Anda di halaman 1dari 51

TEKNIK PENDINGIN

MR-082518

Oleh:

Ir. Tri Widagd0, MT


NIP 196103091989101001

JURUSAN TEKNIK MESIN


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

1
IDENTITAS MODUL

MATA KULIAH/KODE : TEKNIK PENDINGIN/ MR-082518


SKS : 2 (DUA)
JAM/MINGGU : 3 (150 MENIT)
SEMESTER :5
TUJUAN KURIKULER :
Mahasiswa dapat memahami teknik pendingin yang berkaitan dengan: pronsip kerja,
pengoperasian serta perawatan dan perbaikan mesin pendingin.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS:
 Dapat menerapkan teori dasar dari Termodinamika dan Mekanika Fluida pada
Teknik Pendingin
 Dapat mendefinisikan kembali tentang sifat-sifat udara
 Dapat melakukan perhitungan perfomansi mesin pending
 Dapt melakukan kegiatan pengoperasian, pengujian dan perawatan dan Perbaikan
mesin pendingin
SILABUS/BAB
MATERI ALOKSI WAKTU
1. Prinsip Dasar Termal
Perpinahan Panas, Alat Penukar Panas, sistem Fasa, persamaan 2 kali tatap muka
Energi
2. Sifat-sifat Termodinamika Udara 2 kali tatap muka
Temperatur, Kelembaban, entalpi jenis, volume jenis, pencampuran
Udara, Perpindahan panas sensibel dan laten
3. Sistem Pengkondisian Udara 2 kali tatap muka
Udara nyaman, Beban panas sensibel dan laten.
4. Siklus Refrigerasi Kompresi Uap 3 kali tatap muka
Siklus Standar, Siklus Modifikasi
5. Siklus Absorbsi 2 kali tatap muka
Hubungan suhu jenuh, tekanan jenuh dan konsentrasi Larutan LiBr-
Air; Inatalasi standar siklus Absorbsi, Sistem Air Amonia.
6. Refrigeran 2 kali tatap muka
Refrigeran Primer, Refrigeran Sekunder
7. Praktikum Mesin Pendingin 1 kali teori
2 kali prektek
Ujian mid semester I dan II 2 kali tatap muka
Total waktu 18 kali tatap
muka

REFERENSI
1. Stoecher, W.F & Jones J.W aliah bahasa Supratman Hara, 1994, Refrigerasi dan
Pengkondisian Udara,Jakarta, Penerbit Erlangga
2. Holman J.P., 1968, Heat Transfer, Tokyo, McGraw-Hill, Inc
3. Carrier, X.F., 2002, Hand Book of Refrigeration, Hamburg, Scotcflerr Print House
4. Reynolds, W.C., & Perkins, H.C., 1982, Engineering Thermodinamics, Newyork, Mc
Graw-Hill Inc.
5. Dossat, R.J.,1961, Principle Of Refrigeration, London, John Willey & Sons

2
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
IDENTITAS MATA KULIAH ..................................................................... iii
BAB 1. PRINSIP DASAR TERMAL ...................................................... 1
1.1 Perpinahan Panas
1.2 Alat Penukar Panas
1.3 Sistem Fasa
1.4 Persamaan Energi

BAB 2. SIFAT-SIFAT TERMODINAMIKA UDARA


2.1 Temperatur
2.2 Kelembaban
2.3 Entalpi jenis
2.4.Volume jenis
2.5 Pencampuran Udara
2.6 Perpindahan panas sensibel dan laten

BAB 3. SISTEM PENGKONDISIAN UDARA


3.1 Udara nyaman
3.2 Beban panas sensibel dan laten.

BAB 4 SIKLUS REFRIGERASI KOMPRESI UAP


4,1 Siklus Standar
4.2 Siklus Modifikasi

BAB 5. SIKLUS ABSORBSI


5.1 Hubungan suhu jenuh, tekanan jenuh dan konsentrasi Larutan LiBr-Air
5.2 Inatalasi standar siklus Absorbsi
5.3 Sistem Air Amonia.

BAB 6 REFRIGERAN
6.1 Refrigeran Primer
6.2 Refrigeran Sekunder

BAB 7 PRAKTIKUM MESIN PENDINGIN


7.1 Merangkai komponen mesin pendingin
7.2 Penanganan Refrigeran dan Minyak pelumas
7.3 Pengujian Mesin Pendingin

BAB I PRINSIP DASAR TERMAL


3
Teknik Pendingin (disebut juga Teknik Refrigerasi) adalah mata kuliah jurusan
Teknik Mesin yang memiliki ruang lingkup : Pengkondisian udara ruang (AC), pengawetan
bahan makanan, refrigerasi industri dan lain-lain. Ilmu dasar yang mendukung Teknik
Pendingin antara lain: Termodinamika, Perpindahan Panas dan Mekanika Fluida, selain
ilmu lain seperti Elemen Mesin dan Praktek M&R.
Jawablah secara ilmiah:
Apa tujuan pendinginan suatu zat
Apa yang dimaksud dengan proses pendinginan suatu zat
Bagaimana cara mendinginkan suatu zat.
Sebagimna pada mata kuliah sebelumnya, maka tekanan yang dipakai adalah
tekanan mutlak( Pa ). Alat ukur untuk tekanan mutlak saat ini belum ada. P b adalah
tekanan barometrik atau tekanan udara lingkungan, memiliki datum tekanan nol mutlak,
nilainya tergantung pada ketinggian lingkungan dari permukaan laut, diukur menggunakan
barometer. Pg adalah tekanan gage dengan datum tekanan udara lingkungan, dipakai
untuk mengetehui tekanan fluida diatas tekanan barometrik, diukur menggunakan
manometer gage. Pv adalah Tekanan vakum dengan datum tekanan udara lingkungan
adalah tekanan fluida di bawah tekanan udara lingkungan, dapat diukur menggunakan
manometer vakum. Hubungan tekanan diformulasikan sebagai berikut:

Pa = Pb + Pg
Pa = Pb - P v

Pa Pg
Tekanan udara di permukaan laut = 1 atm

Tekanan udara lingkungan

Pb Pv
Patm
Pa
Tekanan nol mutlak

Gambar 1.1 Sistematika tekanan


Satuan tekanan yang umum dipakai adalah:
1 Pa = 1 Pascal = 1 N/m2
4
1 bar = 105 Pa
1 kg/cm2 = 9,81 N/cm2
1 atm = 101425 Pa
= 14,69 psi
= 760 mm.Hg
= 32 in.Hg
= 10,3 m. H2O

Temperatur (suhu) yang dipakai dalam perhitungan juga menggunakan harga


mutlak, kecuali disebut khusus termasuk berbedaan ataupun perubahan temperatur.
Temperatur mutlak, ditulis dengan huruf besar adalah pengukuran temperatur dengan
datum temperatur nol mutlak. Satuan temperatur mutlak adalah 0K untuk sistem SI
(Standard of Intrenational) dan 0R untuk sistem BS (British Standard). Sedang temperatur
relatif, ditulis dengan huruf kecil adalah pengukuran temperatur yang mengacu pada
kondisi alam tertentu. Satuan yang dipakai untuk temperatur relatif adalah 0C untuk sistem
SI dan sistem 0F untuk sistem BS. Hubungan temperatur adalah:
0
K = 0C + 273 ; 0F = 9/5 0C + 32
0
R = 0F + 460 ; 0C = 5/9 (F - 32)

SI BS

0C 0K 0F 0R

0 273 a b
c d 0 460

-273 0 - 460 0 Temperatur nol mutlak

Gambar 1.2 Sistematika temperatur

Pertanyaan: Hitung nilai :a, b, c dan d.


