DI RUANG BOUGENVILE
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 7
KEDIRI
2016
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 DEFINISI
Corcbrovaskuler Accident (CVA) bleeding atau stroke
hemoragik adalah rupturnya pembuluh otak yang mengakibatkan
akumulasi darah dan penekanan disekitar jaringan otak ada dua tipe
stroke hemorogik atau subarachnoid hemorogik. Pecahnya pembulih
darah diotak disebabkan oleh aneurisme (menurunnya elastisitas
pembuluh darah ) arteriovenolis malformations (AVMS) atau
(Terbentuknya sekelompok pembuluh darah abnormal terbentuk yang
mengakibatkan salah satu dari pembuluh tersebut mudah
ruptur)(American Heart Association,2015)
Menurut WHO stroke adanya tanda klinik yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fahal (global) dengan gejala yang
berlangsung selama 24jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (Muttagin,2008)
Stroke hemorogik adalah stroke yag terjadi karena pembuluh
darah diotak pecah sehingga menghambat aliran darah yang abnormal
dan darah merembes kedalam suatu daerah diotak dan kemudian
merusaknya ( M. Adib,2009)
1.2 ETIOLOGI
1.3 PATOFISIOLOGI
1. Pendarahan itra cerebral
Pecahnya pembuluh darah atau terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk kejaringan otak . membentuk massa atau
hematom yang meneka jaringan otak dan menimbulkan odema disekitar
otak. Peningkatan yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan
kematian yang mendadak karena herniasi otak,pendarahan intra cerebral
sering dijumpai didaerah putamen,talamus,sub kartival,nekleus
kadatus,pon & cercbellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan
struktur dinding pembuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis
fibrinoid
2. Pendarahan sub arachnoid
Pecahan pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma
paling sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar dan
sirkulasi willisi.
AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter
dan ventrikel otak ataupun didalam ventrikel otak & ruanf subaraknoid
mengakibatkan pacahnya arteri dan keluarnya darah keruang subaraknoid
mengaakibatkan terjadinya TIK yang mendadak,merenggangnya struktur
paka nyeri ,sehingga timbulnya nyeri kepala yang hebat. Seringpula
dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainya.
Peningkatan TIK mendadak juga mengakibatkan pendarahan subhialoid
pada retina dan penurunan keadaran. Pendarahan subaraktihoid dapat
mengakibtkan vasopasme pembuluh darah cerebral. Vasospasme sering
terjadi 3-5hari setelah timbulnya pendarahan,mencapai puncak 5-9
menghilang 2-5minggu. Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi
antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskann kedalam
cairan serebropinalis dengan pembuluh arteri diruang suburaknhoid
vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri
kepala,penurunan kesadaran)maupun fokal ( hempiparase gangguan
hemisensorik,afasia dan lain-lain)otak dapat berfungsi jika kebutuhan o2
dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan dalam sel saraf
hampir seluruhnya melalui proses oksidasi otak dapat terpenuhi,otak tidak
punya cadangan o2 jadi kerusakan kekurangan aliran darah otak walau
sebentar akan menyebabkan gangguan otak fungsi. Demikian pula dengan
kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak. Tidak boleh
berkurang dari 20mg% karena akan menimbulkan koma, kebutuhan
glukosa sebanyak 25% dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh,sehingga bila
kadar glukosa plasma turun sampai 70% akan terjadi gejela disfungsi
serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi o2 melalui
proses metabolik anearob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh
darah otak
1.4 PATHWAY
CVA BLEEDDING
vasopasme
4 Stupor,hemiparesis,ringan-berat deserebrasi
1.6 KOMPLIKASI
Ruptur berulang
Hidrosefalus
Vasospasme
Hiponatremia (cerebral salt- wasting sindrom)
Bangkitan (zeizure)
Perluasan pendarahan ke intraparenkim ( Dermanto George dkk,2007)
1.Pemeriksaan Awal
1.8 PENATALAKSANAAN
3. Pengobatan
Anti koagulan : heparin untuk menurunkan kecendrungan
perdarahn pada fase akut
Obat anti trombatik : pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombotik / embolik
Diuretika : untuk menurunkan edema cerebral
a. Penatalaksanaan pembedahan
2.1 Pengkajian
A. Identitas
Umur: Biasa dialami oleh khususnya pasien yang berumur 64 tahun
keatas.
B. Keluhan utama
Kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, dan penurunan kesadaran pasien.
C. Riwayat kesehatan sekarang
Stroke hemoragik terjadi mendadak saat aktivitas
D. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes
mellitus, penyakit jantung (terutama aritmia), penggunaan obat-obatan
anti koagulan, aspirin, vasodilator, obesitas. Adanya riwayat merokok,
penggunaan alkohol dan penyalahgunaan obat (kokain).
E. Riwayat penyakit keluarga
Adanya riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes mellitus,
atau adanya riwayat stroke pada generasi terdahulu.
F. Riwayat psikososial-spiritual
Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat
mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat
mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.
Perubahan hubungan dan peran terjadi karena pasien kesulitan untuk
berkomunikasi akibat sulit berbicara. Rasa cemas dan takut akan
terjadinya kecacatan serta gangguan citra diri.
G. Kebutuhan Dasar
Nutrisi: Adanya gejala nafsu makan menurun, mual muntah pada
fase akut, kehilangan sensasi (rasa kecap) pada lidah, pipi,
tenggorokan, disfagia ditandai dengan kesulitan menelan,
obesitas.
Eliminasi: Menunjukkan adanya perubahan pola berkemih
seperti inkontinensia urine, anuria. Adanya distensi abdomen
(distensi bladder berlebih), bising usus negatif (ileus paralitik),
pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan
peristaltik usus
Aktivitas: Menunjukkan adanya kesukaran untuk beraktivitas
karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegia,
mudah lelah, gangguan tonus otot
Istirahat: Klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena
kejang otot/nyeri otot
2.2 Pemeriksaan Fisik
A. Sistem Respirasi (Breathing): Batuk, peningkatan produksi sputum, sesak
nafas, penggunaan otot bantu nafas, serta perubahan kecepatan dan
kedalaman pernafasan. Adanya ronchi akibat peningkatan produksi sekret
dan penurunan kemampuan untuk batuk akibat penurunan kesadaran klien.
Pada klien yang sadar baik sering kali tidak didapati kelainan pada
pemeriksaan sistem respirasi.
B. Sistem Cardiovaskuler (Blood): Dapat terjadi hipotensi atau hipertensi,
denyut jantung irreguler, adanya murmur
C. Sistem neurologi
Tingkat kesadaran: Bisa sadar baik sampai terjadi koma. Penilaian
GCS untuk menilai tingkat kesadaran klien
Pengkajian fungsi serebral: Adanya perubahan status mental
(penampilan, tingkah laku, gaya bicara, ekspresi wajah), perubahan
fungsi intelektual (penurunan kemampuan mengingat, memori,
berhitung), perubahan kemampuan berbahasa (terjadi disfasia
reseptif atau ekspresif, disatria atau atraksia), gangguan lobus
frontalis (gangguan orientasi, gangguan efek psikologis) serta
adanya kerusakan hemisfer otak (adanya hemiparese).
D. Sistem Gastrointestinal (Bowel): Adanya keluhan sulit menelan, nafsu
makan menurun, mual dan muntah pada fase akut. Mungkin mengalami
inkontinensia alvi atau terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
E. Sistem perkemihan (Bladder): Terjadi inkontinensia urine
F. Sistem integument
Kaji adanya dekubitus akibat immobilisasi fisik.
G. Sistem muskuloskeletal: Kehilangan kontrol volunter gerakan motorik.
Terdapat hemiplegia atau hemiparesis atau hemiparese ekstremitas.
2.3 INTERVENSI
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam jaringan otak dapat tercapai secara optimal
Kriteria hasil : Klien tidak gelisah, tidak ada keluhan nyeri kepala, mual,
kejang, GCS : 4,5,6 pupil isokor, refleks cahaya (+) tanda tanda vital normal
(nadi : 60 100 x/menit, suhu : 36 36,70C, RR: 16 20 x/mnt.
INTERVENSI RASIONAL
1. Berikan penjelasan kepada 1. Keluarga lebih berpartisipasi
keluarga klien tentang sebab- daiam proses penyernbuhan.
sebab peningkatan TIK dan 2. Perubahan pada tekanan
akibatnya. intracranial akan dapat
2. Baringkan klien (tirah baring) menyebabkan risiko
total dengan posisi tidur terjadinya herniasi otak.
terlentang tanpa bantal 3. Dapat mengurangi kerusakan
3. Monitor tanda-tanda status otak lebih lanjut.
neurologis dengan GCS 4. Pada keadaan normal,
4. Monitor tanda-tanda vital, otoregulasi mempertahankan
seperti, tekanan darah, nadi, keadaan tekanan darah
suhu, dan frekuensi sistemik berubah secara
pernapasan, Serta hati-hati fluktuasi. Kegagalan
pada hipertensi sistolik otoreguler akan menyebabkan
5. Monitor asupan dan keluaran. kerusakan vaskular serebri
6. Bantu klien untuk membatasi yang dapat dimanifestasikan
muntah,batuk. dengan peningkatan sistolik
7. Anjurkan klien untuk dan diikuti oleh penurunan
mengeluarkan napas apabila tekanan diastolik, sedangkan
bergerak atau berbalik di peningkatan suhu dapat
tempat tidur. menggambarkan perjalanan
8. Ciptakan lingkungan yang infeksi
tenang dan batasi pengunjung 5. Hipertermi dapat
9. Kolaborasi berikan cairan per menyebabkan peningkatan
infus dengan perhatian ketat. IWL dan meningkatkan risiko
10. Monitor AGD bila diperlukan dehidrasi terutama pada klien
pemberian oksigen. yang tidak sadar, mual yang
menurunkan asupan peroral.
6. Aktivitas ini dapat
meningkatkan, tekanan
intracranial dan
intraabcomen. Mengeluarkan
napas sewaktu bergerak atau
mengubah posisi dapat
melindungi diri dari efek
valsava.
7. Batuk dan mengejan dapat
meningkatkan tekanan
intrakranial dan potensial
terjadi perdarahan ularig.
8. Rangsangan aktivitas yang
rneningkat dapat
meningkatkan kenaikan TIK.
Istirahat total dan ketenangan
mungkin diperlukan untuk
pencegahan terhadap
perdarahan dalam kasus
stroke hemoragik lainnya
9. Meminimalkan fluktuasi pada
beban vaskular dan tekanan
intrakranial, retriksi cairan,
dan cairan dapat menurunkan
edema serebri.
10. Adanya kemungkinan
asidosis disertai dengan
pelepasan oksigen pada
tingkat sel dapat
menyebabkan terjadinya
iskemia serebri
Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular
Intervensi Rasional
1. Libatkan keluarga untuk 1. Karena cinta kasih keluarga
membantu memahami / bisa meningkatkan
memahamkan informasi semangat klien
dari / ke klien 2. Agar klien merasa di
2. Dengarkan setiap ucapan pedulikan dan lebih
klien dengan penuh semngata untuk sembuh
perhatian 3. Kata kata pendek mudah
3. Gunakan kata-kata dimengerti dan lebih
sederhana dan pendek mudah saat seseorang
dalam komunikasi dengan belajar mengucapkan suatu
klien kata
4. Dorong klien untuk 4. Agar klien lebih ancar dan
mengulang kata-kata jelas saat megucapkan kata,
5. Berikan arahan / perintah serta melatih verbal lebih
yang sederhana setiap luwes
interaksi dengan klien 5. Dengan memberikan
arahan klien lebih mudah
memahami
Daftar pustaka