Anda di halaman 1dari 16

Makalah Kelompok

RISET PERILAKU DALAM TEORI AKUNTANSI

Disusun Oleh:
Fatima Sari Devi (A31114029)
Indriani Zulfitri (A31114301)
Ridah Alawiah Rahman (A31114315)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

1|Page
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akuntansi sebagai sistem, akuntansi sebagai suatu ilmu, akuntansi sebagai suatu
mitos, akuntansi sebagai seni pencatatan, semakin lama semakin luas saja bidang cakupan
akuntansi. Asumsi bahwa akuntansi bisa mempengaruhi bidang apapun mulai terlihat nyata
pada perkembangannya di era globalisasi, di era layar yang kita hadapi sekarang.
Akuntansi semakin diperlukan oleh semua sektor dan semua bidang. Sebuah
sunnatullah yang diajarkan oleh Rasulullah S.A.W tentang pentingnya pengelolaan keuangan
dengan mengedepankan prinsip transparansi. Telah jauh sebelumnya di lukiskan di dalam
Surah Al-Baqarah ayat 282 tentang wajibnya mengedepankan transparansi dalam setiap
transaksi dan semakin jelas dengan pencatatan.
Akuntansi mulai menyentuh aspek keperilakuan yaitu pada individu manusia itu
sendiri menjadi tren positif di kalangan praktisi dan akademik di bidang akuntansi. Dengan
hanya melihat, mendengar, mengetahui informasi, bahkan memberi pendapat terhadap
laporan keuangan ternyata tidak dapat dipungkiri, juga dipengaruhi oleh faktor sosilologis dan
psikologis manusia. Bisa saja kondisi seorang individu sebelum menyatakan pendapatnya atas
laporan keuangan berubah. Karena menurut penulis sendiri faktor psikologis merupakan salah
satu faktor internal dan mempunyai andil penting ketika opini atau pendapat dikeluarkan
terkait dengan laporan keuangan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Tentang Pengantar Akuntansi Keperilakuan
2. Metode Penelitian Akuntansi Keperilakuan
3. Aspek Keperilakuan pada Akuntansi Pertanggungjawaban
4. Aspek Keperilakuan pada Perencanaan Laba dan Penganggaran
5. Aspek Keperilakuan pada Pengambilan Keputusan dan Para Pengambil Keputusan

1.3 Tujuan Umum


Penyusunan makalah ini merupakan syarat ujian mid semester dari mata kuliah Akuntansi
Keperilakuan pada semester enam. Selain merupakan syarat ujian semester, banyak kemudian
manfaat yang kita dapatkan ketika membaca, menelaah, dan membutuhkan informasi dari
makalah ini. Makalah ini juga merupakan ringkasan dari beberapa hasil diskusi kami dalam
perkuliahan. Tujuan dari makalah ini adalah memberikan informasi seluas-luasnya kepada
mahasiswa, dosen, civitas akademika tentang adanya aspek keperilakuan yang turut
mengambil andil penting dalam akuntansi. Terlebih lagi dari makalah ini dapat memberikan
informasi ke masyarakat pada umumnya.

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGANTAR AKUNTANSI KEPERILAKUAN


A. Akuntansi Keperilakuan Tinjauan Umum
Akuntansi merupakan suatu system untuk menghasilkan informasi keuangan yang
digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Tujuan
informasi tersebut adalah memberikan petunjuk dalam memilih tindakan yang paling baik
untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktifitas bisnis dan ekonomi. Namun,
pemilihan dan penetapan suatu keputusan bisnis juga melibatkan aspek-aspek keperilakuan
dari para pengambil keputusan. Dengan demikian, akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek
perilaku manusia serta kebutuhan organisasi akan informasi yang dapat dihasilkan oleh
akuntansi. Akhirnya, akuntansi bukanlah suatu yang statis, tetapi akan selalu berkembang
sepanjang waktu seiring dengan perkembangan linkungan akuntansi, agar dapat memberikan
informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya.
Pihak pemakai laporan keuangan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu pemakai
internal (internal users) dan pemakai eksternal (external users). Sebagaimana dibahas
sebelumnya, pemakaian laporan keuangan oleh pihak internal dimaksudkan untk melakukan
serangkaian evaluasi kinerja. Sedangkan pihak eksternal, sama seperti pihak internal, tetapi
mereka lebih berfokus pada jumlah investasi yang mereka lakukan dalam orgnisasi tersebut.
Awal perkembangan riset akuntansi keperilakuan menekankan pada aspek akuntansi
manajemen khususnya penganggaran (budgeting), namun domain dalam hal ini terus
berkembang dan bergeser kearah akuntansi keuangan, system informasi akuntansi, dan audit.
Banyaknya volume riset atas akuntansi keperilakuan dan meningkatnya sifat spesialisasi riset,
serta tinjauan studi secara periodic, akan memberikan manfaat untuk beberapa tujuan berikut
ini :
1. Memberikan gambaran state of the art terhadap minat khusus dalam bidang baru
yang ingin diperkenalkan.
2. Membantu dalam mengidentifikasikan kesenjangan riset.
3. Untuk meninjau dengan membandingkan dan membedakan kegiatan riset melalui
subbidang akuntansi.
Akuntansi keperilakuan menggunakan metodologi ilmu pengetahuan perilaku untuk
melengkapi gambaran informasi dengan mengukur dan melaporkan faktor manusia yang
mempengaruhi keputusan bisnis dan hasil mereka. Akuntasi keperilakuan menyediakan suatu
kerangka yang disusun berdasarkan tekhnik berikut ini, yaitu :
1. Untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang-orang dan kinerja
perusahaan.
2.Untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang relevan terhadap
perencanaan strategis.