Beberapa notasi, definisi dan formulasi yang akan dilibatkan pada pembahasan
kuliah ini antara lain:
A = luas penampang

5
C = panas jenis, berlaku untuk zat padat dan zat cair
q = C. ∆t
Cp = panas jenis tekanan konstan, berla ku untuk zat gas
∆h = Cp. ∆t
Cv = panas jenis volume konstan, berlaku untuk zat gas
∆u = Cv. ∆t
D, d = Diameter pipa
E = Energi
e = energi jenis
ep = energi potensial jenis
= gz
ek = energi kinetik jenis
= ½ V2
f = flash (fasa cair jenuh)
g = percepatan gravitasi
H = entalpi total
H = U + PV
h = entalpi jenis
h = u + pv
k = konstanta panas jenis = Cp/Cv
m = massa zat
ṁ = (baca m dot) = laju aliran massa fluidaif
n = konstanta politropik
P = tekanan
P = tekanan parsial
Q = energi kalor total
= Debit/kapasitas
q = energi kalor jenis
R = Konstanta gas
S = entropi total
s = entropi jenis
T = tempratur mutlak (0K, 0R)
t = temperatur relatif (0C, 0F)
U = energi dalam
u = energi dalam jenis
V = kecepatan aliran fluida
6
= Volume
v = volume jenis
W = Kerja mekanik
w = kerja jenis
z = ketinggian

1.1 Perpindahan Panas


Panas (Kalor) adalah salah satu bentuk energi yang tunduk pada hukum kekekalan
energi. Secara alamiah, panas berpindah dari temperatur tinggi ke temperatur rendah.
Ada tiga jenis perpindahan panas, yaitu:

a. Konduksi
Yaitu perpindahan panas yang terjadi pada zat padat, secara umum dirumuskan sebagai:

dT
Q̇ k =−kA .............. T1 > T2
dx
A

Benda padat
T1 T2

Qk

dx

Gambar 1.3 Perpindahan panas konduksi

dimana, k : konduktivitas termal (koefisien perpindahan panas konduksi)


A: luas penampang perpindahan panas
dT: perbedaan temperatur antara dua tempat yang berbeda
dx : jarak dua posisi yang menjadi obyek perpindahan panas
b. Konveksi
Yaitu perpindahan panas yang terjadi di dalam fluida, secara umum diformulasikan :

7
Q̇c =h c A(T 1−T )

Dimana, hc : koefisien perpindahan panas konveksi


A : luas penampang perpindahan panas
T1 : temperatur bidang
T~ : temperatur fluida bebas

Dinding
Datar
T1 Fluida

Qc

T~

Gambar 1.4 Perpindahan Panas Konveksi

c. Radiasi
Yaitu perpindahan panas antara dua zat akibat terjadinya pancaran. Ide dasarnya adalah
bahwa semakin tinggi temperatur zat berkorelasi dengan makin cerahnya warna zat
tersebut. Seacara umum perpindahan panas radiasi diformulasikan
Q̇ r =σ A F∈ F A ( T 14−T 42 )
Dimana, σ : tetapan Stefan-Boltzmann = 5,699 x 10-8 W/m2.K4
A : luas panampang
Fɛ : derajat kehitaman zat padat
FA : faktor bentuk

1.2 Alat Penukar Panas, HE (Heat Exchanger)

8
Adalah alat (mesin) yang dipakai untuk mempertukarkan kalor (panas) antara dua fluida
secara kontak tak langsung, contoh: radiator mobil. Prinsip kesetimbangan energi adalah
nilai yang sama antara kalor yang dilepaskan oleh fluida panas (p) dengan kalor yang
diterima oleh fluida dingin(d)
Q̇ p + Q̇ d =0

Atau Q̇=−Q̇ p=Q̇ d

Bentuk yang kedua mengandung arti bahwa tanda + untuk Qd berarti fluida dingin
menerima kalor dari fluida panas sedangkan tanda – untuk Qp berarti fluida
panas.melepaskan kalor ke fluida dingin

Fluida panas

c Fluida dingin

Tp1

Td2

Tp2

Td1

A
l Ga
mbar 1.1. Alat Penukar Panas

Perpindahan panas dapat dihitung dengan dua cara, yaitu:

1. Berdasarkan perubahan kandungan panas antara dua fluida

a. jika terjadi perubahan fasa

Q̇ p= ṁp ( h p 2−h p 1 )

Q̇ d =ṁ d ( hd 2−hd 1 )
9
b. Jika tidak terjadi perubahan fasa

Q̇ p= ṁ p C pp (t p 2−t p 1)

Q̇d =ṁd C pd (t d 2−t d 1 )

2. Perdasarkan proses terjadinya perpindahan panas

Q̇=U . A . LMTD

Dimana, U = koefisien perpindahan panas keseluruhan

A = luas penampang perpindahan panas

LMTD = Logaritmic Mean temperature Difference

∆ t 2−∆ t 1
= ∆t
ln 2
∆ t1

∆t2 = tp1 - td2

∆t1 = tp2 - td1

1.3 Sistem Fasa ( Tabel dan Diagram)

Setiap fluida yang dapat berkondensasi, dalam keadan tertentu dapat berada pada
3 fasa, yaitu: fasa cair (subcool), fasa cair-gas dan fasa gas (superheat). Sistem cair-gas
dapat dituangkan dalam bentuk diagram 2 dimensi. Pada mata kuliah ini sistem sumbu
yang dipakai adalah P (tekanan) sebagai ordinat dan h ( entalpi jenis) sebagai absis,
Beberapa istilah penting pada diagram adalah:

- Garis cair jenuh (Saturated liquid line) dinotasikan dengan huruf f (flash) adalah garis
pemisah antara fasa cair (disebelah kiri) dan fasa cair gas di sebelah kanan.

- Garis uap jenuh (Saturated vapour line) dinotasikan dengan huruf g (gas) adalah garis
pemisah antara fasa cair-gas (disebelah kiri) dan fasa gas di sebelah kanan.

- Titik kritis (critical point) adalah titik pemisah antara antara garis cair jenuh dan garis uap
jenuh.

- Fraksi gas (x) didefinisikan sebagai hasil bagi antara massa gas (m g ) dengan massa
total (mt). Massa total adalah penjumlahan dari massa gas (m g) dengan massa cair (mf)

mg
x=
m g +mf

Beberapa sifat termodinamika fluida pada fasa cair-gengan gas antara lain:
10
Entalpi jenis, h = hf + x (hfg) = hf + x(hg – hf)

Entropi jenis. s =sf + x (sfg) = sf + x(sg – sf)

Volume jenis, v = vf + x (vfg) = vf + x(vg – vf)

Pada fasa cair-gas (di dalam kubah termodinamika) garis isobar sejajar dengan garis
isotermal.

Gambar 1.2 Diagram P – h sistem cair gas

1.4 Persamaan Energi Aliran mantap


Persamaan ini dipakai bagi sistem yang dialiri fluida dengan laju aliran massa yang
konstan. Persamaan ini didasarkan pada Hukum Kekekalan Energi serta Hukum
Termodinamika I dan II. Energi dapat berubah bentuk dengan nilai yang tetap. Ketika
terjadi perubahan energi, maka satu bentuk energi akan terkonversi menjadi beberapa
energi lain. Efisiensi Konversi Energi didefinisikan sebagai hasil bagi antara anergi hasil
(output) dengan energi modal(input)

Energi hasil
η= x 100 %
Energi modal

11
Gambar 1.3 Sistematika perubahan energi

Dari gambar di atas dapat diturunkan formulasi :

Q̇−Ẇ =ṁ ∆ ( h+ e p + ek )

Dimana, Q = Energi kalor, Watt

W = Energi mekanik, Watt

m = laju aliran massa, kg/det

h = entalpi jenis fluida, J/kg

ep = energi potensial jenis, m2/det2

= g.z

g = percepatan gravitasi = 9,81 m/det2

z = ketinggian, m

ek = energi kinetik jenis, m2/det2

= ½ V2

V= kecepatan aliran fluida, m/det

Tanda (+ ) untuk Q berati masuk sistem, tanda (-) untuk W berarti keluar sistem

Latihan:

12
1. Sebatang tembaga dengan massa 5 kg dan temperatur mula-mula 86 oC dicelupkan ke
dalam air dengan massa 8 kg dan temperatur mula-mula 20 oC. Panas jenis tembaga,
C= 0,383 kJ/kg.oC dan dan panas jenis air, C = 4,174 kJ/kg. oC. Mengacu Hukum
kesetimbangan, hitung:
a. Temperatur kesetimbangan antara tembaga dan air
b. Besarnya kalor yang dipertukarkan antara kedua benda

2. 10 lbm H2O mula mula berada pada fasa cair pada temperatur 120oF dan tekanan 40
psi. Selanjutnya dipanaskan secara isobar hingga fasa campuran cair-gas dengan
kualitas uap 78%. Ditanya:

a. Berapakah volume awal H2O, V1(ft3)


b. Berapakah volume akhi H2O, V2(ft3)
c. Besarnya enegi kalor yang diterima H2O, Q(BTU)

3. Suatu gas dengan Cp = 1,043 kJ/kg.oK dan Cv = 0,97 kJ/kg.0K mula mula berada pada
tekanan 23 Pa, volume 68 m3 dan temperatur 4500C. Selanjutnya gas berekspansi
secara isentropik hingga mencapai tekanan 45 Pa . Hitung:

a. Massa gas. m(kg)


b. volume akhir gas, V2(m3)
c. Temperatur akhir gas, t2(0C)
d. Kerja ekspansi yang keluarkan oleh gas tersebut, W(kJ).

13
BAB II
SIFAT-SIFAT TERMODINAMIKA UDARA

Dalam Teknik Pendingin, udara dipandang sebagai fluida gas yang memiliki peranan
penting sebagai media perpindahan panas konveksi. Udara diidealisasikan terdiri dari dua
komponen, yaitu :
- Udara kering (dray air), selanjutnya sifat yang diperuntukkan baginya menggunakan
indekas ‘a’. Udara kering teridiri dari 79% mol Nitrogen (N 2) dan 21% Oksiogen (O2).
- Uap air (steam), selanjutnya sifat termodinamika yang diperuntukkan baginya
menggunakan indeks ‘s’.

