan pada fluida agar elemen fluida bergerak dari

W   P2  P2  V P2  P1 adalah perbedaan
bagian 1 ke bagian 2 adalah , dengan
tekanan antara dua daerah. Dari sini kita peroleh,
1  1 
P1   mv12  mgh1   P2   mv22  mgh2 
2  2 
1  1 
W   P1  P2  V   mv22  mgh2    mv12  mgh1 
2  2 
Membagi kedua ruas dengan V, dan menghasilkan m/V sebagai massa jenis fluida,
dan menyusunnya ulang kita peroleh,

1 2  1 
 mv2  mgh2   mv12  mgh1 
 P1  P2  V   2 2 
V V V

 P1  P2     1 m 2 m 
1m 2 m
v2  gh2    v1  gh1 
2V V  2V V 

 P1  P2     1 
1 2
v2  gh2    v12  gh1 
2  2 
1  1 
P1   v12  gh1   P2   v22  gh2 
2  2 

Are Maesha
17.10.002.21201.004 Page 21
BAB III
DATA DAN ANALISA

3.1 Data Hasil Percobaan


Dalam pengujian pompa 1, pompa dihidupkan, setelah itu katup 3 di buka katup
1, 2, 4 dan 5 ditutup maka didapatkan ketinggian maksimal 52 cm setelah itu untuk
mencari tekanan pompa dan waktu untuk mengisi debit air 300 ml maka kita buka
katup 5 setelah itu kita turunkan sekitar sekitar 5 cm dari ketinggian maksimal dan
menghailkan tekanan pompa 0,5 (l/mnt), dan waktu yang dibutuhkan untuk mengisi
300 ml air dibutuhkan 27,6 detik. Berikut adalah data hasil pengujian yang telah
dilakukan.

Tabel 3.1 Data Pengujian Pompa 1


pompa 1
N
H P (l/mnt) Vol (ml) t
o
5
1 0 0 0
2
4
2 0,5 300 27,6
7
4
3 0,6 300 15,89
2
3
4 0,7 300 11,2
7
3
5 0,8 300 8,17
2
2
6 1,1 300 6,41
7
2
7 1,2 300 4,96
2

Dalam pengujian pompa 2, pompa dihidupkan, setelah itu katup 1 dan 4 di buka
katup 2, 3 dan 5 ditutup maka didapatkan ketinggian maksimal 45 cm setelah itu
untuk mencari tekanan pompa dan waktu untuk mengisi debit air 300 ml maka kita
buka katup 5 setelah itu kita turunkan sekitar sekitar 5 cm dari ketinggian maksimal

Are Maesha
17.10.002.21201.004 Page 22
dan menghailkan tekanan pompa 0,5 (l/mnt), dan waktu yang dibutuhkan untuk
mengisi 300 ml air dibutuhkan 27,5 detik. Berikut adalah data hasil pengujian yang
telah dilakukan.

Tabel 3.2 Data Pengujian Pompa 2


Pompa 2
N
H P (l/mnt) Vol (ml) t
o
4
1 0 0 0
5
4
2 0,5 300 27,5
0
3
3 0,7 300 14,74
5
3
4 0,9 300 10,2
0
2
5 1,1 300 7,63
5
2
6 1,2 300 6,2
0

Dalam pengujian pompa seri , hidupkan 2 pompa , setelah itu katup 2 dan 4 di
buka katup 1, 3, dan 5 ditutup maka didapatkan ketinggian maksimal 123 cm setelah
itu untuk mencari tekanan pompa dan waktu untuk mengisi debit air 300 ml maka
kita buka katup 5 kita turunkan sekitar 5 cm dari ketinggian maksimal dan
menghailkan tekanan pompa 0,5 (l/mnt), dan waktu yang dibutuhkan untuk mengisi
300 ml air dibutuhkan 52,67 detik. Berikut adalah data hasil pengujian pompa seri
yang telah dilakukan

Tabel 3.3 Data Pengujian Pompa Seri


Pompa Seri
N
H P (l/mnt) Vol (ml) t
o
1 12 0 0 0

Are Maesha
17.10.002.21201.004 Page 23
3
11
2 0,5 300 52,67
8
11
3 0,5 300 26,57
3
10
4 0,5 300 20,87
8
10
5 0,5 300 17,78
3
6 98 0,6 300 14,39
7 93 0,7 300 12,86
8 88 0,8 300 11,48
9 83 0,9 300 10,08
10 78 1 300 9,03
11 73 1,1 300 8,44
12 68 1,2 300 7,26
13 63 1,3 300 6,29
14 58 1,4 300 4,18
15 53 1,5 300 3,8
16 48 1,6 300 2,82
17 43 1,7 300 2,03
18 38 1,8 300 1,7

Dalam pengujian pompa paralel , dihidupkan 2 pompa , setelah itu katup 1, 3


dan 4 di buka katup 2 dan 5 ditutup maka didapatkan ketinggian maksimal 49
cm setelah itu untuk mencari tekanan pompa dan waktu untuk mengisi debit air 300
ml maka kita buka katup 5 setelah itu kita turunkan sekitar sekitar 5 cm dari
ketinggian maksimal dan menghailkan tekanan pompa 1,3 (l/mnt), dan waktu yang
dibutuhkan untuk mengisi 300 ml air dibutuhkan 7,05 detik. Berikut adalah data hasil
pengujian yang telah dilakukan.

Tabel 3.4 Data Pengujian Pompa Paralel


Pompa Paralel
No H p(l/menit) Vol (ml) t
4
1 0 0 0
9
4
2 1.3 300 7,05
5

Are Maesha
17.10.002.21201.004 Page 24
4
3 1,4 300 6,8
1
3
4 1,5 300 5,43
7
3
5 1,6 300 4,85
3
2
6 1,7 300 4,09
9
2
7 1,8 300 3,76
5

3.2 Grafik Pengujian

Pompa 1
100
80 34.59
Waktu (t)
60 15.89
052 47 11.2 Ketinggian (H)
40 42 37 8.17
32 6.41
27 4.96
22
20
0
1 2 3 4 5 6 7

Grafik 3.1 Pengujian Pompa 1

Are Maesha
17.10.002.21201.004 Page 25
Pompa 2
80
70 27.5
60
Waktu (t)
50 14.74
0
45 Ketinggian (H)
40 40 10.2
35 7.63
30 30 6.2
25
20 20
10
0
1 2 3 4 5 6

Grafik 3.2 Pengujian Pompa 2

Pompa Seri
180
52.67
160
140 26.57
20.87
120 0123118 17.78
113108 14.39 Waktu (t)
100 10398 12.86
11.48
93 88 10.08 Ketinggian (H)
80 83 9.03
78 8.44
73 7.26
68 6.29
60 63 4.18
58 3.8
53 2.82
48 2.03
40 43 1.7
38
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Grafik 3.3 Pengujian Pompa Seri

Are Maesha
17.10.002.21201.004 Page 26
Pompa Paralel
60
10.48
50 048
43 4.78
40 38
2.42
Waktu (t)
33 Ketinggian (H)
30

20

10

0
1 2 3 4

Grafik 3.4 Pengujian Pompa Paralel

Are Maesha
17.10.002.21201.004 Page 27
Grafik Gabungan
140

120 123
118
113
108
100 103
98 Pompa 1
93
88
83 Pompa 2
80 78
73
68
Pompa seri
Axis Title 63
60 58 Pompa Paralel
52 53
48
4547 48
40 4342
403837 43
353332 38
30 27
25 22
20 20

0
1 2 3 4 5 6 7

Grafik 3.4 Pengujian Gabungan Pompa 1,2,Seri dan Paralel

3.3 Pengolahan Data

Are Maesha
17.10.002.21201.004 Page 28

Anda mungkin juga menyukai