PENDAHULUAN
Atresia ani paling sering terjadi pada bayi baru lahir. Frekuensi seluruh
sedangkan atresia ani didapatkan 1 % dari seluruh kelainan kongenital pada neonatus
Jumlah pasien dengan kasus atresia ani pada laki-laki lebih banyak ditemukan
dari pada pasien perempuan. Insiden terjadinya atresia ani berkisar dari 1500 5000
kelahiran hidup dengan sedikit lebih banyak terjadi pada laki-laki. 20 % - 75 % bayi
dengan fistula antara usus distal uretra pada laki-laki dan vestibulum vagina pada
perempuan.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bagian usus besar yang terakhir dinamakan rektum dan terbentang dari kolon
sigmoid sampai anus (muara ke bagian luar tubuh). Satu inci terakhir dari rektum
dinamakan kanalis ani dan dilindungi oleh sfingter ani eksternus dan internus.
Panjang rektum dan kanalis ani sekitar 5,9 inci (15 cm). Sekum dan bagian kolon
sedangkan rectum berasal dari endoderm. Karena perbedaan asal anus dan rectum ini
maka perdarahan, persarafan, serta penyaliran vena dan limfenya berbeda juga,
lainnya.Rectum dilapisi oleh mukosa glanduler usus sedangkan kanalis analis oleh
anoderm yang merupakan lanjutan epitel berlapis gepeng kulit luar. Tidak ada yang
disebut mukosa anus. Daerah batas rectum dan kanalis analis ditandai dengan
2
perubahan jenis epitel. Kanalis analis dan kulit luar di sekitarnya kaya akan
persarafan sensoris somatik dan peka terhadap rangsangan nyeri , sedangkan mukosa
rektum mempunyai persarafan autonom dan tidak peka terhadap nyeri. Nyeri
bukanlah gejala awal pengidap karsinoma rektum, sementara fissura anus nyeri
sekali. Darah vena di atas garis anorektum mengalir melalui sistem orta, sedangkan
yang berasal dari anus dialirkan ke sistem kava melalui cabang v. Iliaka. Distribusi ini
menjadi penting dalam upaya memahami cara penebaran keganasan dan infeksi.
paraorta melalui kelenjar limfa paraorta melalui kelenjar limfa iliaka interna,
sedangkan limfa yang berasal dari kanalis analis mengalir kearah kelenjar inguinal.
ventrokranial yaitu kearah umbilikus dan membentuk sudut yang nyata ke dorsal
dengan rektum dalam keadaan istirahat. Batas atas kanalis anus disebut garis
anorektum, garis mukokutan, linea pektinata atau linea dentata. Di daerah ini terdapat
kripta anus dan muara kelenjar anus antara kolumna rektum. Infeksi yang terjadi
disini dapat menimbulkan abses anorektum yang dapt membentuk fistel. Lekukan
antar sfingter sirkuler dapat diraba di dalam kanalis analis sewaktu melakukan colok
dubur.dan menunjukkan batas antara sfingter intern dan sfingter ekstern (garis hilton)
Cincin sfingtern anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter intern
dan sfingter ekstern. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi sfingter
intern, otot longitudinal, bagian tengah dari otot levator (puborektalis) dan komponen
3
m. Sfingter eksternus. M. Sfingter internus terdiri atas serabut otot polos, sedangkan
Perdarahan arteri
inferior. Arteri ini membagi diri menjadi dua cabang utama: kiri dan kanan.Arteri
makna penting pada tindak bedah atau sumbatan aterosklerotik di daerah percabangan
Perdarahan vena
Pembuluh vena kolon berjalan paralel dengan arterinya. Aliran darah vena
disalurkan dari Vena hemoridalis superior berasal dari pleksus hemoroidalis internus
dan berjalan ke arah kranial ke dalam v. Mesenterika inferior dan seterusnya melalui
v. Lienalis ke vena porta. Vena ini tidak berkatup sehingga tekanan rongga perut
dalam v. Pudenda interna dan kedalam v. Iliaka interna dan vena kava. Pada batas
4
rektum dan anus terdapat banyak kolateral arteri dan vena melalui perdaran
hemoroidal antara sistem pembuluh saluran cerna dan sistem arteri dan vena iliaka
asendens dan kolon transversum, dan melalui v.mesenterika inferior untuk kolon
v.mesenterika inferior melalui v.lienalis. Aliran vena dari kanalis analis menuju ke
v.kava inferior. Oleh karena itu, anak sebar yang berasal dari keganasan rektum dan
anus dapat ditemukan di paru, sedangkan yang berasal dari kolon ditemukan di hati.