3|Page
3. Untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan implementasi
kebijakan perusahaan.
Akuntansi Konvensional
Ada banyak definisi dan arti akuntansi yang ditulis oleh para ahli dan peneliti yang
merupakan pakar dibidang akuntansi. Salah satu diantaranya, Siegel dan Marconi (1989),
mendefinisikan akuntansi sebagai suatu disiplin jasa yang mampu memberikan informasi
yang relevan dan tepat waktu mengenai masalah keuangan perusahaan dan untuk membantu
pemakai internal dan eksternal dalam proses pengambila keputusan ekonomi.
Akuntansi sebagai suatu Sistem Informasi
Akuntansi menjadi yang terdepan dan berperan penting dalam menjalankan ekonomi dan
system social kita. Keputusan-keputusan yang diambil oleh para individu, pemerintah, dan
badan usaha lainnya seringkali ditentukan oleh penggunanya berdasarkan pada sumber daya
yang dimiliki.
Akuntansi adalah Sistem
Keterlibatan pemakai dalam pengembangan system informasi adalah merupakan bagian
integral dari kesuksesan suatu system informasi. Keterlibatan pemakai ini seharusnya ada
pada semua tahap yang dinamakan siklus hidup pengembangan system. Tahap tersebut adalah
perencanaan, analisis, perancangan, implementasi, dan pascaimplementasi.
Akuntansi adalah Informasi
Informasi yang digunakan oleh menejemen harus memiliki karakteristik seperti akurat dan
tepat waktu. Tersedianya informasi secara cepat, relevan, dan lengkap lebih dikarenakan
adanya kebutuhan yang sangat dirasakan oleh masing-masing unit bisnis untuk mendapatkan
posisi keuggulan kompetitif.

B. Perkembangan Sejarah Akuntansi Keperilakuan


Riset akuntasi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang secara luas berhubungan
dengan perilaku individu, kelompok, dan organisasi bisnis, terutama yang berhubungan
dengan proses informasi akuntasi dan audit. Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu
fenomena baru yang sebetulnya dapat ditelusuri kembali pada awal tahun 1960-an, walaupun
sebetulnya dalam banyak hal riset tersebut dapat dilakukan lebih awal. Riset akuntansi
keperilakuan meliputi masalah yang berhubungan dengan :
1. Pembuatan keputusan dan pertimbangan oleh akuntan dan auditor.
2. Pengaruh dan fungsi akutansi seperti partisipasi dalam penyusunan anggaran,
karakteristik system informasi, dan fungsi audit terhadap perilaku baik karyawan,
manajer, investor, maupun wajib pajak.
3. Pengaruh hasil dari informasi tersebut, seperti informasi akuntansi dan penggunaan
ertimbangan dalam pembuatan keputusan.

4|Page
C. Landasan Teori dan Pendekatan Akuntansi Keperilakuan
Dari Pendekatan Normatif ke Deskriptif
Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntansi manajemen masih sangat
sederhana, yaitu hanya memfokuskan pada masalah-masalah perhitungan harga pokok
produk. Seiring dengan perkembangan teknologi produksi, permasalahan riset diperluas
dengan diangkatnya topik mengenai penyusunan anggaran, akuntansi pertanggung jawaban,
dan masalah harga transfer.
Dari Pendekatan Universal ke Kontijensi
Riset akuntansi keperilakuan pada awalnya dirancang dengan pendekatan
universal(universalistic approach), seperti riset argyris di tahun 1952, hopwood (1972), dan
otley (1978). Tetapi karena pendekatan ini memiliki banyak kelemahan, maka segera muncul
pendekatan lain yang selanjutnya mendapat perhatian besar dalam bidag riset, yaitu
pendekatan kontijensi (contingency approach).
Berbagai riset yang meggunakan pendekatan kontijensi dilakukan dengan tujuan
megidentifikasikan berbagai variable kentijensi yang memengaruhi perancangan dan
penggunaan sistem pengendalian menejemen. Secara ringkas, berbagai variable kontijensi
yang memengaruhi desain system pengendalian manajemen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ketidakpastian (uncertainty).
2. Teknologi dan saling ketergantungan (technology and interdependence).
3. Industry, perusahaan, dan unit variable.
4. Strategi kompetitif (competitive strategy).
5. Faktor-faktor yang dapat di amati (observability factor).
Metode Riset Akuntansi Keperilakuan
Masalah-masalah etika yang dihadapi riset keperilakuan di antaranya adalah sebagai
berikut. Melakukan riset bukanlah hal yang mudah. Butuh tahapan-tahapan panjang hingga
akhirnya terwujudlah suatu hasil riset yang baik. Dan dalam penyusunannya pun juga tidak
sembarangan. Ada beberapa hal yang wajib untuk diperhatikan. Untuk itulah mengapa
sebelum melakukan riset, terlebih dahulu dimengerti tentang apa itu etika riset. Ini karena
dalam melakukan sebuah riset, banyak pihak yang terlibat dan etika riset digunakan sebagai
pedoman peneliti dalam bertindak terutama dengan orang lain yang notabene adalah subjek
penelitian. Selain itu, karena riset merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah siklus
keilmuan dimana hal tersebut sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia ilmu itu
sendiri, tentunya dalam perkembangan keilmuan tersebut, terdapat sebuah etika yang
melandasi seorang peneliti dalam melakukan riset. Hal ini telah memberikan sebuah penilaian
mengenai pentingnya etika dalam riset yang dapat dijadikan sebuah patokan sehingga
penelitian tersebut benar-benar berada dalam koridor siklus keilmuan.
Ketika mendengar kata etika, yang terlintas dalam pikiran adalah suatu hal yang
berhubungan dengan sopan santun atau adat istiadat. Secara sederhana, Nicholas Walliman
menyatakan bahwa etika adalah aturan yang diperlukan dalam melakukan riset dan para
peneliti diharuskan untuk mengetahui sekaligus mengerti terlebih dulu tentang etika ini
sebelum melakukan penelitian. Sementara itu, David B. Resnik berpendapat bahwa etika
merupakan metode, prosedur, atau perspektif dalam memutuskan bagaimana melakukan dan

