Anda di halaman 1dari 29

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pompa Air


2.1.1 Penjelasan Pompa
Pompa merupakan suatu alat yang digunakan untuk memberikan energi
kinetik atau energi potensial pada fluida non compressible (cairan) sehingga fluida
tersebut dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain.

Gambar 2.1 Skema Pompa Dinamik

Setiap pompa memiliki karakteristik sendiri tergantung pada desain dari


pompa tersebut, Berdasarkan prinsip kerjanya pompa terbagi atas dua jenis :
1. Positive Displacement Pump
Pada pompa Positive displacement, aliran fluida didasarkan atas mekanisme
penghisapan dan kempa/desak. Contoh pompa ini adalah pompa ulir, pompa
roda gigi, pompa torak dan lain-lain. Pompa jenis ini dapat digunakan untuk
mengalirkan fluida dengan viskositas yang relatif besar. Salah satu jenis
pompa ini yang banyak digunakan adalah pompa roda gigi.

Q=n.V
….……………...…(2.1)
Dimana: Q = Debit Aliran (L/Min)
n = Putaran Mesin (Rpm)
V = Volume yang dipindahkan (cm3/rpm)
2. Dynamic Pump
Pada pompa dinamik, energi ditambahkan pada fluida dengan cara
melewatkan fluida pada sudu yang berputar cepat. Contoh pompa ini adalah
pompa radial/sentrifugal, pompa aksial. Pada pompa sentrifugal energi yang
ditambahkan pada fluida tergantung pada sudu dari impeller. Kecepatan yang
keluar tersebut merupakan kecepatan absolut dengan komponen kecepatan
putar (tangensial) dan kecepatan yang mengikuti impeller (relatif). Kecepatan
fluida ini kemudian berkurang dan menjadi tinggi kenaikan (H) disudu
pengarah atau pada rumah spiral pompa.

2.1.2 Cara Kerja Pompa sentrifugal


Head yang dihasilkan pada persamaan merupakan head teoritis, dimana sudu
pada impeller dianggap jumlahnya tak berhingga dan tebal sudu adalah nol. Pada
keadaan sesungguhnya terjadi berbagai kerugian-kerugian antara lain adanya
kerugian hidrolis akibat gesekan, arus steady dari aliran fluida pada casing dan
volume juga adanya shock pada saat fluida meninggalkan pompa.
Spesifikasi alat uji:
1. Pompa
Tegangan = 220 V / 50 Hz
Arus Masukan = 1,5 A
Kapasitor = 8 mf / 450 V
Temperatur air masuk = 40ºC
Head (m) = 10 │15│ 25
Kapasitas (LPM) = 24 │19│ 10
Panjang pipa (m) =9
Pipa hisap & dorong = 1” (25 mm)
2. Motor listrik
Pembuat = Tabung 3 Phase 220 – 380 V
Daya = 2,2 kW
Putaran = 600 – 1200 rpm
Pompa sentrifugal mempunyai impeller untuk mengangkat zat cair/fluida dari
tempat yang lebih rendah ketempat yang lebih tinggi. Daya dari luar diberikan kepda
poros pompa untuk memutar impeller di dalam zat cair atau fluida, maka zat
cair/fluida yang ada di impeller, oleh dorongan sudu-sudu ikut berputar. Karena
timbul gaya sentrifugal maka zat cair mengalir dari tengah-tengah impeller ke luar
melalui saluran di antara sudu-sudu. Di sini head tekan zat cair menjadi lebih tinggi,
demikian pula head kecepatannya bertambah besar karena zat cair mengalami
percepatan.
Jadi impeller pompa berfungsi memeberikan kerja kepada zat cair/fluida
sehinnga energi yang terkandung menjadi bertambah besar. Selisih energi persatuan
berat atau head total cat cair/fluida antara saluran hisap dan saluran keluar pompa
disebut head total pompa. Dari uraian di atas jelas bahwa pompa sentrifugal dapat
mengubah energi mekanik dalam bentuk kerja poros menjadi energi fluida.
Energifranc inilah yang menyebabkan pertahanan head tekanan, head kecepatan dan
head potensial pada zat cair yang mengalir secara kontinyu.
2.1.3 Penjelasan Rangkaian

Gambar 2.2 Rangkaian Pompa Secara Seri


1. Penjelasan Rangkaian Pompa secara seri
Pada hubungan seri, setealah zat cair melalui sebuah pompa 1, zat cair itu
dibawa Kembali ke pompa berikutnya. Dari pompa 1 diteruskan ke pompa 2
dengan menutup kran pada discharge pada pompa 1 dan menutup kran suction
pada pompa 2. Dalam pemasangan secara seri head yang dihasilkan akan lebih
besar, head pompa 1 ditambah head pompa 2, namun dengan debit aliran
fluida yang kecil (pompa2).
Gambar 2.3 Rangkaian Pompa Secara Pararel
2. Penjelasan Rangkaian Pompa Secara Paralel
Pada hubungan pararel pada pompa, 2 buah pompa dihubungkan pada
saluran ke output yang sama. Untuk menjaga agar jangan sampai sebuah
pompa mengempa Kembali zat cair kedalam saluran isap.