1,2,3,5
Penyaliran limfa
isinya menuju ke kelenjar limfe inguinal, selanjutnya dari sini cairan limfe terus
mengalir sampai ke kelenjar limfe iliaka. Pembuluh limfe dari rektum di atas garis
Persarafan
Serabut simpatik berasal dari pleksus mesenterikus inferior dan dari sistem parasakral
yang terbentuk dari ganglion simpatis lumbal ruas kedua, ketiga, dan keempat. Unsur
simpatis pleksus ini menuju kearah struktur genital dan serabut otot polos yang
5
erigantes) berasal dari saraf sakral kedua, ketiga dan keempat. Serabut saraf ini
menuju ke jaringan erektil penis dan klitoris serta mengendalikan ereksi dengan cara
mengatur aliran darah kedalam jaringan ini. Oleh karena itu, cedera saraf yang terjadi
pada waktu operasi radikal panggul serta ekstirpasi radikal rektum atau uterus dapat
menyebabkan gangguan fungsi vesika urinaria dan gangguan fungsi seksual. Otot
volunter, yaitu levator ani, koksigeus dan sfingter eksternus, dilayani oleh saraf dari
Fungsi anorektal secara normal adalah motilitas kolon yaitu mengeluarkan isi
feses dari kolon ke rectum; fungsi defekasi yaitu mengeluarkan feces secara
intermitten dari rectum; menahan isi usus agar tidak keluar pada saat tidak
defekasi. Fungsi fungsi tercebut saling berkaitan satu dengan yang lain dan
Motilitas Kolon
digantioleh adnya gerakan massa feces yang propulsive disepanjang kolon. Motilitas
kolon diatur oleh aktifitas listrik myogenik yang diperantarai oleh persarafan intriksik
dan pleksus mienterikus. Sebaliknya hal ini juga dirangsang oleh innervasi ekstrinsik
6
dadn reflex humoral seperti gastrokolik dan ileokolik. Motilitas kolon berfungsi
untuk abssorbsi cairan dan pendorongan massa pada waktu defekasi. Gerakan dari
kontinensi (1,3,5)
Kontinensi
sangat tergantung pada konsistensi feses, tekanan dalam anus, tekanan rectum, serta
sudut anorektal. Feses yang cair sulit dipertahankan dalam anus. (1,3,5)
hambatan secara anatomiis dan fisiologis jalannya feses ke rectum dan anus.
Penghambat terbesar secara fisiologi adalah sudut antara anus dan rectum yang
dihasilkan oleh otot levator ani bagian puborektal anterior dan superior dan otot ini
anus, rectum, dan sigmoid juga menyebabkan progresifitas pelepasan feses terlambat.
Kontraksi sfingter ani eksternus seperti pada puborektalis diaktivasi secara involunter
dengan distensi rectum dan dapat meningkatkan secara volunteer selama 1-2 menit.
(1,3,5)
7
Tekanan istirahat dalam anus kurang lebih 25-100 mmHg, dalam rectum 5-20 mmHg.
Apabila sudut antara anus dan rectum lebih dari 80 maka feses akan sulit
dipertahankan. (1,3,5)
Defekasi
Pada bayi baru lahir defekasi bersifat ototnom tetapi dengan perkembangan,
maturitas defekasi dapat diatur. Pemindahan feses dari kolon sigmoid ke rectum
kadang dicetuskan juga oleh rangsang makanan terutama pada bayi. Apabila rectum
terisi feses maka akan dirasakan oleh rectum sehingga menimbulkan keinginan untuk
sensasi isi rectum dan persarafan sfingter ani untuk kontraksi dan relaksasi, peristaltic
kolon dan rectum normal, dan struktur organ panggul yang normal. Sikap badan
waktu defekasi juga memegang peranan yang penting. Defekasi terjadi akibat
peristaltic rectum, relaksasi sfingter ani eksternus, dan dibantu mengedan. (1,3,5)
8
Atresia Ani atau Atresia Rekti adalah ketiadaan atau tertutupnya rectal secara
kongenital.(1)
Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau
saluran anus.(2)
Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus
Atresia berasal dari bahasa Yunani, a artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau
makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya
atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut
juga clausura. Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya
berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan
sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu.
Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani. Atresia ani
yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus
imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi
9
2.4. Etiologi Atresia Ani
Penyebab sebenarnya dari atresia ani ini belum di ketahui pasti, namun ada
2. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi lahir tanpa
lubang anus.
kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan.
4. Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada kelainan rektum, sfingter, dan otot
dasar panggul. Namum demikian pada agenesis anus, sfingter internal mungkin tidak
memadai. Menurut penelitian beberapa ahli masih jarang terjadi bahwa gen
autosomal resesif yang menjadi penyebab atresia ani. Orang tua tidak diketahui
apakah mempunyai gen carier penyakit ini. Janin yang diturunkan dari kedua orang
tua yang menjadi carier saat kehamilan mempunyai peluang sekitar 25 % - 30 % dari
kongenital lain juga beresiko untuk menderita atresia ani (Purwanto, 2001). 7
10
2.5. Patofisiologi Atresia Ani
secara komplit. Embryogenesis dari kelainan ini masih belum jelas. Anus dan
rektum diketahui berasal dari bagian dorsal hindgut atau rongga cloacal ketika
yang disebut septum urorectal berasal dari bagian dorsal hindgut atau rongga
rektum dan sinus urogenital, urogenital sinus terutama akan membentuk kandung
menutup saluran ini ketika usia 7 minggu kehamilan. Selama waktu ini, bagian
membuka kemudian. Anus berkembang dari fusi antara tuberculum anal dan
menjadi membran urogenital anterior dan membran anal posterior.. rektum dan
bagian superior kanalis anus terpisah dari eksterior oleh membran anal. selaput
tingkatannya dengan berbagai macam kelainan, antara lain anal stenosis, rupture
11
selaput yang anal yang tidak komplit , atau complete failure atau anal agenesis
dari bagian atas dari kloaka sampai kebawah dan kegagalan proktoderm
Spincter eksternal, berasal dari mesoderm exterior, biasanya selalu ada tetapi
dengan berbagai macam derajat variasi, berkisar antara otot yang kuat ( perineal
atau vestibular fistule) sampai ke otot yang hampir tidak ada ( complex long
Secara fungsional, atresia ani dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu :
dicapai melalui saluran fistula eksterna. Kelompok ini terutama melibatkan bayi
dimana fistula ini sering dengan bantuan dilatasi, maka bisa didapatkan
2. Yang tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adequate untuk jalan
keluar tinja. Pada kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untuk menghasilkan
12
Klasifikasi (Wingspread 1981)
Laki laki
Kelompok I
Kelainan Tindakan
- Fistel urin Kolostomi neonatus, operasi definitif
- Perineum datar
kulit
Kelompok II
Kelainan Tindakan
- fistel perineum Operasi langsung pada neonatus
- membran anal
- stenosis anus
kulit
Perempuan
Kelompok I
Kelainan Tindakan
13
- kloaka Kolostomi neonatus
- fistel vagina
rektovestibuler
- atresia rektum
kulit
Kelompok II
Kelainan Tindakan
- fistel perineum Operasi langsung pada neonatus
- stenosis anus
kulit
antara bagian terbawah rektum yang normal dengan otot puborektalis yang memiliki
fungsi sangat penting dalam proses defekasi berdasarkan letak ujung atresia terhadap
otot dasar panggul, yakni supralevator dan translevator, dikenal sebagai klasifikasi
Melboume.
14
Pada kelainan letak rendah, rektum telah menembus levator sling sehingga
jarak antara kulit dan ujung rektum paling jauh 1 cm.muskulus sfingter ani
interna dalam keadaan utuh, kelainan letak rendah lebih sering dijumpai pada
tertutupnya anus oleh suatu membran tipis yang seringkali disertai fistula
anokutaneus, dan anus ektopik yang selalu terletak di anterior lokasi anus
yang normal.
Pada kelainan letak tengah telah menembus otot puborektalis sampai sekitar
satu sentimeter atau kurang dari kulit perineum. Ujung rektum mencapai
15
tingkat m. Levator anus tetapi tidak menembusnya .Otot sfingter ani eksterna
lekukan anus (anal dimple) yang cukup dalam. Pada kelainan yang jarang
Pada kelainan letak tinggi, rektum yang buntu terletak di atas levator sling
dan juga dikenal dengan istilah agenesis rektum. Kelainan letak tinggi
lebih banyak ditemukan pada bayi laki-laki. Pada kelainan letak tinggi
2.7. Diagnosis
Bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak terdapat defekasi
Pada golongan 3 hampir selalu disertai fistula. Pada bayi wanita sering ditemukan
fistula rektovaginal (dengan gejala bila bayi buang air besar feses keluar dari (vagina)
dan jarang rektoperineal, tidak pernah rektourinarius. Sedang pada bayi laki-laki
16
dapat terjadi fistula rektourinarius dan berakhir di kandung kemih atau uretra dan
3.) Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang letaknya salah.
dalam usaha menentukan letak ujung rektum yang buntu. Foto diambil setelah 24 jam
setelah lahir, jangan sampai kurang karena jika kurang usus bayi belum cukup berisis
24 jam, bayi kemudian diletakkan dalam posisi terbalik selama sekitar 3 menit, sendi
panggul dalam keadaan sedikit ekstensi, dan kemudian dibuat foto pandangan
anteroposterior dan lateral, setelah suatu petanda diletakkan pada daerah lekukan
17
anus. Penilaian foto rontgen dilakukan terhadap letak udara di dalam rektum dalam
menunjukkan adanya kelainan letak tinggi. Sebaliknya, udara di dalam rektum yang
tampak di bawah bayangan tulang iskium dan amat dekat dengan petanda pada
lekukan anus memberi kesan ke arah kelainan letak rendah. Pada kelainan letak
tengah, ujung rektum yang buntu berada pada garis yang melalui bagian paling bawah
yang digunakan untuk memperjelas anatomi pada semua anak-anak dengan kelainan
distal stoma, dan balon dipompa. Kateter ditekan, dan kontras yang larut dalam air
disuntik dengan tangan. Tekanan ini diperlukan untuk memperlemah tekanan dari
levator otot dan untuk memasukkan kontras sehingga mengalir ke bagian paling
pemeriksaan foto rontgen seluruh bagian kolumna vertebralis dan urogram intravena
untuk menemukan kelainan bawaan lainnya di daerah tersebut. Apabila belum sempat
18
dilakukan pada masa prabedah, maka kedua pemeriksaan tersebut sebaiknya
lateral. Dilakukan untuk memastikan rasio sakral dan untuk melihat ada tidaknya
defek pada sakral, hemivertebra dan massa presacral. Ini dilakukan sebelum operasi
USG abdomen, Spesifik Untuk memeriksa saluran kemih dan untuk melihat
ada tidaknya massa lain. Dilakukan sebelum operasi dan harus diulang setelah 72
jam karena USG yang lebih awal menemukan sebab awal ultrasonography mungkin
USG spinal atau MRI, CT scan Banyak anak dengan atresia ani juga
2.8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :
2. Obstruksi intestinal
19
c. Impaksi dan konstipasi akibat terjadi dilatasi sigmoid.
2.9. Penatalaksanaan
a) Atresia letak tinggi & intermediet sebaiknya dilakukan sigmoid kolostomi atau
dilakukan tes provokasi dengan stimulator otot untukidentifikasi batas otot sfingter
ani ekternus,
d) Stenosis ani cukup dilakukan dilatasi rutin , berbeda dengan Pena dimana
a. Fistel perianal (+), bucket handle, anal stenosis atau anal membran berarti
20
b. Bila mekoneum (+) maka atresia letak tinggi dan dilakukan kolostomi
terlebih
rektum < 1 cm dari kulit maka disebut letak rendah. Akhiran rektum > 1 cm
Bila ditemukan fistel perineal (+) maka dilakukan minimal PSARP tanpa
kolostomi.
Bila fistel (-) maka dilakukan invertrogram: apabila akhiran < 1 cm dari kulit
a. Pembuatan kolostomi
Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah
sementara atau permanen dari usus besar atau colon iliaka. Untuk anomali tinggi,
21
1.2.1 Kolostomi loop atau loop colostomy, biasanya dilakukan dalam keadaan
darurat .
1.2.2 End colostomy, terdiri dari satu stoma dibentuk dari ujung proksimal usus
dengan bagian distal saluran pencernaan. End colostomy adalah hasil pengobatan
1.2.3 Double-Barrel colostomy terdiri dari dua stoma yang berbeda stoma bagian
perforasi, retraksi stoma, impaksi fekal dan iritasi kulit. Kebocoran dari sisi
anastomotik dapat terjadi bila sisa segmen usus mengalami sakit atau lemah.
Teknik ini punya akurasi tinggi untuk membuka lipatan bokong pasien. Teknik ini
merupakan ganti dari teknik lama, yaitu Abdomino Perineal Poli Through (APPT).
Teknik lama ini punya resiko gagal tinggi karena harus membuka dinding perut.
Prinsip operasi :
2. Sayatan dilakukan diperineum pada garis tengah, mulai dari ujung koksigeus
22
3. Tetap bekerja digaris tengah untuk mencegah merusak saraf.
aganglionik mengenai rektum dan bagian bawah kolon sigmoid dan terjadi hipertrofi
serta distensi yang berlebihan pada kolon yang lebih proksimal. Gejala utama pada
bayi baru lahir berupa muntah hijau, pengeluaran mekonium yang terlambat, serta
distensi abdomen. Gejala timbul pada umur 2-3 hari. Bila dilakukan colok dubur,
2.11. Prognosis
b. Sensibilitas rektum
23
2. Evaluasi psikologis
Fungsi kontinensia tidak hanya tergantung pada kekuatan sfingter atau sensasi
saja, tetapi tergantung juga pada bantuan orang tua dan kooperasi serta
BAB III
KESIMPULAN
24
Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate
meliputi anus, rectum atau keduanya. Dengan kata lain tidak adanya lubang di
tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya saluran rongga tubuh. Hal ini
bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses
a. Fistel perianal (+), bucket handle, anal stenosis atau anal membran berarti
b. Bila mekoneum (+) maka atresia letak tinggi dan dilakukan kolostomi
terlebih
rektum < 1 cm dari kulit maka disebut letak rendah. Akhiran rektum > 1 cm
Bila ditemukan fistel perineal (+) maka dilakukan minimal PSARP tanpa
kolostomi.
25
Bila fistel (-) maka dilakukan invertrogram: apabila akhiran < 1 cm dari kulit
DAFTAR PUSTAKA
26
1. Dorland, (1998). Kamus Saku Kedokteran Dorlana. Alih Bahasa: Dyah
Edisi : 11, Mc. Graw Hill Professional, United States, hal 1324 1327.
United State.
27 Februari 2012.
2012
27