Anda di halaman 1dari 7

Bangsa Yunani, sejak zaman dahulu telah yakin bahwa tarikan atau dorongan, yang disebut

gaya, adalah yang menyebabkan sebuah benda bergerak dan tanpa adanya gaya, sebuah
benda yang sedang bergerak akan segera berhenti. Sebuah benda yang sedang diam, yang
berarti bahwa bila tidak ada gaya yang bekerja, sebuah benda akan terus diam. Tampaknya,
pandangan bangsa Yunani ini beralasan, akan tetapi penemuan penemuan yang telah
terjadi di masa sekarang membuktikan bahwa pernyataan atau pandangan bangsa Yunani
tersebut tidaklah tepat.

Orang yang pertama menyangkal pandangan kuno bangsa Yunani tersebut adalah Galileo.
Menurut prinsip inersia yang diusulkan Galileo, sebuah benda yang sedang bergerak pada
permukaan horizontal yang licin sempurna (tanpa gesekan) akan tetap terus bergerak
dengan kelajuan sempurna.

Berdasarkan pada pendapat Galileo tersebut, pada tahun 1678 Isaac Newton menyatakan
hukum pertamanya tentang gerak, yang sekarang kita kenal sebagai Hukum I Newton,
kemudian ia pun mengemukakan Hukum II dan Hukum III Newton. Sebuah benda yang
mula-mula diam, akan dapat bergerak jika mendapat pengaruh atau penyebab yang
bekerja pada benda tersebut. Penyebabnya dapat berupa pukulan, tendangan, sundulan,
atau lemparan. Dalam Fisika, penyebab gerak tersebut dinamakan gaya. Ilmu yang
mempelajari tentang gerak dengan memperhitungkan gaya penyebab dari gerak tersebut
dinamakan dinamika gerak. Seperti yang telah disebutkan tadi bahwa orang yang sangat
berjasa dalam kajian Fisika tentang dinamika adalah Sir Isaac Newton.

Pesawat atwood adalah suatu sistem mekanika yang terdiri dari dua massa yang
dihubungkan dengan satu tali melalui katrol. Selain itu, pesawat atwood dapat juga
didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk yang menjelaskan hubungan antara
tegangan, energi pontensial dan energi kinetik dengan menggunakan 2 pemberat (massa
berbeda) dihubungkan dengan tali pada sebuah katrol. Benda yang yang lebih berat
diletakan lebih tinggi posisinya dibanding yang lebih ringan. Jadi benda yang berat akan
turun karena gravitasi dan menarik benda yang lebih ringan karena ada tali dan katrol.

Galileo melakukan pengamatan mengenai benda-benda jatuh bebas. Ia menyimpulkan dari


pengamatan-pengamatan yang dia lakukan bahwa benda - benda berat jatuh dengan cara
yang sama dengan benda-benda ringan. Tiga puluh tahun kemudian, Robert Boyle, dalam
sederetan eksperimen yang dimungkinkan oleh pompa vakum barunya, menunjukan bahwa
pengamatan ini tepat benar untuk benda-benda jatuh tanpa adanya hambatan dari gesekan
udara. Galileo mengetahui bahwa ada pengaruh hambatan udara pada gerak jatuh. Tetapi
pernyataannya walaupun mengabaikan hambatan udara, masih cukup sesuai dengan hasil
pengukuran dan pengamatannya dibandingkan dengan yang dipercayai orangpada saat itu
(tetapi tidak diuji dengan eksperimen) yaitu kesimpulan Aristoteles yang menyatakan
bahwa, Benda yang beratnya sepuluh kali benda lain akan sampai ke tanah sepersepuluh
waktu dari waktu benda yang lebih ringan.
Pada tahun 1678 Sir Isaac Newton menyatakan hukum pertamanya tentang gerak, yang
sekarang kita kenal sebagai Hukum I Newton. Dalam percobaan pesawat atwood ini, gerak
pada benda yang melibatkan gaya-gaya yang dialami oleh benda tersebut, pada dasarnya
menggunakan perinsip yang dikemukakan oleh Sir Issac Newton (1942-1727) seorang
ilmuan inggris, hokum ini digunakan sebagai asas hukum tentang gerak. yang menjadi
pertanyaan semula sebelum hukum Newton ini adalah mengapa benda yang mula-mula
diam menjadi bergerak, atau sebaliknya, benda yang mula-mula bergerak dapat menjadi
diam. Apa yang menyebabkan itu semua? Jawabanya tidak lain karena gaya. Seperti kita
ketahui, pengertian gaya adalah gerak dan penyebab perubahan gerak. Cabang fisika yang
mempelajari gerak dan perubahan gerak suatu benda dengan memperlihatkan sebab-sebab
dari gerak tersebut dinamakan dinamika.

Adapun hukum Newton yang pertama tersebut berbunyi sebagai berikut, yaitu

Jika benda dibiarkan pada keadaan dirinya sendiri (tidak ada gaya-gaya yang bekerja atau
resultan gaya-gay yang bekerja pada benda itu adalah nol) maka benda tersebut tetap
dalam keadaan diam atau bergerak lurus beraturan.

Dengan kata lain pernyataan tersebut dapat pula berbunyi sebagai berikut, yaitu

Setiap benda yang berada dalam keadaan diam akan tetap diam, dan setiap benda yang
bergerak akan tetap bergerak lurus beraturan kecuali ada gaya yang tidak seimbang bekerja
pada benda tersebut.

Jika resultan yang bekerja adalah nol, vector kecepatan benda tidak akan berubah. Benda
yang berada dalam keadaan diam, dan benda yang bergerak dengan kecepatan konstan.

Pernyataan-pernyataan di atas atau hokum Newton I disebut juga hokum kelembaman atau
hokum inersia. Dengan ketentuan makin besar massa benda makin besar kelembaman
benda. Lembam atau inert artinya sifat benda dalam mempertahankan keadaannya.
Misalnya pada saat kita naik mobil dan tiba-tiba mobil direm maka kita akan cenderung
mempertahankan keadaan kita. Secara matematis, Hukum I Newton dinyatakan dengan
persamaan seperti yang terdapat pada Rumus 1.1.

Hukum tersebut menyatakan bahwa jika suatu benda mula-mula diam maka benda
selamanya akan diam. Benda hanya akan bergerak jika pada suatu benda itu diberi gaya
luar. Sebaliknya, jika benda sedang bergerak maka benda selamanya akan bergerak, kecuali
bila ada gaya yang menghentikannya. Konsep Gaya dan Massa yang dijelaskan oleh Hukum
Newton yaitu Hukum I Newton mengungkap tentang sifat benda yang cenderung
mempertahankan keadaannya atau dengan kata lain sifat kemalasan benda untuk
mengubah keadaannya. Sifat ini kita ini kita sebut kelembaman atau inersia. Oleh karena itu,
Hukum I Newton disebut juga Hukum Kelembaman.
Seperti telah dikemukakan sebelumnya, setiap benda cenderung mempertahankan
keadaannya selama tidak ada resultan gaya yang bekerja benda tersebut. Namun
bagaimana jika yang terjadi adalah resultan gaya yang bekerja pada benda tersebut tidak
sama dengan nol. Hasil eksperimen Newton menunjukkan bahwa gaya yang diberikan pada
benda akan menyebabkan benda tersebut mengalami perubahan kecepatan. Ketika gaya
tersebut searah dengan gerak benda, kecepatannya bertambah dan ketika gaya tersebut
berlawanan dengan gerak benda, kecepatannya berkurang. Dengan kata lain, jika resultan
gaya yang bekerja pada benda tidak sama dengan nol, benda akan bergerak dengan suatu
percepatan. Hasil eksperimen Newton juga menunjukkan bahwa percepatan benda
sebanding dengan resultan gaya yang diberikan. Akan tetapi, hubungan antara resultan gaya
dan percepatan pada benda satu yang dihasilkan berbeda dengan benda lainnya. Kenyataan
ini mengantarkan Newton pada konsep massa benda. Massa adalah ukuran kelembaman
suatu benda. Semakin besar massa benda, semakin sulit untuk mengubah keadaan
geraknya. Dengan kata lain, semakin besar massa benda, semakin besar gaya yang harus
diberikan untuk menggerakkannya dari keadaan diam atau menghentikannya dari keadaan
bergerak. Sebagai contoh, sebuah mobil lebih lembam dan memerlukan gaya yang besar
untuk mengubah geraknya dibandingkan dengan sebuah sepeda motor. Dengan demikian,
mobil memiliki massa lebih besar daripada sepeda motor.