5|Page
menganalisis isu atau problema yang kompleks dalam realitas sosial. Dalam hal ini, perlu
digarisbawahi bahwa apa yang dimaksud etika dalam penelitian bukan berbicara pada ranah
benar-salah (right and wrong) tapi lebih pada etis-tidaknya tindakan yang dilakukan peneliti
dalam setiap proses penelitiannya. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam melakukan
penelitian terdapat beberapa tata nilai yang harus dipegang dan dilaksanakan oleh peneliti,
karena dalam penelitian pun terdapat etika penelitian (etika research).
Etika penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk menunjukkan kadar taat asas dalam
setiap aspek penelitian yang dilakukan. Menurut Resnik, setidaknya terdapat lima alasan
mengenai pentingnya etika penelitian, pertama, etika penting guna menunjang tujuan
penelitian itu sendiri, yaitu demi mencapai pengetahuan dan kesahihan. Hal ini akan
meminimalisir fabrikasi, falsifikasi, dan misrepresentasi data. Kedua, untuk menjamin adanya
kegiatan kolaboratif dalam penelitian baik antar maupun sesama peneliti dalam satu disiplin
atau lembaga tertentu. Ini memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap hasil karya
orang lain. Ketiga, menjamin akuntabilitas terhadap publik, hal ini terutama penelitian yang
dananya bersumber dari pendanaan public, seperti penelitian yang dilakukan oleh instansi
pemerintahan. Dengan demikian, etika yang ada dapat memberikan guidance bagi peneliti
untuk benar-benar akuntabel dalam penelitiannya. Keempat, dengan adanya etika maka
kualitas dan integritas peneliti sudah terkualifikasi sehingga akan sangat mudah dalam
memperoleh dukungan public, karena public yakin akan kualitas dan integritas peneliti
tersebut. Dan terakhir, etika dapat membangun dan memajukan tata nilai moral dan sosial
yang ada, seperti tanggung jawab social, taat hukum, dan hak asasi manusia. Dengan
demikian maka nilai tersebut akan tertanam di dalam diri peneliti dalam setiap proses
penelitian yang ia lakukan. Dinamika yang diharapkan adalah lahirnya tanggung jawab moral
akademik maupun non-akademik dari dalam diri peneliti untuk bisa
mempertanggungjawabkan apa yang ia tulis.
Apa yang dinamakan etika research dalam ilmu sosial, masih belum terkodifikasi secara jelas
karena setiap disiplin ilmu memiliki standar tersendiri, selain bahwa dunia sosial merupakan
fenomena yang kompleks dimana manusia merupakan subjek penelitian. Namun, setidaknya
terdapat etika yang secara general dapat dipakai sebagai prosedur atau patokan yang bisa
diterima sebagai etika research pada umumnya di dunia sosial, yaitu Kejujuran, peneliti harus
menekankan aspek kejujuran dalam penelitiannya, seperti dalam penggunaan metode,
mengumpulkan dan menganalisis data, dan menuliskan laporan penelitian. Jangan
memfabrikasi dan falsifikasi data. Objektifitas, peneliti harus objektif dalam setiap proses
penelitian sehingga laporan yang dihasilkan merupakan hasil interpretasi empiris terhadap
data bukan interpretasi subjektif peneliti. Sehingga ini dapat menghindarkan bias
maupun self-deception. Integritas, peneliti harus memiliki sifat konsekuen dalam setiap
tindakan maupun pemikiran ketika meneliti. Kehati-hatian, etika ini diperlukan untuk
menghindarkan peneliti terjebak dalam kealpaan dan kesalahan dalam penelitian, seperti
mengumpulkan data, menulis hasil wawancara, mencatat data dari korespondensi, dan lain-
lain. Keterbukaan, peneliti harus memiliki sifat terbuka terhadap kritik dan masukan
mengenai penelitiannya. Penghormatan terhadap Hak Kekayaan Intelektual, etika ini
memberikan guidance agar peneliti menghormati dan menghargai karya orang lain dengan
tidak mengutip atau parafrase tanpa izin maupun mencantumkan sumbernya, karena kalau
tidak, peneliti telah melakukan plagiarisme.Konfidensialitas, peneliti harus menjamin
kerahasiaan data-data yang off the record, selain menjaga kerahasiaan nara sumber yang tidak
ingin dipublikasikan. Tanggung Jawab Publikasi, penelitian selayaknya bukan merupakan
6|Page
ambisi pribadi atau untuk kepentingan pribadi semata tapi penelitian selayaknya memberikan
nilai manfaat bagi publik, dan untuk itu harus dipublikasikan pada khalayak. Penghargaan
pada Kolega, hormati kolega dan perlakukan mereka sama dalam setiap proses
penelitian. Tanggung Jawab Sosial, penelitian selayaknya dilakukan untuk memajukan publik
dan mencegah kekacauan sosial. Non-Diskriminasi, hindari diskriminasi terhadap co-peneliti
dan informan dalam basis seks, ras, etnis, maupun faktor lain yang tidak berhubungan dengan
kompetensi dan integritas keilmuan mereka. Kompeten, peneliti harus memiliki kompetensi di
bidangnya sehingga penelitian tersebut membuahkan laporan yang kredibel dan maksimal.
Kompetensi ini dapat dibangun dengan terus belajar dan memperbanyak referensi yang berada
dalam skop disiplinnya. Legalitas, peneliti harus mengetahui aspek-aspek legal yang diatur
dalam hukum dan kebijakan pemerintah setempat.Perlindungan Terhadap Manusia, penelitian
yang dilakukan jangan sampai menimbulkan bahaya, resiko, dan side-effect terhadap populasi
manusia dimana peneliti mengambil sampel penelitian. Konflik Kepentingan, peneliti harus
bisa membatasi dan menghindari konflik kepentingan yang mungkin muncul dalam proses
penelitiannya, jadilah peneliti yang profesional.
Permasalahan profesi akuntansi sekarang ini banyak dipengaruhi masalah kemerosotan
standar etika dan krisis kepercayaan. Krisis kepercayaan ini seharusnya menjadi pelajaran
bagi para akuntan untuk lebih berbenah diri, memperkuat kedisiplinan mengatur dirinya
dengan benar, serta menjalin hubungan yang lebih baik dengan para klien atau masyarakat
luas. Misal: skandal Enron yang melibatkan Arthur Anderson, serta skndal Worldcom, Merck,
dan Xerox, profesi akuntan di dunia menjadi gempar. Cara yang lebih baik dan ideal dalan
mengatasi dilema ini adalah dengan mempertimbangkan kecukupan dari kesempatan yang ada
selanjutnya memberikan reaksi terhadap apa yng menjadi kekawatiran di dalamnya.
Desain riset adalah kerangka kerja atau rencana untuk melakukan studi yang akan digunakan
sebagai pedoman dalam mengumpulkan dan menganalisis data. Desain riset berhubungan
dengan temuan masalah sebagai berikut. Desain penelitian/riset (research design) merupakan
suatu cetak biru (blue print) dalam hal bagaimana data dikumpulkan, diukur, dan dianalisis.
Melalui desain inilah peneliti dapat mengkaji alokasi sumber daya yang dibutuhkan. Desain
penelitian yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian, yaitu untuk
mengetahui, mendeskripsikan, atau mengukur, maka desain penelitian masing-masing adalah
desain eksploratif, deskriptif, atau kausal.
Salah satu peranan penting dari riset akuntansi keperilakuan adalah membantu merumuskan
masalah yang harus diatasi. Riset hanya dapat dirancang secara sistematis untuk memberikan
informasi berharga jika masalah yang dihadapi telah dirumuskan secara jelas dan akurat.
Proses perumusan masalah meliputi pula spesifikasi tujuan riset yang dilakukan.
Pada tahapan penentuan desain riset ini dibuat kerangka untuk melaksanakan penelitian. Di
dalamnya memuat secara rinci prosedur untuk pengumpulan data, cara pengujian hipotesis,
kemungkinan jawab terhadap research questions samapi dengan model analisis yang
dipergunakan.
Sumber data riset merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan
metode pengumpulan data.
Data sekunder adalah sumber data riset yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melaui
media perantara. Data sekunder pada umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis

7|Page
yang telah tersusun dalam arsip baik yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
Manfaat dari data sekunder adalah lebih meminimalkan biaya dan waktu, mengklasifikasikan
permasalahan-permasalahan, menciptakan tolok ukur untuk mengevaluasi data primer, dan
memenuhi kesenjangan-kesenjangan informasi. Jika informasi telah ada, pengeluaran uang
dan pengorbanan waktu dapat dihindari dengan menggunakan data sekunder. Manfaat lain
dari data sekunder adalah bahwa seorang peneliti mampu memperoleh informasi lain selain
informasi utama.
Data primer adalah sumber data riset yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau
pihak pertama. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab
pertanyaan riset. Data primer dapat berupa pendapat subjek riset (orang) baik secara individu
maupun kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian, atau kegiatan, dan
hasil pengujian. Manfaat utama dari data primer adalah bahwa unsur-unsur kebohongan
tertutup terhadap sumber fenomena. Oleh karena itu, data primer lebih mencerminkan
kebenaran yang dilihat. Bagaimanapun, untuk memperoleh data primer akan menghabiskan
dana yang relatif lebih banyak dan menyita waktu yang relatif lama. Misalnya, pengumpulan
data melalui cara mengamati perilaku, melakukan survei, atau eksperimen laboratorium.
Dalam menjamin validitas data primer dan sekunder, hanya informasi-informasi esensial yang
seharusnya diharapkan dari responden. Para peneliti seharusnya menentukan dasar dari
keinginan informasi dan memilih suatu format pertanyaan yang akan menyediakan informasi
dengan sedikit pembatasan terhadap responden. Pertanyaan-pertanyaan dapat bersifat
terbuka (open ended) atau sudah ditentukan kemungkinan-kemungkinan jawabannya (close
ended). Suatu pertanyaan open-ended diminta untuk suatu jawaban yang
bebas. Pertanyaanclose-ended menawarkan bermacam-macam pilihan jawaban kepada
responden. Responden diminta untuk memilih satu atau lebih pilihan jawaban. Manfaat dari
format pertanyaan ini termasuk memudahkan jawaban dari para responden dan memudahkan
tabulasi dan penjelasan dari peneliti.
Alat ukur riset valid dan andal akan dijelaskan sebagai berikut. Tinggi fisik seseorang dapat
diukur dengan menggunakan inci atau meter. Hanya ada sedikit keraguan mengenai apakah
alat ukur yang digunakan sudah memadai ketika kita mengacu pada tinggi dan berat badan
seseorang. Namun, ketika kita tertarik untuk mengukur sifat dan perilaku seseorang, alat ukur
apa yang akan kita gunakan? Tidak ada ukuran ataupun skala untuk mengukur sikap kerja
atau untuk mengidentifikasikan suatu organisasi atau keberhasilan secara tepat. Oleh karena
itu, seorang peneliti harus mengembangkan instrumen risetnya untuk mengukur fenomena-
fenomena perilaku tersebut.
Terdapat dua hal penting yang berhubungan dengan perencanaan riset perilaku, yang pertama
adalah yang diukur berkaitan dengan hal-hal yang sah (validitas) dan yang kedua adalah yang
diukur berkaitan dengan hal-hal yang tidak representatif (andal). Dua hal tersebut dinilai
dengan validitas dan keandalan.
Validitas mengacu pada lingkup apa yang diukur pada kenyataannya. Peneliti ingin
melakukan pengukuran dan apa yang diukur seharusnya berkaitan dengan masalah risetnya.
Keandalan berkaitan dengan apakah suatu teknik khusus jika digunakan di lapangan dan
waktu yang berbeda akan menghasilkan sesuatu yang sama. Dalam hal itu, peneliti mengacu
pada konsistensi dari suatu alat ukur. Peneliti tergantung pada ukuran keandalan tetapi tidak
tergantung pada alat ukur yang tidak andal.

8|Page
Validitas ada beberapa jenis, yaitu (1) validitas isikonsep masalah yang diukur; (2) validitas
prediktifpengujian prediksi perilaku; (3) validitas konkurenalat ukur kruteria sekarang
atau masa lalu; dan (4) validitas konstruksipengukuran sesuai dengan teori atau tidak.
Reliabilitas mengacu pada suatu instrumen alat ukur yang andal akan menghasilkan alat ukur
yang stabil di setiap waktu. Aspek lain dari keandalan adalah akurasi dari instrumen
pengukuran.
Hanya informasi-informasi esensial yang seharusnya diharapkan dari responden. Para peneliti
seharusnya menentukan dasar dari keinginan informasi dan memilih suatu format pertanyaan
yang akan menyediakan informasi dengan sedikit pembatasan terhadap responden.
Pertanyaan-pertanyaan dapat bersifat terbuka (open ended) atau sudah ditentukan
kemungkinan-kemungkinan jawabannya (close ended). Suatu pertanyaan open-ended diminta
untuk suatu jawaban yang bebas. Pertanyaan close-ended menawarkan bermacam-macam
pilihan jawaban kepada responden. Responden diminta untuk memilih satu atau lebih pilihan
jawaban. Manfaat dari format pertanyaan ini termasuk memudahkan jawaban dari para
responden dan memudahkan tabulasi dan penjelasan dari penelitian.

2.2 ASPEK KEPERILAKUAN PADA AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN


Organisasi merupakan suatu kegiatan usaha, baik itu organisasi yang menyediakan jasa
maupun organisasi yang melakukan produksi, yang dilakukan oleh sekelompok orang yang
terlibat dalam organisasi tersebut. Dalam proses menjalankan organisasi, tidak bisa dinafikkan
kalau orang - orang yang terlibat di dalamnya memiliki warna yang berbeda dan kepentingan
yang berbeda pula.
Namun dari semua perbedaan tersebut hal yang terpenting adalah bagaimana agar semua itu
sesuai dengan visi dan misi organisasi oleh karena itu dibutuhkan sistem pengendalaian yang
baik dan dilakukan secara konsisten dan sistematis dengan tujuan untuk memperkecil bentuk-
bentuk kepentingan tersebut demi tercapainya tujuan dan kepentingan organisasi yang
apabila dibawa dalam ekonomi ada yang dikatakan akuntansi keperilakuan yang lebih
terfokus pada laporan kinerja atau laporan prilaku karyawan, sebagai pengawas perusahaan
atau organisasi.
Dalam akuntansi keperilakuan yang berbicara tentang perilaku selalu berbarengan dengan
akuntansi pertanggung jawawban dimana merupakan penjelas akuntansi perencanaan,
pengukur, pengevaluasi kinerja organisasi, pemegang kendali bagi orang-orang yang
bertanggung jawab menjalankan operasi dan jawaban bagi setiap masalah umum pada
akuntansi managemen, serta merupakan komponen penting dari sistem pengendalian sebab
pada laporan pertanggung jawababn mencakup semua aspek perilaku yang akan dikendalikan
oleh perusahaan.
Akuntansi pertanggung jawaban memberikan suatu kerangkah kerja yang berarti untuk
melakukan perencanaan, agregasi data, dan pelaporan hasil kinerja operasi di sepanjang jalur
pertanggung jawaban dan pengendalian, yang ditujukan untuk manusia , peran mereka serta
tugas yang dibebankan kepada mereka yang merupakan penilaian terhadap kerja perusahaan
dan bukan sebagai mekanisme imporsonal untuk akumulasi dan pelaporan data secara
menyeluruh.

9|Page
Akuntansi pertanggung jawaban berbeda dengan akuntansi konvensional, dalam hal cara
operasi direncanakan dan cara data akuntansi diklasifikasikan dan diakumulasikan. Dalam
akuntansi konvensional, data diklasifikasikan berdasarkan hakikat dan fungsinya dan tdak
digambarkan sebagai individu-individu yang bertanggung jawab atas terjadinya dan
pengendalian terhadap data tersebut.
Sedangkan pada akuntansi pertanggung jawaban tidaklah melibatkan deviasi apapun dari
prinsip akuntansi yang diterima secara umum, akuntansi pertanggung jawaban meningkatkan
relefansi dan informasi akuntansi dengan menetapkan suatu kerangka untuk perencanaan,
akumulasi data, dan pelaporan yang sesuai dengan struktur organisasi dan hirarki
pertanggungjawaban dari suatu perusahaan.
Akuntansi pertanggung jawaban melaporkan baik siapa yang menjalankan uang tersebut
maupun apa yang dibeli oleh uang tersebut. Olehnya itu sangat pantas bila pada akuntansi
pertanggung jawaban dilibatkan dimensi manusia pada perencanaan, akumulasi data dan
pelaporan. Akuntansi pertanggung jawaban memperkecil penyelewengan dana karena biaya
dianggarkan dan diklasifikasikan sepanjang garis tanggungjawaban, sehingga dengan begitu
laporan yang diterima oleh pihak manager segman sangat sesuai untuk mengevaluasi kinerja
dan alokasi penghargaan.
Bisa dikatakan bahwa akuntansi pertanggung jawaban merupakan salah satu kajian dalam
ilmu akuntasi yang lebih memfokuskan diri aspek tanggungjawab dari satu atau lebih anggota
organisasi atas suatu pekerjaan , bagian atau segmen tertentu. Akuntansi pertanggung jawban
juga melibatkan aspek keperilakuan dari anggota organisasi . yang menyebabkan akuntansi
pertanggung jawaban dapat dipandang sebagai alat pengendali bagi organisasi. Kinerja setiap
individu, kelompok, maupun devisi dapat dijelaskan dari laporan yang diungkapkan dalam
akuntansi pertanggung jawaban.
Oleh karena itu aspek-aspek keperilakuan juga menjadi sorotan penting dalam implememntasi
akuntansi pertanggung jawaban. Masalah-masalah yang terkait dengan keprilakuan dalam
akuntansi pertanggungjawaban dapat berdampak serius bagi individu dan organisasi. Perilaku
menyimpang dari yang diharapkan, rendahnya motifasi dan tidak layaknya para menejer
pusat pertanggungjawaban adalah contoh - contoh dari gagalnya pusat pertanggung jawaban
untuk mengakomodasi aspek-aspek keprilakuan secara tepat.
Sistem pengendalian pada setiap perusahaan harusnya tidak hanya melihat perilaku
menyimpangnya tapi juga harus mencari tahu kenapa hal tersebut muncul dan menjadi wabah
pada tiap karyawan, adanya penyimpangan mengisyaratkan adanya ketidak puasan, hal ini
merupakan gejala yang menghasilkan gejala baru dan tidak bisa dinafikkan ketika terjadi
ketidakpuasan maka akan muncul reaksi baru yang juga memunculkan ketidak puasan baru.
Salah satu faktor penyebab pembangkangan para karyawan dikarenakan tidak sesuainya
tenaga dengan hasil yang mereka peroleh, memang sangat betul motifasi tiap karyawan
merupakan salah satu solusi dari penyimpangan tersebut namun yang jadi masalah betul tidak
motifasi tersebut sesuai dengan kebutuhan yang mereka harapkan, dan betul tidak hal tersebut
bisa menumbuhkan semangat kerja mereka.
Seharusnya sistem pengendalian melihat semuanya itu tidak hanya mengharap kinerja yang
baik yang nantinya akan dibawa dalam laporan pertanggung jawaban tapi juga harus menjadi
solusi dari penyimpangan tersebut. Kalau memang sistem pengendalian dan fungsi dari pada

