TEKNIK PENGUKURAN
Di susun oleh :
Herninda Ayu M. S.
(161910101048)
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.1.1 Sensor atau Peraba
Sensor merupakan bagian dari alat ukur yang menghubungkan alat ukur
dengan benda atau obyek ukur. Atau dengan kata lain sensor merupakan
peraba dari alat ukur. Sebagai peraba dari alat ukur, maka sensor ini akan
kontak langsung dengan benda ukur. Contoh dari sensor ini antara lain
yaitu: kedua ujung dari mikrometer, kedua lengan jangka sorong, ujung
dari jam ukur, jarum dari alat ukur kekasaran. Contoh contoh sensor ini
termasuk dalam kategori sensor mekanis. Pada alat - alat ukur optik juga
memiliki sensor yaitu pada sistem lensanya. Ada juga sensor lain yaitu
sensor pneumatis yang banyak terdapat dalam alat-alat ukur yang prinsip
kerjanya secara pneumatis.
2.1.2 Pengubah
Bila sensor tadi merupakan bagian alat ukur yang menyentuh langsung
benda ukur,maka bagian manakah dari alat ukur tersebut yang akan
memberi arti dari pengukuran yang dilakukan. Sebab, tanpa adanya bagian
khusus dari alat ukur yang meneruskan apa yang diterima oleh sensor
maka si pengukurpun tidak memperoleh informasi apa-apa dari benda
ukur. Ada satu bagian dari alat ukur yang sangat penting yang berfungsi
sebagai penerus, pengubah atau pengolah semua isyarat yang diterima
oleh sensor, yaitu yang disebut dengan pengubah. Dengan adanya
pengubah inilah semua isyarat dari sensor diteruskan ke bagian lain yaitu
penunjuk/pencatat yang terlebih dahulu di ubah datanya oleh bagian
pengubah. Dengan demikian pengubah ini mempunyai fungsi untuk
memperjelas dan memperbesar perbedaan yang kecil dari dimensi benda
ukur. Pada bagian pengubah inilah yang diterapkan bermacam macam
cara kerja, mulai dari cara kinematis, optis, pneumatis, sampai pada cara
gabungan.
4
A. Pengubah Mekanis
Cara kerja dari pengubah mekanis ini berdasarkan pada prinsip
kinematis yang melakukan perubahan gerakan lurus (translasi)
menjadi gerakan berputar (roatasi). Contohnya antara lain yaitu: sistem
kerja roda gigi dan poros bergigi dari jam ukur (dial indicator), sistem
kerja ulir dari mikrometer. Gambar dibawah ini menunjukkan diagram
skematis dari prinsip kerja mekanis.
5
batang kinematis terhadap engsel batang ukur (silinder ukur) adalah
dua berbanding satu maka dari gambar 1.24a diperoleh perbesaran
sebagai berikut:
Perbesaran mekanis = 1x 20 x 1 = 20 satuan,
Perbesaran optis = 50 x 2 = 100 satuan
Perbesaran total = 20 x 100 = 200 satuan
Angka 2 merupakan faktor perbesaran yang timbul akibat perubahan
kemiringan cermin pemantul.
6
Gambar 1.21. Prinsip optis.
C. Pengubah Elektris
Kini sudah banyak alat-alat ukur yang cara kerjanya menggunakan
sistem elektronik, di samping alat-alat ukur yang dioperasikan secara
manual. Prinsip kelistrikan yang digunakan dalam pengubah elektris
ini mempunyai fungsi untuk mengubah semua isyarat yang diterima
oleh alat ukur (besaran yang tidak bersifat elektris) menjadi suatu
besaran yang bersifat elektris. Dengan adanya prinsip kelistrikan maka
besaran yang bersifat kelistrikan tersebut diolah dan diubah menjadi
lebih jelas sehingga perubahan ini dapat dibaca pada skala alat ukur.
Salah satu contoh dari pengubah elektris ini adalah pengubah yang
bekerjanya dengan prinsip kapasitor. Timbulnya kapasitor karena
adanya dua buah pelat metal yang berpenampang sama diletakkan
berdekatan dengan jarak . Besarnya kapasitas tergantung pada jarak .
Makin jauh jarak pelat maka kapasitasnya akan menjadi turun,
sebaliknya makin dekat jarak pelat kapasitasnya makin naik. Bila
silinder sensor menyentuh obyek ukur tentu terjadi perubahan jarak
7
antara pelat metal karena diubah oleh silinder tadi. Prinsip perubahan
inilah yang digunakan oleh alat-alat ukur yang mempunyai pengubah
mengikuti sistem elektris.
D. Pengubah Optis
Dalam ilmu fisika dipelajari masalah optis dengan hokum - hukumnya.
Prinsip-prinsip dalam optis inilah yang digunakan oleh alat alat ukur
yang mempunyai pengubah optis. Sebetulnya sistem optis di sini
hanya berfungsi untuk membelokkan berkas cahaya dari obyek ukur
sehingga terjadi bayangan maya atau nyata yang ukurannya bisa
menjadi lebih besar dari pada obyek ukurnya. Dalam sistem optis
kebanyakan menggunakan bermacam-macam lensa seperti cermin
datar, lensa cekung dan cembung, lensa prisma, dan sebagainya.
Contoh dari alatalat ukur yang menggunakan pengubah sistem optis
ini adalah: kaca pembesar, mikroskop, proyektor, teleskop,
autokolimator, dan teleskop.
E. Pengubah Pneumatis
Kondisi aliran udara yang tertentu akan berubah bila area di mana
udara itu lalu juga berubah (menjadi lebih sempit atau lebih luas).
Prinsip inilah yang digunakan dalam alat ukur yang memakai
pengubah system pneumatis. Jadi, pada sistem pneumatis kondisi
aliran udara akan berubah bila celah antara obyek ukur dengan sensor
alat ukur dimana udara lalu juga mengalami perubahan. Untuk
mengetahui perubahan ini digunakan cara yaitu pengukur perubahan
tekanan dan kecepatan aliran udara. Dalam pengubah system
pneumatis paling tidak terdapat tiga komponen yaitu:
1. sumber udara tekan,
2. sensor sekaligus sebagai pengubah,
3. pengukur perubahan aliran udara.
8
Ada dua macam sistem pengubah pneumatis yang biasa digunakan
yaitu:
1. sistem tekanan balik (back pressure system).
2. sistem kecepatan aliran (flow velocyty system).
9
sistem perkiraan dalam membaca skala maka dibuat skala nonius
sebagai pengganti garis indeks. Ada dua macam skala nonius yaitu
skala nonius satu dimensi dan skala nonius dua dimensi.
10
Penggunaan alat ukur pada setiap pengukuran sangat ditentukan oleh macam
kegunaan, batas ukur dan ketelitian alat ukurnya. Sebagai contoh untuk mengukur
massa suatu benda yang diperkirakan sebesar 50 kg, maka alat yang harus
digunakan haruslah timbangan dengan batas ukur minimal senilai massa benda
itu. Timbangan tersebut harus memiliki ketepatan pengukuran yang baik,
sehingga hasil pengukuran sesuai dengan keadaan sesungguhnya.
Berikut ini adalah karakteristik alat ukur besaran pokok dalam fisika,
antara lain jangka sorong, mikrometer skrup, neraca, stopwatch dan termometer.
A. JANGKA SORONG
Skala tetap pada jangka sorong disebut skala dasar (SD) dengan batas skala 10
cm. Skala geser pada Jangka Sorong disebut skala pembantu (SP) dengan
batas skala10 mm.
11
dengan ketelitian 0.01 mm diperoleh penunjukan sebagai berikut:
B. MIKROMETER SEKRUP
12
C. Spherometer
D. Neraca Torsi
Neraca torsi digunakan untuk mengukur massa suatu zat. Ketelitian yang
dimiliki neraca ini bermacam-macam antara lain sebesar 0,1 g atau 0,05 g
atau 0,01 g.
E. Specific Gravity/Densitometer
F. Stopwatch
G. Temometer
13
H. Multimeter
Multimeter adalah alat pengukur besaran listrik, seperti hambatan, kuat arus,
tegangan, dsb. Ketelitan alat ini sangat beragam dan bergantung pada besar
nilai maksimum yang mampu diukur. Berhati-hatilah dalam menggunakan
alat ini. Perhatikan posisi saklar sesuai dengan fungsinya dan besar nilai
maksimum yang mampu diukur. Jika digunakan untuk mengukur tegangan
maka alat ini harus dirangkai paralel, colok (+) dihubungkan dengan (+)
rangkaian, sedangkan colok (-) dengan bagian (-)nya. Sedangkan jika
digunakan untuk mengukur kuat arus yang melalui suatu cabang rangkaian
maka alat ini harus dirangkai secara seri melalui cabang tersebut.
14
2.3.1 Pengkondisi Sinyal Analog
Pembagi Tegangan
Sebelumnya, mari kita bahas tentang pengertian sensor dan tranduser.
Sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi
gejala-gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan energi
seperti energi listrik, energi kimia, energi mekanik dsb dengan masih
membutuhkan komponen lain untuk menghasilkan besaran yang lain.
Contoh, LDR sebagai sensor cahaya, kamera sebagai sensor
penglihatan, dan lain-lain.
15
Berikut ini adalah contoh pengkondisi sinyal analog yang
menggunakan pembagi tegangan.
Jembatan Wheatstone
Jembatan Wheatstone adalah suatu rangkaian listrik yang digunakan
untuk mengukur suatu tahanan yang tidak diketahui besarnya.
(Suryatmo, 1986). Jembatan ini digunakan untuk memperoleh
16
ketelitian dalam melaksanakan pengukuran terhadap suatu tahanan
yang nilainya relative kecil sekali. (Pratama, 2010)
Berikut ini adalah contoh penggunaan rangkaian jembatan Wheatstone
pada sensor Strain-gauge.
17
Penguat Non Inverting
Tegangan sumber mikrokontroller umumnya menggunakan tegangan 5
Volt. Sehingga untuk Vref dari ADC biasanya menggunakan 5 Volt.
Untuk sensor atau tranduser yang mempunyai perubahan nilai
keluaran yang kecil, misalnya LM35 dengan keluaran 10mV/ derajat
Celcius, perlu dikuatkan agar dapat dengan mudah dibaca datanya.
Karena mikrokontroller tegangannya tegangan single supply (0 V-5
V), maka penguatan yang digunakan umumnya adalah penguat Non
Inverting yaitu penguatan yang keluarannya tidak mengubah polaritas
tegangan masukannya. Jika tegangan masukan berpolaritas positif,
maka keluarannya juga positif. Sebaliknya jika tegangan masukan
berpolaritas negatif, maka keluarannya juga negatif. Berikut ini adalah
contoh penggunaan penguat Non Inverting sebagai pengkondisi sinyal
analog.
18
2.3.2 Pengkondisi Sinyal Digital
Sensor dengan sinyal keluaran digital dikondisikan dengan rangkaian
pengkondisi sinyal digital yang umumnya berupa level
converter (pengkonversi level tegangan). Contoh konversi level tegangan
misalnya, 9 V menjadi 5 V, 5 V menjadi 3,3 V, 3,3 V menjadi 5 V, 3,3 V
menjadi 0 V, dan sebagainya.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
20
Daftar Pustaka
https://www.scribd.com/doc/211979216/Konstruksi-Umum-Dan-Alat-Ukur
zaidan.blog.unair.ac.id/files/2009/09/alat-ukur
http://goes-open.blogspot.com/2012/03/mengenal-sensor-gas-tgs2620.html
http://sulistiyonurhidayat.blogspot.com/2014/03/dasar-teori-jembatan-
wheatstone.html
http://fisikaveritas.blogspot.com/2014/01/aplikasi-jembatan-wheatstone-pada.html
21