Anda di halaman 1dari 5

Bahasa Afrikans – Alfabet dan Pengucapan

Hi, Sobat KePoster! Kali ini kita akan membahas tentang alfabet dan pengucapannya dalam
bahasa Afrikans. Seperti kita ketahui, bahwa bahasa Afrikans sekarang menggunakan alfabet Latin.
Ejaannya tidak jauh berbeda dengan bahasa Belanda. Namun, ada beberapa perbedaan pengucapan
dalam bahasa Afrikans.

Huruf vokal

Huruf Fonetis Keterangan


No. Huruf Contoh Kata
Internasional Pengucapan
pik (mematuk), gids
1 i, e, ‘n [ə] seperti ‘e’ pada empat
(pemandu), ‘n (sebuah)
kalau pendek dibaca ‘i’
[i] sien (melihat), mier
2 ie kalau panjang dibaca
[iː] (semut)
lebih panjang
e (pada suku kata
yang ditekan dan ken (dagu, kenal), sent
3 [e] dibaca ‘é’ pada saté
bukan pada akhir (sen)
kata)
dibaca ‘i’ dan ‘e’ (pada
een (satu), eende (bebek
4 ee / e (panjang) [iə] empat) yang digabung,
{jamak}), vere (bulu)
atau seperti fear [EN]
dibaca ‘è’ pada sê (mengatakan), êrens
ê / e (pada suku kata
5 [ɛ] mèmang (di suatu tempat), pers
yang ditekan)
(lebih terbuka) (pers, ungu)
meisie (gadis), reis
6 ei, y [ei] dibaca ‘éi’ pada survei (perjalanan), rys (beras,
nasi), ys (es)
dibaca ‘ó’ pada tókó grot (goa), mol (tahi
7 o/ô [ɔ]
(lebih terbuka) lalat), more (besok)
boom/bome (pohon),
8 oo / o (panjang) [uo] dibaca ‘u’ agak ‘o’
oor/ore (telinga)
dibaca ‘e’ pada empat put (lubang), pluk
9 u (pendek) [ə] namun bibirnya lebih (memilih), bul (banteng),
bundar buffel (kerbau)
dibaca seperti ‘ü’
dalam bahasa Jerman muur/mure (dinding),
10 uu / u (panjang) [y]
[lihat keterangan skuur/skure (ladang)
dibawah]
kalau pendek dibaca
seperti ‘eu’ bahasa deur (pintu), beurt
11 eu [ɵ]
Sunda yang lebih (belok), keuse (pilihan)
bundar
kalau panjang dibaca
lebih panjang
kalau pendek dibaca
[u] seperti ‘u’ hoe (bagaimana), boer
12 oe
[uː] kalau panjang dibaca (petani), vloer (bunga)
lebih panjang
man (orang), hand
dibaca seperti ‘a’ pada
13 a [a] (tangan), land (tanah),
apa
rand (sisi), sak (kantong)
dibaca ‘a’ panjang
maan/mane (bulan), ma
14 aa / a (panjang) [ɑ] yang diucap lebih
(ibu)
bundar
dibaca ‘a’ panjang saai (menanam), raai
15 aai [a:ɪ]
ditambah ‘i’ (menebak)
koei (sapi), groei
16 oei [ui:] dibaca ‘ui’ panjang
(tumbuh), moeilik (sulit)
mooi (indah), rooi
dibaca ‘ó’ pada tókó
17 ooi [ɔiː] (merah), nooit (tidak
ditambah ‘i’
pernah), ooi (pernah)
dibaca seperti ‘öü’
dalam bahasa Jerman
ui (bawang merah), buite
18 ui [œy] atau seperti nomor 6
(di luar), bruin (coklat)
namun bibirnya lebih
bundar
oud (tua), klou (cakar),
19 ou [oʊ] dibaca seperti ‘ow’
onthou (mengingat)
eeu (abad), sneeu (salju),
20 eeu [i:u] dibaca seperti ‘iu’
leeu (singa)
keterangan untuk nomor sepuluh : mengucapkannya dengan cara mulut membentuk ‘u’ namun
mengucapkannya ‘i’, sulit untuk orang Indonesia pada awalnya memang.

Bagaimana cara mengetahui vokal pendek dan panjang?

Pertama, kita harus mengenal apa itu suku kata terbuka dan tertutup. Suku kata terbuka adalah suku
kata yang berakhiran vokal atau dengan pola KV. Sementara suku kata tertutup adalah suku kata yang
ditutup oleh konsonan atau dengan pola KVK. Contoh: bottel (botol) – bot(tertutup)-tel(tertutup), berarti
kedua suku katanya adalah suku kata tertutup; paleis (istana) – pa(terbuka)-leis(tertutup).

Vokal panjang adalah ketika vokal tersebut ganda seperti aa, ee, ie, oo, uu atau ketika vokal tunggal
dalam keadaan suku kata terbuka seperti pa, bome (bo-me), dll. atau ketika vokal tunggal diikuti huruf r
yang tidak diikuti konsonan lain dalam suku kata tersebut seperti deur (hanya diikuti ‘r’ pada suku kata
tersebut) [tetapi: beurt adalah vokal pendek karena diikuti r dan t dalam suku kata tersebut.].

Maka, jika ada suku kata bervokal ganda seperti maan (bulan) ditambah dengan huruf vokal, maka vokal
ganda tersebut menjadi tunggal namun tetap dibaca panjang maan + e > mane (bukan: maane, karena
mane sendiri sudah menjadi ma-ne, keduanya suku kata terbuka dan dibaca panjang. Sangat mubazir
jika ditulis ‘maane’.). Namun kalau diikuti konsonan ganda, tidak perlu dihilangkan, maand + e > maande
(bukan ‘mande’, karena ‘mande’ bervokal pendek).
Vokal pendek adalah ketika vokal dalam keadaan suku kata tertutup, seperti man, pot, dll. Jika
ditambahkan akhiran yang berhuruf vokal, maka untuk mempertahankan bunyi pendek tersebut adalah
dengan menggandakan huruf konsonan tersebut, seperti put + e > putte. Penggandaan ini mencegah
agar bunyi ‘u’-nya tidak menjadi panjang. Jika suatu vokal dalam satu suku kata sudah diikuti konsonan
ganda, tidak perlu digandakan lagi, seperti sterk + e > sterke.

Bagaimana cara mengetahui bunyi ‘e’ yang dibaca empat, saté, dan mèmang?

Seperti dalam bahasa Inggris, ketika bunyi ‘e’ tidak mendapat tekanan atau berada di akhir kata, maka
dibaca seperti ‘e’ pada kata empat, seperti eende, mure, dll.

Huruf ‘e’ yang dibaca ‘é’ adalah pada saat mendapat penekanan, seperti ken, sent, dll. Sementara huruf
‘e’ yang dibaca ‘è’ adalah ketika diberi ^ atau ketika diikuti oleh huruf r pada suku kata yang punya
penekanan, seperti sê, pers, dll.

Tanda pada huruf vokal

Ada tiga macam tanda pada vokal yang digunakan dalam bahasa Afrikans, pertama adalah sirkumfleks
(^), tanda tirus (´), dan trema (¨).

Sirkumfleks berguna untuk mengubah bunyi dan arti, seperti se (partikel kepemilikan) dan sê (berkata).

Tanda tirus berguna untuk menunjukkan penekanan, seperti die (kata sandang tentu) dan dié (ini).

Trema berguna untuk menandakan bahwa suatu vokal bukanlah gabungan dengan vokal sebelumnya.
Kita tahu bahwa ‘oe’ dibaca ‘u’, namun ketika kita menulis ‘oë’, maka yang dibaca adalah ‘o-e’ bukan ‘u’,
seperti hoe (bagaimana) dan hoë (tinggi).

Huruf Konsonan

Huruf Fonetis Keterangan


No. Huruf Contoh Kata
Internasional Pengucapan
sama seperti bahasa
1 b Indonesia, namun di
akhir kata dibaca ‘p’
dibaca ‘s’ sebelum ‘e, i,
y’
2 c
dibaca ‘k’ sebelum ‘a,
o, u’
3 ch dibaca ‘kh’ pada khas
dibaca seperti bahasa
4 d Indonesia, namun di
akhir kata dibaca ‘t’
tidak ada padanannya
dalam bahasa
5 dj
Indonesia, lihat
keterangan di bawah
dibaca seperti dalam
6 f
bahasa Indonesia
di awal dan akhir kata
dibaca ‘kh’, namun di
7 g
tengah dibaca ‘g’ atau
pada kata serapan
8 gh dibaca ‘g’ pada garpu
dibaca ‘y’ pada yoga
9 j pada kata serapan
dibaca ‘j’
dibaca seperti dalam
10 k
bahasa Indonesia
dibaca seperti dalam
11 l
bahasa Indonesia
dibaca seperti dalam
12 m
bahasa Indonesia
dibaca seperti dalam
bahasa Indonesia,
namun sebelum ‘c, k,
q, x’ dibaca ‘ng’,
13 n
sementara sebelum
konsonan mati dibaca
dengung (lihat
keterangan di bawah)
dibaca ‘ng’ pada kata
14 ng / nk
pengantar
dibaca seperti dalam
15 p
bahasa Indonesia
dibaca seperti dalam
16 r
bahasa Indonesia
dibaca seperti dalam
17 s
bahasa Indonesia
dibaca ‘sy’ pada
18 sj / si
syuhada
dibaca seperti dalam
19 t
bahasa Indonesia
di awal kata dibaca ‘c’
pada cakap
di tengah atau
20 tj
belakang dibaca
seperti nomor 5, tidak
ada padanannya
21 v dibaca ‘f’ pada fardu
dibaca ‘v’ dalam
22 w bahasa Prancis, yang
diucapkan lebih getar,
sementara dw, kw, tw,
‘w’-nya dibaca ‘w’
dibaca seperti dalam
23 z
bahasa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai