ABSTRAK
Permasalahan yang sering dihadapi lansia dengan berjalannya waktu, akan terjadi
penurunan berbagai fungsi organ tubuh salah satunya penurunan fungsi kognitif.
Perubahan fungsi kognitif yaitu penurunan daya ingat, kurangnya kemampuan dalam
mengambil keputusan dan bertindak lamban. Hal ini salah satu faktor terjadi karena
kurangnya aktivitas fisik lansia yang mengalami fungsi kognitif didunia terbesar dua kali
lipat di tahun 2030 sebanyak 66 juta orang. Tujuan penelitian untuk mengetahui
gambaran fungsi kognitif pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Jayagiri Kabupaten
Bandung Barat 2015. Jenis penelitian deskriptif dengan cara pendekatan waktu cross
sectional. Metode pengumpulan data primer mengunakan kuesioner. Jumlah sampel yang
digunakan sebanyak 51 orang dengan teknik accidental sampling. Analisa data yang
digunakan secara distribusi frekuensi.
Hasil penelitian didapatkan diketahui tingkat kognitif dari 51 lansia didapatkan sebagian
lansia memiliki fungsi kognitif sedang sebanyak (54,9%), karakteristik usia lansia rata-
rata antara 60-70 tahun yaitu.(62,7%), karakteristik jenis kelamin paling banyak
didapatkan perempuan yaitu (58,8%), karakteristik pendidikan paling banyak Perguruan
Tinggi (PT) yaitu (47,1%).
Disarankan bagi pihak puskesmas dapat memantau para lansia agar melakukan aktivitas
fisik sehingga dapat mengurangi fungsi kognitif pada lansia dapat teratasi.
Kata Kunci : Fungsi Kognitif, Lansia
The problems faced by the elderly often as time passes, there will be a decrease in
various organ functions one of decline in cognitive function. Changes in cognitive
function are memory loss, lack of ability to make decisions and act sluggish. It is one of
the factors come about due to lack of physical activity elderly who have cognitive
function in the world's largest two-fold in 2030 as many as 66 million people. The of
research Descriptive with cross sectional approach. Methods of collecting primary data
using questionnaires. The samples used were 51 people with accidental sampling
technique. Analysis of the data used in the distribution of frequencies. The results, note
the cognitive level of 51 elderly obtained the majority of elderly have cognitive function
was as much (54.9%), the characteristics of an average age of elderly people between 60-
70 years old that is. (62.7%), the characteristics of the most widely available sex namely
women (58.8%), the characteristics of education at most universities (47.1%). Expected
by It is advisable for the clinic to monitor the elderly in order to perform physical activity
so as to reduce cognitive function in the elderly can be resolved.
suatu keadaan yang fisiologi, namun penduduk dunia yang terkena demensia
penurunan fungsi otak yang sebanyak 36 juta orang. Jumlah
berhubungan dengan gangguan kognitif penderitanya diprediksi akan melonjak
pada manusia lansia ini menyebabkan dua kali lipat di tahun 2030 sebanyak 66
menurunnya kemampuan memori atau juta orang.4Jumlah penyandang
daya ingat (Bandiah, S.,2009). demensia di Indonesia hampir satu juta
Penurunan kemampuan memori atau orang pada tahun 2011.
daya ingat berhubungan dengan Salah satu upaya untuk mencegah
penurunan fungsi belahan kanan otak penurunan fungsi kognitif butuh peran
yang berlangsungnya lebih cepat perawat dan keluarga dalam membantu
daripada yang kiri hal ini disebabkan lansia dengan menumbuhkan dan
karena kebanyakan orang hanya membina hubungan saling percaya,
menggunakan otak kiri saja dan jarang saling bersosilisai dan selalu
menggunakan otak kanan. Padahal untuk mengadakan kegiatan yang bersifat
mencapai fungsi otak yang maksimal, kelompok. Selain itu untuk
kerja otak kanan maupun kiri harus mempertahankan fingsi kognitif lansia
seimbang (AntoSurya Prasetya, 2010). adalah dengan cara menggunakan otak
Para lansia mengalami penurunan secara terus menerus dan diistirahatkan
berupa kemunduran daya ingat visual dengan tidur, kegiatan seperti membaca,
(misalnya, mudah lupa wajah orang), mendengarkan berita dan cerita melalui
sulit berkonsentrasi, cepat beralih media sebaiknya dijadikan sebuah
perhatian. Juga terjadi kelambanan pada kebiasaan. Hal ini bertujuan agar otak
tugas motorik sederhana seperti berlari, tidak beristirahat secara terus menerus
mengetuk jari, kelambanan dalam (Departemen Kesehatan Republik
persepsi sensoris serta dalam reaksi Indonesia 2010).
tugas kompleks. Sifat gangguan ini Pemberdayaan dan pelayanan terhadap
sangat individual, tidak sama tingkatnya lansia sesuai dengan peraturan Undang-
satu orang dengan orang lain. (Bandiah, Undang RI No. 13 Tahun 1998 tentang
S.,2009). kesejahteraan lansia. Pelayanan lansia
Terjadi penurunan daya ingat yang meliputi pelayanan yang berbasiskan
masih wajar pada beberapa lansia pada keluarga, masyarakat dan lembaga.
disebut sebagai sifat pelupa keadaan ini Pelayanan kesehatan untuk memelihara
tidak menyebabkan gangguan pada dan meningkatkan derajat kesehatan
aktifitas hidup sehari-hari, biasanya yang dilakukan di Puskesmas Jayagiri
dikenali oleh keluarga atau teman karena berupa posyandu lansia. Kegiatan yang
sering mengulang pertanyaan yang sama sudah dilakukan untuk memaksimalkan
atau lupa kejadian yang baru terjadi. aktivitas lansia yaitu dengan
Perlu observasi beberapa bulan untuk melaksanakan senam lansia setiap
membedakannya dengan demensia yang minggu, mengadakan kegiatan sebagai
sebenarnya. Bila gangguan daya ingat sarana hiburan dan keakraban bagi para
bertambah progresif disertai gangguan lansia serta melaksanakan kerja bakti
intelektual yang lain maka kemungkinan meskipun hanya di sekitar lingkungan.
besar diagnosis demensia dapat (Depsos RI. 2009).
ditegakkan. (AntoSurya Prasetya, 2010)
World Alzheimer Reports mencatat METODOLOGI PENELITIAN
demensia akan menjadi krisis kesehatan Penelitian ini menggunakan penelitian
terbesar di abad ini yang jumlah deskriptif yaitu suatu metode penelitian
penderitanya terus bertambah. Data untuk mendeskriptifkan atau
Organisasi Kesehatan Dunia tahun 2010 menguraikan suatu keadaan di dalam
menunjukkan, di tahun 2010 jumlah suatu komunitas atau masyarakat
Saran
1. Disarankan bagi pihak puskesmas
dapat memantau para lansia agar
melakukan aktivitas fisik sehingga
dapat mengurangi fungsi kognitif
pada lansia dapat teratasi.
2. Menyarankan bagi praktisi
kesehatan khususnya perawat dapat
lebih baik lagi dalam melakukan
asuhan keperawatan terhadap lansia
dengan melihat berbagai macam
karakteristik lansia dalam upaya
penanganan dan pencegahan
penurunan fungsi kognitif serta
fungsi kognitif terganggu.
3. Dapat meneliti lebih lanjut dengan
faktor karakteristik yang lain yaitu
faktor-faktor aktivitas fisik yang