10 | P a g e
akuntansi pertanggung jawaban bisa terlaksana dengan optimal maka kesenjangan ekonomi
tidak perlu lagi dicari solusinya bila gaji karyawan dinilai berdasarkan kinerja maka keadilan
kaum buruh bukan menjadi mimpi lagi, tapi yang menjadi masalah kenapa sampai sekarang
kesenjangan ekonomi antara kaum buruh masih sangat terlihat jelas dan keadilan terhadap
kaum buruh masih menjadi mimpi indah yang selalu menjadi harapan palsu.
Bila segala sesuatunya betul-betul dinilai berdasarkan kinerja maka dengan sendirinya akan
memotifasi tiap karyawan dan atasan untuk bekerja lebih baik dan pasti visi dan misi
perusahaan akan menjadi tujuan bersama karena ada motifasi berupa penghargaan yang
mendorong untuk bekerja lebih giat, sebab tidak bisa dinafikkan segalah bentuk kecurangan,
kemalasan dan hal - hal yang menyimpang lainya itu muncul karena adanya kekecewan yang
berarti pengendalian terhadap karyawan itu tidak terlaksana secara optimal, meskipun optimal
belum menjamin para karyawan akan bekerja sesuai kebutuhan perusahaan karena tidak ada
kepuasan yang diterima oleh karyawan, harusnya akuntansi pertanggung jawaban menjadi
ukuran tinggi rendahnya gaji karyawanm dan tidak hanya berfokus pada arus kas perusahaan
dan penilaian terhadap kinerja tanpa imbalan yang berarti.
Sangat tidak adil ketika disisi lain perusahaan mengharapkan kinerja yang baik dari para
karyawan namun pada akhirnaya balasan dari hal tersebut hanyalah berupa pujian dan bonus
yang hanya sesekali diterima sedangkan para kaum guru hampir tiap hari memberikan laba
dari peningkatan kinerja produksi para karyawan, bisa saya katakan akuntansi pertanggung
jawaban dan sistem pengendalian yang diterapkan oleh perusahaan justru menjadi bentuk
nyata penindasan, dan eksploitasi nyata bagi kaum buruh yang hanya bertujuan untuk
peningkatan bagi kaum elit yang selalu menindas kaum lemah.

2.3 ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PARA


PENGAMBIL KEPUTUSAN
Definisi Pengambilan Keputusan
Kegiatan identifikasi dan diagnosis masalah, penyusunan berbagai alternatif, evaluasi
dan pemilihan alternatif pemecahan masalah (George Huber).
Proses pemilihan salah satu dari antara dua atau lebih alternatif arah tindakan untuk
mencapai suatu tujuan (Sondang Siagian).
Kegiatan yang berkaitan dengan manajerial maupun organisasi.
Pengambilan keputusan telah disamakan dengan proses berpikir, mengelola, dan memecahan
masalah. Oleh karena itu, beberapa definisi yang ada, masing-masing digunakan untuk tujuan
tertentu. Dalam pengaturan organisasi, pengambilan keputusan biasanya didefinisikan sebagai
proses memilih dari antara program alternatif tindakan yang mempengaruhi masa depan.
1. Pengenalan dan pendefinisian suatu masalah atau suatu peluang.
Langkah ini merupakan respon terhadap suatu masalah, ancaman yang dirasakan, atau
kesempatan dibayangkan. Untuk mengenali dan mendefinisikan masalah dan peluang,
pembuat keputusan membutuhkan informasi lingkungan, keuangan, dan operasi.
2. Pencarian atas tindakan alternatif.

11 | P a g e
Ketika definisi dari masalah atau peluang selesai, pencarian untuk program alternatif tindakan
dan kuantifikasi konsekuensi mereka dimulai. Pada langkah ini, sebagai alternatif praktis
sebanyak mungkin diidentifikasi dan dievaluasi. Pencarian sering dimulai dengan melihat
masalah serupa yang terjadi di masa lalu dan tindakan yang dipilih pada saat itu. Jika saja
dipilih tindakan bekerja dengan baik, mungkin akan diulangi. Jika tidak, pencarian alternatif
tambahan akan diperpanjang.
3. Pemilihan alternatif yang optimal dan memuaskan.
Langkah yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan adalah memilih salah satu
alternatif. Meskipun langkah ini mungkin memunculkan pilihan rasional, pilihan terakhir
sering didasarkan pada pertimbangan politik dan psikologis daripada fakta ekonomi.
4. Penerapan dan tindak lanjut.
Keberhasilan atau kegagalan dari pilihan akhir tergantung pada efisiensi dari pelaksanaannya.
Pelaksanaan hanya akan berhasil jika individu-individu yang memiliki kontrol atas sumber
daya organisasi yang diperlukan untuk melaksanakan keputusan (misalnya, uang, orang, dan
informasi) benar-benar berkomitmen untuk membuatnya bekerja.

Motif Kesadaran
Motif kesadaran sangat penting dalam proses pengambilan keputusan karena merupakan
sumber dari proses berpikir. Terdapat dua faktor penting dari motif kesadaran dalam konteks
pengambilan keputusan yaitu:
a. Keinginan akan kestabilan atau kepastian.
Ini menjadi pendorong bagi keinginan kita untuk membuat bagian- bagian dari konsep yang
cocok satu sama lain secara konsisten. Motif ini mengaktifkan baik pikiran sadar dan bawah
sadar untuk membuat masuk akal suatu ketidakseimbangan, ambigu, atau ketidakpastian
informasi.
b. Motif kompleksitas dan keragaman.
Motif ini menimbulkan keinginan akan suatu stimulus dan eksplorasi serta mengaktifkan
pikiran sadar dan bawah sadar untuk mencari data baru dari ingatan atau lingkungan.

Jenis-jenis dari Model Proses


Tiga model utama dalam pengambilan keputusan dari seorang pengambilan keputusan dalam
suatu organisasi, model-model tersebut adalah:
a. Model Ekonomi
Model tradisional mengasumsikan bahwa semua tindakan manusia dan keputusan secara
sempurna rasional dan bahwa dalam sebuah organisasi, ada konsistensi antara berbagai motif
dan tujuan. Diasumsikan bahwa semua alternatif adalah dikenal dan bahwa probabilitas yang
terkait dengan alternatif dapat dihitung dengan pasti. Keputusan tidak tergantung pada
preferensi pribadi, tetapi lebih merupakan didikte oleh tujuanyang konsisten dari organisasi.

12 | P a g e
b. Model Sosial
Model ini merupakan kebalikan ekstrem dari model ekonomi. Model ini mengasumsikan
bahwa manusia pada dasarnya tidak rasional dan bahwa keputusan dihitung berdasarkan
interaksi sosial. Model ini merasakan bahwa tekanan dan ekspektasi adalah kekuatan
motivasi utama.
c. Satisficing Model
Model ini lebih berguna dan model yang lebih praktis. Hal ini didasarkan pada konsep Simon
pada orang administrasi, di mana manusia dipandang sebagai rasional karena mereka
memiliki kemampuan untuk berpikir, memproses informasi, membuat pilihan, dan belajar.
Kekuatan dan Kelemahan Individu sebagai Kengambilan Keputusan
Manusia merupakan makhluk yang rasional karena memilih kepastian untuk berpikir,
memilih, dan belajar. Tetapi rasionalitas manusia adalah sangat terbatas karena mereka
hampir tidak pernah memperoleh informasi yang penuh dan hanya mampu memproses
informasi yang tersedia secara berurutan. Perilaku rasional dari individu dalam situasi
pengambilan keputusan oleh kerena itu terdiri dari atas pencarian diantara alternatif-alternatif
yang terbatas akan suatu solusi yang masuk akal dalam kondisi dimana konsekuensi dari
tindakan tidaklah pasti.
Pengambilan Keputusan oleh Pendatang Baru vs oleh Pakar
Bouwman (1984) mengungkapkan sejumlah perbedaan yang menarik dalam strategi dan
pendekatan yang digunakan serta data spesifik yang dipilih oleh pakar dan pendatang baru
ketika mengambil keputusan berdasarkan informasi akuntansi atau informasi keuangan
lainnya.Pendatang baru mengumpulkan data tanpa melakukan deskriminasi dan menunggu
untuk melihat apa yang terjadi. Sebaliknya, para pakar mengumpulkan data secara
diskriminatif guna menindaklanjuti observasi tertentu. Untuk menggambarkan perbedaan
dalam penggunaan data dibagi kedalam kedalam tiga komponen:
1. Pengujian Informasi
2. Integrasi pengamatan dan temuan
3. Pertimbangan
Peran Kepribadian dan Gaya Kognitif dalam Pengambilan Keputusan
Kepribadian mengacu pada sikap atau keyakina individu, sementara gaya kognitif
mengacu pada cara atau metode dengan mana seseorang menerima, menyimpan, memproses,
serta meneruskan informasi.
Memiliki gaya kognitif yang berbeda dan menggunakan metode yang sama sekali
berbeda ketika menerima, menyimpan, dan memproses informasi. Dalam situasi pengambilan
keputusan, kepribadian dan gaya kognitif saling berintraksi dan mempengaruhi (menambah
atau mengurangi) dampak dari informasi akuntansi.
Peran Informasi Akuntansi dalam Pengambilan Keputusan
Secara defenisi, keputusan manajemen mempengeruhi kejadian atau tindakan masa depan.
Sedangkan informasi akuntansi memfokuskan pada peristiwa-peristiwa dimasa lalu tidak
dngan sendirinya dapat mengubah kejadian atau dampaknya kecuali jika hal itu dilakukan
13 | P a g e
melalui proses pengambilan keputusan dengan kejadian masa depan beserta konsekuensinya
ditentukan.
Karena pengambilan keputusan dan informasi mengenai hasil kinerja akuntansi fokus pada
periode waktu yang berbeda, maka keduanya hanya dihubungkan oleh fakta bahwa proses
pengambilan keputusan menggunakan data akuntansi tertentu yang dimodifikasi selain
informasi nonkeuangan.
Data Akuntansi sebagai Stimuli dalam Pengenalan Masalah
Akuntansi dapat berfungsi sebagai stimuli dalam pengenalan masalah melalui pelaporan
deviasi kinerja aktual dari sasaran standar anggaran atau memlalui informasi kepada manajer
bahwa mereka gagal untuk mencapai target output atau laba yang ditentukan sebelumnya.
Ketika informasi akuntansi digunakan sebagai alat pengenalan masalah, maka informasi
tersebut juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan konsekuensi yang dapat
dikuantifikasi atas tindakan alternatif yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut.
Dampak Data Akuntansi dalam Pilihan Keputusan
Informasi akuntansi memainkan peran yang lebih penting dalam keputusan jangka pendek
dibandingkan dalam keputusan yang melibatkan konsekuensi jangka panjang, karena
informasi akuntansi hanya mencerminkan biaya dan pendapatan yang berkaitan dengan
operasi sekarang.
Dan kelihatannya para pengambil keputusan lebih memilih informasi ekternal jika informasi
tersebut langsung tersedia dan tidak begitu mahal dibandingkan dengan data akuntansi yang
dikembangkan secara internal.
Hipotesis Keperilakuan dari Dampak Data Akuntansi
Para pengambil keputusan memandang akuntansi sebagai ukuran yang tidak sempurna
dengan kemungkinan besar bahwa nilai yang sesungguhnya akan berbeda dengan nilai yang
dilaporkan, karena kesalahn dan inakurasi dalam proses pengukuran dan pelaporan tidak
dapat dihindari.
Informasi akuntansi menjadi tujuan ketika penghargaan atau sanksi dikaitkan dengan
hasilnya. Misalnya, jika seorang manajer berharap untuk dipromosikan jika ia dapat
mengurangi biaya, maka manajer tersebut akan melihat informasi akuntansi sebagai dasar
untuk menentukan apakah ia telah berhasil atau tidak.

14 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran
Akuntansi sebagai sistem, akuntansi sebagai suatu ilmu, akuntansi sebagai suatu mitos,
akuntansi sebagai seni pencatatan, semakin lama semakin luas saja bidang cakupan akuntansi.
Asumsi bahwa akuntansi bisa mempengaruhi bidang apapun mulai terlihat nyata pada
perkembangannya di era globalisasi, di era layar yang kita hadapi sekarang.
Akuntansi semakin diperlukan oleh semua sektor dan semua bidang. Sebuah sunnatullah yang
diajarkan oleh Rasulullah S.A.W tentang pentingnya pengelolaan keuangan dengan
mengedepankan prinsip transparansi. Telah jauh sebelumnya di lukiskan di dalam Surah Al-
Baqarah ayat 282 tentang wajibnya mengedepankan transparansi dalam setiap transaksi dan
semakin jelas dengan pencatatan.
Akuntansi mulai menyentuh aspek keperilakuan yaitu pada individu manusia itu sendiri
menjadi tren positif di kalangan praktisi dan akademik di bidang akuntansi. Dengan hanya
melihat, mendengar, mengetahui informasi, bahkan memberi pendapat terhadap laporan
keuangan ternyata tidak dapat dipungkiri, juga dipengaruhi oleh faktor sosilologis dan
psikologis manusia. Bisa saja kondisi seorang individu sebelum menyatakan pendapatnya atas
laporan keuangan berubah. Karena menurut penulis sendiri faktor psikologis merupakan salah
satu faktor internal dan mempunyai andil penting ketika opini atau pendapat dikeluarkan
terkait dengan laporan keuangan.
Akuntansi merupakan suatu system untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan
oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Tujuan informasi tersebut
adalah memberikan petunjuk dalam memilih tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan
sumber daya yang langka pada aktifitas bisnis dan ekonomi. Namun, pemilihan dan penetapan
suatu keputusan bisnis juga melibatkan aspek-aspek keperilakuan dari para pengambil
keputusan. Dengan demikian, akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek perilaku manusia
serta kebutuhan organisasi akan informasi yang dapat dihasilkan oleh akuntansi. Akhirnya,
akuntansi bukanlah suatu yang statis, tetapi akan selalu berkembang sepanjang waktu seiring
dengan perkembangan linkungan akuntansi, agar dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh penggunanya.

Pihak pemakai laporan keuangan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu pemakai
internal (internal users) dan pemakai eksternal (external users). Sebagaimana dibahas
sebelumnya, pemakaian laporan keuangan oleh pihak internal dimaksudkan untk melakukan
serangkaian evaluasi kinerja. Sedangkan pihak eksternal, sama seperti pihak internal, tetapi
mereka lebih berfokus pada jumlah investasi yang mereka lakukan dalam orgnisasi tersebut.
Awal perkembangan riset akuntansi keperilakuan menekankan pada aspek akuntansi
manajemen khususnya penganggaran (budgeting), namun domain dalam hal ini terus
berkembang dan bergeser kearah akuntansi keuangan, system informasi akuntansi, dan audit.
Masalah-masalah etika yang dihadapi riset keperilakuan di antaranya adalah sebagai
berikut. Melakukan riset bukanlah hal yang mudah. Butuh tahapan-tahapan panjang hingga

15 | P a g e
akhirnya terwujudlah suatu hasil riset yang baik. Dan dalam penyusunannya pun juga tidak
sembarangan. Ada beberapa hal yang wajib untuk diperhatikan. Untuk itulah mengapa
sebelum melakukan riset, terlebih dahulu dimengerti tentang apa itu etika riset. Ini karena
dalam melakukan sebuah riset, banyak pihak yang terlibat dan etika riset digunakan sebagai
pedoman peneliti dalam bertindak terutama dengan orang lain yang notabene adalah subjek
penelitian. Selain itu, karena riset merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah siklus
keilmuan dimana hal tersebut sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia ilmu itu
sendiri, tentunya dalam perkembangan keilmuan tersebut, terdapat sebuah etika yang
melandasi seorang peneliti dalam melakukan riset. Hal ini telah memberikan sebuah penilaian
mengenai pentingnya etika dalam riset yang dapat dijadikan sebuah patokan sehingga
penelitian tersebut benar-benar berada dalam koridor siklus keilmuan.

16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai