MR-082518
Oleh:
1
IDENTITAS MODUL
REFERENSI
1. Stoecher, W.F & Jones J.W aliah bahasa Supratman Hara, 1994, Refrigerasi dan
Pengkondisian Udara,Jakarta, Penerbit Erlangga
2. Holman J.P., 1968, Heat Transfer, Tokyo, McGraw-Hill, Inc
3. Carrier, X.F., 2002, Hand Book of Refrigeration, Hamburg, Scotcflerr Print House
4. Reynolds, W.C., & Perkins, H.C., 1982, Engineering Thermodinamics, Newyork, Mc
Graw-Hill Inc.
5. Dossat, R.J.,1961, Principle Of Refrigeration, London, John Willey & Sons
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
IDENTITAS MATA KULIAH ..................................................................... iii
BAB 1. PRINSIP DASAR TERMAL ...................................................... 1
1.1 Perpinahan Panas
1.2 Alat Penukar Panas
1.3 Sistem Fasa
1.4 Persamaan Energi
BAB 6 REFRIGERAN
6.1 Refrigeran Primer
6.2 Refrigeran Sekunder
Pa = Pb + Pg
Pa = Pb - P v
Pa Pg
Tekanan udara di permukaan laut = 1 atm
Pb Pv
Patm
Pa
Tekanan nol mutlak
SI BS
0C 0K 0F 0R
0 273 a b
c d 0 460
5
C = panas jenis, berlaku untuk zat padat dan zat cair
q = C. ∆t
Cp = panas jenis tekanan konstan, berla ku untuk zat gas
∆h = Cp. ∆t
Cv = panas jenis volume konstan, berlaku untuk zat gas
∆u = Cv. ∆t
D, d = Diameter pipa
E = Energi
e = energi jenis
ep = energi potensial jenis
= gz
ek = energi kinetik jenis
= ½ V2
f = flash (fasa cair jenuh)
g = percepatan gravitasi
H = entalpi total
H = U + PV
h = entalpi jenis
h = u + pv
k = konstanta panas jenis = Cp/Cv
m = massa zat
ṁ = (baca m dot) = laju aliran massa fluidaif
n = konstanta politropik
P = tekanan
P = tekanan parsial
Q = energi kalor total
= Debit/kapasitas
q = energi kalor jenis
R = Konstanta gas
S = entropi total
s = entropi jenis
T = tempratur mutlak (0K, 0R)
t = temperatur relatif (0C, 0F)
U = energi dalam
u = energi dalam jenis
V = kecepatan aliran fluida
6
= Volume
v = volume jenis
W = Kerja mekanik
w = kerja jenis
z = ketinggian
a. Konduksi
Yaitu perpindahan panas yang terjadi pada zat padat, secara umum dirumuskan sebagai:
dT
Q̇ k =−kA .............. T1 > T2
dx
A
Benda padat
T1 T2
Qk
dx
7
Q̇c =h c A(T 1−T )
Dinding
Datar
T1 Fluida
Qc
T~
c. Radiasi
Yaitu perpindahan panas antara dua zat akibat terjadinya pancaran. Ide dasarnya adalah
bahwa semakin tinggi temperatur zat berkorelasi dengan makin cerahnya warna zat
tersebut. Seacara umum perpindahan panas radiasi diformulasikan
Q̇ r =σ A F∈ F A ( T 14−T 42 )
Dimana, σ : tetapan Stefan-Boltzmann = 5,699 x 10-8 W/m2.K4
A : luas panampang
Fɛ : derajat kehitaman zat padat
FA : faktor bentuk
8
Adalah alat (mesin) yang dipakai untuk mempertukarkan kalor (panas) antara dua fluida
secara kontak tak langsung, contoh: radiator mobil. Prinsip kesetimbangan energi adalah
nilai yang sama antara kalor yang dilepaskan oleh fluida panas (p) dengan kalor yang
diterima oleh fluida dingin(d)
Q̇ p + Q̇ d =0
Bentuk yang kedua mengandung arti bahwa tanda + untuk Qd berarti fluida dingin
menerima kalor dari fluida panas sedangkan tanda – untuk Qp berarti fluida
panas.melepaskan kalor ke fluida dingin
Fluida panas
c Fluida dingin
Tp1
Td2
Tp2
Td1
A
l Ga
mbar 1.1. Alat Penukar Panas
Q̇ p= ṁp ( h p 2−h p 1 )
Q̇ d =ṁ d ( hd 2−hd 1 )
9
b. Jika tidak terjadi perubahan fasa
Q̇ p= ṁ p C pp (t p 2−t p 1)
Q̇=U . A . LMTD
∆ t 2−∆ t 1
= ∆t
ln 2
∆ t1
Setiap fluida yang dapat berkondensasi, dalam keadan tertentu dapat berada pada
3 fasa, yaitu: fasa cair (subcool), fasa cair-gas dan fasa gas (superheat). Sistem cair-gas
dapat dituangkan dalam bentuk diagram 2 dimensi. Pada mata kuliah ini sistem sumbu
yang dipakai adalah P (tekanan) sebagai ordinat dan h ( entalpi jenis) sebagai absis,
Beberapa istilah penting pada diagram adalah:
- Garis cair jenuh (Saturated liquid line) dinotasikan dengan huruf f (flash) adalah garis
pemisah antara fasa cair (disebelah kiri) dan fasa cair gas di sebelah kanan.
- Garis uap jenuh (Saturated vapour line) dinotasikan dengan huruf g (gas) adalah garis
pemisah antara fasa cair-gas (disebelah kiri) dan fasa gas di sebelah kanan.
- Titik kritis (critical point) adalah titik pemisah antara antara garis cair jenuh dan garis uap
jenuh.
- Fraksi gas (x) didefinisikan sebagai hasil bagi antara massa gas (m g ) dengan massa
total (mt). Massa total adalah penjumlahan dari massa gas (m g) dengan massa cair (mf)
mg
x=
m g +mf
Beberapa sifat termodinamika fluida pada fasa cair-gengan gas antara lain:
10
Entalpi jenis, h = hf + x (hfg) = hf + x(hg – hf)
Pada fasa cair-gas (di dalam kubah termodinamika) garis isobar sejajar dengan garis
isotermal.
Energi hasil
η= x 100 %
Energi modal
11
Gambar 1.3 Sistematika perubahan energi
Q̇−Ẇ =ṁ ∆ ( h+ e p + ek )
= g.z
z = ketinggian, m
= ½ V2
Tanda (+ ) untuk Q berati masuk sistem, tanda (-) untuk W berarti keluar sistem
Latihan:
12
1. Sebatang tembaga dengan massa 5 kg dan temperatur mula-mula 86 oC dicelupkan ke
dalam air dengan massa 8 kg dan temperatur mula-mula 20 oC. Panas jenis tembaga,
C= 0,383 kJ/kg.oC dan dan panas jenis air, C = 4,174 kJ/kg. oC. Mengacu Hukum
kesetimbangan, hitung:
a. Temperatur kesetimbangan antara tembaga dan air
b. Besarnya kalor yang dipertukarkan antara kedua benda
2. 10 lbm H2O mula mula berada pada fasa cair pada temperatur 120oF dan tekanan 40
psi. Selanjutnya dipanaskan secara isobar hingga fasa campuran cair-gas dengan
kualitas uap 78%. Ditanya:
3. Suatu gas dengan Cp = 1,043 kJ/kg.oK dan Cv = 0,97 kJ/kg.0K mula mula berada pada
tekanan 23 Pa, volume 68 m3 dan temperatur 4500C. Selanjutnya gas berekspansi
secara isentropik hingga mencapai tekanan 45 Pa . Hitung:
13
BAB II
SIFAT-SIFAT TERMODINAMIKA UDARA
Dalam Teknik Pendingin, udara dipandang sebagai fluida gas yang memiliki peranan
penting sebagai media perpindahan panas konveksi. Udara diidealisasikan terdiri dari dua
komponen, yaitu :
- Udara kering (dray air), selanjutnya sifat yang diperuntukkan baginya menggunakan
indekas ‘a’. Udara kering teridiri dari 79% mol Nitrogen (N 2) dan 21% Oksiogen (O2).
- Uap air (steam), selanjutnya sifat termodinamika yang diperuntukkan baginya
menggunakan indeks ‘s’.
Untuk istilah air , jika ditulis biasa artinya : banyu, water atau H 2O fasa cair. Jika dicetak
miring, air artinya udara
Data pendukung yang diperlukan untuk menganalisi sifati-sifat termidinamika udara
adalah tekanan parsial. Tekanan parsial terjadi pada campuran fluida gas, dimana
tekanan campuran merupakan jumlah dari tekanan parsial masing-masing komponen
campuran. Tekanan parsial adalah tekanan dari satu komponen campuran pada volume
dan temperatur campuran. Untuk udara, tekanan campuran menjadi:
p = p a + pw
dimana, p : tekanan udara campuran
pa : tekanan parsial udara kering
pw : tekanan parsial uap H2O
1.1 Temperatur(suhu)
Dua jenis temperatur yaitu:
a. Temperatur bola kering, tdb (drybulb temperature) yaitu temperatur udara terukur
yang bisa diketahui dengan menggunakan termometer maupun termokopel .
Temperatur ini sering juga disebut temperatur udara bebas. Jika disebut temperatur
saja, tanpa embel-embel, berarti rempertur bola kering
14
250C = tdb
Aliran udara tidak jenuh
200C = twb
Sumbu kapiler
Air, t= 250C
1.2 Kelembaban
Kelembaban udara terdiri dari dua jenis yaitu:
a. Kelembaban Relatif ( ϕ , baca phi) didefinisikan sebagai presentase hasil bagi
antara tekanan parsial uap air (P s) dengan tekanan jenuh air pada temperatur
udara campuran (Pg).
Ps Tekanan parsial uap air
ϕ= x 100 %= x 100 %
Pg Tekanan jenuhair pada temperatur campuran
b. Kelembaban mutlak atau Rasio kelembaban (W) didefinisikan sebagai hasil bagi
antara massa uap air dengan massa udara kering
ms mass uap air
W= =
ma massa udara kering
Dengan menggunakan rumus gas Ideal dan konsep tekanan parsial diperoleh hubungan
Ps Pg
W =0,622 =0,622 ϕ
Pa P−Ps
Entalpi (kandungan panas) adalah besrnya energi kalor yang dimiliki oleh suatu zat.
Untuk udara, entalpi jenis didasarkan pada 1 kg d.a. (baca kilogram dry air ). Entalpi jenis
udara merupakan penjumlahan antara entalpi udara kering dan entalpi uap air yang
terkandung. Harga entalpi datum (nilai nol) pada temperatur 0 0C. Entalpi udara
diformulasikan sebagai
h = Cp t + W hg kg/kg d.a.
dimana, Cp = panas jenis tekanan konstan udara kering = 1004 J/kg.K
t = temperatur udara (0C)
15
W = rasio kelembaban udara (kg/kg d.a)
hg = entalpi jenis uap air pada fasa uap jenuh pada t (J/k)
2 Udara basah
Udara kering 1
A Benda basah
Perpindahan panas konveksi terjadi dari air ke udara, disebut juga perpindahan panas
sensibel, yang secara infinitesimal dirumuskan:
Q̇ s =hc . A(t i – t a )
dimana, hc : koefisien perpindahan panas konveksi udara
A : luas penampang
(ti - ta ) : perbedaan temperatur udara dipermukaan air dengan udara bebas
Di sisi lain, rasio kelembaban udara tepat dipermukaan air (Wi) lebih tinggi dari yang jauh
dari permukaan air (Wa), akibatnya akan terjadi perpindahan massa uap air ke udara.
Penomena ini (Hukum Fiks) disebut pepindahan panas laten yang secara infinitesimal
dirumuskan:
Q̇l=h0 . A ( W i – W a ) hfg
18
hc A
Q̇t =Q̇s + Q̇l= (h −h )
C pm i a
dimana, Cpm : panas jenis udara basah
= Cp + Wa Cps
Cp : panas jenis udara kering = 1,004 kJ/kg. oC
Cps : panas jenis uap air = 1,88 kJ/kg.0C
hi : entalpi jenis udara di permukaan air
ha : entalpi jenis udara bebas
h2
h1 2
qt
ql
Garis udara jenuh
1 qs
Gambar 2.4. Perubahan sifat udara ketika mengalami perpindahan panas gabungan
19
Latihan
1 Sebuah ruangan dengan volume 50 m 3 berisi udara pada tekanan mutlak 1 atm,
kelembaban relatif 60% dan temperatur 300C Menggunakan rumus, hitung:
a Tekanan parsial udara kering (Pa)
b Tekanan parsial uap air (Ps)
c. Kelembaban mutlak (W)
d. Entalpi jenis (h)
e. Bandingkan hasilnya dengan data pada diagram psikrometrik.
2. Gambarkan dalam diagram psikrometrik (tanpa skala) perubahan perubahan sifat
udara ketika mengalami:
a. Pemanasan
b. Pendinginan hingga kondensasi
c. Pengeringan dengan desikan
d. Pelambaban adiabatik
3. Udara 1 mempunyai kelembaban relatif 90% dan rasio kelembaban 0,004 kg/kg d.a
mengalir dengan laju aliran 4 kg/det., dicampur dengan udara 2 yang mempunyai
suhu bola basah 300C dan susu bola kering 450C mengalir dengan laju aliran massa
7 kg/det. Menggunakan konsep kesetimbangan dan diagram psikrometrik, ditanya:
a. Gambarkan pada diagram psikrometrik proses tersebut
b. Tentukan sifat-sifat udara campuran, meliputi: t db, twb, W, ᶲ dan v
4. Udara mengalir dengan laju 0,5 kg d.a/det pada permukaan benda basah. Kondisi
awal udara adalah temperatur 25 0C, kelembaban relatif 30%, kondisi akhir udara
adalah temeperatur 400C, kelmbababan reltif 65%. Ditanya:
a. Gambarkan pada diagram psikrometrik proses tersebut
b. Hitung energi kalor total yang diterima udara
20
BAB 3
SISTEM PENGKONDISIAN UDARA
21
- Beban panas laten (QL) adalah beban yang ditanggung koil pendingin untuk
menurunkan kelembaban udara.
Tabel 3.1. Energi kalor yang dihasilkan oleh manusia (dalam Watt)
Akativitas Tidur (istirahat) Bekerja ringan Bekerja berat
(olah raga)
Jenis kalor
Kalor sensibel (Qs) 45 ÷ 60 60 ÷ 75 75 ÷ 95
Kalor Laten (Ql) 12 ÷ 18 18 ÷ 25 25 ÷ 45
22
ini bertujuan untuk menghindari terjadinya akumulasi udara ruang yang dapat
menyebabkan tumbuhnya kuman maupun bakteri.
Koil
Pendingin
c
i
kondensat Ruang terkondisi
Udara sirkulasi
i
Garis rasio beban
Contoh.
Suatu ruang operasi rumah sakit di set pada temperatur 20 0C dan kelembaban relatif
40%, memiliki beban panas sensibel 50 kW dan beban panas laten 7 kW. Udara luar
yang dimasukkan ke ruangan memiliki temperatur 35 0 C dan kelembaban relatif 60%.
Ditanya :
a. Tentukan sifat-sifat udara keluar dari koil pendingin
b. Laju aliran massa udara ke ruangan (udara sirkulasi)
c. Daya kalor koil pendingin
d. Laju aliran massa kondensat yang dikeluarkan oleh koil pendingin
23
Jawab.
Kondisi udara luar (1): t 1 = 350C, Φ1 = 60%, dari diagram psikrometrik diperoleh data: h1 =
91 kJ/kg d.a, kelembaban mutlak, W1 = 0,0215 kg/kg d.a
Kondisi udara akhir pembebanan (c) : t c = 200C , Φc =40%, dari diagram psikrometrik
diperoleh hc = 35 kJ/kg d.a
Kondisi udara awal pembebanan (i) di lakukan dengan sistem coba-coba (manipulasi),
sedemikian hingga kemiringan Garis Rasio Beban (persamaan (3 -1)) terpenuhi.
Catatan : Pengambilan harga ti (coba-coba) hendaklah sedemikian rupa hingga
menghasilkan titik i sementara yang sedekat mungkin dengan garis udara jenuh namun
tetap berada di dalam diagram. Untuk ini dicoba ti = 100C, selanjutnya dimasukkan
kedalam persamaan (3 -1) dan diperoleh:
Q s+ Q l 50+7 kJ
hi =hc −C p ( t c −t i ) =35 – 1,004 ( 20−10 ) =23,55
Qs 50 kg d . a
Dengan menggabungkan ti = 100C dan hi = 23,55 kJ/kg d.a diperoleh posisi titik i hasil
coba-coba. Selanjutnya titik i dengan titik c dihubungkan dengan garis lurus hingga
mencapai garis udara jenuh yang menghasilkan titik i sebenarnya.
Diperoleh suhu udara awal pembebanan atau suhu udara keluar dari koil pendingin ,
ti = tdbi = twbi = 3,50C
Dari diagram psikrometrik didapat:
entalpi jenis udara awal pembebanan, hi = 16 kJ/kg d.a
Kelembaban mutlak udara awal pembebanan, Wi = 0,0047 kg/kg d.a............ ..............(a)
Laju aliran massa udara sirkulasi diperoleh dari persamaan (3 -2)
57
ṁ u= =4,98 kg d . a/det ..........................................................................(b)
35−23,55
Daya koil pendingin dihitung berdasarkan perubahan entalpi jenis udara luar yang
mengalir melalui koil pendingin, yaitu:
Q̇= ṁu ( h1 −hi )=4,98 kg /det ( 91−16 ) kJ /kg=¿ 358,5 kW......................... ...............(c)
Laju aliram massa kondensat dihitung berdasararkan perbedaan kelembaban mutlak
antara udara memasuki koil pendingin dengan udara meninggalkan koil pendingin.
ṁ s =ṁu ( W 1−W i )
= 4,98 ( 0,0215 - 0,0047) = 0,084 kg/det .................................................................(d)
24
3.3 Sistem Pengkondisian Udara Zona Tunggal
Sistem pengkondisian udara jenis ini paling banyak dipakai. Kebutuhan udara luar
semata-mata hanyalah untuk menambah molekul oksigen yang diperlukan untuk
pernapasan.
Koil
Pendingin 2 c
Udara balik(3)
i
kondensat Ruang terkondisi
Udara sirkulasi
25
1
2
c Udara balik
Garis udara jenuh
i Garis Rasio Beban
Perolehan panas sensibel dan laten hanya sebagian panas yang harus dibuang untuk
mengkompensasi udara luar sebagai ventilasi. Beban panas ini terlihat pada diagram
psikrometrik karena fungsi koil pendingin adalah menurunkan temperatur dan kelambaban
udara.
Contoh:
Suatu ruang terkodisi di set pada temperatur 24 0C dan kelembaban relatif 50%. Mesin
pendingin menanggung beban panas sensibel 65 kW dan panas laten 8 kW. Untuk
keperluan ventilasi, udara luar yang memiliki temperatur bola basah 25 0C dan temperatur
bola kering 350 C diperlukan dengan perbandingan massa terhadap udara balik sebesar
1 : 4. Tentukan:
a. Sifat-sifat udara memasuki koil pendinginan
b. Sifat-sifat udara meninggalkan koil pendingin
c. Laju aliran massa udara sirkulasi
d. Daya koil pendingin
e. Laju aliran massa udara sirkulasi
Jawab:
Pada diagram psikrometrik empat bagian udara sirkulasi ( titik c) memilki entalpi
jenis hc = 47,5 kJ/kg d.a, rasio kelembaban, Wc = 0,0093 kg/kg d.a, bercampur
dengan satu bagian udara luar (titik 1) yang memiliki sifat-sifat. h1 = 76,0 kJ/kg d.a
dan W1 = 0,0016 kg/kg d.a.
Dari kesetimbangan panas (energi kalor):
ṁu 2 h 2=ṁu 3 h 3+ ṁu 1 h1
26
dengan membagi dengan ṁu2 dihasilkan entalpi udara campuran
h2 = 0,8 (47,5) + 0,2 (76,1) = 53,2 kJ/kg d.a
Dari kesetimbangan rasio kelembaban
ṁu 2 W 2=ṁu 3 W 3 + ṁu 1 W 1
Latihan
1. Suatu ruang operasi di rumah sakit dengan sistem all outdor air dirancang untuk
1 orang pasien 3 orang paramedis dan 1 orang dokter. Udara ruang di set pada
suhu 240C dan kelembaban relatif 60%. Peralatan medis menghasilkan panas
sensibel 1650 Watt dan panas laten 200 Watt. Udara luar dengan suhu bola
kering 320C dan suhu bola basah 280C memasuki ruang operasi.. Ditanya:
a. Gambarkan diagram prosesnya
b. Tentukan sifat-sifat udara luar ( W dan h)
c. Tentukan sifat sifat udara meninggalkan koil pendingin (t, W dan h)
d. Hitung laju aliran massa udara sirkulasi
e. Hitung daya kalor koil pendingin.
f. Hitung laju aliran massa kondensat yang dikeluarkan oleh koil pendingin
2. Suatu ruang terkodisi di set pada temperatur 20 0C dan kelembaban relatif 60%.
Koil pendingin menanggung beban panas sensibel 500 W dan panas laten 50 W
Untuk keperluan ventilasi, udara luar yang memiliki temperatur bola basah 25 0C
dan temperatur bola kering 30 0 C diperlukan dengan perbandingan massa
terhadap udara sirkulasi sebesar 1 : 5. Tentukan:
a. Sifat-sifat udara memasuki koil pendinginan (W dan h)
b. Sifat-sifat udara meninggalkan koil pendingin (t, W dan h)
c. Laju aliran massa udara sirkulasi
d. Daya koil pendingin
e. Laju aliran massa kondensat yang dibuang koil pendingin
28
29
BAB 4
SIKLUS REFRIGERASI KOMPRESI UAP
30
h3 = h4
dimana, h3 = entalpi jenis refrigeran masuk Katup ekspansi, J/kg
h4 = entalpi jenis refrigeran keluar Katup ekspansi, J/Kg air
Referigeran berubah fasa dari cair ke campuran cair-gas
P3 = P2 3
2
P4 = P1
1
4
h3 = h4 h1 h2 h
b. Diagram P – h
Refrigearan, sering juga disebut ‘Freon” adalah fluida kerja pada siklus refrigerasi.
Layaknya condensible fluid lainnya, refrigeran juga memiliki kalor laten, artinya ketika
terjadi perubahan fasa refrigeran mampu menampung jumlah panas yang lebih besar jika
dibandingkan dengan tanpa perubahan fasa. Dari penomenai ini timbul ide bahwa salah
satu persyaratan termodinamika adalah bahwa di dalam sirkulasinya refrigeran harus
dapat berubah fasa , dari cair ke gas atau sebaliknya.
Kinerja mesin pendingin adalah salah satu tolok ukur yang berkiaitan dengan
menghematan biaya operasional. Kinerja ditunjukkan dalam bentuk Coefisien Of
Perfomance (COP) yang didefinisikan:
Q¿
COP=
W¿
dimana, Qin = panas (energi kalor) yang diserap Evaporator, Watt
Win = daya ideal untuk menggerakkan kompresor, Watt
Parameter lain yang sering disebut dalam dunia dingin mendingin adalah Dampak
Refrigerasi (Refrigerating Effect) yang didefefinisikan sebagai perubahan entalpi jenis
refrigeran yang terjadi pada evaporator
Ukuran besar kecilnya mesin pendingin, disebut juga Kapasitas mesin pendingin
ada dua versi:
1. Versi Daya Kompresor. Mulai dari 0,5 Hp, ¾ Hp sampai dengan 25 Hp. Jika
dikonversikan ke SI, 1 Hp = 746 Watt
2. Versi Daya Evaporator. Menggunakan satuan TR (Tons Of Refrigeration). Dimana 1
TR identik dengan kemampuan evaporator untuk menyerap panas sebesar 12.000
BTU/hr.
32
Contoh.
Sebuah siklus refrigerasi kompresi uap dengan daya evaporator (kapasitas pendinginan)=
50 kW, menggunakan refrigeran Freon-22, bekerja pada suhu pengembunan (kondensasi)
450C dan suhu penguapan (vaporasi) -100C. Ditanyakan:
a. Dampak refrigerasi
b. laju aliran massa refrigeran bersirkulasi
c. Daya kompresor
d. Suhu refrigeran keluar kompresor
e. COP
Jawab:
Jawaban dimulai dengan menggambar instalasi dan diagram P - h
Dari tabel Refrigeran Freon-22 diperoleh data:
Pada suhu jenuh refrigeran -10 0C diperoleh h1 = hg = 401,6 kJ/kg, s1 = sg = 1,767 kJ/kg.K.
Proses pada kompresor ideal adalah isentropik sehingga s1 = s2 . Dari tabel panas lanjut,
menggunakan metode interpolasi diperoleh harga h2 = 441,815 kJ/kg
Pada suhu jenuh 450C , h3 entalpi jenis refrigeran pada garis cair jenuh = hf = 256, 396
kJ/kg. Pada katup ekspansi ideal, tekanan refrigeran diturunkan secara isoentalpi
sehingga h3 = h4.
b. Laju aliran massa refrigeran bersirkulasi dihitung berdasarkan daya evaporator dan
dampak refrigerasi.
c. Daya kompresor
d. Suhu refrigeran keluar kompresor diperoleh dari data tabel panas lanjut pada sushu
kondensasi 450C dan s2 = 1,767 kJ/kg.K . t2 = 71,150C
e. Coeficient of Perfomance.