2.1.4 Standar API 610


Standar untuk pompa sentrifugal diatur oleh API (American Petroleum
Institute) dalam API 610, Centrifugal Pumps for Petroleum, Petrochemical and
Natural Gas Industries atau ISO 13709. Pada API 610, pompa sentrifugal terbagi ke
dalam 3 jenis yaitu:
1. Overhung Pump
Pompa dengan posisi impeller tergantung di satu sisi (overhanging).
Pompa jenis ini untuk aplikasi low-medium capacity dan low-medium
head.
2. Between Bearing Pump
Pompa dengan posisi impeller berada di antara bearing. Pompa jenis ini
untuk aplikasi medium-high capacity dan medium-high head.
3. Vertically Suspended Pump

Pompa dengan posisi impeller tergantung secara vertical. Pompa jenis ini
untuk aplikasi medium-high capacity dan low head.

2.1.5 NPSHr, NPSHa, NPSH, dan kavitasi


1. NPSHr (Net Positive Suction Head Available required)
NPSHr yang diperlukan adalah NPSH minimum yang dibutuhkan untuk
membiarkan pompa bekerja tanpa kavitasi. Besarnya NPSH yang diperlukan
berbeda untuk setiap pompa. Untuk suatu pompa tertentu NPSH yang
diperlukan berubah menurut kapasitas dan putarannya. NPSH yang diperlukan
harus diperoleh dari pabrik pompa yang bersangkutan. Namun untuk
perkiraan secara kasar, NPSH yang diperlukan dapat dihitung dari konstanta
kavitasi σ.
2. NPSHa (Net Postitve Head Available)
NPSHa yang tersedia adalah head yang dimiliki zat cair pada sisi isap pompa
dikurangi dengan tekanan uap jenuh zat cair ditempat tersebut. NPSH yang
tersedia tergantung pada tekanan atmosfer atau tekanan absolut pada
permukaan zat cair dan kondisi instalasinya.
3. NPSH (Net Postive Head)
NPSH yaitu kavitasi akan terjadi bila tekanan statis zat cair turun sampai
dibawah tekanan uap jenuhnya. Agar dalam system pemompaan tidak terjadi
kavitasi, harus diusahakan agar tidak ada satu bagianpun dari aliran pada
pompa yang mempunyai tekanan statis lebih rendah dari tekanan uap jenuh
cairan pada temperature yang bersangkutan.
4. Kavitasi
Kavitasi adalah gejala menguapnya zat cair yang sedang mengalir, karena
tekanannya turun sampai dibawah tekanan uap jenuhnya. Ketika zat cair
terhisap pada sisi isap pompa, tekanan pada permukaan zat cair akan turun,
Bila tekanannya turun sampai pada tekanan uap jenuhnya, maka cairan akan
menguap dan membentuk gelembung uap. Selama bergerak sepanjang
impeler, kenaikan tekanan akan menyebabkan gelembung uap pecah dan
menumbuk permukaan pompa. Fenomena ini dinamakan kavitasi.

2.1.6 Penerapan Pompa


Adapun pengaplikasian dari pompa dalam kehidupan sehari-hari secara umum
adalah sebagai berikut :
1. Pompa sumur air
2. Pompa air untuk irigasi
3. Pompa distribusi air
4. Pompa sambungan air, dan lain-lain
Dalam kehidupan sehari-hari pompa banyak memberikan berbagai manfaat
besar bagi manusia, terutama pada bidang industri. Secara umum pompa digunakan
untuk kepentingan pemindahan fluida dari satu tempat ke tempat yang lainnnya.
Berikut ini beberapa contoh lain pemanfaatan pompa dibilang industri, diantaranya:
1. Dibidang industri kimia, diantaranya adalah pompa kimia, pompa pencampur,
pompa proses, dan lain-lain.
2. Dibidang instalasi pembangkit tenaga dan instalasi pemanas , diantaranya
adalah pompa air pengisi ketel, pompa air pendingin, pompa reactor, pompa
untuk mengedarkan fluida pemanas dan lain-lain.
3. Pada bidang perkapalan digunakan pompa pengisi untuk mengosongkan dan
mengisi minyak pada kapal tanker, pompa kapal dan lain-lain.

2.2 Turbin Air


2.2.1 Penjelasan Turbin Air

Turbin air dikembangkan pada abad 19 dan digunakan secara luas untuk
listrik. Turbin kini dimanfaatkan secara luas dan merupakan sumber energi yang
dapat diperbaharukan. turbin air berperan untuk mengubah energi air (energi
potensial, tekanan dan energi kinetik) menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran
poros. Putaran porosturbin ini akan diubah oleh generator menjadi tenaga listrik.

2.2.2 Klasifikasi Turbin Air


Berikut merupakan jenis-jenis klasifikasi dari turbin air:
1. Turbin Impuls (Cross-Flow, Pelton & Turgo)
Untuk jenis ini, tekanan pada setiap sisi sudu geraknya lrunnernya - bagian
turbin yang berputar - sama.
2. Turbin Reaksi ( Francis, Kaplan / propeller)
Daerah aplikasi berbagai jenis turbin air relatif spesifik. Pada beberapa daerah
operasi memungkinkan digunakan beberapa jenis turbin. Pemilihan jenis
turbin pada daerah operasi yang overlaping ini memerlukan perhitungan yang
lebih mendalam. Pada dasarnya daerah kerja operasi turbin menurut Keller
dikelompokkan menjadi:
Low head powerplant: dengan tinggi jatuhan air (head) :S 10 M3
Medium head power plant:: dengan tinggi jatuhan antara low head dan high-
head High head power plant: dengan tinggi jatuhan air yang memenuhi
persamaan
H ≥ 100 (Q)0-113
dimana, H =head, m Q = desain debit, m 31s
Secara umum hasil survey lapangan mendapatkan potensi pengembangan
PLTMH dengan tinggi jatuhan (head) 6 - 60 m.

Tabel 2.1 Daerah Operasi Turbin


Jenis Turbin Variasi Head, m

Kaplan dan Propeller 2 < H < 20

Francis 10 < H < 350

Pelton 50 < H < 1000

Crossflow 6 < H < 100

Turgo 50 < H < 250

2.2.3 Berdasarkan Model Aliran Air Masuk Runner


Berdasaran model aliran air masuk runner, maka turbin air dapat dibagi
menjadi tiga tipe yaitu :
1. Turbin Aliran Tangensial
Pada kelompok turbin ini posisi air masuk runner dengan arah tangensial atau
tegak lurus dengan poros runner mengakibatkan runner berputar, contohnya
Turbin Pelton dan Turbin Crossflow.

Gambar 2.4 Turbin Aliran Tangensial


2. Turbin Aliran Aksial
Pada turbin ini air masuk runner dan keluar runner sejajar dengan poros
runner, Turbin Kaplan atau Propeller adalah salah satu contoh dari tip
Gambar 2.5 Turbin Aliran Aksial

3. Turbin Aliran Aksial – Radial


Pada turbin ini air masuk ke dalam runner secara radial dan keluar runner
secara aksial sejajar dengan poros. Turbin Francis adalah termasuk dari jenis
turbin ini.

Gambar 2.6 Turbin Aksial – Radial


2.2.4 Standar ASME PTC 18
ASME adalah American Society of Mechanical Engineer, yaitu suatu
perkumpulan standard oleh para ahli teknik mesin di Amerika untuk berbagai bidang
di seputar mechanical engineering. PTC adalah power test code, yaitu standard di
bidang energi dan salah satunya adalah steam generator atau boiler Sebenarnya
ASME adalah produk turunannya. Induk standar di Amerika adalah ASTM
(American Standard Testing and Material) dan memiliki 3 turunan standard yaitu :
1. ASM (Americal Standard Material) kemudian memiliki turunan lagi yaitu
AISI(American Iron and Steel Institute)
2. ASME (American Society of Mechanical Engineer) kemudian memiliki
turunan lagi yaitu SAE (Society of Automotive Engineer) dan PTC (Power
Test Code)
3. API (American Petroleum Institute) kemudian memiliki turunan lagi yaitu
RBI(Risk Based Inspection)
Sehingga pada dasarnya ASME PTC 18 merupakan standar pengetestan yang
dilakukan oleh American Society of Mechanical Engineer yang terdapat pada dunia
tehnik lalu PTC 18 merupakan kode dari pengetesan tersebut yang mana PTC 18
berfokus pada pengujian Hydraulic Turbines and Pump Turbines.

2.2.5 Pengaplikasian Turbin Air


Berikut merupakan contoh pengaplikasian dari tubin air, diantaranya:
1. Pompa Air
Jarang yang tahu bahwa beberapa tipe pompa air dapat diaplikasikan sebagai
turbin air. Biasanya pompa digerakkan oleh motor listrik untuk menaikkan
sejumlah air sampai ketinggian tertentu. Pada aplikasi sebagai turbin prinsip
kerja pompa di balik, yaitu diberi jatuhan air dari ketinggian tertentu untuk
memutar impeler pompa. Putaran impeler ini akan diteruskan untuk memutar
generator kelebihan aplikasi pompa sebagai turbin air adalah : sebagai produk
industri yang massal pompa mudah diperoleh dengan berbagai vasiasi head –
flow, tersedia dalam berbagai tipe dan ukuran, mudah dalam instalasinya,
harga relatif murah, dan suku cadang mudah diperoleh.
2. Kincir Air
Ribuan tahun yang lalu, manusia telah menemukan manfaat dari air yang
mengalir. Dari pemanfaatan air yang sangat sederhana seperti penggunaan
arus sungai untuk trasportasi, manusia terus mengembangkan cara- cara untuk
menagkap energi air yang mengalir. Energi tersebut dapat dikonversikan
menjadi energi mekanik. Hal ini dapat dilakukan dengan kincir atau turbin air
dengan generator listrik. Dalam skala besar prinsip ini diterapkan pada sungai
besar dengan membuat bendungan untuk pembangkit listrik tenaga air.
Pemanfaatan energi air dalam skala kecil dapat berupa penerapan kincir air
dan turbin. Dikenal ada tiga jenis kincir air berdasarkan sistem aliran airnya,
yaitu overshot, breast-shot, dan under-shot. Pada kincir overshot, air melalui
atas kincir dan kincir berada di bawah aliran air. Air memutar kincir dan air
jatuh ke permukaan lebih rendah. Pada kincir breast-shot, kincir diletakkan
sejajar dengan aliran air sehingga air mengalir melalui tengah-tengah kincir.
3. PLTA (Pembangkit Listik Tenaga Air)
PLTA memanfaatkan aliran air untuk dapat memutar turbin. Mekanisme kerja
PLTA cukup sederhana, yaitu memanfaatkan energi potensial dan kinetik air
untuk menghasilkan putaran pada turbin. Air dikumpulkan pada suatu area
(reservoir) yang berada pada ketinggian tertentu. Turbin yang menjadi
komponen utama untuk menghasilkan energi listrik terletak di dalam
bangunan powerhouse yang berada pada ketinggian yang lebih rendah dari
reservoir. Saluran air (penstock) menghubungkan reservoir dengan
powerhouse. Adanya perbedaan ketinggian antara reservoir dan powerhouse
memungkinkan air mengalir di dalam saluran air dari reservoir menuju
powerhouse. Di dalam powerhouse, aliran air dari reservoir tadi
memungkinkan turbin air yang telah terhubung ke generator untuk berputar,
listrik pun dapat dihasilkan. Setidaknya terdapat tiga proses konversi energi
pada PLTA. Proses konversi energi dimulai dari energi potensial
(berhubungan dengan ketinggian) dari air pada reservoir yang berubah
menjadi energi kinetik translasi (berhubungan dengan perpindahan) saat air
bergerak menuju powerhouse dalam saluran air. Kemudian energi kinetik
translasi dikonversi menjadi energi kinetik rotasi (berhubungan dengan
putaran) saat turbin berputar akibat dari pergerakan aliran air.
2.3 Refrigerator
2.3.1 Penjelasan Tentang Refrigerator
Refrigerator merupakan suatu alat yang dirancang untuk mendinginkan suatu
ruang atau media yang berada di dalamnya. Refrigerator pada umumnya
menggunakan suatu siklus yang dikenal dengan siklus kompresi uap. Siklus kompresi
uap menggunakan media pendingin yaitu refrigeran yang bersirkulasi melewati 4
komponen utama sistem refrigerasi (kompresor, kondensor, alat ekspansi dan
evaporator). Media efek pendinginan dimana kalor dari suatu ruang (refrigerated
space) diserap oleh evaporator sehingga temperatur ruang tersebut menurun.
Entalpi, perubahan entalpi (h) adalah jumlah kalor yang dilepaskan atau
diberikan persatuan massa melalui proses tekanan konstan.
Entropi, walaupun entropi memiliki arti teknis dan filosofi, tapi sifat ini hanya
digunakan dalam hal khusus dan terbatas. Entropi terdapat pada banyak grafik dan
tabel-tabel sifat bahan.
Berikut adalah sifat entropi, yaitu :
1. Jika suatu gas uap ditekan atau diekspansikan tanpa gesekan dan tanpa
penambahan atau pelepasan kalor selama proses berlangsung, maka bahan itu
akan tetap.
2. Dalam proses yang akan disebutkan dalam butir, perubahan entalpi
menyatakan jumlah kerja persatuan massa yang diperlukan oleh poros
penekanan atau yang dilepaskan oleh proses ekspansi tersebut.
Hukum gas ideal, model idealisasi dari perilaku gas yang berhubungan dengan
tekanan, suhu, dan volume spesifik suatu gas ideal memenuhi :

P.V=R.T
……………………….……(2.2)
Dimana : P = Tekanan (Pa)
V = Volume spesifik (m/kg)
R = Terapan gas = 287 J/kg.K
T = Suhu absolut (Kelvin)
Persamaan gas ideal berlaku pada udara kering dan uap air dengan derajat
panas lanjut yang tinggi sekali dan tidak berlaku bagi uap air serta refrigran yang
suhunya dekat dengan kondisi jenuh.
Konservasi massa, massa adalah suatu “konsep” yang mendasar, karena itu
tidak mudah untuk didefinisikan. Definisi massa sering dirumuskan dengan
menunjukan pada hukum Newton, yaitu :

Gaya = m . a = m . dV/dt
.…………..……………. (2.3)
Dimana : m = Massa (kg)
V = Kecepatan (m/s)
a = Percepatan (m/s2)
t = Waktu (s)
Proses adiabatik, adiabatik berarti tidak ada kalor yang dipindahkan, jadi q =
0. Proses adiabatik dapat terjadi jika pembatas sistem diberi sekat penahan aliran
kalor. Tetapi walaupun sistem tidak disekat asalkan laju energi total didalam sistem
jauh lebih besar dibandingkan dengan energi yang dimasukan atau dikeluarkan ke
lingkungan dalam bentuk kalor,
Kerja kompresi, suatu contoh yang dapat dijadikan sebagai model proses
adiabatik adalah pengkompresian suatu gas. Perubahan energi kinetik dan potensial
serta laju perpindahan kalor (q) didapat:

Q = m(h1 – h2)
………………………..... (2.4)
Dimana : Q = Kalor (Kg/m)
M = Massa (Kg)
h = Ketinggian (meter)
Artinya, daya yang dibutuhkan sama dengan laju aliran massa dikalikan
dengan perubahan entalpi. Kerja W berharga negatif untuk kompresor dan positif
untuk mesin.
Kompresi isentropik, merupakan bahan lain yang tersedia untuk
memperkirakan perubahan entalpi selama proses berlangsung kompresi. Jika
kompresi bersifat adiabatik dan tanpa gesekan maka kompresi tersebut terjadi pada
entropi tetap.
Perpindahan kalor, analisis perpindahan kalor digali dari hukum
thermodinamika tentang konservasi massa energi, hukum kedua dan ketiga
persamaan tentang konduksi, radiasi dan konveksi. Persamaan ini dikembangkan dari
pengalaman gejala fisika tentang energi yang merupakan ungkapan matematis dari
model-model yang dibuat untuk menjelaskan gejala tersebut.

2.3.2 Penjelasan Jenis-Jenis Refrigerant


Refrierant terbagi menjadi beberapa jenis diantaranya R-11 atau Trichloro
Monofluoro Methane, adalah salah satu jenis refrigerant yang banyak
digunakan pada proses pembersihan pada lemari es dan AC yang unit
motornya terbakar. R-12 atau Dichloro Difluoro Methane, adalah salah satu
jenis refrigerant yang disusun menggunakan ethane dan methane. R-13 atau
Chloro Friflaoro Methane, adalah salah satu jenis refrigerant yang sering
digunakan untuk mengganti penggunaan jenis refrigerant R-22 dan R-500. R-
22 atau Chloro DiFluoro Methane, adalah untuk refrigerasi berukuran kecil
hingga sedang termasuk pada kendaraan. R-32, R-40 atau Methyl Chlorida,
memiliki karakteristik yang lebih ramah lingkungan serta penyebab potensi
pemanasan global yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis R-410A. R-
113 atau Trichloro Trifluoro Ethane, adalah salah satu jenis refrigerant yang
digunakan untuk berbagai proses refrigerasi. R-40 memiliki berbagai
kelemahan sehingga sudah tidak digunakan lagi.
2.3.3 Siklus refrigerator dan diagram Ph R22

Gambar 2.7 Siklus Refrigerator Absorbsi


Pada gambar 2.8 siklus refrigerasi absorbsi secara lengkap ialah sebagai
berikut:
1. Proses 1-2/1-3: Larutan encer campuran zat penyerap dengan refrigerant
(konsentrasi zat penyerap rendah) masuk ke generator pada tekanan tinggi.
Di generator panas dari sumber bersuhu tinggi ditambahkan untuk
menguapkan dan memisahkan refrigerant dari zat penyerap, sehingga terdapat
uap refrigerant dan larutan pekat zat penyerap. Larutan pekat campuran zat
penyerap mengalir ke absorber dan uap refrigerant mengalir ke kondensor.
2. Proses 2-7: Larutan pekat campuran zat penyerap dengan refrigerant
(konsentrasi zat penyerap tinggi) Kembali ke absorber melalui katup cekik.
Penggunaan katup cekik bertujuan untuk mempertahankan perbedaan tekanan
dan absorber.
3. Proses 3-4: Di kondensor, uap refrigerant bertekanan dan bersuhu tinggi
diembunkan, panas dilepas ke lingkungan, dan terjadi perubahan fase
refrigerant dari uap ke cair. Dari kondensor dihasilkan refrigerant cair
bertekanan tinggi dan bersuhu rendah.
4. Proses 4-5: Tekanan tinggi refrigerant cair diturunkan dengan menggunakan
katup cekik (katup ekspansi) dan dihasilkan refrigerant cair bertekanan dan
bersuhu rendah yang selanjutnya dialirkan ke evaporator.
5. Proses 5-6: Di evaporator, refrigerant cair mengambil panas dari lingkungan
yang akan didinginkan dan menguap sehingga terjadi uap refrigerant
bertekanan rendah.
6. Proses 6-8/7-8: Uap refrigerant dari evaporator diserap oleh larutan pekat
zat penyerap di absorber dan membentuk larutan encer zat penyerap. Jika
proses penyerapan tersebut terjadi secara adiabatik, terjadi peningkatan suhu
campuran larutan yang pada gilirannya akan menyebabkan proses penyerapan
uap terhenti. Agar proses penyerapan berlangsung terus menerus, absorber
didinginkan dengan air yang mengambil dan melepaskan panas tersebut ke
lingkungan.
7. Proses 8-1: Pompa menerima larutan cair bertekanan rendah dari absorber,
meningkatkan tekanannya, dan mengalirkankannya ke generator sehingga
proses berulang secara terus menerus.

Gambar 2.8 Diagram Ph R22.

2.3.4 Komponen Rangkaian Refrigerator


Berikut merupakan komponen-komponen dari rangkaian refrigerator :
1. Kompresor
Kompresor adalah semacam pompa yang didesain untuk menaikkan tekanan
dari refrigeran. Menurut hukum fisika, jika gas atau uap dikompresikan maka
temperaturnya juga akan naik. Ketika tekanan dan temperatur naik, refrigeran
cepat mengalami kondensasi pada kondensor.
Gambar :

Gambar 2.9 Kompresor


2. Kondensor
Tujuan dari kondensor adalah untuk mengkondensasikan udara menjadi
mencairkan gas refrigeran yang telah dikompresikan bertekanan tinggi,
bertemperatur tinggi yang keluar dari kompresor.
Kondensor dibagi menjadi dua bagian, yaitu : Air Cooled Type dan Water
Cooled Type, kapasitas : 720 kcal/h.
3. Liquid Receiver
Liquid receiver menyimpan refrigeran yang telah dikondensasikan dalam
bentuk cairan secara berkala sebelum melalui expantion valve (katup
ekspansi).
Gambar :
Gambar 2.10 Liquid Receiver
4. Sight Glass
Sight glass akan memberikan informasi keadaan dari refrigeran
(bercampurnya fasa cair dengan gas, kualitas dari refrigeran, dan lain-lain)
alat ini dipasang diantara pipa cairan refrigerant diantara kondensor dan
expantion valve.
Gambar :

Gambar 2.11 Sight Glass


5. Strainer / Drier
Alat ini memisahkan fasa cair dan gas refrigeran yang menuju expantion
valve agar fasanya menjadi cair. Dengan standar : 1,4 inchi.
Gambar :

Gambar 2.12 Strainer (Filter)


6. Katup Ekspansi (Expansion valve)
Digunakan untuk mempertahankan derajat suhu super head dengan
mengontrol aliran refrigeran. Alat ini memiliki thermostatis expantionvalve.
Digunakan untuk refrigeran : freon 12 (R12). Standar : daerah temperatur
yang dikontrol -40 - 10°C.
Gambar :

Gambar 2.13 Katup Ekspansi


7. Dual
Alat ini digunakan untuk menghentikan kompresor pada saat tekanan
berlebihan dari tekanan normal operasi dan akan kembali dihidupkan jika
kembali normal. Dan akan menghentikan kompresor untuk mengurangi
tekanan pada tekanan rendah untuk membuat pompa bekerja pada tekanan
rendah yang berhubungan dengan selenoid valve.
Daerah tekanan dapat dikontrol :
a. High Pressure : 8 - 30 kg/cm2
b. Low Pressure : 0,5 - 2 kg/cm2
c. Daerah tekanan diferensial : 50 mm Hg – 6 kg/cm2
8. Evaporator
Adalah bagian alat dari refrigeration system yang digunakan untuk
menguapkan refrigeran dengan cara menangkap panas dari lingkungan.
Dengan kata lain alat ini menguapkan cairan refrigeran dengan cara heat
exchanging (pertukaran panas) antara temperatur rendah, tekanan rendah
cairan refrigeran dengan udara.
Gambar :

Gambar 2.14 Evaporator


9. Pressure Gauge
Alat ini akan memberikan informasi dan rendahnya tekanan pada sistem
daerah yang dapat dibaca. Daerah tekanan yang dapat dibaca :
a. High Pressure : 0-30 kg/cm2

b. Low Pressure : 0-15 kg/cm2

10. Thermostat
Alat ini mengontrol solenoid valve dengan tujuan untuk memelihara
temperatur udara pada outlet evaporator dan temperatur ruangan pada
temperatur konstan. Daerah udara dapat dikontrol : 30-50°C.
11. Temperatur
Alat ini akan menemukan volume keluar penukar dengan mengukur
temperatur dalam sistem
Gambar :

Gambar 2.15 Temperatur

2.3.5 Pengaplikasian refrigeran


Berikut merupakan pengaplikasian dari refrigerant di bidang pendingin dan
bidang lainnya:
Tabel 2.2 Aplikasi dari refrigeran
Refrigeran Penggunaan pada bidang Penggunaan pada bidang
pendingin lain
R-11 1. Chiller Sentrifugal 1. Pengembangan busa
2. Pelarut

R-12 1. Lemari Es rumah tangga 1. Pengembang Busa


2. Dispenser Air
3. Pendingin Minuman Botol
4. Display Kabinet di
supermarket Cold storage
5. AC Mobil
R-22 1. AC Rumah tangga
2. Chiller
3. Cold Storage

2.4 Motor Bakar


2.4.1 Penjelasan Tentang Motor Bakar
Salah satu jenis penggerak mula yang banyak dipakai adalah mesin kalor,
yaitu mesin yang menggunakan energi thermal untuk melakukan kerja mekanik.
Ditinjau dari cara memperoleh energi thermal ini mesin kalor dibagi menjadi
dua golongan, yaitu :
1. Mesin pembakaran luar (external combistion engine), yaitu proses
pembakaran yang terjadi diluar mesin, energi thermal dari gas hasil
pembakaran dipindahkan ke fluida kerja mesin melalui dinding pemisah,
sebagai contohnya mesin uap, turbin uap, dan lain-lain.
2. Mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) yang pada umumnya
dikenal dengan nama motor bakar. Proses pembakarannya berlangsung
didalam motor bakar itu sendiri sehingga gas pembakaran yang terjadi
sekaligus berfungsi sebagai fluida kerja, contohnya motor diesel dan motor
bensin.

2.4.2 Beberapa Jenis Motor Bakar


1. Motor Bakar Torak
Motor bakar torak menggunakan beberapa silinder yang didalamnya terdapat
torak yang bergerak translasi (bolak-balik). Didalam silinder itulah terjadi
pembakaran antara bahan bakar dengan udara dimana udara dikompresi
terlebih dahulu sehingga menghasilkan tekanan yang tinggi serta suhu udara
yang tinggi.
2. Motor Bensin
Gambar 2.16 Siklus Motor Bensin
Motor bensin merupakan salah satu jenis penggerak mula yang
mengkonversikan energi thermal menjadi energi mekanik. Energi thermal
tersebut diperoleh dari pembakaran bahan bakar dan udara.

2.4.3 Skema Motor Bakar


Berikut merupakan skema dari sistem motor bakar:

Gambar 2.17 Skema Motor Bakar


1. Siklus Udara Ideal
Proses thermodinamika dan kimia yang terjadi pada motor bakar sangatlah
kompleks untuk dianalisis menurut teori. Oleh karena itu maka diperlukan
adanya asumsi keadaan yeng ideal. Semakin ideal suatu keadaan maka
semakin mudah untuk dianalisis, akan tetapi keadaan tersebut dapat
menyimpang jauh dari keadaan sebenarnya. Umumnya untuk menganalisis
motor bakar dipergunakan siklus udara ideal. Siklus udara tersebut
menggunakan beberapa keadaan yang sama dengan siklus sebenarnya,
misalnya mengenai:
a. Urutan proses.
b. Perbandingan kompresi.
c. Temperatur dan tekanan.
d. Penambahan kalor.Pada keadaan sebenarnya banyak terjadi
penyimpangan alur siklus ideal tersebut. Hal tersebut antara lain :
a. Katup tidak terbuka dan tertutup tepat pada titik mati atas dan titik mati
bawah torak.
b. Fluida kerja bukanlah udara yang dapat dianggap sebagai gas ideal.
c. Pada motor bakar torak tidak terdapat pemasukan kalor seperti yang
terjadi pada siklus udara, akan tetapi perubahan temperatur yang terjadi
merupakan akibat dari pembakaran bahan bakar dan udara.
d. Tidak ada pembakaran yang sempurna.
e. Terjadi kerugian-kerugian gesek, thermal dan kerugian energi lain

2.4.4 Efisiensi Thermal, Mekanis, Volumetric


1. Efisiensi Thermal
Efisiensi termal suatu mesin didefenisikan sebagai perbandingan antara energi
keluaran dengan energi kimia yang masuk yang dikandung bahan bakar dalam
bentuk bahan bakar yang dihisap kedalam ruang bakar.
Ƞth = 1 – (T1/T2)
………………...…… (2.9)
Dimana : Ƞth = efisiensi termal
Pa = masa jenis udara (kg/m3 )
Vd = volume langka torak (m3 )
n = jumlah putaran dalam satu siklus
2. Efisiensi Mekanis
Efisiensi mekanis, yaitu perbandingan daya efektif (daya yang dihasilkan )
terhadap daya indikasi (daya yang menggerakkan piston)
3. Efisiensi Volumentric
Keluaran mesin dibatasi oleh jumlah maksimum uadar yang dapat diambil
selama langkah hisap, karena hanya sejumlah tertentu bahan bakar yang dapat
terbakar secara efektif dengan jumlah udara yang tersedia. Efisiensi
volumetrik adalah petunjuk kemampuan mesin dalam menghisap dan
didefenisikan sebagai perbandingan udara aktual yang terhisap pada kondisi
atmosfer terhadap volume langkah dari mesin.
2.4.5 Penerapan Motor Bakar
Sebagai contoh penerapan yang menggunakan motor bakar di industri antara
lain:
1. Motor bensin untuk berbagai penerapan misal pada pompa air, sepeda motor,
mobil, kompresor udara, mesin semprot, mesin pemotong rumput, dan
sebagainya. Sumber energi yang digunakan adalah pembakaran bensin.
2. Motor diesel yang digunakan pada mobil, traktor, pembangkit listrik, pompa
air, gilingan padi, dan sebagainya. Sumber energi untuk menggerakkan motor
diesel adalah pembakaran minyak diesel atau solar.
3. Mesin uap, baik yang berupa torak maupun turbin (turbin uap). Sumber energi
untuk menggerakkan mesin uap adalah pembakaran berbagai macam bahan
bakar misalnya batubara, kayu bakar, minyak bakar, ampas tebu, dan
sebagainya.
4. Turbin gas, berupa turbin yang digerakkan oleh tenaga hembusan gas hasil
pembakaran bahan bakar. Prinsip kerjanya sama dengan

2.4.6 Jurnal tentang COP di Sistem Pendingin


Tabel 2.3 Review Jurnal COP disistem pendingin
Tempat Publikasi Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Tridinanti,
Jurnal Palembang
30139, Indonesia
Judul Jurnal Pengaruh variasi Panjang dan diameter pipa
kapiler
terhadap cop pada trainer system pendingin
dasar
Tahun Terbit 2017
Vol. No Vol. 3 No. 1
Halaman 8 Halaman
Penulis Ozkar Firdaus Homzah, Hendradinata, Beta
Akui
Reviewer Andika Putra
Tujuan Penulisan 1. Melakukan analisa Coeffisient of
performance
pada trainer dasar sisitem pendingin.
2. Memberikan rekomendasi tentang
diameter pipa kapiler yang efisien untuk
digunakan pada mesin pendingin yang
telah diuji.
Fokus Penulisan Penelitian ini berfokus pada analisis
pengaruh variasi
Panjang dan diameter pipa kapiler yang
terdapat pada trainer system pendingin dasar
Subjek Penulisan Refrigerant R404a sebagai fluida kerja
sistem
Assesment Data 1. Menyajikan perbandingan kerja
kompresor
2. Menyajian perbandingan kapasitas
pendinginan
3. Menyajikan pipa kapiler optimum
Metode Penelitian Metode yang digunakan meliputi 2 tahapan
yaitu pemeriksaan trainer dasar pendinginan
dan pengujian kinerja trainer. Pada
pemeriksaan trainer dasar system pendingin
yaitu melakukan pergantian pipa kapiler dan
melakukan pengecekan kebocoran pada
system, pada tahapan pengujian kinerja
trainer yaitu pengujian dilakukan 60 menit
dengan pengambilan data masing- masing 5
menit dan melakukan Analisa dari data
tersebut.
Hasil Penelitian 1. Pada pengujian pipa kapiler 0,026 inch
memiliki nilai kinerja (COP) yang tinggi,
nilai kinerja (COP) pada pengujian pertama
yaitu rata-rata sebesar 2,11, pada pengujian
kedua 2,13 dan pengujian ketiga 2,40,
pengujian keempat 2,07, pengujian kelima
2,17, pengujian keenam 2,91, pengujian
ketujuh 1,98, dan pengujian kedelapan
2,40.
2. Pada pengujian pipa kapiler 0,042 inch
memiliki nilai kinerja (COP) yang tinggi,
nilai kinerja (COP) pada pengujian pertama
yaitu rata-rata sebesar 4,60, pada pengujian
kedua 4,77, pengujian ketiga 5,50,
pengujiankeempat 4,57, pengujian kelima
4,20, pengujiankeenam 4,39, pengujian
ketujuh 4,05, dan pengujian kedelapan
4,37.
3. Dapat di analisis bahwa penurunan daya
kompresor, daya pendinginan di
evaporator, COP, dan nilai efisiensi pada
kinerja trainer system pendingin dengan
perubahan Panjang dan diameter pipa
kapiler, memiliki nilai terbaik pada pipa
kapiler dengan Panjang 100 cm dan
berdiameter 0,042 inch.
Kesimpulan 1. Perubahan Panjang pipa kapiler
berpengaruh terhadap pendinginan dan
COP trainer.
2. Dapat dianalisis dari perbandingan nilai
rata- rata bahwa penurunan daya
kompresor, kapasitas pendinginan, COP
dan efisiensi pada trainer dasar system
pendingin dengan perubahan Panjang dan
diameter pipa kapiler, mendapatkan hasil
yaitu pada pipa kapiler 0,042 inch dengan
Panjang 100 cm nilai kerja kompresor
sebesar 39,124 kj/kg, kapasitas
pendinginan sebesar 114,232 kj/kg, COPa
sebesar 2,91, COPc sebesar 4,39.
3. Berdasarkan data yang diperoleh dan hasil
Analisa trainer system pendingin lebih
efisien kinerjanya apabila menggunakan
pipa kapiler dengan Panjang 100 cm untuk
diameter pipa kapiler 0,042 inch memiliki
nilai efisiensi
sebesar 66%.
Kelebihan Data yang disajikan cukup lengkap jurnal ini
juga menggunakan bahasa yang sederhana
sehingga mudah untuk dipahami oleh
pembaca.
Kekurangan Tidak dijelaskan bagaimana proses
pengambilan data secara lebih rinci.

Anda mungkin juga menyukai