Untuk istilah air , jika ditulis biasa artinya : banyu, water atau H 2O fasa cair. Jika dicetak
miring, air artinya udara
Data pendukung yang diperlukan untuk menganalisi sifati-sifat termidinamika udara
adalah tekanan parsial. Tekanan parsial terjadi pada campuran fluida gas, dimana
tekanan campuran merupakan jumlah dari tekanan parsial masing-masing komponen
campuran. Tekanan parsial adalah tekanan dari satu komponen campuran pada volume
dan temperatur campuran. Untuk udara, tekanan campuran menjadi:
p = p a + pw
dimana, p : tekanan udara campuran
pa : tekanan parsial udara kering
pw : tekanan parsial uap H2O

1.1 Temperatur(suhu)
Dua jenis temperatur yaitu:
a. Temperatur bola kering, tdb (drybulb temperature) yaitu temperatur udara terukur
yang bisa diketahui dengan menggunakan termometer maupun termokopel .
Temperatur ini sering juga disebut temperatur udara bebas. Jika disebut temperatur
saja, tanpa embel-embel, berarti rempertur bola kering

b. Temperatur bola basah, t wb (wetbulb temperature) yaitu temperatur penguapan uap


H2O ketika udara dialirkan pada permukaan benda basah. Disebut juga temperatur
pelembaban adiabatik, yang dapat diketahui menggunakan termometer yang
dilengkapi dengan sumbu kapiler.

14
250C = tdb
Aliran udara tidak jenuh
200C = twb

Sumbu kapiler

Air, t= 250C

Gambar 2.1 Pengukuran temperatur udara

1.2 Kelembaban
Kelembaban udara terdiri dari dua jenis yaitu:
a. Kelembaban Relatif ( ϕ , baca phi) didefinisikan sebagai presentase hasil bagi
antara tekanan parsial uap air (P s) dengan tekanan jenuh air pada temperatur
udara campuran (Pg).
Ps Tekanan parsial uap air
ϕ= x 100 %= x 100 %
Pg Tekanan jenuhair pada temperatur campuran
b. Kelembaban mutlak atau Rasio kelembaban (W) didefinisikan sebagai hasil bagi
antara massa uap air dengan massa udara kering
ms mass uap air
W= =
ma massa udara kering
Dengan menggunakan rumus gas Ideal dan konsep tekanan parsial diperoleh hubungan

Ps Pg
W =0,622 =0,622 ϕ
Pa P−Ps

1.3 Entalpi jenis

Entalpi (kandungan panas) adalah besrnya energi kalor yang dimiliki oleh suatu zat.
Untuk udara, entalpi jenis didasarkan pada 1 kg d.a. (baca kilogram dry air ). Entalpi jenis
udara merupakan penjumlahan antara entalpi udara kering dan entalpi uap air yang
terkandung. Harga entalpi datum (nilai nol) pada temperatur 0 0C. Entalpi udara
diformulasikan sebagai
h = Cp t + W hg kg/kg d.a.
dimana, Cp = panas jenis tekanan konstan udara kering = 1004 J/kg.K
t = temperatur udara (0C)

15
W = rasio kelembaban udara (kg/kg d.a)
hg = entalpi jenis uap air pada fasa uap jenuh pada t (J/k)

1.4 Volume jenis


Didefinisikan sebagai hasil bagi antara volume udara campuran per massa udara
kering. Dari persamaan gas ideal, volume jenis udara diformulasikan menjadi:
RaT R T
v= = a m3/kg d.a
P a P−Ps

Gambar 2.2 Diagram Psikrometrik

Beberapa catatan penting tentang diagram psikrometrik antara lain:


a. Garis entalpi konstan hampir sejajar dengan garis suhu bola basah konstan
b. Udara jenuh adalah udara dengan kelembaban relatif 100%. Selain itu udara jenuh
memiliki suhu bola kering dan suhu bola basah yang sama
c. Diagram diperuntukkan bagi udara dengan tekanan mutlak 1 atm (101325 N/m 2). Posisi
udara selalu di sebelah kanan garis udara jenuh.
16
1.5. Pencampuran Udara
Bila dua udara yang memiliki sifat berbeda dicampurkan secara adiabatik, maka
akan diperoleh sifat udara gabungan yang terbentuk dan berada pada garis lurus diantara
posisi kedua udara di dalam diagram psikrometrik. Persamaan-persamaan yang terlibat
adalah:
Persamaan kesetimbangan massa
mu 3=mu 1+ mu2
Persamaan kesetimbangan panas yang terlibat adalah
Q 3=Q 1 +Q 2 atau
mu 3 h3=mu 1 h 1+ mu 2 h2
Persamaan kesetimbangan rasio kelembaban
mu3 W3 = mu1 W1 + mu2 W2

Gambar 2.2 Skema pencampuran udara

1.6 Perpindahan Panas Sensibel dan Perpindahan panas Laten


Perpindahan panas Sensibel timbul karena perbedaan temperatur, sedangkan
perpindahan panas Laten timbul karena perbedaan konsentrasi (untuk udara, konsentrasi
diartikan sebagai kelembaban mutlak atau rasio kelembaban). Tinjau kasus aliran udara
17
kering di permukaan air (benda basah), dimana temperatur udara lebih rendah dari
temperatur air. Perubahan yang terjadi pada udara adalah kenaikan temperatur serta
kenaikan kelembaban udara (perpindahan massa). Proses gabungan ini mengikuti kaidah
garis lurus.

2 Udara basah
Udara kering 1

A Benda basah

Gambar 2.3 Mekanisme perpindahan gabungan panas-massa

Perpindahan panas konveksi terjadi dari air ke udara, disebut juga perpindahan panas
sensibel, yang secara infinitesimal dirumuskan:
Q̇ s =hc . A(t i – t a )
dimana, hc : koefisien perpindahan panas konveksi udara
A : luas penampang
(ti - ta ) : perbedaan temperatur udara dipermukaan air dengan udara bebas
Di sisi lain, rasio kelembaban udara tepat dipermukaan air (Wi) lebih tinggi dari yang jauh
dari permukaan air (Wa), akibatnya akan terjadi perpindahan massa uap air ke udara.
Penomena ini (Hukum Fiks) disebut pepindahan panas laten yang secara infinitesimal
dirumuskan:
Q̇l=h0 . A ( W i – W a ) hfg

dimana, hD : konstanta Difusifitas


A luas penampang
( Wi – Wa) : perbedaan kelembaban mutlak udara di permukaan air dengan udara
bebas
Dengan analisis matematik, kedua perpindahan panas dapat dijumlahkan dan
menghasilkan perpindahan panas total:

18
hc A
Q̇t =Q̇s + Q̇l= (h −h )
C pm i a
dimana, Cpm : panas jenis udara basah
= Cp + Wa Cps
Cp : panas jenis udara kering = 1,004 kJ/kg. oC
Cps : panas jenis uap air = 1,88 kJ/kg.0C
hi : entalpi jenis udara di permukaan air
ha : entalpi jenis udara bebas

Di dalam diagram psikrometrik, perubahanan sifat udara dari 1 ke 2 membentuk garis


lurus yang secara vektor dibentuk oleh perpindahan panas sensibel spesifik (q s) dan
perpindahan panas laten spesifik (ql), sebagai mana terlihat pada gambar berikut.

h2

h1 2

qt
ql
Garis udara jenuh

1 qs

Gambar 2.4. Perubahan sifat udara ketika mengalami perpindahan panas gabungan

Selanjutnya untuk menghitung perpindahan panas berdasarkan perubahan sifat udara


yang mengalir dengan laju aliran massa ṁu adalah:
Q̇s =ṁu C p (t 2−t 1 )
Q̇ t =ṁ u (h2−h1)

19
Latihan

1 Sebuah ruangan dengan volume 50 m 3 berisi udara pada tekanan mutlak 1 atm,
kelembaban relatif 60% dan temperatur 300C Menggunakan rumus, hitung:
a Tekanan parsial udara kering (Pa)
b Tekanan parsial uap air (Ps)
c. Kelembaban mutlak (W)
d. Entalpi jenis (h)
e. Bandingkan hasilnya dengan data pada diagram psikrometrik.
2. Gambarkan dalam diagram psikrometrik (tanpa skala) perubahan perubahan sifat
udara ketika mengalami:

a. Pemanasan
b. Pendinginan hingga kondensasi
c. Pengeringan dengan desikan
d. Pelambaban adiabatik

3. Udara 1 mempunyai kelembaban relatif 90% dan rasio kelembaban 0,004 kg/kg d.a
mengalir dengan laju aliran 4 kg/det., dicampur dengan udara 2 yang mempunyai
suhu bola basah 300C dan susu bola kering 450C mengalir dengan laju aliran massa
7 kg/det. Menggunakan konsep kesetimbangan dan diagram psikrometrik, ditanya:
a. Gambarkan pada diagram psikrometrik proses tersebut
b. Tentukan sifat-sifat udara campuran, meliputi: t db, twb, W, ᶲ dan v

4. Udara mengalir dengan laju 0,5 kg d.a/det pada permukaan benda basah. Kondisi
awal udara adalah temperatur 25 0C, kelembaban relatif 30%, kondisi akhir udara
adalah temeperatur 400C, kelmbababan reltif 65%. Ditanya:
a. Gambarkan pada diagram psikrometrik proses tersebut
b. Hitung energi kalor total yang diterima udara

20
BAB 3
SISTEM PENGKONDISIAN UDARA

3.1 Udara Nyaman


Sistem pengkondisian udara bertujuan untuk mendapatkan kondisi nyaman
(confortable) bagi manusia. Artinya udara tersebut dapat menjamin kelancaran sistem
matebolisme tubuh. Untuk manusia yang hidup di daerah beriklim tropis, udara terkodisi
haruslah memenuhi kriteria nyaman yang dibatasi oleh:
- Temperatur bola kering : 200C s/d 260C
- Kelembaban relatif : 50% s/d 60%
- Kecepatan aliran udara maksimum : 0,25 m/det
(Pertanyaan: Apa akibatnya bagi manusia jika kondisi udara diluar kriteria tersebut)
Selain itu komposisi oksigen harus memenuhi jumlah minimum untuk keperluain
pernafasan.
Salah satu fungsi mesin pendingin adalah untuk pengkondisian udara (Air
Coditioning). Untuk daerah beriklim dingin, pengkondisian udara menggunakan air
heater.
Peralatan yang ada di dalam ruang dirancang untuk mengikuti kondisi udara nyaman bagi
manusia.
Beban pendinginan adalah beban yang diterima oleh koil pendingin untuk
menurunkan suhu dan kelembaban mutlak udara. Ditnjau dari arah datangnya panas,
beban pendinginan yang ditanggung oleh koil pendingin berupa:
a. Beban luar ruang (External load), yang meliputi temperatur udara luar, pengaruh sinar
matahari, kebocoran udara (infiltrasi)
b. Beban dalam ruang (Internal load), yang meliputi: temperatur dan penguapan tubuh
manusia, peralatan elektronik, makanan, alat penerangan dan lain-lain.

3.2 Beban panas Sensibel dan Laten


Manusia hidup memiliki kriteria sehat dalam bentuk: temperatur tubuh, yaitu
berkisar antara 360C s/d 370C. Selain itu penguapan air dari tubuh dalam bentuk keringat
sebagai bagian dari metabolisme yang tidak boleh diganggu. Dalam ruang terkodisi
banyak benda/peralatan yang bekerja di atas temperatur udara terkondisi, selain itu juga
benda-benda yang menghasilkan uap air. Dari sini timbul istilah:
- Beban panas sensibel (Qs) adalah beban yang ditanggung oleh koil pendingin
untuk menurunkan tempetaratur udara ruang.

21
- Beban panas laten (QL) adalah beban yang ditanggung koil pendingin untuk
menurunkan kelembaban udara.

Tabel 3.1. Energi kalor yang dihasilkan oleh manusia (dalam Watt)
Akativitas Tidur (istirahat) Bekerja ringan Bekerja berat
(olah raga)
Jenis kalor
Kalor sensibel (Qs) 45 ÷ 60 60 ÷ 75 75 ÷ 95
Kalor Laten (Ql) 12 ÷ 18 18 ÷ 25 25 ÷ 45

Komponen elektronik menghasilkan beban panas sensibel yang bergantung pada


daya terpasang, nilainya berkisar antara 15% s/d 25% dari daya terpasang. Misalnya
lampu listrik dengan daya 200 Watt akan menghasilkan energi kalor sensibel sebesar 30
Watt s/d 50 Watt.
Karena ruang terkondisi mengalami penambahan bersih panas sensibel dan panas
laten dari beban-beban dalam dan luar, maka udara suplai (i) harus memiliki temperatur
dan rasio kelembaban yang lebih rendah dari dari harga-harga yang diinginkan (c). Untuk
selanjutnya garis penghubung keduanya Garis Rasio Beban (Load Ratio Line), memiliki
kemiringan dengan persamaan kesetimbangan panas:
C p (t c −t i) Q̇s
= ......................................................................... (3 – 1)
h c −hi Q̇s + Q̇l
dimana, Cp : panas jenis udara kering = 1004 kJ/kg. K
h : entalpi jenis udara, J/kg d.a
t : temperatur bola kering, 0C
Qs : beban panas sensibel, Watt
Ql : beban panasr laten, Watt

Laju aliran massa udara sirkulasi dihitung menggunakan rumus:


Q̇ s Q̇ s + Q̇ l
ṁ u= = ......................................................... .(3 -2)
C p ( t c −t i ) h c −hi

3.2. Sistem Pengkondisian udara AOA (All Outdoor Air)


Sistem pengkondisian udara jenis ini biasanya dipakai pada ruang operasi di rumah
sakit dimana udara luar didinginkan oleh koil pendingin, selanjutnya masuk ke ruangan
dan berfungsi sebagai udara sirkulasi, terus dibuang ke luar ruangan. Mekanisme seperti

22
ini bertujuan untuk menghindari terjadinya akumulasi udara ruang yang dapat
menyebabkan tumbuhnya kuman maupun bakteri.

Udara luar (1) Udara buang


Dindng ruang

Koil
Pendingin
c

i
kondensat Ruang terkondisi

Udara sirkulasi

Gambar 3.1 Aliran udara pada sistem AOA

Garisenuh udara jenuh


c

i
Garis rasio beban

Gambar 3.2 Diagram proses pengkondisian udara sistem AOA

Contoh.
Suatu ruang operasi rumah sakit di set pada temperatur 20 0C dan kelembaban relatif
40%, memiliki beban panas sensibel 50 kW dan beban panas laten 7 kW. Udara luar
yang dimasukkan ke ruangan memiliki temperatur 35 0 C dan kelembaban relatif 60%.
Ditanya :
a. Tentukan sifat-sifat udara keluar dari koil pendingin
b. Laju aliran massa udara ke ruangan (udara sirkulasi)
c. Daya kalor koil pendingin
d. Laju aliran massa kondensat yang dikeluarkan oleh koil pendingin
23
Jawab.
Kondisi udara luar (1): t 1 = 350C, Φ1 = 60%, dari diagram psikrometrik diperoleh data: h1 =
91 kJ/kg d.a, kelembaban mutlak, W1 = 0,0215 kg/kg d.a
Kondisi udara akhir pembebanan (c) : t c = 200C , Φc =40%, dari diagram psikrometrik
diperoleh hc = 35 kJ/kg d.a
Kondisi udara awal pembebanan (i) di lakukan dengan sistem coba-coba (manipulasi),
sedemikian hingga kemiringan Garis Rasio Beban (persamaan (3 -1)) terpenuhi.
Catatan : Pengambilan harga ti (coba-coba) hendaklah sedemikian rupa hingga
menghasilkan titik i sementara yang sedekat mungkin dengan garis udara jenuh namun
tetap berada di dalam diagram. Untuk ini dicoba ti = 100C, selanjutnya dimasukkan
kedalam persamaan (3 -1) dan diperoleh:
Q s+ Q l 50+7 kJ
hi =hc −C p ( t c −t i ) =35 – 1,004 ( 20−10 ) =23,55
Qs 50 kg d . a
Dengan menggabungkan ti = 100C dan hi = 23,55 kJ/kg d.a diperoleh posisi titik i hasil
coba-coba. Selanjutnya titik i dengan titik c dihubungkan dengan garis lurus hingga
mencapai garis udara jenuh yang menghasilkan titik i sebenarnya.
Diperoleh suhu udara awal pembebanan atau suhu udara keluar dari koil pendingin ,
ti = tdbi = twbi = 3,50C
Dari diagram psikrometrik didapat:
entalpi jenis udara awal pembebanan, hi = 16 kJ/kg d.a
Kelembaban mutlak udara awal pembebanan, Wi = 0,0047 kg/kg d.a............ ..............(a)
Laju aliran massa udara sirkulasi diperoleh dari persamaan (3 -2)
57
ṁ u= =4,98 kg d . a/det ..........................................................................(b)
35−23,55
Daya koil pendingin dihitung berdasarkan perubahan entalpi jenis udara luar yang
mengalir melalui koil pendingin, yaitu:
Q̇= ṁu ( h1 −hi )=4,98 kg /det ( 91−16 ) kJ /kg=¿ 358,5 kW......................... ...............(c)
Laju aliram massa kondensat dihitung berdasararkan perbedaan kelembaban mutlak
antara udara memasuki koil pendingin dengan udara meninggalkan koil pendingin.
ṁ s =ṁu ( W 1−W i )
= 4,98 ( 0,0215 - 0,0047) = 0,084 kg/det .................................................................(d)

24
3.3 Sistem Pengkondisian Udara Zona Tunggal
Sistem pengkondisian udara jenis ini paling banyak dipakai. Kebutuhan udara luar
semata-mata hanyalah untuk menambah molekul oksigen yang diperlukan untuk
pernapasan.

Udara luar (1) Udara buang

Koil
Pendingin 2 c
Udara balik(3)

i
kondensat Ruang terkondisi

Udara sirkulasi

Gambar 3.3 Pola aliran udara pada sistem zona tunggal

25
1
2

c Udara balik
Garis udara jenuh
i Garis Rasio Beban

Gambar 3.4 Diagram proses Sistem pengkondisi udara zona tunggal

Perolehan panas sensibel dan laten hanya sebagian panas yang harus dibuang untuk
mengkompensasi udara luar sebagai ventilasi. Beban panas ini terlihat pada diagram
psikrometrik karena fungsi koil pendingin adalah menurunkan temperatur dan kelambaban
udara.

Contoh:
Suatu ruang terkodisi di set pada temperatur 24 0C dan kelembaban relatif 50%. Mesin
pendingin menanggung beban panas sensibel 65 kW dan panas laten 8 kW. Untuk
keperluan ventilasi, udara luar yang memiliki temperatur bola basah 25 0C dan temperatur
bola kering 350 C diperlukan dengan perbandingan massa terhadap udara balik sebesar
1 : 4. Tentukan:
a. Sifat-sifat udara memasuki koil pendinginan
b. Sifat-sifat udara meninggalkan koil pendingin
c. Laju aliran massa udara sirkulasi
d. Daya koil pendingin
e. Laju aliran massa udara sirkulasi
Jawab:
Pada diagram psikrometrik empat bagian udara sirkulasi ( titik c) memilki entalpi
jenis hc = 47,5 kJ/kg d.a, rasio kelembaban, Wc = 0,0093 kg/kg d.a, bercampur
dengan satu bagian udara luar (titik 1) yang memiliki sifat-sifat. h1 = 76,0 kJ/kg d.a
dan W1 = 0,0016 kg/kg d.a.
Dari kesetimbangan panas (energi kalor):
ṁu 2 h 2=ṁu 3 h 3+ ṁu 1 h1

26
dengan membagi dengan ṁu2 dihasilkan entalpi udara campuran
h2 = 0,8 (47,5) + 0,2 (76,1) = 53,2 kJ/kg d.a
Dari kesetimbangan rasio kelembaban
ṁu 2 W 2=ṁu 3 W 3 + ṁu 1 W 1

dengan membagi dengan ṁu2 diperoleh rasio kelembaban udara campuran


W2 = 0,8 (0,0093) + 0,2 (0,016) = 0,0106 kg/kg d.a
Koordinat h2 dan W2 adalah sifat sifat udara campuran memasuki koil pendingin.
Sifat-sifat lainnya dapat diketahui, antara lain:
Temperatur bola kering, tdb2 = 26,20C
Temperatur bola basah, twb2 = 18,80C
Volume jenis udara campuran, V2 = 0,00012 m3 / kg d.a................................(a)
Garis rasio beban dibuat dengan pertama-tama mengambil sebarang temperatur, ti
(nilainya lebih kecil dari temperatur rencana, tc ). Diambil ti = 140C (coba-coba),
selanjutnya dihitung menggunakan persamaanaan garis rasio beban:
C p (t c −t i) Qs
= atau
h c −hi Qs +Q L
Q s−Q L 65+8
hi =hc −C p ( t c −t i ) =47,5−1,0(24−14) = 36,3 kJ/kg d.a
Qs 65
Titik c dan titik i adalah garis rasio beban, selanjutnya garis tersebut diteruskan
hingga mencapai garis udara jenuh. Inilah kondisi udara meninggalkan koil
pendingin atau mulai pembebanan,dengan sifat sifat:

Kelembaban relatif, ᶲi = 100%


Kelembaban mutlak, Wi = 0,0086 kg/kg d.a
Entalpi jenis, hi = 34,2 kJ/kg d.a..........................................................................(b)

Laju aliran massa udara sirkulasi dihitung menggunakan rumus (3-2):


Qs Q +Q L
ṁ u= = s atau
C p ( t c −t i ) hc −hi
(65+8)kW
ṁu= = 5,49 kg d.a/det ................................................(c)
( 47,5−34,2 ) kJ /kg
. Daya (dalam bentuk energi kalor) koil pendingin, dihitung berdasarkan rumus
pemenasan gas dari Persamaan Energi:
Q̇ t =ṁ u (h2−hi) = 5,49 kg d.a/det (53,2 – 34,2)kJ/kg d.a = 104 kW...........(d)
Laju aliran massa kondensat dihitung berdasarkan perbedaan kelembaban mutlak
pada udara ketika mengalir melalui koil pendingin
27
ṁs = ṁu (W2 – Wi) = 5,49 (0,0106 – 0,0086) kg/det = 0,01098 kg./det ..... ........(e)

Latihan
1. Suatu ruang operasi di rumah sakit dengan sistem all outdor air dirancang untuk
1 orang pasien 3 orang paramedis dan 1 orang dokter. Udara ruang di set pada
suhu 240C dan kelembaban relatif 60%. Peralatan medis menghasilkan panas
sensibel 1650 Watt dan panas laten 200 Watt. Udara luar dengan suhu bola
kering 320C dan suhu bola basah 280C memasuki ruang operasi.. Ditanya:
a. Gambarkan diagram prosesnya
b. Tentukan sifat-sifat udara luar ( W dan h)
c. Tentukan sifat sifat udara meninggalkan koil pendingin (t, W dan h)
d. Hitung laju aliran massa udara sirkulasi
e. Hitung daya kalor koil pendingin.
f. Hitung laju aliran massa kondensat yang dikeluarkan oleh koil pendingin

2. Suatu ruang terkodisi di set pada temperatur 20 0C dan kelembaban relatif 60%.
Koil pendingin menanggung beban panas sensibel 500 W dan panas laten 50 W
Untuk keperluan ventilasi, udara luar yang memiliki temperatur bola basah 25 0C
dan temperatur bola kering 30 0 C diperlukan dengan perbandingan massa
terhadap udara sirkulasi sebesar 1 : 5. Tentukan:
a. Sifat-sifat udara memasuki koil pendinginan (W dan h)
b. Sifat-sifat udara meninggalkan koil pendingin (t, W dan h)
c. Laju aliran massa udara sirkulasi
d. Daya koil pendingin
e. Laju aliran massa kondensat yang dibuang koil pendingin

28
29
BAB 4
SIKLUS REFRIGERASI KOMPRESI UAP

Silkus Refrigerasi Kompresi Uap, VCRS (Vapour Compression Refrigeration Cycle)


adalah siklus mesin pendingin yang dapat dijumpai sehari–hari. Suklus ini diadopsi dari
siklus Carnot. Pada siklus Carnot, panas (Energi kalor) pada suhu tinggi diubah menjadi
kerja dan sebagian panas dibuang pada suhu rendah. Sedangkan pada siklus refrigerasi,
panas pada suhu rendah, dengan bantuan kerja dari luar, dialirkan ke panas suhu tinggi.
Dari sini timbul pemahaman bahwa siklus refrigerasi adalah siklus Carnot terbalik
(Reverse Carno cycle). Siklus refrigerasi merupakan siklus tertutup (Close Cycle) dimana
fluida kerja bersirkulasi membentuk lingkaran tertutup.

4.1 Siklus Standar


Komponen utama siklus refrigerasi kompresi uap standar serta fungsi masing
masing adalah:
1. Kompresor, berfungsi untuk mensirkulasikan refrigeran. Bekerja secara isentropik.
Refigeran pada fasa panas lanjut. Dampak kompresi, pada discharge adalah kenaikan
tekanan dan suhu refrigeran. Sedangkan pada suction adalah penurunan tekanan dan
suhu refrigeran. Daya ideal yang diperlukan oleh kompresor (Win) dihitung
berdasarkan perubahan entalpi refrigeran yang terjadi.
Win = ṁ (h2 – h1), Watt

Dimana, ṁ = laju aliran massa refrigeran, kg/det


h2 = entalpi jenis refrigeran keluar kompresor, J/kg
h1 = entalpi jenis refrigeran masuk kompresor, J/kg

2. Kondensor, berfungsi untuk membuang panas refrigeran ke lingkungan. Bekerja secara


isobar (tekanan konstan). Refrigeran berubah fasa dari panas lanjut ke cair jenuh.
Panas yang dibuang pada kondensor (Q0ut ) dihitung berdasarkan perubahan entalpi
yang terjadi.
Qout = ṁ (h2 – h3 ), Watt

Dimana, ṁ = laju aliran massa refrigeran, kg/det


h2 = entalpi jenis refrigeran masuk kondensor, J/kg
h3 = entalpi jenis refrigeran keluar kondensor, J/kg
3. Katup Ekspansi, berfungsi untuk menurunkan tekanan refrigeran, bekerja secara
isoentapy (entalpi jenis konstan).

30
h3 = h4
dimana, h3 = entalpi jenis refrigeran masuk Katup ekspansi, J/kg
h4 = entalpi jenis refrigeran keluar Katup ekspansi, J/Kg air
Referigeran berubah fasa dari cair ke campuran cair-gas

a. Instalasi komponen siklus

Suhu kondensasi (peng


Suhu evaporasi
P
S1 = s2

P3 = P2 3
2

P4 = P1
1
4

h3 = h4 h1 h2 h

b. Diagram P – h

Gambar 4.1 Siklus Refrigerasi Kompresi Uap


31
4. Evaporator, berfungsi untuk menyerap panas dari benda atau fluida yang didinginkan.
Bekerja secara isobar (tekanan konstan). Refrigeran berubah fasa dari cair-gas ke uap
jenuh. Panas (energi kalor) yang diserap refrigeran pada kondensor (Qin ) adalah:
Qin = ṁ (h1 – h4). Watt

Dimana, ṁ = laju aliran massa refrigeran, kg/det


h1 = entalpi jenis refrigeran keluar Evaporator, J/kg
h3 = entalpi jenis refrigeran masuk Evaporator, J/kg

Refrigearan, sering juga disebut ‘Freon” adalah fluida kerja pada siklus refrigerasi.
Layaknya condensible fluid lainnya, refrigeran juga memiliki kalor laten, artinya ketika
terjadi perubahan fasa refrigeran mampu menampung jumlah panas yang lebih besar jika
dibandingkan dengan tanpa perubahan fasa. Dari penomenai ini timbul ide bahwa salah
satu persyaratan termodinamika adalah bahwa di dalam sirkulasinya refrigeran harus
dapat berubah fasa , dari cair ke gas atau sebaliknya.
Kinerja mesin pendingin adalah salah satu tolok ukur yang berkiaitan dengan
menghematan biaya operasional. Kinerja ditunjukkan dalam bentuk Coefisien Of
Perfomance (COP) yang didefinisikan:
Q¿
COP=
W¿
dimana, Qin = panas (energi kalor) yang diserap Evaporator, Watt
Win = daya ideal untuk menggerakkan kompresor, Watt
Parameter lain yang sering disebut dalam dunia dingin mendingin adalah Dampak
Refrigerasi (Refrigerating Effect) yang didefefinisikan sebagai perubahan entalpi jenis
refrigeran yang terjadi pada evaporator
Ukuran besar kecilnya mesin pendingin, disebut juga Kapasitas mesin pendingin
ada dua versi:
1. Versi Daya Kompresor. Mulai dari 0,5 Hp, ¾ Hp sampai dengan 25 Hp. Jika
dikonversikan ke SI, 1 Hp = 746 Watt
2. Versi Daya Evaporator. Menggunakan satuan TR (Tons Of Refrigeration). Dimana 1
TR identik dengan kemampuan evaporator untuk menyerap panas sebesar 12.000
BTU/hr.

32
Contoh.
Sebuah siklus refrigerasi kompresi uap dengan daya evaporator (kapasitas pendinginan)=
50 kW, menggunakan refrigeran Freon-22, bekerja pada suhu pengembunan (kondensasi)
450C dan suhu penguapan (vaporasi) -100C. Ditanyakan:
a. Dampak refrigerasi
b. laju aliran massa refrigeran bersirkulasi
c. Daya kompresor
d. Suhu refrigeran keluar kompresor
e. COP

Jawab:
Jawaban dimulai dengan menggambar instalasi dan diagram P - h
Dari tabel Refrigeran Freon-22 diperoleh data:
Pada suhu jenuh refrigeran -10 0C diperoleh h1 = hg = 401,6 kJ/kg, s1 = sg = 1,767 kJ/kg.K.
Proses pada kompresor ideal adalah isentropik sehingga s1 = s2 . Dari tabel panas lanjut,
menggunakan metode interpolasi diperoleh harga h2 = 441,815 kJ/kg
Pada suhu jenuh 450C , h3 entalpi jenis refrigeran pada garis cair jenuh = hf = 256, 396
kJ/kg. Pada katup ekspansi ideal, tekanan refrigeran diturunkan secara isoentalpi
sehingga h3 = h4.

a. Dampak refrigerasi, h1 – h4 = (401,6 – 256,3962) kJ/kg = 145,204 kJ/kg

b. Laju aliran massa refrigeran bersirkulasi dihitung berdasarkan daya evaporator dan
dampak refrigerasi.

ṁ = Qin / (h1 – h4) = 50 kW/145,204 kJ/kg = 0,344 kg/det

c. Daya kompresor

Win = ṁ (h2 - h1) = 0.344 kg/det (441,815 – 401,6)kJ/kg = 13,834 kW

d. Suhu refrigeran keluar kompresor diperoleh dari data tabel panas lanjut pada sushu
kondensasi 450C dan s2 = 1,767 kJ/kg.K . t2 = 71,150C

e. Coeficient of Perfomance.

COP = 50 kW/13,834 kW = 3,614

33
4.2 Siklus Modifikasi

Siklus modifikasi memiliki beberapa tujuan: peningkatan COP, pelayanan


pendinginan dengan suhu yang berbeda dan lain-lain.

4.2.1 Evaporator Bertingkat

Pada mesin pendingin dimana evaporator harus melayani lebih dari satu tempat
yang suhunya berbeda, maka dirancang penggunaan evaporator yang dikendalikan oleh
beberapa katup ekspansi. Biasanya konsep evaporator bertingkat hanya terdiri dari dua
buh sebagimana terlihat pada gambar berikut.

Gambar 4.3 Evaporator Bertingkat

4.2.2 Kompresor Beringkat

Penggunaan kompresor bertingkat yang dilengkapi dengan Intercooler secara


termodinamika akan memperkecil daya kompresor . Selain itu juga untuk mesin pendingin
yang bekerja pada beda tekanan yang besar, penggunaan satu kompresor menjadi sangat
riskan..

34
Gambar 4.4 Kompresor bertingkat

4.2.3 Tangki Cetus (Flash Tank)

Tangki Cetus berfungsi untuk memisahkan refrigeran yang keluar dari katup
ekspansi menjadi fasa cair jenuh dan fasa uap jenuh. Refrigeran cair jenuh masuk ke
evaporator, sedangkan yang uap jenuh masuk ke kompresor.

Gambar 4.5 Tangki cetus (Flash tank)

Latihan.

1. Sebuah mesin pendingin dengan daya kompresor 2 Hp, menggunakan refrigeran


Freon-12 , bekeraja antara tekananan kondensor 300 psi dan tekanan evaporator 10
psi. Ditanya;

a. Gambarkan instalasi dan diagram P – h berikut angkanya


35
b. Hitung dampak refrigerasi

c. Hitung Laju aliran massa refriogeran

d. hitung COP

36
BAB 5
SIKLUS ABSORBSI

Siklus absorbsi dipakai untuk mesin pendingin pertama kali diperkenalkan oleh
Ferdinand Care pada tahun 1896. Jika siklus refrigerasi menggunakan satu jenis fluid
kerja sebagai refrigeran, maka pada siklus absorbsi menggunakan larutan yang terdiri dari
dua zat, masing masing disebut pelarut dan terlarut. Zat yang umum di pakai sebagai
pelarut adalah air (H2O) dan zat terlarut bisasnya Amonia atau Garam Bromida, LiBr
(Lithium Bromide). Dalam pembahasan pada modul ini, siklus Absorbsi menggunakan
larutan LiBr-air.
Siklus Refrigerasi kompresi uap disebut sebagai siklus yang dioperasikan oleh kerja
(work operation cycle) karena penaikan tekanan refrigeran dilakukan oleh kompresor yang
memerlkan kerja dari luar. Sedangkan siklus Absorbsi disebut sebagai siklus yang
dioperasikan oleh panas (Heat operated cycle).

Gambar 5.1 Perbandingan siklus refrigerasi kompresi uap dengan siklus Absorbsi

5.1 Hubungan suhu jenuh, Tekanan jenuh dan Konsetrasi larutan LiBr-Air
Lithium Bromida (LiBr) adalah kristal garam padat, yang jika dimasukkan ke dalam
air maka kristal tersebut akan mengabsorb (menyerap) air hingga terbentuk larutan cair.
Larutan cair menimbulkan tekanan jenuh (saturated pressur) yang merupakan fungsi dari
suhu dan konsentrasi larutan. Jika dua buah bejana dihubungkan. Satu bejana berisi
larutan LiBr-air dan bejana lain berisi air murni, maka tiap bejana akan menimbulkan
tekanan uap air. Pada keadaan seimbang, tekakan uap air yang ditimbulkan oleh dua
cairan tersebut sama. Contoh dari keadan seimbang adalah ketika air murni dengan
bersuhu 400C memiliki tekanan uap jenuh sebesar 7,38 kPa. Tekanan terebut dapat dibuat
menggunakan Larutan LiBr-air pada konsentrasi 59 % dan suhu 80 0C.

37
Gambar 5.2 Kesetimbangan Tekanan Uap air

Konsentrasi larutan (x) didefinisikan sebagai hasil bagi antara massa LiBr terhadap massa
total (massa LiBr dan + massa air) dikalikan dengan 100%.
Hubungan suhu jenuh, tekanan jenuh dan konsenttrasi larutan LiBr-air dapat dilihat pada
diagram berikut

Gambar 5.3 Diagram Suhu uap jenuh, tekanan uap jenuh dan konsentrasi
larutan LiBr-air

Gambar berikut menunjukkan hubungan entalpi jenis dan konsentrasi larutan untuk
berbagai suhu.

38
Gambar 5.4 Diagram Entalpi jenis - konsentrasi larutan LiBr-air

5.2 Instalasi standar Siklus Absorbsi


Komponen utama dan fungsi masing-masing adalah sebagai berikut:
a. Pompa, berfungsi untuk mensirkulasikan larutan LiBr-air dari Absorber menuju ke
generator. Didalam operasinya pompa memerlukan daya dari luar.
b. Generator, berfungsi untuk menuapkan air dari larutan dengan cara memberikan energi
kalor (panas) dari luar. Dari Generator dihasilkan uap air murni pada tekanan tinggi (di
bagian atas) serta larutan pekat yang mengalir ke bawah.
c. Katup trotel, berfungsi untuk menurunkan tekanan larutan dari Generator menuju ke
Absorber.
d. Absorber, berfungsi untuk mencampurkan uap air dengan larutan pekat yang keluar dari
trotel. Larutan yang terbentuk di dalam Absorber masih memiliki suhu tinggi sehingga
harus diturunkan suhunya dengan cara membuang kalor ke lingkungan.

39
e. Kondensor, berfungsi untuk menurunkan temperatur uap air tekanan tinggi yang
dihasilkan oleh Generator dengan cara membuang kalor ke lingkungan. Dari kondensor
dihasilkan uap basah.
f. Katup Ekspansi, berfungsi untuk menurunkan tekanan uap basah temperatur rendah
dari kondensor secara isoentalpi. Dampaknya adalah uap basah (fraksi gas rendah)
tekanan rendah dan temperatur sangat rendah yang selanjutnya dialirkan ke
Evaporator.
g. Evaporator, befungsi untuk menyerap kalor dari zat/fluida yang akan didinginkan. Uap
basah berubah menjadi uap kering (fraksi gas tinggi)

Gambar 5.5 Instalasi standar Siklus Absorbsi

Kinerja siklus Absorbsi ditentukan dari nilai COP (Coefisient Of Perfomance) yang
didefinisikan sebagai:

Penyerapan Kalor pada Evaporator (Qe )


COP=
Penambahan kalor pada Kondensor (Qc )

Dalam hal tertentu pemakaian COP untuk sistem absorbsi kurang menguntunkan karena
nilainya lebih rendah dibandingkan dengan COP yang dihasilkan oleh siklus refrigerasi
kompresi uap. Inilah salah satu faktor bahwa siklus refrigerasi kurang bisa bersaing untuk
skala komersial.

Contoh
Siklus Absorbsi menggunakan larutan LiBr-air, bekerja dengan laju aliran massa larutan
pada pompa sebesar 0,6 kg/det. Temperatur disetiap komponen dipertahankan tetap
antara lain: Generator 100 0C, Kondensor 400C, Evaporator 100C dan Absorber 300C.
Hitung:

40
a. Kalor yang ditambahkan pada Generator (Q G)
b. Kalor yang dibuang pada Absorber (QA)
c. Kalor yang dibuang pada kondensor (QC)
d. Kalor yang diserap oleh Evaporator (Q E)
e. COP Siklus

Jawab.
Perhitungan laju aliran massa menyangkut kesetimbangan bahan dengan menggunakan
konsentrasi larutan tertentu. Di dalam siklus terdapat dua tekanan yang berbeda; tekanan
tinggi berada pada generator dan kondensor sebagai bagian dari discharge pompa,
sedangkan tekanan rendah berada pada evaporator dan absorber sebagai bagian dari
suction pompa.

Gambar 5.6 Instalasi contoh soal

Dari gambar 5.3 kondisi jenuh uap air murni pada kondensor yang bersuhu 40 0C memiliki
tekanan 7,38 kPa dan pada evaporator yang bersuhu 10 0C memiliki tekanan jenuh 1,23
kPa.

Gambar 5.7 Kondisi larutan dari contoh soal


41
Larutan meninggalkan komponen merupakan wakil dari kondisi larutan di dalam
komponen. Kondisi larutan pada titik 2 adalah perpotonangan antara suhu larutan 100 0C
dan tekanan 7,38 kPa menghasilkan konsentrasi larutan x 2= 6,67%. Larutan
meninggalkan absorber pada suhu 30 0C dan tekanan 1,23 kPa memiliki konsentrasi x 1=
50%. Kesetimbangan pada generator adalah:
- Kesetimangan laju aliran massa, m1 = m2 + m3 = 0,6 kg/det
- Kesetimbangan konsentrasi larutan, m1 x1 = m2 x2
0,6 (0,5) = m 2 (0,664)
Dengan menyelesaikan dua persamaan tersebut menghasilkan
m2 = 0,452 kg/det dan m3 = 0,148 kg/det

Menggunakan diagram pada gambar 5.4, entalpi larutan dapat ditentukan


h1 = entalpi jenis larutan pada t = 300C dan x = 50% = - 168 kJ/kg
h2 = entalpi jenis larutan pada t = 1000C dan x = 66,4% = - 52 kJ/kg
Menggunakan data uap air murni(tabel A-1) diperoleh:
h3= entalpi jenis uap jenuh pada t = 1000C = 2676 kJ/kg
h4= entalpi jenis cair jenuh pada t = 400C = 167,5 kJ/kg
h5= entalpi jenis uap jenuh pada t = 100C = 2520 kJ/kg
Laju perpindahan kalor pada tiap komponen dihitung berdasarkan berdasarkan
kesetimbangan energi:
a. QG = m3 h3 + m2 h2 – m1 h1 = 0,148 (2676) + 0,452 (-52) – 0,6 (-168) = 473,3 kW
b. QC = m3 h3 – m4 h4 = 0,148 (2676 – 167,5) = 371,2 kW
c. QA = m2 h2 + m5 h5 - m1 h1= 0,452(-52)+0,148(252)-0,6(-168) = 450 kW
d. QE = m5 h5 - m4 h4 = 0,148(2520 – 167,5) = 348,2 kW
e. COP = QE / QG = 348,2 / 476,6 = 0,736

5.3 Sistem Air Amonia


Sejauh ini pembahsan kita hanya menitik beratkan pada larutan LiBr-air, dimana LiBr
sebagai abasorben (terlarut) dan air sebagai absorber (pelarut) yang sekaligus berfungsi
sebagai media penyerap kalor (refrigeran). Kombinasi larutan lain yang sudah ada
sebelumnya adalah air-amonia (H2O – NH3), dimana Air sebagai absorben dan Amonia
sebagai refrigeran. Instalasi dapat dilihat pada gambar berikut

42
Gambar 5.8 Instalasi Siklus Absorbsi Air-Amonia

Perbedaan antara siklus absorbsi dengan larutan LiBr-air dengan yang menggunakan
larutan air-amonia terdapat pada dua komponen trus ditambahan, yaitu: Reactifier dan
Analyzer. Kedua komponen tersebut ditambahkan berdasarkan pertimbangan bahwa uap
refrigeran yang dilepaskan pada generator (amonia) mengandung juga uap air. Pada saat
air ini menuju jalan ke evaporator. Ia menaikkan suhu di situ. Untuk menyingkirkan uap air
sebanyak mungkin, uap yang dikeluarkan dari generator pertama-tama dialirkan
berlawanan dengan aliran yang masuk di dalam reactifier. Selanjutnya larutan dialirkan
melalui analyzer. Penukar kalor berpendingin air mengkondensasikan sebagian cairan
kaya air lalu disalurkan kembali ke reactifier. Sebagian kecil uap air ikut meninggalkan
analyzer dan disalurkan dalam bentuk cair dari evaporator ke absorber.

Latihan

1. Larutan LiBr-air meninggalkan penukar kalor dan kembali ke absorber pada suhu 60 0C
Suhu generator 950C. Berapakah suhu pengembunan minimum yang diperbolehkan
supaya tidak terjadi rekristalisasi.

2. Siklus absorbsi LiBr-air beroperasi pada suhu-suhu berikut: generator 105 0C,
kondensor 350C, evaporator 50C dan absorber 300C. Laju aliran massa refrigeran pada
pompa 0,4 kg/det . Ditanya:
a. Hitung laju aliran massa larutan ke generator, ke absorber serta laju aliran massa

43
refrigeran (uap air)
b. Hitung laju perpindahan kalor pada masing-masing komponen
c. Hitung COP Siklus

44
BAB 6
REFRIGERAN

Refrigeran yang dibahas pada bab ini dikhususkan pada siklus refrigerasi kompresi
uap.

6.1 Refrigeran Primer


Refrigeran primer (orang awam menyebutnya ‘Freon”) adalah refrigeran yang
langsung dipakai sebagai pembuang dan penyerap kalor. Refrigeran ini kebanyakan
dibentuk dari bahan dasar hidrogen dan karbon serta ditambahkan satu dari tiga atom
halogen (klorin, fluorin dan bromin). Secara komersial penomoran dan komposisi kimia
refrigeran adalah
Bahan baku refrigeran yang paling banyak dipakai adalah senyawa hidrokarbon-
fluorine, tetapi ada sejumlah substansi lain yang berfungsi baik sebagai refrigeran, seperti
senyawa organik ataupun kombinasi senyawa organik, halogen dan hidrokarbon.

Tabel 6.1 Refrigeran komersial yang umum


Jenis Referigeran Rumus kimia Nama Kimia
R- 11 C Cl3 F Trikloromonofluorometana
R- 12 C Cl2 F2 Diklorodifluorometana
R- 13 C Cl F3 Monoklorotrifluorometana
R- 22 C H Cl F2 Monoklorodifluorometana
R- 40 C H3 Cl Metilkloroda
R- 113 C Cl2 F C Cl F2 Triklorotrifluoroetana
R- 114 C Cl F2 Diklorotetrafluoroetana`
R- 717 NH3 Amonia
R- 744 CO2 Karbodioksida
R- 50 CH4 Metana
R- 170 C2H6 Etana
R- 290 C3H8 Propana
R- 600 C4 H10 Butana
Jenis refrigeran terdiri dari tiga angka. Sistem penomoran pada kelompokm halokarbon
mengikuti pola berikut:
- Angka pertama dari kanan adalah jumlah atom fluorin dalam ikatan
- Angka kedua dari kanan adalah jumlah atom hidrogen ditambah angka satu
45
- Angka ketiga dari kanan adalah jumlah atom karbon dikurang satu
- Bila bilangan ketiga berharga nol maka jenis refrigeran hanya terdiri dari dua angka
Refrigeran azeotrop adalah campuran dari dua refrigeran yang secara
termodinamika tak dapat dipisahkan. Sifat-sifat yang dimiliki refrigeran azeotrop berbeda
dengan sifat-sifat masing-masing refrigeran pembentuknya. Refrigeran azeotrop yang
paling umum adalah R-502 yang dibentuk dari 48,8% R-22 dan 51,2 % R-114
Persyaratan utama bagi refrigeran primer yang dapat dioperasikan pada meain pendingin
antara lain:
a. Bersifat Condensible (dapat berubah fasa cair-gas-cair) ketika dioperasikan pada mesin
pendingin. Hal ini diharuskan mengingat ketika terjadi perubahan fasa maka refrigeran
memiliki kalor laten, yang berarti rfrigeran dapat menyimpan energi kalor yang jauh
lebih besar dibandingkan jika refrigeran tidak mengalami perubahan fasa.
b. Tidak besifat korosif, artinya refrigeran tidak bereaksi dengan material/instalsi mesin
pendingin yang dapat mengakibatkan kerusakan.
c. Tidak bersifat erosif, artinya refrigeran tidak mengakibatkan pengikisan terhadap
mesin/instalsi yang dilaluinya ketika refrigeran bersirkulasi.
d. Bersifat non CFC. Untk persyaratan ini akan dibahas khusus

Tabel 6.2 Karakteristik termodinamik berbagai refrigeran

Jenis Tekanan Tekanan Perbandingan Dampak Aliran uap


Refrigera Evaporator Kondensor Tekanan Refrigerasi refrigeran COP
n (kPa) (kPa) (kJ/kg) (ltr/det)
R-11 20,4 125,5 6,15 155,4 4,90 5,03
R-12 182,7 744,6 4,08 116,3 0,782 4,70
R-22 295,8 1192,1 4,03 162,8 0,476 4,66
R-502 349,6 1308,6 3,74 106,2 0,484 4,37
R-717 236,5 1166,6 4,93 1103,4 0,462 4,76

6.2 Refrigeran Sekunder (Chiller)


Adalah fluida pengangkut kalor dari bahan yang didinginkan ke evaporator pada
mesin pendingin. Refrigeran sekunder tidak mengalami perubahan fasa didalam
operasinya, dan selalu pada fasa cair. Dunia mesin pendingin menyebut refrigeran
sekunder sebagai’Chiller’ yang dipakai untuk mesin pendingin berskala besar.
Refrigeran sekunder terbuat dari bahan baku air (sebagai pelarut) serta satu diantara
bahan tambah berikut: Garam (Brine), glikol etilen, glikol propilen serta kalsium klorida.
Tujuan dari pelarutan tersebut adalah untuk menurunkan titik beku (freezing point) air,
sedemikian hingga ketika mengalir melalui evaporator akan tetap berada pada fasa cair.
Diagram campuran refrigeran sekunder yang umum, untuk tekanan 1 atm dapat dilihat
46
pada 6.1 dimana sumbu tegak sebagai temperatur dan sumbu datar sebagai konsentrasi
larutan. Pada sumbu tegak sebelah kiri menunjukkan konsentrasi larutan 0% yang berati
air murni dan memiliki titik beku 0 0C, sedangkan sumbu tegak sebelah kanan
diperuntukkan bagi zat terlarut dengan konsentrasi 100 0% . Ttitk beku terendah berada
pada konsentrasi larutan tertentu yang disebut sebagai titk ‘Eutektik’. Untuk larutan air
yang dicampur dengan garam, titik tersebut bernilai -12 0C pada konsentrasi 46%.

Gambar 6.1 Diagram fasa refrigeran sekunder

Persyaratan umum untuk refrigeran sekunder antara lain:


a. Gaya gravitasi spesifik (massa jenis), harus rendah karena berhubungan dengan
tekanan hidristatik ketika refrigeran beroperasi pada beda ketinggian yang besar.
b. Daya hantar termal, harus besar agar proses transfer nergi kalor menjadi cepat.
c. viskositas (kekentalan) harus rendah, untuk mengurangi daya pompa ketika refrigeran
disirkulasikan.
d. Kalor spesifik (panas jenis) harus besar, agar mampu menyimpan energi kalor yang
banyak.

Gambar 6.2 Diagram Gaya berat spesifik larutan air-glikol etilen


47
Gambar 6.3 Diagram daya hantar termal larutan air-glikol etelin

Gambar 6.4 Diagram Viskositan larutan air-glikol etilen

48
Gambar 6.5 Diagram Kalor spesifik larutan air-glikol etilen

Latihan

1. Dengan menggunakan tabel 6.2, untuk siklus refrigerasi kompresi uap standar yang
bekerja pada suhu penguapan (evaporator) -15 0C dan dan suhu pengembunan
(kondensor) 300C , hitunglah laju aliran massa refrigeran per kW refrigerasi serta daya
kompresor untuk:
a. Refrigeran R-22
b. Refrigeran Amonia

2. Suatu larutan air-glikol etilen dengan konsentrasi 20% didinginkan. Ditanyakan:


a. Pada suhu berapakah kristalisasi dimulai
b. Jika larutan didinginkan hingga -25 0C, berpa persen larutan yang menjadi beku

49
BAB 7
PRAKTIKUM MESIN PENDINGIN

Praktikum mesin pendingin bertujuan agar mahasiswa dapat memahami serta


menghubungkan antara ilmu teoritik dan kegiatan praktikum di laboratorium.

7.1 Merangkai komponen mesin pendingin

7.2 Penanganan Refrigeran dan Minyak pelumas

7.3 Pengujian Mesin Pendingin

50
MODUL AJAR

51

Anda mungkin juga menyukai