33
4.2 Siklus Modifikasi
Pada mesin pendingin dimana evaporator harus melayani lebih dari satu tempat
yang suhunya berbeda, maka dirancang penggunaan evaporator yang dikendalikan oleh
beberapa katup ekspansi. Biasanya konsep evaporator bertingkat hanya terdiri dari dua
buh sebagimana terlihat pada gambar berikut.
34
Gambar 4.4 Kompresor bertingkat
Tangki Cetus berfungsi untuk memisahkan refrigeran yang keluar dari katup
ekspansi menjadi fasa cair jenuh dan fasa uap jenuh. Refrigeran cair jenuh masuk ke
evaporator, sedangkan yang uap jenuh masuk ke kompresor.
Latihan.
d. hitung COP
36
BAB 5
SIKLUS ABSORBSI
Siklus absorbsi dipakai untuk mesin pendingin pertama kali diperkenalkan oleh
Ferdinand Care pada tahun 1896. Jika siklus refrigerasi menggunakan satu jenis fluid
kerja sebagai refrigeran, maka pada siklus absorbsi menggunakan larutan yang terdiri dari
dua zat, masing masing disebut pelarut dan terlarut. Zat yang umum di pakai sebagai
pelarut adalah air (H2O) dan zat terlarut bisasnya Amonia atau Garam Bromida, LiBr
(Lithium Bromide). Dalam pembahasan pada modul ini, siklus Absorbsi menggunakan
larutan LiBr-air.
Siklus Refrigerasi kompresi uap disebut sebagai siklus yang dioperasikan oleh kerja
(work operation cycle) karena penaikan tekanan refrigeran dilakukan oleh kompresor yang
memerlkan kerja dari luar. Sedangkan siklus Absorbsi disebut sebagai siklus yang
dioperasikan oleh panas (Heat operated cycle).
Gambar 5.1 Perbandingan siklus refrigerasi kompresi uap dengan siklus Absorbsi
5.1 Hubungan suhu jenuh, Tekanan jenuh dan Konsetrasi larutan LiBr-Air
Lithium Bromida (LiBr) adalah kristal garam padat, yang jika dimasukkan ke dalam
air maka kristal tersebut akan mengabsorb (menyerap) air hingga terbentuk larutan cair.
Larutan cair menimbulkan tekanan jenuh (saturated pressur) yang merupakan fungsi dari
suhu dan konsentrasi larutan. Jika dua buah bejana dihubungkan. Satu bejana berisi
larutan LiBr-air dan bejana lain berisi air murni, maka tiap bejana akan menimbulkan
tekanan uap air. Pada keadaan seimbang, tekakan uap air yang ditimbulkan oleh dua
cairan tersebut sama. Contoh dari keadan seimbang adalah ketika air murni dengan
bersuhu 400C memiliki tekanan uap jenuh sebesar 7,38 kPa. Tekanan terebut dapat dibuat
menggunakan Larutan LiBr-air pada konsentrasi 59 % dan suhu 80 0C.
37
Gambar 5.2 Kesetimbangan Tekanan Uap air
Konsentrasi larutan (x) didefinisikan sebagai hasil bagi antara massa LiBr terhadap massa
total (massa LiBr dan + massa air) dikalikan dengan 100%.
Hubungan suhu jenuh, tekanan jenuh dan konsenttrasi larutan LiBr-air dapat dilihat pada
diagram berikut
Gambar 5.3 Diagram Suhu uap jenuh, tekanan uap jenuh dan konsentrasi
larutan LiBr-air
Gambar berikut menunjukkan hubungan entalpi jenis dan konsentrasi larutan untuk
berbagai suhu.
38
Gambar 5.4 Diagram Entalpi jenis - konsentrasi larutan LiBr-air
39
e. Kondensor, berfungsi untuk menurunkan temperatur uap air tekanan tinggi yang
dihasilkan oleh Generator dengan cara membuang kalor ke lingkungan. Dari kondensor
dihasilkan uap basah.
f. Katup Ekspansi, berfungsi untuk menurunkan tekanan uap basah temperatur rendah
dari kondensor secara isoentalpi. Dampaknya adalah uap basah (fraksi gas rendah)
tekanan rendah dan temperatur sangat rendah yang selanjutnya dialirkan ke
Evaporator.
g. Evaporator, befungsi untuk menyerap kalor dari zat/fluida yang akan didinginkan. Uap
basah berubah menjadi uap kering (fraksi gas tinggi)
Kinerja siklus Absorbsi ditentukan dari nilai COP (Coefisient Of Perfomance) yang
didefinisikan sebagai:
Dalam hal tertentu pemakaian COP untuk sistem absorbsi kurang menguntunkan karena
nilainya lebih rendah dibandingkan dengan COP yang dihasilkan oleh siklus refrigerasi
kompresi uap. Inilah salah satu faktor bahwa siklus refrigerasi kurang bisa bersaing untuk
skala komersial.
Contoh
Siklus Absorbsi menggunakan larutan LiBr-air, bekerja dengan laju aliran massa larutan
pada pompa sebesar 0,6 kg/det. Temperatur disetiap komponen dipertahankan tetap
antara lain: Generator 100 0C, Kondensor 400C, Evaporator 100C dan Absorber 300C.
Hitung:
40
a. Kalor yang ditambahkan pada Generator (Q G)
b. Kalor yang dibuang pada Absorber (QA)
c. Kalor yang dibuang pada kondensor (QC)
d. Kalor yang diserap oleh Evaporator (Q E)
e. COP Siklus
Jawab.
Perhitungan laju aliran massa menyangkut kesetimbangan bahan dengan menggunakan
konsentrasi larutan tertentu. Di dalam siklus terdapat dua tekanan yang berbeda; tekanan
tinggi berada pada generator dan kondensor sebagai bagian dari discharge pompa,
sedangkan tekanan rendah berada pada evaporator dan absorber sebagai bagian dari
suction pompa.
Dari gambar 5.3 kondisi jenuh uap air murni pada kondensor yang bersuhu 40 0C memiliki
tekanan 7,38 kPa dan pada evaporator yang bersuhu 10 0C memiliki tekanan jenuh 1,23
kPa.
42
Gambar 5.8 Instalasi Siklus Absorbsi Air-Amonia
Perbedaan antara siklus absorbsi dengan larutan LiBr-air dengan yang menggunakan
larutan air-amonia terdapat pada dua komponen trus ditambahan, yaitu: Reactifier dan
Analyzer. Kedua komponen tersebut ditambahkan berdasarkan pertimbangan bahwa uap
refrigeran yang dilepaskan pada generator (amonia) mengandung juga uap air. Pada saat
air ini menuju jalan ke evaporator. Ia menaikkan suhu di situ. Untuk menyingkirkan uap air
sebanyak mungkin, uap yang dikeluarkan dari generator pertama-tama dialirkan
berlawanan dengan aliran yang masuk di dalam reactifier. Selanjutnya larutan dialirkan
melalui analyzer. Penukar kalor berpendingin air mengkondensasikan sebagian cairan
kaya air lalu disalurkan kembali ke reactifier. Sebagian kecil uap air ikut meninggalkan
analyzer dan disalurkan dalam bentuk cair dari evaporator ke absorber.
Latihan
1. Larutan LiBr-air meninggalkan penukar kalor dan kembali ke absorber pada suhu 60 0C
Suhu generator 950C. Berapakah suhu pengembunan minimum yang diperbolehkan
supaya tidak terjadi rekristalisasi.
2. Siklus absorbsi LiBr-air beroperasi pada suhu-suhu berikut: generator 105 0C,
kondensor 350C, evaporator 50C dan absorber 300C. Laju aliran massa refrigeran pada
pompa 0,4 kg/det . Ditanya:
a. Hitung laju aliran massa larutan ke generator, ke absorber serta laju aliran massa
43
refrigeran (uap air)
b. Hitung laju perpindahan kalor pada masing-masing komponen
c. Hitung COP Siklus
44
BAB 6
REFRIGERAN
Refrigeran yang dibahas pada bab ini dikhususkan pada siklus refrigerasi kompresi
uap.
48
Gambar 6.5 Diagram Kalor spesifik larutan air-glikol etilen
Latihan
1. Dengan menggunakan tabel 6.2, untuk siklus refrigerasi kompresi uap standar yang
bekerja pada suhu penguapan (evaporator) -15 0C dan dan suhu pengembunan
(kondensor) 300C , hitunglah laju aliran massa refrigeran per kW refrigerasi serta daya
kompresor untuk:
a. Refrigeran R-22
b. Refrigeran Amonia
49
BAB 7
PRAKTIKUM MESIN PENDINGIN
50
MODUL AJAR
51