Sedangkan untuk Hukum Newton yang kedua berbunyi sebagai berikut, yakni adalah bahwa
Percepatan yang dihasilkan resultan gaya yang bekerja pada suatu benda besarnya
berbanding lurus dan searah dengan resultan gaya dan berbanding terbalik dengan masa
benda. Atau dengan kata lain, pernyataan tersebut dapat pula berbunyi sebagai berikut,
yaitu adalah bahwa Setiap benda yang dikenai gaya maka akan mengalami percepatan
yang besarnya berbanding lurus dengan besarnya gaya dan berbanding tebalik dengan
besarnya massa benda.. Secara matematis, persamaan untuk HukumNewton II tersebut
dapat dinyatakan dengan persamaan seperti yang terdapat pada Rumus 2.1.

Semakin besar resultan gaya yang diberikan pada benda, semakin besar percepatan yang
dihasilkannya. Jadi, percepatan benda sebanding dengan resultan gaya yang bekerja pada
benda tersebut. Arah percepatan sama dengan arah resultan gayanya. Selain itu, hukum
tersebut juga menyatakan bahwa jika resultan gaya yang bekerja pada suatu benda bermasa
m tidak nol, benda dipercepat searah dengan gaya yang bekerja. Massa suatu benda
berkaitan langsung dengan sifat benda yang disebut dengan inersia. Sifat lain dari massa
ditunjukkan dengan mengukur massa dua benda, dengan massa benda satu dan massa
benda dua adalah massa masing-masing benda, maka massa kedua benda digabungkan
selalu menjadi massa benda satu ditambah dengan massa benda dua atau bisa juga disebut
dengan massa total yang artinya massa gabungan dari kedua benda tersebut. Hal tersebut
menyatakan bahwa massa adalah besaran yang aditif, dan berhubungan langsung dengan
materi.
Dimana konsep massa adalah salah satu cara untuk mengungkapkan kuantitas materi
dalam arti yang tepat. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian hokum Newton adalah
pengertian F, dimana didefinisikan sebagai resultan gaya yang bekerja pada suatu benda
atau suatu system. Dari persamaan rumus untuk Hukum Newton II, dapat kita ketahui
beberapa hal sebagai berikut, yaitu adalah bahwa arah dari sebuah percepatan benda
adalah sama dengan arah gaya yang bekerja pada benda tersebut, kemudian besarnya
percepatan benda adalah sebanding dengan gaya yang bekerja padanya, dan jika gaya yang
bekerja pada benda tersebut adalah konstan, maka akan didapat percepatan yang bernilai
konstan atau tetap pula.

Kemudian berdasarkan persamaan hokum Newton II, gaya juga dapat didefenisikan sebagai
penyebab perubahan daripada kecepatan suatu benda. Dalam hal ini, satuan gaya adalah
Newton, yaitu satuan gaya yang diturunkan dalam sistem satuan internasional atau SI,
didefenisikan sebagai berikut , yakni adalah bahwa Gaya satu Newton adalah gaya yang
bekerja pada massa sebesar satu kilogram, hingga menimbulkan percepatan sebesar satu
meter per sekon kuadrat pula. Namun kadang-kadang dalam pengukuran kita masih
menggunakan sistem satuan cgs, dimana jika massa benda sebesar satu gram, maka
percepatan yang akan ditimbulkan adalah sebesar satu sentimeter per sekon kuadrat, maka
juga besarnya dinyatakan dengan satu dyne. Namun dikarenakan satu Newton bernilai sama
dengan satu kilogram meter per sekon kuadrat yang artinya sama dengan seribu gram
dikalikan dengan seratus sentimeter per sekon kuadrat yang akan menghasilkan sebesar
seratus ribu gram sentimeter per sekon kuadrat, maka didapatlah nilai dyne itu sebesar atau
bernilai sama dengan 0,00001 Newton atau satu Newton itu sama dengan seratus ribudyne.

Kemudian jika kita memperhatikan persamaan yang ada pada Hukum Newton II, maka kita
akan dapat menyimpulkan bahwa arah percepatan benda sama dengan arah gaya yang
bekerja pada benda tersebut. Kemudian besarnya percepatan sebanding dengan gayanya.
Jadi bila gayanya konstan, maka percepatan yang timbul juga akan konstan Bila pada benda
bekerja gaya, maka benda akan mengalami percepatan, sebaliknya bila kenyataan dari
pengamatan benda mengalami percepatan maka tentu akan ada gaya yang
menyebabkannya. Kemudian pada Hukum Newton II juga terdapat persamaan yang lain,
yaitu persamaan gerak untuk percepatan yang tetap. Secara matematis, persamaan
tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan seperti yang terdapat pada Rumus 3.1 dan
seperti yang terdapat juga pada Rumus 4.1.

Lalu jika sebuah benda dapat bergerak melingkar melalui porosnya, maka pada gerak
melingkar ini akan berlaku persamaan gerak yang ekivalen dengan persamaan gerak linear.
Dalam hal ini ada besaran fisis momen inersia (momen kelembaman) I yang ekivalen dengan
besaran fisis massa atau m pada gerak linear. Momen inersia atau I pada suatu benda pada
poros tertentu harganya sebanding dengan massa benda terhadap porosnya.

Lalu, gaya selalu muncul berpasangan. Ketika kita memukul pasak kayu menggunakan palu,
pasak akan memberikan gaya kepada palu. Demikian pula, ketika kita berjalan di atas lantai,
kita tentunya memberikan gaya pada lantai melalui telapak kaki atau alas sepatu kita maka
lantai pun memberikan gaya pada telapak kaki atau alas sepatu kita sebagai reaksi terhadap
gaya yang kita berikan. Dengan kata lain, ketika suatu benda memberikan gaya pada benda
lainnya, benda kedua akan memberikan gaya yang sama dan berlawanan arah pada benda
pertama. Pernyataan tersebut dikenal juga sebagai Hukum Ketiga Newton. Sifat pasangan
gaya aksi-reaksi besarnya selalu sama, segaris, saling berlawanan arah, dan bekerja pada
benda yang berbeda. Selain itu juga, hal yang perlu kita ketahui adalah bahwa ketika kita
mendorong dinding, sesungguhnya pada saat yang sama dinding tersebut memberikan gaya
yang sama ke arah kita juga. Kenyataan tersebut dikemukakan oleh Sir Isaac Newton dalam
hukumnya yang ketiga atau yang kita kenal sebagai Hukum Newton III sebagai berikut, yakni
adalah bahwa Apabila sebuah benda atau benda pertama mengerjakan gaya pada benda
lain atau benda kedua, maka benda kedua akan mengerjakan gaya pula pada benda
pertama, sama besar tetapi berlawanan arah dengan gaya pada benda yang pertama.
Hukum Newton III ini berkaitan dengan peristiwa interaksi antara dua buah benda yang
terlibat. Interaksi artinya adalah peristiwa yang terjadi antara dua buah benda yang saling
memberikan pengaruh. Dua benda tersebut akan melakukan interaksi jika tindakan benda
yang satu terhadap yang lain disertai tindakan benda yang lain terhadap yang satu (yang
disebut pertama). Berdasarkan peristiwa interaksi tersebut, Hukum Newton III ini kurang
lebih dapat dinyatakan sebagai berikut, yakni adalah bahwa Jika dua benda melakukan
sebuah interaksi, gaya yang diadakan oleh benda satu kepada yang lain sama besarnya dan
berlawanan arah.. Atau dengan kata lain, pernyataan tersebut dapat pula berbunyi sebagai
berikut, yakni adalah bahwa Apabila benda pertama mengerjakan gaya pada benda kedua
(disebut aksi) maka benda kedua akan mengerjakan gaya pada benda pertama sama besar
dan berlawanan arah dengan gaya pada benda pertama (reaksi).. Secara matematis,
persamaan untuk Hukum Newton III tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan seperti
yang terdapat pada Rumus 5.1. Suatu pasangan gaya disebut aksi-reaksi apabila memenuhi
syarat sebagai berikut, antara lain adalah sama besar, lalu berlawanan arah, kemudian
bekerja pada satu garis kerja gaya yang sama, kemudian juga tidak saling meniadakan, dan
juga bekerja pada benda yang berbeda.

Lalu sekarang kita meninjau suatu benda yang ada dalam keseimbangan statis, yaitu benda
yang ada dalam keadaan tidak bergerak, misalnya buku yang terletak di meja. Buku di atas
meja meja mempunyai berat w karena gaya tarik bumi sebesar w. dlam hal ini, buku
menekan meja dengan gaya F, sebaliknya meja memberikan gaya perlawanan sebesar N
atau gaya normal. Gaya normal dengan gaya atau F, serta berat w dengan gaya tarik bumi
sebesar w merupakan pasangan gaya aksi dan reaksi. Akan tetapi, gaya normal atau N
dengan berat w bukan merupakan pasangan aksi dan reaksi, sebab keduanya bekerja pada
suatu benda yang sama yaitu buku, meskipun dalam keadaan tersebut besar berat buku
atau w dan gaya normal atau N adalah sama. Dengan kata lain, Hukum Newton III dapat
juga dinyatakan secara matematis seperti persamaan yang terdapat pada Rumus 6.1.
Hokum Newton III ini disebut juga sebagai hokum aksi reaksi. Dua hal yang perlu
diperhatikan dalam pemakaian hokum Newton III ini antara lain yang pertama yaitu
pasangan aksi reaksi selalu melibatkan dua benda dan bekerja pada dua benda yang
berlainan, kemudian yang kedua adalah Besar gaya aksi adalah sama besarnya dengan gaya
reaksi. Namun yang membedakan disini adalah hanya arahnya saja yang berlawanan.
Kemudian aplikasi untuk Hukum Newton III dapat kita jumpai pada gerak dua benda yang
dihubungkan dengan katrol yang licin dan memiliki percepatan, dengan benda yang
pertama berada di atas lantai yang dihubungkan dengan katrol, kemudian katrol yang kedua
terletak dengan posisi tergantung atau tidak menyentuh tanah namun dihubungkan juga
dengan katrol tersebut. Untuk tegangan tali benda yang teretak pada bidang datar licin dan
tegangan tali benda yang tergantung apabila dihubungkan dengan katrol maka nilainya
adalah sama.

Referensi

https://prodiipa.wordpress.com/kelas-viii/force-during-dribling-ball/hukum-newton-2/hukum-iii-
newton/ 25 sept

http://kdkray.blogspot.co.id/2013/07/laporan-praktikum-fisika-dasar-pesawat.html 22 sept

http://tokohtokohduniaku.blogspot.co.id/2015/02/praktikum-fisika-dasar-i-pesawat-
atwood.html 22 sept

http://nikenandriasani.blogspot.co.id/2014/06/laporan-praktikum-fisika-dasar-
pesawat.html 22 sept

http://ifin-newton.blogspot.co.id/2011/12/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_16.html
24 Sept

http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/01/hukum-newton-berat-gaya-normal-
tegangan-gaya-gesekan-dinamika-gerak.html 24 Sept

Referensi Kedua

http://lengkapbgt.blogspot.co.id/2011/11/pesawat-atwood.html 22 sept

http://ilhamnurmuhamad.blogspot.co.id/2014/12/laporan-praktikum-fisika-dasar-
pesawat.html 22 sept

http://karimatunnisa19.blogspot.co.id/2014/04/pesawat-atwood-anajayanti-
karimatunnisa.html 22 sept

Lampiran
Rumus 1.1. : F = 0

Rumus 2.1. : F = m x a

Rumus 3.1. : Vt = V0 + . t

Rumus 4.1. : S = V0 . t + a . t2

Rumus 5.1. : F aksi = - F reaksi

Rumus 6.1. : F = - N

Rumus 7.1. : torsi = I x alpha

Rumus 8.1. : M = F x d

Rumus 9.1. : I = m x R2

Rumus 10.1. : F = G x m1 x m2 / r

Daftar Pustaka

Leanginan, Marten. 2004. Fisika. Jakarta : Erlangga.

Resnik, Maliday. 1995. Fisika Edisi I Jilid 3. Jakarta : Erlangga.

Sastra, Egon. 2015. Laporan Praktikum Fisika Dasar I - Pesawat Atwood (M3). (online).
http://tokohtokohduniaku.blogspot.co.id/2015/02/praktikum-fisika-dasar-i-pesawat-
atwood.html . Diakses pada tanggal 22 September 2015.

Supriatna, N. A. 2014. Laporan praktikum fisika dasar pesawat atwood. (online).


http://nikenandriasani.blogspot.co.id/2014/06/laporan-praktikum-fisika-dasar-
pesawat.html

Tippler, P.A. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jilid I. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai