Anda di halaman 1dari 2

Rafif Aufa Nanda

165120207111019
B.Komunikasi 1

DUGAAN MAKAR OLEH 10 TOKOH

Beberapa waktu yang lalu, polisi menangkap sejumlah tokoh. Hal ini didasari atas
kecurigaan pihak kepolisian terhadap mereka karena diduga melakukan makar untuk menjatuhkan
rezim saat ini pada tanggal 2 Desember 2016. Hal yang berkaitan dengan masalah ini sudah ditulis
pasalnya dalam Pasal 107 KUHP. Namun, kasus ini belum memenuhi kriteria Pasal 107 KUHP.
Saya mencoba mengutip sebuah tulisan dari seorang analis hukum yang merupakan mahasiswa
Fakultas Hukum Universitas Jayabaya, Ricky Vinando dalam tulisannya yang diunggah pada situs
Kompasiana.
Alasan pertama, Pasal 107 KUHP, 110 KUHP, 87 KUHP tentang perbuatan makar tidak
dapat dipisahkan dari Pasal 53 ayat (1) KUHP tentang percobaan melakukan kejahatan. Jika kita
melihat Pasal 87 KUHP yang berbunyi :
Dikatakan ada makar untuk suatu perbuatan, apabila niat untuk itu telah ternayata dari
adanya permulaan pelaksanaan.
dari kalimat yang diberi garis bawah, di sana sudah jelas dikatakan "jika telah nyata
permulaannya. Sementara seperti kita lihat bahwa tidak ada satupun aksi permulaan untuk
menggulingkan rezim saat ini. Artinya, mereka tidak dapat dijerat pasal ini, karena belum sesuai
dengan kriterianya.
Saya sependapat dengan penulis, walaupun saya bukan seorang ahli hukum. Namun dari
segi semantik pada pasal tersebut, pendapat penulis masuk akal dan rasional. Seperti kita ketahui
bahwa tidak ada aksi permulaan untuk memulai penggulingan. Yang ada hanyalah Aksi Damai
212 untuk menuntut keadilan dan menegakkan hukum kepada siapapun tanpa pandang bulu.
Berkaitan dengan proses pemakzulan presiden seperti pada Tata Tertib MPR RI Bab
XVII Pasal 102-105 :

1. Pertama, MPR wajib menyelenggarakan Sidang Paripurna MPR untuk memutuskan usul DPR
mengenai pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden pada masa jabatannya paling lambat
30 hari sejak MPR menerima usulan.

2. Usulan DPR harus dilengkapi dengan putusan MK bahwa presiden dan/atau wakil presiden
terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau terbukti bahwa presiden
dan/atau wakil presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau wakil presiden.

3. Kemudian, MPR mengundang presiden dan/atau wakil presiden untuk menyampaikan


penjelasan yang berkaitan dengan usulan pemberhentiannya dalam Sidang Paripurna MPR.

4. Apabila presiden dan/atau wakil presiden tidak hadir untuk menyampaikan penjelasan, MPR
tetap mengambil putusan terhadap usulan pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden.

5. Keputusan MPR atas usul pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden harus diambil dalam
Sidang Paripurna MPR yang dihadiri sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah anggota dan disetujui
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir.

jika perbuatan makar itu benar adanya, maka tidak sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Atau
jika makar yang dimaksud untuk menggiring demonstran ke gedung parlemen ditujukan untuk
menekan DPR dan MPR agar menyetujui pemakzulan.

Sekian.

Anda mungkin juga menyukai